Anda di halaman 1dari 47

PENGANTAR AKUNTANSI

Rumus Krisdayanti/KD
Keterangan + -
Harta D K
Utang
Modal
Pendapatan
KD
Beban/Biaya D K

Keterangan
H: Harta (Kas, Piutang dagang, Persediaan, Tanah, Bangunan, Kendaraan, Mesin,
Peralatan, dsb yang di Neraca ada di kolom Aktiva )
U: Utang
M: Modal
P: Pendapatan (Penjualan)
B: Beban/Biaya
Bentuk Neraca
1. Bentuk skontro atau horizontal (account form)

2. Bentuk laporan atau vertical (report form)


Contoh Lainnnya dari Bentuk Neraca
Contoh bentuk Laporan L/R

BAB 1:
TAHAPAN PEMBUATAN
LAPORAN KEUANGAN

1) TAHAP 1
Menganalisa Transaksi Finansial
Contoh :
PT Milenia Jaya pada tanggal 01 Januari 2020 membeli Komputer dari Toko Eramedia untuk
Bagian Administrasi dan umum dengan harga Rp 10.000.000 tunai.

Analisis transaksi:
 Transaksi senilai Rp 10.000.000 tersebut menambah perlengkapan kantor (komputer) : HARTA/H
(AKTIVA TETAP)  +  DEBET/D
 Dan menurunkan kas : HARTA/H (AKTIVA LANCAR)  -  KREDIT/K

2) TAHAP 2
Membuat Jurnal Umum
Aktivitas ini dilaksanakan setelah proses analisis transaksi selesai dilakukan.
Setelah semua transaksi finansial dikelompok-kelompokan sesuai dengan pos-posnya.
Langkah selanjutnya adalah membuat Jurnal Pencatatan Transaksi  sesuai dengan rekening/akun
dan debit kredit.

Perhatikan contoh PT Milenia Jaya di atas:


Setelah kita menganalisi transaksi tersebut, selanjutnya mencatat jurnal transaksi (Jurnal Umum
nya) sebagai berikut:

D K
1 Jan 2020 Perlengkapan Kantor – Komputer Rp 10.000.000
1 Jan 2020 Kas  Rp 10.000.000
3)  TAHAP 3
Memposting Jurnal ke dalam Buku Besar
Selanjutnya dilakukan posting atau pemindahan setiap catatan di jurnal umum tersebut ke buku
besar sesuai dengan pos/rekening/akun-nya.
Dari contoh transaksi di atas, kita bisa membuat buku besar sebagai berikut:

Rekening/ Akun: Perlengkapan Kantor


Tanggal transaksi: 1 Januari 2020
Saldo Awal: 0
Saldo Akhir : Rp 10.000.000 (sisi Debit)
Bila disajikan dalam buku besar adalah seperti berikut ini:

Rekening/ Akun: Kas


Tanggal transaksi: 1 Januari 2020
Saldo Awal: 0
Saldo Akhir : Rp 10.000.000 (sisi Kredit)
Bila disajikan dalam bentuk tabel berkolom adalah sebagai berikut:

4)  TAHAP 4
Menyusun Neraca Saldo dari Buku Besar
Penyusunan Neraca Saldo ini dilakukan sebelum membuat jurnal penyesuaian sehingga disebut
juga neraca saldo yang belum disesuaikan.
Neraca saldo adalah suatu daftar rekening-rekening buku besar dengan saldo
debit atau kredit.
Langkah selanjutnya setelah membuat buku besar yaitu menyusun neraca saldo.
Daftar rekening pada buku besar dikelompokkan ke dalam kelompok pasiva atau
kelompok aktiva.
Neraca saldo digunakan untuk mengecek/memeriksa keseimbangan debet dan
kredit dari seluruh rekening buku besar.
Berikut contoh neraca saldo:

Contoh Neraca Saldo Excel

5) TAHAP 5
Mengumpulkan data yang diperlukan untuk membuat jurnal
penyesuaian.
Karena beberapa transaksi yang terjadi yang dicatat masih tidak sesuai dengan keadaan pada
akhir periode. Dan juga terdapat beberapa transaksi yang belum tercatat. Sehingga
data-data yang ada dikumpulkan dan digunakan untuk membuat jurnal
penyesuaian.

Jadi fungsi dari jurnal penyesuaian adalah untuk membuat penyesuaian untuk transaksi tertentu.

Misalnya, transaksi asuransi dibayar di muka, sewa dibayar dimuka, penyusutan aktiva tetap.

6) TAHAP 6
Membuat Neraca Lajur (Daftar Kertas Kerja Akuntansi)
Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan maka kita perlu menyusun
neraca lajur atau kertas kerja yang dimulai dari:
1. data di neraca saldo (#Tahap 4), dan
2. disesuaikan dengan data yang diperoleh dari jurnal penyesuaian (#Tahap 5).

Selanjutnya, saldo yang sudah disesuaikan akan terlihat pada kolom neraca
saldo yang telah disesuaikan (NSSP/Neraca Saldo Setelah Penyesuaian) dan
merupakan saldo-saldo yang akan dilaporkan dalam neraca dan laporan rugi
laba.

Perhatikan contoh neraca lajur :

LABA DITAHAN 5.750.000 5.750.000


TOTAL 50.450.000 50.450.000
D dan K: BALANCE
Keterangan
AJP: Ayat Jurnal Penyesuaian

7) TAHAP 7
Membuat Laporan Laba Rugi dan Neraca
Laporan yang sudah disusun di neraca lajur tinggal di tulis dengan rapi sesuai
ketentuan atau standar laporan keuangan. Hal ini karena dalam neraca lajur
sudah dipisahkan jumlah-jumlah yang dilaporkan dalam Neraca atau Laporan
Rugi Laba.
Jadi setelah kita melakukan tahap 1 s/d tahap 6 diatas, maka kita sudah bisa membuat laporan
keuangan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang dapat disusun langsung dari Neraca Lajur
(#Tahap 6), karena dalam neraca lajur tersebut sudah dipisahkan jumlah-jumlah yang akan
dilaporkan dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi.

Kolom Neraca dan Laba Rugi di dalam Neraca Lajur/Kertas Kerja (#Tahap 6) tersebut diubah
bentuknya sehingga dapat dihasilkan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang mudah dibaca dan
dianalisa.
Perhatikan Laporan Laba Rugi dan Neraca yang dibuat dari Neraca Lajur berikut ini:

LABA DITAHAN 5.750.000 5.750.000


TOTAL 50.450.000 50.450.000
Debet dan Kredit
di Neraca :
BALANCE
contoh laporan keuangan sederhana Excel

Menyusun laporan keuangan, yaitu terdiri dari:


 Laporan Posisi Keuangan/ Neraca
 Laporan Laba Rugi,
 Laporan Perubahan Modal/ Ekuitas
 Laporan Arus Kas
 Catatan Atas Laporan Keuangan

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sangat penting, karena


mencerminkan kinerja perusahaan dan dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan.
BAB 2: AKTIVA LANCAR (NERACA)
KAS
1. Pengertian Kas
Kas adalah segala sesuatu yang dapat diterima bank sebagai setoran ke dalam rekening kita, dan
merupakan alat pembayaran yang sah.
Kas meliputi uang koin, uang kertas, cek, deposito, dan rekening atau uang yang disetorkan ke bank
atau lembaga keuangan lainnya.
2. Penyajian kas dalam neraca
Kas merupakan aktiva yang paling liquid, karena itu kas disajikan sebagai urutan pertama dalam aktiva
lancar di neraca.
Perusahaan terkadang menginvestasikan uangnya dalam investasi yang sangat liquid dengan tujuan
memperoleh pendapatan bunga. Investasi seperti ini dinamakan aktiva yang setara dengan kas (cash
equivalents) contohnya surat berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia/SBI), surat berharga yang
dikeluarkan oleh perusahaan (commercial paper) contoh saham/obligasi, dan spekulasi di pasar uang.
Dikarenakan sifatnya paling liquid, maka rekening ‘kas dan setara kas (cash and cash equivalent)
ditampilkan sebagai urutan pertama bagian aktiva lancar di neraca.
3. Selisih Kas
Kas aktual yang diterima dari aktivitas penjualan disetorkan oleh PT. Melati kurang dari jumlah yang
tercatat dalam pita/pencatatan kas register. Jumlah yang tercatat Rp. 25.000.000, sedangkan kas yang
sesungguhnya Rp. 24.985.000.
Jurnal pencatatannya:
Keterangan Debet Kredit
Kas di bank 24.985.000
Selisih di kas 15.000
Penjualan 25.000.000

4. Kas Kecil (Petty Cash Fund)


Perusahaan memerlukan kas untuk pembayaran pengeluaran yang berjumlah kecil, yang bersifat
mendesak/segera, yang tidak memerlukan biaya proses yang tinggi (misal penggunaan Cek/BG) dan
mengakibatkan pekerjaan tertunda. Sehingga perusahaan menyisihkan sejumlah dana yang dianggap
cukup untuk transaksi-transaksi tersebut.
Contoh pencatatan jurnalnya:
PT. Indah pada tanggal 1 Okt 1998 mengisi kas kecil sebesar Rp. 2.000.000. Pada akhir bulan Okt,
telah dilakukan pengeluaran untuk membeli perangko, materai Rp. 50.000, perlengkapan kantor Rp.
225.000, biaya administrasi lain-lain Rp. 315.000.
Pada akhir bulan Oktober, kas kecil kembali diisi dengan dana sejumlah pengeluaran yang terjadi
selama bulan tersebut, sehingga dana kas kecil pada bulan November tetap bersaldo Rp. 2.000.000.
Date (tahun 1998) Keterangan Debet Kredit
1 Okt Kas kecil 2.000.000
Kas di bank 2.000.000
31 Okt Biaya pos 50.000
Biaya Perlengkapan kantor 225.000
Biaya administrasi lain-lain 315.000
Kas kecil 590.000

31 Okt Kas kecil 590.000


Kas di bank 590.000
5. Rekonsiliasi Bank
Adalah menyesuaikan saldo kas di bank menurut catatan perusahaan dan laporan yg dibuat oleh bank.

Saldo kas akhir periode, menurut rekening koran bank Rp. 10.000.000. Sedangkan saldo kas menurut
catatan PT. Gemah Rp. 7.950.000.
Setelah diadakan perbandingan antar kedua saldo kas tersebut, dijumpai beberapa hal yang belum
tercatat, baik oleh PT. Gemah maupun oleh bank

• Setoran tanggal 31 Juli belum tercatat oleh bank Rp. 2.500.000

• Cek beredar Rp. 4.500.000


No. 429: Rp. 3.000.000
No. 437: Rp. 1.300.000
No. 441: Rp. 200.000

• Cek kosong dikembalikan oleh bank atas nama Nugraha. Rp. 500.000

• Biaya administrasi bank belum dijurnal. Rp. 50.000

• Cek No. 430: Rp. 2.100.000 untuk pembayaran ke PT. Rp. 600.000
Indah, tercatat oleh perusahaan Rp. 2.700.000.
(Terdapat kesalahan/kelebihan pencatatan nominal
pembayaran ke PT. Indah Rp. 600.000). Sehingga pada
rekonsiliasi ini, saldo kas ditambahkan kembali sebesar
selisih kesalahan pencatan.

Rekonsiliasi bank yang dibuat berdasarkan informasi diatas adalah sbb.

PT. GEMAH
REKONSILIASI BANK
31 Juli 1998
(Rp.)
Kas menurut catatan bank 10.000.000
Ditambah setoran dalam perjalanan 2.500.000
12.500.000

Dikurangi cek beredar:


No. 425 3.000.000
No. 437 1.300.000
No. 441 200.000 (4.500.000)
Saldo Bank yang disesuaikan 8.000.000

Kas menurut catatan perusahaan 7.950.000


Dikurangi:
Cek kosong 500.000
Biaya administrasi bank 50.000
Total Pengurang (550.000)

Ditambah:
Kesalahan pencatatan cek No. 430, terdapat selisih 600.000
Saldo kas menurut catatan perusahaan setelah disesuaikan 8.000.000

Setelah adanya jurnal rekonsiliasi diatas, saldo kas di bank akan menjadi Rp.8.000.000. Inilah kas di bank
yang ada pada tanggal 31 Juli 1998 dan jumlah inilah yang dilaporkan dalam neraca pada tanggal tersebut.

 Pencatatan di Jurnalnya untuk: cek kosong, biaya administrasi bank, dan koreksi kesalahan
Tanggal Keterangan Debet (Rp.) Kredit (Rp.)
31 Juli 1998 Piutang dagang (Nugraha) 500.000
Kas di bank 500.000

Biaya administrasi bank 50.000


Kas di bank 50.000

Kas di bank 600.000


Utang dagang (PT. Indah) 600.000

BAB 3: AKTIVA LANCAR (NERACA)


INVESTASI
Investasi dalam surat berharga dibagi menjadi 2 kategori:
1. Investasi Sementara (Temporary investment).
2. Investasi Jangka Panjang (Long-term investment).

Dikatakan investasi sementara, jika:


 Mudah dijual di pasar (Readily marketable. Contoh: bursa efek).
 Dapat dijual kapan saja bila perusahaan membutuhkan tambahan dana (intent to sell).
 Tujuan investasi hanya hanya untuk memanfaatkan kelebihan kas yang sementara menganggur.
Contoh: saham/ekuitas (equity securities), obligasi/utang (debt securities)

Dan dapat dikategorikan Investasi jangka panjang, jika:


 Tidak memiliki sifat-sifat diatas.
 Invetasi yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan jangka panjang, atau untuk ikut kepemilikan
suatu perusahaan.

Investasi berdasarkan jangka waktunya:


1. Investasi Jangka Pendek: ≤ 1 tahun.
2. Investasi Jangka Menengah: 1 - 3 tahun.
3. Investasi Jangka Panjang: ≥ 3 tahun.
Surat berharga berdasarkan jatuh temponya dapat dikategorikan menjadi 3:
1. Surat berharga yang diperdagangkan (tradding securities). Contoh: saham (menunjukkan kepemilikan
terhadap suatu perusahaan).
2. Surat berharga yang memilki jatuh tempo (held to maturity). Contoh: obligasi (menunjukkan besarnya
kewajiban suatu perusahaan terhadap pihak lain yang memegang obligasi tersebut).
3. Surat berharga yang memilki jatuh tempo namun dapat dijual apabila diperlukan (available for sale
securities).

INVESTASI SEMENTARA DALAM SAHAM


PEMBELIAN
Contoh: Pada tanggal 1 Maret 1997. PT. Kamadhis membeli 400 lembar saham PT. Wijaya yang bernilai
Rp. 10.000/lembar. Kurs beli saham 105%. Biaya komisi makelar dan biaya materai Rp. 50.000.

Pencatatan jurnalnya:
Date Keterangan Debet Kredit
1 Maret 1997 Saham/Ekuitas 400 lembar 4.200.000
Biaya komisi dan materai 50.000
Kas 4.250.000

Untuk mencatat pembelian 400 lembar saham PT. Wijaya


Perhitungan:
Harga beli saham= 400 lembar saham x Rp. 10.000/lembar x 105% = 4.200.000
Biaya komisi dan materai = 50.000
Harga perolehan 400 lembar saham = 4.250.000

PENERIMAAN DIVIDEN KAS


(Dividen yang diterima dalam bentuk uang tunai).

Contoh : lanjutan dari contoh diatas/sebelumNya ....... PT. Kamadhis


PT. Kamadhis menerima dividen dari PT. Wijaya pada tanggal 31 Agustus 1997. Dividen yang dibagikan
sebesar Rp. 100/lembar saham.

Pencatatan jurnalnya:
Date Keterangan Debet Kredit
31 Agt 1997 Kas 40.000
Pendapatan dividen 40.000

Untuk mencatat penerimaan dividen dari PT. Wijaya


Perhitungan:
Pendapatan dividen = 400 lembar saham x Rp. 100/lembar saham = 40.000
PENJUALAN KEMBALI
 Selisih antara hasil penjualan bersih dengan harga perolehan, diakui sebagai laba/rugi, yang dilaporkan
dalam laporan L/R.

Contoh : lanjutan contoh soal diatas/sebelumnya ....... PT. Kamadhis


PT. Kamadhis pada tanggal 25 September 1997 menjual 200 lembar saham PT. Wijaya dengan harga Rp.
11.000/lembar. Biaya komisi makelar Rp. 30.000.

Pencatatan jurnalnya:
Date Keterangan Debet Kredit
25 Sept 1997 Kas 2.170.000
Biaya komisi dan makelar 30.000
Saham/Ekuitas 200 lembar 2.100.000
Pendapatan laba penjualan saham 70.000
Kas 30.000

Untuk mencatat penerimaan dividen dari PT. Wijaya


Perhitungan:
Harga jual = 200 lembar saham x Rp. 11.000/lembar = 2.200.000
Biaya komisi dan makelar = 30.000
Hasil penjualan bersih = 2.170.000
Harga beli saham 200 lembar = 4.200.000 x 200 lembar = 2.100.000
400 lembar
Selisih (Laba dari penjualan 200 lembar saham) = 70.000

INVESTASI SEMENTARA DALAM OBLIGASI


PEMBELIAN PADA TANGGAL BUNGA
Contoh baru : PT. Seriti tanggal 1 Febuari 1995, membeli 100 lembar obligasi PT. Belibis. Nilai nominal
obligasi tersebut adalah Rp. 20.000/lembar. Kurs beli obligasi 95%. Biaya komisi, makelar dan pajak Rp.
10.000. Biaya lain-lain termasuk biaya materai Rp. 5.000. Bunga 15%, dengan pembayaran bunga setiap
tanggal 1 Febuari dan 1 Agustus.

Pencatatan jurnalnya:
Date Keterangan Debet Kredit
1 Feb 1995 Obligasi 100 lembar 1.900.000
Biaya komisi dan makelar 10.000
Biaya materai, dll 5.000
Kas 1.915.000
(mencatat uang kas keluar untuk pembelian 100
lembar obligasi PT. Belibis)

Perhitungan:
Harga beli = 100 lembar obligasi x Rp. 20.000/lembar x 95% = 1.900.000
Biaya komisi dan makelar = 10.000
Biaya materai, dll = 5.000
Harga perolehan 100 lembar obligasi = 1.915.000

PENCATATAN PIUTANG BUNGA


Contoh : masih berlanjut dari contoh sebelumnya ....... PT. Seriti
Pencatatan jurnalnya :
Date Keterangan Debet Kredit
1 Feb 1995 Piutang bunga obligasi (jatuh tempo 1 Agt 1995) 150.000
Pendapatan bunga obligasi 150.000

PENERIMAAN BUNGA (pada saat jatuh tempo pembayaran bunga)


Pencatatan jurnalnya
Date Keterangan Debet Kredit
1 Agt 1995 Kas 150.000
Piutang bunga obligasi (jatuh tempo 1 Agt 1995) 150.000
Perhitungan :
Bunga dari 100 lembar obligasi (pembelian tgl 1 Feb 1995).
Pendapatan bunga 6 bulan (Feb,Maret,April,Mei,Juni,Juli). Agustus tidak dihitung, karena baru tanggal 1.
(15% x (100 lembar x Rp. 20.000)) x 6 bulan = 150.000
12 bulan

PENYESUAIAN PADA AKHIR PERIODE AKUNTANSI (untuk bunga berjalan)


Contoh : masih terkait dengan contoh soal PT. Seriti ...................................
Pencatatan Jurnal Penyesuaian untuk bunga obligasi di akhir periode akuntansi, tanggal 31 Des 1995 :
Date Keterangan Debet Kredit
31 Des 1995 Piutang bunga (jatuh tempo 1 Feb 1996) 125.000
Pendapatan bunga 125.000
Perhitungan:
Bunga berjalan untuk 100 lembar obligasi, 5 bulan (1 Agt s/d 31 Des 1995) =
(15% x (100 lembar x Rp. 20.000)) x 5/12 bulan = 125.000
Kenapa piutang bunga ? Karena baru akan dilunasi pada tanggal jatuh temponya yaitu 1 Febuari 1996. Jadi
bunga tsb masih diakui sebagai piutang.
PENERIMAAN PEMBAYARAN BUNGA OBLIGASI PADA SAAT JATUH TEMPONYA
Pencatatan jurnal untuk penerimaan bunga pada tanggal 1 Febuari 1996 :
Date Keterangan Debet Kredit
1 Feb 1996 Kas 150.000
Piutang bunga (jatuh tempo 1 Feb 1996) 125.000
Pendapatan bunga 25.000
Perhitungan:
Penerimaan bunga selama 6 bulan (1 Agt 1995 s/d 1 Feb 1996: Agt, Sept, Okt, Nov, Des, Jan) =
(15% x (100 lembar x Rp. 20.000)) x 6/12 bulan = 150.000.
Pendapatan bunga 1 Feb 1996 = (15% x (100 lembar x Rp. 20.000) x 1/12 bulab = 25.000.

PENJUALAN PADA TANGGAL BUNGA


Contoh : lanjutan contoh soal diatas/sebelumnya ....... PT. Seriti
Tanggal 1 Febuari 1996, PT. Seriti menjual 50 lembar obligasi PT. Belibis dengan harga jual bersih Rp.
1.000.000. Biaya komisi makelar Rp. 50.000.
Pencatatan jurnal, untuk mencatat transaksi penjualan obligasi pada tanggal bunga :
Date Keterangan Debet Kredit
1 Feb 1996 Kas 1.000.000
Biaya komisi makelar 50.000
Obligasi 50 lembar 950.000
Pendapatan laba penjualan obligasi 50.000
Kas 50.000
Perhitungan :
Harga jual bersih = 1.000.000
Harga beli = Rp. 1.900.000 x 50 = ( 950.000)
100
Laba dari penjualan obligasi = 50.000

PENILAIAN PADA INVESTASI SEMENTARA


Ada 3 metode penilaian investasi sementara pada surat berharga:
1. Metode harga perolehan (cost method).
2. Metode harga pasar (fair value method).
3. Metode nilai terendah diantara harga perolehan dan harga pasar (lower of cost or market method).

1. Metode harga perolehan (cost method).


 Penilaian surat berharga sebesar harga perolehannya, menunjukkan harga beli surat berharga
ditambah dengan biaya-biaya yang berkaitan dengan perolehannya seperti biaya komisi makelar,
materai, pajak, dll.
 Pengakuan laba/rugi bila telah terjadi penjualan yaitu membandingkan selisih antara harga
perolehan dengan harga penjualan surat berharga tersebut.
2. Metode harga pasar (fair value method).
 Penilaian surat berharga dengan menggunakan harga pasar yang terbaru (current price). Setiap surat
berharga dilaporkan dalam Neraca sebesar harga pasar pada saat tersebut tanpa memperhatikan
apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari harga perolehannya.
 Laba atau rugi diakui pada saat terdapat bukti bahwa harga pasar menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah dari harga perolehan, dan diakui sebagai laba/rugi periode tersebut.
Hal inilah yang menjadi kelemahan metode harga pasar karena laba atau rugi diakui sebelum
terjadinya penjualan kembali.
Metode ini hanya diterapkan pada industri tertentu, misalnya makelar surat berharga, agen surat
berharga.
3. Metode nilai terendah diantara harga perolehan dan harga pasar (lower of cost or market method /
metode locom).
 Metode ini diterapkan pada investasi sementara surat berharga secara keseluruhan, bukan secara
individu.
 Pada metode ini, jika harga pasar lebih rendah dari harga perolehannya maka nilai yang dipakai
adalah nilai yang lebih rendah yaitu harga pasar, sehingga akan menimbulkan rugi yang belum
direalisasi.
 Namun, jika harga pasar surat berharga lebih besar dari harga perolehannya, maka nilai yang dipakai
adalah nilai yang lebih rendah yaitu harga perolehannya. Dan tidak boleh mengakui adanya laba
yang belum direalisasi.

CONTOH:
PT. Joger mempunyai sejumlah surat berharga pada tanggal 31 Des’ 95 sbb.:
Jenis Surat Berharga Harga Harga Laba/(Rugi)
Perolehan Pasar Belum Direalisasi

Obligasi PT. Cendana Rp. 40.000.000 Rp. 32.000.000 (Rp. 8.000.000)


Saham PT. Balita Rp. 50.000.000 Rp. 53.000.000 Rp. 3.000.000
Saham PT. Seputih Rp. 20.000.000 Rp. 15.000.000 (Rp. 5.000.000)
Jumlah Rp.110.000.000 Rp. 100.000.000 (Rp. 10.000.000)
Pencatatan nilai surat berharga tersebut di neraca adalah sebesar seluruh nilai yang terendah .
Pada contoh diatas, jumlah (nilai keseluruhan) yang terendah ada pada harga pasar, yaitu Rp.
100.000.000.
Namun harga perolehan seluruh surat berharga adalah sebesar Rp, 110.000.000 dan telah dicatat dalam
rekening investasi sementara , pada kelompok aktiva lancar.
Nilai (Rp. 10.000.000) diakui sebagai kerugian belum direalisasi (disebut seperti itu karena kerugian
yang sesungguhnya baru akan diketahui setelah surat-surat berharga terjual).

Jurnal untuk mencatat penurunan nilai surat berharga (investasi sementara) :


Date Keterangan Debet Kredit

31 Des 1995 Beban Kerugian penurunan nilai surat berharga 10.000.000


(investasi sementara)
Cadangan penurunan nilai surat berharga 10.000.000
(investasi sementara)

Walaupun rugi penurunan nilai surat berharga (investasi sementara) belum terealisasi, namun tetap
dicatat dalam Laporan L/R.
Rugi pada penurunan nilai surat berharga tsb akan mengurangi laba bersih di periode tersebut.
Sedangkan rekening cadangan penurunan nilai surat berharga (investasi sementara) dicatat di Neraca
sebagai rekening pengurang (K/kredit) pada nilai surat berharga sbb. :
AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban Jangka Pendek


Kas 200.000.000 Hutang dagang xxx
Surat berharga (Investasi sementara) 110.000.000 Hutang bank xxx
Cadangan penurunan nil. srt berharga 31 Des; 95 (10.000.000) Hutang jk. pdk. lainnya xxx
Surat berharga (Investasi sementara) 100.000.000
Total Aktiva Lancar 300.000.000 Total Kewajiban Jk. Pdk xxx

Bila pada akhir tahun 1996, semua jenis surat berharga tsb masih dimiliki oleh PT. Joger, dan harga
pasar totalnya Rp. 105.000.000, maka hal tsb akan mempengaruhi saldo cadangan nilai surat berharga
(investasi sementara).
Pada akhir tahun 1996, harga pasar surat berharga mengalami kenaikan Rp. 5.000.000 bila dibandingkan
pada akhir tahun 1995. Oleh karena itu, PT . Joger harus menyesuaikan saldo cadangan penurunan nilai
surat berharga sbb. :
Date Keterangan Debet Kredit

31 Des 1996 Cadangan penurunan nilai surat berharga (investasi 5.000.000


sementara)
Penghapusan cadangan penurunan nilai surat berharga 5.000.000
(investasi sementara)
P = pendapatan lain-lain

Pencatatan di Neraca sebagai rekening penambah (D/Debet) pada nilai surat berharga sbb. :
AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban Jangka Pendek


Kas 200.000.000 Hutang dagang xxx
Surat berharga (Investasi sementara) 110.000.000 Hutang bank xxx
Cadangan penurunan nil. srt berharga 31 Des’95 (10.000.000) Hutang jk. pdk. lainnya xxx
Cadangan penurunan nil. srt.berharga 31 Des;96 5.000.000

Surat berharga (Investasi sementara) 105.000.000


Total Aktiva Lancar 305.000.000 Total Kewajiban Jk. Pdk xxx

Bila PT. Joger pada tanggal 1 April 1996 menjual seluruh saham PT. Seputih. Jurnal pencatatannya :

Date Keterangan Debet Kredit


1 April 1996 Kas 15.000.000
Beban kerugian penurunan nilai surat berharga 5.000.000
Surat berharga (investasi sementara) 20.000.000
Total 20.000.000 20.000.000

Jurnal untuk mencatat cadangan penurunan nilai surat berharga (investasi sementara)
Date Keterangan Debet Kredit

1 Apr 1996 Cadangan penurunan nilai surat berharga 5.000.000


Penghapusan cadangan penurunan nilai surat berharga 5.000.000
(P = pendapatan lain-lain)

Pencatatan di Neraca 30 Apr’ 96 sebagai rekening pengurang (K/Kredit) pada nilai surat berharga sbb. :
AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban Jangka Pendek


Kas 200.000.000 Hutang dagang xxx
Surat berharga (Investasi sementara) 90.000.000 Hutang bank xxx
Cadangan penurunan nil. srt berharga 31 Des’95 (10.000.000) Hutang jk. pdk. lainnya xxx
Cadangan penurunan nil. srt.berharga 31 Des;96 5.000.000
Cadangan penurunan nil. srt berharga 1 Apr’ 96 5.000.000
Surat berharga (Investasi sementara) 90.000.000
Total Aktiva Lancar 290.000.000 Total Kewajiban Jk. Pdk xxx

INVESTASI JANGKA PANJANG PADA SAHAM


 Investor : perusahaan yg melakukan investasi/membeli saham.
 Investee : perusahaan yg menerbitkan saham.

Proporsi/prosentase kepemilikan saham pada suatu perusahaan,biasanya dibagi ke dalam 3 tingkatan, yaitu:
1. Kurang dari (< ) 20%.
2. 20% s/d 50%.
3. Lebih (>) 50%.

Akuntansi untuk investasi pada saham dibagi menjadi 3 metode, yaitu :


1. Metode harga perolehan (cost method).
2. Metode ekuitas (equity method).
3. Metode konsolidasi (consolidated method)
METODE HARGA PEROLEHAN (COST METHOD)

PEMBELIAN SAHAM
Metode ini digunakan bila investor memiliki kurang dari 20%proporsi kepemilikan saham investee.
Artinya, pihak investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.

Contoh : PT. Nunuk pada tanggal 10 April 1994, membeli 2.000 lembar saham PT. Royan dengan harga
Rp. 15.000 per lembar. Pembelian ini ditujukan untuk investasi jangka panjang. Biaya lain yang timbul
adalah biaya komisi makelar sebesar Rp. 500.000. Kurs belinya 95%. Proporsi saham yang dibeli PT.
Nunuk hanya 5% dari total saham PT. Royan yang beredar.
Dividennya akan dibagikan pada tanggal 5 Januari 1995 sebesar Rp. 500 per lembar saham kepada para
pemegang saham yang telah terdaftar.

Pencatatan jurnalnya (untuk mencatat pembelian 2.000 lembar saham PT. Royan) :
10 April 1994 Investasi dalam saham 28.500.000
Biaya komisi makelar 500.000
Piutang dividen 1.000.000
Kas 29.000.000
Pendapatan dividen 1.000.000
Total 30.000.000 30.000.000

Perhitungan :
Pembelian saham = 2.000 lembar saham x Rp. 15.000 x 95% = Rp. 28.500.000
Komisi makelar = Rp. 500.000
Harga perolehan 2.000 lembar saham Rp. 29.000.000

Dividen yang dibagikan = 2000 lembar saham x Rp. 500/lembar = Rp. 1.000.000.

PENERIMAAN DIVIDEN
Contoh: Masih terkait contoh soal sebelumnya ........ PT. Nunuk – PT. Royan

Pembelian ini ditujukan untuk investasi jangka panjang. Biaya lain yang timbul adalah biaya komisi
makelar sebesar Rp. 500.000. Kurs belinya 95%. Proporsi saham yang dibeli PT. Nunuk hanya 5% dari
total saham PT. Royan yang beredar.

Pada tanggal 5 Januari 1995, PT. Nunuk menerima dividen kas. Pencatatan Jurnalnya :
5 Jan 1995 Kas 1.000.000
Piutang dividen 1.000.000

METODE HARGA PEROLEHAN (COST METHOD)


PENILAIAN DI AKHIR PERIODE
Contoh: Masih terkait contoh soal sebelumnya......PT. Nunuk–PT. Royan– PT. Syuhud
Selain memiliki saham PT. Royan, PT. Nunuk juga memiliki saham PT. Syuhud sebanyak 1.000 lembar
dengan nilai nominal Rp. 10.000 per lembar. Total harga perolehannya sebesar Rp. 10.200.000 (termasuk
biaya komisi makelar sebesar Rp. 200.000).
Penyajian portofolio saham yang dimiliki PT. Nunuk :
Harga Perolehan Harga Pasar
Saham PT. Royan Rp. 29.000.000 Rp. 28.000.000
Saham PT. Syuhud Rp. 10.200.000 Rp. 11.000.000
Rp. 39.200.000 Rp. 39.000.000

Pencatatan jurnal penyesuaiannya, untuk mencatat penurunan harga saham :


31 Des 1995 Biaya kerugian investasi jk pjng yang belum direalisasi 200.000
Cadangan penurunan nilai investasi jk. pjng 200.000
Pencatatan investasi jangka panjang di dalam Neraca :
Investasi jk. Pjng dalam saham Rp. 39.200.000
Cadangan penurunan nilai investasi jk. pjng (Rp. 200.000)
Total nilai investasi jangka panjang dalam saham Rp. 39.000.000

Kerugian yang belum direalisasi pada investasi jangka panjang dalam saham juga akan mempengaruhi
rekening modal, yaitu sebagai pengurang.
Contoh: Masih terkait contoh soal sebelumnya ........ PT. Nunuk
Modal saham PT. Nunuk sebesar Rp. 300.000.000, dan jumlah laba ditahannya sebesar Rp. 200.000.000.
Maka pencatatan kerugian investasi jangka panjang dalam saham, yang belum direalisasi adalah sbb. :

Modal:
Saham biasa Rp. 300.000.000
Laba ditahan Rp. 200.000.000
Jumlah Rp. 500.000.000
Kerugian investasi jk. Pjng yang belum direalisasi (Rp. 200.000)
Jumlah Modal Rp.499.800.000

PENJUALAN
Pada metode harga perolehan, selisih antara harga perolehan dan hasil penjualannya akan diakui sebagai
laba atau rugi.
Contoh: Masih terkait contoh soal sebelumnya ........ PT. Nunuk – PT. Royan – PT. Syuhud
Tanggal 5 Feb 1996, PT. Nunuk menjual 1.000 lembar saham PT. Royan, dan memperoleh penghasilan
bersih sebesar Rp. 15.000.000. Selain itu, PT. Nunuk juga menjual 200 lembar saham PT. Syuhud, dengan
penghasilan bersih sebesar Rp. 2.100.000, dari penjualan

Pencatatan jurnalnya :
5 Feb 1996 Kas Rp. 17.100.000
Investasi dalam saham Rp. 16.540.000
Laba dari penjualan investasi Rp. 560.000
(pendapatan)

Perhitungan :
Saham PT. Royan
Penjualan Rp. 15.000.000
Perolehan = (1.000/2.000) x Rp. 29.000.000 = Rp. 14.500.000 -
Laba dari penjualan 1.000 lembar saham Rp. 500.000
Saham PT. Syuhud
Penjualan Rp. 2.100.000
Perolehan = (200/1.000) x Rp. 10.200.000 = Rp. 2.040.000 -
Laba dari penjualan 200 lembar saham Rp. 60.000

METODE EKUITAS (EQUITY METHOD)


PEMBELIAN
Metode ini digunakan bila investor memiliki 20% atau lebih proporsi kepemilikan saham investee.
Artinya, pihak investor mempunyai pengaruh yang signifikan.
Contoh : Soal baru
Tanggal 5 Feb 1995, PT. Merah membeli 40% saham biasa PT. Kuning, dengan nilai nominal Rp. 12.500
per lembar. Jumlah saham biasa PT. Kuning yang beredar sebanyak 20.000 lembar. Dividen yang
dibayarkan pada tanggal 1 Juli sebesar Rp. 5.000.000, dan pada tanggal 31 Desember sebesar Rp.
10.000.000. Pada tanggal 31 Desember 1995, PT. Kuning melaporkan laba sebesar Rp. 100.000.000.

Pencatatan jurnalnya :
5 Feb 1995 Investasi dalam saham Rp. 100.000.000
Kas Rp. 100.000.000

Perhitungan :
Harga beli Rp. 12.500 x (40% x 20.000 lembar) = Rp. 12.500 x 8.000 lembar = Rp. 100.000.000
Biaya komisi dan lain-lain = Rp. 0
Harga perolehan 8.000 lembar saham Rp. 100.000.000

PENERIMAAN DIVIDEN
√ Dividen yang diterima dari investee dipandang sebagai pengurang investasi.
Contoh : masih terkait contoh soal sebelumnya .......... PT. Merah
Tanggal 5 Feb 1995, PT. Merah membeli 40% saham biasa PT. Kuning, dengan nilai nominal Rp. 12.500
per lembar. Jumlah saham biasa PT. Kuning yang beredar sebanyak 20.000 lembar. Dividen yang
dibayarkan pada tanggal 1 Juli sebesar Rp. 5.000.000, dan pada tanggal 31 Desember sebesar Rp.
10.000.000. Pada tanggal 31 Desember 1995, PT. Kuning melaporkan laba sebesar Rp. 100.000.000.

Pencatatan jurnalnya :
1 Juli 1995 Kas Rp. 5.000.000
Pendapatan Dividen Rp. 5.000.000
31 Des 1995 Kas Rp.10.000.000
Pendapatan Dividen Rp.10.000.000

Jika dilakukan pencatatan piutang dividen


Pencatatan Jurnalnya :
5 Feb 1995 Investasi dalam saham Rp. 100.000.000
Kas Rp. 100.000.000
5 Feb 1995 Piutang Dividen (jatuh tempo 1 Juli 1995) 5.000.000
Pendapatan Dividen 5.000.000

5 Feb 1995 Piutang Dividen (jatuh tempo 31 Des 1995) 10.000.000


Pendapatan Dividen 10.000.000

Penerimaan dividen (jika dicatat diawal sebagai piutang dividen)


Pencatatan jurnalnya :
1 Juli 1995 Kas Rp. 5.000.000
Piutang Dividen Rp. 5.000.000
31 Des 1995 Kas Rp.10.000.000
Piutang Dividen Rp.10.000.000

PENGAKUAN LABA
 Laba yang diperoleh oleh investee (perusahaan penerbit saham) akan diakui sebagai : pendapatan dari
investasi dalam saham oleh investor.
 Begitu pula sebaliknya, jika investee menderita kerugian, maka investor akan mencatat rugi yang
diderita perusahaan sebagai : penurunan rekening investasinya, dan merupakan kerugian pada periode
yang bersangkutan
Contoh: Pada contoh sebelumnya....... PT. Merah membeli 40% saham biasa PT. Kuning. Tanggal 31
Desember 1995, PT. Kuning melaporkan laba sebesar Rp. 100.000.000.

Pencatatan jurnalnya (untuk mencatat pengakuan laba) :


31 Des 1995 Investasi saham Rp. 40.000.000
Pendapatan Investasi Rp. 40.000.000

Pada akhir periode, perusahaan harus menentukan saldo investasi dalam sahamnya, sehingga apabila dijual,
dapat diketahui nilai bukunya.
Rekening investasi dalam saham dapat dilihat dalam buku besarnya.
Menggunakan contoh sebelumnya, maka Buku Besar Investasi dalam Saham PT. Kuning adalah sbb.

Investasi dalam saham PT. Kuning


5/2 Pembelian saham Rp. 100.000.000 1/7 Pendapatan Dividen Rp. 5.000.000
31/12 Investasi saham Rp. 40.000.000 31/12 Pendapatan Dividen Rp. 10.000.000
(dr bagi hasil laba) . Saldo Rp. 125.000.000
Rp. 140.000.000 Rp. 140.000.000

PENJUALAN
Pada tanggal 10 Maret 1996, PT. Merah memutuskan menjual 5.000 lembar saham PT. Kuning dengan
harga bersih Rp. 80.000.000.
Pencatatan jurnalnya :
10 Mrt 1996 Kas Rp. 80.000.000
Investasi dalam saham Rp. 78.125.000
Laba penjualan investasi (pendapatan) Rp. 1.875.000
Perhitungan:
Penjualan Rp. 80.000.000
Nilai buku 5.000 lembar saham PT. Kuning
(5.000 lembar/8.000 lembar) x Rp. 125.000.000 = Rp. 78.125.000 -
Laba dari penjualan investasi dalam saham Rp. 1.875.000

40% dari 20.000 lembar keseluruhan saham PT. Kuning yang beredar = 40% x 20.000 lembar saham
Berarti saham PT. Kuning yg dimiliki PT. Merah adalah 8.000 lembar saham.

PERBANDINGAN antara METODE HARGA PEROLEHAN dan METODE EKUITAS


Contoh:
1. Tanggal 2 Januari 1992, PT. Sasa membeli 5.000 lembar saham biasa PT. Suari dengan harga Rp.
10.000 per lembar. Proporsi kepemilikan saham biasa PT. Suari dimiliki oleh PT. Sasa sebesar 20%.
2. Tanggal 31 Oktober 1992, PT. Sasa menerima deviden sebesar Rp. 400/lembar saham.
3. Sepanjang tahun 1992, PT. Suari memperoleh laba sebesar Rp. 30.000.000.
4. Pada tanggal 31 Desember 1992, nilai pasar saham biasa PT. Suari adalah Rp. 9.250.

METODE KONSOLIDASI
• Pada saat perusahaan investor memiliki proporsi saham lebih dari 50%, maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan investor mempunyai kepentingan pengendalian terhadap perusahaan penerbit saham
(investee).
• Selanjutnya perusahaan investor disebut sebagai perusahaan induk, dan perusahaan investee sebagai
anak perusahaan.
• Pencatatan kepemilikan saham anak perusahaan oleh perusahaan induk dilakukan dengan metode
konsolidasi.

Penyajian Investasi Jangka Panjang Saham Ke Dalam Neraca


Investasi Jangka Panjang :
Investasi dalam saham Rp. xxx
Cadangan penurunan nilai investasi dalam saham (Rp. xxx)
Total investasi dalam saham Rp. xxx

Investasi dalam tanah Rp. xxx


Total investasi jangka panjang Rp. xxx

INVESTASI JANGKA PANJANG PADA OBLIGASI


PEMBELIAN SEBESAR NILAI NOMINAL
Contoh: Tanggal 1 April 1997 CV. Raya membeli 1.000 lembar obligasi PT. Tanjung senilai Rp. 10.000
per lembar, dengan biaya komisi makelar Rp. 50.000. Bunga akan dibagikan setiap tanggal 1 Mei dan 1
November dengan tingkat bunga 15%.

Pencatatan jurnal :
1 April 1997 Investasi pada obligasi 10.000.000
Biaya komisi makelar 50.000
Piutang bunga obligasi (jatuh tempo 1 Mei 1997) 125.000
Piutang bunga obligasi (jatuh tempo 1 Nov 1997) 750.000
Kas 10.050.000
Pendapatan bunga obligasi PT. Tanjung 875.000

Perhitungan:
Harga beli obligasi = Rp. 10.000 x 1.000 lembar = Rp. 10.000.000
Komisi makelar = Rp. 50.000
Harga perolehan obligasi Rp.10.050.000

PENERIMAAN BUNGA
Contoh: terkait contoh sebelumnya...... (CV. RAYA)
Bunga akan dibagikan setiap tanggal 1 Mei dan 1 November dengan tingkat bunga 15%.

Pencatatan jurnalnya :
1 Mei 1997 Kas 125.000
Piutang bunga obligasi (jatuh tempo 1 Mei 1997) 125.000
1 Nov 1997 Kas 750.000
Piutang bunga obligasi (jatuh tempo 1 Nov 1997) 750.000

Perhitungan:
Bunga berjalan (jatuh tempo 1 Mei 1997) = 1 bulan (1 April – 1 Mei)
Rp. 10.000.000 x 15% x (1/12) = Rp. 125.000

Bunga berjalan (jatuh tempo 1 November 1997) = 6 bulan (1 Juni – 1 November)


Rp. 10.000.000 x 15% x (6/12) = Rp. 750.000

PELUNASAN OBLIGASI
Obligasi akan dilunasi pada saat jatuh temponya sebesar nilai nominal.
Contoh : Obligasi PT. Gunung Jati senilai Rp. 10.000.000 jatuh tempo 1 April 1998.
Pencatatan jurnalnya :
1 April 1998 Kas 10.000.000
Investasi pada obligasi 10.000.000
PENJUALAN OBLIGASI
Investasi jangka panjang dalam bentuk obligasi, banyak yang dijual sebelum jatuh temponya.
Contoh : PT. Majapahit menjual seluruh obligasi PT. Mataram yang dibelinya dengan harga perolehan
23.550.000 kepada PT. Singosari. Transaksi tsb terjadi pada tanggal 1 Maret 1999. Obligasi tsb dijual
dengan harga Rp. 22.000.000.
Obligasi tsb dibeli tanggal 1 Maret 1997, dengan tanggal jatuh temponya 1 Maret 2000, dengan diskonto
Rp. 450.000 untuk 3 tahun.

Sebelum dicatat di jurnal, dihitung terlebih dulu nilai bukunya. Perhitungannya :


Harga perolehan Rp. 23.550.000
Amortisasi diskonto = Rp. 150.000/th x 2 th = Rp. 300.000
Amortisasi diskonto selama 3 tahun (36 bulan)
Rp. 450.000/3 th = Rp. 150.000/th. Atau Rp. 12.500/bulan . .
Nilai buku Rp. 23.850.000
Rugi penjualan obigasi = 23.850.000 - 22.000.000 = 1.850.000

Pencatatan jurnalnya :
1 Maret 1999 Kas/Bank 22.000.000
Biaya kerugian dari penjualan obligasi 1.850.000
Investasi pada obligasi PT.Mataram 23.850.000

Penyajian OBLIGASI dalam neraca


Investasi Jangka Panjang :
Investasi jangka panjang dalam saham Rp. xxx
Investasi jangka panjang dalam obligasi Rp. xxx
Total investasi jangka panjang Rp. xxx

BAB 4: AKTIVA LANCAR (NERACA)


PERSEDIAAN
Metode Perhitungan Harga Pokok Atas Dasar Aliran fisik Sesungguhnya
Metode yang paling ideal. Disebut juga metode identifikasi khusus. Barang yang terjual
harus dicari asal-usulnya berupa berapa harga pokok dan kapan pembeliannya.

Metode Harga Pokok Atas Dasar Anggapan


1) FIFO (Firs In First Out)

2) LIFO (Last in First Out)


3) Metode Rata-rata (jarang digunakan)
Disebut juga rata-rata bergerak (moving average). Apabila terjadi pembelian dengan
harga baru lagi, maka harga pokok rata-rata baru akan dihitung.
Contoh, dari soal di atas:
Harga pokok rata-rata = Rp. 15.600.000/3.000 unit = Rp. 5.200
Persediaan per 31 Des = 900 unit x Rp. 5.200 = Rp. 4.680.000.

Hasil pengurangan antara barang yang tersedia untuk dijual 3.000 unit x Rp. 5.200 = Rp. 15.600.000
Dengan persediaan per 31 Des 900 unit x Rp. 5.200 = Rp. 4.680.000
Akan diperoleh persediaan yang telah terjual 2.100 unit x Rp. 5.200 = Rp. 10.920.000

Metode penilaian lainnya


1) Metode harga terendah diantara harga pokok dan harga pasar.
2) Metode nilai bersih yang dapat direalisasi.
Biasanya digunakan untuk menilai harga jual persediaan yang mengalami kerusakan,
cacat, atau usang, dan barang dagangan lain yang hanya bisa dijual di bawah harga
perolehan.
Nilai bersih yang dapat digunakan = harga jual – biaya langsung seperti komisi
penjualan.
Contoh, persediaan seharga Rp. 3.000.000 mengalami cacat, dan hanya dapat dijual pada
harga Rp. 2.400.000, dan terdapat biaya langsung Rp. 450.000.
Persediaan ini dapat dinilai seharga:
Rp. 2.400.000 – Rp. 450.000 = Rp. 1.950.000.

Penyajian Persediaan dalam Neraca

BAB 5: AKTIVA (NERACA)

PIUTANG
1. Macam-macam Piutang
a. Piutang Dagang
adalah transaksi penjualan barang-barang dagangan atau jasa secara kredit.
b. Piutang Wesel
Perusahaan memberikan kredit kepada pelanggannya, dengan membuat surat perjanjian
kredit yang disebut surat wesel.
Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak ke pihak lain, untuk
membayar sejumlah uang tertentu di masa yang akan datang. Wesel pada umumnya dapat
dipindahtangankan/diperjualbelikan sebelum saat jatuh temponya.
Wesel ada yang berasal dari pinjaman secara umum, adapula yang berasal dari transaksi
piutang dagang. Piutang dagang tersebut dirubah menjadi piutang wesel dengan maksud
lebih memudahkan untuk mendapatkan dana kas.
c. Piutang Lainnya
Seperti piutang bunga, piutang pajak, piutang pegawai, yang biasanya bersifat jangka
panjang, dan dilaporkan dalam aktiva tak lancar. Namun, piutang yang jatuh temponya
dalam satu tahun dilaporkan sebagai aktiva lancar.

2. Piutang Dagang
Mengestimasi Piutang Tak Tertagih
1) Pendekatan Rugi/Laba (Income Statement Approach)
 Pendekatan yang paling banyak digunakan karena mudah dan menekankan
perbandingan (matching) antara rekening kerugian piutang dengan penjualan yang
terjadi pada periode yang terkait.
 Piutang dagang yang ditimbulkan karena adanya transaksi penjualan secara kredit.
 Jumlah kerugian piutang ditentukan sekian persen dari jumlah penjualan kotor maupun
penjualan bersih.
 Dalam hal ini yang ditekankan adalah jumlah kerugian piutangnya, bukan cadangannya.

Jumlah cadangan kerugian piutang Rp. 7.000.000 saldo kredit sebelum ada penyesuaian.
Pada periode berjalan terjadi penjualan paralon secara kredit Rp. 300.000.000. Berdasarkan
pengalaman masa lalu, 1% dari jumlah piutang, tidak dapat ditagih.
Pencatatan jurnalnya:
Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
Piutang dagang 300.000.000
Persediaan paralon 300.000.000
Beban/biaya kerugian piutang 3.000.000
Cadangan kerugian piutang 3.000.000

Perhitungan:
Kerugian piutang 1% x Rp. 300.000.000 = Rp. 3.000.000

Setelah jurnal di atas diposting ke buku besar maka saldo rekening cadangan kerugian
piutang akan menjadi Rp. 10.000.000 saldo kredit.

Secara teoritis ada dua metode dalam mengakui/mencatat kerugian piutang (piutang tak
tertagih) yaitu metode cadangan (allowance method) dan metode penghapusan langsung (direct
write-off method).
a) Metode Cadangan
PT. Damaru memiliki saldo piutang dagang pada akhir periode Rp. 105.000.000. PT.
Damaru memperkirakan jumlah piutang yang tidak dapat ditagih Rp. 3.000.000.
Pencatatan jurnalnya:
Date Keterangan Debet (Rp.) Kredit (Rp.)
31 Des Beban Kerugian Piutang 3.000.000
Cadangan Kerugian Piutang 3.000.000
(mengurangi piutang dagang*)
 Rekening kerugian piutang biasanya dilaporkan dalam laporan L/R sebagai biaya
administrasi, karena tanggung jawab untuk penagihan piutang ada pada bagian
administrasi.
 Sedangkan untuk rekening cadangan kerugian piutang disajikan dalam neraca di bagian
aktiva lancar sebagai pengurang piutang dagang*.
Aktiva lancar:
Kas Rp. xx
Piutang dagang Rp. xx
Cadangan kerugian piutang (Rp. xx)
Nilai Piutang dagang Rp. xx

Penghapusan Piutang Dagang tidak tertagih/macet


Perusahaan berkeyakinan bahwa sejumlah piutang dagang tidak dapat ditagih, dan harus
dihapuskan.
PT. Damaru berkeyakinan bahwa sejumlah piutang tidak dapat ditagih Rp. 610.000, dimana
piutang tersebut seluruhnya adalah milik Tuan Ali.
Pencatatan jurnalnya:
Date Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
20 Jan Beban piutang macet 610.000
Penghapusan/pegurangan piutang (karena 610.000
tidak tertagih/macet)

Terdapat Pelunasan Pada Piutang Dagang yang Telah Dihapus


Tuan Ali tidak mengetahui bahwa utangnya telah dihapusbukukan oleh PT. Damaru.
Sehingga ketika dia mendapat pinjaman dari bank, dia melunasi semua hutangnya kepada
PT. Damaru pada tanggal 10 Juni.
Pencatatan jurnalnya:
Date Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)
10 Juni Piutang dagang (harta) 610.000
Beban piutang macet 610.000
Jurnal ini untuk mencatat timbulnya kembali piutang yang telah dihapus.

Date Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp)


10 Juni Kas 610.000
Piutang dagang 610.000
(Jurnal ini untuk mencatat pelunasan
piutang oleh Tuan Ali.)
2) Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)
Jumlah Rp. 41.800.000 merupakan perkiraan piutang tak dapat tertagih. Jumlah tersebut
yang harus ada dalam rekening cadangan kerugian piutang pada akhir tahun.
Asumsi saldo sebelumnya rekening cadangan kerugian piutang Rp. 0, maka jurnal
penyesuaiannya:
Beban kerugian piutang 41.800.000
Cadangan kerugian piutang 41.800.000
(untuk mencatat rekening cadangan piutang)

b) Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method)


Dalam metode ini, rekening kerugian piutang akan didebet pada saat suatu piutang benar-
benar dinyatakan tidak dapat ditagih. Oleh karena itu, pada akhir periode tidak dibutuhkan
jurnal penyesuaian, dan tidak ada rekening cadangan kerugian piutang.
PT. Bulan mempunyai piutang Rp. 50.000.000 terhadap PT. Bintang. Namun ternyata pada
tanggal 15 Juni 1997 PT. Bintang mengalami kesulitan keuangan, sehingga manajer PT.
Bulan memutuskan untuk menghapus piutang tersebut dengan menggunakan metode
penghapusan langsung.
Pencatatan jurnalnya:
15 Juni 1997 Beban kerugian piutang 50.000.000
Piutang dagang 50.000.000

Pelunasan Piutang yang Telah Dihapus


Ternyata diluar dugaan, PT Bintang dapat menyelesaikan masalah keuangannya, dan dapat
melunasi utangnya kepada PT. Bulan tanggal 20 Des 1997.
20 Des 1997 Piutang dagang 50.000.000
(untuk mencatat timbulnya kembali
piutang dagang yang telah dihapus)
Beban Kerugian piutang 50.000.000

20 Des 1997 Kas 50.000.000


Piutang dagang 50.000.000
(untuk mencatat pelunasan piutang
PT. Bintang)
Penyajian Piutang Dalam Neraca
Aktiva Lancar
Piutang:
 Piutang sewa Rp. xxx
 Piutang dagang Rp. Xx
 Piutang lain-lain Rp. Xx
Total piutang Rp. xxx
Cadangan kerugian piutang (Rp. xxx)
Total piutang bersih Rp. xxx

BAB 6: AKTIVA (NERACA)


AKTIVA TETAP:
BENTUK AKTIVA
Menurut bentuk fisiknya, dibedakan menjadi 2 :
1. Aktiva tetap berwujud
Aktiva-aktiva yang memiliki bentuk fisik dan digunakan dalam operasi normal perusahaan serta
memiliki kegunaan yang relatif permanen.
Karakteristiknya:
 Memiliki bentuk fisik tertentu.
 Digunakan secara aktif dalam operasi perusahaan.
 Tidak untuk dijual ataupun sebagai investasi.
 Memiliki umur ekonomis lebih dari satu periode akuntansi.
Contoh: bangunan, mesin, peralatan pabrik/kantor, alat transportasi, tanah (tapi tidak memiliki nilai
depresiasi/penyusutan), dll.

2. Aktiva tetap tidak berwujud


Aktiva yang tidak memiliki bentuk fisik tertentu, dan tidak dapat disentuh/dilihat.
Aktiva jenis ini bermanfaat bagi perusahaan karena hak-hak yang melekat padanya.
Contoh: hak paten, hak cipta, merk dagang, goodwil, dll.

MENCATAT PEROLEHAN AKTIVA TETAP BERWUJUD


1. Pembelian tunai
Tanggal 1 Feb 1998, PT. Bintang membeli sebuah mobil niaga secara tunai seharga Rp. 20.000.000.
Dibayarkan pula biaya pengurusan STNK Rp. 300.000, bea balik nama 200.000, PPN 10%.
Perhitungan harga perolehan mobil tsb:
Harga bersih 20.000.000
Biaya-biaya terkait:
Biaya pengurusan STNK Rp. 300.000
Biaya balik nama Rp. 200.000
PPN 10% Rp. 2.000.000
Total biaya tambahan 2.500.000
Harga perolehan mobil niaga 22.500.000
Pencatatan jurnalnya:
1 Feb 1998 Kendaraan 22.500.000
Kas 22.500.000

PT. Bimasakti membeli sebidang tanah yang akan digunakan sebagai lokasi pabrik, dengan harga tunai
Rp. 500.000.000. Pengeluaran lain terkait transaksi tsb adalah bea balik nama Rp. 2.000.000, komisi
perantara Rp. 10.000.000, dan pembayaran utang PBB (pajak) pemilik lama yang dibayarkan oleh PT.
Bimasakti Rp. 1.000.000. Diatas tanah itu masih ada bangunan tua yang perlu dihancurkan. Biaya
penghancuran bangunan Rp. 8.000.000, dan sisa bongkaran bangunan terjual Rp. 3.500.000.

Perhitungan harga perolehan tanah:


Harga tunai 500.000.000
Ditambah pengeluaran:
Bea balik nama 2.000.000
Komisi perantara 10.000.000
PBB 1.000.000
Biaya penghancuran gedung (bersih) 4.500.000
Total biaya tambahan 17.500.000
Harga perolehan tanah 517.500.000

Pencatatan jurnalnya:
Tanah 517.000.000
Kas 517.000.000

PT.Bintang membeli dalam satu paket (gabungan) asset dari PT. Bimasakti yaitu berupa pabrik dan
isinya (tanah, gedung, dan peralatan pabrik) senilai Rp. 4.500.000.
Maka perlu mencari terlebih dulu, informasi harga pasar tanah, gedung, dan peralatan pabrik tsb.
Aktiva Informasi Proporsi Alokasi Harga Perolehan
Harga Pasar (Rp. dalam juta)
(Rp. dalam juta)
Tanah 2.500 50% 50% x 4.500.000 2.250
Gedung 900 18% 18% x 4.500.000 810
Peralatan 1.600 32% 32% x 4.500.000 1.440
Total 5.000 100% 4.500

Pencatatan jurnalnya:
Tanah 2.250.000.000
Gedung 810.000.000
Peralatan 1.440.000.000
Kas 4.500.000

Pembelian dengan Kredit


Sarana yang digunakan bisa berupa wesel bayar, hipotek, atau surat perjanjian lain yang mencantumkan
aturan pelunasan utang tersebut.
Misalnya, sebidang tanah yang memiliki harga tunai Rp. 100.000.000 dibeli dengan kredit/tempo pada
tanggal 1 Januari 1998. Uang muka yang diserahkan pada tanggal pembelian sebesar Rp. 40.000.000,
dan sisanya dibayar secara berkala setiap enam bulan dengan angsuran Rp. 30.000.000 ditambah bunga
10% per tahun dari sisa utang.
Pencatatan jurnalnya:
1 Jan 1998 Tanah 100.000.000
Kas 40.000.000
Utang pembelian tanah 60.000.000

30 Juni 1998 Utang pembelian tanah 30.000.000


Biaya bunga 3.000.000
Kas 33.000.000
Perhitungan bunga:
6/12 bulan x 10% x Rp. 60.000.000 = 3.000.000

31 Des 1998 Utang pembelian tanah 30.000.000


Biaya bunga 1.500.000
Kas 31.500.000
Perhitungan bunga:
6/12 bulan x 10% x Rp. 60.000.000 = 1.500.000

Contoh lain:
PT. Bimasakti membeli secara sebidang tanah yang akan digunakan sebagai lokasi pabrik, dengan
harga Rp. 500.000.000. Uang muka yang dibayarkan pada tanggal pembelian sebesar Rp. 50.000.000,
sisanya dibayar dengan kredit bank.
Pengeluaran tunai terkait transaksi tsb adalah biaya balik nama Rp. 2.000.000, komisi perantara Rp.
10.000.000, dan pembayaran utang PBB (pajak) pemilik lama yang dibayarkan oleh PT. Bimasakti Rp.
1.000.000. Diatas tanah itu masih ada bangunan tua yang perlu dihancurkan. Biaya penghancuran
bangunan Rp. 8.000.000, dan sisa bongkaran bangunan terjual Rp. 3.500.000.

Perhitungan harga perolehan tanah:


Pembelian tanah dengan kredit (utang bank) 450.000.000
Biaya uang muka pembelian tanah 50.000.000
Biaya balik nama 2.000.000
Komisi perantara 10.000.000
PBB 1.000.000
Biaya penghancuran gedung (bersih) 4.500.000
Total biaya/pengeluaran tunai (cash) 67.500.000
Harga perolehan tanah 517.500.000

Pencatatan jurnalnya:
Tanah 517.000.000
Utang bank 450.000.000
Kas 67.500.000

Sumbangan (Donasi) atau Hadiah


PT. Atra memperoleh hadiah mobil senilai Rp. 15.000.000. Jurnalnya sbb. :
Kendaraan 15.000.000
Modal hadiah 15.000.000

Misalkan, untuk menerima hadiah tsb, harus membayar pajak hadiah Rp. 2.000.000, jurnalnya sbb. :
Kendaraan 15.000.000
Modal hadiah 13.000.000
Kas 2.000.000

MENCATAT PEROLEHAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD

HAK PATEN, HAK CIPTA, GOODWILL


• Paten adalah suatu hak eksklusif yang diberikan oleh pemerintah atau instansi berwenang kepada
perusahaan/pemegangnya untuk berproduksi, mengawasi, dan mengkomersialkan hasil temuannya.
 Sebuah perusahaan/organisasi/seseorang dapat memperoleh hak paten melalui pembelian atau
melalui riset dan pengembangan.
 Apabila hak paten tsb diperoleh melalui riset dan pengembangan oleh perusahaan sendiri, maka
semua biaya yang terjadi dan dapat diidentifikasi secara langsung dengan proses penelitian
merupakan harga perolehan hak paten tsb.

• Hak Cipta adalah suatu hak eksklusif untuk mempublikasikan dan menjual literatur, benda seni, atau
komposisi musik yang diberikan oleh pemerintah bagi penciptanya.
 Harga perolehan sebuah hak cipta mencakup semua biaya yang terjadi dalam rangka menciptakan
sebuah hasil karya ditambah biaya administrasi untuk memperolehnya.
 Jika hak cipta diperoleh melalui pembelian, maka harga perolehannya adalah jumlah kas yang
diserahkan dalam transaksi.
• Goodwill dalam dunia usaha adalah suatu aktiva tak berwujud yang terbentuk karena faktor-faktor
istimewa seperti kualitas produk, lokasi perusahaan, reputasi, dan kemampuan manajerial.
 Dengan adanya Goodwill, memungkinkan sebuah perusahaan untuk/dapat memperoleh laba
investasi yang lebih besar dibandingkan perusahaan lain dalam industri sejenis.
 Goodwill diperkenankan dicatat hanya jika suatu perusahaan membeli kekayaaan bersih
perusahaan lain dengan membayar diatas harga pasar dari seluruh aktiva bersih (Aktiva dikurangi
seluruh Hutang).
Harga perolehan Goodwill diukur dengan selisih antara harga yang dibayarkan dengan kekayaan
/aktiva bersih dari perusahaan yang dibeli.

MENCATAT PEROLEHAN AKTIVA SUMBER ALAM


Kriterianya adalah sbb. :
1. Aktiva tsb akan semakin berkurang/habis karena proses penambangan atau pengambilan (wasting
assets).
2. Aktiva tersebut tidak ada penggantinya, kecuali melalui proses alam yang lama.

Contoh: tambang emas, batu bara, minyak bumi, dll.

Ada 2 konsep di dalam menentukan harga perolehan aktiva sumber alam khususnya minyak bumi, yaitu:
1. Full costing
√ Harga perolehan sumber alam adalah seluruh biaya yang terjadi dalam upaya memperoleh atau
mengembangkan aktiva tersebut.
√ Biaya ekplorasi yang terbukti tidak menghasilkan sumber yang produktif, tetap dianggap dan
dibebankan sebagai bagian dari sumber alam yang produktif.
2. Successfull effort costing
√ Hanya biaya ekslporasi yang secara langsung terjadi dan berhasil mendapatkan sumber alam yang
produktif saja yang diperhitungkan sebagai harga perolehan aktiva sumber alam tersebut.
√ Biaya yang terjadi, tetapi tidak menghasilkan sumber alam yang produktif, dibebankan sebagai
biaya pada periode terjadinya biaya (biaya periodik).
BAB 7: AKTIVA (NERACA)
AKTIVA TETAP:
ALOKASI HARGA PEROLEHAN DAN PENGHENTIAN
• Aktiva tetap adalah aktiva yang memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan yang digunakan untuk
memperoleh pendapatan selama lebih dari satu periode akuntansi.
 Manfaat ekonomi dari kativa tsb memiliki umur yang terbatas, kecuali aktiva dalam bentuk tanah.
 Dikarenakan aktiva tetap digunakan untuk proses memperoleh pendapatan, maka harga
perolehannya harus dialokasikan secara sistematik selama masa kegunaan aktiva tsb. Proses
alokasi tsb sering disebut depresiasi.
3 istilah berbeda dalam kaitannya dengan alokasi harga perolehan aktiva tetap :
1. Depresiasi : alokasi harga perolehan untuk aktiva tetap berwujud.
2. Deplesi : alokasi harga perolehan untuk aktiva sumber alam.
3. Amortisasi: alokasi harga perolehan untuk aktiva tetap tidak berwujud.

DEPRESIASI: METODE GARIS LURUS


Contoh: harga pokok sebuah aktiva tetap Rp. 48.000.000, taksiran umur ekonomisnya 5 tahun, dan taksiran
nilai residunya (nilai sisa) Rp. 3.000.000. Maka biaya depresiasi tahunan aktiva tsb . :
48.000.000 – 3.000.000 = 9.000.000
5 th

Jurnal untuk mencatat biaya depresiasi setiap tahunnya adalah :


Biaya depresiasi Rp. 9.000.000
Akumulasi depresiasi Rp. 9.000.000

 Tahun buku berakhir 31 Des , misalkan aktiva tetap dibeli tanggal 4 September. Maka besarnya biaya
depresiasi aktiva tetap tsb di tahun pertama adalah Rp. 9.000.000 x 4/12 bulan = Rp. 3.000.000.
 Andaikan pembelian aktiva tetap dilakukan setelah tanggal 15 September, maka besarnya biaya
depresiasi aktiva tetap tsb di tahun pertama adalah Rp. 9.000.000 x 3/12 bulan = Rp. 2.250.000.

DEPRESIASI: METODE JUMLAH ANGKA TAHUN


Contoh: Sebuah aktiva tetap dibeli tahun 1998 dengan harga Rp. 12.500.000, taksiran umur ekonomisnya 3
tahun, dan taksiran nilai residunya (nilai sisa) Rp. 500.000. Maka cara menentukan biaya depresiasinya
dengan metode jumlah angka tahun adalah sbb. :
3 th à 1 + 2 + 3 = 6
Akhir Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai Buku
Tahun Depresiasi Aktiva
Perhitungan Jumlah (Rp.) (Rp.) Rp. 12.500.000
1998 3/6 x 12.000.000 6.000.000 6.000.000 6.500.000
1999 2/6 x 12.000.000 4.000.000 10.000.000 2.500.000
2000 1/6 x 12.000.000 2.000.000 12.000.000 500.000
DEPRESIASI: METODE SALDO MENURUN
Contoh: Sebuah aktiva tetap dibeli tahun 1998 dengan harga perolehan Rp. 20.000.000, taksiran umur
ekonomisnya 5 tahun. Hitunglah depresiasinya menggunakan metode saldo menurun :
Jika menggunakan metode garis lurus à 100% : 5 = 20%.
Jika menggunakan metode saldo menurun, maka prosentase yg digunakan adalah 2x nya à 40%.

Akhir Biaya Depresiasi Akumulasi Nilai Buku


Tahun Depresiasi Aktiva
Perhitungan Jumlah (Rp.) (Rp.) Rp. 20.000.000
1998 40% x 20.000.000 8.000.000 8.000.000 12.000.000
1999 40% x 12.000.000 4.800.000 12.800.000 7.200.000
2000 40% x 7.200.000 2.880.000 15.680.000 4.320.000
2001 40% x 4.320.000 1.728.000 17.408.000 2.592.000
2002 40% x 2.592.000 1.036.800 18.444.800 1.555.200

DEPRESIASI: METODE OUTPUT PRODUKTIF


Contoh
Aktiva tetap (mesin) dengan harga perolehan Rp. 13.000.000, dan taksiran nilai residunya Rp. 500,
diperkirakan memiliki output produktif 2.500.000 unit selama pemakaian. Biaya depresiasi per unit :

Rp. 13.000.000 – Rp. 500 = Rp. 12.999.500 = Rp. 5,1998 = Rp. 5 per unit.
2.500.000 unit 2.500.000 unit

Apabila pada periode tertentu, perusahaan memproduksi 200.000 unit untuk dijual sesuai pesanan, maka
biaya depresiasi di periode tsb adalah :
Rp. 5 x 200.000 unit = Rp. 1.000.000

AMORTISASI (untuk Aktiva Tak Berwujud)


Umur ekonomis aktiva tak berwujud dipengaruhi oleh berbagai faktor persaingan, perubahan kebijakan
pemerintah, perubahan selera pasar, dsb. Sehingga umur ekonomis suatu aktiva tak berwujud, misalnya
paten masa berlaku 17 tahun dapat menjadi lebih pednek daripada usia legalnya.

Contoh.
Pada awal tahun 1998, PT. ABC memperoleh hak paten atas produknya dari pemerintah dengan harga
perolehan Rp. 1.000.000. Menurut manajemen PT. ABC, umur ekonomis dari paten tsb tidak akan lebih
dari 5 tahun. Maka besarnya amortisasi paten tsb setiap tahunnya adalah:
Rp. 1.000.000 : 5 tahun = Rp. 200.000/tahun

Pencatatan jurnalnya setiap tahun periode akuntansi :


Biaya amortisasi hak paten Rp. 200.000
Hak paten Rp. 200.000

DEPLESI (untuk Aktiva Sumber Alam)


 Hal yang paling sulit dalam menghitung biaya deplesi adalah menghitung seberapa besar output yang
akan diperoleh dari sumber alam tsb.

Contoh: Sebuah perusahaan pertambangan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 500.000.000 untuk
menemukan dan memperoleh hak penggalian atas suatu sumber minyak yang diperkirakan akan
menghasilkan 1.000.000 ton minyak mentah.
Besarnya tarif deplesi dari sumber minyak tsb adalah Rp. 500.000.000 : 1.000.000 ton minyak = Rp.
500/ton minyak.
Jika selama tahun itu hasil yang didapat adalah 120.000 ton minyak, maka besarnya biaya deplesi tahun
tsb Rp. 500 x 120.000 ton = Rp. 60.000.000. Caranya sama dengan depresiasi metode output produktif.

Biaya deplesi Rp. 60.000.000


Akumulasi deplesiasi Rp. 60.000.000

PENGHENTIAN AKTIVA TETAP BERWUJUD


 Aktiva tetap berwujud yang sudah habis atau hampir habis umur ekonomisnya, biasanya akan dijual,
dibuang, atau ditukarkan dengan aktiva lain. Tindakan tsb disebut Penghentian Aktiva Tetap.
 Biaya dperesiasi yang seharusnya sudah terjadi, tetapi belum dicatat, harus dicatat pada tanggal
penghentian.
 Jika nilai penghentian aktiva (dijual/ditukar) melebihi nilai bukunya, maka laba akan diakui. Begitupun
sebaliknya jika terjadi rugi. Laba atau rugi hasil penghentian ini akan dilaporkan di dalam Laporan L/R
sebagai pendapatan atau kerugian lain-lain. Contoh: Sebuah perusahaan pertambangan mengeluarkan
biaya sebesar Rp. 500.000.000 untuk menemukan dan memperoleh hak penggalian atas suatu sumber
minyak yang diperkirakan akan menghasilkan 1.000.000 ton minyak mentah.

Contoh: Tanggal 2 Oktober 1998, PT. Jaya menjual mesin bubutnya. Harga perolehan mesin tsb Rp.
40.000.000. Aktiva tsb didepresiasikan dengan metode garis lurus dalam umur ekonomis 10 tahun, tanpa
nilai residu. Dan jumlah akumulasi yang telah tercatat s/d 31 Desember 1997 adalah Rp. 28.000.000.

Jurnal pencatatan untuk biaya depresiasi dalam sembilan bulan pada tahun berjalan adalah.
Biaya depresiasi mesin bubut Rp. 3.000.000
Akumulasi depresiasi mesin bubut Rp. 3.000.000

Perhitungan:
Biaya depresiasi mesin = Rp. 40.000.000 : 10 tahun = Rp. 4.000.000/tahun
Depresiasi mesin selama 9 bulan (1 Januari s/d 2 Oktober 1998 = Jan ke Spt) = (9/12) x Rp. 4.000.000 =
Rp. 3.000.000.
Nilai akumulasi depresiasi mesin bubut tersebut menjadi Rp. 28.000.000 + Rp. 3.000.000 = Rp. 31.000.000
Nilai buku mesin bubut = Rp. 40.000.000 – Rp. 31.000.000 = Rp. 9.000.000.

 Pencatatan jurnalnya jika mesin bubut tsb dijual dengan harga Rp 9.000.000 (sama dengan nilai
bukunya):
Kas Rp. 9.000.000
Akumulasi depresiasi mesin bubut Rp. 31.000.000
Mesin bubut Rp.40.000.000
 Pencatatan jurnalnya jika mesin bubut tsb dijual dengan harga Rp 6.500.000 (rugi, karena < nilai
bukunya Rp. 9.000.000):
Kas Rp. 6.500.000
Akumulasi depresiasi mesin bubut Rp. 31.000.000
Biaya kerugian penjualan mesin bubut (penghentian aktiva) Rp. 2.500.000
Mesin bubut Rp.40.000.000

 Jika mesin bubut tsb dijual dengan harga Rp 12.000.000 (laba, karena > nilai bukunya Rp. 9.000.000):
Kas Rp. 12.000.000
Akumulasi depresiasi mesin bubut Rp. 31.000.000
Pendapatan laba dari penjualan mesin bubut (penghentian aktiva) Rp. 3.000.000
Mesin bubut Rp.40.000.000

PENGHENTIAN PEMAKAIAN (DIBUANG)


 Jika udah tidak dapat digunakan lagi dan tidak memiliki nilai pasar.
 Jika pada saat dilakukan penghentian aktiva tsb sudah tidak memiliki nilai residu, maka tidak ada nilai rugi.
Sebaliknya, jika aktiva tsb masih ada /memiliki nilai residu, maka akan diakui rugi.

Contoh : Sebuah mesin press yang harga perolehannya Rp. 12.000.000 telah habis proses depresiasinya
(tanpa nilai residu) pada tanggal 31 Des 1998. Kemudian pada tanggal 20 Januari 1999, aktiva tsb
diberhentikan pemakaiannya.
Pencatatan jurnalnya :
20 Jan 1999 Akumulasi depresiasi mesin press Rp. 12.000.000
Mesin bubut Rp.12.000.000

Contoh : Sebuah mesin fotokopi yang harga perolehannya Rp. 5.000.000 didepresiasi dengan metode garis
lurus 10% per tahun (tanpa nilai residu). Pada tanggal 31 Desember 1997, jumlah akumulasi depresiasi
yang tercatat adalah Rp. 4.000.000. Pada tanggal 1 April 1998, aktiva tsb rusak dan dihentikan
pemakaiannya.
Biaya depresiasi yg belum tercatat, harus dicatat pada tgl penghentiannya.
Pencatatan jurnalnya biaya depresiasi selama 3 bulan berjalan:
1 April 1998 Biaya depresiasi mesin fotokopi Rp. 125.000
Akumulasi depresiasi mesin fotokopi Rp.125.000

Perhitungan:
Biaya depresiasi 10% per tahun x Rp. 5.000.000 = Rp. 500.000/tahun.
3 bulan = Jan s/d Maret 1998
(3/12) x Rp. 500.000 = Rp. 125.000

Mencatat penghentian aktiva (mesin fotokopi). Pencatatan jurnalnya :


1 April 1998 Akumulasi depresiasi mesin fotokopi Rp. 4.125.000
Biaya kerugian dari penghentian mesin fotokopi (dibuang) Rp. 875.000
Mesin fotokopi Rp. 5.000.000

Perhitungan:
Akumulasi depresiasi mesin fotokopi Rp. 4.000.000 + Rp. 125.000 = Rp. 4.125.000.

KEJADIAN DILUAR KENDALI PERUSAHAAN


 Seperti banjir, bencana alam lainnya, kebakaran, pencurian, penggusuran, dsb.

Contoh: Dikarenakan terkena proyek pembuatan jalan raya, PT. Wijaya terpaksa menjual sebagian
pabriknya. Pada lokasi pabrik tsb terdapat aktiva sbb. :
Tanah Rp. 350.000.000
Mesin Rp. 175.000.000
Akumulasi depresisasi mesin (Rp. 95.000.000)
Gedung Rp. 80.000.000
Akumulasi depresiasi gedung (Rp. 35.000.000)
Adapun ganti rugi yang diterima PT. Wijaya adalah Rp. 450.000.000.

Pencatatan jurnalnya:
Keterangan Debet Kredit
Kas Rp. 450.000.000
Akumulasi depresiasi mesin Rp. 95.000.000
Akumulasi depresiasi gedung Rp. 35.000.000
Beban/biaya kerugian penghentian aktiva Rp. 25.000.000
Tanah Rp. 350.000.000
Mesin Rp. 175.000.000
Gedung Rp. 80.000.000
TOTAL Rp. 605.000.000 Rp. 605.000.000

Penyajian Aktiva Tetap Dalam Neraca


BAB 8:
KEWAJIBAN/PASIVA DAN MODAL PEMILIK (NERACA)
HUTANG LANCAR / JANGKA PENDEK

2 Klasifikasi hutang berdasarkan jangka waktu pelunasannya :


1) Hutang lancar (hutang jangka pendek) : hutang yang jangka waktu pelunasannya tidak lebih dari 1
tahun atau dalam 1 siklus operasi normal perusahaan.
2) Hutang jangka panjang : hutang yang jangka waktu pelunasannya lebih dari 1 tahun atau lebih dari 1
siklus operasi normal perusahaan.
 Hutang jangka panjang dapat dilaporkan sebagai hutang lancar/jangka pendek apabila jatuh tempo
dalam tahun berjalan /dalam periode yang sedang berjalan.

3 Klasifikasi hutang menurut tujuan pengukuran :


1) Hutang yang dapat dipastikan jumlahnya.
 Timbul karena adanya kontrak, kerjasama, perjanjian dagang, atau adanya praktek bisnis secara
umum. Contoh: hutang dagang, hutang wesel jk. Pendek, utang pajak.
2) Hutang yang diperkirakan.
 Timbul apabila perusahaan mengetahui bahwa mereka mempunyai hutang, namun tidak dapat
diketahui secara pasti jumlahnya. Contoh: hutang potongan harga dalam waktu tertentu.
3) Hutang kontinjen.
 Sering disebut kewajiban bersyarat

UTANG DAGANG
Contoh : Tanggal 12 Juni 2000, PT. Royal membeli bijih plastik dari UD. Mitra Plastik senilai Rp.
200.000.000 dengan sistem pembayaran tempo/kredit. Bijih plastik tersebut akan digunakan untuk bahan
baku pembuatan produknya berupa peralatan-peralatan rumah tangga berbahan plastik.

Pencatatan jurnalnya :
12 juni 2000 Persediaan bijih plastik 200.000.000
Utang dagang 200.000.000

Contoh : Tanggal 11 Juni 2000 Toko sembako Makmur Jaya membeli beras Rojo Lele dari petani Cianjur
sebesar RPp 150.000.000 secara cash/tunai untuk menambah barang persediaan barang dagangannya di
gudang yang mulai menipis.

Pencatatan jurnalnya :
11 juni 2000 Persediaan barang dagangan (beras) 150.000.000
Kas 150.000.000

UTANG GAJI
Contoh : Penghasilan kotor per bulannya terdiri dari gaji pokok Rp. 650.000, dan membayar uang pensiun
Rp. 25.000. Maka perhitungan pendapatan bersih Andi sbb. :
Gaji sebulan Rp. 650.000
Pengurang:
Biaya jabatan 5% x Rp. 650.000 = 32.500
Iuran pensiun 25.000
(Rp. 57.500)
Penghasilan bersih sebulan Rp. 592.500

Penghasilan bersih setahun = 12 bulan x Rp. 592.500 = Rp.7.110.000

Pencatatan Jurnalnya untuk GAJI DAN UPAH BERSIH


30 Juni Biaya gaji dan upah Rp. 650.000
Utang gaji dan upah Rp. 592.500
Utang tunjangan jabatan Rp. 32.500
Utang pensiun karyawan Rp. 25.000

UTANG KONTINJEN
Adalah kewajiban potensial yang mungkin timbul, tergantung pada kejadian di masa yang akan datang.
Contoh, perusahaan yang sedang terlibat dalam perkara di pengadilan (sengketa hukum), dan piutang
wesel yang didiskontokan.

Utang kontinjen dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan kemungkinan terjadinya :


1. Utang kontinjen yang kemungkinannya hampir pasti (probable), dan jumlahnya layak ditaksir
(reasonably estimated). Jika tidak dapat ditaksir jumlahnya, maka harus diungkapkan dalam catatan.
2. Utang kontinjen yang masih bersifat mungkin terjadi (reasonably possible). Artinya peluang terjadinya
peristiwa tsb lebih besar dibandingkan kemungkinan untuk tidak terjadi. Namuh peluangnya lebih kecil
dibandingkan kemungkinan yang hampir pasti (probable). Pencatatan utang kontinjen ini dilakukan
dalam catatan saja.
3. Utang kontinjen yang mungkin tidak terjadi (remote). Artinya peluang terjadinya sangat kecil. Utang
kontinjen ini tidak perlu dicatat atu dilaporkan.

Contoh : diketahui PT. Wijaya akan mengalami kekalahan dalam kasus tuntutan seorang pelanggannya.
Penasehat hukumnya memberitahukan bahwa kemungkinan mereka untuk kalah adalah 80%. Biaya
perkara ditaksir sebesar Rp. 20.000.000.

Jurnal pencatatannya :
Biaya pengadilan Rp. 20.000.000
Utang kepada pengadilan Rp. 20.000.000

Penyajian HUTANG LANCAR dalam neraca


UTANG LANCAR :
Utang dagang xxx
Utang gaji dan upah xxx
Utang pajak xxx
Utang bunga xxx
Utang lain-lain xxx
Total Utang Lancar xxx

BAB 9: KEWAJIBAN/PASIVA (NERACA)


HUTANG JANGKA PANJANG
UTANG OBLIGASI
• Tujuan utamanya adalah meminjam uang untuk waktu yg cukup lama, dengan jumlah besar.
• Berisi perjanjian tertulis yang mencatumkan jumlah bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar
setiap periode sampai jatuh tempo.
• Bila pada saham, para pemilik mempunyai proporsi kepemilikan terhadap perusahaan penerbit, dan
menerima dividen. Maka pada obligasi, para pemilik hanya mempunyai piutang kepada penerbit
obligasi dan menerima bunga di setiap periode sampai jatuh tempo.

MENERBITKAN OBLIGASI DENGAN NILAI NOMINAL PADA TANGGAL BUNGA


Contoh : 1 januari 1995 PT. Wiki menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp. 800.000.000. Jatuh tempo
obligasi 5 tahun . Tingkat bunga obligasi 18%, dan dibayarkan setiap 1 Januari dan 1 Juli.

Pencatatan jurnalnya :
1 Jan 1995 Kas 800.000.000
Utang Obligasi 800.000.000
1 Juli Biaya bunga obligasi 72.000.000
Kas 72.000.000
Perhitungan:
Bunga obligasi selama ½ tahun x Rp. 800.000.000 x 18% = Rp. 72.000.000

Contoh : Lanjutan dari contoh soal sebelumnya ........PT. Wiki


Pada akhir tahun 1995 dilakukan pencatatan untuk menyesuaikan besarnya utang bunga dari tanggal 1
Agustus s/d 31 Desember 1995, yaitu selama 5 bulan.

Pencatatan jurnal penyesuaiannya :


31 Des 1995 Biaya bunga obligasi 60.000.000
Utang bunga obligasi 60.000.000

Perhitungan:
Bunga obligasi = (5/12 bulan) x Rp. 800.000.000 x 18% = Rp. 60.000.000.
Kenapa di rekening kreditnya adalah hutang bunga obligasi, bukannya kas ?
Karena baru akan dilunasi pada tanggal jatuh temponya yaitu 1 Januari 1996. Jadi bunga tsb masih diakui
sebagai hutang.

Penerimaan bunga
Pencatatan jurnal umumnya :
1 Jan 1996 Utang bunga obligasi 60.000.000
Biaya bunga obligasi 12.000.000
kas 72.000.000

Perhitungan:
Bunga obligasi = (1/12 bulan) x Rp. 800.000.000 x 18% = Rp. 12.000.000.

Pembayaran obligasi sebelum jatuh tempo


Contoh : Soal baru
1 Juni 1995, PT. Suhadi akan menarik kembali obligasinya yang bernilai nominal Rp 100.000.000. Kurs
obligasi yang berlaku 103%, dan premi yang belum diamortisasi sebesar Rp. 10.000.000.

Pencatatan jurnalnya :
1 Juni 1995 Utang obligasi 100.000.000
Premi utang obligasi 10.000.000
Laba dari penarikan obligasi (pendapatan) 7.000.000
Kas 103.000.000

Jika contoh diatas, ternyata jumlah premi yg belum diamortisasi Rp. 2.000.000, maka pencatatan jurnalnya:
1 Juni 1995 Utang obligasi 100.000.000
Premi utang obligasi 2.000.000
Biaya kerugi an dari penarikan obligasi 1.000.000
Kas 103.000.000

UTANG BANK JANGKA PANJANG


Contoh : 5 januari 1995 PT. Wiki mendapatkan pinjaman dari bank dengan nilai sebesar Rp. 1.000.000.000
dengan jangka waktu pinjaman 7 tahun.
Tingkat bunga hutang bank tsb 12%, dan dibayarkan setiap bulan ke bank. Pembayaran bunga bank yang
pertama terjadi di tanggal 5 Febuari 1995.

Pencatatan jurnalnya :
5 Jan 1995 Kas 1.000.000.000
Utang bank jangka panjang 1.000.000.000
5 Feb 1995 Biaya bunga hutang bank jangka panjang 10.000.000
Kas 10.000.000

Perhitungan:
Bunga bulan Febuari = (1/12) x 12% x Rp. 1.000.000.000 = 10.000.000

Penyajian HUTANG JANGKA PANJANG dalam neraca


UTANG JANGKA PANJANG :
Utang obligasi xxx
Diskonto utang obligasi (xx)
Nilai buku utang obligasi xxx
Utang bank jangka panjang xxx
Utang wesel jangka panjang xxx
Total Utang Jangka Panjang xxx

BAB 10: MODAL SENDIRI/MODALPEMILIK


(NERACA)
HUTANG JANGKA PANJANG
2 SUMBER MODAL :
1. Kontribusi dari para pemilik, atau disebut modal disetor (contributed capital atau paid in capital).
Modal kontribusi dibagi menjadi 2 :
a) Modal yang diperoleh sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku (legal capital). Contoh:
modal yang diperoleh dari penerbitan saham baik saham biasa atau saham preferen.
b) Tambahan modal (additional paid in-capital) : modal kontribusi yang diperoleh selain berasal
dari penerbitan saham. Contoh: agio yang diperoleh dari penjualan saham, transaksi saham yang
diperoleh kembali, dan modal yang berasal dari sumbangan.
2. Laba yang ditahan (retained earnings)

MENJUAL SAHAM BIASA SECARA TUNAI


Contoh : Tgl 12 Okt 1996, PT. Abdul menjual secara tunai 1.000 lembar saham biasa dengan harga Rp.
15.000 per lembar, Harga jual tsb sama dengan nilai pari saham.

Pencatatan jurnalnya :
12 Okt 1996 Kas Rp. 15.000.000
Modal saham biasa Rp. 15.000.000

MODAL
• Bila saham biasa dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai parinya, maka selisihnya disebut agio
atau biasa dikeal agio saham.
• Dan bila saham biasa dijual dengan harga yang lebih rendah dari nilai parinya, maka selisihnya disebut
disagio saham.
Contoh : Tgl 12 Okt 1996, PT. Abdul menjual secara tunai 1.000 lembar saham biasa dengan harga Rp.
16.000 per lembar.

Pencatatan jurnalnya :
12 Okt 1996 Kas Rp. 16.000.000
Modal (saham biasa) Rp. 15.000.000
Agio modal saham biasa (pendapatan) Rp. 1.000.000

Contoh : Tgl 12 Okt 1996, PT. Abdul menjual secara tunai 1.000 lembar saham biasa dengan harga Rp.
14.000 per lembar.
Pencatatan jurnalnya :
12 Okt 1996 Kas Rp. 14.000.000
Disagio saham biasa Rp. 1.000.000
(beban/biaya kerugian penjualan saham biasa)
Modal saham biasa Rp. 15.000.000
Penyajian MODAL SENDIRI/MODAL PEMILIK dalam neraca
MODAL :
Modal saham biasa xx
Agio modal saham biasa xx
Total modal saham biasa disetor xxx
Modal saham preferen xx
Agio modal saham preferen xx
Total modal saham preferen disetor xxx
Total modal kontribusi xxxx
Laba ditahan xxxx
Total Modal Sendiri/Modal Pemilik xxxxx

Referensi:
 Drs. Abdul Halim, M.B.A., Akt. Dosen Fakultas Universitas Gajah Mada. Pengantar Akutansi 1.
Diterbitkan oleh Widya Sarana Informatika, 1997.
 Drs. Abdul Halim, M.B.A., Akt. Dosen Fakultas Universitas Gajah Mada. Pengantar Akutansi 2.
Diterbitkan oleh Widya Sarana Informatika, 1998.
 Al. Haryono Jusup. Universitas Gajah Mada. Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 1 (Edisi 5). Penerbit
STIE YKPN, 1999.
 Al. Haryono Jusup. Universitas Gajah Mada. Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 1 (Edisi 6). Penerbit
STIE YKPN, 2001.
 Al. Haryono Jusup. Universitas Gajah Mada. Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2 (Edisi 6). Penerbit
STIE YKPN, 2001.

Anda mungkin juga menyukai