Anda di halaman 1dari 10

e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.

3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI


DASAR DI PUSKESMAS LUBUK BUAYA TAHUN 2017
Afrizal1, Edison2, Firdawati3
Prodi Sarhana Keperawatan, STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang, Jalan Jamal Jamil
Pondok Kopi Siteba Padang
email: av.afrizal@yahoo.com

Submitted : 26-06-2020, Reviewer:27-06-2020, Accepted: 30-06-2020

Abstrak
Program imunisasi merupakan salah satu program untuk melindungi penduduk secara spesifik
terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri pada
tahun 2015 pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya paling tinggi (37,5%). Adanya kesenjangan ini
menjadi dasar untuk melakukan evaluasi pelaksanaan program imunisasi dasar. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif untuk melakukan evaluasi dari pelaksanaan program imunisasi dasar, dengan metoda
wawancara mendalam, FGD, telaah dokumen dan observasi. Pada hasil penelitian diketahui bahwa
ketenagaan untuk pelaksanaan imunisasi sudah memadai namun tenaga pelaksana imunisasi belum pernah
mengikuti pelatihan khusus imunisasi, dana untuk pelaksanaan program sudah memadai, sarana dan
prasarana sudah mencukupi, SOP pelaksanaan imunisasi sudah tersedia. Perencanaan imunisasi
berdasarkan acuan dari dinas kesehatan, pelayanan imunisasi dilakukan di dalam dan di luar gedung, masih
ada petugas imunisasi yang belum melaksanakan SOP. Pencatatan dan pelaporan dimulai dari pembina
wilayah ke puskesmas kemudian dilanjutkan ke dinas kesehatan. Supervisi dan bimbingan teknis sudah
terlaksana dari dinas ke puskesmas, pimpinan puskesmas hanya supervisi secara berkala ke klinik/BPS
belum terlaksana supervisi ke posyandu saat pelaksanaan imunisasi. Cakupan imunisasi masih belum
mencapai target karena faktor pemahaman masyarakat, dan faktor teknis pelaksanaan program. Dari hasil
penelitian masih perlu dilaksanakan pelatihan khusus imunisasi bagi tenaga pelaksana imunisasi di
lapangan. Diperlukan koordinasi lintas sektoral yang maksimal dengan pemerintahan kecamatan dan
kelurahan.
Kata kunci: Evaluasi, Program Imunisasi Dasar, Puskesmas

Abstract
The immunization program is one program specifically to protect the population against diseases
certain, that is some Preventable Diseases Immunization (PD3I). Extraordinary Events (KLB) Diphtheria
in 2015 in Lubuk Buaya Community Health Center is highest (37.5%). The existence of this gap is the basis
for evaluating the implementation of the basic immunization program. This study is a qualitative study to
conduct an evaluation of the implementation of the basic immunization program, with the method of in-
depth interviews, focus group discussions, review of documents and observation. In the research result
shows that the workforce for the implementation of the immunization is adequate but immunization
executive power has never participated in a special training immunization, funding for the implementation
of the program is adequate, facilities and infrastructure are sufficient, SOP implementation immunizations
are available. Planning immunization is based on the reference of health services, immunization services
performed inside and outside the building, there is still immunization workers who have not implemented
the SOP. Recording and reporting starting from the builder to the clinic area and then proceed to the health
department. Supervision and technical guidance has been implemented from offices to hospitals, health
centers led only periodic supervision to the clinic/BPS has not been done to the Community Health Center
supervision during the implementation of immunization. Immunization coverage has yet to reach the target
because of the people's understanding and technical factors of the program.From the results of research
still needs to be implemented special training immunizations for executive personnel in the field of

865
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

immunization. Necessary maximum inter-sectoral coordination with district and village governments in
support of the implementation of the immunization program.
Keywords: Evaluation, Imunization Basics, Community Health Center

PENDAHULUAN imunisasi DPT-HB. Imunisasi DPT-HB


Era MDGs tahun 2000-2015 Indonesia sebanyak 3 (tiga) kali untuk memberi
ternyata belum dapat mencapai target kekebalan pada penyakit difteri, pertusis
menurunkan Angka Kematian Bayi dan (batuk rejan), tetanus dan Hepatitis B.
Balita, periode selanjutnya untuk mencapai Imunisasi ini pertama kali diberikan pada
Visi Indonesia Sehat dalam penyempurnaan usia bayi 2 (dua) bulan. Kemudian imunisasi
MDGs Indonesia yang merupakan salah satu berikutnya selisihnya 4 minggu. Pada saat ini
negara telah ikut menyepakati Tujuan pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable dalam program imunisasi dilakukan
Development Goals) dengan lebih 190 negara bersamaan dengan menggunakan vaksin
di dunia. Pada tujuan SDGs yang ketiga DPT-HB (Kemenkes, 2010).
Indonesia menargetkan pada tahun 2030 Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit
berusaha menurunkan Angka Kematian difteri yang sudah ditetapkan oleh Wali Kota
Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 Padang berdasarkan tempat tinggal pasien
kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita tersebar dari beberapa Kecamatan di Kota
25 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, Padang, yaitu Kecamatan Padang Timur 1
2015). kasus, Kecamatan Kuranji 1 kasus,
Kementerian Kesehatan menargetkan Kecamatan Padang Barat 1 kasus,
pada tahun 2014 seluruh desa/kelurahan Kecamatan Padang Utara 1 kasus, dan
mencapai 100% UCI (Universal Child Kecamatan Koto Tangah sebanyak 3 kasus.
Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di Kejadian luar biasa yang terjadi di Kota
desa/kelurahan tersebut memperoleh Padang ini merupakan indikator bahwa
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari program imunisasi tidak mencapai sasaran
BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan (Dinkes Sumbar, 2015).
campak. Pencapaian UCI desa/ kelurahan Berdasarkan data cakupan Kelurahan
tahun 2014 baru mencapai 82,9% yang perlu Universal Child Immunization (UCI) pada
ditingkatkan hingga mencapai 92%. Hal ini tahun 2014 kota Padang baru mencapai
disebabkan antara lain karena kurang angka 76 % sudah lebih tinggi dari capaian
perhatian dan dukungan dari pemerintah UCI Propinsi Sumatera Barat yaitu 74,87%
daerah terhadap program imunisasi, dan berada di bawah capaian UCI Indonesia
kurangnya dana operasional untuk imunisasi 82,3%. Sedangkan data cakupan imunisasi
baik rutin maupun tambahan, dan tidak DPT-HB pada kota Padang 87,12% dimana
tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang juga lebih tinggi dari capaian cakupan
adekuat. Selain itu juga kurangnya Propinsi Sumatera Barat 84,1% dan masih
koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan berada dibawah capaian cakupan data
kesehatan swasta, kurang sumber daya yang imunisasi DPT-HB Indonesia 95% (Dinkes
memadai serta kurangnya pengetahuan Padang, 2015).
masyarakat tentang program dan manfaat Kasus Difteri yang terjadi di kota
imunisasi (Kemenkes, 2015). Padang berdasarkan laporan Bidang
Salah satu imunisasi dasar yang yang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas
menjadi target pencapaian UCI adalah Kesehatan Kota Padang pada tahun 2014

866
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

yaitu sebanyak 8 kasus yang tersebar di Kota dari pelaksanaan program imunisasi dasar di
Padang, dan kasus yang paling banyak yaitu Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto
37,5% terjadi di Kecamatan Koto Tangah Tangah Kota Padang. Penelitian kualitatif ini
pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya. di gunakan untuk menggali informasi
Data pencapaian UCI menurut puskesmas mengenai pelaksanaan imunisasi dasar.
Kota Padang Puskesmas Lubuk Buaya sudah Penelitian ini dilaksanakan di
mencapai target yaitu 100%, sedangkan data Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto
pencapaian cakupan iminisasi DPT-HB di Tangah Kota Padang, pengumpulan data
Puskesmas Lubuk Buaya sudah dalam dilaksanakan pada bulan Oktober 2017.
kategori tinggi yaitu 94,7% (Dinkes Padang, Informan pada penelitian ini
2015). sebanyak 14 (empat belas) orang untuk
Pencapaian target UCI dan tingginya indepth interview dan 8 (delapan) orang ibu-
cakupan imunisasi DPT-HB ternyata tidak ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun untuk
menjamin tercapainya tujuan akhir program FGD (Fokus Group Discussion).
imunisasi dalam menurunkan angka
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
penyakit menular yang dapat dicegah dengan Hasil penelitian ini akan membahas
imunisasi. Banyak faktor yang dapat masukan (input), proses (process) dan
mempengaruhi keberhasilan program keluaran (ouput) sesuai dengan tujuan
imunisasi yaitu berkaitan dengan status imun penelitian yang sudah ditetapkan. Masukan
penjamu, faktor genetik penjamu, dan faktor meliputi tenaga, dana, sarana dan prasarana
dari vaksin itu sendiri yang berhubungan serta pedoman teknis dan SOP pada
dengan penyimpanan, pemberian dosis, pelaksanaan imunisasi dasar. Proses terdiri
pengenceran vaksin (IDAI, 2015). Faktor dari perencanaan, pelaksanaan, pencatatan
yang tidak bisa diabaikan dalam pencapaian dan pelaporan serta supervisi dalam
tujuan suatu program adalah berkaitan pelaksanaan imunisasi dasar. Sedangkan
dengan mutu/kualitas pelaksanaan program keluaran untuk mengetahui capaian cakupan
tersebut. Penilaian pelaksanaan suatu imunisasi dasar yang sudah dilakukan di
program apakah sudah berjalan dengan baik wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota
sesuai dengan perencanaan dan standar yang Padang.
sudah ditetapkan dapat dilakukan suatu Tenaga pengelola imunisasi ada pada
kegiatan evaluasi (Azwar, 2010). setiap tingkat mulai tingkat propinsi sampai
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang pada tingkat puskesmas. Tenaga pelaksana di
dilakukan untuk memberikan penilaian tingkat puskesmas terdiri dari petugas
terhadap program yang sudah berjalan imunisasi, pelaksana cold chain dan
ataupun yang sedang berjalan. Untuk pengelola program imunisasi. Tenaga
kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi pelaksana di tingkat kabupaten/kota terdiri
(penilaian) tersebut dibedakan menjadi dari pengelola program imunisasi, pengelola
empat kelompok yaitu 1) evaluasi terhadap vaksin dan cold chain. Dari hasil wawancara
masukan (input), 2) evaluasi terhadap proses mendalam terhadap informan didapatkan
(process), 3) evaluasi terhadap keluaran data bahwa tenaga pelaksana program
(output), dan 4) evaluasi terhadap dampak imunisasi sudah cukup dari segi jumlah dan
(impact) (Azwar, 2010). sesuai kualifikasi pendidikannya namun
belum adanya pelatihan khusus imunisasi
METODE PENELITIAN bagi tenaga pelaksana di lapangan. Perlu
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu untuk melakukan evaluasi
867
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

adanya pembenahan keterampilan petugas sesudah pelatihan pengelolaan vaksin


untuk peningkatan pencapaian program. program imunisasi (Sasongko, 2011).
Hasil observasi pada saat pelayanan Penelitian tentang Evaluasi Program
imunisasi, ditemukan petugas tidak Imunisasi Puskesmas di Kota Makasar tahun
memberikan penyuluhan sebelum pemberian 2012 menyatakan ada permasalahaan
imunisasi secara maksimal yang terhadap tenaga pelaksana di tingkat
berhubungan dengan jenis vaksin, manfaat puskesmas dimana terdapat 52,6% petugas
imunisasi, akibat apabila tidak diberi yang memiliki tugas rangkap di puskesmas.
imunisasi, kemungkinan terjadinya KIPI dan Pelaksanaan program imunisasi harus
upaya-upaya yang harus dilakukan. didukung oleh tenaga teknis yang memiliki
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kapasitas dan kompetensi dalam memberikan
bahwa tenaga untuk pelaksanaan program pelayanan khususnya pelayanan lapangan
imunisasi yang ada di Puskesmas Lubuk dan pengelola logistik (Kemenkes, 2013).
Buaya sudah cukup dari segi jumlah dan Pelatihan merupakan salah satu upaya
sesuai kualifikasi pendidikannya baik peningkatan pengetahuan, sikap dan
pengelola program yang ada di puskesmas keterampilan petugas/pengelola imunisasi
maupun pelaksana yang ada di lapangan atau dalam rangka meningkatkan kinerja dan
posyandu dengan berpendidikan minimal D- kualitas petugas. Pelatihan yang
III Kebidanan dan D-III Keperawatan. dilaksanakan tersebut diharapkan
Namun masih belum ada pelatihan imunisasi terakreditasi dan mempunyai sertifikat.
khusus bagi pelaksana imunisasi di lapangan, Pelatihan dapat diselanggarakan secara
mereka hanya diberikan informasi pelatihan berjenjang oleh kementerian, pemerintah
pada saat lokakarya mini (lokmin) di provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan atau
puskesmas oleh pimpinan. Petugas-petugas lembaga swasta yang telah terakreditasi oleh
yang sudah mengikuti pelatihan selama ini kementerian (Kemenkes, 2017).
tapi tidak mempunyai sertifikat. Pada Tenaga pada pelaksanaan program
puskesmas tidak ada tenaga khusus pengelola imunisasi akan merencanakan dan akan
logistik imunisasi tapi ketenagaannya menghasilkan pelayanan terhadap
dirangkap oleh penanggung jawab program masyarakat sebagai penerima pelayanan
imunisasi di puskesmas. imunisasi, tenaga pelaksana yang tidak
Penelitian tentang faktor yang memiliki keahlian atau kompetensi yang
berhubungan dengan cakupan imunisasi tidak memadai maka mustahil tujuan
dipengaruhi oleh keberadaan tenaga pelayanan dalam melaksanakan program
pelaksana. Pelakasanaan program imunisasi imunisasi akan tercapai dengan maksimal.
mutlak memerlukan ketersediaan tenaga Perlu dilaksanakan pelatihan untuk
pelaksana imunisasi karena ini akan peningkatan kapasitas petugas/pelaksana
mempengaruhi lingkungan dan perilaku program imunisasi dalam rangka
masyarakat untuk melaksanakan imunisasi mewujudkan pelayanan imunisasi yang
(Afriyanti, 2009). Penelitian tentang berkualitas.
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Berdasarkan hasil pengumpulan data
Sikap dan Keterampilan Petugas Pengelola penelitian sumber dana untuk pelaksanaan
Vaksin Program Imunisasi pada Unit program imunisasi adalah yang berasal dari
Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Cirebon, Pusat dan dari dana BOK untuk operasional
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pelaksanaan program imunisasi. Sumber
yang bermakna sikap dan keterampilan pendanaan untuk imunisasi dapat berasal dari
petugas sebelum mengikuti pelatihan dengan pemerintah dan sumber pembiayaan lain

868
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

yang sah sesuai dengan peraturan perundang- dengan cakupan imunisasi, sedangkan
undangan. Pendanaan yang bersumber dari puskesmas yang tidak memadai sarana
pemerintah berbeda-beda pada tiap tingkat prasarana vaksinnya mempunyai resiko
administrasi, tingkat pusat bersumber dari memiliki cakupan imunisasinya dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Negara kategori rendah (Afriyanti, 2009).
(APBN), tingkat propinsi bersumber dari Pemerintah bertanggung jawab
APBN (dekon) dan Anggaran Pendapatan terhadap penyediaan logistik imunisasi
Belanja Daerah (APBD) propinsi, tingkat program yaitu penyediaan vaksin, ADS,
kabupaten/kota bersumber dari APBN (tugas safety box dan peralatan cold chain berupa
perbantuan) dan APBD kabupaten/kota alat penyimpanan vaksin yang meliputi cold
berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan room, freezer room, vaccine refrigerator,
DAK (Dana Alokasi Khusus). dan freezer, alat transportasi vaksin meliputi
Fungsi pemerintah pusat adalah dalam kendaraan berpendingin khusus, cold box,
menjamin ketersedian vaksin dan alat suntik vaccine carrier, cool pack, dan cold pack,
serta safety box, bimbingan teknis, pedoman dan alat pemantau suhu, meliputi
pengembangan, pemantauan dan evaluasi, termometer, termograf, alat pemantau suhu
pengendalian kualitas, kegiatan TOT beku secara terus menerus dan alarm
(Training of trainer), advokasi, penelitian (Kemenkes, 2017).
operasional, dan KIE (Komunikasi Informasi Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dan Edukasi). Pemerintah daerah dalam pelaksanaan program imunisasi
kabupaten/kota bertanggung jawab merupakan logistik imunisasi, peralatan cold
menyiapkan biaya operasional untuk chain dan alat transportasi vaksin.
pelaksanaan pelayanan imunisasi, Biaya Kelengkapan persediaan sarana dan
operasional yang dimaksud adalah transport prasarana dalam memberikan pelayanan
dan akomodasi petugas, bahan habis pakai, imunisasi akan sangat membantu proses
penggerakan masyarakat, perbaikan serta pelayanan lebih cepat dan akan
pemeliharaan peralatan rantai vaksin dan meningkatkan kelancaran serta kenyamanan
kendaraan imunisasi, distribusi logistik dari dalam memberikan pelayanan kepada
kabupaten/kota sampai ke fasilitas pelayanan masyarakat (Kemenkes, 2013).
kesehatan, dan pemusnahan limbah medis Hasil penelitian menunjukkan bahwa
imunisasi. Anggaran pembiayaan petunjuk teknis yang digunakan dalam
penyelenggaraan imunisasi yang ada ini pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Lubuk
secara berkesinambungan tentu akan Buaya dengan menggunakan SOP untuk
berkaitan dengan ketercapaian tujuan melakukan pelayanan imunisasi. Pedoman
pelaksanaan program imunisasi ke depannya. penyelenggaraan imunisasi akan
(Kemenkes, 2017). memberikan acuan tentang jenis imunisasi,
Hasil penelitian tentang kelengkapan penyelenggaraan imunisasi program,
sarana dan prasarana untuk pelaksanaan penyelenggaraan imunisasi pilihan,
program imunisasi di Puskesmas Lubuk pemantauan dan penanggulangan KIPI,
Buaya sudah tersedia dengan lengkap dari penelitian dan pengembangan, peran serta
ketersedian vaksin dan peralatan cold chain. masyarakat, pencatatan dan pelaporan, serta
Hasil penelitian tentang Faktor yang pembinaan dan pengawasan (Kemenkes,
Berhubungan dangan Cakupan Imunisasi di 2017).
Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP)
puskesmas yang ketersediaan sarana merupakan urutan langkah-langkah suatu
prasarana vaksinnya memadai berhubungan pekerjaan, ini diperlukan dalam pelaksanaan

869
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

tugas untuk mencapai tujuan dari hasil suatu Sesuai dengan hasil FGD dengan ibu-ibu
pekerjaan. SOP sebagai suatu acuan memuat yang mempunyai anak usia 1-3 tahun
tentang prosedur dari suatu rangkaian menyimpulkan bahwa pelaksanaan imunisasi
kegiatan secara efektif dan efisien selama ini sudah berlangsung dengan baik
berdasarkan standar dan ketentuan yang karena sudah sesuai dengan jadwal dan
sudah ada. Dalam pelaksanaan program petugasnya selalu ada.
imunisasi SOP ini harus menjadi pedoman Masih ada permasalahan dari petugas
dalam memberikan pelayanan imunisasi agar imunisasi yang berhubungan dengan sikap
pemberian pelayanan sesuai dengan standar petugas dalam memberikan edukasi dan
yang sudah ditetapkan. komunikasi saat memberikan pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian proses imunisasi. Hasil FGD menyimpulkan ada
perencanaan program imunisasi di petugas yang menyampaikan sesuatu dengan
Puskesmas Lubuk Buaya dibuat setiap awal gaya komunikasinya secara terang-terangan
tahun dengan berpedoman kepada kadang-kadang membuat masyarakat
perencanaan secara umum yang dibuat oleh tersinggung seperti menyampaikan anak
Dinas Kesehatan Kota Padang, kemudian mereka kurang gizi, sehingga mereka enggan
baru di buat perencanaan sasaran imunisasi untuk datang pada kegiatan posyandu
per kelurahan yang ada di wilayah kerja berikutnya.
puskesmas. Penelitian Peran Petugas dangan Hasil observasi ditemukan petugas
Cakupan Imunisasi Tingkat Puskesmas di tidak memberikan penyuluhan sebelum
Kabupaten Jember menunjukkan bahwa ada pemberian imunisasi secara maksimal,
hubungan aspek perencanaan yang dibuat dimana petugas tidak menginformasikan
dengan cakupan imunisasi (Zakiyah, 2013). secara jelas yang berhubungan dengan jenis
Perencanaan harus disusun secara berjenjang, vaksin, manfaat imunisasi, akibat apabila
mulai dari puskesmas, kabupaten/kota, tidak diberi imunisasi, kemungkinan
propinsi dan pusat (bottom up). Perencanaan terjadinya KIPI dan upaya-upaya yang harus
merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan.
sehingga harus dilakukan secara benar oleh Hasil penelitian menemukan bahwa
petugas yang profesional. Ketidaktepatan gaya petugas kesehatan di posyandu
dalam perencanaan akan mengakibatkan menghasilkan persepsi yang negatif bagi
terhambatnya pelaksanaan program, tidak masyarakat. Tenaga kesehatan seharusnya
tercapainya target kegiatan, pemborosan tidak bersikap menggurui, tetapi berbicara
keuangan negara, serta hilangnya pada tingkat yang sama dan dapat
kepercayaan masyarakat. Perencanaan untuk mengkomunikasikan penghargaan dan
pelaksanaan program imunisasi meliputi menghormati perbedaan pandangan
penentuan sasaran, perencanaan kebutuhan (Hutagaol, 2012). Komunikasi petugas
logistik yang meliputi perencanaan vaksin, dengan masyarakat sebenarnya bertujuan
perencanaan Auto Disable Syringe, supaya antara petugas dengan mayarakat
perencanaan safety box, perencanaan yang dilayani dapat saling bertukar pikiran
kebutuhan peralatan cold chain dan terakhir dalam membantu menyelesaikan masalah
perencanaan pendanaan (Kemenkes, 2013). yang dihadapi dan mendengarkan adalah cara
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang baik untuk dapat menerima pesan
terhadap pelaksanaan program imunisasi di secara benar dan lengkap.
Puskesmas Lubuk Buaya bahwa pelayanan Pemeliharaan cold chain secara umum
imunisasi diberikan secara rutin di sudah terlaksana sesuai ketentuan namun
puskesmas dan di posyandu sesuai jadwal. masih ada ketidakdisiplinan petugas dalam

870
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

melakukan pencatatan pengontrolan suhu Pengetahuan dan Sikap Pengelola Vaksin


kulkas vaksin setiap hari. Berdasarkan dengan Skor Pengelolaan Vaksin di Daerah
observasi pada pelaksanaan pelayanan Kasus Difteri di Jawa Timur menemukan
imunisasi di temukan masih ada petugas bahwa pelatihan petugas dalam mengelola
yang melakukan tindakan pelayanan yang vaksin berpengaruh terhadap ketepatan
tidak sesuai dengan SOP, dan tidak dalam pengelolaan vaksin di tempat
melakukan pengelolaan limbah dengan pelayanan kesehatan (Pracoyo, 2013).
menggunakan safety box. Untuk menjaga kualitas vaksin tetap
Berdasarkan hasil observasi pada tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
Bidan Praktek Swasta/klinik yang pada tingkat berikutnya vaksin harus selalu
melaksanakan pelayanan imunisasi dasar disimpan pada suhu yang telah ditetapkan
ditemukan bahwa pemeliharaan cold chain yaitu pada puskesmas semua vaksin disimpan
tidak dilakukan sesuai standar, dimana pada suhu 2°C - 8°C pada vaccine
ditemukan penyimpanan vaksin pada kulkas refrigerator. Penyimpanan pelarut vaksin
pendingin minuman/kulkas rumah tangga pada suhu 2°C - 8°C atau pada suhu ruang
dan vaksin disimpan dengan barang-barang terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari
yang lain, serta tidak ada termometer untuk sebelum digunakan pelarut disimpan pada
mengontrol suhu lemari pendingin. suhu 2°C - 8°C. Untuk mempertahankan
Penelitian Faktor-faktor yang kualitas vaksin tetap tinggi perlu dilakukan
Berhubungan dengan Kepatuhan Petugas pemeliharaan sarana peralatan cold chain
terhadap SOP Imunisasi menunjukkan bahwa dengan melakukan pengecekan suhu dengan
sebanyak 39,1% petugas dikategorikan tidak menggunakan thermometer atau alat
patuh dalam melaksanakan SOP imunisasi, pemantau suhu digital setiap pagi dan sore,
variabel independen yang paling dominan termasuk hari libur, memeriksa apakah
berhubungan dengan kepatuhan petugas terjadi bunga es dan memeriksa ketebalan
adalah pengetahuan dan sarana prasarana bunga es apabila bunga es lebih 0,5 cm
(Yulianti, 2010). lakukan defrosting (pencairan bunga es),
Ketidak patuhan petugas terhadap SOP memeriksa apakah terdapat cairan pada dasar
pada pelaksanaan pelayanan imunisasi, lemari es apabila terdapat cairan harus segera
pengelolaan rantai dingin dan pengelolaan dibersihkan atau dibuang, melakukan
limbah tentu akan berpengaruh kepada pencatatan langsung setelah pengecekan
kualitas vaksin. Hasil penelitian Faktor- suhu pada thermometer atau pemantau suhu
Faktor Resiko Kualitas Pengelolaan Vaksin dikartu pencatatan suhu setiap pagi dan sore
Program Imunisasi yang Buruk di Unit (Depkes, 2009).
Pelayanan Swasta Studi Kasus di Kota Berdasarkan hasil pengumpulan data
Semarang. Hasil penelitian menunjukkan dari pencatatan dan pelaporan pelaksanaan
bahwa, petugas dengan pengetahuan yang imunisasi di Puskesmas Lubuk Buaya dapat
kurang baik mempunyai risiko 31,6 kali diketahui bahwa proses pencatatan dan
menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin pelaporan sudah berjalan sebagaimana
menjadi buruk dibandingkan dengan nilai mestinya, namun masih ada penyampaian
pengetahuan yang baik. Kesalahan membawa laporan dari jejaring puskesmas yang tidak
vaksin berisiko 9,4 kali lebih besar tepat waktu setiap bulannya. Pencatatan dan
menyebabkan kualitas pengelolaan vaksin pelaporan pelaksanaan program imunisasi
menjadi buruk dibandingkan dengan vaksin disampaikan setiap bulan, pelaporan dimulai
yang dibawa dengan benar (Kristini T, 2008). dari hasil pelaksanaan imunisasi di
Sejalan dengan penelitian Hubungan posyandu-posyandu yang ada di lingkungan

871
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

pembina wilayah masing-masing. Pembina melaksanakan supervisi yaitu melakukakan


wilayah melakukan perekapan hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung
pelaksanaan imunisasi di wilayah binaannya dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan
yang bersumber dari pelayanan di posyandu yang dilakukan oleh bawahan dan kemudian
digabung dengan pemberian iminisasi yang apabila ditemukan masalah segera diberikan
dilaksanakan oleh jejaring puskesmas seperti petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung
Bidan Praktek Swasta (BPS) dan klinik- untuk mengatasi masalah yang ada (Azwar,
klinik yang memberikan pelayanan 2010).
imunisasi, dan kemudian ditambahkan Supervisi yang dilakukan oleh
dengan pemberian imunisasi di puskesmas puskesmas khususnya ke unit-unit pelayanan
terhadap sasaran yang berdomisili di daerah swasta yang berada di wilayah kerja
binaan yang bersangkutan. puskesmas perlu ditingkatkan kualitasnya
Hasil pencatatan imunisasi dilakukan terutama untuk melakukan pembinaan
oleh setiap unit yang melakukan kegiatan tentang pengelolaan vaksin dengan benar
imunisasi, mulai dari puskesmas pembantu, bagi petugas/pelaksana imunisasi.
puskesmas, rumah sakit umum, Kantor Kecamatan dan kelurahan untuk dapat
Kesehatan Pelabuhan, balai imunisasi mengidentifikasi masalah-masalah yang
swasta, rumah sakit swasta, dan klinik swasta terjadi pada pelaksanaan imunisasi di
kemudian disampaikan kepada pengelola masyarakat sebaiknya melakukan kunjungan
imunisasi kabupaten/kota (Kemenkes, 2013). atau peninjauan langsung pada saat
Berdasarkan hasil pengumpulan data pelayanan imunisasi.
tentang supervisi dalam pelaksanaan Berdasarkan pengumpulan data
program imunisasi di Puskesmas Lubuk penelitian tentang cakupan imunisasi dasar di
Buaya diperoleh bahwa supervisi sudah Puskemas Lubuk Buaya didapatkan bahwa
terlaksana dari dinas maupun oleh puskesmas untuk saat ini cakupan imunisasi belum
dan sekaligus sudah ada bimbingan teknis mencapai target yang ditetapkan, yang
dari dinas dan puskesmas terhadap disebabkan oleh berbagai faktor dimulai dari
pelaksanaan imunisasi. Belum terlaksananya dasar penetapan sasaran imunisasi yang tidak
supevisi lintas sektor secara rutin dari sesuai dengan realita di lapangan karena letak
kelurahan dan kecamatan. Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya yang
informasi yang didapatkan tidak berjalannya berada di zona merah, kemudian adanya isu-
supervisi dari lintas sektor secara rutinitas isu negatif yang sampai ke masyarakat
disampaikan ada hubungannya dengan tentang vaksin untuk imunisasi, kemudian
sumber daya manusia yang terbatas. adanya pemahaman dan pola pikir
Hasil penelitian Evaluasi Pelaksanaan masyarakat yang masih rendah tentang
Fungsi Manajemen Kegiatan Program imunisasi.
Imunisasi Bayi di Puskesmas Kabupaten Upaya pencapaian target cakupan
Bangkalan Madura. Hasil penelitian imunisasi masih memerlukan evaluasi yang
menunjukkan bahwa Supervisi pelaksanaan menyeluruh dari pelaksanaan program
kegiatan imunisasi telah berjalan. Monitoring imunisasi selama ini. Evaluasi terhadap
sudah dilaksanakan meskipun ada satu pelaksanaan oleh petugas mulai dari
puskesmas non UCI tidak melakukan perencanaan, pemberian pelayanan, sampai
monitoring. Pelaksanaan monitoring di kepada pencatatan dan pelaporan
Puskesmas ini hanya dilakukan oleh Dinas pelaksanaan imunisasi itu sendiri. Dari
Kesehatan saja (Ifadhotul A, 2009). Sebagai perencanaan diperlukan pendataan yang
salah satu fungsi manajemen adalah akurat terhadap sasaran pada setiap wilayah,

872
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

pelaksanaan masih perlu evaluasi dari tenaga masalah petugas dalam memberikan
pelaksana dalam memberikan edukasi dan pelayanan yang berhubungan dengan sikap
komunikasi kepada masyarakat serta masih dan perilaku dalam komunikasi, serta
perlu dilakukan pelatihan-pelatihan kepada kedisiplinan petugas dalam melaksanakan
petugas yang belum pernah mengikuti SOP.
pelatihan imunisasi selama ini. Belum tercapainya cakupan imunisasi
Koordinasi lintas sektoral menjadi sesuai target disebabkan oleh adanya isu-isu
perhatian untuk kedepannya karena untuk negatif tentang vaksin, pemahaman dan pola
terlaksananya program imunisasi secara pikir masyarakat yang masih rendah tentang
efektif dan efisien maka perlu adanya imunisasi.
koordinasi lintas sektor terutama dengan UCAPAN TERIMAKASIH
kecamatan dan kelurahan karena dengan Terimakasih penulis ucapkan kepada
keikutsertaan lintas sektor ini bisa nantinya Kepala Puskesmas Lubuk Buaya.Kota
secara bersama- sama untuk mengidentifikasi Padang yang telah memberikan izin kepada
masalah-masalah yang ada dalam penulis untuk melakukan tentang penelitian
pelaksanaan imunisasi ini di masyarakat, dan evaluasi dari pelaksanaan program imunisasi
mencari jalan keluarnya untuk dapat dasar.
menggerakkan dan memotivasi masyarakat
untuk bisa mengikuti program imunisasi. REFERENSI
Dalam mendukung untuk Kemenkes RI. (2015). Kesehatan Dalam
terlaksananya program imunisasi diperlukan Kerangka Sustainable Development
advokasi dan pendekatan-pendekatan kepada Goals (SDGs). Jakarta : Kemenkes RI.
pihak yang memiliki pengaruh di masyarakat Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis
yaitu tokoh masyarakat dan tokoh agama Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
agar dapat meluruskan ideologi tentang 2019. Jakarta : Kemenkes RI.
vaksin kearah yang benar dan memberikan Kemenkes RI. (2010). Gerakan Akselerasi
bantahan terhadap ideologi yang salah Imunisasi Nasional Universal Child
tentang vaksin oleh masyarakat. Dengan Immunization 2010-2014. Jakarta :
melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan Kemenkes RI.
tokoh agama diharapkan terjadinya Dinkes Sumbar. (2016). Laporan
peningkatan dan kepercayaan imunnisasi di Akuntabilitas Kinerja Instansi
tengah masyarakat secara merata. Pemerintah Tahun 2015. Padang :
Dinkes Sumbar.
SIMPULAN Dinkes Padang. (2015). Profil Kesehatan
Tenaga pelaksana program imunisasi Kota Padang Tahun 2014. Padang :
sudah cukup dari jumlah dan kualifikasi Dinkes Padang.
pendidikannya, namun belum adanya IDAI. (2011). Panduan Imunisasi Anak.
pelatihan khusus imunisasi bagi tenaga Jakarta : IDAI.
pelaksana imunisasi. Ketersediaan sarana dan Azwar A. (2010). Pengantar Administrasi
prasarana sudah mencukukupi sesuai Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta :
kebutuhan, tapi pada unit praktek swasta Binarupa Aksara.
tidak tersedia peralatan cold chain sesuai Afriyanti. (2009). Faktor - Faktor yang
standar. Berhubungan dengan Cakupan
Pembuatan perencanaan program Imunisasi di Kabupaten Tegal.
imunisasi di puskesmas dibuat berdasarkan Semarang : Universitas Negeri
acuan dari dinas kesehatan. Masih ada Semarang.

873
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care

Sasongko. (2011). Pengaruh Diklat Terhadap Vaksin. Jakarta : Depkes RI.


Perbedaan Sikap dan Keterampilan Ifadhotul A. (2009). Evaluasi Pelaksanaan
Petugas Pengelola Vaksin Program Fungsi Manajemen Kegiatan Program
Imunisasi pada Unit Pelayanan Imunisasi Bayi dan Ibu Hamil di
Kesehatan di Kabupaten Cirebon. Puskesmas Kabupaten Bangkalan
Semarang : UNS. Madura Tahun 2009. Surabaya :
Juliani A. (2012). Evaluasi Program Universitas Airlangga.
Imunisasi Puskesmas di Kota Makasar
Tahun 2012. Makasar : Unhas
Makasar.
Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
42 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2017). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
12 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi. Jakarta : Kemenkes RI.
Zakiyah, Utami S, Sandra C. (2013).
Hubungan antara Peran Petugas
Kesehatan dengan Cakupan Imunisasi
per Antigen Tingkat Puskesmas di
kabupaten Jember. Jember :
Universitas Jember.
Hutagaol. (2012). Komunikasi Petugas
Kesehatan Dalam Kegiatan Posyandu
di Wilayah Kerja Puskesmas Muara
Siberut Kabupaten Mentawai. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol.6 No.2
Yulianti. (2010). Faktor – faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan
Petugas terhadap SOP Imunisasi pada
Penanganan Vaksin Campak.
Kristini T. (2008). Faktor-Faktor Resiko
Kualitas Pengelolaan Vaksin Program
Imunisasi yang Buruk di Unit
Pelayanan Swasta (Studi Kasus di Kota
Semarang. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Pracoyo, Rabea P, Puspandari N, Bagus W.
(2013). Hubungan antara Pengetahuan
dan Sikap Pengelola Vaksin dengan
Skor Pengelolaan Vaksin di Daerah
Kasus Difteri di Jawa Timur. Jakarta :
Balitbang Kemenkes.
Depkes RI. (2009). Pedoman Pengelolaan

874

Anda mungkin juga menyukai