“Islam Di Singapura”
(Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara)
Disusun Oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
banyak nikmat, nikmat yang tak terhingga banyaknya, Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah “Islam Di Singapura” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari bapak H. Abdul Ghofur M.Ag
pada mata kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara di UIN SUSKA RIAU. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai
Peranan hubungan antar etnik dan budaya dalam integritas bangsa
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Baik dalam pengejaan dan juga
kesalahan – kesalahan lain. Mengingat akan pengetahuan penulis yang masih terbatas.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan – masukan yang
bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini dan makalah – makalah yang akan
datang.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
A. Kesimupulan ........................................................................... 12
B. Kritik dan Saran ...................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Republik Singapura adalah sebuah negara kota di Asia Tenggara yang terletak di
penghujung Semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Johor (Malaysia) dan Kepulauan
Riau (Indonesia). Republik Singapura terletak 137 kilometer dari Khatulistiwa.
Penduduknya terdiri dari berbagai ras dan penganut berbagai macam agama. Dikelilingi
oleh negara Muslim terbesar, Malaysia dan Indonesia, Singapura selalu sensitif dalam
mengelola hubungan etnis dan agamanya. Pemerintah memperlihatkan reputasi yang
sangat baik dalam memerintah. Singapura adalah sebuah masyarakat yang kaya, yang
berfungsi sebagai transportasi utama dan offshore-finance hub bagi Asia Tenggara.
Dalam sejarahnya, Singapura pernah menjadi satu di antara pusat Islam paling penting di
Asia Tenggara. Hal itu disebabkan oleh keunggulannya sebagai pintu masuk bagi
perdagangan internasional antara Eropa, Timur Tengah, Australia, dan Timur Jauh. Selain
sebagai transit perdagangan, posisinya yang strategis juga telah memungkinkannya
menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, baik pada masa kesultanan
Malaka (sebelum kedatangan kolonial Eropa), masa kolonial, sampai pada awal abad ke-
20. Karena itu, jelaslah bahwa Singapura mempunyai peranan penting dalam penyebaran
Islam di Asia Tenggara. Peran penting tersebut perlahan-lahan berakhir ketika kekuasaan
kolonial semakin kokoh, dan terus berlanjut ketika pada akhirnya Singapura memisahkan
diri dari negara federasi Malaysia dan menjadi negara republik yang merdeka pada tahun
1965; umat Islam menjadi minoritas, selanjutnya komunitas Muslim yang sebagian besar
adalah bangsa Melayu menempati posisi kelas dua di bawah etnis Cina.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini,
diantaranya yakni :
1. Bagaimana latar beakang berdirinya Negara singapura?
2. Bagaimana masuknya islam dan berkembangnya islam di singapura?
3. Bagaiamana Pendidikan Islam di singapura?
4. Bagaimana Peranan majlis ulama islam singapura (MUIS)?
5. Bagaimana Fungsi MUIS
C. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas, diantaranya yakni :
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Negara singapura
2. Untuk mengetahui bagaimana masuknya islam dan berkembanganya islam di
singapura
3. Untuk mengetahui pendidikan islam di singapura
4. Untuk mengetahui apa peranan majlis ulama islam singapura (MUIS)
5. Untuk mengetahui Fungsi dari Muis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(Singgah).18 Sementara itu dalam kitab Tuhfah al-Nafis, nama Singapura pada masa awal
adalah Tema-sik, Tumasek (Jawa), atau Ta-ma-sek (Cina). Pada awal abad ke-19, sekitar
tahun 1819, Tumasik di bawah kekuasaan Sultan Husein Syah.
4
sebagian besar adalah bangsa melayu menempati posisi kelas dua di bawah etnis Cina.
Pada perkembangan selanjutnya, Islam di Singapura disebarkan oleh para ulama dari
berbagai belahan Asia Tenggara dan Anak Benua India, seperti Syaikh Khatib al-
Minangkabawi, Syaikh Ahmad Aminudin, Syaikh Habib Ali Habsi. Berdasarkan teori-
teori Islamisasi di atas, dapat dipastikan bahwa para pedagang Muslim dari Arab dan
Persia, khususnya, yang melakukan pelayaran ke Selata Malaka antara abad ke-8 sampa
abad ke-11 M, juga telah mengunjungi dan singgah di Tumasik. Sebab, Tumasik masa itu
telah menjadi kota pelabuhan penting yang diperebutkan oleh Sriwijaya dan Majapahit.
Ada beberapa pendapat yang dapat disebutkan, yaitu:
1) Menurut Azmi, Islam telah datang sejak abad pertama Hijriah, karena pada
pertengahan abad tersebut, orang Arab Islam telah sampai ke gugusan kepulauan
Melayu dan bersamaan dengan itu mereka melakukan dakwah Islam.
2) Menurut Fatimi, sekitar abad ke-8 H (14 M). Pendapat ini berpegang pada
penemuan batu bersurat di Trengganu yang bertanggal 702 H (1302 M).
3) Menurut Majul, abad ke-15 atau 16 M. Pendapat ini tidak dapat diterima sebab
ada juga bukti bahwa Islam sudah masuk sebelum itu (abad ke-8 H/14 M), bahkan
sejak abad pertama Hijriah (7 M), yaitu dengan ditemukannya batu nisan di
Tanjung Inggris Kedah tahun 1965.
5
saat itu, kuat dugaan bahwa komunitas Muslim telah tumbuh di sana antara abad ke-8 dan
ke-11 M. Sebagaimana disebutkan di atas, Singapura (dulu Tumasik) sendiri menempati
posisi yang strategis dan karenanya mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam
di Asia Tenggara. Sejak masa kuno, Tumasik telah menjadi kota pelabuhan yang ramai
disinggahi kapal-kapal para pedagang dari berbagai belahan dunia, India, Persia, Arab,
dan termasuk Eropa. 66 Bahkan sejak pertengahan abad ke-19 sampai dengan awal abad
ke-20, Singapura menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, melaui
produksi, reproduksi, dan distribusi kitab-kitab cetak keagamaan, dari dari wilayah Asia
Tenggara maupun Timur Tengah dan Eropa.
Sistem pendidikan Islam modern dari awal hingga sekarang merujuk pada sistem
Mesir dan barat seperti madrasah, sekolah Arab, atau sekolah agama, tetapi tidak
mengenal pondok pesantren. Ada 4 madrasah terbesar di Singapura yaitu :
6
a) Madrasah al-junied al-islamiyah, didirikan tahun 1927 M oleh pangeran Syarif al-
sayid Umar bin Ali al-Juneid dari Palembang, materi terdiri dari ilmu hisab,
Tarikh, ilmu alam, bahasa melayu, bahasa inggri, sains, sastra melayu dan
pelajaran agama.
b) Madrasah Al-Ma’arif, didirikan tahun 1940-an gurunya dari lulusan al-Azhar
Mesir.
c) Madrasah wak tanjung al-islamiyah, didirikan tahun 1955 M.
d) Madrasah Al-Sagoff atau as-saqaf, didirikan tahun 1912 di atas tanah wakaf Syed
Muhammad bin Syed al-saqoff.
Pada kenyataannya, kemajuan sebuah Negara tidak lepas dari kondisi geografis
dan keadaan pendidikannya. Pendidikan merupakan standarisasi penilaian secara tidak
langsung yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengkategorisasikan maju tidaknya
sebuah Negara. Demikian pula halnya Negara Singapura, dilihat dari factor pendidikan
tekanan bagi kaum muslim dan melayu di Singapura sungguh-sungguh nyata. Ini terlihat
dari meningkatnya pendidikan dan kemajuan ekonomi yang telah dicapai orang-orang
singapura lainnya khususnya orang-orang Cina yang mayoritas dinegara itu. Tekanan
tersebut nampak nyata dalam tulisan-tulisan dan studi-studi yang dilakukan komunitas
Muslim-Melayu sepanjang tahun 1980-an. Dilatarbelakangi sensus penduduk 1980 yang
menyatakan bahwa orang-orang Melayu Singapura tertinggal di belakang etnis lain,
dalam status social ekonomi, diskursus public kembali diaktifkan organisasi-organisasi
muslim seperti Majlis Pusat untuk menggerakan pesan bahwa jalan keluar bagi kaum
muslim adalah meningkatkan pendidikan dan kompetensi professional. Sejalan dengan
seruan itu adalah himbauan dari pemimpin-pemimpin muslim dan aktifitas-aktifitas yang
berorientasi islam agar menanggulangi status social ekonomi mereka dalam kerangka dan
prinsip-prinsip islam.
Sejauh menyangkut masalah pendidikan walau sejak tahun 1970-an pesan
pentingnya pendidikan (khususnya pendidikan tinggi) sebagai katalis bagi kehidupan
yang lebih layak bagi etnis melayu telah disuarakan oleh organisasi-organisasi Melayu,
kembali di intensifkan pada tahun 1981. Pada tahun itu pula didirikan majelis pendidikan
7
anak-anak (MENDAKI) yang mengarahkan kegiatannya pada masalah pendidikan bagi
anak-anak muslim. Pemimpin melayu muslim sangat berhasil dalam menarik dukungan
yang besar, bukan hanya dari perhimpunan-perhimpunan atau kelompok-kelompok
Melayu-muslim, tapi juga dari pemerintah. Status majlis itu kemudian meningkat
menjadi yayasan tahun 1982 setelah majelis sukses melaksanakan ‘Kongres tentang
Pendidikan Anak-Anak Muslim’, suatu kesempatan dimana Perdan Menteri
menyampaikan suatu key note addres.
Dari segi asai usui negara Singapura bisa dilihat berarti penduduk asli dari negara
Singapura adalah komunitas Muslim Melayu, jadi wajar seharusnya komunitas Melayu
mendapatkan tempat yang terbaik pada pemerintahan Singapura. Dari latar belakang
berdirinya negara Singapura tersebut, memang menunjukkan bahwa penduduk asli
Singapura merupakan komunitas yanag beragama Islam, sehingga aturan-aturan Islam itu
sudah berlaku semenjak dahulu sebelum pemerintahan Singapura pada masa sekarang ini.
Untuk mengakomodir dan menyalurkan aspirasi komunitas Muslim tersebut dalam
menjalankan kehidupan nilai-nilai Islam baik yang berkaitan dengan ajaran Islam Aqidah
dan Syari’ah maupun yang berkaitan dengan pemerintahan maka dibentuklah suatu
lembaga yang diberi nanam MUÍS (Majlis Ugama Islam Singapura).
8
Jadi Majlis Ugama Islam Singapura (MUÍS), dikenal dengan lembaga agama Islam
Singapura sebagai suatu badán yang keanggotaannya ditetapkan oleh Undang-undang
pada tahun 1968, ketika itu ditetapkan berdasarkan penetapan hukum Islam (AMLA).
Majlis Ugama Islam Singapura ini adalah, membuat komunitas Muslim yang luar
biasa (cemerlang), dengan tekun dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sosial yang
berkembang dengan pesât didalam komunitas agama yang pluralistic, negara sekuler dan
9
dunia yang mengglobal (globalisasai dunia), sedangkan misinya adalah untuk
memperluas dan memperdalam komunitas muslim Singapura didalam memahami dan
menjalankan (mempraktekkan) agama Islam, sehingga menjadi warga dan bangsa yang
baik. Visi dan misi tersebut tidak terlepas dari tujuan dari negara Singapura yakni
menjadikan suatu negara yang memiliki penduduk yang cerdas, kuat dan cemerlang.
Skala prioritas Majlis Ugama Islam Singapura (MUÍS) adalah merencanakan kegiatan
umat Islam, membina dan mengembangkan kehidupan beragama bagi komunitas Muslim
Singapura.
Adapun fungsi MUIS adalah sebagai berikut :
Adapun struktur organisasi Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) adalah terbagi
kepada dua yaitu; komisi fatwa dan kesekretariatan. Komisi fatwa terdiri dari lima orang
anggota, yaitu : Syed Isa Mohd Semait (ke tua/Presiden MUIS), Mohamed Fatris bin
Bakaram (sekretaris), Hj. Ali Bin Hj.Mohamed PBM (anggota), Firdaus Bin Yahya
(Anngota), Muhammad Fuad Bin Md Aris (anggota), Mohamed Hasbi Bin Hassan
(anggota).
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Studi sejarah Islam di Nusantara atau Asia Tenggara sekarang telah banyak
sejarahwan dan para ahli. Namun, tema ini sampai saat ini masih menyisakan berbagai
11
misteri dan perdebatan terutama tentang sejarah awal kehadirannya. Penelusuran dan
penulisan kembali tema ini dirasa masih relevan dan layak dilakukan. Dalam kerangka
inilah dilakukan penulisan kembali “Sejarah Islam Awal di Singapura” ini, dengan fokus
studi tentang “Tumasik” sebagai “lokus dan komunitas” Muslim awal di Singapura
antara tahun 1200-1500 M (awal abad ke-13 sampai awal abad ke-16, ketika Portugis
menduduki Malaka, 1511 M). Adapun kerajaan-kerajaan yang pernah menguasai
Tumasik dimulai oleh Sriwijaya yang mendominasi wilayah ini sampai akhir abad ke-13
M. Pada abad ke-14 M, Tumasik kemudian berada di bawah kekuasaan Majapahit, sebuah
kerajaan di Jawa, yang ingin menguasai seluruh Nusantara lewat legenda Sumpah Palapa
yang diucapkan patihnya yang bernama Gajah Mada. Setelah Majapahit mundur,
Tumasik berada di bawah kekuasaan Ayutthaya. Selanjutnya pada abad ke-15 M,
Tumasik berada di bawah kekuasaan Kesultanan Malaka sampai pendudukan Portugis
1511 M. Setelah itu secarabeturut-turut, Singapura berada di bawah Kesultanan Johor,
(1511-1699), dan Kesultanan Johor-Riau (1699-1818).
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
12
Helmiati, SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA , Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan
http://wartasejarah.blogspot.com/2015/06/perkembangan-islam-di-singapura.html
https://wahyusukmana14.wordpress.com/2014/01/18/gambaran-umum-singapura-dan-
sejarah-masuknya-islam-di-singapura/
13