1
Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
Mengidentifikasi Tujuan
Merumuskan Masalah
Contoh :
Informasi lain yang dapat dihimpun adalah prob. Cuaca selama 10 tahun terakhir
dari BMG sbb:
Hujan = 15 %
Berawan = 55 %
Terang = 30 %
Dari informasi data tersebut anda seorang manajer tentukan keputusan jual apa
dengan berbagai kreteria ukuran keputusan :
Berdasarkan perhitungan nilai harapan, strategi yang di ambil oleh penjaja adalah
Es krim karena memberi harapan penghasilan yang lebih besar
Ukuran Maksimin dan Maksimak
:
Hasil NH Deviasi Deviasi2 Prob D2 Tertimbang
300 212,5 87,5 7.656,25 0,15 1.148,4375
250 212,5 37,5 1.406,25 0,55 773,4375
100 212,5 112,5 12.656,25 0,30 3.796,8750
Varian 5.718,75
Deviasi Standar = Varian = 75,622
Koefisien Variasi = DS/NH = 0,356
Es Krim :
Hasil NH Deviasi Deviasi2 Prob D2 Tertimbang
75 213,75 - 138,75 19.251,5625 0,15 2.887,7344
150 213,75 -63,75 4.064,0625 0,55 2.235,2344
400 213,75 186,25 34.689,0625 0,30 10.406,7188
Varian 15.529,6876
Seorang manajer cenderung menggunakan hati nurani dan memilih jual Es krim
karena orang dapat menahan lapar tetapi tidak dapat menahan haus. Disinilah
penting dan perlunya informasi lain yang diperlukan.
Informasi lain yang diperlukan meliputi :
Permintaan terhadap produk
Penawaran faktor produksi
Teknologi produksi
Informasi ini diperlukan untuk mengambil keputusan tentang produk dan faktor
produksi yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan yaitu
pemasaran, produksi, sumber daya manusia, keuangan
TEORI PERMINTAAN
Fungsi Permintaan :
Qm = a1 P + a2 Y + a3 N +a4 C + a5 I
Dimana :
Qm = Jumlah permintaan mobil
P = price (harga rata-rata)
Y = Pendapatan konsumen rata-
rata N = jumlah penduduk
C = indeks tersedianya kredit
I = biaya iklan
Keterangan :
Permintaan mobil akan turun sebanyak 3 unit untuk setiap kenaikan harga rata-
rata sebesar Rp. 1 juta
Permintaan akan naik sebanyak 1,5 unit untuk setiap kenaikan pendapatan
disposable rata-rata sebesar Rp. 1 juta
Permintaan akan naik 0,05 unit untuk setiap tambahan penduduk sebanyak 1
orang
Permintaan akan naik sebesar 1.500 unit jika indeks ketersedian kredit naik
sebesar 1 point
Permintaan akan naik sebesar 0,05 unit untuk setiap Rp. 1 juta yang digunakan
untuk biaya iklan
Kurva permintaan :
Dengan menganggap pendapatan, penduduk, indek kredit dan biaya iklan tetap,
maka kurva permintaan dapat digambarkan sbb :
Qm = 35.504.500 – 3
PP = 11.834.400 –
Qm
P (juta/mobil)
11,8
0 35,5 Q (juta/thn)
Kebijakan manajerial :
Perusahaan harus mempunyai informasi yang baik tentang fungsi permintaan
akan produk yang dipengaruhi oleh variabel-varibelnya agar dapat membuat
keputusan operasional yang efektif dalam jangka pendek atau jangka panjang
Elastisitas :
Persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan
nilai salah satu variabel yang menentukan permintaan sebesar 1 persen atau
disebut derajat kepekaan
Formula elastisitas :
Q I
Elastisitas titik (Iklan) = .
I Q
EI = 0,05 (100.000.000/8.504.500)
= 0,58
Artinya :
Menunjukkan 1 persen perubahan biaya iklan akan menyebabkan perubahan
jumlah mobil yang diminta sebesar 0,58 persen (elastisitas yang positif artinya
kenaikan biaya iklan menybabkan kenaikan permintaan mobil)
Elastisitas Busur lebih akurat :
jQ I2 + I1
Elastisitas busur (Iklan) = .
jI Q2 + Q1
Misalkan :
Biaya iklan diturunkan dari Rp. 100.000.000 menjadi Rp. 50.000.000, maka dapat dihitung
elastisitas busur iklan sbb:
Qm = - 3 (9.000.000) + 1,5 (9.000.000) + 0,05(17.000.000) + 1.500(3) +
0,05 (100.000.000)
= 8.504.500
Qm = - 3 (9.000.000) + 1,5 (9.000.000) + 0,05(17.000.000) + 1.500(3) +
0,05 (50.000.000)
= 6.004.500
jQ I2 + I1
Elastisitas busur Iklan = .
jI Q2 + Q1
- 2,5 jt 50 jt + 100 jt
Elastisitas busur Iklan = .
- 50 jt 6.004.500 + 8.504.500
= 0,52
Artinya :
Jadi perubahan biaya iklan rata-rata sebesar 1 persen dalam kisaran 50 jt
menjadi 100 jt akan menyebabkan perubahan permintaan mobil sebesar 0,52
persen
Elastisitas Harga :
Q P
E titik (harga) = .
P Q
jQ P2 + P1
E busur (harga) = .
jP Q2 + Q1
Elastisitas Pendapatan :
Q Y
E titik (pendpt) = .
Y Q
jQ Y2 + Y1
E busur (pendpt) = .
jY Q2 + Q1
Qy Px
E titik (silang) = .
Px Qy
PRAKIRAAN PERMINTAAN
Contoh :
Jumlah penduduk wilayah tertentu = 1.000.000 orang
Income perkapita = Rp. 20.000
Konsumsi = 50 %
Konsumsi makanan kecil = 10% dari konsumsi
Kacang-kacangan = 5 % dari kons. mkn kecil
Y =a+bX
Dimana :
Y
a =
N
XY
b =
X2
Y 93.300.000
a = = = 8.481.818
N 11
XY 26.700.000
b = = = 242.727,27
X2 110
Sehingga persamaan :
Y = 8.481.818 + 242.727,27X
:Y = 10,58 + 0,56 X
Bila tahap berikutnya dikeluarkan biaya iklan Rp. 10.000 maka penjualan
perusahaan sebesar :
Kepuasan Maksimal
Untuk memaksimalkan kepuasan, seorang konsumen akan meminta atau
mengkonsumsi barang sedemikian rupa sehingga kepuasan marginal dari barang
A yang konsumnsi dibagi dengan harga barang A itu sama dengan kepuasan
marginal barang B yang dikonsumsi dibagi dengan harga barang B tersebut, dan
seterusnnya.
MUA MUB
------------- =-------------= dan seterusnya
PA PB
MU = Marginal utility
P = Harga barang
A, B = Macam barang yang dikonsumsi
Makna managerial :
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa seorang akan merasakan kepuasan
maksimal jika persamaan tersebut menunjukkan sama dengan ( = ).
MUA MUB
<
PA PB
MUA MUB
=
PA PB
Barang Y
IC1
0 Barang X
Dan dalam teori ini mengasumsikan bahwa konsumen mempunyai budget
tertentu yang ditunjukkan dalam Budget Line (BL) berikut :
Barang Y
I/Py
Dimana :
I = Budget konsumen
P = Harga barang
x, y = Barang
BL
0 I/Px Barang X
Kepuasan Maksimal :
Konsumen akan memperoleh kepuasan masksimal jika ia menggunakan seluruh
anggarannya untuk membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa dimana garis
anggaran (BL) bersinggungan dengan salah satu kurva indifenennya (IC)
Barang Y
I/Py
Dimana :
I = Budget konsumen
Y1 E P = Harga barang
IC2 x, y = Barang
IC1
BL
0 X1 I/Px Barang X
Makna managerial :
Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa :
1. Jika harga barang yang dihadapi konsumen mengalami perubahan, maka
konsumen akan merubah pola konsumsinya. Pengetahuan ini relevan dengan
penentuan harga jual oleh manager perusahaaan
2. Jika penghasilan konsumen mengalami perubahan, maka konsumen akan
merubah pola konsumsinya melalui bergesernya BL
3. Jika selera konsumen terhadap suatu barang berubah, maka juga merubah
pola konsumsi karena posisi kurva IC berubah. Analisis ini dapat digunakan
untuk melihat dapak dari periklanan terhadap selera konsumen.
Pendekatan Atribut :
Teori ini pertama dikembangkan oleh Kelvin Lancester (1966), yang menyatakan
bahwa pada pada teori sebelumnnya asumsi yang diperhatikan adalah terhadap
produknya, sekarang berdasarkan pada asumsi bahwa perhatian konsumen
bukan pada produk secara fisik saja tetapi lebih pada atribut produk yang
bersangkutan.
Atribut barang adalah semua jasa yang dihasilkan dari penggunaan dan atau
pemilikan barang, contoh atribut mobil : keamanan, kenyamanan, privacy,
prestice, pengangkutan.
Contoh :
Atribut dan harga makan di 6 restoran
Restoran Harga Derajad Atribut Ratio Makan
per Nyaman Lezat Nyaman/Lezat per $
porsi 100
($)
A 22,22 89 22 4,05 4,50
B 25,00 94 50 1,88 4,00
C 27,30 76 86 0,88 3,66
D 26,47 57 90 0,63 3,78
E 18,95 18 72 0,25 5,28
F 19,74 10 77 0,13 5,07
Misal :
Anggaran konsumen sebesar $ 100 maka dari restoran A mendapat :
Satuan atribut kenyamanan sebesar : 4,5 x 89 = 400,5
Satuan atribut kelezatan sebesar : 4,5 x 22 = 99 dan seterusnya sampai restoran
F, maka dapat di buat garis batas efisiensi sbb:
Kenyamanan
A
B
400,5
C
99 Kelezatan
Garis Batas Efisiensi : adalah sebagai batas luar dan merupakan kombinasi atribut
yang dapat dicapai konsumen dengan batas anggaran tertentu
Kepuasan Konsumen :
Dengan berdasarkan asumsi rasionalitas, maka konsumen akan mengambil
keputusan memilih restoran yang ditunjukkan oleh titik singgung antara kurva
batas efisiensi dan salahsatu kurva indiferennya (IC), seperti berikut :
Kenyamanan
A
B
400,5
C
YT
E
Y1
F IC3
Y2 IC2
Garis batas efisiensi
IC1
99 Z1 Z2 ZT Kelezatan
Jadi pilihan konsumen adalah akan membeli atau datang ke :
Restoran D maka dia mendapatkan satuan Y1 kenyamanan, dan Z1 kelezatan
Restoran E maka dia mendapatkan satuan Y2 kenyamanan, dan Z2 kelezatan
Atau secara total konsumen mendapatkan total kenyamanan YT dan total
kelezatan ZT
TEORI PERILAKU PRODUKSI
Membahas tindakan produsen dalam memproduksi barang-barang dengan
mengkombinasikan input-input faktor produksi sedemikian rupa sehingga biaya
per satuan output yang dihasilkan serendah-rendahnya atau disebut least cost
input combination (LCC)
Teori Produksi :
1. Pendekatan satu faktor input variabel
2. Pendekatan dua faktor input variabel
TP
B (law of diminishing average return)
0 6 9 13 L
MP, AP
MPL MPT
AP
0 6 9 13 L
Kebijakan Managerial :
Konsep Isoquant
Berbagai kombinasi dan komposisi dua input yang dapat menghasilkan output
sama jumlahnya
Contoh :
Kombinasi Labor Mesin
A 6 1
B 3 2
C 2 3
D 1 6
Capital
3
2
Q =200
1
Q = 100
0 1 2 3 6 Labor
Kombinasi Optimal : yaitu komposisi dua input yang akan dipergunakan dan
dibiayai untuk dapat menghasilkan output yang setinggi-tingginya. Untuk
menjawab persoalan ini perlu informasi budget, yang dikenal dengan konsep
ISOCOST
Konsep Isocost :
Berbagai kombinasi dan komposisi dua input yang dapat digunakan dalam proses
produksi dengan biaya yang sama
C=aL+bK
Dimana :
C = budget perusahaan (misal
1000) A = harga persatuan L (misal
100)
B = harga persatuan K (misal 100)
Capital
10
C = 100L + 100K
10 Labor
Keseimbangan Produsen :
Keseimbangan produsen terjadi jika budget line bersinggungan dengan salah satu
garis isoquant nya, yaitu terletak di titik B sehingga dengan kombinasi input
capital sebesar K dan labor sebesar L maka didapatkan hasil optimal sebesar
output tertentu
Capital
K B
Q2
Q1
L Labor
Titik Optimal (B) tersebut dipastikan terletak di dalam garis batas efisiensi (GBE),
seperti berikut ini :
Grs Batas Efisiensi
Capital
K3 B Q=200
AQ=100
K2 C
K1
0
L L2 L3 Labor
Misalkan :
Titik A : dengan kombinasi input K2 dan L2 menghasilkan Q = 200 (dalam
GBE)
Titik C: dengan kombinasi input K2 dan L3 mengashilkan Q= 100 (luar GBE)
Artinya walaupun L2 ditambah penggunaanya menjadi L3 tetapi justru Q yang
dihasilkan turun menjadi 100, sehingga kombinasi yang ideal terletak di dalam
garis batas efisiensi (GBE)
Soal Latihan :
Jawab :
Rumusan masalah :
Max : Q = L2 + 10 LK + K2
Batasan : 1.150 = 5 L + 20 K
Metode Lagrange :
Z = L2 + 10 LK + K2 + (1150 – 5L – 20 K)
Derivasi partial : = 0
Z/L = 2 L + 10 K – 5 = 0
Z/K= 10 L + 2 K – 20 = 0
Z/ = 1150 – 5 L – 20 K = 0
Metode Eliminasi :
2 L + 10 K – 5 = 0 [x4] 8 L + 40 K – 20 =0
10 L + 2 K – 20 = 0 [x1] 10 L + 2 K – 20 =0
-
- 2L + 38 K =0
2L = 38 K
L = 19 K
Metode Subtitusi :
1150 – 5 L – 20 K =0
1150 – 5 ( 19 K) – 20 K =0
1150 – 95 K – 20 K =0
1150 = 115 K
K = 10
Sehingga L = 190
2. Jika diketahui fungsi produksi dengan 2 input variabel K dan L sebagai berikut
:
Q = 40 L + 150 K – L2 – K2, dan besarnya dana yang tersedia oleh perusahaan $
4.400 dengan harga input adalah $ 20/L dan $ 50/K. Dari data tersebut carilah
kombinasi penggunaan input yang optimal dan besar produksinya.
(DIKERJAKAN DIKUMPULKAN)
3. Diketahui fungsi produksi perusahaan Q = 10 K 0,25 . L 0,75 dan harga input K
dan L masing-masing sebesar $ 4 dan $ 2. Jika perusahaan ingin
memaksimalkan produksi, berapa K dan L yang digunakan perusahaan dalam
proses produksinya jika pengusaha hanya memiliki anggaran sebesar $ 2.000.
Jawab :
Rumusan masalah :
Max : Q = 10 K 0,25 . L 0,75
Batasan : 2.000 = 4 K + 2 L
Metode Lagrange :
Z = 10 K 0,25 . L 0,75 + (2.000 – 4 K – 2 L)
Derivasi partial : = 0
Z/K= 2,5 K- 0,75 . L 0,75 – 4 =0
Z/L = 7,5 K 0,25 . L - 0,25 - 2 =0
Z/ = 2000 – 4 K – 2 L =0
Metode Eliminasi :
2,5 K- 0,75 . L 0,75 – 4 =0
7,5 K 0,25 . L - 0,25 – 2 = 0 [x2]
2,5 L = 15 K
L =6K
Metode Subtitusi :
2000 – 4 K – 2 L =0
2000 – 4 K – 2 (6 K) =0
16 K = 2000
K = 125
Jadi L = 750
Jawab :
Rumusan masalah :
Min : C =4K+2L
Batasan : 2.000 = 10 K 0,25 . L 0,75
Metode Lagrange :
Z = 4 K + 2 L + (2.000 – 10 K 0,25 . L 0,75)
Derivasi partial :
Z/L = 2 – 7,5 K0,25 . L -0,25 . =0
Z/K= 4 – 2,5 K -0,75 . L 0,75 . =0
Z/ = 2000 – 10 K 0,25 . L 0,75 =0
Metode Eliminasi :
2 – 7,5 K0,25 . L -0,25 . = 0 [x2]
4 – 2,5 K -0,75 . L 0,75 . =0
4 – 15 K0,25 . L -0,25 . =0
4 – 2,5 K -0,75 . L 0,75 . =0
-
15 K0,25 . L -0,25 . = 2,5 K -0,75 . L 0,75 .
2,5 L = 15 K
L =6K
Metode Subtitusi :
2000 – 10 K 0,25 . L 0,75 =0
2000 – 10 K 0,25 . (6 K) 0,75 =0
2000 – 10 K 0,25 . 3,8 . K 0,75 =0
2000 – 38 K =0
K = 52,6
Jadi L = 6 (52,6)
L = 315,6
5. Jika diketahui fungsi produksi dengan dua input K dan L adalah Q = 10 K 0,75 .
L0,25 dan besarnya dana yang tersedia adalah $ 2.000, serta harga input
masing- masing adalah $ 4 per K dan $ 2 per L. Dari data tersebut carilah
kombinasi penggunaan input yang optimal dan berapa besarnya produksi
Jawab :
Rumusan masalah :
Max : Q = 10 K 0,75 . L 0,25
Batasan : 2.000 = 4 K + 2 L
Metode Lagrange :
28
Z = 10 K 0,75 . L 0,25 + (2.000 – 4 K – 2 L)
29
Derivasi partial : = 0
Z/K= 7,5 K- 0,25 . L 0,25 – 4 =0
Z/L = 7,5 K 0,75 . L - 0,75 - 2 =0
Z/ = 2000– 4 K – 2 L =0
Metode Eliminasi :
7,5 K- 0,25 . L 0,25 – 4 =0
2,5 K 0,75 . L - 0,75 – 2 = 0 [x2]
7,5 L =5K
K = 1,5 L
Metode Subtitusi :
2000 – 4 K – 2 L = 0
2000 – 4 (1,5L) – 2 L = 0
2000 – 6 L – 2 L = 0
8L = 2000
L = 250
Jadi K = 1,5 (250)
K = 375
Karakteristik :
1. Jumlah penjual dan pembeli sangat banyak.
2. Jenis barang yang dijual belikan bersifat homogen.
3. Terdapat Free Barrier to Entry, bebas keluar masuk pasar.
4. Terdapat informasi yang sempurna tentang harga.
Implikasi :
Karena jumlah penjual banyak, maka produsen atau penjual tidak dapat mempengaruhi
harga, sehingga harga bersifat tetap. Dengan demikian kurva demand berbentuk horizontal,
atau harga ditentukan oleh pasar (price taker).
Contoh :
Harga X Jumlah Y TR AR MR
Rp. 10 5 50 10 -
10 6 60 10 10
10 7 70 10 10
10 8 80 10 10
10 9 90 10 10
10 10 100 10 10
Keterangan :
TR : P . Q
AR : TR / Q
MR : ATR / AQ
P
TR
10
D = AR = MR (Horisontal)
Q
0 Q1
Penentuan Laba Max pada Persaingan Sempurna (PS)
TC
P TR
0 Q
Q*
Laba max tercapai pada saat TR > TC dengan jarak terjauh antara TR dan TC dititik A dan
B, sehingga :
Slope TR = Slope TC
TR TC
Q Q
MR = MC
Keadaan laba murni Pasar Sempurna :
TR TC
MC
P
MR = MC
AC
* A
P
D = AR = MR
C B
0 Q
Q*
Laba murni terjadi pada keadaan dimana P* diatas titik minimal dari
AC : TR = OQ*AP*
TC = OQ*BC
Laba
CBAP*
Keadaan Rugi Pasar Sempurna :
MC
P
AC AC = AFC + AVC
A
C MR = MC
AFC
AVC
P*
B D = AR = MR
AVC
0 Q
Q*
Laba negatif (rugi) terjadi dimana TR < TC, pada saat harga jual (P*) dibawah titik
minimal AC
Sehingga : TR = OQ*BP*
TC = OQ*AC
Rugi = P* BAC
Dalam keadaan seperti gambar tersebut apakah perusahaan masih tetap operasi atau
berhenti ?
Jawab : Walaupun perusahaan menderita rugi sebesar P*BAC , namun lebih bak tetap
operasi. Sebab ketika masih tetap operasi perusahaan dapat menutup biaya variabel (VC)
dan sebagian biaya tetapnya (FC), atau pada saat harga P * biaya AVC dapat dibayar dan
AFC sebagian terbayarkan.
Tetapi jika tidak operasi, maka perusahaan tetap harus menanggung beban biaya tetapnya.
Okey!!!
Keadaan Laba Normal Pasar Sempurna
P
MC
AC
P*
D = AR = MR
MR = MC
0 Q* Q
Harga jual P* tertetap pas pada titik minimal AC sehingga, TR = TC, artinya
perusahaan tidak untung dan tidak rugi. Maka disebut laba normal.
Mengapa dikatakan laba normal :
Sebab dalam struktur biaya produksi sudah diperhitungkan biaya implisit dan biaya
eksplisit.
Biaya implisit adalah : Biaya yang seharusnya diperhitungkan dan dibayarkan oleh
perusahaan tetapi tidak dilakukan pembayaran. Contoh : biaya sewa rumah sendiri,
tenaga kerja sendiri yang tidak dibayar.
Biaya eksplisit adalah : Biaya yang sungguh – sungguh dibayar oleh perusahaan.
Contoh : Bahan baku, tenaga kerja, dan lain – lain.
Jadi ketika TR TC
Sedang TC = Biaya Implisit + Biaya Eksplisit
Dan biaya implisit : tidak dibayar oleh perusahaan
Maka : TR TC berjumlah positif ( + ) ada laba normal.
A AC
C
AFC
AVC
P*
B D = AR = MR
AVC Shut Down Point
0 * Q
Q
PASAR MONOPOLI
Karakteristik :
1. Dipasar hanya terdapat satu penjual/ produsen, sehingga dapat mengontrol harga jual.
2. Terdapat Barrier to Entry yang sangat kuat, artinya perusahaan lain yang akan masuk
terdapat hambatan atau susah bersaing dengan monopolist.
Sebab terjadinya monopoli :
1. Dikarenakan penguasaan bahan baku
2. Dikarenakan penguasaan hak patent
3. Dikarenakan penguasaan hak dari pemerintah, dan lain – lain.
TR
Contoh
Q
Px Qx TR MR AR
8 0 0 7 8
7 1 7 5 7
6 2 12 3 6
5 3 15 1 5
4 4 16 -1 4
3 5 15 -3 3
2 6 12 -5 2
1 7 7 1
Gambar
P
16 -
TR
8-
4- D,AR
0 4 MR 8 Q
P
TC
A
TR
B
0 Q
Q*
P
Jadi TR = OQ*AP* TC = OQ*BC
Laba CBAP*
MC
A AC
P*
C
B
MR = MC AR
MR
0 Q* Q
Kerugian Masyarakat :
MC
C E
AR
MR = MC (Monopoli)
MR
0 Q* Q1 Q
Dengan adanya monopoli maka masyarakat dirugikan (Social Loss) sebesar EFG, yaitu
perbedaan antara berkurangnya TR dan berkurangnya TC apabila monopolist mengurangi
produksi dari Q1 ke Q* sehingga harga naik dari P (Persaingan Sempurna) ke P*
(monopolist).
Kebijakan pemerintah untuk mengurangi kerugian yang diderita masyarakat (Social Loss).
1) Dilakukan pajak untuk monopolist :
- Pajak Lumpsum Pajak yang besarnya tidak berhubungan dengan produksi
- Pajak Spesifik Pajak yang besarnya berhubungan dengan produksi
2) Pembatasan harga jual (Ceiling Price / harga tertinggi)
MC
AC
P*
P1 MR, AR PS
Batas Harga
AR
MR
0 Q* Q
Jadi pemerintah membatasi harga maksimum yang berlaku sebesar harga persaingan
sempurna (PS) pada P1 bukan P* sehingga masyarakat dapat menikmati harga lebih rendah
dari harga monopoli pada P*. Sehingga laba monopoli berkurang.
PASAR OLIGOPOLI
Karakteristik :
1. Sering terjadi perang harga antara perusahaan (sekitar 10 perusahaan) terutama untuk
harga yang turun obral harga.
2. Harga bersifat tegar untuk naik, tetapi tidak tegar untuk turun, karena bila dinaikkan
maka produsen lain tidak mengikuti sehingga produsen tersebut dapat kehilangan
konsumen.
Contoh : Di Indonesia yang mendekati pasar ini untuk sekarang adalah perusahaan –
perusahaan industri penerbangan yang berlomba – lomba untuk
menurunkan harga jual tiket pesawat.
Implikasi :
Karena terdapat ketegaran harga untuk naik dan tidak untuk turun, maka pasar
oligopoli tersebut mempunyai kurva demand yang patah, yang satu landai dan yang satu
lagi tidak landai / lebih tegak (kurang elastis). Artinya untuk kurva yang landai (elastis)
tersebut perusahaan peka terhadap perubahan harga untuk naik atau naik sedikit akan
kehilangan banyak konsumen. Tetapi jika harga diturunkan yang berada pada kuva demand
yang tidak elastis, maka perusahaan tidak banyak atau segera mendapatkan konsumen
karena perusahaan lain juga ikut menurunkan harga.
Elastis
Kurvapatah
Kurva yang MR (BC) yang tegak menunjukkan bahwa oligopoli dapat berbeda biaya p
(dapat MC
sama)
P* A
AC
C B
C Tidak elastis
D2
D1
0 Q* MR2
MR1
Kurva Demand (D) dan kuva MR yang digunakan dengan garis tebal, sehingga kurva
D tampak patah dan kurva MR ada yang tegak lurus (BC).
KARTEL
Terjadi jika dua atau lebih perusahaan bergabung menjadai satu. Arinya mereka
bersekongkol untuk mengontrol quota produksi sehingga dapat menciptakan harga, seperti
halnya model monopoli.
MC
A MCA B MCB
ACA
P* P* P*
MR = MC
C C ACB D
MR
0 QA 0 0 Q gabungan
QB
o Dua perusahaan A dan B bergabung membentuk kartel sehingga penentuan
labamaksimum tejadi pada MR = MC gabungan jika ditarik lurus maka dapat
menentukan Quota produksi untuk perusahaan Adi QA dan perusahaan B di QBdan
harga yang terjadi sama harga pada P*.
o Jadi jumlah Q yang dihasilkan oleh masing – masing perusahaan diatur oleh kartel
demikian pula harga barang yang bersangkutan. Dan laba yang diperoleh masing –
masing perusahaan dapat berbeda – beda tergantung biaya produksi masing – masing
perusahaan. Jika biaya produksi rendah maka lebih menguntungkan dan sebaliknya.
Penerapan harga yang berbeda pada dua pasar yang berbeda tingkat
elastisitas permintaannya. Tujuannya untuk memperluas pasar dan
meningkatkan keuntungan perusahaan
Diskriminasi harga derajad I
10
9
8 D
5 8 11 Q
Diskriminasi derajad II
PAM daerah dengan tarif sebagai berikut :
Pa
Pb
Da Db DG
MRa MRb MRG
Keterangan :
Pada pasar A mempunyai kurva demand yang kurang elastis, sehingga
harga yang diterapkan agak tinggi. Pada pasar B mempunyai kurva
demand yang elastis sehingga harga yang diterapkan lebih rendah
Jawab :
Q1 = 120 – 10 P1 Q2 = 120 – 20 P2
120 – Q1 120 – Q2
P1 = P2 =
10 20
1 1
= 12 - Q1 = 6 - Q2
10 10
120 – Q1 120 – Q2
TR1 = P1.Q1 = Q1 TR2 = P2.Q2 = Q2
10 20
1 1
= 12 Q1 - (Q1)2 = 6 Q2 - (Q2)2
2 10 2 20
MR1 = 12 - Q1 MR2 = 6 - Q2
10 20
MR1 = MC MR2 = MC
2 2
12 - Q1 =2 6 - Q2 =2
10 20
1 1
Q1 = 10 Q2 =4
5 10
Q1 = 50 Q2 = 40
1 1
P1 = 12 - Q1 P2 = 6 - Q2
10 20
1 1
P1 = 12 - (50) P2 = 6 - (40)
10 20
= 12 – 5 =6–2
P1 =7 P2 =4
Sehingga Laba :
= TR – TC
= (50 x 7) + (40 x 4) – 20 + 2 (90)
= 510 – 200
= 310
:Q = Q1 + Q2
= 120 – 10 P + 120 – 20 P
= 240 – 30 P
240 - Q
=
30
1
P =8-Q
30
TR = P. Q
1 MR = MC
=8-Q .Q 1
30 8- Q =2
15
1
= 8Q - Q 2 Q = 90
30
1 1
MR =8- Q P = 8 - (90)
15 30
P =5
= TR – TC
= (5 x 90) – 20 + 2 (90)
= 450 – 200
= 250