Referat Stase Ika PJJ Koas
Referat Stase Ika PJJ Koas
2
DEFINISI PJB NON SIANOTIK
Suara bising pada sela iga III- Bunyi jantung II melebar • PDA Kecil
IV garis parasternal kiri (wide split)Suara bising ejeksi Asimptomatis, bising kontinu
• DSV Kecil sistolik di daerah pulmonal, di daerah subklavikula kiri
Asimptomatis, sedikit bising diastolik di daerah • PDA Sedang
kardiomegali trikuspid Gejala muncul usia 2-5 bln,
• DSV Sedang • DSA Sekundum sulit makan, BB masih
Sesak napas saat menyusu, Asimptomatis, jantung normal, mudah lelah tapi
sulit naik BB, gagal jantung normal/ sedikit membesar dapat bermain, PF Takipnea
usia 3 bulan, PF dispnea, • DSA Primum ringan, getaran bising di sela
retraksi subkosta, dada Kesulitan naik BB, iga I-II dan suara bising
menonjol atau normal kardiomegali. kontinu di sela iga II-III garis
• DSV Besar Parasternal kiri
Dispnea masa neonatus, gagal • PDA Berat
jantung minggu ke 6, sesak Sulit minum, BB kurang,
saat istirahat, sianosis, dispnea/takipnea, tidak ada
gangguan pertumbuhan getaran bising, suara bising
mid-diastolik di apeks
PEM.PENUNJANG PJB NON SIANOTIK
1. TATALAKSANA MEDIS
Pasien dengan defek yang kecil:
• Profilaksis —> Mencegah endokarditis terutama apabila pasien akan
dilakukan tindakan operatif di daerah ronga mulut
• Pembatasan aktivitas —> tidak diperlukan sama sekali
Gagal jantung pada pasien defek septum ventrikel
• Diuretik furosemid dengan/tanpa digoksin (dosis rumat 0,01
mg/kg/hari —> 2 dosis)
• Spironolakton —> mencegah hipokalemia
• Antibiotik dini diberikan jika terdapat infeksi Sal. Napas
TATALAKSANA DEFEK SEPTUM VENTRIKEL
2. PEMBEDAHAN
Indikasi:
—> usia 3-4 tahun defek yang belum menutup dengan pembesaran
jantung dan terdapat gejala
3. PENUTUPAN DEFEK DENGAN KATETER
—> hanya dapat dilakukan untuk defek yang jauh dari struktur penting
(misal: katup aorta)
—> hasil baik pada defek septum muskular
TATALAKSANA DEFEK SEPTUM ATRIUM
PDA Ringan:
1. Bayi Prematur
Indometasin IV/Oral 0,2 mg/kgB dengan selang waktu 12 jam, diberikan
3 kali.
Hanya efektif pada bayi prematur usia kurang dari 1 minggu
A. TERAPI BEDAH
Indikasi:
• Duktus arteriosus persisten pada bayi yang tidak memberi respons
terhadap pengobatan medikamentosa;
• Duktus arteriosus persisten dengan keluhan;
• Duktus arteriosus persisten dengan endokarditis infektif yang kebal
terhadap terapi medikamentosa.
B. PENUTUPAN DUKTUS ARTERIOSUS DENGAN KATETER
PROGNOSIS PJB NON SIANOTIK
Manifestasi Klinis
—> mencerminkan derajat hipoksia. Pada waktu baru lahir biasanya
bayi belum sianotik; bayi tampak biru setelah tumbuh.
—> mula-mula dapat mirip dengan defek septum ventrikel dengan
pirau dari kiri ke kanan dengan stenosis pulmonal ringan, sehingga
anak masih kemerahan. Apabila derajat stenosis bertambah, akan
timbul sianosis.
—> sesak napas, biasanya setelah berjalan beberapa lama, anak akan
berjongkok untuk waktu sebelum ia berjalan kembali.
PJB SIANOTIK Tetralogy of Fallot (ToF)
Diagnosis
• Bentuk dada normal/ menonjol
• Getaran bising jarang teraba
• Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II biasanya tunggal
• Terdengar bising ejeksi sistolik di daerah pulmonal, yang makin
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi (berlawanan
dengan stenosis pulmonal murni)
—> Bising ini adalah bising stenosis pulmonal, bukan bising defek
septum ventrikel
PJB SIANOTIK Tetralogy of Fallot (ToF)
Diagnosis
• Pemeriksaan Lab
—> kenaikan jumlah eritrosit dan hemotokrit yang sesuai dengan
derajat desaturasi dan stenosis.
• Radiologi
—> Jantung tidak membesar, mirip sepatu. Arkus aorta terletak di
sebelah kanan pada 25% kasus. Apeks jantung kecil dan terangkat, dan
konus pulmonalis cekung, vaskularisasi paru menurun.
• EKG
Neonatus —> Normal
Anak —> gelombang T positif di V, disertai deviasi sumbu ke kanan dan
hipertrofi ventrikel 1 kanan. Gelombang P di II tinggi (P pulmonal)
• ECG
defek septum ventrikel yang besar disertai dengan over-riding aorta.
Aorta tampak besar, sedangkan a. pulomonalis kecil; katup pulmonal
tidak selalu dapat jelas dilihat.
Tatalaksana Tetralogy of Fallot (ToF)
Tatalaksana Medis
1. serangan sianotik akut:
• Pasien diletakkan dalam knee-chest position
• O2 masker 5-8 L/menit
• Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg/SC
• Sodium bikarbonat 1 mEq/kg/IV untuk koreksi asidosis
• Transfusi darah apabila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/ dL;
• propranolol 0,1 mg/kg/IV secara perlahan.
—> Janganlah sekali- sekali memberikan digoksin saat pasien menderita serangan
sianotik, karena akan memperburuk keadaan.
2. Apabila tidak segera dilakukan operasi maka pasien dapat diberi propranolol rumat 1
mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis. Bila terjadi dengan anemia relatif, maka diperlukan
preparat besi.
3. Perhatikan higiene mulut dan gigi, untuk meniadakan sumber infeksi untuk
terjadinya endokarditis infektif atau abses otak.
4. Cegah dehidrasi, khususnya pada infeksi interkuren.
Tatalaksana Tetralogy of Fallot (ToF)
Tatalaksana Bedah
• Bedah Paliatif
—> menambah aliran darah ke paru
• Bedah Korektif
—> Menutup defek septum ventrikel dan eksisi infundibulum
Prognosis
Strategi pengobatan yang saat ini digunakan dalam pengobatan ToF
menghasilkan kelangsungan hidup jangka panjang yang sangat baik
(kelangsungan hidup 30 tahun berkisar antara 68,5% hingga 90,5%).
PENDAHULUAN
Penyakit Imunologi
1. Lupus Eritematosus Sistemik
2. Juvenile Idiopathic Arthritis
3. Infeksi HIV BIHA
19
DEFINISI PENYAKIT IMUNOLOGI
LUPUS JUVENILE
ERITEMATOSUS IDIOPATHIC INFEKSI HIV BIHA
SISTEMIK ARTHRITIS (JIA)
Penyakit autoimun
kompleks yang
Kondisi inflamasi kronik Bayi baru lahir dari ibu
menyerang berbagai
pada anak, terjadi pada yang terbukti terinfeksi
sistem dengan
usia < 16 tahun pada Human
pembentukan antibodi
setidaknya 1 sendi selama Immunodeficiency Virus
antinukleus (ANA),
kurang lebih 6 bulan (HIV)
terutama terhadap double-
tanpa penyebab lain.
stranded DNA (anti ds-
DNA).
ETIOLOGI PENYAKIT IMUNOLOGI
LUPUS JUVENILE
ERITEMATOSUS IDIOPATHIC INFEKSI HIV BIHA
SISTEMIK ARTHRITIS (JIA)
HIV
Belum banyak diketahui.
Terjadi secara vertikal
Diduga karena respon
(dari ibu yang
abnormal terhadap infeksi
Interaksi antara faktor mengandungnya) maupun
atau. Faktor lain yang ada
genetik, faktor didapat secara horizontal melalui
di lingkungan. Peran
dan faktor lingkungan. transfusi produk darah
imunogenetik diduga
atau penularan lain yang
memiliki penngaruh yang
jarang.
sanbgat kuat.
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT IMUNOLOGI
LUPUS JUVENILE
ERITEMATOSUS IDIOPATHIC INFEKSI HIV BIHA
SISTEMIK ARTHRITIS (JIA)
LUPUS JUVENILE
ERITEMATOSUS IDIOPATHIC INFEKSI HIV BIHA
SISTEMIK ARTHRITIS (JIA)
• Systemic onset JIA
• Polyarticular RF (-)
• LES Ringan dan (+)
• LES Sedang • Oligoarticular JIA • Kategori 1 (25-30%)
• LES • Enthesitis-related • Kategori 2(50-60%)
Berat/mengancam Arthritis (ERA) • Kategori 3(5-25%)
nyawa • Psoriatic Arthritis
• Undifferentiated
Arthritis
MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT IMUNOLOGI
• Terdapat 4 atau lebih Artritis pada usia <16 Riwayat HIV pada ibu, uji
dari kriteria tahun pada setidaknya 1 PCR RNA dan PCR DNA
diagnostik lupus sendi selama kurang lebih
6 bulan tanpa penyebab
lain
DIAGNOSIS PENYAKIT IMUNOLOGI
DIAGNOSIS PENYAKIT IMUNOLOGI
TATALAKSANA LES
1. Non Farmakologi —> Konseling, edukasi, pendekatan tim, istirahat yang cukup,
nutrisi adekuat, penggunaan tabirsurya, imunisasi
2. Farmakologi
NSAID —> Diberikan pada pasien dengan gejala muskuloskeletal
• Antikoagulan
• Hidroksiklorokuin
• Glukokortikoid
Prednison oral 1-2 mg/kgBB/hari
Inisial metilprednisolon IV dengan interval tiap bulan untuk terapi pemeliharaan pada
penyakit berat
• Imunosupresif
Azatioprin 1-2 mg/kgBB/hari (peroral)
Siklofosfamid 1-2 mg/kgBB/hari
Tatalaksana PENYAKIT IMUNOLOGI
Alergi Obat
Hipersensitifitas terhadap obat diartikan sebagai respon imun
terhadap obat pada orang yang sudah tersensitisasi sebelumnya
—> Didasarkan pada penilaian klinis, karena uji spesifik obat konfirmasi
sering sulit dilakukan. Kriteria reaksi hipersensitivitas obat adalah:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji tusuk kulit dan uji provokasi
TATALAKSANA ALERGI OBAT
TATALAKSANA SJS/TEN
Prinsip terapi —> Suportif
• Terapi cairan dan elektrolit
• Penuhi kebutuhan kalori dan protein parenteral
• Antibiotik sprektum luas kemudian berdasarkan kultur
• Kortikosteroid dan antihistamin sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, Z.A. 2020. Vaskulitis pada Lupus Eritematosus Sistemik. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 9.
No. 1. Hlm 127-132
2. IDAI. 2010. BUku Ajar Imunologi Anak.. Ed 2.. Jakarta:IDAI
3. IDAI. 2020. Buku Ajar Kardiologi Anak. Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
4. Jelle. P. G. V. D. V., E. Bosch., A.J.J.C. Bogers., V.A. Helbing. 2019. Current outcomes and treatment of
tetralogy of fallot. Tersedia dalam:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6719677/pdf/f1000research-8-18775.pdf. Disitasi pada 3
November 2021 pukul 07.20
5. KEMENKES RI. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No..HK.01.07/MENKES//90/2019 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
TATALAKSANA HIV
6. KEMENKES RI. 2014. Pedoman Penerapan Terapi HIV pada Anak. Jakarta.
7. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2011. Diagnosis dan pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.
Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia
8. Sastri,, N.L.P.P.. 2021. Diagnosis. Dan Tatalaksana Juvenile Idopathics Arthritis. CDK Journal Vol. 48.
No. 3 Hlm 128-132
9. Sudewi, N.P. 2009. Karakteristik Lupus Eritematosus Sistemik Pada Anak. Sari pediatri. Vol. 11. No.2.
Hlm. 108-112
39