Anda di halaman 1dari 10

KEWAJIBAN DALAM PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah


Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu :
Yasin Nurfalah, S.Ag., M.Pd.I

Oleh Kelompok 13:


Nuril Indah Maulidia NPM.2301011083
Leni Arsita NPM.2301010961
N.M Bakhrul Khayat NPM.2301011060

UNIVERSITAS ISLAM TRIBAKTI LIRBOYO KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FEBRUAR 2024
BAB I
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerapan kewibawaan
masih perlu untuk terus ditingkatkan.Karena kondisi ini harus
menjadi perhatian dari semua pihak terkait pimpinan sekolah
maupun guru yang bersangkutan untuk dapat mengembangkan
lebih lanjut penerapan kewibawaan dalam proses pembelajaran.
Hal ini penting mengingat kewibawaan merupakan
instrumental dasar bagi guru dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya dalam proses pembelajaran. Tugas dan
tanggungjawab guru yang berat menghendaki adanya
pemahaman yang baik terhadap tentang kewibawaan dan
penerapannya dalam proses pembelajaran.
Guru memiliki tanggungjawab dalam mengembangkan
potensi peserta didik agar mampu kreatif dan dinamis. Agar
potensi tersebut dapat berkembang secara serasi dan maksimal,
maka peserta didik harus ditinjau kedudukannya sebagai
makhluk yang utuh. Sebagai individu (pribadi) dan dalam
kaitannya dengan masyarakat.
Tuntutan akan pentingnya penerapan kewibawaan guru
terhadap siswa yang melakukan bimbingan dan pembinaan.
Selain itu, guru menciptakan suasana sekolah sebaik- baiknya
yang menunjang berhasilnya proses pembelajaran. Kewibawaan
dan penerapannya sangat diperlukan dalam pengembangan
proses karena itu merupakan salah satu unsur dari kompetensi
paedagogik sebagaimana termuat dalam Stándar pendidikan
Nasional.
Pemahaman guru tentang kewibawaan dan penerapannya
secara positip diharapkan membawa pengaruh/dampak yang
besar dalam pengembangan interaksi dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian berkenaan dengan kewibawaan dan
penerapannya dalam proses pembelajaran ini juga menghendaki
adanya peningkatan pemahaman guru kearah yang lebih baik.
Hal ini disebabkan karena tujuan pendidikan itu akan mudah
tercapai bila dalam proses pembelajaran. Kewibawaan ini
mengarah kepada kondisi hightouch, dalam arti perlakuan
pendidik menyentuh secara positif, konstruktif, dan komprehensif
aspekaspek kedirian/kemanusiaan peserta didik.
Kewibawaan meliputi: (1) pengakuan, (2) kasih sayang dan
kelembutan, (3) penguatan, (4) pengarahan (5) tindakan tegas
yang mendidik, dan 6) keteladanan.
Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang
baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat
mengembangkan kreativitasnya. Proses pembelajaran pada
hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan creativitas
peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

BAB II
KESIMPULAN
Bahwa penerapan kewibawaan oleh guru dalam proses
pembelajaran masih belum optimal dan perlu untuk terus
ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Ada penrbedaan pendapat
yang cukup Penerapan Kewibawaan dalam proses Pembelajaran
terkait dengan penerapan kewibawaan antara guru dengan siswa.
pengakuan, kasih sayang dan kelembutan, penguatan,
tindakan tegas yang mendidik, pengarahan dan keteladanan
dalam proses pembelajaran. Secara umum pendapat guru lebih
tinggi dibandingkan dengan pendapat siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ballantine, Jeanne H. (1983). The Sociology of Education, A
Systematic Analysis. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Cohran,
William G. (1991). Teknik Penarikan Sampel (penerjemah:
Rudiansyah). Jakarta: UI Press Covey, Stephen R. (1997).
Principle Centered Leadership. Jakarta: Bina Rupa Aksara. G
Michael. 1993. T
he New Meaning of Educational Change. NewYork: Teacher
College Press Ida Umami.. 2004.. Persepsi Peserta didik tentang
Konsep dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling. Padang Skolar
Jurnal Pendidikan Volume 5, No. 2, Desember 2004.: PPS UNP.
Mohd. Ansyar. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Pokja Pengembangan Peta
Keilmuan Pendidikan. (2005). Peta Keilmuan Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Prayitno. 2005. Sosok Keilmuan
Ilmu Pendidikan. Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNP.
Robinson, Philip. (1986). Beberapa Prespektif Sosiologi
Pendidikan, (penerjemah: Hasan Basri. Jakarta: Rajawali
Winarno Surachmad. 2005. Pendidikan Tanpa Ilmu Pendidikan.
Makalah Disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan
dan Pertemuan FIP-JIP.
Kediri,10 Februari 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak asasi pendidikan juga tertuang dalam pasal 31 ayat (1) UUD
NRI tahun 1945 yang berbunyi “tiap tiap orang berhak atas pengajaran.
Hal ini semakin mempertegas haka nak atas pendidikan dasar yang
menjadi persyaratan utama dalam memberikan kemampuan dan
ketrampilan dasar bagi anak untuk melanjutkan pendidikan pada tingakt
menengah mampu pendidikan tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanan aspek hukum berkaitan dengan penyediaan falisitas
pendidikan menurut uu no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional ?
2. Bagaimana bentuk kewajiban negara dalam penyediaan fasilitas
pendidikan menurut peraturan perundang undangan?

C. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bagaimanakah aspek hukum berkaitan dengan penyediaan falisitas
pendidikan menurut uu no. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional dan bagaimana bentuk kewajiban negara dalam penyediaan
faselitas pendidikan menurut peraturan perundang undangan yang dengan
metode penelitian hukum normative disimpulkan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek hukum penyediaan falisitas pendidikan menurut UU No. 20 tahun


2003 tentang system pendidikan nasional
Pendidikan merupakan sarana bagi setiap orang dalam
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kebiasaan. Proses
tersebut tidaklah berlangsung dengan sendirinya,tetapi melalui suatu
bentuk pengajaran ataupun pelatihan. Proses tersebut yang dinamakan
dengan sekolah, dari Tingkat dasar sampai pendidikan tinggi, baik
melalui jalir formal maupun nonformal.
Dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses Dimana
suatu bangsa mempersiapkan ganerasi mudanya uantuk menjalankan
kehidupan dan uantuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.
Melalui UU No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional, yang pada dasarnya juga mengadopsi prinsip pemenuhan haka
nak atas pendidikan dasar yang wajib . Adapun kewajiban pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah dalam memenuhi hak anak atas
pendidikan yaitu:
a. Wajib memberi layanan dan kemudahan serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara
tanpa diskriminasi.
b. Wajib menjamin tersedianya dana, guna terselenggaranya pendidikan
bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun.
c. Wajib menfalitasi satuan pendidikan dengan pendidikan yang tenaga
kependidikan yang diperlukan untuk menjamin pendidikan yang
bermutu.
d. Wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada
satuan pendidikan yang di selenggarakan oleh pemerintah.
Kewajiban diatas memberikan implikasi bahwa negara
bertanggung jawab untuk memastikan keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan dasar yang wajib.UUD negara republic Indonesia 1945
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan,
setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar. Untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, pemerintah
mengajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.

B. Bentuk kewajiban negara dalam penyediaan faselitas pendidikan menurut


peraturan perundang undangan
Kewajiban negara dalam menyediakan faselitas pendidikan dalam
bentuk ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan sebagai salah satu
indicator terhadap keberhasialn pelaksanaan pendidikan.
Biyaya penyelenggaraan atau pengelolaan pendidikan, serta biaya
pribadi peserta didik, diatur sebagai berikut:
1. Biaya satuan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan
pada Tingkat satuan pendidikan suatu pendidikan yang meliputi:
a) Biaya invesitasi adalah biaya penyidiaan sarana dan prasarana
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
b) Biaya operasional, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia.
c) Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai
pendidikannya.
d) Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik yang berprestasi.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mengusahakan dan pendidikan sekurang-kurangnya 20%
dari APBN dan APBD. Untuk penjaminan dan pengendalian mutu
pendidikan dilakukan evaluasi akreditasi dan sertifikasi yang meliputi
delapan standar yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohamad, pendidikan Untuk Pembangunan
Nasional, Grasindo, Jakarta, 2009
Anwar, Standar
Pembiayaan pendidikan ( Bandung . PT Re
Maja Rosdkarya. 2013)
Azyumardi Arza, paradigma Membangun karakter Bangsa Melalui
Pendidikan, Jakarta, Kompas, 2010
Darmaningtyas dkk. Membongkar Ideologi Pendidikan. Yogyakarta ;
Resolosi Press. 2004.
Fattah Nanang, Jurnal Pendidikan No. 9 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai