MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geologi
Oleh:
Nurul Fadhilatunnisa (210220104004)
Eko Yudha P (210220104005)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Deformasi Bumi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Geologi. Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Geologi yang telah membantu penulis dalam proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca dan masyarakat banyak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
4
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa
lain sebagai bahan bacaan dan sumber referensi dalam mata kuliah Geologi.
5
BAB 2. PEMBAHASAN
6
dari renggangan adalah tidak dapat dipulihkan (Karato, 2008). Fenomena inilah yang
dinamakan deformasi non-elastis. Deformasi non-elastis terbagi menjadi dua macam,
yakni deformasi plastis dan deformasi getas. Kedua jenis deformasi tersebut memiliki
kesamaan, yakni mengahsilkan regangan yang tidak dapat kembali ke bentuk semula.
7
Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu lipatan sinklin
adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah
lipatan yang cembung ke arah atas.
c. Patahan/sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya
disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan
indikasi suatu sesar/patahan dapat dikenal melalui: 1) Gawir sesar atau bidang sesar;
2) Breksiasi, gouge, milonit; 3) Deretan mata air; 4) Sumber air panas; 5)
Penyimpangan/pergeseran kedudukan lapisan; 6) Gejala-gejala struktur minor
seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb. Sesar dapat dibagi ke dalam beberapa
jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar
dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga dapat
dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur
dan ditentukan.
2.4 Faktor Penyebab Deformasi
a. Temperatur dan Tekanan
Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin bersifat plastis (ductile) dan
kekuatannya makin berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat dibengkokan pada suhu
udara normal, bila dipaksa akan patah, karena rapuh (brittle). Setelah dipanaskan akan
mudah dibengkokkan. Demikian pula halnya dengan batuan, dipermukaan, sifatnya
padat dan regas, tetapi jauh di bawah permukaan dimana suhunya tinggi, bersifat
plastis. Pada temperatur dan tekanan yang rendah akan lebih cepat terjadi patahan, pada
temperatur dan tekanan yang tinggi akan terjadi lenturan atau bahkan lelehan (Sipos et
al., 2018; Indahsari et al., 2020).
b. Waktu dan Strain
Pengaruh waktu dalam deformasi batuan sangat penting karena kecepatan strain
sangat dipengaruhi oleh waktu. Strain yang terjadi bergantung pada berapa lama batuan
dikenai stress. Kecepatan batuan untuk berubah bentuk dan volume disebut strain rate,
yang dinyatakan dalam volume per unit volume per detik, di bumi berkisar antara 10-
14/detik sampai 10-15/detik. Makin rendah strain-rate batuan, makin besar
8
kecenderungan terjadinya deformasi ductile. Pengaruh suhu, confining pressure dan
strain rate pada batuan, seperti ciri pada kerak, terutama di bagian atas dimana suhu
dan confining pressure rendah tetapi strain-rate tinggi, batuan cenderung rapuh
(brittle) dan patah. Sedangkan bila pada suhu tinggi, confining pressure tinggi dan
strain-rate rendah sifat batuan akan menjadi kurang regas dan lebih bersifat ductile
(Indahsari et al., 2020).
c. Komposisi
Komposisi batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi mempunyai dua
aspek. Pertama, jenis dan kandungan mineral dalam batuan, beberapa mineral (seperti
kuarsa, garnet dan olivin) sangat brittle, sedangkan yang lainnya (seperti mika,
lempung, kalsit dan gypsum) bersifat ductile. Kedua, kandungan air dalam batuan akan
mengurangi kegetasannya dan memperbesar keplastisannya. Pengaruh air,
memperlemah ikatan kimia mineral-mineral dan melapisi butiran-butiran mineral yang
memperlemah friksi antar butir. Jadi batuan yang ‘basah’ cenderung lebih plastis
daripada batuan ‘kering’. Batuan yang cenderung terdeformasi plastis diantaranya
adalah batu gamping, marmer, lanau, serpih, filit dan sekis. Sedangkan yang cenderung
brittle adalah batu pasir, kuarsit, granit, granodiorit, dan gneiss.
2.5 Akibat Deformasi Alam
2.5.1 Lempeng Tektonik
Salah satu prinsip utama teori tektonik lempeng adalah lempeng bergerak sebagai
unit yang relatif kaku terhadap lempeng lainnya. Batas lempeng pertama kali
ditetapkan dengan memplot lokasi gempa bumi dan gunung berapi. Lempeng dibatasi
oleh tiga jenis batas yang berbeda yang dibedakan oleh jenis gerakan yang ditunjukkan
batas-batas tersebut (Lutgens & Tarbuck, 2016).
a. Batas lempeng divergen di mana dua lempeng bergerak terpisah menghasilkan
upwelling dan pencairan sebagian material panas dari mantel untuk menciptakan
dasar laut baru.
b. Batas lempeng konvergen di mana dua lempeng bergerak ke arah satu sama lain
mengakibatkan litosfer samudra turun di bawah lempeng utama yang akhirnya
9
diserap kembali ke dalam mantel atau mungkin dalam tumbukan dua blog benua
untuk menciptakan sabuk gunung.
c. Batas lempeng transform di mana dua lempeng saling bergesekan tanpa
menghasilkan atau merusak litosfer.
Batas lempeng divergen dan konvergen masing-masing menyumbang sekitar 40%
dari semua batas. Lempeng transform batas menyumbang 20% sisanya di bagian
berikut.
10
menyebabkan amplitudo dan waktunya sangat berbeda dan bervariasi pada jarak
pendek hanya beberapa ratus kilometer (Indahsari et al., 2020).
2.5.3 Atmosferik
Atmospheric loading atau pembebanan atmosfer adalah perpindahan kerak bumi
sebagai akibat dari pergerakan sistem tekanan di atas Bumi. Pembebanan tekanan
atmosfer merupakan respons elastis bumi yang disebabkan oleh redistribusi tekanan
atmosfer. Tekanan atmosfer di permukaan bumi berubah dalam kisaran 2-5 kPa karena
dampak lingkungan seperti perubahan gravitasi matahari dan bulan dan perubahan
tekanan atmosfer akibat perubahan cuaca (Indahsari et al., 2020).
2.5.4 Proses Hidrologis
Hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik menurut waktu dan ruang
tentang kuantitas dan kualitas air bumi, termasuk di dalamnya kejadian, pergerakan,
penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan, dan manajemen
(Indahsari et al., 2020). Siklus hidrologi berlangsung secara terus-menerus. Terdapat
beberapa proses yang menjadi bagian dari keseluruhan dan menjadi satu kesatuan tak
terpisahkan yang kemudian disebut sebagai siklus hidrologi. Beberapa komponen
tersebut yaitu, presipitasi, infiltrasi, evaporasi, dan evapotranspirasi.
11
Gambar 2.3 Siklus Hidrologi
Adapun macam macam siklus hidrologi, diantaranya:
a. Siklus Hidrologi Pendek
Siklus pendek dimulai dari air laut yang menguap menjadi gas yang disebabkan oleh
panas matahari. Selanjutnya gas tersebut mengalami kondensasi dan membentuk awan.
Akhir dari siklus hidrologi pendek adalah terjadinya hujan di atas permukaan laut.
b. Siklus Hidrologi Sedang
Siklus sedang berawal dari air laut yang mulai menguap dan menjadi gas yang
disebabkan oleh panas matahari. Selanjutnya uap tersebut mengalami proses evaporasi
di mana uap karena proses ini tertiup oleh angin ke atas daratan dan membentuk awan.
Selanjutnya dari awan tersebut turunlah hujan ke permukaan daratan di mana air ini
nantinya mengalir ke laut.
b. Siklus Hidrologi Panjang
Siklus panjang juga diawali dengan proses penguapan air laut menjadi gas yang
disebabkan oleh matahari. Selanjutnya uap tersebut mengalami proses sublimasi. Dari
proses tersebut, terbentuklah awan yang di dalamnya mengandung kristal es.
12
Selanjutnya awan tersebut akan bergerak ke daratan karena terbawa angin. Proses yang
terjadi selanjutnya adalah awan tersebut akan mengalami presipitasi dan awan tersebut
akan turun sebagai salju. Untuk selanjutnya salju tersebut menjadi gletser karena
akumulasi yang pada akhir gletser itu nantinya akan mencari dan menjadi aliran sungai
yang akan mengalir kembali ke laut.
2.5.5 Ocean Loading
Ocean Loading lebih sering dikenal dengan pasang-surut air laut. Pasang surut air
laut disebabkan oleh tarikan gravitasi Bulan dan Matahari. Redistribusi air laut akibat
pasang surut menyebabkan perpindahan kerak bumi, fenomena geofisika yang disebut
pembebanan pasang-surut samudra. Rotasi Bumi dan pergerakan bulan dan matahari
menimbulkan kekayaan konstituen pasang surut. Masing-masing dicirikan oleh
frekuensi tertentu. Hal ini disebabkan oleh efek periodik yang berbeda dalam
pergerakan Matahari dan Bulan serta efek gravitasi Matahari dan Bulan terhadap satu
sama lain maupun terhadap Bumi (Andersson, 2020).
2.5.6 Proses Geologi Lokal
Proses geologi adalah semua aktivitas yang terjadi di bumi baik yang berasal dari
dalam bumi (endogen) maupun yang berasal dari luar bumi (eksogen). Gaya endogen
adalah gaya yang berasal dari dalam bumi seperti orogenesa dan epirogenesa,
magmatisme dan aktivitas volkanisme, sedangkan gaya eksogen adalah gaya yang
bekerja di permukaan bumi seperti pelapukan, erosi dan mass-wasting serta
sedimentasi. Gaya endogen maupun eksogen merupakan gaya-gaya yang memberi
andil terhadap perubahan bentuk bentangalam (landscape) yang ada di permukaan
bumi (Noor, 2012).
2.5.7 Rotasi Bumi
Rotasi Bumi merupakan pergerakan Bumi yang berputar pada porosnya. Bumi
berotasi selama 23 jam 56 menit. Salah satu penyebab terjadinya rotasi Bumi adalah
kemampuan deformasi secara vertikal dari bagian inti dan kandungan di atas
permukaan Bumi.
13
2.5.8 Erosi
Erosi adalah istilah umum yang dipakai untuk proses penghancuran batuan
(pelapukan) dan proses pengangkutan hasil penghancuran batuan. Proses erosi fisika
disebut sebagai proses corration (erosi mekanis) sedangkan proses erosi kimia disebut
dengan corrosion (Noor, 2012). Agen dari proses erosi adalah gaya gravitasi, air, es,
dan angin. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, erosi dapat dibagi menjadi lima yaitu:
a. Erosi Alur.
Erosi alur adalah proses pengikisan yang terjadi pada permukaan tanah (terain) yang
disebabkan oleh hasil kerja air berbentuk alur-alur dengan ukuran berkisar antara
beberapa milimeter hingga beberapa centimeter.
b. Erosi Berlembar.
Erosi berlembar adalah proses pengikisan air yang terjadi pada permukaan tanah
yang searah dengan bidang permukaan tanah, biasanya terjadi pada lereng-lereng
bukit yang vegetasinya jarang atau gundul.
b. Erosi Drainase.
Erosi drainase adalah proses pengikisan yang disebabkan oleh kerja air pada
permukaan tanah (terrain) yang membentuk saluran-saluran dengan lembah-lembah
salurannya berukuran antara beberapa centimeter hinggga satu meter.
c. Erosi Saluran.
Erosi saluran adalah erosi yang disebabkan oleh hasil kerja air pada permukaan
tanah membentuk saluran-saluran dengan ukuran lebar lembahnya lebih besar 1
(satu) meter hingga beberapa meter.
d. Erosi Lembah
Erosi lembah adalah proses dari kerja air pada permukaan tanah (terrain) yang
berbentuk saluran-saluran dengan ukuran lebarnya di atas sepuluh meter.
2.5.9 Abrasi
Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat aktivitas
gelombang, arus dan pasang surut. Abrasi sering disebut dengan erosi pantai akibat air
laut. Pantai dikatakan mengalami abrasi bila angkutan sedimen yang terjadi ke suatu
14
titik lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah sedimen yang terangkut keluar dari
titik tersebut (Husain, 2021).
Menurut Stuktur Pelindung Pantai erosi pantai dapat terjadi oleh berbagai sebab,
secara umum sebab erosi tersebut dapat dikelompokan menjadi dua hal, yaitu faktor
alami dan faktor buatan (Husain, 2021).
a. Naiknya Muka Air Laut. Kenaikan muka air laut relatif terjadi karena turunnya
muka tanah (Land Subsidence) atau karena muka air laut yang naik secara absolute.
Akibat dari naiknya muka air laut tersebut, garis pantai dapat mundur secara
perlahan ke arah daratan.
b. Perubahan Suplai Sedimen. Suplai sedimen ke daerah pantai dapat berasal dari
daratan (blastic sediment) ataupun dari laut (biogenic sediment). Berubahnya
sumber sedimen tersebut bisa disebabkan oleh proses alami pelapukan batuan di
daratan ataupun karena berkurangnya debit sungai yang mengangkut sedimen.
Berkurangya suplai sedimen dari laut dapat disebabkan karena daerah karang yang
rusak ataupun terhambatnya pertumbuhan karang.
c. Gelombang Badai. Gelombang badai dapat menyebabkan erosi pantai, hal ini
disebabkan oleh pada saat badai terjadi arus tegak lurus pantai yang cukup besar
mengangkut material pantai. Umumnya proses erosi yang terjadi akibat gelombang
badai ini berlangsung dalam waktu yang singkat dan bersifat sementara, karena
material yang tererosiakan tertinggal di surf zone dan akan kembali ke pantai pada
saat gelombang tenang (swell). Namun apabila batimetri pantau tersebut terjal dan
memiliki palung-palung pantai maka sedimen yang terbawa tidak bisa kembali lagi
ke pantai.
d. Overwash (Limpasan). Overwash terjadi apabila pasang tinggi yang disertai
gelombang tinggi membentur pantai melimpas di atas lidah pasir (dune). Akibat
Overwash tersebut lidah pasir pantai akan tererosi dan diendapkan di sisi dalam
lidah pasir.
15
e. Beberapa perilaku manusia juga dapat menimbulkan erosi pada bibir pantai, antara
lain adalah adanya penurunan tanah, penggalian pasir, dan adanya perusakan
pelindung alam seperti karang di laut.
2.5.10 Longsoran
Menurut Rosita et al. (2018) dalam Indahsari et al. (2020) longsor adalah gerakan
massa tanah atau batuan yang bergerak turun dan keluar lereng karena terganggunya
kestabilan tanah disebabkan oleh faktor pengontrol gangguan kestabilan lereng dan
faktor pemicu. Sementara itu Arsyad, et al. (2018) dalam Indahsari et al. (2020)
menyampaikan bahwa longsor disebabkan oleh gaya gravitasi pada lereng yang curam
sebagai faktor utama dan faktor tambahan seperti curah hujan yang tinggi, penggunaan
lahan yang kurang tepat, serta struktur geologi. Gea dan Pinem (2017) dalam Indahsari
et al. (2020) menambahkan bahwa ada 6 tipe longsor yang telah dikenal, yaitu rotasi,
translasi, pergerakan blok, rayapan tanah, runtuhan batu serta aliran bahan rombakan
yang dikenal sebagai tipe yang sangat mematikan.
2.5.11 Tsunami
Tsunami merupakan suatu bencana alam yang berkaitan dengan gelombang di
lautan. Tsunami berasal dari Bahasa Jepang yaitu Tsu yang berarti pelabuhan dan Nami
berarti gelombang. Kata ini secara mendunia sudah diterima dan secara harfiah yang
berarti gelombang tinggi/besar yang menghantam pantai/pesisir. Tidak seperti
gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya
lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya
berkisar antara 10 menit sampai 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau
muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya
meningkat puluhan meter dan bersifat merusak (Peta et al., 2020; Lawento, 2021).
2.5.12 Pelapukan
Pelapukan adalah proses desintegrasi atau disagregasi secara berangsur dari
material penyusun kulit bumi yang berupa batuan. Pelapukan sangat dipengaruhi oleh
kondisi iklim, temperatur dan komposisi kimia dari mineral-mineral penyusun batuan.
Pelapukan dapat melibatkan proses mekanis (pelapukan mekanis), aktivitas kimiawi
16
(pelapukan kimia), dan aktivitas organisme (termasuk manusia) yang dikenal dengan
pelapukan organis (Noor, 2012).
a. Pelapukan mekanis adalah semua mekanisme yang dapat mengakibatkan terjadinya
proses pelapukan sehingga suatu batuan dapat hancur menjadi beberapa bagian yang
lebih kecil atau partikel-partikel yang lebih halus.
b. Pelapukan kimiawi adalah terurai/pecahnya batuan melalui mekanisme kimiawi,
seperti karbonisasi, hidrasi, hidrolisis, oksidasi dan pertukaran ion-ion dalam
larutan. Pelapukan kimiawi mengubah komposisi mineral.
c. Pelapukan organis dikenal juga sebagai pelapukan biologis dan merupakan istilah
yang umum dipakai untuk menjelaskan proses pelapukan biologis yang terjadi pada
penghancuran batuan, termasuk proses penetrasi akar tumbuhan kedalam batuan dan
aktivitas organisme dalam membuat lubang-lubang pada batuan (bioturbation),
termasuk di dalamnya aksi dari berbagai jenis asam yang ada dalam mineral melalui
proses leaching.
17
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penjabaran mengenai landasan dan asas yang dipaparkan pada
bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. Deformasi didefinisikan sebagai perubahan bentuk, posisi dan dimensi dari suatu
materi atau perubahan kedudukan (pergerakan) suatu materi baik secara absolut
maupun relatif dalam suatu kerangka referensi tertentu akibat suatu gaya yang
bekerja pada materi tersebut.
b. Jenis-jenis deformasi terbagi menjadi dua yaitu deformasi elastis dan deformasi
nono-elastis. Deformasi non-elastis terbagi lagi menjadi dua, yaitu deformasi plastis
dan deformasi fraktur.
c. Terdapat tiga bentuk deformasi yaitu kekar, lipatan, dan patahan.
d. Deformasi dapat mengakibatkan perubahan bentuk permukaan Bumi melalui
berbagai fenomena alam diantaranya: tektonik lempeng, pasut bumi, atmosferik,
proses hidrologi, ocean loading, proses geologi lokal, erosi, abrasi, longsoran, rotasi
Bumi, tsunami, dan pelapukan.
3.2 Saran
Berdasarkan pada penjabaran mengenai landasan dan asas pendidikan yang
dipaparkan pada bab sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai
berikut.
a. Saran bagi pembaca, setelah membaca makalah ini alangkah baiknya pembaca
mencari sumber referensi lain sebagai penguat materi maupun penambah wawasan.
b. Saran bagi penulis lainnya, apabila ditemukan banyak kekurangan dalam penjabaran
materi, maka dipersilahkan untuk mencari sumber referensi lain yang lebih akurat
sebagai tambahan materi maupun penguat tulisan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Andersson, Anna. 2020. Observing ocean tidal loading with GNSS. Master’s thesis in
Physics and Astronomy. Department of Space, Earth and Environment Chalmers
University of Technology Sweden.
Lutgen, F. K. dan E. J. Tarbuck. 2018. Essentials of Geologi: 13th Edition. New York:
Pearson.
19