Anda di halaman 1dari 14

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019

ISBN : 978-602-6697-31-8

PERANAN IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH DALAM


MEMBENTUK KARAKTER ISLAMI MAHASISWA DI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
1) 2)
Rosita, Anjar Nugroho
1,2)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Email : sitaros7@gmail.com,
anjarnugroho75@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui peranan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah dalam membentuk mahasiswa yang berkarakter Islami di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan
data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, display data,
dan verifikasi data.Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
dalam membentuk karakter Islami mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto berawal dari
kegiatan pengkaderan Darul Arqam Dasar yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter
kader IMM, kemudian dari pengkaderan tersebut menghasilkan beberapa karakter islam yang dapat
terbentuk dalam setiap individu kader. Pada hasil penelitian ditemukan bahwa peranan kader IMM
untuk membentuk karakter Islami mahasiswa yaitu dengan berperan sebagai mentor di kegiatan
mentoring, dan menjadi tutor bimbingan baca Al-Qur’an.
Kata – kata Kunci: Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Karakter Islami

PENDAHULUAN
Mahasiswa merupakan struktur dalam masyarakat yang memiliki peran penting
sebagai agen of change dan iron stock kepemimpinan bangsa (Imam, 2016). Salah satunya
adalah mahasiswa menjadi kekuatan moral bangsa karena memiliki jumlah yang besar dari
bagian kaum intelektual bangsa yang mampu mempengaruhi perubahan sosial serta
kekuatan korektif dan pencetus kesadaran masyarakat terhadap kelalaian penguasa di dalam
tugasnya menyelenggarakan pemerintahan atas nama rakyat, maupun sebagai sumber dari
organisasi perjuangan.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai salah satu elemen bangsa, merupakan
gerakan kemahasiswaan yang memliki peran strategis untuk mewujudkan kehidupan bangsa
yang baik. Sebagai agen of change IMM harus di dukung dengan kualifikasi kader yang
kompeten dalam melakukan perubahan sosial. Sesuai dengan identitasnya yaitu sebagai
gerakan dakwah di kalangan masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa, IMM memiliki
tanggungjawab untuk membentuk kader yang mampu berdakwah amar maruf nahi mungkar.
Untuk mewujudkan hal tersebut, kegiatan dan perkaderan di IMM harus diarahkan pada
usaha untuk membentuk kader yang berkarakter islami. Sesuai dengan tujuan IMM pada AD
IMM Bab III pasal 7 yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia
dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah. (Tanfidz XVI IMM: 2014).
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam mencapai tujuan Muhammadiyah
diharapkan setiap kadernya mampu memadukan kemampuan ilmiah dan akidahnya serta
tertib dalam beribadah tekun dalam studi, dan mengamalkan ilmunya untuk melaksanakan
ketakwaan dan pengabdiannya kepada Allah SWT. Oleh karena itu sebagai organisasi

203
Rosita, Anjar Nugroho
Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammmadiya dalam Membentuk Karakter Islami
di Universitas Muhammadiya Purwokerto

kemahasiswaan, IMM dapat berkontribusi lebih dalam perbaikan moral bangsa khususnya
dalam lingkup kampus.
Dewasa ini dunia kemahasiswaan masih menjadi permasalahan umum yang sulit
dituntaskan. Berbagai kasus yang melibatkan mahasiswa semakin marak, mulai dari adab dan
etika mahasiswa terhadap dosen, pemicu konflik dengan masyarakat sekitar, pergaulan bebas
yang menyebabkan penyimpangan perilaku sosial, minuman keras dan lainnya. Permasalahan
seperti ini sangat memprihatinkan bangsa Indonesia karena harapan besar masyarakat
mahasiswa mampu membangun bangsa kedepan lebih maju dan produktif. Dilihat dari
fenomena tersebut bahwa kepribadian remaja atau mahasiswa harus dibarengi dengan
pembentukan akhlak yang baik dan matang dari lingkungan diluar kampus agar dapat
mengendalikan diri dalam beretika dan bermoral dalam kehidupan sehari – hari.
Berdasarkan kasus permasalahan tersebut, berbagai upaya setiap lembaga pendidikan
dasar samapai perguruan tinggi mengusahakan untuk perbaikan moral para pelajar, remaja
dan mahasiswa. Karena akhlak mulia atau karakter islami merupakan salah satu bagian dari
sistem ajaran Islam. Sistem ajaran Islam dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu Akidah
(keyakinan), syariah (aturan – aturan hukum tentang ibadah dan muammalah) dan akhlak
(karakter) (Marzuki, 2017: 5). Maka dari itu pembentukan karakter islami di dalam lingkup
Perguruan Tinggi saja tidak maksimal, perlu adanya bantuan dari kegiatan atau organisasi
kemahasiswaan. Pada peran inilah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) memiliki
kontribusi nyata sesuai tujuannya yaitu untuk mengusahakan terbentuknya akdemisi islam
yang berakhlak mulia. Berbagai program keagamaan, kajian, serta kebiasaan pergaulan islami
di IMM dapat menjadi hal yang positif untuk membentuk mahasiswa yang berkarakter Islami.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto merupakan salah satu Perguruan Tinggi
Muhammadiyah yang hadir dengan harapan daapat mewujudkan mahasiswa sesuai dengan
visi UMP yaitu Unggul, Modern dan Islami. Namun tidak banyak mahasiswa yang memiliki
pemahaman mendalam tentang Islam. Berdasarkan pengamatan secara langsung mayoritas
mahasiswa UMP dalam hal berpakaian masih belum sesuai dengan apa yang telah di
syariatkan oleh Islam, masih terbata – bata dalam membaca Al-Qur’an, minimnya
pemahaman tentang pergaulan Islami, belum mengindahkan suara adzan ketika
berkumandang, ketika masuk waktu shalat terdapat mahasiswa yang memilih untuk
menunggu di depan gerbang kampus. Pada gambaran permasalahan diatas, menunjukkan
adanya kesenjangan antaran harapan dan kenyataan. Harapan idelanya, mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Purwokerto dapat menjadi mahasiswa yang religius dan dapat
menanamkan ajaran Islam dengan benar.
Berdasarkan harapan tersebut peranan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai
organisasi otonom Muhammadiyah memiliki dampak positif untuk melakukan pembinaan
karakter islami mahasiswa. Karena menurut perspektif Islam karakter islami berasal dari
akidah yang lurus dan kuat akan mendorong seorang muslim melaksanakan syariah yang
ditujukan kepada Allah SWT sehingga tergambar akhlak (karakter) mulia dalam setiap
individu. (Marzuki, 2017: 15). Menurut data Lembaga Pengkajian Pengamalan Islam
Universitas Muhammdiyah Purwokerto dalam skema pembentukan karakter islami
mahasiswa yang diterbitkan tahun 2018 terdapat beberapa program dari Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah masuk dan berperan dalam pembentukan karakter Islami Mahasiswa,
diantaranya adalah Masa Ta’Aruf dan Darul Arqam Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

204
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019
ISBN : 978-602-6697-31-8

Dua kegiatan tersebut merupakan penunjang dari kegiatan yang telah di programkan oleh
pihak Lembaga Pengkajian Pengamalan Islam Universitas Muhammdiyah Purwokerto.
Berdasarkan latar belakang itu, peneliti tertarik untuk meneliti Peran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah dalam membentuk karakter islami mahasiswa di Universitas Muhammdiyah
Purwokerto. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peranan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah dalam membentuk mahasiswa yang berkarakter Islami.

LANDASAN TEORI/KERANGKA TEORI


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mahasiswa adalah seseorang yang
belajar di Perguruan Tinggi, di dalam struktur Pendidikan di Indonesia mahasiswa memegang
status Pendidikan tertinggi di antara yang lain (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 895). Menurut
Sadli (2012: 2-3) seorang mahasiswa memiliki peranan yang penting bagi bangsa. Berikut
yang menjadi tugas mahasiswa sebenarnya adalah:
1. Guardian of Value. Mahasiswa sebagai penjaga nilai – nilai masyarakat yang kebenarannya
mutlak: kejujuran, keadilan, gotong royong, integritas, empati dan lainnya.
2. Agen Perubahan (Agent of Change). Mahasiswa juga sebagai penggerak yang mengajak
seluruh masyarakat untuk bergerak dalam melakukan perubahan kea rah yang lebih baik
lagi, dengan melalui berbagai ilmu, gagasan, serta pengetahuan yang mahasiswa miliki.
3. Moral Force. Mahasiswa sebagai moral force diharuskan untuk memiliki moral yang baik.
Tingkat intelektual seorang mahasiswa akan disejajarkan dengan tingkat moralitasnya. Ini
yang menyebabkan mahasiswa menjadi kekuatan dari moral bangsa yang di harapkan
dapat menjadi contoh dan penggerak perbaikan moral pada diri sendiri khususnya dan
masyarakat.
4. Social Control. Mahasiswa melalui kemampuan intelektual, kepekaan social serta sikap
kritisnya, diharapkan mahasiswa mampu menjadi pengontrol sebuah kehidupan social
pada masyarakat dengan cara memberikan saran, kritik serta solusi untuk permasalahan
social masyarakat ataupun bangsa.
Gerakan mahasiswa berbasis Islam secara umum muncul sebagai respon terhadap
sebuah realitas sosial. Sejarah mencatat bahwa gerakan–gerakan Islam kampus muncul
sebagai respon pemuda dan mahasiswa Muslim atas kondisi sosial-keagamaan dan politik
yang berlaku (Wildan, 2015: 426). Menurut Wildan (2015: 427–428) gerakan–gerakan Islam di
berbagai perguruan tinggi di Indonesia berdiri dan berkembang karena disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu, faktor ideologis, faktor politik, faktor globalisasi, faktor Political
Opportunity Structure. Menurut Wildan (2015: 433) memasuki Indonesia merdeka, gerakan
mahasiswa Islam ditandai dengan berdirinya sejumlah organisasi dengan basis massa di
kampus. Terdapat tiga organisasi berdiri dalam perkembangan Islam Indonesia, yaitu:
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Setelah munculnya tiga gerakan mahasiswa Islam pada masa Indonesia merdeka,
memasuki masa reformasi Indonesia menyaksikan munculnya gerakan mahasiswa Islam yang
secara ideologis beredar dari tiga organisasi gerakan mahasiswa, yaitu Kesatuan Aksi

205
Rosita, Anjar Nugroho
Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammmadiya dalam Membentuk Karakter Islami
di Universitas Muhammadiya Purwokerto

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang terbentuk dalam acara Forum Silaturahmi
Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK).
Menurut Anggaran Dasar IMM Bab I pasal 1 dan 2 pengertian Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah adalah suatu gerakan mahasiswa Islam yang beraqidah Islam, bersumber
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Berdasarkan sejarah, IMM lahir pada tanggal 29 Syawal 1384
H bertepatan pada tanggal 14 Maret 1964 di Yogyakarta (Agham, 1997: 14). Maksud di
dirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah untuk turut memelihara martabat dan
membela kejayaan bangsa, menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sesuai Al-qur’an
dan as-Sunnah sebagai upaya menopang, melangsungkan dan merasakan cita–cita pendirian
Muhammadiyah.
Tujuan Muhammadiyah tercantum dalam tujuan IMM sebagai bentuk perjuangan,
Tujuan IMM adalah mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia
dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah. Maksud dari kata berakhlak mulia dipahami
menjadi dua macam. Pertama sebagai tindakan praksis, karena dalam akhlak yang
merupakan sikap yang terlihat serta terbaca oleh manusia. Akhlak mencerminkan perilaku
dari seseorang dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi pada realitas sosial. Yang
kedua adalah tindakan transenden pada tuhan, yang merupakan cerminan dari pengetahuan
yang berdialektika dengan agama, dalam rangka meningkatkan ibadah kepada Allah (Sani,
2011: 25). Berdasarkan tujuan tersebut, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memiliki peranan
dan fungsi yaitu:
1. IMM sebagai Organisasi Kader. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi
kader Senantiasa berupaya mengadakan proses untuk aktualisasikan dan
mengembangkan potensi manusiawi kader Ikatan sesuai dengan fitrah yang di berikan
Allah swt, dalam rangka meningkatkan kualitas diri agar memiliki kemampuanserta
kemauan untuk menghayatkan, mengamalkan serta mengembangkan dalam ber Islam,
kemanusiaan, berbangsa dan bernegara menuju kualifikasi Insan Utama, yakni sebagai
kader persyarikatan, umat dan bangsa. (Farid, 1990: 103).
2. IMM sebagai Organisasi dakwah. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi
dakwah selalu berusaha menginternalisasikan dan menyiarkan dakwah islam ke segenap
dimensi kehidupannya, menyadarkan dan meyakinkan kadernya, bahwa mereka berada
dalam kaitan dan tanggung jawab sebagai khalifatul fil ard, pengemban misi rabbani,
dimana dalam gerakannya IMM bergerak di bidang keagamaan, kemahasiswaan dan
kemasyarakatan. (Farid, 1990: 106).
3. IMM sebagai Eksponen Mahasiswa dalam Muhammadiyah. Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah sebagai eksponen mahasiswa Islam dalam Muhammadiyah, yaitu bahwa
IMM adalah berarti merupakan bagian dari mata rantai dari perjuangan dan gerakan
mahasiswa Islam Indonesia yang berada dalam Muhammadiyah, yaitu mahasiswa yang
sadar akan keharusan melanjutkan tradisi revolusioner yang di rintis oleh KH Ahmad
Dahlan, yang sadar akan benarnya ajaran yang di dakwahkan Muhammadiyah dan sadar
akan pentingnya peran akademisi bagi masa depan Muhammadiyah. (Farid, 1990: 106).
Menurut Marzuki (2017: 15) karakter islami adalah hasil atau akibat dari penerapan
syariah (ibadah dan muammalah) yang dilandasi oleh fondasi akidah yang kokoh. Karena
tanpa akidah dan syariah, mustahil akan terwujud karakter (akhlak) yang sebenarnya.
Menurut Abudin (2017: 125) karakter Islami atau akhlak Islami adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada

206
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019
ISBN : 978-602-6697-31-8

ajaran Islam. Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang di samping mengakui adanya
nilai–nilai universal (diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang
terkandung dalam ajaran etika dan moral) sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai–
nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai–nilai universal itu. Dapat
disimpulkan pula bahwa karakter islami merupakan sistem penanaman nilai–nilai akhlak
manusia yang baik dengan melibatkan keyakinan, pengetahuan, kesadaran baik terhadap
Allah, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil.
Karakter Islami didasarkan pada dua sumber pokok ajaran islam, yaitu Al-Qur’an dan
sunnah Nabi SAW. Menurut Abudin (2017: 127–131), ruang lingkup karakter islami sama
dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola
hubungan akhlak atau karakter. Berikut ruang lingkup karakter Islami:
1. Karakter islami terhadap Allah. Akhlak kepada allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada sang khalik. Terdapat
empat alasan perlunya manusia berkarakter islami kepada Allah yaitu, 1) karena Allah
yang telah menciptakan manusia, 2) karena Allah yang telah memberikan perlengkapan
pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari. (lihat Q.S.
An-Nahl [16]: 78), 3) karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia (lihat Q.S. Al-Jatsiyah [45]: 12-13), 4)
karena Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai
daratan dan lautan (lihat Q.S. Al-Isra [17]: 70).
2. Karakter islami ierhadap sesama manusia. Terdapat banyak rincian yang dikemukakan
dalam Al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk hal ini
berupa larangan melakukan hal – hal negatif (lihat QS Al-Baqarah [2]: 263), menekankan
bahwa setiap orang didudukan secara wajar (lihat QS An-Nur [24]: 58). Selanjutnya
kebiasaan untuk saling memaafkan dan mengendalikan nafsu dan amarah.
3. Karakter islami terhadap lingkungan. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an
terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan
menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap
alam. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses yang sedang
berjalan, sehingga tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan.
Dengan demikian karakter Islami lebih sempurna dibandingkan dengan karakter
lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan manusia, maka akhlak
islami berbicara pula tentang cara berhubungan Allah, manusia dan lingkungan. (Abudin,
2017: 131). Menurut Lickona dalam Marzuki (2017: 12) karakter tersusun ke dalam tiga
bagian yang saling terkait yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan
bermoral (moral feeling), dan perilaku bermoral (moral action). Moral action merupakan
perpaduan antara moral knowing dan moral feeling. Dengan demikian pengembangan
karakter dilakukan melalui tiga tahap yaitu, pengetahuan, pelaksanaan dan kebiasaan.
Menurut Muhaimin (2013: 305-306) untuk mewujudkan tiga tahap tersebut berikut metode
yang dapat diterapkan dalam pembentukan karakter islami.
1. Internalisasi nilai-nilai Islami pada setiap kegiatan. Internalisasi nilai nilai islami harus
menjadi point utama dalam setiap kegiatan mulai dari materi materi diskusi atau kajian,
seminar seminar serta kegiatan lainnya.

207
Rosita, Anjar Nugroho
Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammmadiya dalam Membentuk Karakter Islami
di Universitas Muhammadiya Purwokerto

2. Pembiasaan. Pembiasaan adalah melakukan segala sesuatu secara berulang ulang dengan
sengaja sehingga hal tersebut menjadi kebiasaan (habit).
3. Keteladanan. Metode keteladanan adalah metode paling efektif dalam membentuk
karakter islam, karena karakter yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran,
instruksi, dan larangan. Namun, disertai dengan contoh teladan yang baik dan nyata. Cara
yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
4. Pendampingan. Pendampingan dapat dilakukan menggunakan metode pendekatan
kultural guna mengenal kader lebih dalam. Tujuan dari pendampingan ini adalah
bersahabat dengan kader sehingga dapat menasihati dan membantu persoalan masing –
masing individu.
Tabel : Nilai dan Indikator Karakter Islami
No Nilai Karakter dan deskripsi Indikator
1 Taat kepada Allah: tunduk dan patuh - Melaksanakan perintah Allah secara ikhlas
kepadaAllah - Meninggalkan semua larangan Allah
2 Ikhlas: - Melakukan perbuatan tanpa pamrih
Melakukan perbuatan tanpa pamrih - Menolong sesama
apapun, selain hanya berharap Ridha - Berbuat sesuatu hanya mengharap ridha
Allah SWT Allah
3 Percaya diri dan Pemberani: merasa - Berani melakukan sesuatu karena merasa
yakin dengan kemampuan yang mampu
dimiliki - Tidak selalu menggantungkan pada
bantuan orang lain
4 Rasional: - Melakukan sesuatu didasari pemikiran yang
berpikir dengan penuh logis
pertimbangan dan alasan yang logis - Selalu berpikir argumentatif
5 Kritis: dapat menganalisis dan - Dapat menganalisis dan menyaring
menemukan kesalahan atau pendapat dan permasalahan yang dihadapi
kekurangan yang ada
6 Kreatif dan inovatif: berusaha - Terampil dan dapat menemukan cara
menemukan atau memperkenalkan praktis dalam menyelesaikan sesuatu
hal yang menarik dan baru - Menemukan penemuan baru dalam hal
tertentu.
8 Bertanggung jawab dan amanah : - Menyelesaikan semua kewajiban
melaksanakan tugas secara - Tidak suka menyalahkan orang lain
bersungguh – sungguh serta berani - Tidak lari dari tugas yang harus diselesaikan
menanggungkonsekuensi dari sikap, - Berani mengambil resiko
perkataan, dan perilakunya
9 Cinta ilmu: memiliki kegemaran - Suka membaca buku atau sumber ilmu
untuk menambah dan yang lain serta melakukan penelitian
memperdalam ilmu - Suka berdiskusi bersama teman tentang
ilmu

208
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019
ISBN : 978-602-6697-31-8

10 Peduli dan Rela berkorban: - Berani mengeluarkan tenaga dan harta


mau melakukan atau memberikan demi orang lain
sesuatu sebagai pernyataan - Membantu orang lain yang membutuhkan
kebaktian dan kesetiaan kepada - Memberikan sebagian yang dimiliki kepada
Allah SWT atau kepada manusia orang lain

11 Adil: menempatkan sesuatu pada - Bersikap sama kepada semua teman


tempat yang semestinya - Membagi sesuatu secara sama dan
seimbang
12 Rendah hati dan Bersahaja: - Berpenampilan sederhana
berperilaku yang mencerminkan - Selalu merasa tidak bisa meskipun
sifat yang berlawanan dengan sifat sebenarnya bisa
sombong - Tidak menganggap remeh orang lain
13 Bekerja keras, Militan dan Gigih: - Semangat dalam bekerja dan belajar
berusaha menyelesaikan pekerjaan - Terus berusaha tanpa putus asa
secara optimal - Dapat mempertahankan pendapat yang
benar
14 - Selalu berhusnuzon pada orang lain
Berpikir positif: melihat sisi baik dari
setiap hal yang diperhatikannya - Pandai dalam mengambil pelajaran dari
setiap kejadian
15 Antisipatif: mengantisipasi atau - Dapat menyelesaikan masalah
menyelesaikan setiap permasalahan - Selalu belajar dan mencari ilmu kapanpun
yang dihadapi dan dimanapun
16 Visioner: berwawasan jauh kedepan - Tidak terbelenggu pada masa lalu
- Selalu berpikir jauh kedepan
- Menatap optimis masa depan yang cerah
17 Dinamis : memiliki kemampuan - Berusaha melakukan perubahan
untuk menyesuaikan diri dengan - Tidak puas dengan apa yang ada , dan
keadaan selalu mencari informasi baru agar selalu
up to date
18 Produktif : berusaha untuk - Dapat memanfaatkan waktu dengan
menghasilkan karya – karya yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
baik - Tidak berhenti bekerja
19 Toleran : menghargai dan - Tidak memaksakan kehendak kepada orang
membiarkan pendirian yang berbeda lain
atau bertentangan dengan - Mengakui perbedaan dengan mengambil
pendiriannya sendiri sikap positif
20 Kebersamaan : mementingkan - Senang bekerjasama, berdiskusi, dan
kerjasama dan tidak mementingkan belajar bersama mengenai berbagai macam
diri sendiri masalah yang ada
Sumber: Marzuki, Pendidikan Karakter Islam: 2017

METODE PENELITIAN
Berdasarkan pendekatannya penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Jenis
penelitiannya adalah bersifat deskriptif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih

209
Rosita, Anjar Nugroho
Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammmadiya dalam Membentuk Karakter Islami
di Universitas Muhammadiya Purwokerto

menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis
terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika
ilmiah. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, khususnya di
seluruh komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Dengan pengumpulan data melalui observasi langsung di lapangan, untuk
pengumpulan data mengenai problem dari karakter islami mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Wawancara dengan informan/narasumber, wawancara ini dilakukan langsung dengan
Pimpinan Komisariat di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan kader didalamnya.
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang peran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah dalam membentuk karakter islami mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Purowkerto dan untuk mendapatkan data sejarah berdirinya Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto melalui pelaku
sejarah di masing-masing komisariat. Dokumentasi, kumpulan data berupa arsip – arsip
dokumentasi yang dimiliki seperti materi perkaderan yang mendukung dalam peran
pembentukan karakter islami. Selain data tersebut, data yang di dapat juga dapat berupa
gambaran umum tiap komisariat di IMM UMP, manual acara pengkaderan.
Analisis data yang digunakan adalah Analisis menurut Matthew B. Miles dan Michael
Huberman melalui tiga alur yaitu: pertama, reduksi data, Reduksi data diartikan sebagai
proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyerdehanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus
menerus selama pengumpulan data berlangsung. Kedua, penyajian data, Bagian kedua dari
analisis adalah penyajian data. Penyajian yang dimaksud menurut Matthew dan Michael yang
dikuti oleh Hamid Patilima, sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang paling sering
digunakan adalah pada data kualitatif pada masa yang lalu adalah teks naratif. Kegia, menarik
kesimpulan atau memverifikasi data, Bagian terakhir dari analisis data adalah menarik
kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti
benda-benda, pola-pola, penjelasan, konfigurasi – konfigurasi yang mungkin, alur sebab –
akibat, dan proposisi. Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan – kumpulan
catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode pencairan ulang yang digunakan
kecakapan peneliti, dan tuntutan sponsor. (dalam Patilima, 2011: 110)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) memiliki alur perkaderan utama paling awal
sebagai pintu masuk IMM yang di sebut dengan Darul Arqam Dasar (DAD), yaitu proses
internalisasi ideologi dan menumbuhkan wacana intelektual. Dalam pelaksanaan DAD
terdapat beberapa pengorganisasian yaitu Pimpinan Komisariat sebagai penanggung jawab
perkaderan dan Tim Instruktur yang bertugas memandu dan memegang orientasi, materi dan
kualitas perkaderan. (dalam Buku Sistem Perkaderan Ikatan: 2011). Dalam prosesi perkaderan
DAD selama ini IMM UMP mempunyai konsep yang kemudian menjadi Standar Operasional
Prosedur (SOP) DAD, terutama dalam hal pemilihan materi yang akan di sampaikan pada saat
DAD. Adapun komposisi materi tersebut terdiri dari materi Materi Pokok Ideologi, Materi
Pokok Keorganisasian/Kepemimpinan,Materi Pokok Wawasan/Kapita Selekta, Materi Pokok
Terapan dan Muatan Lokal.

210
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019
ISBN : 978-602-6697-31-8

Dalam prosesi perkaderan DAD selama ini IMM UMP mempunyai konsep yang
kemudian menjadi Standar Operasional Prosedur (SOP) DAD, terutama dalam hal pemilihan
materi yang akan di sampaikan pada saat DAD. Adapun komposisi materi tersebut terdiri dari:
Tabel 2: kurikulum materi pengkaderan
NO MATERI TUJUAN OUTPUT
1 Materi Pokok untuk menanamkan nilai- Kader memiliki pemahaman
Ideologi terdiri dari nilai ideologi kepada peserta keagamaan yang baik, peserta
materi Keislaman, DAD menjalankan nilai - nilai Islami
Kemuhammadiyah sesuai dengan Al Quran dan
an dan Ke IMM an Assunnah dan peserta akan
memiliki orientasi untuk hidup
dalam kebersamaan (organisasi)
2. Materi Gerakan agar peserta DAD memahami peserta DAD akan menjadi
Mahasiswa hakikat dirinya sebagai mahasiswa yang lebih
mahasiswa, peran dan fungsi bertanggung jawab dalam
mahasiswa yang menyandang status
sesungguhnya sehingga tidak kemahasiswaannya
terbawa arus negatif yang
terjadi di lingkungan
sekitarnya
3 Materi Manajemen mampu memanaj diri peserta akan menjadi mahasiswa
Diri dalampersoalan manajemen yang bijak dalam mengelola
waktu, menentukan skala manajemen waktunya
prioritas dalam hidup dan
mampu menyeimbangkan
antara tanggung jawab
organisasi dan tanggung
jawab akademik
4 Materi Analisis untuk mengenalkan kondisi peserta menjadi mahasiswa yang
Sosial masyarakat secara langsung memiliki kepedulian dan peka
sehingga peserta akan terhadap kondisi di sekitarnya
belajar menganalisis suatu
permasalahan dan
merumuskan suatu cara
untuk menyelesaikan
persoalan tersebut
Sumber: Dokumentasi Term Of Reference materi pengkaderan Darul Arqam Dasar (DAD)
Berdasarkan hasil dokumentasi rundown acara DAD Hal yang menunjang perkaderan
selain materi adalah proses proses pendekatan terhadap peserta yang bertujuannya untuk
meningkatkan kapasitas diri peserta. Pertama adalah pendampingan baca Al Qur’an dan
hafalan doa, hal ini di lakukan agar kader tersebut memenuhi standar kualifikasi kader IMM
yaitu mampu membaca Al quran secara tartil. Kedua, menerapkan jadwal rutin kultum. Hal ini
bertujuan untuk melatih kepercayaan diri peserta untuk tampil di depan umum serta
meningkatkan kemampuan komunikasi dan publik speaking peserta. Ketiga, pada malam
terakhir DAD di lakukan prosesi jerit malam. Pada session ini peserta di ajak untuk melakukan
muhasabah diri, refleksi tentang makna hidup selama ini dan membangun orientasi baru
211
Rosita, Anjar Nugroho
Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammmadiya dalam Membentuk Karakter Islami
di Universitas Muhammadiya Purwokerto

kedepannya. Pada proses ini peserta menjadi sadar dengan dirinya sendiri sehingga
menjadikan peserta menjadi mahasiswa yang rendah diri dan optimis kedepannya.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, observasi serta wawancara, konsep dan arah
pengkaderan DAD diatas mempengaruhi pembentukan karakter islami kader. Berikut adalah
karakter islami yang nilainya diambi dari Marzuki, 2017: 98 yang secara umum dimiliki kader
IMM UMP.
Tabel 3 : karakter IMM
No Karakter Keterangan (karakter terbentuk dari kebiasaan/rutinitas kegiatan di
IMM)
1 Taat setiap rapat atau diskusi yang diadakan oleh masing-masing Pimpinan
beribadah Komisariat, diawali dengan membaca basmallah, membaca Al-Qur’an
dan saat terdengar adzan, kegiatan dihentikan untuk melaksanakan
ibadah sholat. setiap rapat atau diskusi yang diadakan oleh masing-
masing Pimpinan Komisariat, diawali dengan membaca basmallah,
membaca Al-Qur’an dan saat terdengar adzan, kegiatan dihentikan
untuk melaksanakan ibadah sholat
2. Ikhlas di kegiatan IMM juga diajarkan untuk menolong sesama tanpa pamrih,
misalnya dalam kegaitan donor darah, galang dana untuk saudara-
saudara yang terkena musibah dan lainnya.
3. Percaya diri mengemukakan pendapat di forum setiap rapat, melatih tampil diri di
depan umum dengan terlibat dalam susunan kepanitiaan, dan
memiliki kemampuan untuk mencoba hal baru.
4. Rasional mengutamakan musyawarah, sehingga karakter ini terbentuk dengan
selalu diadakannya diskusi (tidak asal berbicara) setiap ada kegiatan
tentang manfaat dan tujuan kegiatan serta follow up setelah kegiatan.
5. Bertanggung Selalu dilibatkan dalam kepanitaan guna melatih tanggung jawab
jawab semua kader agar lebih tanggung jawab, komitmen, paham
konsekuensi dan berani ambil resiko.
6. Peduli berlatih bersodaqoh dan melakukan kegiatan baksos (bakti sosial)
untu warga yang kurang mampu. Dari kegiatan dan rutinitas tersebut,
perlahan karakter islami kader IMM terbentuk
7 Bekerja Keras kader terus belajar dari kakak tingkat (senior) atau dari pengalaman
yang sudah mereka alami untuk terus berjuang dan tidak putus asa di
jalan dakwah organisasi.
8 Antisipatif IMM mengajarkan dalam setiap menyikapi problematika harus tenang,
dan memiliki dua planning dalam melakukan kegiatan.
9 Dinamis diskusi maupun kajian keilmuan agar kader selalu berpikir maju dan
bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
10 Kebersamaan diskusi bersama Badan Pengurus Harian (BPH) atau Pimpinan yang
lain, Nongkrong bareng bersama kader baru, serta temu kangen
dengan alumni guna menjalin komunikasi dan silaturahmi yang baik

212
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019
ISBN : 978-602-6697-31-8

Sumber: hasil wawancara dengan kader IMM UMP


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Lembaga Pengkajian Pengalaman
Islam, serta informasi dari beberapa kader IMM di lingkungan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, tercatat permasalahan tentang karakter mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto diantaranya adalah :
1. Tidak mengindahkan suara adzan. Permasalahan ini peneliti amati secara langsung masih
terjadi di lingkungan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Setiap terdengar
kumandang suara adzan, banyak mahasiswa yang mengejar pintu gerbang kampus untuk
segera keluar dari kampus. Ketika gerbang sudah ditutup, mahasiswa lebih memilih untuk
menunggu di gerbang kampus di bandingkan pergi ke Masjid untuk segera melaksanakan
ibadah sholat.
2. Banyaknya mahasiswa yang tidak lulus Tes Baca Al-Qur’an (TBA). Berdasarkan data per
Desember 2018 dari Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam tercatat 394 mahasiswa
angkatan 2015, 505 mahasiswa angkatan 2016, dan 669 mahasiswa angkatan 2017
Universitas Muhammadiyah Purwokerto dinyatakan belum lulus Tes Baca Al-Qur’an dan
belum mampu untuk membaca Al-Qur’an. Hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut
kebiasaan dalam membaca Al-Qur’an jarang, malas untuk belajar Al-Qur’an dan pengaruh
lingkungan hidup disekitar yang tidak mendukung.
3. Minuman Keras. Persoalan minuman keras menjadi persoalan yang terjadi di luar kampus
seperti tempat kost atau kontrakan mahasiswa, biasanya mahasiswa yang mengkonsumsi
minuman keras adalah mahasiswa baru yang masih terbawa kebiasaan lama sebelum
menjadi mahasiswa di Universitas Muhamamdiyah Purwokerto atau terpengaruh dengan
teman sebayanya. Berdasarkan data wawancara dengan LPPI (tanggal 4 Januari 2019),
beliau mengatakan bahwa: “Ya, terdapat beberapa mahasiswa yang pernah minuman
keras, namun, terjadi di luar kampus dan jika dibandingkan hanya sedikit yang terkena
permasalahan itu, misal jika dibandingkan hanya 1:1000”. Berdasarkan data tersebut
persoalan ini terjadi diluar kampus namun hanya beberapa mahasiswa saja.
4. Krisis kepercayaan diri. Hal ini mengacu pada jumlah mahasiswa yang berani bersaing
dalam berbagai kompetisi atau usaha dalam mencapai sesuatu, antara lain minimnya
mahasiswa yang berani ikut dalam kegiatan yang di selenggarakan oleh kampus untuk
meningkatkan kreatifitas dan softskill mahasiswa diantaranya adalah pembuatan Program
Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Duta Genre dan menjadi Mentor dalam program Mentoring.
5. Kurang bertanggung jawab. Sikap kurang bertanggung jawab terutama bagi mahasiswa
yang sering bolos kuliah dan tidak menuntaskan tanggung jawab akademiknya, persoalan
ini hampir terjadi di semua fakultas di universitas Muhammadiyah purwokerto sehingga
muncul istilah mahasiswa ghaib dan mahasiswa abadi.
6. Rendahnya sikap jujur. Hal ini dapat saat proses ujian yaitu masih banyaknya mahasiswa
yang menyontek pada saat mengerjakan soal ujian selain itu problem utamanya adalah
masih tingginya mahasiswa yang titip absen pada jam kuliah.
Persoalan – persoalan karakter tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab
Pimpinan Universitas semata melainkan semua elemen yang berada dalam lingkungan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto termasuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang
merupakan Organisasi Otonom Muhammadiyah. IMM sebagai Ortom adalah pelangsung dan

213
Rosita, Anjar Nugroho
Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammmadiya dalam Membentuk Karakter Islami
di Universitas Muhammadiya Purwokerto

penyempurna amal usaha muhammadiyah sehingga sangat di nantikan peran dan


kontribusinya bagi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Menurut Muhaimin (2013) metode yang dapat diterapkan dalam pembentukan
karakter islami adalah melalui internalisasi nilai – nilai Islami pada setiap kegiatan,
pembiasaan, keteladanan, dan pendampingan. Berkaitan dengan teori tersebut, hasil
penelitian ini dalam penerapan peranan IMM dalam membentuk karakter Islami mahasiswa
juga memliki kesamaan bahwa IMM dalam jalan dakwahnya melalui kegiatan kampus
menerapkan metode seperti yang tercantum dalam buku Muhaimin (2013) yaitu: pertama,
internalisasi nilai – nilai Islami, hal ini dibuktikan dalam pembentukan karakter taat beribadah
kader selalu mengawali dengan kegiatan dengan basmallah dan membaca Al-Qur’an,
kemudian setelah itu menghentikan kegiatan ketika adzan berkumandang dan membaca
surat Al-Kahfi setiap hari jum’at di beberapa komisariat. Hal tersebut juga di terapkan saat
kader IMM berperan dalam kegiatan mahasiswa umum. Kedua, pembiasaan, berdasarkan
hasil wawancara kader komisariat melihat karakter islami yang terbentuk dalam setiap
individu karena sering mengikuti kegiatan di IMM sehingga terbiasa dan menjadi rutinitas
pada individu kader. Ketiga, metode keteladanan dan pendampingan ini berdasarkan hasil
observasi serta wawancara dengan kader dan LPPI, kader IMM terapkan pada kegiatan
kampus seperti menjadi mentor dan tutor Bimbingan baca Al-Qur’an.
Berdasarkan hasil tersebut, peranan IMM dalam membentuk karakter Islami
mahasiswa secara umum adalah mengaplikasikan peranan dan fungsi IMM sebagai organisasi
dakwah dan pengkaderan dengan dibuktikan melalui berperannya IMM dalam setiap
program kampus diantaranya:
1. Menjadi mentor pada kegiatan mentoring. Tujuan diadakannya mentoring adalah agar
mahasiswa UMP dapat memhami perilaku-perilaku Islami serta dapat membiasakan diri
dengan kebiasaan Islami yang sering disebut dengan 9 Golden Habbit (9 Kebiasaan Emas)
yang telah tercantum pada Diary Moslem yang dipegang oleh masing-masing mentee
(mahasiswa baru) melalui pemantauan dari para mentor setiap kelompok. Mentoring ini
memiliki kesempatan yang besar dan kader IMM mengambil peran di jalan dakwah
dalam pembentukan karakter Islami yang matang, karena waktu yang wajib diikuti oleh
seluruh mahasiswa baru di UMP adalah selama dua semester.
2. Tutor Bimbingan baca Qur’an. Diadakannya Bibaq ini karena terdapat permasalahan
yang telah peneliti cantumkan pada problem karakter islami mahasiswa UMP, bahwa
disetiap angkatan mahasiswa baru terdapat beribu mahasiswa yang tidak lulus baca Al-
Qur’an. Hal ini disebabkan karena kurangnya karakter taat beribadah (khususnya dalam
baca al-qur’an) pada setiap individu mahasiswa.Tutor Bibaq, tidak sepenuhnya dari
mahasiswa namun dari Tim LPPI juga ikut andil dalam membimbing baca Al-Qur’an
mahasiswa.
Meskipun tidak ada spesikifikasi dalam persyaratan menjadi tutor harus kader IMM,
namun sejauh ini berdasarkan data Tutor Bibaq dari LPPI, mayoritas adalah kader IMM.
Sampai pada periode Bibaq 2018 dari 53 kelompok bibaq, mayoritas tutornya adalah kader
IMM dan Tim dari LPPI. Berdasarkan data tersebut maka IMM di UMP sangat berperan dalam
membimbing mahasiswa yang belum lancar dalam baca Al-Quran dan secara tidak langsung
dapat membina karakter islami taat beribadah mahasiswa UMP agar lebih tekun dalam
belajar Al-Qur’an, sehingga para mahasiswa tersebut dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan berperannya IMM sebagai Tutor Bibaq, maka dapat dijadikan

214
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI PAI UMP TAHUN 2019
ISBN : 978-602-6697-31-8

sebagai teladan atau contoh yang baik kepada mahasiswa tersebut bahwa kader IMM
mampu memliki basic keagamaan yang bagus.
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini, bahwa terdapat peluang dan hambatan
kedepan. Peluang yang dapat IMM lakukan adalah, dengan memiliki karakter kader yang
mayoritas dari segi keamanan bagus, IMM dapat mengembangkan jalan dakwahnya lebih
luas dengan membentuk creative minority, menggelorakan budaya tekun dalam studi, serta
sebagai moral force mahasiswa UMP secara umum. Adapun hambatan dari IMM sehingga
peranan yang telah dilakukan IMM belum mencapai hasil yang maksimal dalam pembentukan
karakter islami mahasiswa yaitu, program IMM yang masih bersifat ekslusif di setiap
komisariat, hal ini karena kurangnya komunikasi antar sesama kader IMM di UMP. Dan
minimnya nilai karakter kreatif pada individu setiap kader, sehingga kurang memvariasikan
dan menginovasi kegaitan-kegaitan yang baru guna menunjang karakter islami mahasiswa
secara umum.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah dalam membentuk karakter Islami mahasiswa di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto berawal dari kegiatan pengkaderan Darul Arqam Dasar yang
sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter kader IMM, kemudian dari pengkaderan
tersebut menghasilkan beberapa karakter islam yang dapat terbentuk dalam setiap individu
kader. Pada hasil penelitian ditemukan bahwa peranan kader IMM untuk membentuk
karakter Islami mahasiswa yaitu dengan berperan sebagai mentor di kegiatan mentoring, dan
menjadi tutor bimbingan baca Al-Qur’an. Peluang yang dapat IMM lakukan adalah, dengan
memiliki karakter kader yang mayoritas dari segi keamanan bagus, IMM dapat
mengembangkan jalan dakwahnya lebih luas dengan membentuk creative minority,
menggelorakan budaya tekun dalam studi, serta sebagai moral force mahasiswa UMP secara
umum.Hambatan dari IMM sehingga peranan yang telah dilakukan IMM belum mencapai
hasil yang maksimal dalam pembentukan karakter islami mahasiswa yaitu, program IMM
yang masih bersifat ekslusif di setiap komisariat, hal ini karena kurangnya komunikasi antar
sesama kader IMM di UMP. Dan minimnya nilai karakter kreatif pada individu setiap kader.

DAFTAR PUSTAKA
Agham, Noor Chozin. 1997. Melacak Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Ikatan Mahasiswa
Muhamamdiyah. Jakarta: PERKASA.
Aris Kurniawan. 2018. Peran Mahasiswa Menurut para Ahli Beserta Peran dan Fungsinya.
(Online), (https://www.gurupendidikan.co.id) diakses tanggal 11 Desember 2018 pukul
20.15)
Azzam. 2011. Melacak Akar Ideologi Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia. (Online),
(http://www.academia.edu) diakses tanggal 12 Desember 2018 pukul 05.23)
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Caly, Sadli. 2012. Mahasiswa dan Menulis. (Online), (http://etheses.uin-malang.ac.id) diakses
tanggal 12 Desember 2018 pukul 08.48
Dewan Pimpinan Pusat IMM. Sistem Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Jakarta :
2011
215
Rosita, Anjar Nugroho
Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammmadiya dalam Membentuk Karakter Islami
di Universitas Muhammadiya Purwokerto

Djam’an Satori dan Komariah, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif,. Bandung : Alfabeta.
Fathoni, Farid, 1990. Kelahiran Yang di Persoalkan. Surabaya: Bina Ilmu.
Indah Wahyuningsih.”Pendidikan Kader Muhammadiyah Dalam Meningkatkan Karakter
Mahasiswa”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta : 2014. (diakses pada tanggal 13 September 2018. 22:30)
Makhrus Ahmadi, Aminudin Anwar. 2014. Geneaologi Kaum Merah Pemikiran dan Gerakan.
Yogyakarta: MIM Indigenous School dan Rangkang Education.
Marzuki. Pendidikan Karakter Islam, Jakarta: AMZAH. 2015
M. Abdul Halim Sani. Manifesto Gerakan Intelektual Profetik. Yogyakarta : 2011.
Mila Ayuningtyas.” Nilai – nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta Periode 2014”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta : 2014. (diakses pada
tanggal 13 September 2018. 22:30)
Miswar, (dkk.) Akhlak Tasawuf Membangun Karakter Islami. Medan: Perdana Publishing.
2015
Moleong Lexy, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Prosdakarya
Moleong Lexy, 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Prosdakarya
Muhaimin, 2013. Rekontruksi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Nata, Abudin. 2017. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (cet.XII). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Patilima, Hamid. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Pribadi, Imam. "Peranan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Imm) Dalam Membentuk
Perilaku Beragama Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Muhammadiyah." Voice of
Midwifery 5.07 (2016): 39-54
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. .
Bandung: ALFABETA.
Susiyanti.”Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Islami (Akhlak
Mahmudah) di SMA Negeri 9 Bandar Lampung”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung :
2016. (diakses pada jurnal uin raden intan pada tanggal 13 September 2018. 22:11)
Wildan, Muhammad (dkk.) 2015. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid 3. Jakarta:
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya.

216

Anda mungkin juga menyukai