859 3449 1 PB
859 3449 1 PB
Abstrak
Program imunisasi merupakan salah satu program untuk melindungi penduduk secara spesifik
terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri pada
tahun 2015 pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya paling tinggi (37,5%). Adanya kesenjangan ini
menjadi dasar untuk melakukan evaluasi pelaksanaan program imunisasi dasar. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif untuk melakukan evaluasi dari pelaksanaan program imunisasi dasar, dengan metoda
wawancara mendalam, FGD, telaah dokumen dan observasi. Pada hasil penelitian diketahui bahwa
ketenagaan untuk pelaksanaan imunisasi sudah memadai namun tenaga pelaksana imunisasi belum pernah
mengikuti pelatihan khusus imunisasi, dana untuk pelaksanaan program sudah memadai, sarana dan
prasarana sudah mencukupi, SOP pelaksanaan imunisasi sudah tersedia. Perencanaan imunisasi
berdasarkan acuan dari dinas kesehatan, pelayanan imunisasi dilakukan di dalam dan di luar gedung, masih
ada petugas imunisasi yang belum melaksanakan SOP. Pencatatan dan pelaporan dimulai dari pembina
wilayah ke puskesmas kemudian dilanjutkan ke dinas kesehatan. Supervisi dan bimbingan teknis sudah
terlaksana dari dinas ke puskesmas, pimpinan puskesmas hanya supervisi secara berkala ke klinik/BPS
belum terlaksana supervisi ke posyandu saat pelaksanaan imunisasi. Cakupan imunisasi masih belum
mencapai target karena faktor pemahaman masyarakat, dan faktor teknis pelaksanaan program. Dari hasil
penelitian masih perlu dilaksanakan pelatihan khusus imunisasi bagi tenaga pelaksana imunisasi di
lapangan. Diperlukan koordinasi lintas sektoral yang maksimal dengan pemerintahan kecamatan dan
kelurahan.
Kata kunci: Evaluasi, Program Imunisasi Dasar, Puskesmas
Abstract
The immunization program is one program specifically to protect the population against diseases
certain, that is some Preventable Diseases Immunization (PD3I). Extraordinary Events (KLB) Diphtheria
in 2015 in Lubuk Buaya Community Health Center is highest (37.5%). The existence of this gap is the basis
for evaluating the implementation of the basic immunization program. This study is a qualitative study to
conduct an evaluation of the implementation of the basic immunization program, with the method of in-
depth interviews, focus group discussions, review of documents and observation. In the research result
shows that the workforce for the implementation of the immunization is adequate but immunization
executive power has never participated in a special training immunization, funding for the implementation
of the program is adequate, facilities and infrastructure are sufficient, SOP implementation immunizations
are available. Planning immunization is based on the reference of health services, immunization services
performed inside and outside the building, there is still immunization workers who have not implemented
the SOP. Recording and reporting starting from the builder to the clinic area and then proceed to the health
department. Supervision and technical guidance has been implemented from offices to hospitals, health
centers led only periodic supervision to the clinic/BPS has not been done to the Community Health Center
supervision during the implementation of immunization. Immunization coverage has yet to reach the target
because of the people's understanding and technical factors of the program.From the results of research
still needs to be implemented special training immunizations for executive personnel in the field of
865
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care
immunization. Necessary maximum inter-sectoral coordination with district and village governments in
support of the implementation of the immunization program.
Keywords: Evaluation, Imunization Basics, Community Health Center
866
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care
yaitu sebanyak 8 kasus yang tersebar di Kota dari pelaksanaan program imunisasi dasar di
Padang, dan kasus yang paling banyak yaitu Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto
37,5% terjadi di Kecamatan Koto Tangah Tangah Kota Padang. Penelitian kualitatif ini
pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya. di gunakan untuk menggali informasi
Data pencapaian UCI menurut puskesmas mengenai pelaksanaan imunisasi dasar.
Kota Padang Puskesmas Lubuk Buaya sudah Penelitian ini dilaksanakan di
mencapai target yaitu 100%, sedangkan data Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto
pencapaian cakupan iminisasi DPT-HB di Tangah Kota Padang, pengumpulan data
Puskesmas Lubuk Buaya sudah dalam dilaksanakan pada bulan Oktober 2017.
kategori tinggi yaitu 94,7% (Dinkes Padang, Informan pada penelitian ini
2015). sebanyak 14 (empat belas) orang untuk
Pencapaian target UCI dan tingginya indepth interview dan 8 (delapan) orang ibu-
cakupan imunisasi DPT-HB ternyata tidak ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun untuk
menjamin tercapainya tujuan akhir program FGD (Fokus Group Discussion).
imunisasi dalam menurunkan angka
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
penyakit menular yang dapat dicegah dengan Hasil penelitian ini akan membahas
imunisasi. Banyak faktor yang dapat masukan (input), proses (process) dan
mempengaruhi keberhasilan program keluaran (ouput) sesuai dengan tujuan
imunisasi yaitu berkaitan dengan status imun penelitian yang sudah ditetapkan. Masukan
penjamu, faktor genetik penjamu, dan faktor meliputi tenaga, dana, sarana dan prasarana
dari vaksin itu sendiri yang berhubungan serta pedoman teknis dan SOP pada
dengan penyimpanan, pemberian dosis, pelaksanaan imunisasi dasar. Proses terdiri
pengenceran vaksin (IDAI, 2015). Faktor dari perencanaan, pelaksanaan, pencatatan
yang tidak bisa diabaikan dalam pencapaian dan pelaporan serta supervisi dalam
tujuan suatu program adalah berkaitan pelaksanaan imunisasi dasar. Sedangkan
dengan mutu/kualitas pelaksanaan program keluaran untuk mengetahui capaian cakupan
tersebut. Penilaian pelaksanaan suatu imunisasi dasar yang sudah dilakukan di
program apakah sudah berjalan dengan baik wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota
sesuai dengan perencanaan dan standar yang Padang.
sudah ditetapkan dapat dilakukan suatu Tenaga pengelola imunisasi ada pada
kegiatan evaluasi (Azwar, 2010). setiap tingkat mulai tingkat propinsi sampai
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang pada tingkat puskesmas. Tenaga pelaksana di
dilakukan untuk memberikan penilaian tingkat puskesmas terdiri dari petugas
terhadap program yang sudah berjalan imunisasi, pelaksana cold chain dan
ataupun yang sedang berjalan. Untuk pengelola program imunisasi. Tenaga
kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi pelaksana di tingkat kabupaten/kota terdiri
(penilaian) tersebut dibedakan menjadi dari pengelola program imunisasi, pengelola
empat kelompok yaitu 1) evaluasi terhadap vaksin dan cold chain. Dari hasil wawancara
masukan (input), 2) evaluasi terhadap proses mendalam terhadap informan didapatkan
(process), 3) evaluasi terhadap keluaran data bahwa tenaga pelaksana program
(output), dan 4) evaluasi terhadap dampak imunisasi sudah cukup dari segi jumlah dan
(impact) (Azwar, 2010). sesuai kualifikasi pendidikannya namun
belum adanya pelatihan khusus imunisasi
METODE PENELITIAN bagi tenaga pelaksana di lapangan. Perlu
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu untuk melakukan evaluasi
867
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care
868
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care
yang sah sesuai dengan peraturan perundang- dengan cakupan imunisasi, sedangkan
undangan. Pendanaan yang bersumber dari puskesmas yang tidak memadai sarana
pemerintah berbeda-beda pada tiap tingkat prasarana vaksinnya mempunyai resiko
administrasi, tingkat pusat bersumber dari memiliki cakupan imunisasinya dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Negara kategori rendah (Afriyanti, 2009).
(APBN), tingkat propinsi bersumber dari Pemerintah bertanggung jawab
APBN (dekon) dan Anggaran Pendapatan terhadap penyediaan logistik imunisasi
Belanja Daerah (APBD) propinsi, tingkat program yaitu penyediaan vaksin, ADS,
kabupaten/kota bersumber dari APBN (tugas safety box dan peralatan cold chain berupa
perbantuan) dan APBD kabupaten/kota alat penyimpanan vaksin yang meliputi cold
berupa DAU (Dana Alokasi Umum) dan room, freezer room, vaccine refrigerator,
DAK (Dana Alokasi Khusus). dan freezer, alat transportasi vaksin meliputi
Fungsi pemerintah pusat adalah dalam kendaraan berpendingin khusus, cold box,
menjamin ketersedian vaksin dan alat suntik vaccine carrier, cool pack, dan cold pack,
serta safety box, bimbingan teknis, pedoman dan alat pemantau suhu, meliputi
pengembangan, pemantauan dan evaluasi, termometer, termograf, alat pemantau suhu
pengendalian kualitas, kegiatan TOT beku secara terus menerus dan alarm
(Training of trainer), advokasi, penelitian (Kemenkes, 2017).
operasional, dan KIE (Komunikasi Informasi Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dan Edukasi). Pemerintah daerah dalam pelaksanaan program imunisasi
kabupaten/kota bertanggung jawab merupakan logistik imunisasi, peralatan cold
menyiapkan biaya operasional untuk chain dan alat transportasi vaksin.
pelaksanaan pelayanan imunisasi, Biaya Kelengkapan persediaan sarana dan
operasional yang dimaksud adalah transport prasarana dalam memberikan pelayanan
dan akomodasi petugas, bahan habis pakai, imunisasi akan sangat membantu proses
penggerakan masyarakat, perbaikan serta pelayanan lebih cepat dan akan
pemeliharaan peralatan rantai vaksin dan meningkatkan kelancaran serta kenyamanan
kendaraan imunisasi, distribusi logistik dari dalam memberikan pelayanan kepada
kabupaten/kota sampai ke fasilitas pelayanan masyarakat (Kemenkes, 2013).
kesehatan, dan pemusnahan limbah medis Hasil penelitian menunjukkan bahwa
imunisasi. Anggaran pembiayaan petunjuk teknis yang digunakan dalam
penyelenggaraan imunisasi yang ada ini pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Lubuk
secara berkesinambungan tentu akan Buaya dengan menggunakan SOP untuk
berkaitan dengan ketercapaian tujuan melakukan pelayanan imunisasi. Pedoman
pelaksanaan program imunisasi ke depannya. penyelenggaraan imunisasi akan
(Kemenkes, 2017). memberikan acuan tentang jenis imunisasi,
Hasil penelitian tentang kelengkapan penyelenggaraan imunisasi program,
sarana dan prasarana untuk pelaksanaan penyelenggaraan imunisasi pilihan,
program imunisasi di Puskesmas Lubuk pemantauan dan penanggulangan KIPI,
Buaya sudah tersedia dengan lengkap dari penelitian dan pengembangan, peran serta
ketersedian vaksin dan peralatan cold chain. masyarakat, pencatatan dan pelaporan, serta
Hasil penelitian tentang Faktor yang pembinaan dan pengawasan (Kemenkes,
Berhubungan dangan Cakupan Imunisasi di 2017).
Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP)
puskesmas yang ketersediaan sarana merupakan urutan langkah-langkah suatu
prasarana vaksinnya memadai berhubungan pekerjaan, ini diperlukan dalam pelaksanaan
869
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care
tugas untuk mencapai tujuan dari hasil suatu Sesuai dengan hasil FGD dengan ibu-ibu
pekerjaan. SOP sebagai suatu acuan memuat yang mempunyai anak usia 1-3 tahun
tentang prosedur dari suatu rangkaian menyimpulkan bahwa pelaksanaan imunisasi
kegiatan secara efektif dan efisien selama ini sudah berlangsung dengan baik
berdasarkan standar dan ketentuan yang karena sudah sesuai dengan jadwal dan
sudah ada. Dalam pelaksanaan program petugasnya selalu ada.
imunisasi SOP ini harus menjadi pedoman Masih ada permasalahan dari petugas
dalam memberikan pelayanan imunisasi agar imunisasi yang berhubungan dengan sikap
pemberian pelayanan sesuai dengan standar petugas dalam memberikan edukasi dan
yang sudah ditetapkan. komunikasi saat memberikan pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian proses imunisasi. Hasil FGD menyimpulkan ada
perencanaan program imunisasi di petugas yang menyampaikan sesuatu dengan
Puskesmas Lubuk Buaya dibuat setiap awal gaya komunikasinya secara terang-terangan
tahun dengan berpedoman kepada kadang-kadang membuat masyarakat
perencanaan secara umum yang dibuat oleh tersinggung seperti menyampaikan anak
Dinas Kesehatan Kota Padang, kemudian mereka kurang gizi, sehingga mereka enggan
baru di buat perencanaan sasaran imunisasi untuk datang pada kegiatan posyandu
per kelurahan yang ada di wilayah kerja berikutnya.
puskesmas. Penelitian Peran Petugas dangan Hasil observasi ditemukan petugas
Cakupan Imunisasi Tingkat Puskesmas di tidak memberikan penyuluhan sebelum
Kabupaten Jember menunjukkan bahwa ada pemberian imunisasi secara maksimal,
hubungan aspek perencanaan yang dibuat dimana petugas tidak menginformasikan
dengan cakupan imunisasi (Zakiyah, 2013). secara jelas yang berhubungan dengan jenis
Perencanaan harus disusun secara berjenjang, vaksin, manfaat imunisasi, akibat apabila
mulai dari puskesmas, kabupaten/kota, tidak diberi imunisasi, kemungkinan
propinsi dan pusat (bottom up). Perencanaan terjadinya KIPI dan upaya-upaya yang harus
merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan.
sehingga harus dilakukan secara benar oleh Hasil penelitian menemukan bahwa
petugas yang profesional. Ketidaktepatan gaya petugas kesehatan di posyandu
dalam perencanaan akan mengakibatkan menghasilkan persepsi yang negatif bagi
terhambatnya pelaksanaan program, tidak masyarakat. Tenaga kesehatan seharusnya
tercapainya target kegiatan, pemborosan tidak bersikap menggurui, tetapi berbicara
keuangan negara, serta hilangnya pada tingkat yang sama dan dapat
kepercayaan masyarakat. Perencanaan untuk mengkomunikasikan penghargaan dan
pelaksanaan program imunisasi meliputi menghormati perbedaan pandangan
penentuan sasaran, perencanaan kebutuhan (Hutagaol, 2012). Komunikasi petugas
logistik yang meliputi perencanaan vaksin, dengan masyarakat sebenarnya bertujuan
perencanaan Auto Disable Syringe, supaya antara petugas dengan mayarakat
perencanaan safety box, perencanaan yang dilayani dapat saling bertukar pikiran
kebutuhan peralatan cold chain dan terakhir dalam membantu menyelesaikan masalah
perencanaan pendanaan (Kemenkes, 2013). yang dihadapi dan mendengarkan adalah cara
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang baik untuk dapat menerima pesan
terhadap pelaksanaan program imunisasi di secara benar dan lengkap.
Puskesmas Lubuk Buaya bahwa pelayanan Pemeliharaan cold chain secara umum
imunisasi diberikan secara rutin di sudah terlaksana sesuai ketentuan namun
puskesmas dan di posyandu sesuai jadwal. masih ada ketidakdisiplinan petugas dalam
870
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care
871
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care
872
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care
pelaksanaan masih perlu evaluasi dari tenaga masalah petugas dalam memberikan
pelaksana dalam memberikan edukasi dan pelayanan yang berhubungan dengan sikap
komunikasi kepada masyarakat serta masih dan perilaku dalam komunikasi, serta
perlu dilakukan pelatihan-pelatihan kepada kedisiplinan petugas dalam melaksanakan
petugas yang belum pernah mengikuti SOP.
pelatihan imunisasi selama ini. Belum tercapainya cakupan imunisasi
Koordinasi lintas sektoral menjadi sesuai target disebabkan oleh adanya isu-isu
perhatian untuk kedepannya karena untuk negatif tentang vaksin, pemahaman dan pola
terlaksananya program imunisasi secara pikir masyarakat yang masih rendah tentang
efektif dan efisien maka perlu adanya imunisasi.
koordinasi lintas sektor terutama dengan UCAPAN TERIMAKASIH
kecamatan dan kelurahan karena dengan Terimakasih penulis ucapkan kepada
keikutsertaan lintas sektor ini bisa nantinya Kepala Puskesmas Lubuk Buaya.Kota
secara bersama- sama untuk mengidentifikasi Padang yang telah memberikan izin kepada
masalah-masalah yang ada dalam penulis untuk melakukan tentang penelitian
pelaksanaan imunisasi ini di masyarakat, dan evaluasi dari pelaksanaan program imunisasi
mencari jalan keluarnya untuk dapat dasar.
menggerakkan dan memotivasi masyarakat
untuk bisa mengikuti program imunisasi. REFERENSI
Dalam mendukung untuk Kemenkes RI. (2015). Kesehatan Dalam
terlaksananya program imunisasi diperlukan Kerangka Sustainable Development
advokasi dan pendekatan-pendekatan kepada Goals (SDGs). Jakarta : Kemenkes RI.
pihak yang memiliki pengaruh di masyarakat Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis
yaitu tokoh masyarakat dan tokoh agama Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
agar dapat meluruskan ideologi tentang 2019. Jakarta : Kemenkes RI.
vaksin kearah yang benar dan memberikan Kemenkes RI. (2010). Gerakan Akselerasi
bantahan terhadap ideologi yang salah Imunisasi Nasional Universal Child
tentang vaksin oleh masyarakat. Dengan Immunization 2010-2014. Jakarta :
melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan Kemenkes RI.
tokoh agama diharapkan terjadinya Dinkes Sumbar. (2016). Laporan
peningkatan dan kepercayaan imunnisasi di Akuntabilitas Kinerja Instansi
tengah masyarakat secara merata. Pemerintah Tahun 2015. Padang :
Dinkes Sumbar.
SIMPULAN Dinkes Padang. (2015). Profil Kesehatan
Tenaga pelaksana program imunisasi Kota Padang Tahun 2014. Padang :
sudah cukup dari jumlah dan kualifikasi Dinkes Padang.
pendidikannya, namun belum adanya IDAI. (2011). Panduan Imunisasi Anak.
pelatihan khusus imunisasi bagi tenaga Jakarta : IDAI.
pelaksana imunisasi. Ketersediaan sarana dan Azwar A. (2010). Pengantar Administrasi
prasarana sudah mencukukupi sesuai Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta :
kebutuhan, tapi pada unit praktek swasta Binarupa Aksara.
tidak tersedia peralatan cold chain sesuai Afriyanti. (2009). Faktor - Faktor yang
standar. Berhubungan dengan Cakupan
Pembuatan perencanaan program Imunisasi di Kabupaten Tegal.
imunisasi di puskesmas dibuat berdasarkan Semarang : Universitas Negeri
acuan dari dinas kesehatan. Masih ada Semarang.
873
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.3(June, 2020): 865-874 Jurnal Human Care
874