Yth.
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Kantor Pengadilan Negeri Klas 1B Poso
di -
Poso
Dengan Hormat.
Berdasarkan inspeksi teknik pada bangunan gedung Kantor PN Klas 1B Poso
yang sementara pelaksanaan konstruksi tahap 3, ditemukan sebanyak 27 titik
keretakan dinding pasangan bata ½ batu dari hasil pelaksanaan konstruksi tahap 2
(tahun 2013). Retak-retak sedemikian merupakan tanda adanya masalah pada
bangunan tersebut. Untuk menentukan signifikansi retak-retak dinding pada keamanan
bangunan (kestabilan, kerentanan, resiko) maka pengelola teknis dengan merujuk ke
berbagai referensi telah menganalisa penyebab dan juga metoda atau cara
penanggulangannya.
Berdasarkan penugasan Ketua PN Poso, pengelola teknis menyusun laporan
inspeksi ini sebagai dasar penanggulangan masalah keretakan tersebut.
Demikian pengantar kami. Atas perhatian dan kerjasama Bapak kami
mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat Kami:
Pengelola Teknis Proyek
Bidang Cipta Karya Dinas PU Kab. Poso
Pendahuluan
Semua material bangunan mengalami perubahan volume sebagai respons terhadap
perubahan temperatur dan kelembaban (kadar air). Perubahan volume material,
deformasi elastik akibat beban-beban, rangkak (creep), dan faktor-faktor lainnya
mengakibatkan terjadinya pergerakan. Kekangan terhadap pergerakan-pergerakan ini
menimbulkan tegangan di dalam bangunan yang berakibat pada terjadinya retak
(crack). Dari sisi konstruksi, retak-retak yang pada mulanya dipicu oleh karakteristik
material bangunan akan menjadi lebih intensif dan lebih beresiko bilamana terdapat
kelemahan-kelemahan tertentu dalam desain konstruksi.
Batasan Masalah
Oleh karena keterbatasan instrumen pengukur presisi maka semua indikasi keretakan
dinding bata pada bangunan gedung Kantor PN Klas 1B Poso ini dianggap hanya
merupakan respons dari aksi gaya-gaya yang bekerja di dalam bidang (in-plane wall),
bukan aksi gaya di luar bidang (out of plane wall) sebagaimana yang mungkin
disebabkan oleh gaya gempa lateral.
Gbr. 1.a-b. Bentangan tengah (midspan) dan tepi (endspan) dari balok girder 35x65 cm, L = 10 m. Tidak
ditemukan indikasi yang mencolok (secara visual) berupa keretakan atau defleksi ekstrim dari
struktur pendukung pelat dan dinding ini (panel balok-pelat monolit Ruangan Hakim)
Secara teknik struktur, dinding pasangan bata ½ batu diklasifikasikan sebagai bukan
2
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
komponen struktural bangunan oleh karena tidak memikul beban mati dan beban hidup
bangunan. Dinding pasangan bata ½ batu dikategorikan sebagai elemen pengisi rangka
struktur kolom-balok (masonry/brick-wall infilled frame) dan hanya berkontribusi dalam
menambah kekakuan rangka struktural, terutama apabila bangunan mengalami
gerakan lateral atau horizontal akibat gempa bumi dan getaran.
Gbr. 2. a-b. Bentangan tepi (endspan) dari balok 30x45 cm, L = 5 m, pendukung pelat lantai dan dinding
bata pembatas ruangan bagian Selatan Ruang Panitera Pengganti. Secara inspeksi visual
tidak ditemukan indikasi yang sangat mencolok berupa keretakan atau defleksi ekstrim pada
balok, pertemuan (join) kolom-balok dan kolom beton bertulang.
Gbr. 3. a-b. Bentangan tengah (midspan) dan tepi (endspan) dari balok 30x45 cm, L = 5 m, pendukung
pelat lantai dan dinding bata pembatas ruangan bagian Utara Ruang Hakim. Secara inspeksi
visual tidak ditemukan indikasi yang sangat mencolok berupa keretakan atau defleksi
ekstrim pada balok, pertemuan (join) kolom-balok dan kolom beton bertulang.
3
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Pada sisi yang lain, dinding pengisi ini sangat integratif dengan komponen struktural
bangunan oleh karena dua situasi berikut ini:
1. Dinding pengisi (= dinding pasangan bata ½ batu) disupport/dipikul oleh balok-balok
beton bertulang yang dicor secara monolit dengan pelat betonnya (lihat Grb. 5.a-c),
dan,
2. Melalui bidang sentuh pada sisi atas, dinding pengisi (paling kurang sebagiannya)
menerima transfer berat sendiri balok ring dan pelat atap terutama apabila terjadi
susut pembebanan (creep) atau defleksi pada sistem balok-pelat atap yang cukup
besar sementara celah ekspansi diantara dua komponen ini tidak dapat
mengakomodasi pergerakan (lihat Gbr. 4.a-c, Gbr. 7, Gbr. 8).
4
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Defleksi
Defleksi
Defleksi
Gbr. 6.a-c. Retak dinding pasangan bata di sekitar bukaan pintu dan jendela karena
deformasi elastik dan creep yang menyebabkan penurunan struktur
pendukung.
5
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Pelat Lantai, t = 12 cm
Celah ekspansi = 0
Lintel/Latei/Latio
Gbr. 7. Join (pertemuan) balok ring – pelat monolitik dan sisi atas dinding dengan
bukaan lebar dan tanpa celah ekspansi horizontal (garis kuning putus-putus).
Celah di
Balok Struktur
Dinding non-struktur
Bukaan Pintu
Kolom Struktur
Gbr. 8. Join (pertemuan) balok struktur dan sisi atas dinding dengan
bukaan dan celah ekspansi horizontal (garis kuning putus-putus).
6
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
dinding dan pembebanan yang ditransfer dari balok ring-pelat atas. Penyebab minor
adalah drying shrinkage (susut kering). Sedangkan faktor yang berkontribusi pada
keretakan adalah dinding lemah karena perkuatan kolom praktis dan balok latei kurang
memadai.
Faktor Fundamental:
Terlampauinya kapasitas tegangan tarik-langsung (direct tensile-strength) dan
tegangan tarik-lentur (flexural tensile-strength) dinding bata (spesi mortar
maupun batu bata) dalam memikul aksi beban luar berupa tegangan tekan, aksi
tarikan dan kombinasi aksi tarikan-lenturan.
Penyebab Utama:
1. Defleksi beton pelat lantai-balok monolit pendukung dinding akibat proses
rangkak (creep);
2. Transfer beban mati dari berat balok ring-pelat monolitik atas dinding, dan
3. Deformasi elastik sistem balok-pelat lantai akibat peningkatan beban mati lantai.
Penyebab Minor:
4. Susut volume atau susut pengeringan (shrinkage) spesi semen atau mortar.
Faktor Kontributif:
5. Perkuatan dinding lemah akibat ketiadaan atau akibat kurang memadainya
rangka perkuatan kolom praktis – latei/lintel pada bukaan-bukaan (pintu dan jendela).
6. Kesalahan Konfigurasi Pendetailan, terutama pendetailan lapis tulangan pelat
Transfer Beban Mati dari Berat Balok Ring-Pelat Monolitik Atas Dinding
Pembebanan berarah vertikal yang ditransfer dari berat balok ring-pelat lantai monolitik
melalui kontak atas dinding melampaui kapasitas geser dinding pasangan bata, baik
kekuatan spesi mortar maupun kekuatan batu bata. Ini dikategorikan sebagai beban
berlebih.
Reaksi vertikal
8
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Sambungan Tabel 1.
9
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Gbr. 12.a. Defleksi maksimum pelat lantai sebelum pemasangan lantai keramik yang terjadi pada
panel tengah ruang Hakim sebesar 15.81 mm (ETABS v13 dan SAFE v12).
Sesudah pemasangan lantai keramik, terjadi peningkatan beban mati lantai beton dan
defleksi maksimum lantai menjadi maks = 17.32 mm. Selanjutnya dicoba pula
kombinasi pembebanan puncak lantai apabila beban hidup per satuan luas untuk
standar ruangan kantor (wL = 250 kg/m2) dan beban mati tambahan wL = 50 kg/m2
bekerja secara penuh sesuai standar pembebanan ultimit dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI), wU = 1.2wD + 1.6wL.
Gbr. 12.b. Defleksi maksimum pelat lantai sesudah pemasangan lantai keramik. maks = 17.32 mm
(ETABS v13 dan SAFE v12)
10
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Gbr. 12.c. Defleksi maksimum pelat lantai akibat kombinasi pembebanan ultimit menurut SNI. .
maks = 26.70 mm (ETABS v13 dan SAFE v12)
11
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Gbr. 13. Gambar Potongan melintang bangunan gedung kantor PN Klas 1B Poso
Gbr. 14. Denah konfigurasi balok-balok struktural pada bangunan gedung kantor PN Klas 1B
Poso
12
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Gbr. 15. Pekerjaan pemasangan/pendetailan tulangan balok dan pelat pada konstruksi
bangunan gedung kantor PN Klas 1B Poso, September 2013. Nampak dalam gambar
tersebut, jarak spasi lapis tulangan bawah secara umum sudah memenuhi yang
dibutuhkan (sesuai perhitungan, smaks = 15 cm), namun jarak spasi lapis tulangan atas
untuk daerah momen tumpuan arah bentang pendek kurang memenuhi.
13
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
= 5.0 m
= 10.0 m
Gbr. 16. Skematik momen lapangan arah X dan arah Y (Mly, Mlx) dan momen tumpuan arah X
dan arah Y (Mty, Mtx)
Tabel 2. Spreadsheet perhitungan tulangan pelat panel interior dengan 4 sisi tumpuan balok
As perlu = ρ perlu . b . d
r perlu cek r As perlu
2
Arah Mu Mn Rn=Mn/bd tul.pakai As ada As ada>Asperlu
kNm kNm N/mm2 > ρmin mm2 Ø (mm) s (mm)
x ( lap ) 5.16 6.4526875 0.807 0.00336 0.003361 336 10 200 393 ok
y ( lap ) 4.34 5.4202575 0.542 0.00226 0.0025 250 10 250 314 ok
x ( tump ) 12.18 15.2283425 1.523 0.00635 0.006345 635 10 110 714 ok
y ( tump ) 11.15 13.937805 1.394 0.00581 0.005807 581 10 125 628 ok
Berdasarkan analisis pelat lantai dua arah (two-way slab) dengan menggunakan
metoda koefisien momen maka momen tumpuan arah bentang pendek Mtx (Lx = 5.00
meter) menghasilkan nilai momen nominal Mn = 15.22 kNm. Dalam detail penulangan
dari konsultan perencana semua jarak spasi lapis tulangan bawah diberikan sebesar
stul.b = 15 cm, dan semua jarak spasi lapis tulangan atas diberikan stul.a = 15/20 cm,
padahal berdasarkan perhitungan, momen pelat maksimum yang terdapat pada lapis
tulangan atas di daerah tumpuan arah-X membutuhkan spasi sebesar stul.a = 10-11 cm.
14
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Project Laporan Inspeksi Teknis Gedung Kantor PN Poso REINFORCED CONCRETE COUNCIL
Client Kantor PN Klas 1B Poso Made by Date Page
Location Lantai 2 - Panel Interior 10x5 m2 F to G: 1 to 2 Yoppy Soleman 29 Mei 2014 1
2-WAY SPANNING INSITU CONCRETE SLABS to BS 8110:1997 (Table 3.14) Checked Revision Job No
Originated from RCC94.xls on CD © 1999 BCA for RCC YS 0 01/PT/V/2014
Lx = 5 m
Btm cover mm 15
Edge 4
Edge 2
LOADING characteristic EDGE CONDITIONS
Self weight kN/m² 2.83 Edge 1 C C = Continuous
Extra dead kN/m² 0.63 Edge 2 C D = Discontinuous Ly = 10 m
Total Dead, gk kN/m² 3.46 gf= 1.40 Edge 3 C
Imposed, qk kN/m² 2.50 gf= 1.60 Edge 4 C 2
Design load, n kN/m² 8.85 See Figure 3.8 and clauses 3.5.3.5-6 Edge 3
SUPPORT REACTIONS (kN/m char uno) (See Figure 3.10) Sum ßvx = 1.000 Table 3.15
EDGE 1 EDGE 2 EDGE 3 EDGE 4 Sum ßvy = 0.667
1, F-G G, 2-1 2, F-G F, 2-1 equations
ßv 0.500 0.333 0.500 0.333 19 & 20
Dead kN/m 8.66 5.77 8.66 5.77
Imposed kN/m 6.25 4.17 6.25 4.17
Vs kN/m 22.1 14.7 22.1 14.7
OUTPUT/SUMMARY
SHORT LONG EDGE 1 EDGE 2 EDGE 3 EDGE 4
PROVIDE SPAN SPAN 1, F-G G, 2-1 2, F-G F, 2-1
MAIN STEEL R10 @ 150 B1 R10 @ 275 B2 R10 @ 100 T1 R10 @ 200 T2 R10 @ 100 T1 R10 @ 200 T2
15
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
BOTTOM STEEL
Short span - middle R 10 @ 150 50 4150 0.617 127.9
edges R 10 @ 150 16 5300 0.617 52.3
Long span - middle R 10 @ 275 14 8150 0.617 70.3
edges R 10 @ 275 4 10300 0.617 25.4
SUMMARY
Reinforcement density (kg/m³) #N/A Total reinforcement in bay (kg) #N/A
Gbr. 17. Karakteristik susut pengeringan (drying shrinkage) pada plesteran/acian tembok bata
16
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Gbr. 18. Hubungan susut pengeringan (drying shrinkage) menurut berbagai standar teknik
L = 7.5 m
h = 4.0 m
Gambar 19. Dinding pembatas ruangan sisi Timur Ruang Panitera Pengganti. Garis
merah putus-putus menyatakan zona retak vertikal ireguler.
17
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Gambar 20. Skematik penempatan ringbalk, kolom praktis dan balok latei (lintel, latio) untuk perkuatan
bidang dinding
Gambar 21.a-b. Penempatan kolom praktis dan balok latei untuk perkuatan dan sebagai
pendukung dinding pada bukaan pintu dan jendela
18
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Balok Ring
Balok Latei/Lintel
Kolom Praktis
Gambar 21. Konstruksi pengekangan dinding pasangan bata dengan kolom praktis, latei dan
angkur.
Gambar 22.a-b. Pola bukaan retak (mekanisme), (a) retak tarik; (b) retak tekan
19
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Tabel 3. Klasifikasi derajat retak berdasarkan lebar celah (Referensi dari BRE, USA)
20
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 1
Catatan: Definisi
F Fungsional dengan tanpa indikasi kerusakan
TD Tidak Ditemukan
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi
sama sekali
F TD TI NF RB
1. Dinding Pembatas Ruangan bagian Timur Ruang Panitera Pengganti:
Pasangan Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir)
dengan acian.
Retak vertikal tak-beraturan yang dimulai pada perletakkan (dasar) dinding ke arah
langit-langit bangunan pada zona pertemuan kolom tulangan praktis dan susunan bata
dengan lebar retak < 1.0 mm akibat kombinasi 4 hal:
1. Defleksi pelat beton bertulang bawah dinding akibat creep (rangkak);
2. Defleksi minor pada balok/gelagar di bawah (tumpuan) dan balok ring di atas dinding akibat
creep (rangkak);
3. Celah ekspansi (untuk pemuaian, pergerakan, pergeseran) pada bidang sentuh balok
atap (ring balk) dan sisi atas dinding kurang memadai;
4. Dinding bata lemah dalam memikul tegangan akibat gaya vertikal dan
horizontal karena tidak ada perkuatan rangka pengaku berupa balok latei
(lintel) horizontal pada bidang dinding dengan luas > 12 m2 (luas bidang
dinding 28.0 m2).
21
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 2
F TD TI NF RB
2. Dinding Pembatas Ruangan bagian Selatan Ruang Panitera Pengganti:
Pasangan Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir)
dengan acian.
Retak Dinding diagonal bukaan pintu dengan lebar ≈ 1.0 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Dinding bata lemah pada zona bukaan dalam memikul tegangan akibat berat
balok ring atas dinding sehubungan perkuatan rangka pengaku berupa balok
latei (lintel) horizontal kurang memadai (hanya sepotong, kurang panjang,
tidak menerus sepanjang bentangan kolom) dan ketiadaan kolom praktis.
2. Defleksi pelat dan balok beton bertulang atas dinding akibat shrinkage (susut)
dan creep (rangkak);
3. Celah ekspansi pada bidang sentuh balok ring-pelat monolit dan sisi atas
dinding kurang memadai.
Gambar 24. a - b. Retak diagonal dinding bata pada zona bukaan pintu Rg. Panitera
Pengganti (Gbr. Kiri dilihat dari sebelah dalam ruangan, Gbr, Kanan
dilihat dari sisi luar)
Pola retak diagonal di zona bukaan pintu dinding bagian Selatan Ruang Panitera
Pengganti ini mengindikasikan penjalaran retak dimulai dari sisi atas dinding. Defleksi
akibat penyusutan dan rangkak beton balok-pelat monolit dari atas menyebabkan
tekanan dinding berarah gravitasi (bawah). Oleh karena bukaan tidak menggunakan
perkuatan kolom praktis dan balok latei secara memadai maka bagian yang tidak
kontinu ini (bidang bukaan pintu) merupakan komponen yang paling lemah dalam
menahan gaya geser dan selanjutnya bidang dekat bukaan mengalami retak diagonal.
22
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 3
F Fungsional dengan tanpa indikasi kerusakan
TD Tidak Ditemukan
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi
sama sekali
F TD TI NF RB
3. Dinding Pembatas Ruangan bagian Utara Ruang Hakim: Pasangan
Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan acian.
Retak Dinding diagonal bukaan jendela dengan lebar ≈ 1.2 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Defleksi pelat beton bertulang bawah dinding akibat creep (rangkak);
2. Defleksi minor pada balok/gelagar bawah dinding akibat creep (rangkak);
3. Dinding bata lemah dalam memikul tegangan akibat gaya vertikal dan
horizontal karena tidak ada perkuatan rangka pengaku berupa balok latei
(lintel) horizontal yang memadai dan kolom praktis pada bidang bukaan
jendela (lihat Grb. 2.e dan 2.f)
Pola retak diagonal di dekat bukaan jendela dinding Utara Ruang Hakim ini
mengindikasikan penjalaran retak dimulai dari sisi frame rangka aluminium komposit.
Penambahan beban mati akibat pekerjaan pemasangan lantai Granito menyebabkan
kontraksi pelat beton bertulang bawah dinding. Defleksi akibat penyusutan dan rangkak
beton balok-pelat monolit bawah menyebabkan tarikan dinding berarah gravitasi
(bawah). Oleh karena bukaan tidak menggunakan perkuatan kolom praktis dan balok
latei secara memadai maka bagian yang tidak kontinu ini (bidang bukaan jendela)
merupakan komponen yang paling lemah dalam menahan gaya geser dan selanjutnya
bidang dekat bukaan mengalami retak diagonal.
23
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 4
F Fungsional dengan tanpa indikasi kerusakan
TD Tidak Ditemukan
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi
sama sekali
F TD TI NF RB
4. Dinding Pembatas Ruangan bagian Utara Ruang Hakim: Pasangan
Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan acian.
Retak tarik lentur diagonal pada zona bukaan jendela lebar ≈ 1.0 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Defleksi pelat beton bertulang bawah dinding akibat creep (rangkak);
2. Defleksi minor pada balok/gelagar bawah dinding akibat creep (rangkak);
3. Dinding bata lemah dalam memikul tegangan akibat gaya vertikal dan
horizontal karena tidak ada perkuatan rangka pengaku berupa balok latei
(lintel) horizontal dan kolom praktis pada bidang dinding.
24
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 5
F Fungsional dengan tanpa indikasi kerusakan
TD Tidak Ditemukan
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi
sama sekali
F TD TI NF RB
5. Dinding Pembatas Ruangan bagian Utara Ruang Hakim: Pasangan
Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan
acian.
Retak Dinding diagonal dekat bukaan ventilasi lebar ≈ 1.0 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Dinding bata lemah pada zona bukaan dalam memikul tegangan akibat berat
balok ring atas dinding sehubungan perkuatan rangka pengaku berupa balok
latei (lintel) horizontal kurang memadai (hanya sepotong, kurang panjang,
tidak menerus sepanjang bentangan kolom) dan ketiadaan kolom praktis.
2. Defleksi pelat dan balok beton bertulang atas dinding akibat shrinkage (susut)
dan creep (rangkak);
3. Celah ekspansi pada bidang sentuh balok ring-pelat monolit dan sisi atas
dinding kurang memadai.
25
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 6
F TD TI NF RB
6. Dinding Pembatas Ruangan bagian Utara Ruang Hakim: Pasangan
Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan acian.
Retak Dinding diagonal dekat bukaan pintu lebar ≈ 1.0 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Dinding bata lemah pada zona bukaan dalam memikul tegangan akibat berat
balok ring atas dinding sehubungan perkuatan rangka pengaku berupa balok
latei (lintel) horizontal kurang memadai (hanya sepotong, kurang panjang,
tidak menerus sepanjang bentangan kolom) dan ketiadaan kolom praktis.
2. Defleksi pelat dan balok beton bertulang atas dinding akibat shrinkage (susut)
dan creep (rangkak);
3. Celah ekspansi pada bidang sentuh balok ring-pelat monolit dan sisi atas
dinding kurang memadai.
Gambar 28. Retak horizontal vertikal dinding bata dekat bukaan pintu
26
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 7
F TD TI NF RB
7. Dinding Pembatas Ruangan bagian Selatan Ruang Rapat: Pasangan
Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan
acian.
Retak Dinding vertikal bukaan pintu lebar ≈ 1.5 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Dinding bata lemah pada zona bukaan dalam memikul tegangan akibat berat
balok ring atas dinding sehubungan perkuatan rangka pengaku berupa balok
latei (lintel) horizontal kurang memadai (hanya sepotong, kurang panjang,
tidak menerus sepanjang bentangan kolom) dan ketiadaan kolom praktis.
2. Defleksi pelat dan balok beton bertulang atas dinding akibat shrinkage (susut)
dan creep (rangkak);
3. Celah ekspansi pada bidang sentuh balok ring-pelat monolit dan sisi atas
dinding kurang memadai.
Gambar 29. a – c. Retak vertikal dinding bata di bagian atas bukaan pintu
27
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 8
F Fungsional dengan tanpa indikasi kerusakan
TD Tidak Ditemukan
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi
sama sekali
F TD TI NF RB
8. Dinding Pembatas Ruangan bagian Selatan Ruang Panitera: Pasangan
Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan acian.
Retak Dinding vertikal bukaan pintu lebar ≈ 1.0 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Dinding bata lemah pada zona bukaan dalam memikul tegangan akibat berat
balok ring atas dinding sehubungan perkuatan rangka pengaku berupa balok
latei (lintel) horizontal kurang memadai (hanya sepotong, kurang panjang,
tidak menerus sepanjang bentangan kolom) dan ketiadaan kolom praktis.
2. Defleksi pelat dan balok beton bertulang atas dinding akibat shrinkage (susut)
dan creep (rangkak);
3. Celah ekspansi pada bidang sentuh balok ring-pelat monolit dan sisi atas
dinding kurang memadai.
Gambar 30. Retak vertikal dinding bata bagian atas bukaan pintu
28
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 9
F TD TI NF RB
9. Dinding Pembatas Ruangan bagian Selatan Ruang Hakim: Pasangan
Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan
acian.
Retak Dinding horizontal tangga zona bukaan jendela, lebar ≈ 1.2 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Defleksi pelat beton bertulang bawah dinding akibat creep (rangkak);
2. Defleksi minor pada balok/gelagar bawah dinding akibat creep (rangkak);
3. Dinding bata lemah dalam memikul tegangan akibat gaya vertikal dan
horizontal karena tidak ada perkuatan rangka pengaku berupa balok latei
(lintel) horizontal yang memadai dan kolom praktis pada bidang bukaan
jendela (lihat Grb. 20)
Gambar 31. a – b. Retak horizontal tangga dinding bata pada bukaan jendela
29
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 10
F TD TI NF RB
10. Dinding Pembatas Ruangan bagian Utara Ruang Sidang Biasa:
Pasangan Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir)
dengan acian.
Retak Dinding diagonal – tangga zona bukaan ventilasi, lebar ≈ 1.2 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Defleksi pelat beton bertulang bawah dinding akibat creep (rangkak);
2. Defleksi minor pada balok/gelagar bawah dinding akibat creep (rangkak);
3. Dinding bata lemah dalam memikul tegangan akibat gaya vertikal dan
horizontal karena tidak ada perkuatan rangka pengaku berupa balok latei
(lintel) horizontal yang memadai dan kolom praktis pada bidang bukaan
jendela (lihat Grb. 20)
Gambar 32. a – b. Retak diagonal - tangga dinding bata pada bukaan ventilasi
30
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 11
F TD TI NF RB
11. Dinding Pembatas Ruangan bagian Barat Ruang Hakim: Pasangan
Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan acian.
Retak Dinding diagonal – tangga zona bukaan pintu, lebar < 1.0 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Dinding bata lemah pada zona bukaan dalam memikul tegangan akibat berat
balok ring atas dinding sehubungan perkuatan rangka pengaku berupa balok
latei (lintel) horizontal kurang memadai (hanya sepotong, kurang panjang,
tidak menerus sepanjang bentangan kolom) dan ketiadaan kolom praktis.
2. Defleksi pelat dan balok beton bertulang atas dinding akibat shrinkage
(susut) dan creep (rangkak);
3. Celah ekspansi pada bidang sentuh balok ring-pelat monolit dan sisi atas
dinding kurang memadai.
Gambar 33. Retak diagonal - tangga dinding bata pada bukaan lebar (pintu)
31
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Inspeksi No. 12
F Fungsional dengan tanpa indikasi kerusakan
TD Tidak Ditemukan
TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen
NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi
sama sekali
F TD TI NF RB
12. Dinding Pembatas Ruangan bagian Barat Ruang Hakim: Pasangan
Bata ½ Batu, komposisi campuran 1 : 5 (semen, pasir) dengan acian.
Retak Dinding iregular, lebar < 1.0 mm akibat kombinasi 3 hal:
1. Dinding bata lemah pada zona bukaan dalam memikul tegangan akibat berat
balok ring atas dinding sehubungan perkuatan rangka pengaku berupa balok
latei (lintel) horizontal kurang memadai (hanya sepotong, kurang panjang,
tidak menerus sepanjang bentangan kolom) dan ketiadaan kolom praktis.
2. Defleksi pelat dan balok beton bertulang atas dinding akibat shrinkage (susut)
dan creep (rangkak);
3. Celah ekspansi pada bidang sentuh balok ring-pelat monolit dan sisi atas
dinding kurang memadai.
Gambar 34. Retak iregular dinding bata pada daerah dekat bidang pertemuan dinding
32
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
Kesimpulan:
1. Keretakan dinding bata pada 27 titik pada konstruksi bangunan gedung
Kantor PN Klas 1B Poso sangat berkaitan dengan struktur pendukung atau
penyokong bangunan yaitu sistem balok-pelat lantai monolitik.
2. Pola-pola keretakan dinding berhubungan dengan mekanisme gaya tarik
(tensile force) dan tarik-lentur (flexural-tensile force).
3. Faktor Fundamental dalam keretakan dinding adalah terlampauinya
kapasitas tegangan tarik-langsung (direct tensile-strength) dan tegangan
tarik-lentur (flexural tensile-strength) dinding bata (spesi mortar maupun
batu bata) dalam memikul aksi beban luar berupa tegangan tekan, aksi
tarikan dan kombinasi aksi tarikan-lenturan.
4. Penyebab Utama keretakan dinding ada tiga, yaitu:
- Defleksi beton pelat lantai-balok monolit pendukung dinding akibat
proses rangkak (creep);
- Transfer beban mati dari berat balok ring-pelat monolitik atas dinding,
dan,
- Deformasi elastik sistem balok-pelat lantai akibat peningkatan beban
mati lantai.
5. Penyebab Minor dalam keretakan dinding adalah susut volume atau susut
pengeringan (shrinkage) spesi semen atau mortar.
6. Faktor Kontributif yang sangat fundamental dalam keretakan dinding
adalah perkuatan dinding lemah akibat ketiadaan atau akibat kurang
memadainya rangka perkuatan kolom praktis – latei/lintel pada bukaan-
bukaan (pintu dan jendela), dan distorsi dalam standar pekerjaan beton.
7. Penyebab poin 6 adalah ketidaklengkapan atau tidak tersedianya gambar
desain dan detail konfigurasi penulangan dari konsultan perencana.
Rekomendasi:
1. Untuk menjamin keamanan dan keselamatan struktur selama umur
rencana pemakaian 25 tahun maka harus dilakukan perkuatan
(retrofitting) dinding susunan batu bata yang mengalami retak-retak
dengan menggunakan kolom tulangan praktis dan balok latei/latio.
2. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya keretakan dinding atau
komponen struktural lainnya pada tahapan pembangunan berikutnya,
kontraktor pelaksana dan konsultan harus meningkatkan mutu proses
pembuatan beton melalui perbaikan suplai agregat kasar split (kricak),
agregat halus (pasir), kontrol faktor air semen, pemakaian mesin getar
(vibrator) dan kontrol proses penuangan/pemadatan.
3. Harus diadakan asistensi dan pemeriksaan gambar desain dan gambar
detail konfigurasi tulangan dari konsultan perencana oleh pengelola
teknis/tim teknis sebelum dibuat persetujuan gambar desain.
33
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
34
Laporan Inspeksi Teknik Bangunan Gedung
Kantor PN Klas 1B Poso, Mei 2014
35