Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

STRUKTUR GEOLOGI
Dosen : Fadly Achmad, S.T., M.Eng

OLEH:
ELMA TIANI NANI
511420045

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang masi memberikan kesehatan dan kesempatannya
kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makala ini. Berikut ini, penulis mempersembahkan sebuah makalah Struktur
Geologi .

Penulis mengharapkan makala ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua,


terutama bagi penulis sendiri. Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat
kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, penulis mohon maaf, karena penulis
sendiri dalam tahap belajar.

Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terima kasih,kepada para pembaca
semoga Allah memberkahi makala ini sehingga benar – benar bermanfaat.

Gorontalo, 31 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

DAFTAR ISI..................................................................................................................
3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
4

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
6

A. Pengertian Struktur Geologi..................................................................................... 6

B. Kekar (“Joint”).......................................................................................................... 7

C. Lipatan (“Fold”)......................................................................................................
10

D. Patahan atau Sesar (“Fault”)...............................................................................


….14

F. Ketidakselarasan (“Unconformity”)........................................................................18

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 20

4.1 Kesimpulan............................................................................................................ 20

3
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
21

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Waktu dan juga sejarah mengajarkan kepada kita, bahwa perkembangan suatu bangsa,
kemajuan kulturnya, sebagian besar tergantung dari kekayaan bumi yang terdapat
dinegaranya. Sebagian besar dari sumber-sumber kekayaan ini terdapat didalam bumi.
Lapisan-lapisan batuan yang ada dalam bumi mengandung bahan-bahan yang berguna untuk
kehidupan manusia. Kerak bumi terdiri dari bermacam-macam batuan yang sangat
dibutuhkan dalam industri. Diantara lapisan-lapisan batuan mengalir air tanah, bahan yang
diperlukan manusia untuk kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan yang mempelajari sesuatu yang berkenaan dengan gejala-gejala diatas ini
disebut Geologi (geo=bumi dan logos=pengertian). Geologi adalah pengetahuan bumi yang
menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi, atau lebih jelas lagi geologi
adalah pengetahuan tentang susunan zat serta bentuk dari bumi. Geologi pun merupakan
pengetahuan yang mempelajari sejarah perkembangan dari bumi serta mahluk-mahluk yang
pernah hidup didalam dan diatas bumi.
Dengan demikian dapatlah kita katakan bahwa geologi adalah pengetahuan yang
mempelajari evolusi anorganik (tak asal jasad) serta evolusi organik (asal jasad) dari bumi
kita.

Cabang-cabang ilmu geologi :


a. Mineralogi ialah pengetahuan yang mempelajari mineral yaitu bahan utama yang
membentuk kerak bumi.
b. Petrologi, berasal dari bahasa yunani (petros=batuan, logos=pengertian) mempelajari cara
terjadinya berbagai macam batuan.
c. Paleontologi, berasal dari bahasa yunani (palaios=purba, ontos=mahluk) ialah ilmu yang
mempelajari pembatuan dari sisa-sisa binatang purba ataupun tumbuhantumbuhan purba.
d. Geologi sejarah mempelajari urutan dari satuan-satuan waktu serta kejadian-kejadian dan
perubahan-perubahan selama sejarah dibumi.
e. Geologi struktur ilmu mempelajari proses tektonik beserta hasilnya ( struktur lipatan, kekar,
sesar dll )

4
f. Stratigrafi adalah ilmu yang membahas tentang batuan berlapis, terutama batuan sedimen.
Pembahasan menyangkut tentang: penyatuan, penamaan, hubungan antar satuan baik secara
lateral maupun secara vertikal.
g. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk muka bumi yang terjadi
karena kekuatan-kekuatan yang bekerja diatas dan didalam bumi.

Salah satu dari cabang ilmu yang akan kita bahas adalah Geologi Struktur, yang
meliputi Lipatan (Folds), Patahan (Faults), Kekar (Joint) dan Ketidakselarasan
(Unconformity).

1.2 Rumusan Masalah


Bentuk-bentuk geometri yang terdapat pada kulit bumi yang terbentuk oleh pengaruh
gaya-gaya endogen, baik berupa tekanan maupun tarikan. Para ahli geologi menyebutnya
Struktur Geologi, dan dikenal dengan Kekar ,Sesar ,Lipatan serta Ketidakselarasan.
1. Apa yang dimaksud Geologi Struktur?
2. Apa saja jenis Geologi Struktur?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Geologi Rekayasa
mengenai struktur geologi serta jenis-jenis dari struktur geologi.

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Geologi


Struktur geologi adalah segala unsur dari bentuk arsitektur kulit bumi yang
diakibatkan oleh gejala-gejala gaya endogen bumi. Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu
wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah mengalami deformasi sebagai
akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Deformasi adalah perubahan dalam tempat
dan/atau orientasi dari tubuh batuan. Deformasi secara definisi dapat dibagi menjadi :
- Distortion, yaitu perubahan bentuk.
- Dilatation, yaitu perubahan volume.
- Rotation, yaitu perubahan orientasi.
- Translation, yaitu perubahan posisi.

Proses yang menyebabkan batuan mengalami deformasi adalah gaya yang bekerja
pada batuan tersebut. Sebagaimana diketahui dalam teori “Tektonik Lempeng” dinyatakan
bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang saling bergerak satu dengan lainnya.
Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang saling mendekat
(konvergen), saling menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan (transform).

6
Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber asal dari gaya yang
bekerja pada batuan kerak bumi. Sehingga secara umum pengertian geologi struktur adalah
ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta
menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur
lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold),
rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan
tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi
dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan
sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.

B. Kekar ( Joint )
Kekar adalah struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau relative tanpa
mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Kekar dapat terjadi pada semua jenis batuan,
dengan ukuran yang hanya beberapa millimeter (kekar mikro) hingga ratusan kilometer
( kekar mayor ) sedangkan yang berukuran beberapa meter disebut dengan kekar minor.

7
Kekar dapat terjadi akibat proses tektonik maupun perlapukan juga perubahan temperature
yang signifikan. Kekar merupakan jenis struktur batuan dalam bentuk bidang pecah. Karena
sifat bidang ini memisahkan batuan menjadi bagian-bagian terpisah maka struktur kekar
merupakan jalan atau rongga kesarangan batuan untuk dilalui cairan dari luar beserta materi
lain seperti air, gas dan unsurunsur lain yang menyertainya.

1. Jenis-jenis Kekar

a. Kekar pengerutan (srinkage joint) yaitu kekar yang disebabkan karena gaya pengerutan
yang timbul karena pendinginan (pada batuan beku = kekar tiang / kolom) atau pengeringan
(pada batuan sedimen) biasanya berbentuk polygonal yang memanjang. Kekar kolom yang
terjadi pada batuan beku, pada umumnya terjadi akibat adanya intrusi dangkal (intrusi batuan
yang letaknya relative dekat dengan permukaan bumi) bentuknya adalah seperti pilar-pilar
berbentuk segi 4 atau segi 6.

b. Kekar lembar (sheet joint ) yaitu sekumpulan kekar yang kira-kira sejajar dengan
permukaan tanah, terutama pada batuan beku. Terbentuknya kekar ini akibat penghilangan
beban batuan yang tererosi. Penghilangan beban pada kekar ini terjadi akibat :
1) Batuan beku belum benar-benar membeku secara menyeluruh.
2) Tiba-tiba diatasnya terjadi erosi yang dipercepat.
3) Sering terjadi pada sebuah intrusi konkordan (sill) dangkal.

8
c. Kekar akibat tektonik, yaitu kekar yang terbentuk karena proses endogen, yang berupa
pasangan garis yang lurus.

Kekar karena tektonik ini dibedakan atas :

1. Gaya Pembentukannya
a) Gaya Tekan (kompresi), dimana gaya-gaya yang bekerja menuju ke satu titik, yaitu
gaya menekan daerah tersebut, akan menghasilkan shear joint (kekar gerus).

b) Gaya Tarik (tension)

2. Pola Kekar
Berdasarkan pola kekarnya, kekar tektonik dibedakan atas :
a. Kekar sistematik yaitu kekar dalam bentuk berpasangan arahnya sejajar satu
dengan yang lainnya.

9
b. Kekar non sistematik yaitu kekar yang tidak teratur biasanya melengkung dapat
saling bertemu atau bersilangan di antara kekar lainnya atau tidak memotong kekar
lainnya dan berakhir pada bidang perlapisan.

3. Dimensi (ukurannya)
Berdasarkan pada ukuran/besarnya, kekar tektonik dibedakan atas :
a. Master joint : kekar yang memotong melalui sejumlah lapisan batuan atau bahkan
satuan batuan dan mempunyai ukuran ratusan meter.
b. Mayor joint : kekar yang ukurannya lebih kecil dari master joint, kekar ini masih
bisa dipakai untuk analisis struktur (sangat relatif)
c. Minor joint : kekar-kekar yang ukurannya lebih kecil dari mayor joint, ukurannya
bisa beberapa meter sampai satu inchi. Kekar ini tidak bisa dipakai dalam analisis
tektonik.
d. Mikro joint : kekar-kekar yang ukurannya lebih kecil dari minor joint, ukurannya
dari 1 inchi sampai sekitar 0,5 mm.

4. Kedudukan kekar terhadap Perlapisan Batuan Secara geometris, kekar dibedakan menjadi :

 Dip joint, Jurusnya relatif sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan.
 Strike joint, Jurusnya sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan.
 Bedding joint, Bidangnya sejajar dengan bidang perlapisan batuan di sekitarnya.
 Diagonal joint, Jurusnya memotong miring bidang perlapisan batuan sekitarnya.

C. Lipatan (“Fold”)
Ragan (1973), menyatakan bahwa lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume
dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan lengkungan pada unsur
garis atau bidang dari bahan tersebut. Sementara itu, Hobbs et al (1973) menyatakan bahwa
lipatan adalah lengkungan yang dihasilkan oleh proses deformasi dari suatu permukaan
batuan yang relatif datar.
Lipatan dapat merupakan pelengkungan lemah yang luas, bisa lebih dari ratusan
kilometer sampai yang sangat kecil yang berskala mikroskopis. Lipatan sangat mudah dilihat
pada batuan yang berlapis dan merupakan hasil deformasi ductile akibat kompresi dan shear
stress. Pada strain rate sangat rendah dan di atas brittleductile transition, batuan dapat terlipat
meskipun dekat permukaan.
Lipatan merupakan salah satu gejala struktur geologi yang amat penting. Struktur
lipatan sangat menentukan distribusi batuan dan strujtur bawah permukaan, selain itu lipatan
berhubungan erat dengan pola tegasan atau gaya yang berpengaruh di daerah tersebut dan
gejaIa struktur yang lain, misalnya sesar.
Antiklinal merupakan puncak dari lipatan, sedangkan sinklinal merupakan lembah dari
lipatan.

10
1. Bagian-bagian Lipatan

a. “Crest”, yaitu titik tertinggi dar lipatan.


b. “Hige point”, yaitu titik perlengkungan maksimum lipatan.
c. “Crestal plane”, yaitu suatu bidang yang melewati titik tertinggi.
d. “axial plane”, yaitu suatu bidang yang membagi lipatan menjadi dua yang sama.
e. “Crestal line”, yaitu garis yang merupakan hasil perpotongan antara crestal plane
dan permukaan.
f. “Axial plane”, yaitu garis yang merupakan hasil perpotongan antara axial plane dan
permukaan.
g. “Troungh”, yaitu titik sayap lipatan.

11
h. “Limb”, yaitu sayap lipatan.
i. “Inflection point”, yaitu titik dimana lengkungan berubah dari cekung ke cembung
atau sebaliknya.

2. Klasifikasi Lipatan
a. Berdasarkan Bentuk Penampang Tegak
Billings (1986), menggolongkan lipatan berdasarkan bentuk penampang tegak menjadi :

1) Lipatan simetri :lipatan dimana axial plane-nya vertikal.


2) Lipatan asimetri :lipatan dimana axial plane-nya condong.
3) Overturned fold :lipatan dimana axial plane-nya condong dan kedua sayapnya
miring ke arah yang sama dan biasanya pada sudut yang berbeda.
4) Recumbent fold :lipatan dimana axial plane-nya horizontal.
5) Vertical isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya vertical.
6) Isoclined isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya condong.
7) Recumbent isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya horizontal.
8) Chevron fold :lipatan dimana hinge-nya tajam dan menyudut.
9) Box fold :lipatan dimana crest-nya luas dan datar.
10) Fan fold :lipatan dimana sayapnya membalik.
11) Monocline :lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal terjal.
12) Structure terrace :lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal dianggap
horizontal.
13) Homocline :lapisan yang miring dalam satu arah pada sudut yang relatif sama.

b. Berdasar Intensitas Lipatan


Billings (1986) menggolongkan lipatan berdasarkan intensitas lipatan menjadi :

12
1) Open fold :lipatan yang lapisannya tidak mengalami penebalan atau penipisan
karena deformasi yang lemah.
2) Closed fold :lipatan yang lapisannya mengalami penebalan atau penipisan karena
deformasi yang kuat.
3) Drag fold :lipatan-lipatan kecil yang terbentuk pada sayap-sayap lipatan yang besar
akibat terjadinya pergeseran antara lapisan kompeten dengan lapisan tak kompeten.

c. Berdasarkan Pola Sumbu Lipatan


Billings (1986) menggolongkan lipatan berdasarkan pola sumbu lipatan menjadi :
1) En enchelon fold :beberapa lipatan yang sifatnya lokal dan saling overlap satu
dengan yang lain.
2) Culmination dan depression :lipatan-lipatan yang menunjam pada arah yang
berbeda, sehingga terjadi pembubungan dan penurunan.
3) Anticlinorium :yaitu antiklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih
kecil.
4) Synclinorium :yaitu sinklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan yang lebih
kecil.
d. Berdasarkan Sifat Lipatan dengan Kedalaman
Billings (1986) menggolongkan lipatan berdasarkan sifat lipatan dengan kedalaman
menjadi :
1) Similar fold :lipatan yang tiap lapisannya lebih tipis pada sayapnya dan lebih tebal
pada hinge-nya.
2) Paralel/concentric fold :lipatan dengan anggapan bahwa ketebalan lapisan tidak
berubah selama perlipatan.
3) Pierching/diaphiric fold :lipatan dimana intinya yang aktif telah menerobos
melalui batuan diatasnya yang lebih rapuh.
4) Supratenuous fold :lipatan yang terbentuk karena adanya perbedaan
kompaksi sedimen pada saat pengendapan terjadi di punggung bukit.
5) Disharmonic fold :lipatan yang bentuknya tak seragam dari lapisan ke
lapisan.

e. Berdasarkan Kedudukan Axial Surface dan Hinge Line


Turnes dan Weiss, 1963 (vide Hobbs et al, 1973) menggolongkan lipatan berdasarkan
kedudukan “axial surface” dan “hinge line” menjadi :
1) Horizontal normal :lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan hinge line
horizontal.

13
2) Plunging normal :lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan hinge line
menunjam.
3) Horizontal inclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line
horizontal.
4) Plunging inclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line
menunjam, tetapi jurus axial plane miring terhadap sumbu lipatan.
5) Reclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line
menunjam, tetapi jurus axial plane tegak lurus terhadap sumbu lipatan.
6) Vertical :lipatan dimana kedudukan axial surface dan hinge line vertical.
7) Recumbent :lipatan dimana kedudukan axial surface dan hinge line horizontal.

D. Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya
disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu
sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge,
milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran
kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan
dsb.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus
dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang
sesar dapat diukur dan ditentukan.

1. Dip Slip Faults – adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan
pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi disepanjang
arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap
patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika
kedua sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk
setiap bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa
blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok yang berada dibawah
patahan dikenal sebagai “footwall block”.

2. Normal Faults – adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal
pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah mengalami pergeseran
relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.

3. Horsts & Gabens – Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat
dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang berpasang pasangan
dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus yang demikian, maka bagian dari
blok-blok yang turun akan membentuk “graben” sedangkan pasangan dari blok-blok yang
terangkat sebagai “horst”. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional yang bekerja
pada kerak bumi pada saat ini adalah “East African Rift Valley” suatu wilayah dimana terjadi
pemekaran benua yang menghasilkan suatu “Rift”. Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi

14
pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada,
Utah, dan Idaho.

4. Half-Grabens – adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan


dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat
menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.

5. Reverse Faults – adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada
batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah atas terhadap
“footwall block”.

15
6. A Thrust Fault – adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya
lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat mencapai hingga ratusan
kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang
lebih muda.

6. Strike Slip Faults – adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal
mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di dalam
kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2(dua) tergantung pada sifat
pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi bidang patahan dan dengan melihat
kearah bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang pada salah satu sisi bergerak
kearah kiri kita sebut sebagai patahan “left-lateral strike-slip fault”. Jika bidang patahan pada
sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita namakan sebagai “right-lateral strike-slip
fault”. Contoh patahan jenis “strike slip fault” yang sangat terkenal adalah patahan “San
Andreas” di California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.

7. Transform-Faults – adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi pada
batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal.
Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami pergeseran
(offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas kedua pematang, sedangkan
dibagian luar dari kedua batas pematang tidak terjadi pergerakan relatif diantara kedua
bloknya karena blok tersebut bergerak dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai
zona rekahan (fracture zones). Patahan “San Andreas” di California termasuk jenis patahan
“transform fault”.

16
17
E. Ketidakselarasan (unconformity)
Ketidakselarasan adalah suatu konsep dalam stratigarafi yang membahas tentang
hubungan yang tidak normal antara lapisan batuan satu dengan yang lain. Ketidakselarasan
identik dengan sedimentasi, dimana konsep ini bisa menjelaskan tentang proses sedimentasi,
endogen dan eksogen yang terjadi sebelumnya melalui jenis ketidakselarasan yang terbentuk.
Untuk memahami konsep ketidakselarasan, kita harus memahami dahulu konsep yang
sebaliknya yaitu keselarasan. Selaras dalam stratigrafi artinya teratur, beururutan, menerus.
Lapisan dikatakan selaras jika lapisan tersebut diendapkan secara teratur, belum mengalami
deformasi, mengikuti hukum superposisi (lapisandibawah lebih tua dari lapisan diatasnya)
dan umurnya menerus/tidak terjadi gap umur antar lapisan.
Ketidakselarasan adalah permukaan erosi atau non-deposisi yang memisahkan lapisan
yang lebih muda dari yang lebih tua dan menggambarkan suatu rumpang waktu yang
signifikan. Ketidakselarasan digolongkan berdasarkan hubungan struktur antar batuan yang
ditumpangi dan yang menumpangi. Ia menjelaskan rumpang pada sikuen stratigrafi, yang
merekam periode waktu yang tidak terlukiskan di kolom stratigrafi. Ketidakselarasan juga
merekam perubahan penting pada satu lingkungan, mulai dari proses pengendapan menjadi
non-deposisi dan/atau erosi, yang umumnya menggambarkan satu kejadian tektonik yang
penting.

1. Macam-macam Ketidakselarasan

a. Angular unconformity (ketidakselarasan menyudut)


Ketidakselarasan dimana lapisan yang lebih tua memiliki kemiringan yang berbeda
(umumnya lebih curam) dibandingkan dengan lapisan yang lebih muda. Hubungan ini
merupakan tanda yang paling jelas dari sebuah rumpang, karena ia mengimplikasikan lapisan
yang lebih tua terdeformasi dan terpancung oleh erosi sebelum lapisan yang lebih muda
diendapkan.

18
b. Disconformity (ketidakselarasan sejajar)
Disconformity adalah permukaan yang menghubungkan dua lapisan sedimen yang
sejajar. Lapisan yang terbentuk lebih dahulu mengalami erosi, kemudian lapisan erosi baru
terbentuk di atasnya. Kedua lapisan ini dapat berupa lapisan dengan komposisi yang berbeda.
Dengan kata lain, ciri khas ketidakselarasan jenis disconformity adalah adanya bidang erosi.

c. Nonconformity
Nonconformity adalah adanya lapisan batuan sedimen yang menumpang diatas batuan beku
atau metamorf. Proses terbentuknya sebagai berikut: ada sebuah perlapisan batuan sedimen
yang mengandung batuan metamorf/intrusi batuan beku. Pada suatu hari, proses sedimentasi
berhenti untuk waktu yang lama. Perlapisan batuan sedimen ini pun tererosi sampai-sampai
batuan beku/metamorf muncul ke permukaan. Beberapa saat kemudian, proses sedimentasi
berjalan lagi. hasil akhirnya adalah batuan beku/metamorf dengan bagian atas tampak tererosi
dan ditumpangi suatu lapisan batuan sedimen.

d. Paraconformity
Adalah hubungan antara dua lapisan sedimen yang bidang ketidakselarasannya sejajar dengan
perlapisan sedimen. Pada kasus ini sangat sulit sekali melihat batas ketidakselarasannya
karena tidak ada batas bidang erosi. Cara yang digunakan untuk melihat keganjilan antara
lapisan tersebut adalah dengan melihat fosil di tiap lapisan. Karena setiap sedimen memiliki
umur yang berbeda dan fosil yang terkubur di dalamnya pasti berbeda jenis.

19
BAB III
PENUTUP

1.4 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa struktur geologi adalah segala unsur
dari bentuk arsitektur kulit bumi yang diakibatkan oleh gejala-gejala gaya endogen bumi.
Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan
yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Deformasi adalah perubahan dalam tempat dan/atau orientasi dari tubuh batuan.
Geologi Struktur meliputi Lipatan (Folds), Patahan (Faults), Kekar (Joint) dan
Ketidakselarasan (Unconformity).

20
DAFTAR PUSTAKA

http://geologiunpad2010kel3.blogspot.com/2011/10/geologi-struktur_7232.html
http://zonegeologi.blogspot.com
http://geologiinter.blogspot.com/2011/04/geologi-struktur.html
http://penambang007.blogspot.com/2011/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://dokumen.tech/document/makalah-struktur-geologi.html
http://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/geologi-struktur.pdf
http://medlinkup.wordpress.com/2011/09/25/ketidakselarasan-unconformity
http://geograph88.blogspot.com/2013/03/jenis-ketidakselarasan-unconformity.html
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2008/01/ketidakselarasan.html
http://www.toiki.or.id/2010/07/ketidakselarasan-unconformity.html

21

Anda mungkin juga menyukai