Pendidikan Gratis Dan Relevansinya Terhadap Mutu Pendidikan
Pendidikan Gratis Dan Relevansinya Terhadap Mutu Pendidikan
MAKALAH
DISUSUN OLEH :
FAUZAN NURKHOLISH
20110241013
KEBIJAKAN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan menurut Afriantoni (2015: 2) merupakan sebuah kebutuhan dasar (basic
need). Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap individu diberi kesempatan yang luas
dalam memperoleh pendidikan agar dirinya mampu menjelma menjadi makhluk yang
bermartabat dan bermanfaat. Hal ini sejalan dengan konsep yang sudah termuat dalam
Undang-Undang Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 Pasal 31 ayat 1-2 yang
menyebutkan bahwa (1) “Setiap warga egara berhak mendapat pendidikan” dan (2)
Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.” Pada ayat ke-4 juga termaktub “Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja
negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
peyelenggaraan pendidikan nasional.”
Merujuk pada pentingnya substansi dari konstitusi diatas, Nurhikmah (2018: 38)
menekankan bahwa oleh karena pendidikan adalah hak setiap warga negara maka
kewajiban pemerintah dalam memberikan hak pendidikan rakyat harus sesuai konsep dan
dimanifestasikan dalam pelaksanaan. Lebih lanjut, Afriantoni (2015: 2) menambahkan
bahwa urgensi pendidikan gratis juga harus didukung oleh mutu pendidikan yang baik.
Semakin bermutu sebuah proses pendidikan, maka mutu lulusan atau peserta didik juga
akan lebih baik. Oleh sebab itu, pendidikan bermutu harus diimplementasikan di semua
jenjang sekolah. Ia juga menjelaskan bahwa mutu sekolah meningkat dengan
diterapkannya pendidikan sekolah gratis.
Mengingat beberapa uraian diatas, dapat diketahui bahwa secara ideal normatif setiap
warga negara berhak mendapatkan akses pendidikan, dan pemerintah wajib
membiayainya. Penyelenggaraan pendidikan gratis juga tidak hanya sebagai upaya
pemerataan akses pendidikan, tetapi harusnya juga mengupayakan agar menjamin mutu
pendidikan. Atas dasar tersebut, penulis tertarik untuk sedikit membahas mengenai
implementasi konsep pendidikan gratis dan bagaimana relevansinya terhadap mutu
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang dan studi literatur yang
dialami, penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah implementasi kebijakan pendidikan gratis sudah tepat sesuai tujuan?
2. Bagaimana relevansitas kebijakan pendidikan gratis terhadap mutu pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
Melihat fenomena masyarakat yang tidak terbebani lagi untuk mengakses pendidikan
dan juga respon baik dari masyarakat, Suyahman (2016: 1049) mengemukakan bahwa
implementasi kebijakan sekolah gratis telah tepat sesuai tujuan yakni mampu memberikan
dampak positif demi tercapainya cita-cita nasional. Adapun diantara dampak yang
ditimbulkan adalah sebagai berikut.
a. Mampu memberikan peluang khususnya bagi anak-anak kurang mampu untuk
mengenyam pendidikan
b. Mampu meningkatkan mutu pendidikan kedepannya
c. Mampu mengurangi kebodohan, pengangguran dan kemiskinan
d. Mampu menghasilkan SDM yang berkualitas
e. Mampu mewujudkan cita-cita nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan diadakannya kebijakan pendidikan gratis, maka mutu sekolah akan meningkat
karena alokasi dana yang selama ini digunakan untuk memberikan bantuan kepada peserta
didik yang kurang mampu dan untuk membayar gaji honor guru, sekarang bisa dialihkan
untuk meningkatkan mutu sekolah seperti pengadaan fasilitas atau sarana prasarana yang
dapat menunjang proses pembelajaran yang bermutu. Selain itu, pikiran peserta didik juga
akan terfokus kepada proses pembelajaran dan tidak lagi pusing memikirkan perihal biaya
pendidikan yang mahal (Afriantoni, 2016: 5). Ia juga menjelaskan bahwa memang
kebijakan pendidikan gratis ini sangat membantu perekonomian keluarga peserta didik.
Rismawati (2017: 64) juga menemukan bahwa selain menambah aksesibilitas peserta
didik akan sekolah, pendidikan gratis juga memengaruhi secara signifikan terhadap
kreativitas guru. Beberapa hal ini menyiratkan bahwa pendidikan menjadi bermutu karena
memenuhi kebutuhan peserta didik dan penyelenggaraan pendidikan serta juga sesuai
dengan nilai ideal normatif pasal 31 ayat 1, 2, dan 4 UUD NRI 1945.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian analisis pendidikan gratis dan relevansinya terhadap mutu
pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan:
1. Kebijakan pendidikan gratis merupakan kebijakan yang sudah tepat dalam upaya
pemerataan aksesibilitas pendidikan di seluruh wilayah indonesia khususnya bagi
kalangan sosial ekonomi yang terbatas dan perlu ditingkatkan skalanya serta
dilakukan pengawasan atau evaluasi secara berkala.
2. Pendidikan gratis memiliki relevansitas yang cukup signifikan terhadap mutu
pendidikan dan harus ada sinergisme untuk menguatkan serta mengembangkan hal
tersebut demi tercapainya tujuan pendidikan nasional utamanya terkait pemerataan
akses serta mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Afriantoni. 2015. Sekolah Gratis dan Mutu Sekolah. UIN Raden Fatah: JDP Volume 8,
No. 1, hlm. 1-10
Azizah, Nabilla., dkk. 2020. Biaya dan Kualitas Pendidikan. MAKALAH UIN Antasari
Banjarmasin.
Mujahidin. 2016. Pemerataan Pendidikan Anak Bangsa: Pendidikan Gratis Versus
Kapitalisme Pendidikan. Jurnal Tarbiyatuna, Vol. 7, No.1.
Musyaffa, Iqbal. 2017. Sekolah Gratis Adalah Hak Masyarakat.
https://mediaindonesia.com/humaniora/102945/sekolah-gratis-adalah-hak-
masyarakat diakses Rabu, 03 November 2021 Pukul 19.50 WIB
Nurhikmah. 2018. Kapita Selekta Pendidikan. Makassar: Badan Penerbit Universitas
Negeri Makassar
Rismawati. 2017. Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Gratis terhadap Kreativitas Guru di
MIN LAPPA Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai. SKRIPSI Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan: UIN Alauddin Makassar
Suyahman. 2016. Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis di SMA daam Kaitannya dengan
Kualitas Pendidikan Menengah Atas. FKIP-Universitas Bantara Sukoharjo:
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Volume 6, No. 2.