Anda di halaman 1dari 24

Tugas kelompok Geomorfologi

BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
NABILA RISKIANI EDI (A1P120097)
JAMILA (A1P118003)
SITTI YULINAR (A1P118015)
ROSNAWATI (A1P118031)
INTAN RANI (A1P118033)
RATNA (A1P117023)
NURHIDAYATI (A1P117021)
SARFIKA (A1P119009)
SAMARUDIN (A1P117024)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3

A. Bentuk Lahan Asal Struktural ...........................................................5


B. Tenaga pembentukan Lipatan, Patahan, dan Lengkungan ...................9
C. Bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan lengkungan .......16
D. Macam-macam bentuk lahan Struktural .............................................17
E. Pemanfaatan Bentuk Lahan Asal structural ........................................19

BAB III PENUTUP ..........................................................................................19

A. Kesimpulan ........................................................................................19
B. Saran..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................21

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sudarno
Herlambang selaku dosen matakuliah Geomorfologi Umum yang telah
mengarahkan penulis dan membimbing demi tercapainya makalah ini. Terima
kasih juga kepada semua pihak yang telah mendukung tercapainya makalah ini.
Tidak ada suatu ucapan yang bermakna selain rasa terimakasih dari penulis.

Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis menyadari bahwa masih
banyakkesalahan -kesalahan baik dari segi ejaan, definisi maupun konseptual di
dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis dengan hati terbuka berharap adanya
masukan, saran, dan kritik yang bersifatmembangun oleh pembaca demi
terciptanya kesempurnaan makalah ini. Sehingga proses pembelajaran yang kami
lakukan menjadi lebih bermanfaat baik bagi khalayak umum atau bagimahasiswa.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kendari, 30 Mei 2021

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bentuk lahan atau landform adalah setiap unsur bentang lahan (landscape)
yang dicirikan oleh ekspresi permukaan yang jelas, struktur internal atau kedua
duanya menjadi pembeda yang mencolok dalam mendiskripsi fisiografi suatu
daerah. Landform juga merupakan batas permukaan antara atmosfer, hidrosfer,
biosfer, pedosfer, dan lakmus dimana kehidupan berada di atas bumi. Bentuk
lahan merupakan kenampakan medan (terrain) yan terbentuk oleh proses alami,
memiliki komposisi tertentu, memiliki julat (range) karakteristik fisikal dan
visual tertentu dimanapun medan tersebut terjadi.
Pembentukan lahan pada proses geomorfologis mempunyai banyak asal
yang berguna untuk mengawali kajian tekstur lahannya. Salah satunya adalah
bentuk lahan asal struktural. Bentuk lahan asal struktural merupakan proses
pembentukan lahan yang disebabkan oleh adaya proses endogen. Misalnya
proses pengangkatan, penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh dari bentuk
lahan asal struktural adalah pegunungan lipatan, pegunungan patahan dan
pegunungan kubah.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana proses terbentuknya bentuk lahan asal struktural?
2. Bagaimana tenaga endogen pembentuk lipatan, patahan dan
lengkungan?
3. Bagaimana bentuk lahan yang ada di daerah struktur lipatan, patahan
dan lengkungan?
4. Apa saja macam-macam bentuk lahan struktural?
5. Bagaimana pemanfaatan bentuk lahan asal struktural?

C. Tujuan masalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1
1. Mengetahui tentang bentuk lahan asal struktural.
2. Mengetahui Tenaga pembentuk lipatan, patahan dan lengkungan
3. Mengetahui bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan
lengkungan.
4. Mengetahui macam-macam bentuk lahan struktural.
5. Mengetahui pemanfaatan bentuk lahan asal struktural.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk lahan asal struktural

Bentuk lahan asal proses struktural tersusun dari seseri lapisan, baik yang
telah terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. Terbentuk karena
adanya proses endogen berupa tektonisme dan diatropisme. Proses ini meliputi
pengangkatan, penurunan, pelengkungan, pelenturan dan pelipatan kerak bumi
sehingga terbentuk struktur geologi lipatan dan patahan. Selain itu terdapat
struktur horisontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami
perubahan. dari struktur pokok tersebut dapat dirinci menjadi berbagai bentuk
berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya.
penjelasan lebih rincinya adalah sebagai berikut:
 Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya
membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu
daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen
ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain
permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Secara
umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme, vulkanisme,
dan seisme atau gempa.
 Tektonisme
Seperti telah dijelaskan, keragaman muka bumi dipengaruhi oleh adanya
gerakangerakan di kerak bumi, baik gerakan mendatar maupun gerakan
tegak. Gerakangerakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. Bentuk baru
yang termasuk dalam struktur diastropik adalah pelengkungan, pelipatan,
patahan, dan retakan.
a. Lipatan :

3
lapisan kulit bumi yang mendapat tekanan arah mendatar akan
membentuk lipatan. Punggung lipatan disebut antiklinal. Lembah lipatan
disebut sinklinal.

Gambar 1: Beberapa Jenis Lipatan


Keterangan:
a. lipatan tegak
b. lipatan miring
c. lipatan rebah
d. lipatan menggantung
e. lipatan isoklin
f. lipatan kelopak
b. Patahan : terjadi karena adanya tekanan atau gerakan tektonik secara
horizontal maupun vertikal pada kulit bumi yang rapuh. Daerah
patahan merupakan daerah yang rawan gempa karena rapuh. Patahan
sering disebut juga sesar. Sesar ada bermacam-macam tipenya,
tergantung dari gerakan relatif blok di satu sisi sesar terhadap yang
lain, diantaranya:
 Sesar Normal hasil pergeseran kerak bumi sisi satu dengan sisi
lainya, dimana pada posisi hangingwall turun ke bawah dari sisi
footwallnya, sesar ini hasil dari gaya ekstensi kerak bumi.

4
 Sesar Naik (thrust fault) hasil pergerakan kerak bumi sisi satu
dengan sisi lainya, dimana pada posisi hangingwall terdorong ke atas
dari sisi footwallnya, sesar ini hasil dari gaya kompresi kerak bumi.
 Sesar geser (strike-slip or transform, or wrench fault) sesar
permukaan dimana footwall bergerak ke kiri atau kekanan atau
pegerakan lateral dengan sedikit pergerakan vertikal.
c. Pelengkungan : lapisan kulit bumi yang semula mendatar jika
mendapat tekanan vertikal akan membentuk struktur melengkung.
Lengkungan tersebut dapat mengarah ke atas yang disebut kubah
(dome) dan dapat mengarah ke bawah yang disebut basin.

Gambar 2: dome dan basin


d. Retakan : terjadi karena gaya regangan yang menyebabkan
batuan menjadi retakretak.

B. Tenaga Pembentukan Lipatan, Patahan Dan Lingkungan

1. Tenaga Pembentuk Lipatan


Daerah yang berstruktur lipatan, kubah, dan struktur patahan, pada
dasarnya disebabkan oleh tenaga endogen. Hanya saja tenaga endogen
pembentuk ketiga daerah struktur lipatan, kubah, dan patahan tidak sama.
Pada daerah berstruktur lipatan, disebabkan oleh tenaga endogen yang
arahnya mendatar berupa tekanan, sehingga batuan sedimen yang letak
lapisanlapisannya mendatar berubah menjadi terlipat atau bergelombang.
Daerah yang berstruktur demimikian disebut daerah lipatan, dalam bahasa

5
Inggris disebut Folded zone dengan mudah dapat dilihat bahwa suatu lipatan
tersebut memilik beberapa bagian, sebagai akibat dari adanya lipatan
tersebut. Unsur-unsur tersebut adalah antiklinal, sinklinal, sayap antiklin. Di
samping itu juga ada berupa sumbu antiklinal dalam kaitannya dengan
menentukan posisi suatu lipatan yaitu dip (kemiringan) dan strike (jurus),
serta sumbu sinklinal. Berbicara mengenai lipatan ada beberapa macam
sebagai akibat dari kekutan yang membentuknya, yaitu lipatan tegak,
miring, menggantung, isoklin, rebah, kelopak, antiklinoriun, dan
sinklinorium.
Di dunia ini banyak terdapat daerah lipatan yang memperlihatkan
bentukan topografi yang jelas, lipatan yang terkenal adalah Sirkum Pasifik
dan lipatan Alpina. Kedua lipatan tersebut mempunyai kelanjutan di
Indonesia. Lipatan Alpina di Indonesia berupa sistem pegunungan Sunda
yang terbentang di Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Nusra, Maluku,
dan berakhir di P Banda. Lipatan ini merupakan busur dalam yang
Indonesia bersifat volkanis dan busur luar yang non vulkanis. Demikian
pula dengan lipatan Sirkum Pasifik dari Pilipina bercabang ke Kalimantan
dan Sulawesi dan seterusnya.
2. Tenaga Pembentuk Patahan
Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga
endogen yang mengakibatkan kulit bumi bergerak mendatar dengan
berlawanan arah atau bergerak ke bawah atau ke atas, yang sering disebut
dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar. Kulit bumi
mengalami sesar dimana patahan yang disertai dengan pergeseran
kedudukan lapisan yang terputus hubungannya (fault).
Berdasarkan gerakan atau pergeseran kulit bumi terdapat tiga macam
sesar (Mulfinger & Snyder, 1979: 341), yaitu:
a. Dip slip fault, yaitu sesar yang tergeser arahnya vertikal (sesar vertikal),
sehingga salah satu dari blok terangkat dan membentuk bidang patahan.

6
b. Strike slip fault, yaitu sesar yang pergeserannya ke arah horisontal (sesar
mendatar), sehingga hasil dari aktivitas ini kadangkala dicirikan oleh
kenampakan aliran air sungai yang membelok patah-patah.
c. Oblique slip fault, yaitu sesar yang pergeseran vertikal sama dengan
pergeseran mendatar, yang sering disebut sesar miring (oblique).
Pergeseran kulit bumi pada tipe ini membentuk celah yang memanjang,
kalau terjadi di dasar laut/samudera terbentuk palung laut, dan bila di
daratan bisa berupa ngarai.
Lobeck (1939: 559) mengemukakan ada beberapa jenis sturktur patahan,
yaitu:
a. Patahan Normal (normal fault)
b. Patahan bertingkat (step fault)
c. Patahan terserpih (fault splinter)
d. Patahan membalik (reverse fault)
e. Patahan kelopak (thrust fault)
f. Patahan kelopak majemuk (multi thrust fault)
g. Patahan mendatar (foult with horizontal movement)
h. Patahan lipatan
3. Tenaga Pembentuk Kubah/dome
Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur kubah adalah tenaga
endogen mempunyai arah tegak lurus ke arah luar bumi, sehingga daerah
yang luas mengalami pencembungan akibat tenaga tersebut. Seperti juga
lipatan, dome juga mempunyai Dip, tetapi dip pada dume menuju
kesemua arah. Kalau boleh diumpamakan bahwa dome tersebut ibarat
kuali yang ditelungkupkan. Kalau tenaga yang tegak lurus tersebut
menuju pusat bumi, maka bentuk yang dihasilkan merupakan kebalikan
dari dome, yaitu berupa basin atau cekungan ibarat kuali yang
menghadap ke atas.
Berdasarkan pembentukannya dome, digolongkan menjadi beberapa
macam, yaitu:

7
a. Dome yang berintikan batuan beku yang terdiri dari dua jenis, yaitu
dome laccolith dan batolith. Terjadi karena penerobosan magma ke
dalam kulit bumi, sehingga lapisan kulit bumi yang terletak di atasnya
terdesak yang mengakibatkan kulit bumi tersebut cembung.
b. Dome atau kubah garam. Kubah garam terjadi akibat intruisi massa
garam ke dalam lapisan batuan. Jadi kubah ini mempunyai inti berupa
garam. Diatasnya kadangkadang terdapat lapisan tudung berupa gips,
batu gamping atau dolomit yang pejal. Pada umum nya kubah garam
ini kecil-kecil dengan garis tengah 1 6 km dengan ketinggian ± 100
kaki dari daerah sekitarnya. Banyak di antaranya mempunyai nilai
ekonomis.
c. Karpatia (Rumania), Mesir, Persia, Spanyol, Maroko, dan Aljazair.
Terjadinya diduga bahwa lapisan garam yang terletak jauh di dalam
lapisan bumi, mendapat tekanan yang keras sehingga keadaanya
menjadi plastis dan pada bagian di bagian kulit bumi yang lemah ia
naik dan mendorong lapisan batuan yang ada di atasnya, sehingga
cembung ke atas. Kubah garam ini meskipun berstruktur kubah, sering
kali memperlihatkan permukaan yang cekung, karena garam
merupakan lapisan yang mudah larut, akibatnya lapisan yang terletak
di atasnya mudah ambruk. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
daerah itu berstruktur positif tetapi topografi negatif.
d. Kubah akibat pengangkatan regional pada daerah yang luas. Kubah
pada golongan ini adalah akibat adanya pengangkatan regional
didaerah yang luas. Ukurannya luas dengan dip yang landai hingga
hampir mendatar. Kubah ini mungkin terjadi sebagai akibat dari
desakan batuan volkanis dari dalam atau kerena proses epirogenesisi d.
Kubah kriptovolkanis (Cryptovolcanic domes). Kubah ini terjadi
sebagai akibat dari desakan gas dari dalam bumi yang tergerak secara
tiba-tiba,tetapi dengan kekuatan kecil. Karena kekuatannya yang kecil
sehingga tidak sampai ke luar, melainkan hanya mendorong lapisan
kulit bumi hingga cembung.

8
C. Bentuk Lahan Di Daerah Structural Lipatan, Patahan Dan Lingkungan

Bentuklahanan yang merupakan hasil bentukan asal struktural, seprti


telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa disebabkan oleh tenaga
endogen (tenaga yang berasal dari dalam bumi) yang bisa berupa proses
tektonik atau diastrofisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan
pelipatan kulit bumi, sehingga terbentuk struktur geologi berupa lipatan dan
patahan.
a. Perbedaan daya tahan (resistensi) lapisan batuan terhadap tenaga yang
bekerja. Lapisan batuan yang resisten akan menghasilkan relief yang
berbeda dengan batuan yang kurang atau tidak resisten.
b. Pola aliran pada bentukan struktural umumnya terkontrol oleh struktur.
c. Dalam melakukan identifikasi dan pengenalan terhadap bentukan struktural,
dasar pengenalan struktur adalah:
- Perlapisan (stratifikasi) batuan
- Attitude atau sikap lapisan (posisi bidang lapisan terhadap bidang
horizontal yang meliputi dip,strike, dip slope, face slope, dan scrap.
- Pola aliran
- Kontinuitas
- Dislokasi
- Morfologi permukaan
Bentuklahan hasil bentukan struktural ditentukan oleh tenaga endogen
yang menyababkan deformasi perlapisan batuan dengan menghasilkan
lipatan, kubah, dan patahan serta perkembangannya. Deformasi perlapisan
batuan ini menyebabkan adanya deformasi sikap perlapisan yang semula
horisontal menjadi miring atau tegak dan membentuk lipatan. Penentuan
nama suatu bentuklahan struktural pada dasarnya di dasarkan pada sikap
perlapisan batuan (dip dan strike). Dip adalah sudut perlapisan batuan yang
diukur terhadap bidang horisontal dan tegak lurus terhadap jurus (strike).
Sedangkan jurus (strike) merupakan arah garis perpotongan yang dibentuk
oleh perpotongan antara bidang perlapisan dengan bidan horizontal.

9
1. Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Lipatan
Pertama kali yang harus disadari bahwa suatu daerah yang
berstruktur lipatan, oleh tenaga eksogen dihancurkan melalui proses
denudasional, sehingga permukaan menjadi rata. Oleh karena itu
kenanpakan topografi seperti antiklinal dimungkinkan bukan menjadi
punggungan topografi, demikian pula sinklinal ditemukan bukan
merupakan lembah. Di samping itu, dimungkinkan pula terjadi
pembalikan relief (inversion of relief) sebagai akibat dari bekerja
ulangnya tenaga endogen.
Berdasarkan pada gambar di atas, maka relief pertama berupa daerah
struktur lipatan, dimana antiklin merupakan punggung pegunungan
lipatan, tetapi setelah mengalami proses geomorfik terjadi sebaliknya,
yaitu terbentuk lembah antiklin dan pegunungan sinklin. Bentukan khas
yang terdapat pada daerah berstruktur lipatan yang berkenaan dengan
pembentukan lipatan kulit bumi belum dijumpai pembentukan baru, pada
umumnya telah mengalami beberapa siklus geomorfologi, sehingga
bentanglahan yang ada banyak yang dijumpai multisiklis. Walaupun di
banyak tempat dipermukaan bumi ini telah mengalami proses demikian,
di daerah yang berstruktur lipat dapat dijumpai beberapa bentukan yang
merupakan bentukan khasnya. Adapun bentukan-bentukan khas tersebut
berikut ini disajikan secara satu persatu.
a. Bentukan berupa pola aliran trellis
Pada bagian terdahulu telah dikemukan mengenai pola pengaliran
trellis itu terdiri atas lembahlembah besar yang sejajar sat sama lain
(lembah subsekwen), dan anak-anak sungainya yang bermuara tegak
lurus pada sungai yang sejajar tersebut. Anak-anak sungai tersebut
merupakan lembah obsekuen, resekwen atau konsekwen.
b. Bentukan berupa punggungan antiklinal (anticlinal ridge)
Merupakan punggungan atau pegunungan yang bertepatan dengan
sinklinal. Pada umumnya deretan pegunungan itu sejalan dengan

10
sumbu/strike dari antiklinal itu. Bentuk punggungannya membulat dan
relief halus, dengan lerengnya berupa dip dari struktur
c. Bentukan berupa lembah antiklinal (anticlinal valley), merupakan
lembah-lembah yang berkembang sepanjang sumbu antiklinal.
Bentukan ini benar-benar menunjukkan pembalikan relief.
d. Bentukan lembah sinklinal (synclinal valley), merupakan lembah yang
berkembang sepanjang sumbu sinklinal.
e. Bentukan punggungan sinklinal (synclinal ridge) Merupakan
punggungan yang berkembang sepanjang sumbu sinklin. Inipun
menunjukkan adanya pembalikan relief yang sempurna.
Punggungannya biasanya lebar dengan lereng yang curam.
f. Bentukan berupa punggungan homoklinal (homoclinal ridge)
Punggungan homoklinal merupakan punggungan yang terdapat
disetiap antiklinal/sinklinal akibat pengirisan lembah pada saya dan
sepanjang sayap itu., dengan sendirinya punggungan ini akan berupa
cuesta atau hogback tergatung kepada besarnya kemiringan struktur.
Bisanya bentukan ini dibatasi oleh adanya pergantian kekerasan
lapisan batuan yang berselang seling antara lapisan batuan lunak dan
lapisan yang keras. Cuesta adalah bentuk punggungan atau bukit yang
kemiringan lerengnya tidak sama sebagai akibat dari kedudukan
lapisan-lapisan batuan pembentuknya yang landai. Cuesta mempunyai
lereng belakang (back slope) yang landai dan lereng muka (inface)
lebih curam. Apabila cuesta dengan kedudukan lapisan batuan itu
cukup curam dan kedua lereng bukit mempunyai kemiringan yang
hampir sama, maka dinamakan Hogback. Sedangkan bila kedudukan
lapisan itu mendatar, bukit yang demikian dinamakan messa
g. Bentukan berupa lembah homoklinal (homoclinal valley)
Merupakan lembah yang berkembang pada sayap antiklin atau sinklin.
Sayap antiklin yang berkembang menjadi lembah ini disebabkan oleh
proses erosi/denudasi yang kuat.suatu sinklin atau antiklin tidak
memanjang tanpa batas, tetapi dapat menghilang atau berakhir secara

11
berangsur-angsur. Tempat dimana sinklin atau antiklin berakhir,
dinamakan ujung antiklin atau pluging point). Kenampakan ini akan
sangat jelas terlihat pada bentukan cuesta atau hogback. Jika ada
kenampakan cuesta atau hogback yang berhadapan ini menunjukkan
bahwa di antara kedua bentukan tersebut adalah antiklinal dan
sebaliknya jika kedua bentukan tersebut saling membelakangi, maka
di antaranya terletak sinklinal.
2. Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Patahan
Dimuka telah pula dijelaskan secara panjang lebar, bahwa patahan itu
terjadi oleh tekanan atau tarikan yang menyertai bentuk lipatan, kubah,
kerutan yang disertai dengan pergesesran.
a. Flexure
Flexeure adalah suatu bentukan yang terjadi jika pergeseran ke
arah vertikal antara dua blok batuan yang besar, hanya melampaui
jarak yang tidak panjang, sehingga antara dua massa batuan yang
bergeser tersebut tidak sampai putus, melainkan hanya terjadi atau
membentuk takikan saja. Kemudian mengenai apakah sesar itu
mampu membuat suatu morfologi yang jelas? Berkaitan dengan
pertanyaan tersebut ada dua pandangan yang satu sama lainnya
mempunyai perbedaan. Pandangan yang menjelaskan bahwa
gradasi lebih cepat dari pada sesar dalam mbentuk morfologi,
sehingga sesar yang ada dianggap bukan hasil patahan secara
langsung, tetapi akibat erosi di atas sesar atau patahan yang telah
ada baik yang lama maupun yang masih baru. Sesar yang ada
sekarang telah tererosi sejak zaman Mesozoicum, pada saat awal
terjadi pelipatan (Spurr, dalam Lobeck: 1930: 540). Pandangan
yang kedua, menyatakan bahwa sesar dapat mengalahkan
degradasi sehingga dapat membentuk morfologi secara langsung.
bumi ini terbentukkarena adanya ketidak stabilan, apakah stabil
dalam hal geologi dan Pada dasarnya keduanya mempunyai
persamaan bahwa permukaan geomorfologi yang stabil atau tidaak

12
stabil. Pada daerah yang stabil, dimana morfologi akibat sesar
merupakan hal yang biasa. Jadi kedua pandangan tersebut masing-
masing mempunyai kebenaran, artinya ada morfologi yang
langsung merupakan akibat sesar dan ada pula yang disebabkan
oleh erosi di atas daerah yang berstruktur patahan.
b. Tebing
Tidak setiap tebing merupaakan hasil patahan, karena ada yang
disebabkan oleh hal yang lain. Misalnya tebing pada cuesta,
hogback, messa, butte, tebing pada kelokan meander dan lain
sebagainya terjadi bukan karena sesar. Tebing akibat patahan
disebut Fault scrap, sedangkan terjadi bukan kerena patahan
disebut Escarpment. Jadi Scarp ada dua yaitu fault scrap dan
escarpment. Tebing yang terjadi ada hubungannya dengan sesar
ada dua macam (Lobeck, 1930: 563), yaitu.
 Fault scarp yaitu tebing yang terjadi langsung kerena sesar.
Tebing seperti ini mungkin mengalami pemunduran oleh erosi,
pelapukan atau masswasting. Oleh karena itu ada tebing muda,
dewasa dan tua dalam perkembangannya.
 Fault line scarp, yaitu tebing yang terjadi oleh pengerjaan erosi
pada garis patahan, karena di kiri kanan garis patahan itu
terdapat batuan yang berlainan daya tahannya terhadap erosi.
Kenyataanya, tebing bisa terbentuk tersusun atau bertebing
majemuk ataupun bertingkat
c. Horst (blok patahan yang relatif naik) dan graben (bagian dari blok
patahan yang relatif turun).
Bentuk horst dan graben (slank dan horst). Graben adalah suatu
depresi patahan yang sempit dan memanjang serta dibatasi oleh
suatu bidang patanhan. Sedangkan Hosrt merupakan blok
memanjang yang muncul dan lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
Graben dan horst ini mempunyai jenis yang bervariasi, yaitu:
1. Graben sederhana/tunggal,

13
2. Horst sederana/tunggal,
3. Graben campuran
4. Horsrt campuran,
5. Graben resekuen
6. Asosiasi Graben dengan fenomena volkanis
d. Bentukan khas pada sesar normal Betukan topografi pada sesar
normal
keadaanya berlain-lainan tergantung kepada batuannya, apakah
batuannya homogim atau batan yang berlapis-lapis dengan
kekerasan yang berbeda-beda pula sesuai dengan meterial batuan
penyusunnya. Pada batuan homogin, bentukan yang dihasilkan
oleh sesar tersebut adalah berupa pegunungan yang terangkat atau
dimiringkan sepanjang bidang patahan, kemudian pada batuan
yang berlapis-lapis akat terdapat topografi yang berlainan. Jika
daerah tersebut berupa antiklinal yang terpatahpatah atau
merupakan suatu deretan hogbacks atu berupa deretan pegununan
homoklinal ataupu merupatan deretan cuesta tergantung kapada
kemiringan lapisan batuan yang tersesarkan.
e. Bentukan khas pada sesar naik bersudut besar
Akibat sesar naik dengan sudut yang besar menghasilakan
bentukan dengan pengulangan pelapisan. Jika mengalami erosi
akan terbentuk pula pola pengaliran yang sama dengan di daerah
pelipatan atau daerah tersebut berlapislapis, dimana perlapisannya
miring silih berganti antara lapisan satu dengan lapisan yang
lainnya (lapisan keras dan lapisan yang lebih lunak.
f. Bentukan khas pada sesar naik bersudut kecil (kelopak/thrust fault)
Bentukan yang terjadi pada kondisi ini biasanya kurang jelas,
karena pergesesran yang terjadi meliputi daerah yang jauh, sebagai
akibat dari pergerakan massa kulit bumi yang relatif jauh dengan
sudut kemuringan yang kecil, patahan ini terjadi pada jenis trust
fault (Lobeck, 1939: 559).

14
Setelah kelopak tererosi, terkadang yang tinggal hanya sisa-sia
berupa bukit kecil karena ada bagian batuan yang resisten. Bukit-
bukit kecil tersebut diberi nama klippe, yaitu secara topografi
merupakan sisa kelopak (nappe outlier) yang sama dengan cuesta
outlier dan plateau outlier. Tetapi secara struktur tidak sama,
karena perlapisannya mempunyai perbedaan, yaitu lapisan yang
lebih tua ada di atas lapisan yang lenih muda, sebagai akibat dari
lapisan yang tebal menyusup ke bawah.

3. Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Patahan


Bentukan khas di daerah struktur kubah dan antiklin adalah
berbentuk elips dan bentuknnya tergantung pula oleh kemiringan
lapisan-lapiasn batuan penyusunnya serta tingkat erosi yang telah
terjadi pada daerah tersebut. Seperti halnya di daerah struktur lipatan,
pada struktur kubahpun pada umumnya telah mengalami erosi pada
tingkat lanjut dalam arti erosi yang bekerja sudah sangat intensif.
Berbicara mengenai bentukan khas, perlu mengingat kembali tentan
pembalikan relief seperti yang telah dibicarakan pada bagian terdahulu.
Dari hasil pembalikan relief tersebut akan dapat membedakan kubah
secara struktur dan kubah secara topografi. Kaitannya dengan keadaan
tersebut, maka akan ditemukan struktur positif dengan topografi
negatif, struktur positif dengan topografi positif; dan struktur negatif
dengan topografi positf. Adapun bentukan-bentukan yang khas pada
daerah dengan struktur kubah adalah dalam hal:
a. Pola pengaliran
Pola pengaliran biasanya radial pada kubah muda dengan lembah
termasuk lembah konsekuen. Pola pengaliran anular pada kubah
usia dewasa. Pola ini memperlihatkan sungai-sungai besar
membentuk lingkarann dan anak-anak sungai bermuara tegak lurus
dengan sengai induk. Lembah-lembah besar melingkar berupa
lembah subsekuen, sedangkan lembah-lembah cabangnya berupa

15
lembah resekuen/ konsekwen. Perlu diketahui pula pola pengaliran
yang sempurna seperti di atas hanya terjadi pada daerah dengan
struktur kubah yang luas dan pada kubah yang kecil (tidak luas)
sungai-sungai tudak akan terbentuk. Berikut ini disajikan mengenai
pola pengaliran di daerah dome/kubah yang luas
b. Terdapat bentukan Cuesta, Hogback, Messa, Butte, Flat iron.
Messa, butte, dan flat iron
ini pada dasarnya adalah suatu bukit sisa yang ada di daehar yang
berstruktur kubah. Biasanya bukitsisa ini material batuannya
adalah resisten, sehingga dengan meterial yang resisten terhadap
erosi membentuk topografi yang menjulang dibandingkan dengan
deerah sekelilingnya.

D. Macam-Macam Bentuk Lahan Struktural

1. Bentang alam dengan struktur mendatar (lapisan horizontal)


2. Dataran rendah, adalah daerah yang memiliki elevasi antara kaki dari
permukaan air laut.
3. Dataran tinggi (pletau), adalah daerah yang menempati eleevasi diatas 500
kaki diatas permukaan air laut, berlereng sangat landai atau datar
berkedudukan lebih tinggi daripada bentang alam di sekitarnya.
4. Bentang alam dengan struktur miring, dibagi menjadi 2 :
a. Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri denag
sudut lereng yang searah perlapisan batuan kurang dari 30 0 (Tjia,
1987).
b. Hogback, sudut antara kedua sisinya relative sama, dengan sudut lereng
yang searah perlapisan batuan lebih dari 30 0 (Yjia, 1987). Hotback
memiliki kelerengan scarp slope dan dip slope yang hamper sama
sehingga terlihat simetri.

E. Pemanfaatan Bentuk Lahan Asal Structural

 Patahan

16
Cara paling sederhana melihat patahan di permukaan bumi adalah ada suatu
daerah tinggi dengan lapisan atau jenis batuan penyusun tertentu kemudian
di sebelahnya ada jurang yang permukaan lembahnya tersusun dari jenis
batuan berbeda. Bisa disimpulkan di daerah tersebut telah terjadi patahan.
Demikian juga jika tebing salah satu sungai tersusun oleh pelapisan batuan
yang ketinggiannya berbeda dengan sisi satunya, hal itu menunjukkan
indikasi patahan pada sungai itu.
Di bawah permukaan, patahan bisa diprediksi melalui kenampakan di
permukaan bumi, kemudian dibuat kemungkinan pola lapisannya ke arah
dalam. Adapun untuk bagian yang lebih dalam digunakan pengukuran
dengan seismik pantul.
 Manfaat :
 Bidang Industri
Patahan, baik yang terjadi di bawah permukaan maupun di bawah
bumi yang cukup dalam, mempunyai banyak manfaat. Manfaat itu di
antaranya terjadinya jebakan atau daerah tempat terakumulasinya
minyak bumi. Akibat tertutup patahan, minyak bumi tidak bisa
mengalir ke tempat dengan tekanan lebih rendah. Jebakan bisa
ditemukan lewat eksplorasi dengan cara seismik. Salah satu daerah
yang terkenal dengan jebakan seperti ini adalah daerah Kutai,
Kalimantan. Hal lain, banyak eksploitasi pertambangan menjadi
mudah karena adanya patahan. Bila di suatu daerah terdapat tambang
batu bara dan di salah satu sisi terjadi patahan, pola lapisan batu bara
akan semakin terlihat. Tambang batu bara seperti ini ada di Australia.
 Bidang Pertanian
Patahan juga sangat bermanfaat untuk bidang pertanian, terutama di
pegunungan kapur selatan. Misalnya, di Kecamatan Besuki,
Campurdarat, atau Pakel dan sekitarnya di Tulungagung terlihat
hamparan sawah atau ladang luas yang dibatasi bukit kapur.
Hamparan sawah itu dahulu merupakan pegunungan kapur. Akibat
patahan, bagian atas dari blok yang turun mengalami proses

17
sedimentasi sehingga permukaan tanah bisa dijadikan sawah. Hal
serupa terjadi di perladangan di Malang selatan.
 Sebagai Obyek Wisata
Sering kali di suatu tebing mengucur mata air maupun air terjun. Hal
ini juga disebabkan patahan. Oleh karena itu, patahan atau sesar di
suatu daerah perlu disikapi dengan arif. Memang betul, patahan
merupakan salah satu sumber gempa bumi tektonik. Namun,
masyarakat Indonesia tidak bisa menolak atau menghindarinya. Untuk
itu perlu dilakukan usaha memetakan arah patahan dengan lebih teliti,
khususnya di suatu daerah yang ada indikasi patahan (bisa dilihat di
peta geologi). Pemetaan ini bermanfaat untuk memberi saran ke
penduduk, swasta, ataupun pemerintah jika mereka hendak
membangun perumahan atau gedung. Bangunan hendaknya tidak
memotong atau dibangun di atas jalur patahan. Dengan demikian, jka
terjadi gempa bumi dampak kerusakan bisa diminimalisir.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Bentuk lahan asal proses struktural tersusun dari seseri lapisan, baik yang
telah terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. Terbentuk
karena adanya proses endogen berupa tektonisme dan diatropisme.

18
2. Tenaga pembentuk lipatan, patahan dan lengkungan adalah:
a. Pada daerah berstruktur lipatan, disebabkan oleh tenaga endogen yang
arahnya mendatar berupa tekanan, sehingga batuan sedimen yang letak
lapisanlapisannya mendatar berubah menjadi terlipat atau
bergelombang.
b. Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga
endogen yang mengakibatkan kulit bumi bergerak mendatar dengan
berlawanan arah atau bergerak ke bawah atau ke atas, yang sering
disebut dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar. Kulit
bumi mengalami sesar dimana patahan yang disertai dengan pergeseran
kedudukan lapisan yang terputus hubungannya (fault).
c. Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur kubah adalah tenaga
endogen mempunyai arah tegak lurus ke arah luar bumi, sehingga
daerah yang luas mengalami pencembungan akibat tenaga tersebut.
3. Ciri-ciri bentuk lahan asal struktural adalah sebagia berikut:
a. Dip dan strike batuan resisten-non resisten jelas
b. Horison kunci jelas
c. Terdapat sesar, kekar, rekahan, gawir sesar, sesar bertingkat
d. Ada materi intrusif: dike, kubah granitik
4. Bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan lengkungan
Bentuklahanan yang merupakan hasil bentukan asal struktural, seprti telah
dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa disebabkan oleh tenaga endogen
(tenaga yang berasal dari dalam bumi) yang bisa berupa proses tektonik atau
diastrofisme.
5. Deformasi perlapisan batuan ini menyebabkan adanya deformasi sikap
perlapisan yang semula horisontal menjadi miring atau tegak dan
membentuk lipatan.
6. Pemanfaatan bentuk lahan asal struktural Bidang Industri Eksploitasi
pertambangan menjadi mudah karena adanya patahan.
B. Saran

19
Saran Desain bangunan di sekitar jalur patahan perlu diperhitungkan
untuk mengantisipasi aktifnya patahan, yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan
gempa. Misalnya, bangunan didesain untuk tahan goncangan dan dibuat dari
bahan yang ringan. Walaupun merupakan salah satu sumber bencana yang
perlu diwaspadai, patahan di bumi banyak manfaatnya. Tanpa adanya patahan,
kenampakan atau morfologi daratan di Indonesia, khususnya Jatim, tidak akan
seperti sekarang. Tanpa adanya patahan, ladang pertanian dan tempat rekreasi
tidak akan menarik dan lebih bisa dimanfaatkan seperti sekarang .

20
DAFTAR PUSTAKA

Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar Geomorfologi. Bahan Ajar Jurusan


Geografi.
Buranda, J. P. 1990. Geologi Umum. Buku Penunjang Perkuliahan Jurusan
Geografi.
https://geografiunm.wordpress.com/2011/04/19/103/.Di akses pada tanggal 28
Mei 2021.
https://mahasiswa.ung.ac.id/451412046/home/2014/10/27/geomorfologiindonesia
-bentuklahan-html. Di akses pada tanggal 28 Mei 2021

21

Anda mungkin juga menyukai