EVIDENCE BASED
PADA IBU BERSALIN, BBL, NIFAS DAN BALITA
Disusun Oleh
Semester VI
Kelompok 5
A. Latar Belakang
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,
persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal.
Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan
kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat
persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal.
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan
suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan
ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi,
yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk
memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat
menyeluruh dan lebih bermutu.
Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar
5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap
26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi
22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap
18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-
60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7
%, dan cacat bawaan 1-3 %.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami
sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha
yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan
yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada
evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan
sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat
mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang
lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian perinatal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Evidance Based?
2. Apa saja hal yang tidak bermanfaat dalam pelayanan kepada ibu bersalin, bayi
baru lahir, nifas, dan balita
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Evidance Based.
2. Untuk mengetahui apa saja hal yang tidak bermanfaat dalam pelayanan
kepada ibu bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan balita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tindakan yang
No Sebelum EBM Setelah EBM
dilakukan
1 Asuhan sayang ibu Ibu bersalin dilarang untuk Ibu bebas melakukan
makan dan minum bahkan aktifitas apapun yang
untuk mebersihkan dirinya mereka sukai
2 Pengaturan posisi Ibu hanya boleh bersalin Ibu bebas untuk memilih
persalinan dengan posisi telentang posisi yang mereka
inginkan
3 Menahan nafas saat Ibu harus menahan nafas Ibu boleh bernafas seperti
mengeran pada saat mengeran biasa pada saat mengeran
4 Tindakan Episiotomi Bidan rutin melakukan Hanya dilakukan pada
episiotomy saat persalinan saat tertentu saja
Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di
kategorikan aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil
penelitian yang diperoleh pada:
a. Asuhan sayang ibu pada persalinan setiap kala
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Sehingga saat penting sekali
diperhatikan pada saat seorang ibu akan bersalin.
Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan
tingkat kenyamanan seorang ibu bersalin antara lain:
1) Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karenan berdasarkan EBM
diperoleh kesimpulan bahwa:
a) Pada saat bersalin ibu membutuhkan energy yang besar, oleh
karena itu jika ibu tidak makan dan minum untuk beberapa waktu
atau ibu yang mengalami kekurangan gizi dalam proses persalinan
akan cepat mengalami kelelahan fisiologis, dehidrasi dan ketosis
yang dapat menyebabkan gawat janin.
b) Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi
tidak ada alasan untuk melarang makan dan minum. ·
c) Efek mengurangi/mencegah makan dan minum mengakibatkan
pembentukkan glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat
berakibat negative terhadap janin dan bayi baru lahir oleh karena
itu ibu bersalin tetap boleh makan dan minum. Ha ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Larence 1982, Tamow-mordi Starw
dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas 1980.
2) Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Dimana dengan asuhan
sayang ibu ini kita dapat membantu ibu merasakan kenyamanan dan
keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah satu hal yang
dapat membantu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang
pendamping saat proses persalinan ini berlangsung. Karena
berdasarkan penelitian keuntungan hadirnya seorang pendemping pada
proses persalinan adalah:
a) Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara
emosional maupun pisik kepada ibu selama proses persalinan.
b) Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada
saat ini ibu sedang mengalami stress yang sangat berat tapi dengan
kehadiran suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena merasa ia
tidak perlu menghadapi ini semua seorang diri.
c) Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam
memberikan asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah
posisi sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing – masing,
membantu memberikan makan dan minum.
d) Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi
semangat dan dorongan kepada ibu selama proses persalinan
sampai dengan kelahiran bayi.
e) Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan
nyaman karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang mereka
sayangi
f) Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan
mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang
lebih sedikit, sehingga hasil persalinan akan lebih baik.
b. Pengaturan posisi persalinan pada persalinan kala II
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di
anjurkan untuk mulai mengatur posisi telentang/litotomi. Tetapi
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi telentang ini
tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal ini
dikarenakan:
1) Bahwa posisi telentang pada proses persalinan dapat mengakibatkan
berkurangnya aliran darah ibu ke janin.
2) Posisi telentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin , selain itu posisi
telentang juga mengalami konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma
perineum yang lebih besar.
3) Posisi telentang/litotomi juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan
bagian bawah janin.
4) Posisi telentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan
isinya akan menekan aorta, vena kafa inferior serta pembluh-
pembuluh lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini bisa menyebabkan
ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.
5) Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di
punggung dan akan ada rasa sakit yang lebih banyak di daerah
punggung pada masa post partum (nifas).
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain
posisi setengah duduk, berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhardwaj, Kakade alai 1995,
Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karenan posisi ini mempunyai
kelebihan sebagai berikut :
1) Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan
nyeri.
2) Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih
seingkat.
3) Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengeran, peluang lahir
spontan lebih besar, dan robekan perineal dan vagina lebih sedikit.
4) Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan
terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan
sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.
5) Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan yang lebih
baik dan bayi baru lahir memiliki nilai apgar yang lebih baik.
6) Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu bayi dalam
mengadakan posisi rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan)
dan juga mengurangi keluhan haemoroid.
7) Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan kandung
kemih. Karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses
penurunan bagian bawah janin.
8) Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam membantu
stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfaatkan gaya gravitasi.
c. Menahan nafas pada saat mengeran
Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering
sekali menganjurkan pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengeran
dengan alasan agar tenaga ibu untuk mengeluarkan bayi lebih besar
sehingga proses pengeluaran bayi pun enjadi lebih cepat. Padahal
berdasarkan penelitian tindakan untuk menahan nafas pada saat mengeran
ini tidak dianjurkan karena:
1) Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi
singkat.
2) Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya
sebentar.
3) Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat
ibu merasakan dorongan akan lebih baik dan lebih singkat.
d. Tindakan episiotomi
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan
terutama pada primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin
ini tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena:
1) Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang
dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan
perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini
merupakan “perdarahan yang tidak perlu”.
2) Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena
luka episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika
status gizi dan kesehatan ibu kurang baik. · Episiotomi dapat
menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.
3) Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas
menjadi derajat tiga dan empat.
4) Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama
a. Baby friendly
Baby friendly atau baby friendly intiviate (inisiasi sayang bayi)
adalah suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/ Unicef
pada tahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi, dan mendukung
inisiasi dan melanjutkan menyusui.
Sejak meluncurkan The Hospital Initiative Bayi (BFHI) telah
berkembang pemberian ASI Ekslusif selama enam bulan pertama.
Pelaksanaan Baby friendly yaitu:
1) Memulai memberikan asi secara dini dan eksklusif (IMD)
2) Penundaan pemotongan tali pusat selama 3 menit
3) Melakukan perawatan tali pusat yaitu membiarkan tali pusat kering
sendiri, metode kasa kering, metode antiseptic dan kasa kering
4) Melakukan bounding attachment yaitu sentuhan, kontak mata, bau
badan,suara dan irama kehidupan
5) Menjaga kehangatan bayi yaitu megeringkan tubuh bayi, selimuti
bayi, tutup kepala bayi, timbang bayi dalam keadaan berpakaian,
mandikan bayi setelah 6 jam pasca persalinan, anjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusui bayi
Dalam rangka mencapai program baby friendly inisiative semua
provider RS dan fasilitas bersalin akan:
1) Memiliki kebijakan tertulis tentang meyusui secara rutin dan
dikomunikasikan kepada semua staf tenaga kesehatan
2) Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan ini
3) Memberitahu semua ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan
menyusui
4) Membantu ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan
meyusui jika mereka harus dipisahkan dari bayi mereka
5) Berikan ASI pada bayi baru lahir kecuali jika ada indikasi medis
6) Praktek Rooming in
7) Mendorong menyusui on demand
8) Tidak memberikan dot kepada bayi menyusui
9) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan
menganjurkan ibu menghubungi mereka setelah pulang dari RS atau
klinik
b. Memulai pemberian ASI sejak dini dan eksklusif
Inisiasi menyusu dini (early initation) adalah permulaan kegiatan
menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir.
1) Tahapan inisiasi menyusu dini adalah
2) Istirahat siaga dalam waktu 30 menit,biasa bayi hanya diam, paling
tidak 1 jam bayi sudah melekat
3) Bayi sudah mulai meneluarkan suara kecapan dan gerakan meghisap
pada mulutnya
4) Bayi mengeluarkan air liur
5) Bayi mulai mengerakkan kaki
6) Bayi menjilati kulit ibunya
7) Bayi menemukan putting susu ibunya
Manfaat inisiasi menyusu dini:
1) Bayi mendapatkan terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan
2) Tertanamnya kepercayaan akan lingkungan berarti ibu sudah
membangun daar kepercayaan (psikologis) yang akan terus
berkembang pada masa dewasa
3) Kadar hormone prolactin tidak sempat turun dalam peredaran darah
ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama cepat keluar dan bayi tidak
rewel
4) Dengan isapan bayi yang benar, oksitosin akan keluar lebih banyak
maka proses involusi akan lebih cepat
c. Regulasi suhu bayi baru lahir degan kontak kulit ke kulit
Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka
sehingga mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Pada
saat bayi baru lahir dan masuk kedalam suhu ruangan menyebabkan tubuh
bayi menjadi menguap dari tubuhnya. Luas tubuh bayi berbanding lurus
dengan lingkungan yang dingin pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Kontak kulit ke kulit sebagai
berikut:
1) Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap didada atau perut
ibu. Luruskan dan usahakan kedua bahu bayi menempel di dada atau
perut ibu
2) Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Kemudian selimuti
tubuh bayi dan ibu dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di
kepala bayi
3) Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus
berada di dalam satu pakaian (metode kangguru) sebaiknya ibu
meggunakan pakaian longgar berkancing depan
d. Pemotongan tali pusat
Penelitian yang dilakukan pada bayi premature, ketika
pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 menit/ lebih, maka bayi
akan:
1) Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk transfuse darah
2) Terbuksi sedikit megalami gangguan pernafasan
3) Hasil tes meunjukkan tingginya level oksigen
4) Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan
dengan bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir
5) Mengurangi resiko perdarahan pada kala III persalinan
6) Menunjukkan jumlah hematokrit dan hemoglobin dalam darah yang
lebih baik
Oleh karena itu penundaan dan pemotongan tali pusat merupakan
suatu tindakan yang sangat penting, karena mengubah sirkulasi oksigen
dari plasenta ke sirkulasi paru-paru membutuhkan waktu. Pada masa
transisi ini sangat penting dilakukan penundaan pemotongan tali pusat.
e. Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah infeksi tali
pusat yang sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang terpenting
adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering dan
selalu mencuci tangan degan air bersih dan meggunakan sabun sebelum
merawat tali pusat.
Cara perawatan tali pusat yaitu:
1) Membiarkan tali pusat kering sendiri dan hanya membersihkan setiap
hari, tidak membubuhkan apapun
2) Metode kasa kering dengan menggunakan pembalut kasa bersih yang
sering diganti
3) Metode kasa alkohol 70%, tali pusat dirawat dan dijaga kebersihannya
dengan mengenakan alkohol 70 % paling sedikit dua kali sehari setiap
empat jam dan lebih sering lagi jika tampak basah atau lengket
4) Metode antiseptic dan kasa kering, luka tali pusat dibersihkan dan
dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodine 10% serta dibalut
dengan kasa steril, pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap tali
basah atau kotor
Prinsip perawatan tali pusat yaitu:
1) Jangan membungkus atau megoleskan bahan atau ramuan apapun ke
putung tali pusat
2) Mengusapkan alkohol ataupun betadin masih diperkenankan
sepanjang tidak meyebabkan tali pusat basah atau lembab
A. Kesimpulan
1. Evidence based adalah asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang
telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
2. Banyak tindakan yang tidak bermanfaat dilakukan selama asuhan. Dengan
adanya evidance based ini maka dapat mencegah tindakan tindakan yang tidak
diperlukan atau tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien, sehingga
diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswi kebidanan mampu
mempraktekan ilmu yang kita peroleh berdasarkan materi dalam makalah ini
yakni Evidance Based Praktis yang tidak bermanfaat dalam asuhan persalinan,
bayi baru lahir, nifas, dan balita seusai dengan tahap perkembangannya dalam
lingkup masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Candra, Asep. 2013. Mitos Keliru Seputar Makanan untuk Ibu Nifas. Http:
https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2013/04/30/15025148/blog20expert
( diaskes tanggal 10 November 2021, jam 21.00 WITA)
Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.
Rohmah, Yunita. Ibu setelah melahirkan tidak boleh tidur siang. Http:
https://id.theasianparent.com/ibu-setelah-melahirkan-tidak-boleh-tidur-siang
( diaskes tanggal 10 November 2021, jam 21.00 WITA)