Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pasarwajo,       Januari 2018

Deni Ervin Setiawan

 
 
 
DAFTAR ISI
 
Kata
Pengantar………………………………………………………………………………………
…..            
Daftar
Isi………………………………………………………………………………………………
…….            
BAB I
PENDAHULAN………………………………………………………………………………
1. Latar
Belakang………………………………………………………………………
…………..
2. Rumusan
Masalah…………………………………………………………………………
……
BAB II
PEMBAHSAN………………………………………………………………………………..
1. Tektonisme……………………………………………………………………
…………………..
2. Gerak
Epirogenesa……………………………………………………………………
………..
3. Gerak
Orogenesa………………………………………………………………………
……….
4. Dampak Tektonisme Bagi
Kehidupan…………………………………………………..
5. Jenis-jenis Batas
Lempeng…………………………………………………………………..
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………………….
1. Kesimpulan……………………………………………………………………
………………….
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………
 
 BAB I
PENDAHULAN
 LATAR BELAKANG
Tektonisme adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan, lipatan, dan
patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang dimaksud lipatan adalah
bentuk muka bumi hasil gerakan tekanan secara horizontal maupun vertikal yang
menyebabkan lapisan permukaan bumi menjadi berkerut dan melipat. Patahan
adalah permukaan bumi hasil dari gerakan tekanan horizontal dan tekanan vertikal
yang menyebabkan lapisan bumi menjadi retak dan patah.
Ada dua jenis tektonisme, yaitu Epirogenesa dan Orogenesa. Epirogenesa adalah
proses perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga lambat dari dalam
bumi dengan arah vertikal, baik ke atas maupun ke bawah melewati daerah yang
sangat luas. Ada dua Epirogenesa:

 Epirogenesa positif, yaitu gerakan yang mengakibatkan turunnya lapisan kulit


bumi, sehingga permukaan air laut terlihat naik dan daratan menurun.Contoh :
Tenggelamnya Pulau-Pulau
 Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya lapisan kulit
bumi, sehingga permukaan air laut terlihat turun dan daratan menaik. Contoh :
Munculnya Pulau-Pulau Baru
Orogenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat dan meliputi
wilayah yang sempit. Tektonik Orogenesa biasanya disertai proses pelengkungan
(warping) dan lipatan (folding) yang terjadi akibat adanya tekanan pada arah
mendatar pada lapisan batuan yang lentur. Lipatan terbentuk dari 2 bentuk dasar
yaitu sinklinal dan antiklinal.
1. Rumusan Masalah
 Membahas pengertian tentang Tektonisme ?
 Membahas tentang gerak epirogenesa ?
 Membahas tentang gerak orogenesa ?
 Membahas tengang dampak tektonisme dalam kehidupan ?
 

BAB II
PEMBAHASAN
1. Tektonisme
Proses tektonisme bisa disamakan dengan dislokasi yang berarti disertai dengan
perubahan letak lapisan kulit Bumi dari kedudukan semula. Perubahan ini bisa
secara vertikal maupun horizontal. Tektonisme berpengaruh pada wilayah yang luas.
Berdasarkan kecepatan gerakan dan luas wilayah yang terkena pengaruh,
tektonisme dibedakan menjadi dua.

1. Gerak Epirogenesa
Gerak inilah yang membentuk benua. Gerakan ini berlangsung dengan sangat pelan
sehingga kadang tidak kita rasakan. Gerakan ini meliputi wilayah luas dan tanda-
tandanya dapat dilihat dari adanya perubahan garis pantai. Gerakan ini dibedakan
menjadi epirogenesa positif dan negatif. Epirogenesa positif ditandai dengan adanya
kenaikan permukaan air laut sehingga garis pantai pindah ke daratan karena daratan
mengalami penurunan. Sementara itu, epirogenesa negatif ditandai dengan
permukaan air laut yang menurun. Salah satu tandanya adalah pantai yang berteras
karena mengalami kenaikanatau pengangkatan berulang kali.

1. Gerak Orogenesa
Merupakan suatu pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat meliputi wilayah
yang sempit. Merupakan proses pembentukan gunuung akibat tabrakan lempeng
benua, sesar bawah benua, perekahan kontinen, atau pergeseran punggung samudra
dengan benua.
1. Lipatan (Fault)
 Merupakan bentukan permukaan bumi yang terjadi karena tekanan yang lemah,
tetapi berlangsung secara terus menerus. Puncak lipatan disebut antiklinal dan
lembah lipatan disebut sinklinal.

Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, lipatan dibedakan


menjadi:

1. Lipatan tegak (Symmetric Folds)


Lipatan tegak adalah lipatan yang dihasilkan dari kekuatan yang sama yang
mendorong dua sisi dengan seimbang.

2. Lipatan Miring (Asymmetric Folds)

Lipatan miring adalah lipatan yang dihasilkan ketika kekuatan tenaga pendorong di
salah satu sisinya lebih kuat, sehingga akan menghasilkan kenampakan salah satu
sisinya lebih curam.

   3. Lipatan Rebah (Overturned Folds)

Lipatan rebah adalah lipatan yang arah lipatannya mendatar. Lipatan ini terjadi
karena arah tenaga horizontal hanya dari satu arah.

4. Lipatan Menutup (Recumbent Folds)

Lipatan menutup adalah lipatan yang terbentuk pada saat lipatan yang satu
menekan sisi yang lain dan menyebabkan sumbu lipat hampir datar.

5. Lipatan Sesar Sungkup (Overthrust)

Lipatan sesar sungkup adalah lipatan yang terbentuk ketika tenaga tekan menekan
satu sisi dengan kuat sehingga menyebabkan lipatan menjadi retak.

6. Nappe
Terbentuk setelah lipatan overthrust rusak sepanjang garis retakan.

2. Lengkungan
Lengkungan merupakan bentukan lahan karena gerak vertikal yang tidak merata
pada suatu daerah, khususnya yang berbatuan sedimen akan menghasilkan
perubahan struktur lapisan yang mulanya horisontal menjadi melengkung. Jika
melengkung  ke atas menjadi kubah (dome), jika ke bawah menjadi cekungan (basin).
3. Patahan
Patahan terjadi ketika kulit bumi yang bersifat padat dan keras mengalami retak atau
patah pada saat terjadi gerakan orogenesa. Pada patahan, massa batuan
mengalami pergeseran titik atau tempat yang semula bertampalan (kontak)
kemudian berpindah lokasi (dislocated/displaced). Gerakan ini menimbulkan terjadinya
patahan dengan gaya tekan (compression) dan gaya regangan (tension). Ciri adanya
patahan dapat dikenali dari adanya perbedaan ketinggian yang mencolok.
Tipe-tipe dasar patahan:

1. Normal Fault 
Merupakan patahan yang memungkinkan satu blok (footwall) lapisan batuan
bergerak dengan arah relatif naik terhadap blok lainnya (hanging wall). Ciri dari
patahan ini adalah sudut kemiringan besar hingga mendekati 90 derajat.

     2. Reserve Fault 
Merupakan patahan dengan arah footwall yang relatif turun dibanding hanging wall.
Ciri dari patahan ini adalah sudut kemiringan yang relatif kecil yaitu kurang dari 45
derajat.

  3. Strike Fault 
Merupakan patahan yang arahnya relatif mendatar ke kiri atau ke kanan. Arah
patahan mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan batuan bergerak dengan
arah mendatar namun sebagian ada yang bergerak dengan arah vertikal.  Bila
gerakan patahan ke kanan di sebut sesar geser sinistrial dan bila ke kiri dinamakan
sesar geser dekstral.

4. Retakan
Retakan merupakan bentukan lahan yang terjadi karena pengaruh gaya regangan,
sehingga batuan mengalami retak-retak namun masih bersambung. Biasanya
ditemukan pada batuan rapuh di daerah puncak antiklinal dan dikenal dengan
nama tectonic joint. Berdasarkan cara pembentukannya, ada dua macam retakan,
sebagai berikut:
1. Retakan yang disebabkan tekanan
2. Retakan yang disebabkan tarikan
 
D. Dampak Tektonisme Bagi Kehidupan
1. Dampak Positif
 Proses vulkanisme pada gunung api di Indonesia bermanfaat bagi lahan
pertanian, karena abu vulkanik akibat letusan gunung api membuat tanah
menjadi subur.
 Gunung api merupakan penghasil bahan galian tambang seperti emas, intan,
timah, serta bahan bangunan yang lainnya.
 Bentuk hasil tenaga endogen dapat dijadikan wisata alam yang sangat
menarik.
   2. Dampak Negetif
 Lereng-lereng yang terbentuk karena tenaga endogen ada yang terjal dan
landai, yang tidak baik dijadikan daerah pertanian
 Daerah-daerah pegunungan yang terjal juga tidak baik dijadikan daerah
pemukiman karena rentan terjadinya tanah longsor sehingga dapat
menimbulkan kerugian, baik materil maupun korban jiwa.
 Proses alam endogen dapat menimbulkan gempa bumi dan letusan gunung api.
Gempa bumi dan letusan gunung api dapat menelan korban jiwa manusia,
membahayakan kesehatan masyarakat, serta menimbulkan kerugian material
bagi penduduk setempat.
 Pergeseran kerak bumi mendorong terbentuknya berbagai jenis pegunungan
dan cekungan sedimen. Lebih lanjut terjadinya tekanan, regangan, dan
deformasi pada kerak Bumi (pengangkatan, amblesan, retakan, patahan, serta
lipatan) didukung dengan adanya gaya gravitasi Bumi akan menimbulkan
terjadinya erosi, longsoran, dan sedimentasi. Dari proses yang terjadi ini dapat
menimbulkan bencana alam yang mengakibatkan kerugian materiil, harta
benda, dan nyawa.
 E.   Jenis-Jenis Batas Lempeng
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak
relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:

1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan


mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar
transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke
kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di
sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar
San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi
ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan
zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika
dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan
benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua.
Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan
lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung
air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur
dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas
vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika
Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc). Batas konvergen dibagi
kembali menjadi tiga, yaitu:
1. Bila 2 lempeng samudra yang saling mendekat, lempeng yang satu akan

menghunjam kebawah lempeng yang lain membentuk busur kepulauan.

2. Bila lempeng benua dan lempeng samudra yang saling mendekat,

maka lempeng samudranya akan menghunjam kebawah lempeng benua,

membentuk pegunungan uplift seperti Andes.

3. Bila 2 lempeng benua yang saling mendekat, terjadilah peristiwa tumbukan

(collision), membentuk pegunungan lipatan seperti Himalaya.

Selain 3 jenis batas lempeng di atas, terdapat juga plate boundary zone, dimana


interaksi antar lempengnya belum diketahui. Dan pada umumnya, plate boundary
zone melibatkan paling tidak 2 lempeng besar dan beberapa microplate yang bergerak
dengan cukup rumit, sehingga pada daerah tersebut terdapat fitur geologi yang
kompleks dan pola gempa bumi. Contoh dari plate boundary zone adalah daerah
Mediterranean-Alpine yang merupakan batas antara lempeng Eurasia dan Afrika,
dimana terdapat kenampakan subduksi, kolisi, dan transform fault.
 

 BAB III
PENUTUP
 
1. Kesimpulan
Tektonisme merupakan tenaga yang berasal dari dalam bumi yangmenyebabkan
terjadinya dislokasi (perubahan letak) patahan dan retakan padakulit bumi serta
pada batuan. Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yangmempengaruhinya,
tenaga tektonik dapat dibedakan atas gerak orogenesa danepirogenesa. Gerak
orogenesa merupakan gerakan tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi
daerah yang relatif sempit. Gerak orogenetik menyebabkanadanya tekanan
horizontal atau vertikal pada kulit bumi sehingga terjadilahperistiwa dislokasi, baik
dalam bentuk lipatan maupun patahan. Contohnyaterbentuknya deretan lipatan
pegunungan muda Sirkum Pasifik
DAFTAR PUSTAKA
 Pararas-Carayannis, G., 1997.
Some of the World’s Greatest Disasters,  Bombay Press.,
India, 243 h.Sartono, S., Hardjasasmita, S., Zaim, Y., Nababan, U.P., dan Djubiantono,
T.,1978. Sedimentasi Daerah Patiayam, Jawa Tengah.
  Berita Pusat Penelitian Arkeologi
, 19, h.1-21.Syarifudin, M.Z., dan Hadian, R., 1977.
  Laporan lapangan pemeriksaanG. Sumbing, Jawa Tengah.
BPPTK DIY, Tidak dipublikasikan.Suwarti, T. dan Wikarno, 1992.
Peta Geologi Lembar Kudus
, skala 1:100.000.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai