Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA

“Islam Di Singapura”
(Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara)

Dosen Pengampu : H.Abdul Ghofur M.Ag

Disusun Oleh :

Handimas Amirullah Pasaribu (12030316608)

STUDI AGAMA AGAMA / LOKAL 3A

FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
banyak nikmat, nikmat yang tak terhingga banyaknya, Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah “Islam Di Singapura” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari bapak H. Abdul Ghofur M.Ag
pada mata kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara di UIN SUSKA RIAU. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai
Peranan hubungan antar etnik dan budaya dalam integritas bangsa

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak selaku dosen


mata kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Baik dalam pengejaan dan juga
kesalahan – kesalahan lain. Mengingat akan pengetahuan penulis yang masih terbatas.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan – masukan yang
bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini dan makalah – makalah yang akan
datang.

Pekanbaru, 16 November 2021

Handimas Amirullah Pasaribu

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN .................................................................... 3

A. Latar Belakang Berdirinya Negara Singapura ........................ 3


B. Masuknya islam dan perkembangan islam di singapura……. 4
C. Pendidikan Islam di Singapura................................................ 6
D. Peranan MUIS ......................................................................... 8
E. Fungsi-fungsi MUIS………………........................................ 10

BAB III : PENUTUP ............................................................................ 12

A. Kesimupulan ........................................................................... 12
B. Kritik dan Saran ...................................................................... 12

DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Republik Singapura adalah sebuah negara kota di Asia Tenggara yang terletak di
penghujung Semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Johor (Malaysia) dan Kepulauan
Riau (Indonesia). Republik Singapura terletak 137 kilometer dari Khatulistiwa.
Penduduknya terdiri dari berbagai ras dan penganut berbagai macam agama. Dikelilingi
oleh negara Muslim terbesar, Malaysia dan Indonesia, Singapura selalu sensitif dalam
mengelola hubungan etnis dan agamanya. Pemerintah memperlihatkan reputasi yang
sangat baik dalam memerintah. Singapura adalah sebuah masyarakat yang kaya, yang
berfungsi sebagai transportasi utama dan offshore-finance hub bagi Asia Tenggara.
Dalam sejarahnya, Singapura pernah menjadi satu di antara pusat Islam paling penting di
Asia Tenggara. Hal itu disebabkan oleh keunggulannya sebagai pintu masuk bagi
perdagangan internasional antara Eropa, Timur Tengah, Australia, dan Timur Jauh. Selain
sebagai transit perdagangan, posisinya yang strategis juga telah memungkinkannya
menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, baik pada masa kesultanan
Malaka (sebelum kedatangan kolonial Eropa), masa kolonial, sampai pada awal abad ke-
20. Karena itu, jelaslah bahwa Singapura mempunyai peranan penting dalam penyebaran
Islam di Asia Tenggara. Peran penting tersebut perlahan-lahan berakhir ketika kekuasaan
kolonial semakin kokoh, dan terus berlanjut ketika pada akhirnya Singapura memisahkan
diri dari negara federasi Malaysia dan menjadi negara republik yang merdeka pada tahun
1965; umat Islam menjadi minoritas, selanjutnya komunitas Muslim yang sebagian besar
adalah bangsa Melayu menempati posisi kelas dua di bawah etnis Cina.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini,
diantaranya yakni :
1. Bagaimana latar beakang berdirinya Negara singapura?
2. Bagaimana masuknya islam dan berkembangnya islam di singapura?
3. Bagaiamana Pendidikan Islam di singapura?
4. Bagaimana Peranan majlis ulama islam singapura (MUIS)?
5. Bagaimana Fungsi MUIS

C. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas, diantaranya yakni :
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Negara singapura
2. Untuk mengetahui bagaimana masuknya islam dan berkembanganya islam di
singapura
3. Untuk mengetahui pendidikan islam di singapura
4. Untuk mengetahui apa peranan majlis ulama islam singapura (MUIS)
5. Untuk mengetahui Fungsi dari Muis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Negara Singapura

Singapura memainkan peranan yang kecil di dalam perkembangan sejarah Asia


Tenggara sehingga Sir Stamford Raffles membentuk sebuah pelabuhan british disana.
Dibawah koloni british itulah Singapura telah menjadi pelabuhan yang amat strategis
dipandang karena terletak ditengah-tengah lalulintas perdagangan antara India dan Cina
yang akhirnya menjadi pelabuhan yang terpenting di dunia sampai saat ini. Semasa
perang dunk ke II, Singapura dijajah oleh jepang dari tahun 1942 sampai tahun 1945.
Diantara perwira yang menjadi korban dalam peperangan mempertahankan Singapura ini
adalah letnan Adnan bin Saidi. Setelah perang selesai penduduk setempat dibenarkan
menjalankan pemerintahan sendiri tetapi masih belum mencapai kemerdekaan.
Selanjutnya pada tahun 1963 Singapura bergabung dengan tanah melayu bersama-sama
dengan Sabah dan Serawak untuk membentuk Malaysia, tetapi selanjutnya memisahkan
diri untuk menjadi sebuah republik pada 9 agustus 1965.
Pada masa dahulu sekitar abad ke 14, pulau Singapura merupakan bagian dari
pada kerajaan Sriwijaya dan dikenal sebagai Temasek (Ko ta Laut). Dipercaya bahwa
Singapura merupakan pusat pemerintahan kerajaan melayu sebelum kemudian diduduki
oleh Sir Stamford Raffles, ini dapat dibuktikan dengan adanya tulisan dari Abdullah bin
Abdul Kadir yang mengatakan ketika Singapura dibersihkan, bukit yang terdapat disitu
telah juga dikenali sebagai bukit larangan, dan terdapat banyak pokok-pokok buah yang
ditanam disitu. Hal ini menunjukkan terdapatnya pusat kerajaan (Istana) disitu.
Nama lain untuk “Temasik” disebutkan pula dalam bebe-rapa sumber dari abad
ke-14 M. Daerah yang terletak di ujung Semenanjung Malaya ini disebut juga "Pulau
Ujung" (Pu-Lo-Chung), "Salahit" Selat, dan juga “Temasek”, “Tumasik” (Jawa), serta
"Tam-ma-sik" (China). Ia juga disebut Lion City (Kota Singa). Sumber lain menyebutkan
bahwa daerah ini merupakan menjadi tempat persinggahan para pedagang Majapahit pada
abad ke-14 sehingga ia dinamakan “Singapura” yang bararti “kota” (Pura) “singgah”

3
(Singgah).18 Sementara itu dalam kitab Tuhfah al-Nafis, nama Singapura pada masa awal
adalah Tema-sik, Tumasek (Jawa), atau Ta-ma-sek (Cina). Pada awal abad ke-19, sekitar
tahun 1819, Tumasik di bawah kekuasaan Sultan Husein Syah.

B. Masuknya Islam dan Berkembangnya islam Di Singapura


Masuknya Islam ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari proses masuk-nya
Islam ke Asia Tenggara secara umum, karena secara geografis Singapura merupakan
salah satu pulau kecil yang terdapat di tanah Semenanjung Melayu. Pada masa awal,
Islam yang dikenalkan kepada masyarakat Asia Tenggara lebih kental dengan nuansa
tasawuf. Karena itu, penyebaran Islam di Singapura juga tidak terlepas dari corak tasawuf
ini. Buktinya pengajaran tasawuf ternyata sangat diminati oleh ulama- ulama setempat
dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar di Singapura yamg masih ada
sampai sekarang ialah Tariqah 'Alawiyyah yang terdapat di Masjid Ba'alawi. Tarekat ini
dipimpin oleh Sayid Hasan bin Muhammad bin Salim al-Attas.
Masuknya Islam ke Singapura terkait dengan proses keda-tangan Islam di Asia
Tenggara. Tentang proses kedatangan Islam di Asia Tenggara, para ahli sejarah berbeda
pendapat mengenai kapan dan dari mana datangnya. Kajian mengenai teori keda-tangan
Islam di Asia Tenggara telah banyak dilakukan, baik teori-teorinya mapun tinjauan kritis
atas teori-teori tersebut. Oleh karena itu, penjelasan mengenai hal ini disajikan secara
ringkas berdasarkan salah satu tinjauan yang pernah ada. Dalam konteks Islamisasi di
Asia Tenggara, Tumasik (Singapura dulu) menempati posisi yang strategis di selat
Malaka. “Posisi strategis yang merupakan nilai lebih yang dimiliki Singapura
menjadikannya sebagai transit perdagangan dari berbagai kawasan. Pada sisi lain, selain
sebagai transit perdagangan letaknya yang strategis juga telah memungkinnya menjadi
pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, baik pada masa kesultanan Malaka
(sebelum kedatangan kolonial Eropa), maka kolonial, sampai pada awal abad ke-20.
Peran penting tersebut segera berakhir tatkala Singapura memisahkan diri dari negara
federasi Malaysia, umat Islam menjadi minoritas, selanjutnya komunitas muslim yang

4
sebagian besar adalah bangsa melayu menempati posisi kelas dua di bawah etnis Cina.
Pada perkembangan selanjutnya, Islam di Singapura disebarkan oleh para ulama dari
berbagai belahan Asia Tenggara dan Anak Benua India, seperti Syaikh Khatib al-
Minangkabawi, Syaikh Ahmad Aminudin, Syaikh Habib Ali Habsi. Berdasarkan teori-
teori Islamisasi di atas, dapat dipastikan bahwa para pedagang Muslim dari Arab dan
Persia, khususnya, yang melakukan pelayaran ke Selata Malaka antara abad ke-8 sampa
abad ke-11 M, juga telah mengunjungi dan singgah di Tumasik. Sebab, Tumasik masa itu
telah menjadi kota pelabuhan penting yang diperebutkan oleh Sriwijaya dan Majapahit.
Ada beberapa pendapat yang dapat disebutkan, yaitu:
1) Menurut Azmi, Islam telah datang sejak abad pertama Hijriah, karena pada
pertengahan abad tersebut, orang Arab Islam telah sampai ke gugusan kepulauan
Melayu dan bersamaan dengan itu mereka melakukan dakwah Islam.
2) Menurut Fatimi, sekitar abad ke-8 H (14 M). Pendapat ini berpegang pada
penemuan batu bersurat di Trengganu yang bertanggal 702 H (1302 M).
3) Menurut Majul, abad ke-15 atau 16 M. Pendapat ini tidak dapat diterima sebab
ada juga bukti bahwa Islam sudah masuk sebelum itu (abad ke-8 H/14 M), bahkan
sejak abad pertama Hijriah (7 M), yaitu dengan ditemukannya batu nisan di
Tanjung Inggris Kedah tahun 1965.

Perkembangan islam di singapura jika melihat dari perspektif yang berbeda-beda


atau dari jalur masuknya yang berbeda. Ketika jalur perdagangan mengikuti jalur yang
masuk ke Asia Tenggara menyusuri pantai barat Aceh, yaitu melalui Barus, di Sumatera
Utara sekarang, maka jalur pelayaran berikutnya akan sampai ke Selat Sunda dan pantai
selatan Pulau Jawa. Akan tetapi jika jalur perdagangan ini memasuki Selat Malaka, maka
dapat dipastikan bahwa kapal-kapal dagang itu akan singgah di Tumasik sebelum
meneruskan pelayaran ke wilayah lain, khususnya yang menuju Cina. Jalur pelayarannya
menyusuri pantai timur Sumatera, melewati Malaka, Tumasik, Banten, dan Pantai Utara
(Pantura) Pulau Jawa. Oleh karena itu, tidak dapat pula dipastikan kapan Islam masuk ke
Singapura. Hanya saja, mengingat aktivitas perdagangan di Tumasik cukup ramai dan
berdasarkan sumber di atas bahwa Tumasik juga merupakan kota dagang yang besar pada

5
saat itu, kuat dugaan bahwa komunitas Muslim telah tumbuh di sana antara abad ke-8 dan
ke-11 M. Sebagaimana disebutkan di atas, Singapura (dulu Tumasik) sendiri menempati
posisi yang strategis dan karenanya mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam
di Asia Tenggara. Sejak masa kuno, Tumasik telah menjadi kota pelabuhan yang ramai
disinggahi kapal-kapal para pedagang dari berbagai belahan dunia, India, Persia, Arab,
dan termasuk Eropa. 66 Bahkan sejak pertengahan abad ke-19 sampai dengan awal abad
ke-20, Singapura menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, melaui
produksi, reproduksi, dan distribusi kitab-kitab cetak keagamaan, dari dari wilayah Asia
Tenggara maupun Timur Tengah dan Eropa.

C. Pendidikan Islam Di Singapura

Sejak abad ke 15 pedagang muslim menjadi bagian penting dalam perniagaan di


wilayah asia tenggara, termasuk Singapura, sebagian pedagang itu menetap tinggal juga
menikah dengan orang setempat. Kemudian membentuk komunitas tersendiri. Sebagian
pedagang itu menjadi guru agama dan imam. Dalam komunitas muslim ini juga sudah
terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat tradisional.
Pada umumnya mereka belajar agama di rumah-rumah yang kemudian di surau-
surau dan masjid. Pada tahun 1800 kampung Giam dan kawasan Bocor menjadi pusat
pendidikan tradisional. Dalam hal ini guru-guru dan imam sangat berpengaruh, terutama
dalam praktek agama dan realitas upacara-upacara sosial keagamaan, dengan demikian
guru dan imam sangat penting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan
pada masyarakat muslim singapura. Mazhab yang banyak diikuti oleh muslim adalah
mazhab Syafi’i dalam masalah fikih dan aliran Asy’ariyah dalam masalah teologi.

Sistem pendidikan Islam modern dari awal hingga sekarang merujuk pada sistem
Mesir dan barat seperti madrasah, sekolah Arab, atau sekolah agama, tetapi tidak
mengenal pondok pesantren. Ada 4 madrasah terbesar di Singapura yaitu :

6
a) Madrasah al-junied al-islamiyah, didirikan tahun 1927 M oleh pangeran Syarif al-
sayid Umar bin Ali al-Juneid dari Palembang, materi terdiri dari ilmu hisab,
Tarikh, ilmu alam, bahasa melayu, bahasa inggri, sains, sastra melayu dan
pelajaran agama.
b) Madrasah Al-Ma’arif, didirikan tahun 1940-an gurunya dari lulusan al-Azhar
Mesir.
c) Madrasah wak tanjung al-islamiyah, didirikan tahun 1955 M.
d) Madrasah Al-Sagoff atau as-saqaf, didirikan tahun 1912 di atas tanah wakaf Syed
Muhammad bin Syed al-saqoff.

Pada kenyataannya, kemajuan sebuah Negara tidak lepas dari kondisi geografis
dan keadaan pendidikannya. Pendidikan merupakan standarisasi penilaian secara tidak
langsung yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengkategorisasikan maju tidaknya
sebuah Negara. Demikian pula halnya Negara Singapura, dilihat dari factor pendidikan
tekanan bagi kaum muslim dan melayu di Singapura sungguh-sungguh nyata. Ini terlihat
dari meningkatnya pendidikan dan kemajuan ekonomi yang telah dicapai orang-orang
singapura lainnya khususnya orang-orang Cina yang mayoritas dinegara itu. Tekanan
tersebut nampak nyata dalam tulisan-tulisan dan studi-studi yang dilakukan komunitas
Muslim-Melayu sepanjang tahun 1980-an. Dilatarbelakangi sensus penduduk 1980 yang
menyatakan bahwa orang-orang Melayu Singapura tertinggal di belakang etnis lain,
dalam status social ekonomi, diskursus public kembali diaktifkan organisasi-organisasi
muslim seperti Majlis Pusat untuk menggerakan pesan bahwa jalan keluar bagi kaum
muslim adalah meningkatkan pendidikan dan kompetensi professional. Sejalan dengan
seruan itu adalah himbauan dari pemimpin-pemimpin muslim dan aktifitas-aktifitas yang
berorientasi islam agar menanggulangi status social ekonomi mereka dalam kerangka dan
prinsip-prinsip islam.
Sejauh menyangkut masalah pendidikan walau sejak tahun 1970-an pesan
pentingnya pendidikan (khususnya pendidikan tinggi) sebagai katalis bagi kehidupan
yang lebih layak bagi etnis melayu telah disuarakan oleh organisasi-organisasi Melayu,
kembali di intensifkan pada tahun 1981. Pada tahun itu pula didirikan majelis pendidikan

7
anak-anak (MENDAKI) yang mengarahkan kegiatannya pada masalah pendidikan bagi
anak-anak muslim. Pemimpin melayu muslim sangat berhasil dalam menarik dukungan
yang besar, bukan hanya dari perhimpunan-perhimpunan atau kelompok-kelompok
Melayu-muslim, tapi juga dari pemerintah. Status majlis itu kemudian meningkat
menjadi yayasan tahun 1982 setelah majelis sukses melaksanakan ‘Kongres tentang
Pendidikan Anak-Anak Muslim’, suatu kesempatan dimana Perdan Menteri
menyampaikan suatu key note addres.

D. Peranan Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS)

Majlis Ugama Islam Singapura merupakan suatu lembaga kepanjangan tangán


dari pemerintah Singapura dalam kaitannya dengan kehidupan komunitas Muslim di
Singapura dalam menjalankan kehidupan seharihari maupun dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik dalam kehidupan lokal (dalam negri) maupun kawasan
(Asia Tenggara). Sebagaimana diketahui dari sejarah tentang berdirinya negara
Singapura, adalah merupakan suatu kerajaan kecil di semenanjung Malaysia yang
bernama Temasek, dimana penduduknya adalah komunitas Melayu yang beragama
Islam. Kemudian diambil alih oleh Raffles dan masa pendudukan Jepang sampai kepada
federasi Malaysia sehingga terjadi keributan antara etnis Cina dan Melayu sampai
kemudian melepaskan diri membentuk Singapura.

Dari segi asai usui negara Singapura bisa dilihat berarti penduduk asli dari negara
Singapura adalah komunitas Muslim Melayu, jadi wajar seharusnya komunitas Melayu
mendapatkan tempat yang terbaik pada pemerintahan Singapura. Dari latar belakang
berdirinya negara Singapura tersebut, memang menunjukkan bahwa penduduk asli
Singapura merupakan komunitas yanag beragama Islam, sehingga aturan-aturan Islam itu
sudah berlaku semenjak dahulu sebelum pemerintahan Singapura pada masa sekarang ini.
Untuk mengakomodir dan menyalurkan aspirasi komunitas Muslim tersebut dalam
menjalankan kehidupan nilai-nilai Islam baik yang berkaitan dengan ajaran Islam Aqidah
dan Syari’ah maupun yang berkaitan dengan pemerintahan maka dibentuklah suatu
lembaga yang diberi nanam MUÍS (Majlis Ugama Islam Singapura).

8
Jadi Majlis Ugama Islam Singapura (MUÍS), dikenal dengan lembaga agama Islam
Singapura sebagai suatu badán yang keanggotaannya ditetapkan oleh Undang-undang
pada tahun 1968, ketika itu ditetapkan berdasarkan penetapan hukum Islam (AMLA).

Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan


yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu
ditujukan dengan membentuk Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS) dengan
berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh parlemen
Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah
keagamaan dan masyarakat Islam. Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat
Muslim Singapura telah mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah
Muslim. Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu,
organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum. Organisasi Muslim
penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang merupakan
organisasi dakwah utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih dari
8.000 orang sejak tahun 1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang
dikembangkan secara swadaya oleh masyaakat, yaitu Association of Muslim Profesional
(AMP) yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam
pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks berwarga
Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan kultular dan agamanya.

E. Fungsi Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS)

Majlis Ugama Islam Singapura ini adalah, membuat komunitas Muslim yang luar
biasa (cemerlang), dengan tekun dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sosial yang
berkembang dengan pesât didalam komunitas agama yang pluralistic, negara sekuler dan

9
dunia yang mengglobal (globalisasai dunia), sedangkan misinya adalah untuk
memperluas dan memperdalam komunitas muslim Singapura didalam memahami dan
menjalankan (mempraktekkan) agama Islam, sehingga menjadi warga dan bangsa yang
baik. Visi dan misi tersebut tidak terlepas dari tujuan dari negara Singapura yakni
menjadikan suatu negara yang memiliki penduduk yang cerdas, kuat dan cemerlang.
Skala prioritas Majlis Ugama Islam Singapura (MUÍS) adalah merencanakan kegiatan
umat Islam, membina dan mengembangkan kehidupan beragama bagi komunitas Muslim
Singapura.
Adapun fungsi MUIS adalah sebagai berikut :

1) Administrasi Zakat, Wakaf (sumbangan), Diploma atau sertifikasi halal dan


aktifitas dakwah.
2) Pembangunan dan pengembangan, pengelolaan administrasi mesjid.
3) Pengelolaan administrasi madarasah dan pendidikan Islam.
4) Mengeluarkan atau memberikan fatwa-fatwa (aturan-aturan agama).
5) Menentukan bantuan keuangan bagi orang miskin dan kebutuhan masyarakat
Islam.
6) Menentukan bantuan dana pada sebuah organisasi.

Kelembagaan MUIS adalah membuat keputusan yang menyeluruh dan


bertanggung jawab membuat rumusan-rumusan, kebijakan dan perencanaan operasional.
Kelembagaannya terdin dari anggota Muis, Mufti dari Singapura, seorang yang
direkomendasikan oleh mentri dalam urusan Islam, dan seorang yang dinominasikan oleh
organisasi Muslim. Anggota-anggota dari lembaga ini diangkat oleh Presiden Singapura.

Adapun struktur organisasi Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) adalah terbagi
kepada dua yaitu; komisi fatwa dan kesekretariatan. Komisi fatwa terdiri dari lima orang
anggota, yaitu : Syed Isa Mohd Semait (ke tua/Presiden MUIS), Mohamed Fatris bin
Bakaram (sekretaris), Hj. Ali Bin Hj.Mohamed PBM (anggota), Firdaus Bin Yahya
(Anngota), Muhammad Fuad Bin Md Aris (anggota), Mohamed Hasbi Bin Hassan
(anggota).

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Studi sejarah Islam di Nusantara atau Asia Tenggara sekarang telah banyak
sejarahwan dan para ahli. Namun, tema ini sampai saat ini masih menyisakan berbagai

11
misteri dan perdebatan terutama tentang sejarah awal kehadirannya. Penelusuran dan
penulisan kembali tema ini dirasa masih relevan dan layak dilakukan. Dalam kerangka
inilah dilakukan penulisan kembali “Sejarah Islam Awal di Singapura” ini, dengan fokus
studi tentang “Tumasik” sebagai “lokus dan komunitas” Muslim awal di Singapura
antara tahun 1200-1500 M (awal abad ke-13 sampai awal abad ke-16, ketika Portugis
menduduki Malaka, 1511 M). Adapun kerajaan-kerajaan yang pernah menguasai
Tumasik dimulai oleh Sriwijaya yang mendominasi wilayah ini sampai akhir abad ke-13
M. Pada abad ke-14 M, Tumasik kemudian berada di bawah kekuasaan Majapahit, sebuah
kerajaan di Jawa, yang ingin menguasai seluruh Nusantara lewat legenda Sumpah Palapa
yang diucapkan patihnya yang bernama Gajah Mada. Setelah Majapahit mundur,
Tumasik berada di bawah kekuasaan Ayutthaya. Selanjutnya pada abad ke-15 M,
Tumasik berada di bawah kekuasaan Kesultanan Malaka sampai pendudukan Portugis
1511 M. Setelah itu secarabeturut-turut, Singapura berada di bawah Kesultanan Johor,
(1511-1699), dan Kesultanan Johor-Riau (1699-1818).

B. SARAN

Pentingnya pengetahuan tentang islam di singapura dan pembentukan kepribadian


yang sekarang harus diterima oleh seluruh masyarakat, agar kelak mereka dapat berperan
aktif di lingkungan masyarakat dengan pengetahuan yang mereka miliki serta memiliki
peranan penting dalam lingkungan masyarakat sekitar.
Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana dan
jauh dari sempurna. Saran,kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi kesempurnaan
tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

12
Helmiati, SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA , Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat,2004

Abd. Ghofur, Handout SIAT

http://wartasejarah.blogspot.com/2015/06/perkembangan-islam-di-singapura.html

https://wahyusukmana14.wordpress.com/2014/01/18/gambaran-umum-singapura-dan-

sejarah-masuknya-islam-di-singapura/

13

Anda mungkin juga menyukai