Anda di halaman 1dari 4

Review LTM Agama Islam UI

Drama Jagat Raya Versi Alquran dan Sains

Nama : Sayyid Hafidzurrahman Atstsaqofi


NPM : 2106651925
Kelas : Agama Islam-E
Fakultas/Prodi : Fasilkom/Sistem Informasi
Pemateri : Ir. Agus Mustofa

Dalam Islam, agama tidak dapat dijalani tanpa iringan dari ilmu sains. Sains itu sendiri
sangat berperan penting sebagai “ilmu alat” untuk memahami agama. Dengan pemahaman tentang
sains, seorang Muslim dapat lebih memaknai kedalaman dari ayat-ayat Allah di dalam kitab suci.
Di dalam Al Qur’an, istilah “ulul albab” berkali kali dinyatakan. Istilah itu diketahui bermakna
sebagai seorang ilmuwan yang senantiasa berpikir ilmiah, sekaligus memiliki spiritual yang sangat
mendalam. Oleh karena itu, “ulul albab” lebih mudah untuk memperoleh limpahan hikmah dari
segala ciptaan-Nya di seluruh jagat raya. Salah satu Firman Allah yang membahas mengenai “ulul
albab” adalah QS. Ali Imran: 190-191 yang berartikan “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal (ulul albab)” Q.S. Al Imran: 190. “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam
keadaan berdiri, atau duduk, berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” QS. Al Imran:191.

Wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW ini menyebabkan Rasulullah SAW menangis
semalaman dan menurut ahli sejarah, beliau sampai belum hadir menjelang shalat subuh di masjid
sehingga Bilal bin Rabah yang telah menyelesaikan azan subuhnya bergegas menjemput
Rasulullah SAW di rumah beliau dan mendapati Nabi Muhammad sedang berderai air mata.

Rasulullah menjelaskan wahyu dari malaikat Jibril yaitu QS. Al Imran: 190-191 ini
menceritakan mengenai orang yang senantiasa mengingat Allah(dzikrullah) dalam keadaan
berdiri, duduk, maupun berbaring. Sambil berpikir secara ilmiah(tafakur) terhadap segala ciptaan
Yang maha kuasa Allah SWT. Orang yang bersifat seperti kedua hal tersebut disebut “ulul albab”.

Yang dimana pada akhir dzikir serta tafakurnya, sang ulul albab berucap: “ Wahai Tuhan
kami, tiadalah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau.” Ungkapan yang
sangat dalam, baik secara agama maupun sains. Dalam berbagai ayat Alquran, contohnya seperti
QS. AL Baqarah: 269 atau QS. Ali Imran: 7. Allah SWT. menggambarkan sang ulul albab sebagai
ahli ilmu yang mendapatkan hikmah yang berlimpah, ilmuwan yang memiliki akal yang tajam
serta ilmu yang mendalam.

Dapat disimpulkan bahwa Allah SWT. memberi dorongan kepada umat Islam untuk
menjadi seorang hamba yang berkualitas dan di dalam Al Quran sangat dimuliakan atau bisa
disebut sebagai ulul albab. Ulul albab yang menggunakan seluruh potensi kecerdasan spiritual dan
intelektual dengan tujuan untuk menghidupkan kesadaran umat muslim terhadap keagungan Yang
maha kuasa.

Selain itu, cara Allah menginformasikan asal mula kehidupan jagat raya ini dan akan
kemana larinya seluruh realitas yang ada di alam semesta ini diceritakan oleh Alquran di berbagai
ayat. QS. Al-mu'minun: 12 “dan sungguh kami telah menciptakan manusia itu Dari saripati tanah
bumi” Pada intinya, Allah menyatakan bahwa seluruh penyusun tubuh kita ini sesungguhnya
adalah saripati dari tanah bumi. Ketika ayat-ayat Quran ini kita rekonstruksi dan pahami secara
komprehensif, maka Alquran itu memberikan sebuah gambaran besar yang memberikan
pemahaman secara holistik. Al Quran itu informasinya oleh Allah dipecah-pecah turunnya dan
berangsur-angsur. Meski berbeda timeline, kebanyakan ayat tersebut temanya sama sehingga cara
yang terbaik dalam memahami al-qur'an adalah mengumpulkan ayat sebanyak-banyaknya
kemudian ditata secara benar, dan dipahami secara komprehensif dan holistik.

Jagat raya ini tidak diketahui di mana batasnya dan seberapa besarnya oleh ilmu
pengetahuan yang mutakhir sekalipun. Alquran menggambarkan bahwa jagat raya ini pun pernah
tidak ada dan diciptakan oleh Allah. Kemudian dikembangkan dan akhirnya pada yaumul akhir
nanti akan dilenyapkan kembali. Hal tersebut diinformasikan oleh Allah di dalam sejumlah ayat
diantaranya adalah dalam surat Al Anbiya ayat 30. ayat ini menceritakan salah satu proses dari
munculnya jagat raya menurut Alquran. Bahwa sesungguhnya langit dan bumi itu dulunya adalah
satu padu. Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa ada suatu fase dimana jagat raya tidak seperti
yang sekarang dan sudah dikembangkan hingga saat ini.

Sedangkan dari sisi yang berbeda yaitu dari sudut pandang ilmu pengetahuan atau sains,
hal ini melibatkan ilmu-ilmu astronomi, ilmu kosmologi astrofisika, astrobiologi, Matematika,
Fisika, dan sebagainya. Menurut pengamatan dari ilmu pengetahuan, jagat raya ini memang sedang
berkembang. Hal ini adalah fakta bukan teori karena ini diperoleh dari data data pengamatan
berbagai macam teleskop dan observatorium baik yang ground-based yang ada di daratan maupun
observatorium teleskop teleskop yang ditempatkan di angkasa luar. Hal ini dapat dilakukan
dikarenakan sudah sedemikian majunya teknologi yang dimiliki oleh manusia. Menurut
pengamatan berbagai macam observatorium itu, benda-benda langit memang sedang terlihat
bergerak menjauh. Menurut para ahli, jagat raya ini memang sedang berkembang dan hal itu
disebut dengan “Expanding Universe”. Hal tersebut mirip dengan apa yang dikatakan oleh Al
Quran, Bagaimana Allah meninggikan langitnya.

Di lain sisi, Ruang dan waktu adalah konsekuensi dari materi yang berdinamika
mengembang ke segala penjuru alam semesta. Termasuk materi kuantum yang diasumsikan
Hawking mengalami fluktuasi di awal waktu itu. Jika materi kuantum sudah bisa berfluktuasi, itu
artinya sudah ada ruangan. Demikian pula dengan variabel ‘waktu’ yang terbentuk karena materi
penyusun alam. Jika materi-materi itu tidak bergerak, alias diam, maka tidak ada ‘waktu’. Semua
isi alam semesta menjadi statis. Tidak ada peristiwa. Tidak ada dinamika. Tidak ada ‘waktu’,
karena ‘waktu’ adalah penanda dinamika peristiwa. Ruang dan waktu pasti bukan muncul dari
fluktuasi kuantum, melainkan sebelum itu. Dua variabel penyusun alam semesta itu muncul seiring
dengan materi dan energi. Begitu muncul materi, secara bersamaan muncul juga energi yang
menjadi daya penggerak dinamika alam semesta. Dan seiring dengan dinamika, terbentuklah ruang
dan waktu. Sehingga setelah 13,8 miliar tahun kemudian kita bisa menyaksikan alam semesta
berbentuk seperti sekarang ini.
Begitulah fakta yang kita amati dari sekitar kita. Kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa dan
‘gegabah’ jika keberadaan Tuhan hanya dikaitkan dengan kebutuhan kognisi manusia di level otak.
Dalam Al-Quran hanya ada dua kemungkinan bagi orang yang demikian. Pertama adalah ilmu
mereka memang belum sampai. Atau yang kedua, mereka sengaja berpaling dan menyembunyikan
fakta dengan meletakkan asumsi yang ‘bersifat pesanan’, agar mereka tidak perlu mengakui
adanya Tuhan, Sang Pencipta yang Maha Pemurah lagi Maha Bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai