Anda di halaman 1dari 96

PUTUSAN

Nomor : 09/G/2016/PTUN.YK

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta yang memeriksa, memutus dan


menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat pertama, dengan acara biasa,
yang bersidang di gedung yang ditentukan untuk itu di Jalan Janti Nomor : 66
Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta telah menjatuhkan putusan
dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut dalam perkara antara :

PT. MATAHARI YOGYA TELEVISI, yang berkedudukan di Jalan Babarsari TB


II No. 21, Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta
Perseroan Terbatas PT. MATAHARI YOGYA TELEVISI No. 1 tanggal 6 Desember
2007, yang dibuat oleh Muhammad Taufiq Hidyat, S.H., Notaris di Kabupaten
Bantul, yang mengalami perubahan terakhir berdasarkan Akta Berita Acara Rapat
Umum Luar Biasa Para Pemegang saham PT. Matahari Yogya Televisi No. 48
tanggal 23 Desember 2014, yang dibuat oleh Lily Harjati Soedewo, S.H., M.Kn.,
Notaris di kota Jakarta.

Dalam hal ini diwakili oleh Ni putu Ayualita, S.H., M.Hum dan Siti Nur Khasarah,
S.H.,advokad pada kantor Hukum AFS Partnership, berkantor di jalan M.H Thamrin
Kav.3, Jakarta pusat. Berdasarkan surat kuasa pada 17 Februari 2017 ntuk selanjutnya
disebut sebagai ------ PENGGUGAT------;

--------------------------------------M E L A W A N-----------------------------------
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta,
berkedudukan di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta, berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 242/KEP/2014 tertanggal 7 Oktober
2014, selanjutnya berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 17 Februari 2016 dalam
hal ini memberikan Kuasa kepada: Marcelino samuel, S,H.,M.H dan Rani Agustina,
S.H. ,advokad pada kantor Hukum MARCELINO & PARTNERSHIP, berkantor di
Jalan Taman Siswa No. 97 Yogyakarta;--------------------------------- Untuk selanjutnya
disebut sebagai ------ TERGUGAT ------;

Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta tersebut :-------------------------------


1. Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta
Nomor: 09/PEN-DIS/2016/PTUN.YK tanggal 16 Februari 2016tentang Penetapan
Lolos Dismissal;--------------------------------------------------
2. Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta
Nomor: 09/PEN.MH/2016/PTUN.YK tanggal 19 Februari 2016 tentang Penetapan
Majelis Hakim;-------------------------------------------------------------
3. Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara
Yogyakarta Nomor: 09/PEN-PP/2016/PTUN.YK tanggal 20 Februari 2015 tentang
Penetapan Hari Pemeriksaan Persiapan;-------------------------------
4. Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara
Yogyakarta Nomor : 09/PEN-HS/2016/PTUN.YK tanggal 16 Maret 2016 tentang
Penetapan Penentuan Hari Persidangan;---------------------------
5. Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta
Nomor: 09/PEN-MH/2016/PTUN.YK tentang susunan Majelis Hakim yang bertugas
memeriksa dan memutus perkara Nomor : 09/G/2016/PTUN.YK melanjutkan acara
Pembacaan Gugatan tanggal 16 Maret 2016;--------------------------------------------------
----
6. Telah membaca surat gugatan Penggugat yang telah terdaftar di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta pada tanggal 10 Februari 2015 dengan
Register perkara Nomor : 09/G/2016/PTUN.YK yang telah diperbaiki terakhir pada
tanggal 22 Februari 2016 serta berkas perkara yang bersangkutan;------------------------
-----
7. Telah membaca Berita Acara Pemeriksaan Persiapan dan membaca Berita Acara
Persidangan dalam Perkara ini;--------------------------------------------
8. Telah membaca berkas Perkara Nomor : 09/G/2016/PTUN.YK beserta lampiran
yang terdapat didalamnya;--------------------------------------------
9. Telah memeriksa bukti-bukti tertulis dari Penggugat dan Tergugat ;-----------
11. Telah mendengar keterangan saksi dan ahli dalam persidangan perkara ini;
------------------------- TENTANG DUDUKNYA SENGKETA ----------------------
Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan yang terdaftar di
kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta pada tanggal 22 Mei 2016
dibawah register perkara Nomor : 09/ G/2016/PTUN.Yk dan telah diperbaiki terakhir
pada tanggal 24 Juni 2015 dengan obyek sengketa berupa Surat Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/ II/2016 Perihal
Pemberitahuan, yang ditujukan kepada PT. MATAHARI YOGYA TELEVISI
(MYTV) dengan mengemukakan dasar-dasar dan alasan-alasan sebagai berikut:-------
1. Bahwa Penggugat mengajukan Gugatan Tata Usaha Negara terhadap Tergugat atas
keputusan Tata Usaha Negara berupa Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah,
Daerah Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/II/2016, tanggal 23 Februari 2016,
perihal Pemberitahuan, yang ditujukan Penggugat (“Objek Gugatan”), yang mana
pada intinya Tergugat memutuskan tidak mengeluarkan Rekomendasi Kelayakan
(“RK”) kepada Penggugat;------------
2. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara yang telah mengalami perubahan melalui Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU Peratun”), Keputusan Tata Usaha Negara
adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.------------------
3. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 7 Jo Pasal 87 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintah (“UU Nomor 30/2014”), mengatur juga apa
yang disebut dengan Keputusan Tata Usaha Negara. Bahwa dalam aturan tersebut
disebutkan bahwa suatu keputusan Tata Usaha Negara harus dimaknai sebagai:--------
a. Penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual;----------------
b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya;-------
c. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan
yang baik;------------------------------------------------------
d. Bersifat final dalam arti lebih luas;-------------------------------------------
e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/ atau;------
f. Keputusan yang berlaku bagi Warga Masyarakat;----------------------------
4. Bahwa berdasarkan uraian-uraian mengenai apa yang disebut dengan Keputusan
Tata Usaha Negara, maka Objek Gugatan tersebut merupakan Keputusan Tata Usaha
Negara, yaitu berbentuk tertulis, dikeluarkan oleh Tergugat sebagai Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara, berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara, bersifat
konkret, individual, final dan menimbulkan akibat hukum yang merugikan Penggugat,
dengan penjelasan sebagai berikut:-------------------------------------------------------------
a. Objek Gugatan merupakan penetapan tertulis dan merupakan tindakan faktual dari
Tergugat;---------------------------------------------------------
b. Objek Gugatan yang dikeluarkan oleh Badan Tata Usaha Negara (dalam hal ini
adalah Tergugat) pada Daerah Istimewa Yogyakarta;------------
c. Objek Gugatan berisi mengenai penetapan tertulis dari Tergugat, yang menetapkan
penolakan pemberikan RK kepada Penggugat;--------------
d. Tindakan Tergugat harus mengacu dan melandaskan pada peraturan penyiaran
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta (“PP No.50/2005”), dan oleh
karena itu Tergugat harus membuat suatu keputusan dengan memegang teguh
peraturan perundang-undangan dan AsasAsas Umum Pemerintahan yang Baik
(“AAUPB”), sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan
Nepotisme, yang mana diatur dalam Pasal 8 UU Nomor 30/2014;-------------------------
e. Bersifat konkret, yaitu Objek Gugatan berwujud penolakan pemberian RK kepada
Penggugat;---------------------------------------------------------
f. Bersifat individual, yaitu Objek Gugatan ditujukan oleh Tergugat kepada
Penggugat;----------------------------------------------------------------------
g. Bersifat final, yaitu dengan Tergugat menerbitkan Objek Gugatan yang intinya
tidak memberikan RK telah menimbulkan akibat hukum yang definitif bagi
Penggugat;-------------------------------------------------------
h. Bahwa Objek Gugatan telah menimbulkan kerugian kepada Penggugat karena
dengan tidak dikeluarkan RK oleh Tergugat maka Penggugat menjadi tidak dapat
melaksanakan kegiatan usahanya yang bergerak di bidang Penyiaran. Hal ini
mengakibatkan adanya ketidakpastian hukum bagi Penggugat dan sia-sianya seluruh
investasi Penggugat berupa perlengkapan-perlengkapan untuk kegiatan penyiaran;----
5. Bahwa berdasarkan uraian di atas, dengan demikian objek gugatan sudah jelas dan
tegas merupakan Keputusan Tata Usaha Negara;--------------------
I. MENGENAI TENGGANG WAKTU PENGAJUAN GUGATAN;---------------
1. Bahwa berdasarkan Pasal 55 UU Peratun mengatur gugatan dapat diajukan hanya
dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;-----------------------
2. Bahwa Tergugat menyampaikan keputusannya in casu Objek Gugatan adalah pada
tanggal 23 Februari 2016, melalui Surat Nomor: 44/KPID/DIY/II/2016, perihal
Pemberitahuan memberitahukan bahwasanya Tergugat memutuskan tidak
mengeluarkan RK kepada Penggugat;----------------------------------------------------------
3. Bahwa keputusan in casu Objek Gugatan dari Tergugat diterima oleh Penggugat
dengan cara Tergugat mengirimkan Objek Gugatan pada tanggal 23 Februari 2016
dengan diantarkan oleh kurir Tergugat ke Penggugat;---------------------------------------
4. Bahwa dengan diterimanya Objek Gugatan oleh Penggugat pada tanggal 23
Februari 2016, dengan demikian perhitungan 90 (Sembilan puluh) hari dimulai dari
tanggal 23 Februari 2016. Oleh karena itu, sesuai dengan tanggal pendaftaran gugatan
ini yaitu pada tanggal 29 Februari 2016 maka gugatan ini masih dalam kurun waktu
pengajuan gugatan;---------------------------------------------------------------------------

II. MENGENAI KEPENTINGAN PENGGUGAT DALAM PENGAJUAN


GUGATAN;--------------------------------------------------------------------------
1. Bahwa Penggugat dalam mengajukan Gugatan ini didasari adanya kepentingan
yaitu agar Penggugat dapat melanjutkan proses pengajuan izin penyelenggaraan
penyiaran untuk mendapatkan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (“IPP”) sehingga
Penggugat dalam melaksanakan kegiatan Penyiaran sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 53 ayat (1) UU Peratun;-----------------------------------------------
2. Bahwa selanjutnya berdasarkan Pasal 53 ayat (2) UU Peratun, alasan-alasan yang
dapat digunakan dalam gugatan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut:-------------
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;--------------
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik;-------------------
3. Bahwa berdasarkan Pasal 4 PP Nomor 50/2005 mengatur mengenai Tata Cara dan
Persyaratan Perizinan, bahwa suatu Lembaga Penyiaran Swasta (“LPS”) agar dapat
melaksanakan kegiatan penyiaran wajib memperoleh IPP dengan mengajukan
permohonan izin tertulis kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia (“Menteri”) melalui Komisi Penyiaran Indonesia (“KPI”) atau KPID in
casu Tergugat.
4. Bahwa permohonan tertulis diajukan dengan melampirkan syarat-syarat
administrasi, program siaran dan data teknik penyiaran, sebagaimana diuraikan pada
Pasal 4 ayat (3) PP Nomor 50/2005;----------------------
5. Bahwa setelah melalui proses pengajuan permohonan tersebut, KPI/KPID akan
melakukan pemeriksaan dan apabila permohonan sudah lengkap, maka dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak dipenuhinya persyaratan dan kelengkapan
permohonan KPI/KPID melakukan evaluasi dengar pendapat dengan Pemohon;--------
6. Setelah selesai evaluasi dengar pendapat, KPI/KPID menerbitkan rekomendasi
kelayakan penyelenggaraan penyiaran dan mengusulkan alokasi dan penggunaan
spektrum frekuensi radio kepada Menteri;------
7. Terhadap hal-hal yang diatur dalam PP Nomor 50/2005 tersebut, Penggugat sudah
melaksanakan proses tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun terjadi
suatu keanehan dimana Tergugat menolak memberikan RK padahal tidak terdapat ada
satupun pelanggaran/persyaratan yang tidak dipenuhi oleh Penggugat;----------
8. Adapun RK merupakan hal yang penting bagi Penggugat agar dapat mengikuti
proses selanjutnya untuk mendapatkan IPP. Hal ini yang mendasari Penggugat untuk
mengajukan Gugatan terhadap Tergugat pada Pengadilan Tata Usaha Negara di
Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai usaha Penggugat agar dapat memperoleh IPP
untuk melaksanakan kegiatan penyiaran;-------------------------------------------
III. LATAR BELAKANG;-----------------------------------------------------------------
1. Majelis Hakim yang kami hormati, Penggugat merupakan suatu perusahaan yang
hendak memohonkan IPP. Faktanya dikarenakan Penggugat tidak memiliki IPP, maka
Penggugat tidak dapat disebut LPS;
2. Untuk memperoleh IPP tersebut, maka Penggugat harus terlebih dahulu melalui
beberapa proses. Adapun proses perolehan IPP yang harus dilalui pemohon IPP
adalah:--------------------------------------------------
a. Evaluasi Dengar Pendapat (“EDP”) bersama Komisi Penyiaran Indonesia (“KPI”)
atau Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (“KPID”);-----------------------------------------
b. Dilanjutkan dengan penerbitan RK dari KPI atau KPID;----------------
c. Setelah RK diperoleh maka masuk pada tahap berikutnya yaitu Forum Rapat
Bersama (“FRB”), yang akan dilaksanakan antara Kementerian Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia (“Kemeninfo”) berserta KPI atau KPID;----------------
---------------- d. Setelah proses ini dilakukan Kemeninfo kemudian menerbitkan IPP
Prinsip;------------------------------------------------------------------ ----
e. Setelah melalui Evaluasi Uji Coba Siaran (EUCS) dan dinyatakan layak, maka
Kemeninfo akan menerbitkan IPP Tetap kepada Pemohon tersebut;-----------------------
----------------------------------- Catatan: Hal ini mengacu kepada PP Nomor 50/2005;---
3. Pada tanggal 12 Desember 2007 Penggugat kemudian mengajukan permohonan
IPP kepada Tergugat, yang dilanjutkan dengan proses verifikasi antara lain:------------
-----------------------------------------------
a. Verifikasi Administrasi terhadap Penggugat, pada tanggal 16 Februari 2008; dan;---
b. Verifikasi Faktual terhadap Penggugat, pada tanggal 8 April 2008;--
4. Menindaklanjuti permohonan IPP dari Penggugat, maka pada tanggal 22 April
2008 dilaksanakanlah EDP antara Tergugat dan Penggugat. Adapun dari hasil EDP
tersebut adalah Tergugat menerbitkan RK Nomor 13/Ijin/KPID/DIY/V/08 tertanggal
5 mei 2008 yang pada intinya menyatakan bahwa Penggugat telah memenuhi segala
persyaratan dan kelengkapan untuk dilaksanakannya FRB;---------------------------------
5. Akan tetapi dikarenakan pada saat itu tidak terdapat kanal penyiaran yang tersisa
karena dialokasikan kepada penyiaran digital, maka IPP tidak diterbitkan terhadap
Penggugat;---------------------------------------
6. Pada tahun 2014 Pemerintah kembali membuka peluang usaha penyiaran di
Yogjakarta, sebagaimana dengan diterbitkannya (i) Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Nomor 31 tahun 2014 tentang Rencana Induk (Master Plan)
Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus Untuk Keperluan Televisi
Siaran Analog Pada Pita Ultra High Frequency (“PM Nomor 31/2014”) dan (ii)
Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun 2014 tentang
Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran
Televisi Secara Analog Melalui Sistem Terestrial Pada Pita Ultra High Frequency
(“Kepmeninfo Nomor 1017/2014”). Mengetahui hal tersebut maka Penggugat berniat
untuk mendapatkan kanal tersebut sehingga dapat melakukan kegiatan penyiaran;-----
7. Ternyata meskipun Penggugat sebelumnya sudah memiliki RK Nomor
13/Ijin/KPID/DIY/V/08, Tergugat tetap meminta Penggugat untuk mengajukan
kembali persyaratan sebagaimana yang disampaikan melalui Surat Tergugat Nomor:
13/KPID/DOY/I/2015 tertanggal 15 Januari 2015 perihal Undangan, sehingga
Penggugat harus mengikuti kembali proses EDP;--------------------------------------------
8. Sebelum EDP tersebut dilaksanakan, sebelumnya Tergugat telah melaksanakan
verifikasi terhadap Penggugat, yakni tanggal 21 Januari 2015 berupa pemeriksaan
terhadap dokumen legalitas, serta kantor dan studio Penggugat yang terletak di Jalan
Babarsari, Yogyakarta. Hal ini menunjukan kesiapan Penggugat untuk melanjutkan
proses perizinan demi memperoleh kanal analog. Melalui proses ini Penggugat telah
membuktikan bahwa Penggugat telah siap baik dari sisi infrastruktur, sumber daya
manusia, teknologi beserta aset-aset terkait lainnya;--------
9. Setelah verifikasi dimaksud, maka proses EDP dilaksanakan antara Tergugat
dengan Penggugat pada tanggal 22 Januari 2015. Mengacu kepada Berita Acara EDP
Nomor: 04/BA-EDP/KPID/DIY/ I/2015 tertanggal 22 Januari 2015 diketahui tidak
ada kelengkapan persyaratan apapun yang kurang dari Penggugat. Jika memang benar
ada, tentu akan ada catatan dalam berita acara tersebut. Oleh karenanya dengan
selesai dilaksanakannya EDP tersebut tanpa catatan apapun, maka dapat disimpulkan
bahwasanya Tergugat telah menyatakan seluruh kelengkapan persyaratan Penggugat
telah lengkap;-----------------------
10. Namun ternyata diketahui belakangan, Tergugat tidak menerbitkan RK atas
pelaksanaan EDP Penggugat kepada Kemeninfo, sehingga permohonan IPP
Penggugat tidak dapat diproses di dalam FRB yang akan diselenggarakan pada
tanggal 25 Mei 2015 mendatang;-------------
11. Hal ini sebagaimana yang Penggugat ketahui melalui Surat Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/II/2015, tanggal
23 Februari 2015, perihal Pemberitahuan, yang ditujukan Penggugat (in casu Objek
Gugatan) yang pada intinya menegaskan bahwasanya Tergugat memutuskan untuk
tidak mengeluarkan RK dengan alasan-alasan. Sebelum membahas lebih detail perihal
alasan tersebut, perlu Penggugat sampaikan bahwa alasan-alasan yang disampaikan
oleh Tergugat sungguh tidak masuk akal, dikarenakan:--------------------------------------
a. Penggugat telah memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana terbukti melalui
Berita Acara EDP Nomor: 04/ BA-EDP/KPID/DIY/I/2015 tertanggal 22 Januari
2015;------------------- Majelis Hakim yang kami muliakan, berdasarkan Berita Acara
EDP Nomor: 04/BA-EDP/KPID/DIY/I/2015 tertanggal 22 Januari 2015 tertera
dengan jelas sama sekali tidak ada kekurangan dokumen apapun. Jika masih ada yang
kurang tentu dalam berita acara tersebut akan dimuat;---------------------------------------
b. Penggugat telah menyerahkan Akta Perubahan Penggugat beserta Cover letter dari
Notaris;--------------------------------------------------- Hal ini sebagai bukti bahwasanya
perubahan pengurus dan pemegang saham Penggugat telah diberitahukan kepada
Kementerian Hukum dan HAM. Kementerian Hukum dan HAM baru menerbitkan
Surat No. AHU-0001859.AH.01.03.TAHUN 2015, perihal penerimaan
pemberitahuan Data Perseroan PT. Matahari Yogya Televisi, tertanggal 12 Januari
2015, dimana surat tersebut baru diterima Penggugat pada tanggal 12 Februari 2015
dan telah langsung disampaikan oleh Penggugat kepada Tergugat pada tanggal 12
Februari 2015;------------------------------------------------
c. Penggugat telah menyerahkan Surat Keterangan Domisili yang sah yang diterbitkan
oleh pemerintah daerah setempat sesuai dengan format yang tersedia;--------------------
------------------------------------ Dengan demikian tidaklah ada alasan menyatakan
Surat Keterangan Domisili tidak valid adalah keterangan yang mengada-ada. Karena
kewenangan menerbitkan Surat Keterangan Domisili termasuk bentuk formatnya
adalah kewenangan kelurahan pemerintah daerah setempat dan bukan kewenangan
Tergugat;---------------------------
d. Tidak pernah ada pengakuan dari Penggugat perihal persamaan antara Penggugat
dengan PT. Semesta Matahari Televisi dalam EDP;------------------------------------------
--------------------------------- Hal ini dibantah dengan keras oleh Penggugat. Hal ini
terbukti dari Berita Acara EDP Nomor: 04/BA-EDP/KPID/DIY/ I/2015 tertanggal 22
Januari 2015 sama sekali tidak ada catatan perihal pengakuan persamaan;---------------
e. Tidak terjadi pelanggaran terhadap prinsip Diversity of Ownership sebagaimana
yang di atur dalam Pasal 20 UU Penyiaran;------------ Bahwasanya baik Penggugat
ataupun PT. Semesta Matahari Televisi sama-sama belum berstatus sebagai Lembaga
Penyiaran Swasta. Tentunya ketentuan prinsip Diversity of Ownership tidaklah dapat
diberlakukan terhadap Penggugat;--------------------------------------
f. Penggugat sebelumnya telah memiliki RK yakni RK Nomor
13/Ijin/KPID/DIY/V/08, tanggal 5 Mei 2008;-------------------------- Sungguh janggal,
jika sebelumnya telah memiliki RK, sekarang justru tidak diterbitkan. Seluruh
persyaratan yang telah terpenuhi pada saat mendapat RK yang pertama adalah sama
dengan yang diajukan kali ini kepada Tergugat. Oleh karenanya sungguh sangat
janggal jika Tergugat menolak memberikan RK;-----------------------
Majelis Hakim yang kami muliakan, berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat
dibuktikan bahwasanya keputusan Tergugat dengan tidak mengeluarkan RK terhadap
Penggugat sesungguhnya adalah perbuatan melawan hukum, dan bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melanggar asasasas umum
Pemerintahan yang baik (Algemeen Beginselen van Behoorlijk Bestuur atau Good
Governance). Untuk lebih jelasnya, maka Penggugat akan sampaikan pada bagian di
bawah ini;------
IV. ALASAN-ALASAN GUGATAN;---------------------------------------------------
Bahwa tindakan Tergugat dengan tidak mengeluarkan RK sesungguhnya telah
bertentangan dengan peraturan perundangundangan dan juga AAUPB. Adapun
tindakan-tindakan Tergugat tersebut antara lain:--------------------------
a. Tergugat menolak memberikan RK padahal sebelumnya Penggugat telah pernah
dinyatakan layak dan diberikan RK oleh Tergugat;---------------------
b. Tergugat mendalilkan adanya pengakuan Penggugat akan kesamaan antara
Penggugat dengan PT. Semesta Matahari Televisi dan menjadikannya alasan untuk
tidak memberikan RK dengan alasan Diversity of Ownership. Padahal Penggugat
tidak pernah memberikan pengakuan yang demikian, dan Tergugat tidak menjelaskan
kesamaan apa yang dimaksud oleh Tergugat yang bertentangan dengan peraturan
terkait Diversity of Ownership yang berujung pada penolakan memberikan RK;--------
c. Tergugat mencampuradukkan proses perijinan penyiaran analog dengan proses
perijinan penyiaran digital;-------------------------------------------------
d. Tergugat mendalilkan adanya kekurangan persyaratan kelengkapan administrasi
berupa pengesahan akta perubahan yang dikeluarkan oleh Kemenkumham dan surat
keterangan domisili, padahal dokumen tersebut telah dilengkapi oleh Penggugat;------
Majelis Hakim yang kami hormati, bahwa sebagaimana yang diamanatkan dalam
ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU Peratun jo. Penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf b UU
Peratun, jo. Pasal 3 angka (6) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(“UU Nomor 28/1999”), jo. Pasal 9 ayat (1) UU Nomor 30/2014 maka pemerintahan
yang baik adalah yang menjalankan segala tindakan berdasarkan AAUPB, dan sesuai
dengan latar belakang yang telah Penggugat jelaskan, maka sangat jelas dan tegas
bahwasanya keputusan Tergugat dengan tidak menerbitkan RK terhadap Penggugat
telah melanggar AAUPB serta peraturan perundangundangan terkait, yaitu:-------------
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran;------------------
b. Asas kepastian hukum;-------------------------------------------------------------
c. Asas profesionalitas;----------------------------------------------------------------
d. Asas bertindak cermat;-------------------------------------------------------------
e. Asas keterbukaan;-------------------------------------------------------------------
f. Asas proporsionalitas;-----------------------------------------------------------------

A. TERGUGAT TELAH MELANGGAR UNDANG-UNDANG NOMOR 40


TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN UU PENYIARAN;--
-------------------------------------------------------------------- -

1. Majelis Hakim yang kami hormati, kembali pada bagian ini Penggugat berusaha
mencermati dasar tuduhan Tergugat dengan menyatakan bahwa Penggugat melanggar
prinsip 1 siaran dengan 1 saluran siaran pada 1 cakupan wilayah siaran terkait dengan
keberadaan PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV);-------------------------------------
2. Dalam merumuskan tuduhan tersebut Tergugat terkesan mengabaikan pengaturan
perihal badan hukum yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, karena menanggap Penggugat dan PT. Semesta Matahari Televisi
(Sindo TV) sama sehingga akan melakukan kegiatan penyiaran lebih dari 1 (satu)
siaran dalam 1 (satu) wilayah siaran;-----------------------------------------------------------
3. Secara keperdataan antara Penggugat dan PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo
TV) jelas adalah 2 (dua) subjek hukum yang berbeda. Pendapat yang menyatakan jika
ada pemegang saham yang sama maka berarti perusahaan tersebut adalah sama,
sesungguhnya adalah pendapat yang sangat keliru. Perusahaan terafiliasi karena
pemegang sahamnya, tetaplah harus dipandang sebagai subjek hukum yang berbeda;--
4. Jika dikaitkan dengan kepemilikan IPP yang akan diberikan, tentunya IPP tersebut
hanya melekat kepada badan hukum yang terdaftar atas namanya, bukan kepada
perusahaan yang terafiliasi dengan pemegang IPP tersebut;--------------------------------
------------------------------------ Bahwa tindakan Tergugat membuktikan bahwa
Tergugat telah melanggar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan UU Penyiaran;---------------------------------------------------------------------
A. TERGUGAT TELAH MELANGGAR ASAS KEPASTIAN HUKUM;----------

1. Bahwa Tergugat telah melanggar AAUPB yaitu Asas Kepastian Hukum dengan
tidak mengeluarkan RK kepada Penggugat;------------------------
2. Bahwa berdasarkan Penjelasan Pasal 10 ayat (1) huruf a UU Nomor 30/2014, yang
dimaksud dengan Asas Kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan ketentuan peraturan perundang-undangan, kepatutan,
keajegan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan;---------
3. Bahwa yang dimaksud dengan Asas Kepastian Hukum berdasarkan Penjelasan
Pasal 3 angka 1 UU Nomor 28/1999 adalah asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan
dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara;-----------------------------------------------
4. Bahwa sebagaimana telah diuraikan, Tergugat telah melakukan tindakan sebagai
berikut:------------------------------------------------------
a. Tergugat menolak memberikan RK padahal sebelumnya Penggugat telah pernah
dinyatakan layak dan diberikan RK oleh Tergugat;------
b. Tergugat mendalilkan adanya pengakuan Penggugat akan kesamaan antara
Penggugat dengan PT. Semesta Matahari Televisi dan menjadikannya alasan untuk
tidak memberikan RK dengan alasan Diversity of Ownership. Padahal Penggugat
tidak pernah memberikan pengakuan yang demikian, dan Tergugat tidak menjelaskan
kesamaan apa yang dimaksud oleh Tergugat yang bertentangan dengan peraturan
terkait Diversity of Ownership yang berujung pada penolakan memberikan RK;--------
c. Mencampuradukkan proses perijinan penyiaran analog dengan proses perijinan
penyiaran digital;---------------------------------------
5. Bahwa Penggugat pada tahun 2008 telah mendapatkan RK sebagaimana dibuktikan
dengan RK Nomor 13/Ijin/KPID/DIY/V/08, tanggal 5 Mei 2008. Dengan demikian
sejak tahun 2008 Penggugat sebenarnya sudah memenuhi seluruh persyaratan dan
kelengkapan untuk dapat melaksanakan kegiatan penyiaran, termasuk tetapi tidak
terbatas dari segi administrasi, segi finansial, segi infrastruktur, segi sumber daya
manusia juga segi materi siaran;-----------------------------
6. Mohon perhatian, bahwasanya Tergugat sama sekali tidak menjelaskan apapun
terkait pengertian ataupun landasan “adanya persamaan”. Tergugat tidak menjelaskan
apa yang dianggap sama, dan apa dasar persamaan tersebut. Hal ini memberikan
tanda tanya besar bagi Penggugat, sebagai bagian dari warga negara yang
membutuhkan kepastian hukum;--------------------------------------------------------------
7. Majelis Hakim yang kami hormati, hal yang mengkaitkan antara Penggugat dan
PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV Yogyakarta) hanyalah adanya pemegang
saham yang kebetulan sama, yakni PT. Sun Televisi Network. dimana PT. Sun
Televisi Network memiliki saham 5% (lima persen) saham baik di Penggugat ataupun
di PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV Yogyakarta);---------------------------------
8. Sungguh konyol jika Tergugat mengkait-kaitkan adanya kesamaan pemegang
saham tersebut dengan dugaan pelanggaran asas diversity of ownership, sebagaimana
yang diatur di dalam Pasal 20 UU Penyiaran;-------------------------------------------------
9. Perlu diketahui bahwasanya Pasal 20 UU Penyiaran Perihal Pengaturan Asas
Diversity Of Ownership Hanya Dapat Diterapkan Kepada Lembaga Penyiaran
Swasta, sebagaimana yang kami kutip dibawah ini:----------- “Lembaga Penyiaran
Swasta jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi masing-masing hanya dapat
menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1 (satu)
cakupan wilayah siaran;--
10. Pertanyaannya apakah Pasal 20 UU Penyiaran perihal asas diversity of ownership
dapat diterapkan kepada Penggugat? Tentu tidak, dikarenakan hingga saat ini
Penggugat bukanlah Lembaga Penyiaran Swasta, dikarenakan belum memiliki IPP.
Hal ini sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 33 UU Penyiaran yang berbunyi
sebagai berikut: “Sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib
memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran”;------------------------------
11. Selain dari sudut Penggugat sendiri, ternyata baik PT. Sun Televisi Network dan
PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV Yogyakarta) seluruhnya bukan lembaga
penyiaran melainkan hanya perseroan terbatas biasa;----------------------------------------
12. Hal ini pun diakui secara tegas oleh Tergugat sendiri di dalam angka 3 pada Objek
Gugatan, dimana Tergugat menyatakan bahwasanya PT. Semesta Matahari Televisi
(Sindo TV Yogyakarta) masih dalam proses mendapatkan IPP Prinsip, sebagaimana
Penggugat kutip di bawah ini:-------------------------------------------------------------------
---- “PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV Yogyakarta) telah menjalani proses
Forum Rapat Bersama dan tinggal mendapat IPP Prinsip untuk permohonan Lembaga
Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara digital”;----------------------------------
13. Dengan demikian secara faktual pada saat Tergugat menerbitkan Objek Gugatan,
seluruh pihak-pihak yang dituding oleh Tergugat memiliki kesamaan sama sekali
bukanlah lembaga penyiaran. Oleh karenanya tidaklah mungkin Penggugat dapat
disimpulkan telah melanggar Pasal 20 UU Penyiaran tentang asas Diversity of
Ownership tersebut, yang secara notabene hanya berlaku kepada lembaga penyiaran;-
14. Majelis Hakim yang kami muliakan, masih terkait tudingan persamaan di antara
Penggugat dengan PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV Yogyakarta), perlu kami
sampaikan bahwa Tergugat mengakui di dalam Objek Gugatan dimana PT. Semesta
Matahari Televisi (Sindo TV Yogyakarta) sedang menjalani proses untuk
mendapatkan IPP penyiaran secara digital, sebagaimana yang kami kutip dibawah
ini:---- “PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV Yogyakarta) telah menjalani
proses Forum Rapat Bersama dan tinggal mendapat IPP Prinsip untuk permohonan
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara digital”;--------------------------
15. Sementara proses permohonan IPP yang Penggugat permasalahkan dalam perkara
a quo adalah menyangkut penyiaran secara analog, bukan digital. Hal ini tertera pula
di dalam Objek Gugatan, sebagaimana yang kami kutip berikut ini:-----------------------
----------------------------- “Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogjakarta
telah mengadakan Rapat Pleno tanggal 11 Februari 2015 dan 12 Februari 2015 untuk
menentukan pemberian Rekomendasi Kelayakan kepada 13 Pemohon yang
mengajukan Permohonan untuk mendapatkan Ijin Penyelenggaraan Penyiaran,
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem
terrestrial pada pita ultra high frequency (UHF) kanal 55, 57 dan 61”;--------------------
16. Dengan demikian jelas terdapat perbedaan, antara lain:-------------------
a. Penggugat bertujuan untuk mendapatkan IPP menjadi LPS jasa penyiaran televisi
secara analog; sementara;--------------------------
b. PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV Yogyakarta) bertujuan untuk
mendapatkan IPP menjadi LPS jasa penyiaran televisi secara digital;---------------------
17. Pengaturan perihal penyiaran secara analog dan digital jelas dibedakan,
sebagaimana yang dimuat di dalam PP Nomor 50/2005. Oleh karenanya, jelas terlihat
Tergugat kembali mencampuradukkan hal-hal yang saling tidak berkaitan hanya
sebagai alasan untuk tidak memberikan RK kepada Penggugat;----------------------------
18. Bahwa selain itu, pemberlakukan penyiaran secara digital tidak mempunyai dasar
hukum sebagaimana telah diputuskan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor
38P/HUM/2012 tertanggal 3 April 2013 (“Putusan Nomor 38”) dan Putusan
Mahkamah Agung Nomor 40P/HUM/2012 tertanggal 3 April 2013 (“Putusan Nomor
40”) yang inti dari kedua putusan tersebut berisi amar putusan yaitu menyatakan
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 22/PER/
M.KOMINFO/11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial
Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free To Air) tersebut tidak sah;-----------------------
---------------------- Bahwa berdasarkan uraian tersebut, tindakan Tergugat
membuktikan bahwa Tergugat telah melanggar Asas Kepastian Hukum;-----------------
A. TERGUGAT TELAH MELANGGAR ASAS PROFESIONALITAS;-----------
1. Bahwa AAUPB yang dilanggar oleh Tergugat adalah Asas Professionalitas, dimana
berdasarkan Penjelasan Pasal 3 angka 6 UU Nomor 28/1999, Asas Professionalitas
adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;-----------------------------------------
2. Bahwa dengan mengacu pada uraian-uraian di atas, Tergugat telah melakukan
tindakan sebagai berikut:-----------------------------------------
a. Tergugat menolak memberikan RK padahal sebelumnya Penggugat telah pernah
dinyatakan layak dan diberikan RK oleh Tergugat;------
b. Tergugat mendalilkan adanya kekurangan persyaratan kelengkapan administrasi
berupa pengesahan akta perubahan yang dikeluarkan oleh Kemenkumham dan surat
keterangan domisili, padahal dokumen tersebut telah dilengkapi oleh Penggugat;------
c. Tergugat mendalilkan adanya pengakuan Penggugat akan kesamaan antara
Penggugat dengan PT. Semesta Matahari Televisi dan menjadikannya alasan untuk
tidak memberikan RK dengan alasan Diversity of Ownership. Padahal Penggugat
tidak pernah memberikan pengakuan yang demikian dan Tergugat tidak menjelaskan
kesamaan apa yang dimaksud oleh Tergugat yang bertentangan dengan peraturan
terkait Diversity of Ownership yang berujung pada penolakan memberikan RK;--------
d. mencampuradukkan proses perijinan penyiaran analog dengan proses perijinan
penyiaran digital;-----------------------------------------
3. Bahwa sebagaimana telah diuraikan pada bagian V huruf B mengenai pelanggaran
Asas Kepastian Hukum, Penggugat akan menambahkan penjelasan mengenai
tindakan Tergugat khususnya mengenai dalil Tergugat mengenai kekurangan
persyaratan oleh Penggugat (vide bagian V huruf C angka 2.b);---------------------------
4. Majelis Hakim yang kami hormati, di dalam penolakannya Tergugat mendalilkan
bahwa terdapat kekurangan persyaratan kelengkapan administrasi antara lain:----------
a. Pengesahan akta perubahan yang dikeluarkan oleh Kemenkumham;
b. Surat Keterangan Domisili;------------------------------------------------
1. Perlu Penggugat tegaskan kembali bahwa alasan tersebut sangat tidak masuk akal,
dikarenakan sebelum proses EDP dimulai Penggugat telah menyampaikan seluruh
persyaratan kepada Tergugat, antara lain:--------
a. Akta Perubahan Penggugat;----------------------------------------------
b. Cover letter dari Notaris, sebagai bukti bahwasanya perubahan pengurus dan
pemegang saham Penggugat telah diberitahukan kepada Kementerian Hukum dan
HAM (“Kemenkumham”); dan ;--
c. Surat keterangan domisili yang diterbitkan pemerintah daerah setempat kepada
Penggugat;---------------------------------------------
Catatan:--------------------------------------------------------------------------
• Bukanlah merupakan kesalahan dari Penggugat jika menjelang dibukanya seleksi
peluang usaha ini terjadi perubahan pemegang saham di tubuh badan hukum
Penggugat. Tentunya perubahan ini telah sejalan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan telah disampaikan secara tegas kepada Tergugat;--------------
• Bahkan pada tanggal 12 Februari 2016 Penggugat pun telah menyampaikan surat
penerimaan pemberitahuan akta perubahan yang diterbitkan oleh Kemenkumham
kepada Tergugat;---------------
1. Bahwa berdasarkan Pasal 5 PP Nomor 50/2005, dijelaskan bahwa apabila terjadi
kekurangan persyaratan administrasi dan data teknik penyiaran, maka KPI
memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau kuasanya agar persyaratan
tersebut dilengkapi paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak tanggal
diterimanya surat pemberitahuan;---------------------------------------------------------------
2. Bahwa alasan adanya kekurangan dokumen sebagaimana yang disebut oleh
Tergugat justru bertolak belakang dengan bukti berita acara EDP Nomor: 04/BA-
EDP/KPID/DIY/I/2016 tertanggal 22 Januari 2016, yang telah ditandatangani oleh
Tergugat;--------------------------------------------
3. Bahwa pada bukti berita acara tersebut, sama sekali tidak ada catatan kekurangan
dokumen, sebagaimana mengacu kepada Pasal 5 PP Nomor 50/2005. Dengan
demikian tidak ada alasan kekurangan persyaratan pengesahaan akta perubahan;-------
4. Bahwa Tergugat melanggar Asas Profesionalitas dikarenakan tidak bertindak
profesional dalam menilai seluruh kelengkapan dan persyaratan yang telah dipenuhi
oleh Penggugat, yang mana jika Tergugat dapat bertindak profesional tentunya
Tergugat tidak akan menolak untuk menerbitkan RK kepada Penggugat;----------------
Bahwa berdasarkan uraian tersebut dan juga uraian pada bagian V huruf B, tindakan
Tergugat membuktikan bahwa Tergugat telah melanggar Asas Professionalitas;--------
A. TERGUGAT TELAH MELANGGAR ASAS BERTINDAK CERMAT;--------
1. Bahwa apa yang dimaksud dengan Asas Bertindak Cermat berdasarkan Penjelasan
Pasal 110 huruf d UU Nomor 30/2014 adalah asas yang mengandung arti bahwa suatu
Keputusan dan/atau Tindakan harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang
lengkap untuk mendukung legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan
dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang bersangkutan
dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau Tindakan tersebut
ditetapkan dan/atau dilakukan;-------------------------
2. Bahwa dengan mengacu pada uraian-uraian di atas, Tergugat telah melakukan
tindakan dengan mendalilkan adanya kekurangan persyaratan kelengkapan
administrasi berupa pengesahan akta perubahan yang dikeluarkan oleh
Kemenkumham dan surat keterangan domisili sehingga Tergugat menolak
menerbitkan RK kepada Penggugat;------------------------------------------------------------
3. Bahwa sebagaimana telah diuraikan pada Bagian V huruf C mengenai pelanggaran
Asas Professionalitas di atas yaitu yang pada intinya menjelaskan bahwa Penggugat
sudah memenuhi syarat kelengkapan, maka telah menunjukkan bahwa Tergugat juga
telah melanggar Asas Bertindak Cermat;------------------------------------------------------
4. Jika Tergugat bertindak cermat dengan menelaah seluruh persyaratan yang telah
disampaikan oleh Penggugat maka Tergugat tidak akan menolak menerbitkan RK;----
A. TERGUGAT TELAH MELANGGAR ASAS KETERBUKAAN;-----------------
1. Bahwa yang dimaksud dengan Asas Keterbukaan berdasarkan Penjelasan Pasal 3
angka 4 UU Nomor 28/1999, ialah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara;--------------------------------------
2. Sedangkan Asas Keterbukaan berdasarkan Penjelasan Pasal 10 ayat (1) huruf f UU
Nomor 30/2014 adalah asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan akses dan
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dalam
penyelenggaraan pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;---------------------------------------------------
3. Bahwa dengan mengacu pada uraian-uraian di atas, Tergugat telah melakukan
tindakan mendalilkan adanya pengakuan Penggugat akan kesamaan antara Penggugat
dengan PT. Semesta Matahari Televisi dan menjadikannya alasan untuk tidak
memberikan RK dengan alasan Diversity of Ownership. Padahal Penggugat tidak
pernah memberikan pengakuan yang demikian, dan Tergugat tidak menjelaskan
kesamaan apa yang dimaksud oleh Tergugat yang bertentangan dengan peraturan
terkait Diversity of Ownership yang berujung pada penolakan memberikan RK;--------
4. Bahwa sebagaimana telah Penggugat uraikan pada Bagian V huruf B mengenai
pelanggaran Asas Kepastian hukum dan Bagian V huruf D mengenai pelanggaran
Asas Kecermatan, yang pada intinya menjelaskan bahwa Penggugat sudah mengikuti
setiap prosedur tanpa adanya kekurangan syarat-syarat yang diminta, Tergugat juga
sama sekali tidak menjelaskan apapun terkait pengertian ataupun landasan “adanya
persamaan”;----------------------------------------------------------
5. Namun Tergugat tidak transparan atas kebijakannya dan menyebabkan korbannya
yakni Penggugat tidak mendapatkan menjelaskan apapun perihal apa yang dianggap
sama, dan apa dasar persamaan tersebut;---
6. Hal ini memberikan tanda tanya besar bagi Penggugat, sebagai bagian dari warga
negara yang membutuhkan kepastian hukum;---------------- Bahwa tindakan Tergugat
dengan tidak menjelaskan apapun perihal “adanya persamaan” tersebut justru
membuktikan bahwa Tergugat telah melanggar Asas Keterbukaan;-----------------------
A. TERGUGAT TELAH MELANGGAR ASAS PROPORSIONALITAS;--------
1. Bahwa yang dimaksud dengan Asas Proporsionalitas pada Penjelasan Pasal 3
angka 5 UU Nomor 28/1999 adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban Penyelenggara Negara;--------
2. Bahwa dengan mengacu pada uraian-uraian di atas, Tergugat telah melakukan
tindakan sebagai berikut:----------------------------------------
a. Tergugat telah melakukan tindakan mendalilkan adanya pengakuan Penggugat akan
kesamaan antara Penggugat dengan PT. Semesta Matahari Televisi dan
menjadikannya alasan untuk tidak memberikan RK dengan alasan Diversity of
Ownership. Padahal Penggugat tidak pernah memberikan pengakuan yang demikian,
dan Tergugat tidak menjelaskan kesamaan apa yang dimaksud oleh Tergugat;----------
b. Mencampuradukkan proses perijinan penyiaran analog dengan proses perijinan
penyiaran digital;----------------------------------------
3. Bahwa sebagaimana telah diuraikan pada Bagian V huruf B mengenai pelanggaran
Asas Kepastian Hukum, huruf C mengenai pelanggaran Asas Professionalitas dan
huruf E mengenai pelanggaran Asas Keterbukaan, Tergugat dengan melakukan
tindakan-tindakan pada angka 2 di atas, membuktikan juga bahwa Tergugat tidak
berimbang dalam menyingkapi permohonan Penggugat;-------------------------------
4. Bahwa tindakan tidak berimbang tersebut terlihat dari tindakan Tergugat terkesan
mencari-cari peluang untuk mempersalahkan Penggugat sehingga bisa dijadikan
alasan untuk menerbitkan Objek Gugatan, dan mengkait-kaitkan permohonan
penyiaran digital, sementara yang dimohonkan oleh Penggugat jelas untuk kegiatan
penyiaran analog;--------------------------------------------------------------
Bahwa tindakan Tergugat yang tidak berimbang dengan tidak mengeluarkan RK
kepada Penggugat telah melanggar Asas Proporsionalitas;----------------------
V. KESIMPULAN;------------------------------------------------------------ ---------
Majelis Hakim yang kami muliakan;-----------------------------------------------

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas jelas dan tegas telah terbukti bahwasanya


Tergugat telah melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik serta peraturan
perundang-undangan terkait. Untuk itu, sudah sangat tepat bagi Majelis Hakim yang
memeriksa perkara a quo untuk dapat mengabulkan permohonan Penggugat dengan
menyatakan batal atau tidak sah terhadap Objek Gugatan yakni Surat Tergugat No.
44/KPID/DIY/II/2015 tertanggal 23 Februari 2015, perihal: Pemberitahuan yang pada
intinya menolak memberikan Rekomendasi Kelayakan kepada Penggugat. Serta kami
mohonkan kepada Majelis Hakim yang kami muliakan agar menghukum Tergugat
untuk menerbitkan keputusan Tata Usaha Negara baru yakni pemberian Rekomendasi
Kelayakan kepada Penggugat;---------------------------------------------------------
VI. PERMOHONAN PENUNDAAN ATAS PELAKSANAAN KEPUTUSAN
TERGUGAT;------------------------------------------------------------------------ -
1. Majelis Hakim yang kami muliakan, Penggugat dengan ini juga mengajukan
permohonan penundaan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 67 ayat (2), ayat
(3) dan ayat (4) huruf a UU Peratun yang menyatakan bahwa Penggugat berhak
mengajukan permohonan penundaan apabila terdapat keadaan mendesak yang
mengakibatkan kepentingan Penggugat akan sangat dirugikan;----------------------------
2. Adapun penundaan yang Penggugat mohonkan sangatlah mendesak demi
mencegah kerugian yang sangat besar bagi Penggugat. Adapun Permohonan
penundaan tersebut adalah permohonan penundaan terhadap pelaksanaan lebih lanjut
dari penerbitan RK sehubungan dengan pemberian Izin Penyelenggaraan Penyiaran,
Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara analog melalui sistem
terrestrial pada pita Ultra High Frequency (UHF) kanal 55, 57 dan 61;--------------
3. Berdasarkan informasi yang Penggugat peroleh, diketahui pula bahwa Tergugat
bersama-sama dengan Kementerian Komunikasi dan Infomatika telah menyelesaikan
tahapan FRB yang nantinya akan dilanjutkan dengan pemberian izin prinsip. Oleh
karenanya, jika proses pemberian Izin Penyelenggaraan Penyiaran ini dilanjutkan,
maka akan mengancam keberadaan Penggugat untuk mendapatkan kanal penyiaran
dimaksud, yang mana telah diisi oleh pihakpihak lainnya. Sungguh sia-sia jika
seandainya gugatan ini nantinya dimenangkan oleh Penggugat namun kanal yang
tersedia telah terisi oleh pihak lain;------
4. Jika pemberian izin prinsip tersebut telah diselenggarakan tanpa adanya Penggugat,
maka dengan demikian Penggugat terancam tidak akan mendapatkan IPP dan tidak
akan bisa melaksanakan kegiatan penyiaran. Sementara sejak dari tahun 2008
Penggugat sebenarnya sudah layak untuk mendapatkan IPP, namun kali ini terjegal
kembali dikarenakan perbuatan melawan hukum dari Tergugat. Jika hal ini
terjadi,maka semakin sia-sia seluruh persiapan dan investasi Penggugat untuk dapat
memperoleh IPP, termasuk tetapi tidak terbatas pada infrastruktur, sumber daya
manusia, teknologi serta aset-aset lainnya;---
5. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan diatas, sudah sangat tepat bagi Majelis
Hakim yang kami muliakan untuk mengabulkan Permohonan Penundaan atas
tindak lanjut pelaksanaan administratif Surat Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: No. 44/KPID/DIY/II/2015,
tanggal 23 Februari 2015, perihal Pemberitahuan, yang ditujukan PT. Matahari
Yogya Televisi (My TV) selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara
sedang berlangsung sampai adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap
(Inkracht van Gewijsde);--------------------------------------------------------------------

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut di atas, maka Penggugat mohon
dengan hormat kepada Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara pada Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta c.q. Yang Mulia Majelis Hakim yang terhormat dalam gugatan
a quo untuk menjatuhkan putusan dengan amar (dictum) sebagai berikut:----------------
DALAM PERMOHONAN PENUNDAAN;-----------------------------------------------
1. Memerintahkan kepada Tergugat untuk menunda tindak lanjut pelaksanaan
administratif Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor: No. 44/KPID/DIY/II/2015, tanggal 23 Februari 2015, perihal Pemberitahuan,
yang ditujukan PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) selama pemeriksaan sengketa
Tata Usaha Negara sedang berlangsung sampai adanya putusan yang berkekuatan
hukum tetap (Inkracht van Gewijsde);----------------------------------------------------------
DALAM POKOK PERKARA:-----------------------------------------------------------
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;---------------------------
2. Menyatakan batal atau tidak sah atas Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah,
Daerah Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/ II/2016, tanggal 23 Februari 2016,
perihal Pemberitahuan, yang ditujukan PT. Matahari Yogya Televisi (My TV);---------
3. Memerintahkan Tergugat untuk mencabut Surat Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/ II/2016, tanggal 23 Februari
2016, perihal Pemberitahuan, yang ditujukan PT. Matahari Yogya Televisi (My TV);-
4. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang timbul dalam
sengketa ini;----------------------------------------------------------------- Menimbang,
bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, pihak Tergugat telah menyampaikan
Jawabannya tertanggal 22 Juli 2015 yang pada pokoknya sebagai berikut:---------------
1. Bahwa TERGUGAT menolak seluruh dalil-dalil PENGGUGAT kecuali hal-hal
yang diakui secara tegas;----------------------------------------------------------
2. Bahwa Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) atau TERGUGAT dalam
perkara ini memang lembaga yang berwenang menerbitkan surat Rekomendasi
Kelayakan (RK) sebagai syarat untuk mendapatkan Izin Penyelenggaraan Penyiaran
(IPP);-------------------------------------------
3. Bahwa dalam menerbitan Rekomendasi Kelayakan, TERGUGAT berpedoman
pada Peraturan Pemerintah sebagaimana yang tertuang di dalam Pasal 3 dan Pasal 4
PP RI Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran
Swasta yang berbunyi:---- Pasal 3:--------------------------------------------------------------
1) Lembaga Penyiaran Swasta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:------------
a. Didirikan oleh warga negara Indonesia;---------------------------------
b. Didirikan dalam bentuk badan hukum Indonesia berupa perseroan terbatas;----------
c. Bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi;--------
Seluruh modal awal usahanya di miliki oleh warga Negara Indonesia dan/atau badan
hukum Indonesia yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia;-------
Pasal 4:------------------------------------------------------------------------------
1) Sebelum menyelenggarakan kegiatan, Lembaga Penyiaran Swasta wajib
memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran;----------------------
2) Untuk memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta,
pemohon mengajukan izin tertulis kepada Menteri melalui KPI, dengan mengisi
formulir yang disediakan dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah ini;----------
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat rangkap 2 (dua) masing-
masing 1 (satu) berkas untuk Menteri dan 1 (satu) berkas untuk KPI, dengan
melampirkan persyaratan administrasi, program siaran dan data teknik penyiaran,
sebagai berikut:-------------------------
a. Persyaratan
administrasi:-------------------------------------------------
1. Latar
belakang…….dst;---------------- ------------------------
--------
1. Akta pendirian perusahaan dan perubahannya beserta pengesahan badan
hukum atau terdaftar pada instansi yang berwenang;-----------------------------------
2. …..dst;------------------------------------------------------------------
Pasal 6 PERMEN KOMINFO RI Nomor 28/P/ M.KOMINFO/09/2008 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran yang berbunyi:-------
Pendirian Lembaga Penyiaran Swasta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:---
a. Didirikan oleh warga negara Indonesia;----------------------------------------
b. Didirikan dengan bentuk badan hukum Indonesia berupa Perseroan Terbatas yang
mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM;---------------------------------
c. ….dst;----------------------------------------------------------------------------
4. Bahwa syarat-syarat tersebut diatas bersifat komulatif, bukan fakultatif, sehingga
tidak dipenuhinya salah satu syarat menyebabkan gugurnya proses perizinan
sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 PP RI Nomor 50 Tahun
2005 dan Pasal 6 PERMEN KOMINFO RI Nomor 28/ P/M.KOMINFO/09/2008;-----
5. Bahwa salah satu yang menjadi pertimbangan TERGUGAT dalam penerbitan Surat
No. 44/KPID/DIY/II/2015 yang intinya memutuskan tidak mengeluarkan Surat
Rekomendasi Kelayakan (RK) untuk PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV)
sebagaimana yang telah TERGUGAT sampaikan kepada PENGGUGAT (PT.
Matahari Yogya Televisi) yakni tidak memenuhi syarat kelengkapan administrasi dan
tidak menyertakan pengesahan akta perubahan yang disahkan oleh Kementrian
Hukum dan HAM;-----------------------------------------------------------------
6. Bahwa pada posita gugatan no. 11 huruf (b) halaman10-11, PENGGUGAT
mendalilkan bahwa PENGGUGAT telah menyerahkan Akta Perubahan beserta cover
letter dari Notaris. Hal itu dimaksudkan sebagai bukti bahwa perubahan pengurus dan
pemegang saham PENGGUGAT telah diberitahukan kepada Kementrian Hukum dan
HAM, terbukti dengan terbitnya Surat No. AHU-0001859.AH.01.03.TAHUN 2015
tertanggal 12 Januari 2015, namun baru diterima PENGGUGAT tanggal 12 Februari
2015 dan langsung diserahkan kepada TERGUGAT pada tanggal 12 Februari 2015;--
Bahwa apa yang didalilkan oleh PENGGUGAT tidak benar, karena TERGUGAT
tidak pernah menerima Surat No. AHU-0001859.AH.01.03.TAHUN 2015
tertanggal 12 Januari 2015 dari
PENGGUGAT;----------------------------------------------------------------------
7. Bahwa TERGUGAT melaksanakan Rapat Pleno tanggal 11-12 Februari 2015,
PENGGUGAT tidak menyerahkan syarat-syarat yang ditentukan atau secara lengkap
berdasarkan ketentuan hukum yakni Pengesahan Akta Perubahan PT Matahari Yogya
Televisi (PENGGUGAT) sehingga PENGGUGAT bukan Badan Hukum yang sah,
oleh karena PENGGUGAT bukan Badan Hukum maka TERGUGGAT tidak
memberikan Rekomendasi Kelayakan;---------------
8. Bahwa Perseroan Terbatas dinyatakan “sah” dan baru bisa disebut sebagai badan
hukum jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:------------------
1. Harus didirikan oleh 2 orang atau lebih;------------------------------------
2. Pendirian berbentuk akta notaris;----------------------------------------------
3. Dibuat dalam bahasa indonesia;-----------------------------------------------
4. Pendiri wajib mengambil saham;---------------------------------------------
5. Mendapat pengesahan menkuham;--------------------------------------
Syarat-syarat tersebut bersifat komulatif bukan fakultatif, sehingga tidak dipenuhinya
salah satu syarat meyebabkan pendiriannya tidak sah atau bukan badan hukum. Lihat
M.Yahya Harahap, Hukum Persroan Terbatas, Jakarta ,Sinar Grafika 2009;-------------
9. Bahwa berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
secara gamblang menjelaskan yang dimaksud pengertian Perseroan Terbatas sebagai
badan hukum atau perseroan adalah yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut
yang diakui sebagai badan hukum. Hal ini dipertegas pada Pasal 7 ayat 4 UU Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi “perseroan memperoleh
status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum Perseroan.”;---------------------------------------------------------
10. Bahwa bentuk pengesahan tersebut diterbitkan dalam bentuk Keputusan
Pengesahan Badan Hukum Perseroan yang diterbitkan oleh Menteri Hukum dan
Ham;------------------------------------------------------
11. Bahwa berdasarkan posita Poin 7, 8, 9, 10 Jawaban TERGUGAT di atas maka
TERGUGAT menyatakan PENGGUGAT tidak bisa membuktikan PT. Matahari
Yogya Televisi sebagai Badan Hukum yang sah menurut hukum, maka dari itu
TERGUGAT menolak Permohonan Ijin PENGGUGAT dimana syarat untuk
mendapatkan RK harus berbadan hukum PT (Perseroan Terbatas) sebagaimana Pasal
3 dan Pasal 4 PP RI Nomor 50 Tahun 2005 dan Pasal 6 PERMEN KOMENINFO RI
Nomor 28 /P/ M.KOMINFO/09/2008;---------------------------------------------------------
12. Bahwa pada posita gugatan nomor 11 huruf (c) halaman 11 PENGGUGAT
mendalilkan telah menyerahkan Surat Keterangan Domisili yang sah yang diterbitkan
oleh pemerintah daerah setempat sesuai format yang tersedia;-- Bahwa
PENGGUGAT tidak lengkapinya syarat administrasi lainnya yakni Surat Keterangan
Domisili, surat pernyataan domisili yang terdapat pada proposal PENGGUGAT tidak
diterbitkan oleh Kepala Desa/Kelurahan setempat.(Bukti Terlampir);---------------------
Berdasarkan lampirkan PERMEN KOMENINFO RI Nomor 28 /P/
M.KOMINFO/09/2008 oleh PENGGUGAT Jelas bahwa Surat keterangan Domisili
merupakan salah satu syarat administrasi yang wajib dilampirkan dalam pengajuan
izin penyiaran;-------------------------------------------------
13. Bahwa yang dilampirkan oleh PENGGUGAT pada proposal pengajuan perizinan
PT. Matahari Yogya Televisi adalah surat pernyataan domisli yang ditandatangani
oleh SIGIT PURWITA yang beralamat di Pulerejo RT. 07 RW. 003 Bokoharjo,
Prambanan, Sleman, DIY;------------------------------------------
14. Bahwa Surat Pernyataan Domisili Perusahaan tersebut diatas tidak sesuai dengan
yang dimaksud oleh KPID sebagaimana dokumen yang wajib dilampirkan
berdasarkan PERMEN KOMINFO Nomor 28/P/M/KOMINFO/09/2008 Pasal 7 yang
berbunyi:---------------------
Dalam mengajukan permohonan perizinan, LPS harus memenuhi persyaratan
Administratif, program siaran, dan data tehnik penyiaran dengan mengisi formulir
sebagaimana yang dimaksud dalam lampiran 2A atau Lampiran 2B peraturan menteri
ini;----------------------------------------- Lampiran 2B: V. DOKUMEN YANG
DILAMPIRKAN;---------------------------
2). Aspek Badan Usaha;------------------------------------------------------------
a) Legalitas Perusahaan;------------------------------------------------------
Melampirkan:---------------------------------------------------------------
• Fotokopi domisili perusahaan oleh intansi yang berwenang (minimal dari Lurah atau
Kepala Desa);-------------------------------
15. Bahwa PENGGUGAT menyampaikan Surat Pernyataan Domisili Perusahaan
yang ditandatangani oleh SIGIT PURWITA alamat Pulerejo RT. 07 RW. 003
Bokoharjo, Prambanan, Sleman, DIY, Jabatan Komisaris/Pimpinan Perusahaan;-------
Bahwa Surat Pernyataan Domisili Perusahaan tersebut diatas secara materiil bukan
“Surat Keterangan Domisili” sebagaimana yang dimintakan TERGUGAT. Hal ini
didasarkan sebagai berikut:----------------------------------
a. Surat Keterangan adalah surat yang dikeluarkan oleh “otoritas” tertentu dalam
kapasitas kewenangan yang dimilikinya dalam wilayah dan ruang administrasi
tertentu. Sehingga Surat Keterangan Domisili dikeluarkan oleh Pemerintah
Desa/Kelurahan setempat;--------------------------------
b. Surat Peryataan adalah surat yang dibuat untuk menyatakan suatu hal terkait
kapasitas dirinya secara pribadi yang berisi keterangan yang berhubungan dengan
status dan kapasitas dirinya sendiri terhadap orang lain atau suatu hal. Surat
Pernyataan disebut sebagai perjanjian sepihak. Dalam teori perjanjian diartikan
perjanjian yang hanya menimbulkan kewajiban bagi si pembuat pernyataan atau janji
tanpa ada pemenuhan kewajiban (prestasi) dari pihak kedua. Maka dari itu, Surat
Pernyataan Domisili tersebut diatas tidak sah sebagaimana yang dimaksudkan sebagai
Surat Keterangan Domisili Perusahaan;--------------
16. Bahwa Surat Pernyataan Domisili Perusahaan yang ditandatangani SIGIT
PURWITA tidak sah dan bukan merupakan SURAT KETERANGAN DOMISILI
sebagaimana yang dimaksud Pasal 7 PERMEN KOMINFO Nomor 28/P/M/
KOMINFO/09/2008. Dalam teori hukum administrasi dijelaskan bahwa kewenangan
melekat pada jabatan yang diemban oleh pejabat dalam suatu instansi pemerintah
seperti halnya Pemerintah Desa/Kelurahan. Setiap hal yang berhubungan dengan
kewenangan administrasi instansi ini maka yang mempunyai hak untuk membuat dan
mengeluarkannya adalah pejabat Pejabat Pemerintah Desa/Kelurahan. Dalam Surat
Pernyataan Domisili tersebut yang dibuat oleh SIGIT PURWITA jelas bukan
dikeluarkan oleh Pejabat berwenang, sehingga status hukum dan keabsahan atas surat
tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan;------------------------
Bahwa berdasarakan dalil-dalil tersebut diatas, mohon kepada Majelis Hakim
Pemeriksa perkara ini agar memutuskan sebagai berikut:--------------------------
DALAM POKOK PERKARA;-----------------------------------------------------------
1. Menerima dan mengabulkan Jawaban TERGUGAT untuk seluruhnya;----------
2. Menolak Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;-------------------------------
3. Menghukum PENGGUGAT membayar biaya akibat timbulnya perkara ini;-----
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono);---------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa atas Jawaban Tergugat, pihak Penggugat telah
menyampaikan Repliknya secara lisan di persidangan pada tanggal 5 Agustus 2015
yang pada pokoknya menyatakan tetap pada dalil-dalil gugatannya dan atas Replik
Penggugat tersebut, Tergugat telah menyampaikan Dupliknya secara lisan yang
disampaikan di persidangan pada tanggal 12 Agustus 2015 yang pada pokoknya tetap
pada dalil-dalil jawabannya. Replik dan Duplik tersebut selengkapnya sebagaimana
tercantum dalam Berita Acara Persidangan perkara ini yang merupakan satu kesatuan
tidak terpisahkan dan turut dipertimbangkan dalam putusan ini;---------------------------
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya Penggugat telah
mengajukan alat bukti tertulis berupa foto copy yang telah dilegalisir dan bermaterai
cukup dan dipersidangan telah disesuaikan dengan asli atau foto copynya sehingga
secara formal memenuhi syarat sebagai alat bukti surat yang oleh Penggugat telah
diberi tanda P-1 sampai dengan P-28 sebagai berikut:------
P-1.A : Fotocopy Akta Perseroan Terbatas PT. Matahari Yogya Televisi (My TV) No.
1 tanggal 6 Desember 2007 (sesuai dengan aslinya);-------
P-1.B : Fotocopy Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No: AHU-
15755.AH.01.01. Tahun 2008 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan PT.
Matahari Yogya Televisi (My TV) ditetapkan pada tanggal 31 Maret 2008 (sesuai
dengan aslinya);-----------------
P-2.A : Fotocopy Akta Berita Acara Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham
PT. Matahari Yogya Televisi (My TV) Nomor 48 tanggal 23 Desember 2014 (sesuai
dengan aslinya);---------------- P-2.B : Fotocopy Surat Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia No. AHU-0001859.AH.01.0 3.TAHUN 2015 tanggal 12 Januari 2015
perihal Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT. Matahari Yogya
Televisi (sesuai dengan fotocopy, asli pada Penggugat);--------------- ---------------------
P-3 : Fotocopy Surat Keterangan Nomor 01/ LHS-I/15 tanggal 5 Januari 2015 yang
dikeluarkan oleh Lily Harjati Soedewo, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta. (sesuai
dengan fotocopy, asli pada notaris yang bersangkutan);----------- -------------------------
P-4 : Fotocopy undangan Nomor 13/KPID/DIY/ I/2015 tanggal 15 Januari 2015 dari
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta kepada PT.
Matahari Yogya Televisi (MyTV) (sesuai dengan aslinya);-------------------- ------------
P-5.A : Fotocopy Surat Pernyataan Domisili Perusahan atas nama Sigit Purwita/PT.
Matahari Yogya Televisi, Nomor Agd.03/Ds.Ct/Pemb/ I/2015 tertanggal 7 Januari
2015, untuk ijin usaha (H.O) (sesuai dengan aslinya);-------------------- ----------------
P-5.B : Fotocopy Surat Pernyataan Domisili Perusahan atas nama Sigit Purwita/PT.
Matahari Yogya Televisi, Nomor Agd. 03/Ds.Ct/Pemb/I/2015 tertanggal 7 Januari
2015, untuk surat ijin usaha perusahaan (SIUP) (sesuai dengan aslinya );----------------
P-5.C : Fotocopy Surat Keterangan Domisili Perusahan atas nama Sigit Purwita/PT.
Matahari Yogya Televisi, Nomor Agd. 03/Ds.Ct/Pemb/I/2015 tertanggal 7 Januari
2015, untuk Tanda Daftar Perusahaan (TDP) (sesuai dengan aslinya);--------------------
P-6.A : Fotocopy tanda terima penyerahan proposal asli PT. Matahari Yogya Televisi
kepada KPID DIY tanggal 12 Januari 2015 (sesuai dengan aslinya);-------------------- -
P-6.B : Fotocopy tanda terima penyerahan proposal hasil revisi setelah EDP dari PT.
Matahari Yogya Televisi kepada KPID DIY tanggal 29 Januari 2015 (sesuai dengan
aslinya arsip milik Penggugat );---
P-7 : Fotocopy Berita Acara Evaluasi Dengar Pendapat Nomor 04/ BA-
EDP/KPID/DIY/ I/2015 tanggal 22 Januari 2015 (sesuai dengan aslinya);---------------
P-8 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa
Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/ II/2015 tanggal 23 Februari 2015, perihal
Pemberitahuan (sesuai dengan aslinya pada Penggugat);------------------------------------
P-9 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 13/Ijin/KPID/ DIY/V/08 lampiran 1 (satu) berkas perihal :
Rekomendasi Kelayakan yang ditujukan kepada Ketua KPI Pusat (sesuai dengan
fotocopy, asli pada KPI Pusat);------------------------------------------------------------------
P-10 : Fotocopy Putusan Mahkamah Agung Nomor 38P/HUM/2012 (sesuai dengan
fotocopy link dari internet);-----------------------------
P-11 : Fotocopy Putusan Mahkamah Agung Nomor 40P/HUM/2012 tertanggal 3
April 2013. (sesuai dengan fotocopy link dari internet);-------------------------------------
P-12 : Fotocopy surat dari PT. Matahari Yogya Televisi kepada Lurah Kelurahan
Caturtunggal Nomor 009/MYTV/BOD-WK/ CORSEC/2015 Lampiran 1 (satu)
bundel dokumen, perihal : Permohonan Formulir Surat Keterangan Domisili
Perusahaan, tanggal 24 Agustus 2015 (sesuai dengan aslinya);-----------------------------
P-13 : Fotocopy Surat dari Kepala Desa Caturtunggal Nomor 660/320 tanggal 28
Agustus 2015 hal Tanggapan Surat (sesuai dengan aslinya);--------------------------------
P-14 : Fotocopy hasil rapat pleno KPID DIY untuk pemohon lembaga penyiaran
swasta jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem terestrial pada pita Ultra
High Frequency (UHF) tanggal 13 Februari 2015 (sesuai dengan fotocopy);------------
P-15 : Fotocopy Surat dari Andrew Siampa & Partners selaku Kuasa Hukum PT.
Matahari Yogya Televisi Nomor 007/SP-AS/II/2015, Lamp 1 (satu) eks, Perihal
Somasi tanggal 18 Februari 2015 ditujukan kepada Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta (sesuai dengan fotocopy);---------------------
P-16 : Fotocopy Surat dari Andrew Siampa & Partners selaku Kuasa Hukum PT.
Matahari Yogya Televisi Nomor 008/SP-AS/II/2015, Lamp 1 (satu) eks, tertanggal 24
Februari 2015, perihal Tanggapan terhadap surat KPID DIY No.44/
KPID/DIY/II/2015 tanggal 23 Februari 2015 hal: Pemberitahuan, ditujukan kepada
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta (sesuai dengan
fotocopy);----------------------------------------------
P-17 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Nomor. 485/K/ KPI/05/2015,
tertanggal 13 Mei 2015 Lamp 1 (satu) lembar, perihal Surat Balasan Permohonan
Audiensi ditujukan Direktur Utama PT. Matahari Yogya Televisi (sesuai dengan
aslinya);---------
P-18 : Fotocopy UndangUndang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran beserta
Penjelasan (sesuai dengan fotocopy);-------------
P-19 : Fotocopy Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta beserta Penjelasan (sesuai
dengan fotocopy);------------------------------------
P-20 : Fotocopy Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun
2014 tentang Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa
Penyiaran Televisi Secara Analog Melalui Sistem Terestrial Pada Pita Ultra High
Frequency tanggal 9 Desember 2014 beserta Lampiran I, II, dan III (sesuai dengan
fotocopy);---------------------------------------------------------------------
P-21 : Fotocopy Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28/P/
M.Kominfo/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran, beserta lampiran 2A dan 2B (sesuai dengan fotocopy);---
P-22 : Fotocopy Affidavit oleh Prof. Dr. Nidyo Pramono, S.H., M.S., tanggal 2
September 2015 (sesuai dengan aslinya);-----------------
P-23 : Fotocopy Affidavit M. Agung Dharmajaya tanggal 29 September 2015 (sesuai
dengan aslinya);-------------------------------------------
P-24 : Fotocopy Putusan Perkara Nomor 005/ PUU/2008 Mahkamah Konstitusi,
tanggal 28 Juli 2004 (sesuai dengan fotocopy);-----------
P-25 : Fotocopy Berita Acara Evaluasi Dengar Pendapat KPID Sulawesi-Barat
Nomor /KPID-SB.II/ EDP/06/2013 tanggal 12 Juni 2013 (sesuai dengan aslinya);-----
P-26 : Fotocopy Pengumuman Rajawali Televisi pada web site resmi, tanggal 12
Oktober 2015 (sesuai dengan fotocopy);------------------
P-27 : Fotocopy foto-foto siaran dari Net TV di Wilayah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (sesuai dengan fotocopy);-----------------------
P-28 : Fotocopy Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, beserta
Penjelasannya (sesuai dengan fotocopy);----------------------
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil Jawabannya Tergugat telah
mengajukan alat bukti tertulis berupa foto copy surat yang telah dilegalisir dan
bermaterai cukup dan dipersidangan telah disesuaikan dengan asli atau fotocopynya
sehingga secara formal memenuhi syarat sebagai alat bukti surat yang oleh Tergugat
telah diberi tanda T-1 sampai dengan T-29 sebagai berikut;
T-1 : Fotocopy Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
242/Kep/2014 tentang Penetapan Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2014-2017, tanggal 7 Oktober 2014 (sesuai
dengan aslinya);--------------
T-2 : Fotocopy Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 193/KPID/DIY/XII/2014 tentang Struktur Organisasi Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2014-2017, tanggal
3 Desember 2014. (sesuai dengan aslinya);-----------------------------------------
T-3 : Fotocopy Struktur Organisasi Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta (sesuai dengan aslinya print out);------------------------- --
T-4 : Fotocopy checklist kelengkapan berkas permohonan izin penyelenggaraan
penyiaran lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi atas nama lembaga
T-5 : Fotocopy notulen Evaluasi Dengar Pendapat (EDP), pada hari kamis tanggal 22
Januari 2015 (sesuai dengan Fotocopy);----------
T-6 : Fotocopy proposal permohonan izin penyelenggaraan penyiaran lembaga
penyiaran swasta yang diajukan PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) (sesuai dengan
aslinya);-------------------- -----------
T-7 : Fotocopy tanda terima proposal PT.Matahari Yogya Televisi hasil revisi setelah
EDP tertanggal 29 Januari 2015. (sesuai dengan arsip asli milik Tergugat);--------------
--- -------------------------------
T-8 : Fotocopy UndangUndang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, beserta
Penjelasan (sesuai dengan aslinya);--------------
T-9 : Fotocopy Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta (sesuai dengan aslinya, sesuai dengan
internet);------------------- -----------
T-10 : Fotocopy Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28/P/
M.KOMINFO/09/2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan
Penyiaran (sesuai dengan aslinya);-----
T-11 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa
Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/ II/2015 tanggal 23 Februari 2015 perihal:
Pemberitahuan (sesuai dengan aslinya pembanding pada Penggugat bukti P-8,
substansi sama, tanda tangan dan cap/ stempel berbeda);------------------ -----------------
T-12 : Fotocopy halaman buku, judul buku: Hukum Perseroan Terbatas karya M.
Yahya Harahap, Jakarta, Penerbit Sinar Grafika, tahun 2009, halaman 161 (sesuai
dengan aslinya);--------------------------
T-13 : Fotocopy UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(sesuai dengan aslinya, sesuai dengan internet);------------------- ---------------------------
T-14 : Fotocopy Surat Pernyataan Domisili Perusahan atas nama Sigit Purwita/PT.
Matahari Yogya Televisi, Nomor Agd.03/Ds.Ct/Pemb/ I/2015 tertanggal 7 Januari
2015, untuk ijin usaha (H.O), (sesuai dengan aslinya, pembanding pada Penggugat
bukti P-5A);----------------------- -------------------------------- --------
T-15 : Fotocopy Surat Keterangan Domisili Nomor 470/24/BK/I [/2015 tanggal 16
Januari 2015 (sesuai dengan fotocopy);------------------
T-16 : Fotocopy permohonan izin penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran
swasta Sindo TV Yogyakarta PT. Semesta Matahari Televisi untuk wilayah Siaran
Yogyakarta (sesuai dengan fotocopy);------------------ -------------------------------- ------
T-17 : Fotocopy Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun
2004 tentang Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi
secara Analog melalui sistem teresterial pada Pita Ultra High Frequency, tanggal 9
Desember 2014, beserta Lampiran I, II, dan III (sesuai dengan fotocopy);----
T-18 : Fotocopy Surat Edaran Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Nomor: 01
Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Perizinan atas terbitnya
Keputusan Menteri Nomor 1017 Tahun 2014 tanggal 16 Desember 2014 (sesuai
dengan fotocopy);---------
T-19 : Buku Pedoman Perijinan Penyiaran Tahun 2014 (sesuai dengan aslinya);--------
T-20 : Buku Mengenal KPID Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Tahun 2015 (sesuai
dengan fotocopy);------------------ -----------------------
T-21 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 227/KPID/DIY/ XII/2014, hal Permohonan Informasi tanggal 31
Desember 2014 yang ditujukan kepada Menteri Komunikasi dan Informasi (sesuai
dengan aslinya); T-22 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 228/KPID/DIY/ XII/2014, hal Permohonan Informasi
tanggal 31 Desember 2014 yang ditujukan kepada Ketua KPI Pusat (sesuai dengan
aslinya);--------------------
T-23 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Nomor. 034/K/ KPI/01/2015,
Lampiran SE KPIP Nomor 01 Tahun 2014, hal masukan dan permohonan tanggapan
pelaksanaan Kepmen Nomor 1017 Tahun 2014, tertanggal 16 Januari 2015, ditujukan
kepada Bapak Rudiantara Menteri Komunikasi dan Informatika (sesuai dengan
fotocopy);------------------ -------------------------------- -------
T-24 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 60/K/KPI/01/2015,
tertanggal 21 Januari 2015, Lampiran 1 (satu) lembar, perihal Jawaban surat KPID
Yogyakarta permohonan informasi ditujukan kepada Ketua KPID Yogyakarta (sesuai
dengan aslinya);-------------------- -------------------------------- ----------------
T-25 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 43/KPID/DIY/ II/2015, tanggal 23 Februari 2015 hal
Pemberitahuan ditujukan kepada PT. Omni Semarang (O Cannel Yogyakarta) (sesuai
dengan aslinya);----------
T-26 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 41/KPID/DIY/ II/2015, tertanggal 23 Februari 2015, hal
Pemberitahuan kepada PT. Bama Berita Sarana Televisi Tujuh Yogyakarta (BBS TV)
(sesuai dengan aslinya);-------------------- -------------------------------- ----------------
T-27 : Fotocopy Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 42/KPID/DIY/ II/2015, tertanggal 23 Februari 2015 hal
Pemberitahuan ditujukan kepada PT. Balakosa Media Digital (Kompas TV
Yogyakarta) (sesuai dengan aslinya);-------------------- -------------------------------- -----
T-28 : Fotocopy Jadwal Verfikasi Faktual dan EDP tahun 2015 (sesuai dengan
fotocopy);------------------ -------------------------------- ------
T-29 : Fotocopy Surat Kepala Desa Condongcatur, Domisili Usaha Nomor 503/45,
tanggal 4 Februari 2015 (sesuai dengan aslinya);------------
Menimbang, bahwa selain mengajukan alat bukti surat, Penggugat di
persidangan telah pula mengajukan 2 (dua) orang ahli, masing-masing bernama:-------
1. Prof. Dr. NINDYO PRAMONO, S.H., M.S., Tempat/Tanggal Lahir Boyolali, 18
Juli 1954, Jenis Kelamin Laki-Laki, Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil, Agama Kristen Protestan, bertempat Tinggal di Wirobrajan Jalan Gatot
Koco 10 YKA, RT. 012/RW. 003, Kelurahan. Wirobrajan, Kecamatan Wirobrajan;---
2. M.AGUNG DHARMAJAYA, Tempat/Tanggal Lahir Indramayu 2 Juni 1972, Jenis
Kelamin Laki-Laki, Kewargangaraan Indonesia, Pekerjaan Wiraswasta, Agama Islam,
bertempat tinggal di Gading Serpong Sek. 8 GB 7 NG 83 RT. 004/RW. 004,
Kecamatan Curug Sangereng, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang;---------
Ahli dari Penggugat telah memberikan keterangan di bawah sumpah menurut
agama Kristen Protestan yang pada pokoknya Prof. Dr. NINDYO PRAMONO, S.H.,
M.S., memberikan keterangan sebagai berikut:----------------
• Bahwa status Perseroan Terbatas dapat dikatakan sah berbadan hukum sejak pada
tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum
Perseroan sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
hukum Perseroan hanya terbit 1 (satu) kali sejak diterbitkannya Keputusan Menteri
mengenai pengesahan badan hukum Perseroan;---------------------------------------------
• Bahwa Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan hanya
terbit 1 (satu) kali sejak diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan
badan hukum Perseroan. Ada atau tidaknya Perubahan anggaran dasar tertentu suatu
Perseroan tidak merubah status badan hukum Perseroan. Perubahan anggaran dasar
tertentu harus mendapat persetujuan Menteri berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;------------------
• Bahwa Perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas meliputi: nama
perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan, Maksud dan Tujuan serta kegiatan
usaha Perseroan, jangka waktu berdirinya Perseroan, besarnya modal dasar,
pengurangan modal ditempatkan dan disetor, dan/atau status Perseroan yang tertutup
menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;----
• Bahwa Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diajukan kepada Menteri paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan anggaran dasar sesuai ketentuan
Pasal 21 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;--------------------------------------
• Bahwa Perubahan anggaran dasar selain sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas diberitahukan
kepada Menteri, sesuai ketentuan Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas;--------
• Bahwa Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat
yang dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;---------------------------
• Bahwa Setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidak
dapat diajukan atau disampaikan kepada Menteri sebagaimana ketentuan sesuai
ketentuan Pasal 21 ayat (9) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;---------
• Bahwa Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian
anggota Direksi juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian,
dan pemberhentian tersebut sesuai ketentuan Pasal 94 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;------------------------------------------
• Bahwa Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan,
pergantian, dan pemberhentian anggota Direksi tersebut mulai berlaku sejak
ditutupnya RUPS sesuai ketentuan Pasal 94 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;---------
• Bahwa Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan,
pergantian, dan pemberhentian anggota Direksi tersebut mulai berlaku sejak
ditutupnya RUPS sesuai ketentuan Pasal 94 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;---------
• Bahwa perubahan pengurus dan pemegang saham mulai efektif sejak terjadi
pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian Direksi, Direksi wajib
memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada Menteri untuk dicatat dalam
daftar Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal keputusan RUPS tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 94 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian Direksi efektif terhitung sejak tanggal keputusan
RUPS tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 94 ayat (7) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;------------------------------------
• Bahwa Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari
pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus dan
memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat
dalam daftar Perseroan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
pencatatan pemindahan hak sesuai Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;-------------------------------------------------------
• Bahwa jika Perseroan Terbatas yang dimiliki oleh seseorang secara pribadi maka
Orang secara pribadi dengan memiliki saham atas Perseroan Terbatas bukan berarti
orang tersebut dikatakan identik memiliki Perseroan Terbatas. Pemahaman
menyamakan Orang secara pribadi dengan memiliki saham atas Perseroan Terbatas
berarti memiliki Perseroan Terbatas salah kaprah/ keliru;-----------------------------------
• Bahwa Perseroan adalah badan hukum sejak tanggal saat pengesahan status badan
hukumnya dari Menteri Hukum dan Ham. Perseroan Terbatas berbadan hukum
berhak atas hak dan kewajiban sama seperti orang, dan keduanya sama-sama sebagai
subyek hukum;------------------------------------
• Bahwa Fungsi pemegang saham adalah pemilik pemegang saham. Pemegang saham
pribadi hanya pada saat memegang saham. Pemilik saham pribadi adalah bukti bahwa
yang bersangkutan ikut dalam penyertaan modal perseroan;--------------------------------
• Bahwa Pemegang saham mewadah dalam RUPS. Pemegang saham baru bisa
melaksanakan posisinya sebagai organ Perseroan pada saat mewadah dalam RUPS;---
• Bahwa Izin perseroan hanya melekat pada perseroan tersebut, karena izin tersebut
merupakan dokumen yang harus diperoleh dari instansi terkait/berwenang atas izin
tersebut. Jika Perseroan Terbatas menyimpang dalam situasi formal ada larangan
tertentu karena perseroan itu sudah memiliki izin. Izin hanya melekat pada
perusahaan dan bukan pada pemilik pemegang saham pribadi/ pemegang saham
mayoritas. Pemegang saham hanya sebagai tanda bukti dalam penyertaan sebagai
pemegang saham saja. Contoh surat izin tempat usaha maka harus memiliki izin
tempat usaha, izin hanya melekat pada perusahaan bukan pada pemegang saham atau
orangnya pribadi masing-masing atau beberapa pemegang saham;----
• Bahwa Dalam teori penyeludupan Hukum (dalam praktek) saham bisa di jual
kepada pihak ke III, karena tidak mampu dalam mengikuti PT tersebut, maka dapat
memberi sahamnya kepada perorangan untuk dapat melanjutkan berjalannya
perusahaan itu. Sering terjadi pandangan hukum bisnis/perseroan perusahaan
berkelompok/holding company adalah masing masing Perseroan yang berdiri sendiri
statusnya Perseroan yang mandiri, ada tercermin dalam neraca konsolidasi yang
diumumkan di media masa yang dikonsolidasikan antara induk perusahaan dan anak-
anak perusahaannya;---------------------------------------------------------- ---------------
Contoh Pupuk Sriwijaya sebagai induk dari pupuk kujang, pupuk kaltim, pupuk
pusri;-------------------------------------------------------------------------
• Bahwa Perubahan pemegang saham bukan berarti izin melekat pada pemegang
saham/pada orang yang memegang saham. Saham dapat dijualbelikan namun izin
Perseroan tetap berjalan tidak terpaku dengan pemegang saham;--------------------------
Dalam praktek saham dijualbelikan dalam penyeludupan hukum bukan dilarang;------
Sebagai contoh saham saya dijual kepada pihak ke III, agar perseroan dapat tetap
berjalan, itu bisa terjadi hanya saja dalam dasar perjanjian belum ada undang-undang
yang mengatur;-------------------------------------
• Bahwa sesuai ketentuan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta tegas
menyatakan Lembaga Penyiaran Swasta (LPS), harus sudah mendapat Izin
Penyelenggaraan Penyiaran (IPP). Kalau belum mendapat Izin Penyelenggaraan
Penyiaran (IPP) maka Perseroan tersebut merupakan Perseroan biasa;--------------------
• Bahwa suatu perseroan terbatas dikatakan lembaga penyiaran swasta (LPS) jika
telah mendapat Izin Penyiaran Penyelenggaraan (IPP). Pembatasan hanya bagi
Perseroan yang telah memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP). 1 (satu) badan
hukum paling banyak memiliki 2 (dua) izin penyelenggaraan penyiaran jasa
penyiaran televisi, yang berlokasi di 2 (dua) provinsi;---------------------------------------
• Bahwa setiap Lembaga Penyiaraan Swasta tidak boleh melanggar aturan Pasal 32
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta;----------------------
• Bahwa Perusahaan kelompok belum dikenal dalam undang-undang perseroan
terbatas di Indonesia;--------------------------------------------------
• Bahwa Perusahaan kelompok dapat dilihat dari neraca konsolidasi Perseroan
Terbatas. Perseroan Terbatas yang sudah berstatus LPS, untuk berstatus LPS harus
mendapat Izin;-----------------------------------------------
• Bahwa Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta jasa
penyiaran televisi oleh 1 (satu) orang atau 1 (satu) Badan Hukum baik di satu wilayah
siaran maupun di beberapa wilayah siaran, diseluruh wilayah Indonesia dibatasi
sebagai berikut yaitu 1 (satu) badan hukum paling banyak memiliki 2 (dua) izin
penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran televisi, yang berlokasi di 2 (dua) provinsi
yang berbeda sesuai ketentuan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta;-----------
• Bahwa yang berhak mewakili Perseroan Terbatas untuk bertindak hukum baik di
dalam maupun di luar Perseroan Terbatas adalah Direksi Organ yang berhak mewakili
Perseroan baik di dalam maupun di luar Perseroan adalah Direksi. Direksi dapat
terdiri dari beberapa direktur yaitu Direktur Utama, Direktur, Direktur 1. Sebagai
contoh ada dalam (vide bukti T-6) yang melakukan perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh Direksi, dalam praktek Komisaris dapat bertindak mewakili Perseroan
melakukan tindakan hukum diluar Perseroan;-------------------------------------------------
• Bahwa jika Komisaris bertindak mewakili Perseroan melakukan tindakan hukum
diluar Perseroan maka komisaris tersebut mengambil alih resiko melakukan
perbuatan. sehingga perseroan tersebut merugikan maka komisaris tersebut bisa
digugat oleh pihak ketiga yang merasa dirugikan atas tindakan yang dilakukan
komisaris sampai ke harta pribadi;--------------
• Bahwa sesuai ketentuan yang berlaku Komisaris hanya sebagai pengawas dan
penasehat. Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku hanya
direksi yang berhak bertindak mewakili Perseroan melakukan tindakan hukum diluar
Perseroan. Namun tidak ada aturan yang melarang komisaris bertindak mewakili
Perseroan melakukan tindakan hukum diluar Perseroan;------------------------------------
• Bahwa Komisaris dapat bertindak mewakili Perseroan melakukan tindakan hukum
diluar Perseroan. Atas tindakan komisaris tersebut tidak diperlukan izin dari Direksi;--
• Bahwa konsekuensi terhadap Perseroan terbatas yang tidak mengajukan
permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada
Menteri Hukum dan Ham maka tindakan hukum Perseroan tersebut tetap sah dan
tetap berbadan hukum. Pemberitahuan hanya berfungsi sebagai pemberitahuan hanya
untuk publikasikan. Tanpa ada pengajuan permohonan pemberitahuan perubahan
anggaran dasar maka tindakan hukum Direksi tetap sah sebagai badan hukum.
Menteri berhak menolak pengajuan permohonan pemberitahuan kalau tidak
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam undang-undang. Jika pengajuan
permohonan pemberitahuan perubahan anggaran dasar terlambat maka tidak dapat
diajukan kepada Menteri sehingga perubahan direksi itu tidak berlaku;-------
• Bahwa sahnya perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud Pasal 21
ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas meliputi:
nama perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan, Maksud dan Tujuan serta
kegiatan usaha Perseroan, jangka waktu berdirinya Perseroan, besarnya modal dasar,
pengurangan modal ditempatkan dan disetor, dan/atau status Perseroan yang tertutup
menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Direksi wajib
mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari pemindahan hak tersebut
dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus dan memberitahukan perubahan
susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak sesuai
Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas;-------------------------------------------------------------------- ---------
Ahli dari Penggugat M.AGUNG DHARMAJAYA telah memberikan
keterangan di bawah sumpah menurut agama Islam yang pada pokoknya memberi
keterangannya sebagai berikut:--------------------------------------------
• Bahwa benar saksi ahli mengetahui Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2005 dan
Peraturan Menteri Nomor 28 Tahun 2008;---------------------------
• Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 dijelaskan bahwa dalam
proses permohonan IPP ada 3 (tiga) persyaratan yaitu administrasi, konten, dan
teknis. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 yang merupakan turunan
dari undang-undang penyiaran dijelaskan bahwa untuk persyaratan administrasi dan
teknis merupakan kewenangan pemerintah. Persyaratan konten merupakan
kewenangan KPI;-
• Bahwa betul, menurut Ahli persyaratan administrasi dan teknis merupakan
kewenangan pemerintah;-----------------------------------------------------------
• Bahwa benar menurut undang-undang penyiaran dan turunannya persyaratan
administrasi dan teknis merupakan kewenangan pemerintah persyaratan konten
merupakan kewenangan KPI sehingga terkait dengan aspek legal kewenangan
persyaratan administrasi adalah kewenangan pemerintah;-----------------------------------
• Bahwa yang dimaksud pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2005 dan Peraturan Menteri Nomor 28 Tahun 2008 adalah Menteri Komunikasi dan
Informatika;--------------------------------------------------------
• Bahwa KPI dikatakan tidak berwenang untuk memeriksa persyaratan administrasi
dan teknis, dijelaskan dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005
bahwa proses permohonan IPP point 2 dan point 3 menyebutkan pemohon
mengajukan izin kepada kemenkominfo melalui KPI. Point berikutnya menjelaskan
bahwa permohonan dibuat 2 (dua) rangkap/bendel/ berkas. Satu rangkap untuk
kemenkominfo, satu rangkap untuk KPI;------------------------------------------------------
• Bahwa benar KPI akan menerbitkan Rekomendasi Kelayakan setelah pemohon IPP
melewati tahap persyaratan administrasi dan teknis yang merupakan kewenangan
pemerintah serta persyaratan konten siaran merupakan kewenangan KPI;----------------
• Bahwa tindakan KPI dengan tidak menerbitkan Rekomendasi Kelayakan dengan
alasan adanya kesamaan pemegang saham atau pemodal (diversity of ownership),
adalah bukan kewenangan KPI. Kewenangan kemenkominfo adalah dalam
persyaratan administrasi dan teknis. Untuk menentukan kesamaan pemegang saham
atau pemodal (diversity of ownership) bagian dari persyaratan administrasi dan teknis
yang merupakan kewenangan kemenkominfo;------------------------------------------------
• Bahwa benar dengan adanya kesamaan pemegang saham atau pemodal (diversity of
ownership) dari pemohon tidak dapat dibenarkan untuk alasan penolakan
dikeluarkannya Rekomendasi Kelayakan;-----------------------------
• Bahwa yang dimaksud prinsip diversity of ownership adalah kepemilikan silang.
Diversity of ownership hanya berlaku bagi LPS yang sudah memiliki IPP. Apabila
pemohon IPP tersebut baru melewati tahap permohonan dan proses, belum dapat
dikatakan diversity of ownership;--------------------------
• Bahwa dalam proses EDP jika terdapat persyaratan yang tidak lengkap yang
diajukan pemohon, mekanisme prosedur untuk mendapatkan Rekomendasi Kelayakan
adalah ketika pemohon menyampaikan permohonan 2 (dua) rangkap yaitu satu
rangkap kepada komenkominfo, satu rangkap kepada kepada KPI, KPID dalam hal
ini. Setelah berkas permohonan itu diterima sesuai dengan kewenangan masing-
masing maka KPID melakukan klarifikasi berkaitan dengan konten. Persyaratan
administrasi dan teknis akan diperiksa kemenkominfo. Apabila berkas tersebut telah
diterima dan ditemukan ada kekurangan/catatan maka sesuai dengan ketentuan
diberikan waktu 15 (lima belas) hari untuk memperbaiki/ melengkapi dokumen
kekurangan/catatan tersebut. Setelah 15 (lima belas) hari dinyatakan lengkap
kemudian KPID akan menjadwalkan EDP (evaluasi dengar pendapat). Setelah
ditentukan jadwal EDP selanjutnya dilaksanakan proses EDP. Para pihak yang hadir
dalam proses EDP adalah pemohon, KPID, unsur masyarakat, pemerintah daerah,
akademisi, dan berbagai pihak terkait. Setelah proses EDP selesai apabila masih
ditemukan adanya catatan administrasi dan teknis dari kemenkominfo atau catatan
konten dari KPI maka akan diberikan waktu untuk memperbaiki segala sesuatu yang
berkaitan dengan EDP. Proses EDP dituangkan dalam bentuk berita acara. Berikutnya
diberikan waktu 15 (lima belas) hari untuk melengkapi/menyelesaikan catatan hasil
EDP. Setelah dinyatakan lengkap maka Rekomendasi Kelayakan akan diterbitkan
oleh KPI. Rekomendasi Kelayakan adalah final produk hukum yang diterbitkan oleh
KPI setelah catatan hasil EDP dilengkapi. Proses keluarnya Rekomendasi Kelayakan
setelah melalui proses perbaikan/melengkapi catatan pada waktu proses EDP, jadi
tidak mungkin Rekomendasi Kelayakan terbit tetapi masih ada catatan yang harus
dilengkapi oleh pemohon. Masih ada waktu 15 (lima belas) hari pemohon untuk
melengkapi berkas/ catatan pada saat proses EDP sebelum KPID melakukan rapat
pleno. KPI melakukan rapat pleno sebelum menerbitkan Rekomendasi Kelayakan;----
• Bahwa benar segala catatan atau kekurangan berkas permohonan pada saat proses
EDP tertuang dalam Berita Acara EDP;-----------------------------
• Bahwa catatan atau kekurangan kelengkapan berkas permohonan pada saat proses
EDP dalam berita acara EDP tersebut ditandatangani oleh para pihak yang hadir yang
diundang oleh KPI dalam proses EDP yaitu pemohon, komisioner KPID para pihak
yang hadir yang diundang menandatangani berita acara EDP tersebut;-------------------
• Bahwa benar bila dalam berita acara EDP tidak ada catatan atau kekurangan
kelengkapan berkas, dapat diartikan bahwa berkas sudah lengkap;------------------------
• Bahwa ketentuan normatif dinyatakan bahwa RK tidak memiliki masa daluarsa;-----
• Bahwa mengenai RK tidak ada kadaluarsanya. KPI tidak bisa menindaklanjuti
karena pada awal digunakan untuk digital pada 2008.;--
• Bahwa tindakan KPI yang mensyaratkan untuk menerbitkan RK ulang atau dalam
proses EDP tidak menerbitkan RK, padahal pemohon tersebut pada tahun 2008 telah
memiliki RK, hal tersebut dengan pemohon yang sama selanjutnya RKnya tidak
diterbitkan sepertinya keadaan tersebut tidak mungkin. Pemohon sudah
menyampaikan permohonan kemudian sudah terbit RK. RK terbit maka diartikan
sudah lengkap dokumen. Ada aturan baru sehingga muncul RK baru. RK yang lama
tetap berlaku. RK merupakan produk hukum. Jika RK tersebut akan dicabut maka
harus ke pengadilan. RK sebagai produk hokum ada konsekuensi hukumnya. RK
tidak bisa dicabut secara sepihak. Dengan adanya ketentuan nomor 1017 tentang
peluang usaha maka semua pemohon yang telah mempunyai RK harus diberikan surat
atau pemberitahuan bahwa pemerintah saat ini menerbitkan aturan nomor 1017
tentang peluang usaha sehingga RK yang dulu tidak bisa diproses karena tidak ada
alokasi frekuensi maka mempunyai kesempatan untuk dilanjutkan proses
perizinannya. Apabila alokasi peluang usaha mencukupi kebutuhan pemohon yang
ada. Kalau ternyata pemilik RK ada 10 tetapi peluang usahanya hanya ada 5. Hal ini
berarti tidak berimbang antara pemilik RK dan peluang usaha. Berarti hanya 5 yang
akan diakomodir oleh pemerintah. Tetapi hal tersebut tetap harus disampaikan kepada
para pemilik RK. RK yang diperoleh pada tahun 2008 tidak dapat dianggap tidak
berlaku karena tidak ada aturan yang menyatakan apabila RK ada masa
kadaluarsanya;------------------------------------------------------------ ----------
• Bahwa setelah pemohon mendapatkan RK maka tahap selanjutnya adalah forum
rapat bersama. FRB sesuai undang-undang dan peraturan pemerintah adalah hanya
dihadiri oleh kemenkominfo dalam hal ini adalah dirjen SDPPI dan dirjen PPI dengan
KPI. Dalam forum tersebut diputuskan alokasi frekuensi dapat diberikan atau tidak;---
• Bahwa benar kalau proses EDP masih berbicara tahap normatif sedangkan FRB
sudah berbicara frekuensi;----------------------------------------------------
• Bahwa benar untuk bukti T-19 hal 49 berbunyi sanksi yang dapat diterapkan oleh
KPI adalah pelanggaran konten sementera selebihnya adalah kewenangan
kemenkominfo;-------------------------------------------------------
• Bahwa benar untuk bukti T-19 hal 49 berbunyi peran KPI hanya untuk isi siaran;----
• Bahwa benar ahli pernah mendengar putusan MK Nomor 5 Tahun 2003 yang pada
intinya kewenangan KPI untuk menjatuhkan sanksi sudah dicabut;-----------------------
• Bahwa benar dalam bukti T-24, disebutkan bahwa pemohon RK lama hanya sebatas
klarifikasi tidak melalui proses dari awal;--------------------------------
• Bahwa isi dari dokumen dalam proposal IPP secara umum terdiri dari 3 (tiga) yaitu
administrasi, konten, dan aspek teknis. Jika dibedah secara keseluruhan akan terdapat
4 atau 5 aspek dalam proposal yaitu aspek pendukung administratif aspek
permodalan, aspek teknis, aspek program sales marketing;---------------------------------
• Bahwa Penerbitan RK setelah melalui proses penilaian EDP bukan domain KPID
karena forum EDP merupakan Forum evaluasi rapat dengar pendapat yang
menjadwalkan atau melaksanakan KPID sehingga konteks pertanyaan Tergugat
ketika catatan catatan kekurangan selesai di perbaiki karena yang menerbitkan RK
adalah KPID maka setelah catatan-catatan dilengkapi KPID harus menerbitkan RK
jika memang tidak ada catatan-catatan kekurangan. Jika masih ada catatan-catatan
kekurangan maka diberikan waktu untuk memperbaiki catatan-catatan tersebut
sehingga dinyatakan lengkap sesuai dengan berita acara yang sudah ditandatangani
bersama maka produk yang dikeluarkan oleh KPID adalah RK;---------------------------
• Bahwa benar terdapat peluang RK tidak dapat diterbitkan karena catatan-catatan
kekurangan tidak dilengkap;------------------------------------------------
• Bahwa maksud dari permohonan ditujukan kepada Kemenkominfo melalui KPID,
menurut Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta berbunyi untuk memperoleh
izin penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta, Pemohon mengajukan
permohonan izin tertulis kepada Menteri melalui KPI. Dalam Pasal 4 ayat (3)
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
Penyiaran Swasta disebutkan bahwa permohonan tersebut dibuat dalam 2 (dua)
rangkap. 1 (satu) berkas kepada Menteri karena ada aspek penilaian administrasi dan
teknis. 1 (satu) berkas untuk KPI untuk aspek penilaian program siaran. 2 (dua)
berkas permohonan tersebut isinya sama. Berkas permohonan tidak dipilah-pilah
berdasarkan persyaratan administrasi dan teknik penyiaran ditujukan kepada Menteri,
berkas permohonan program siaran ditujukan kepada KPI;---------------------------------
• Bahwa menurut undang-undang dan peraturan pemerintah menyebutkan untuk
memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta, Pemohon
mengajukan permohonan izin tertulis kepada Menteri melalui KPI. Bunyi Pasal 4 ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta sudah sesuai secara normatif
dan jangan disimpulkan karena dikhawatirkan multitafsir;----------------------------------
• Bahwa jika proses EDP sudah dilakukan dan secara persyaratan administrasi,
program siaran, dan teknik penyiaran sudah lengkap maka tidak ada alasan untuk
tidak diterbitkan RK. Jika tidak lengkap persyaratan administrasi, program siaran, dan
teknik penyiaran maka diberikan hak untuk melengkapi diberikan batas 15 (lima
belas) hari. Jika pemohon tidak melengkapi dalam waktu 15 (lima belas) hari boleh
dinyatakan ditolak. Selama berkas permohonan dilengkapi selama kurun waktu 15
(lima belas) hari maka tidak ada alasan tidak boleh menerbitkan RK;---------------------
• Bahwa sifatnya wajib untuk melengkapi catatan-catatan kekurangan dalam kurun
waktu 15 (lima belas) hari jika terdapat catatan-catatan kekurangan, namun jika
catatancatatan tersebut tidak dilengkapi maka KPI berwenang untuk menolak
menerbitkan RK;--------------------------------------------------
• Bahwa saksi diminta menjadi ahli dalam perkara ini untuk kanal analog;----
• Bahwa saksi tidak punya catatan khusus, jika dalam hitungan 10 kali, saya
mengikuti proses EDP sudah lebih dari 10 kali;---------------------------------
• Bahwa proses EDP yang pernah ahli ikuti tiap-tiap daerah sama perbedaan hanya
dalam penyelenggaraan EDP;----------------------------------------------
• Bahwa pada saat teknis proses EDP biasanya pemohon menyampaikan seluruh
tentang apa yang ada dalam proposal;---------------------------------
• Bahwa pemohon diberikan waktu menayangkan konten dan lain sebagainya;---------
• Bahwa selama pengalaman saya hadir dalam proses EDP biasanya banyak
ditanyakan komisioner mengenai konten. Saya banyak ditanyakan mengenai program
yaitu mengenai durasi program ini berapa lama. Saya tidak pernah ditanyakan
mengenai persyaratan administrasi;---------------------------------
• Bahwa Para pihak yang hadir dalam forum tersebut menyampaikan sesuatu hal
dalam proses EDP sesuai dengan kewenangannya. Misal pihak akademisi bisa
diwakili oleh mahasiswa atau dosen. Pertanyaan yang biasanya disampaikan
mahasiswa atau dosen dalam forum EDP adalah apakah televisi ini menayangkan hal
yang sama dengan televisi yang lain atau pertanyaan lain misalnya apakah televisi ini
memberikan unsur manfaat buat para pemirsa. Ahli tidak membatasi pertanyaan dari
para pihak yang hadir dalam forum EDP;------------------------------------------------------
• Bahwa dalam forum EDP berkembang suatu dialog untuk menguji suatu proposal
pemohon layak untuk mendapatkan RK baik dari segi komisioner maupun menurut
publik yang hadir dalam forum EDP tersebut;-------------- • Bahwa Forum EDP
diselenggarakan oleh KPID. Para pihak yang hadir dalam proses EDP tersebut adalah
tamu undangan. Proses EDP merupakan forum untuk menerima masukan. Dalam
proses EDP, KPI menjadi notulen meresume seluruh apa yang terjadi dan menjadi
hasil dalam forum tersebut;--------------------------------------------------------------------- -
• Bahwa setiap pemohon melaksanakan EDP masingmasing satu sesi. Untuk
pemohon yang lain dilaksanakan di sesi waktu yang lain namun tetap di hari yang
sama;------------------------------------------------------------------------- --
• Bahwa jika ada catatan-catatan kekurangan maka harus dilengkapi. Pemohon
diberikan waktu untuk melengkapi catatan-catatan tersebut. Jika sudah dilengkapi
catatancatatan kekurangan tersebut kemudian pemohon diberikan RK;-------------------
• Bahwa ada mekanisme perbaikanperbaikan;-------------------------------------
• Bahwa secara normatif jika waktu 15 (lima belas) hari yang diberikan telah lewat
dan kekurangan kelengkapan berkas tidak dipenuhi maka permohonan ditolak. Para
pemohon tersebut disampaikan surat penolakan dan diberikan alasan penolakan;-------
• Bahwa pengajuan permohonan oleh pemohon berupa dokumen diajukan kepada
kemenkominfo melalui KPID. Waktu yang diberikan adalah 15 (lima belas) hari jika
ada cacatan untuk melengkapi. Setelah 15 (lima belas) hari lengkap maka KPI
menjadwalkan EDP dalam 30 (tiga puluh) hari ke depan. Setelah melewati tahap EDP
masih ditemukan adanya catatan untuk melengkapi berkas akan diberikan waktu 15
(lima belas) hari. Berikutnya KPI akan melakukan Pleno untuk menerbitkan
Rekomendasi Kelayakan;------
• Bahwa dalam suatu proposal permohonan IPP terdapat 3 (tiga) bagian yaitu
persyaratan administrasi, konten dan teknis. Dalam forum EDP yang hadir adalah
KPID, unsur pemerintah daerah terkait teknis, unsur masyarakat. Dalam forum EDP
tersebut banyak hal yang mungkin terjadi misalnya pada saat proses verifikasi ada
berkas permohonan tercecer atau banyak panelis yang hadir bertanya sehingga
memungkinkan saja dari pertanyaan tersebut harus dilengkapi;----------------------------
• Bahwa ahli sudah menjelaskan bahwa pada saat proses EDP maka kelengkapan
dokumen untuk persyaratan administrasi, konten dan teknis sudah lengkap;-------------
• Bahwa setelah dokumen persyaratan administrasi, konten dan teknis dinyatakan
lengkap bagi pemohon baru dilakukan proses EDP;-----------------
• Bahwa dalam forum EDP, pemohon menyampaikan pemaparan. Pada saat
pemaparan terdapat salah kutip atau salah ketik atau menyampaikan sesuatu hal.
Walaupun kejadian tersebut sangat jarang terjadi. Tetapi pada kenyataan di lapangan
sering terjadi. Sebagai contoh dalam persyaratan kontekstual urut-urutannya terdapat
kesalahan dalam hal ini proses administrasi tetapi datanya ada;----------------------------
• Bahwa tidak ada penilaian untuk proses EDP kembali ke awal seperti sebelum
proses EDP;-----------------------------------------------------------------
• Bahwa Produk RK contohnya adalah rekomendasi kelayakan nomor… Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah Yogyakarta memberikan rekomendasi kelayakan kepada
PT… beralamat di….. sudah dilaksanakan evaluasi dengar pendapat tanggal …..
tanda tangan ketua …..;---------------------------------
• Bahwa permohonan RK yang tidak lolos saya baru mendengar sekarang. Saya
belum pernah dengar ada RK ditolak;---------------------------------------
• Bahwa saya belum pernah mendengar terhadap catatan kekurangan bagi pemohon
KPID mempunyai kewajiban memberikan surat pemberitahuan ada kekurangan.;------
• Bahwa persyaratan konten oleh KPI yang harus di penuhi pemohon adalah yang
berkaitan dengan konten lokal. Dalam konten terdapat program siaran misalnya news
atau berita, sport atau olahraga, atau unsur hiburan. Hal tersebut merupakan bagian
atau catatan penilaian KPI;------------------------
• Bahwa isi siaran yang ditayangan merupakan konten siaran;-----------------
• Bahwa ahli sudah menyampaikan bahwa kewenangan KPI adalah untuk persyaratan
konten. Kewenangan menteri adalah untuk persyaratan administrasi dan teknis. Pada
saat sebelum dilaksanakan EDP untuk persyaratan administrasi, konten dan teknis
sudah dinilai, Menteri dalam hal ini menkoinfo menilai dan memberikan masukan
untuk persyaratan administrasi dan teknis bila didaerah dalam hal ini bisa diwakili
oleh Diskopo;--------------------------------------------------------------------- -----------
• Bahwa berkas permohonan 1 (satu) bendel isinya terdapat beberapa aspek. Pada saat
menteri dalam hal ini adalah menkominfo terima berkas permohonan. Menkominfo
biasanya diwakili oleh dirjen yang terkait yang akan memeriksa berkas permohonan
dan memberikan catatan jika memang ada yang harus dilengkapi berkaitan dengan 2
(dua) aspek yaitu persyaratan administrasi dan teknis. Hal ini dilakukan sebelum
proses EDP;--
• Bahwa sebelum proses EDP menteri dalam hal ini menkominfo sudah melakukan
proses penilaian untuk persyaratan administrasi dan teknis;------
• Bahwa secara normatif kewenangan KPI adalah untuk persyaratan konten.
Kewenangan menteri adalah untuk persyaratan administrasi dan teknis;---
• Bahwa saya tidak bisa berandai-andai karena secara normatif kewenangan KPI
adalah untuk persyaratan konten. Kewenangan menteri adalah untuk persyaratan
administrasi dan teknis;-----------------------------------------------
• Bahwa ahli belum pernah melihat kontra RK;------------------------------------
Menimbang, bahwa selain mengajukan alat bukti surat, Tergugat di
persidangan telah pula mengajukan 3 (tiga) orang Ahli, masingmasing bernama:-------
1. R. MURJIYANTO, S.H., M.Kn., Tempat tanggal lahir Kulon Progo, 28
Agustus 1961, Jenis Kelamin, Laki-Laki, Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan
Karyawan Swasta, Agama Islam, Tempat tinggal di Sidorejo, RT. 06/RW. 003,
Kelurahan Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul;--------------------------
2. JOENAINI KOENTI, S.H., M.Hum., Tempat tanggal lahir Yogyakarta, 25
Oktober 1963, Jenis Kelamin Perempuan, Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan
Karyawan Swasta, Agama Islam, Tempat tinggal di Maguwo Blok II/38, RT. 24/RW.
27, Kelurahan Banguntapan, Kecamatan Banguntapan. Kabupaten Bantul;--------------
3. Dr. ISWANDI SYAHPUTERA S.AG., Tempat tanggal Lahir Medan, 23
April 1973, Jenis kelamim Laki-laki, Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Dosen
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Agama Islam, Tempat tinggal
di Jalan Srinindito No. 9 RT. 013/RW. 005 Kocoran Desa Caturtunggal, Kecamatan
Depok, Kabupaten Sleman;---------
Keterangan Ahli (1) dari Tergugat R.MURJIYANTO, S.H., M.Kn., telah
memberikan keterangan dibawah sumpah menurut agama Islam yang pada pokoknya
sebagai berikut :-----------------------------------------------------------
• Bahwa Perseroan Terbatas dapat dianggap sah berbadan hukum, sejak tanggal
dikeluarkannya surat keputusan pengesahan dari Menteri Hukum dan Ham;-------------
• Bahwa jika di dalam sebuah Perseroan Terbatas ada perubahan itu dianggap sah, ada
2 kemungkinan perubahan:------------------------------------
1. Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan pengesahan;--------------
2. Perubahan Anggaran Dasar yang hanya cukup diberitahukan, biasanya
berupa perubahan data;--------------------------------------------------------
Ad.1 Perubahan yang perlu pengesahan, berlaku sejak tanggal pengesahan
oleh Menteri Hukum dan Ham;-------------------------
Ad.2 Perubahan Anggaran Dasar yang hanya cukup pemberitahuan, berlaku
sejak tanggal surat dari Menteri Hukum dan Ham tentang penerimaan pemberitahuan
perubahan data badan hukum tersebut;---------------------------------------------------------
• Bahwa surat dari Notaris, hanya surat sementara yang sifatnya hanya menerangkan
adanya perubahan badan hukum yang telah disampaikan ke Menteri Hukum dan Ham
masih dalam proses akan tetapi belum ada surat keputusan dari Menteri Hukum dan
Ham;---------------------------------------
• Bahwa jika perubahan, biasanya Menteri memberitahukan bahwa surat
pemberitahuan perubahan data sudah diterima dan dicatat dalam daftar perseroran,
tergantung perubahannya dalam hal apa, seperti apa, apakah perubahan
data/alamat/direksi dan suratnya ada Kop. Surat dalam satu lembar;----------------------
• Bahwa dalam hal yang bertindak keluar adalah Pengurus dalam hal ini Direksi, bila
melihat pada bukti T.6 berarti Pengurus PT mengeluarkan surat untuk pihak ketiga,
jadi disini yang berhak bertindak keluar adalah Direksi bukan Komisaris. Komisaris
tidak bisa bertindak keluar apalagi pemegang saham;----------------------------------------
• Bahwa Surat keluar harus ditandatangani Direksi, Ketika direksi tidak berhalangan,
direksi yang tandatangan surat. Dalam hal tertentu misalnya dalam melakukan
perbuatan pidana, tidak boleh direksi mewakili perseroan karena direksi berkaitan
dengan masalah itu baru kemudian komisaris bisa mewakili atau direksi yang lain
dulu yang berhak mewakili perseroan;-------
• Bahwa akibat hukum surat keluar yang dikeluarkan bukan oleh direksi itu kepada
pihak ketiga, dan seandainya surat keluar itu bisa menimbulkan kerugian bisa
menuntut tentang kerugian itu karena seseorang yang menjadi komisaris dan
bertindak sebagai direksi maka ia ikut bertanggung jawab atas kerugian tersebut, dan
pihak ketiga bila mengetahui bisa juga berhak menolak;------------------------------------
• Bahwa di dalam Pasal 92 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas jelas
disebutkan wewenang direksi dan komisaris, ketika komisaris melakukan perbuatan
hukum yang merupakan kewenangan dari direksi, perbuatan tersebut, bisa saja
dibatalkan, dengan putusan pengadilan bila menjadi kasus, tetapi tidak serta merta
begitu saja batal;--------------------------------
• Bahwa di dalam penguasaan perseroan di dalam bukti T-6 dan bukti (proposal
Semesta TV), memperlihatkan bahwa ada penguasaan dua perseroan oleh subyek
yang sama, bila penguasaan dua perseroan itu suatu bentuk monopoli, penguasaan itu
ada beberapa kemungkinan, kalau menurut UU Monopoli merupakan posisi dominan
apakah itu rangkap jabatan, apakah rangkap penguasaan modal hanya itulah yang
dimungkinkan adanya disebut penguasaan. Yang dimaksud oleh KPID terkait dengan
penyiaran karena mempunyai kewajiban menjaga persaingan yang sehat dalam
penguasaan stasiun tv, maka pertimbangan KPID dalam penguasaan 2 (dua) stasiun tv
perlu dijelaskan;---------------------------------
Berdasarkan UU Monopoli, penguasaan adalah dalam unsur pimpinan disana
ada rangkap jabatan, tidak boleh seseorang merangkap jabatan dalam satu kesempatan
merangkap komisaris dalam satu perseroan. Kemudian dalam penguasaan modal,
penguasaan mayoritas terhadap modal yang dikuasai seseorang mempengaruhi
persaingan yang tidak sehat, yang dilarang oleh UU Monopoli;----------------------------
• Bahwa KPID mencegah persaingan, ada 1 perusaaan dengan perusahaan lain ada
satu person yang memegang saham juga memegang perusahaan yang lain bisa
dikatakan penguasaan yang sama, dan itu bisa dikatakan penguasaan bila masuk unsur
pimpinan, didalam Pasal 26 UU tentang Monopoli Persaingan Tidak Sehat,
Penguasaan modal dibatasi yaitu 50% dan 75 % ada dalam dalam ketentuan Pasal 97
UU Monopoli;----------------
• Bahwa posisi dominan berbeda dengan rangkap jabatan dalam sebuah PT, PT hanya
ada Direksi dan Komisaris, 1 (satu) orang tidak boleh rangkap jabatan dalam 2 (dua)
PT dalam bidang usaha yang sama;-------------------
• Bahwa penguasaan terhadap 2 (dua) PT, ada kriteria saham-saham tertentu untuk
menyebutkan bahwa ada monopoli dalam 2 (dua) PT yang dikuasai orang yang sama,
dalam hal ini pihak ketiga yang berkepentingan dalam konteks pencegahan dan
mendorong perekonomian yang sehat melakukan indikasi bahwa saham-saham
tersebut disinyalir mendekati angka-angka monopoli tersebut, maka yang mempunyai
kewenangan untuk melakukan tindakan preventif, KPID sesuai dasar melihat
peraturan perundang-undangan mempunyai kewenangan untuk menentukan boleh
tidaknya/diijinkan atau tidaknya tentu saja melihat peraturan yang mengaturnya;-------
• Bahwa dalam 2 (dua) PT. dengan orang (organ) yang sama dengan usaha yang sama
tidak semua bisa dikatakan monopoli terhadap bidang usaha tertentu, kemudian tidak
semua dikatakan menyebabkan persaingan usaha tidak sehat, karena tidak semua
monopoli itu dilarang dalam uu monopoli, yang dilarang itu ketika menyebabkan
persaingan usaha yang tidak sehat, dan hal itu perlu dibuktikan kalau kemudian
diindikasikan ada persaingan tidak sehat maka ada lembaga penyelesaian yang
mempunyai kewenangan untuk memeriksa indikasi tersebut yaitu komisi
penyelesaian persaingan usaha, kaitannya dengan usaha preventif maka demikian
tergantung pihak ketiga menolak atau tidaknya;----------------------------------------------
• Bahwa jika ada tindakan diluar pengurus/direksi suatu perusahaan
efeknya/dampaknya adalah bisa dibatalkan, kalau kemudian pengadilan yang
menyatakan batal;------------------------------------------------------------
• Bahwa ahli mengetahui peraturan perundang-undangan tentang Penyiaran hanya
ikut mempelajari/membaca, ada beberapa pasal dimana KPI ikut menjaga supaya
tidak terjadi monopoli persaingan usaha yang tidak sehat ada Pasal 5, Pasal 8, Pasal
32;-----------------------------------------------------
• Bahwa benar ahli sudah membaca UU Penyiaran Pasal 18, dimana disebutkan
bahwa pemusatan pemilikan bukan dibatasi tapi bukan dilarang, dimaksudkan disana
baik seseorang atau badan hukum pemusatan pemilikan oleh seseorang, ya bisa saja
dalam Pasal 18 baik seseorang maupun badan hukum yang dilarang dalam pemusatan
pemilikan ada indikasi. Jadi hanya pembatasan, bukan larangan;--------------------------
• Bahwa ahli berterus terang tentang UU Penyiaran tidak menguasai secara detail,
saya hanya paham Pasal 16, Pasal 5, Pasal 8;----------------------------
• Bahwa Ahli tidak tahu PP Nomor 50 Tahun 2005 dan Pasal 32 PP Nomor 50 Tahun
2007 yang mengatur prosentase pemilikan perusahaan;--------------
• Bahwa prinsip hukumnya adalah direksi yang mempunyai kewenangannya dalam
bertindak keluar, itulah yang membedakan hak dan kewajiban dengan komisaris.
Apabila yang mempunyai kewenangan bertindak keluar adalah direksi ya direksi
persoalan dikuasakan, yang bertindak tetap direksi. Sama-sama direksi tidak perlu
memberikan kuasa, bisa bertindak sendirisendiri;--------------------------------------------
• Bahwa Direksi yang mempunyai kewenangan dalam bertindak keluar, kalau
Komisaris hanya mengawasi jalannya pengurusan PT, apakah sudah sesuai maksud
dan tujuan didirikan PT;-------------------------------------------------
• Bahwa dalam hal tertentu Komisaris bisa dimungkinkan bertindak seperti Direksi,
ini diatur dan bisa mewakili PT;-------------------------------------------
• Bahwa definisi Monopoli adalah pemusatan kekuasaan produksi maupun pemasaran
yang dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat. Maka dalam UndangUndang
monopoli ada 2 (dua) istilah yang dilarang itu usaha yang menyebabkan persaingan
usaha yang tidak sehat itu disebut praktek monopoli. Karena monopoli itu sendiri
istilah yang netral, belum tentu dilarang oleh undang-undang karena monopoli itu
sendiri tidak dilarang apabila usaha tersebut tidak menyebabkan persaingan usaha
tidak sehat;---
• Bahwa PT dianggap sebagai badan hukum yaitu sejak dituangkan dalam SK
pengesahan dari Menteri Hukum dan Ham, Dasar hukumnya Pasal 7 Undang-Undang
tentang Perseroan Terbatas;-------------------------------------
• Bahwa jika sudah ditetapkan AD/ARTnya tapi belum ada SK pengesahan dari
Menteri Hukum dan Ham maka belum bisa bertindak sebagai badan hukum;------------
• Bahwa ada 2 bentuk perubahan, yang bentuk pertama memerlukan persetujuan yang
bentuk kedua hanya pemberitahuan saja (perubahan data, hanya publisitas), PT tetap
berbadan hukum walaupun belum berlaku perubahan domisili, perubahan ada pada
Pasal 23 yaitu cukup pemberitahuan, boleh bertindak keluar. Tapi perubahan data,
pemberitahuan saja. Tapi ada perubahan data yang memerlukan pengesahan.
Perubahan AD/ART yang memerlukan pengesahan, sehingga permohonan wujudnya,
produk dari Menteri Hukum dan Ham adalah keputusan. Tapi diluar itu, cukup diback
up sehingga produk dari Menteri Hukum dan Ham adalah surat penerimaan
pemberitahuan dan dicatat dalam daftar perseroan;-------------------------------------------
• Bahwa kalau PT sudah berbadan hukum dan melakukan perubahan dan sudah ada
pemberitahuan itu tetap bisa bertindak keluar, karena badan hukumnya tidak berubah,
yang berubah itu hanya AD/ARTnya saja, hanya saja materi perubahan itu belum
berlaku ketika belum memperoleh pengesahan atau belum diterima pemberitahuannya
dari surat itu (Pasal 23 UU PT). Pengesahan itu bisa perubahan domisili, perubahan
maksud tujuan, nama, pengurangan modal. Diluar itu Perubahan alamat, direksi atau
istilahnya perubahan data itu cukup diberitahukan saja;------------------------
• Bahwa walaupun SK dari Menteri Hukum dan Ham belum keluar, PT tetap bisa
bertindak keluar, ini tidak jadi masalah, artinya tidak ada perubahan apa-apa. Akan
tetapi materi perubahan direksi, perubahan modal itulah yang belum berlaku, tapi
PTnya/badan hukumnya itu tetap ada. Jadi dampak hukumnya bagi PT tersebut itu
tidak masalah, PT tetap bisa berjalan;----------------------------------------------------------
• Bahwa Perubahan Pengurus/direksi ditetapkan dalam RUPS, sambil menunggu
keluar SK Menteri Hukum dan Ham. Sama keduanya berlaku sejak tanggal surat
keputusan Menteri atau sejak tanggal penerimaan pemberitahuan data;-------------------
• Bahwa Perubahan tersebut bukan sejak RUPS ditutup;-------------------------
• Bahwa menurut Pasal 94 UU PT, Itu perubahan khusus untuk Direksi ada dalam
Pasal 94, sejak saat tanggal tertentu ditutupnya RUPS;------------------
• Pasal 94 itu perubahan yang lain dari Pasal 23 dimana selebihnya berlaku sejak
keluar SK Menteri Hukum dan Ham;------------------------------------------
• Bahwa tidak ada pasal yang melarang tentang komisaris bertindak keluar mewakili
PT;--------------------------------------------------------------------------
• Bahwa beda surat pemberitahuan dari notaris dengan SK dari menteri, kekuatan
hukumnya, semua tergantung bagaimana peraturan mengaturnya. Apa saja yang
diminta sebagai syarat oleh KPID, berdasarkan pula peraturannya. Bila syarat tidak
sesuai, maka KPID berhak pula untuk menolak;----------------------------------------------
• Bahwa komisaris berkedudukan bukan bagian dari pengurus, pengurus adalah
direksi;-----------------------------------------------------------------------
• Bahwa yang mengatur KPI berwenang untuk menjatuhkan sanksi terhadap PT yang
mempunyai dugaan tindakan monopoli, ada dalam Pasal 18, Pasal 5, Pasal 8
mengenai dalam undang undang monopoli;-------------------------
• Bahwa penafsiran Ahli, KPI diperintahkan untuk langkah antisipasi dalam dugaan
tindakan monopoli suatu PT meskipun dalam undang-undang penyiaran tidak diatur
secara spesifik;-------------------------------------------
• Bahwa setahu Ahli yang berwenang memberi sanksi, terhadap pelanggaran tindakan
monopoli alam bidang penyiaran adalah kewenangan adalah KPPU;----------------------
• Bahwa sepanjang belum ada putusan KPPU belum bisa ini dikatakan monopoli, jadi
harus dibuktikan. Terhadap KPI hanya untuk mengantisipasi bukan memberi sanksi;--
• Bahwa menurut Pasal 94 tentang berlakunya perubahan direksi, tidak selalu setelah
ditutupnya RUPS, bila ditentukan tanggalnya ya berlakunya pada saat tanggal tertentu
itu. Bila tidak ditentukan tanggal tertentu ya pada saat ditutupnya RUPS;----------------
• Bahwa jika mendaftarkan suatu proses jika disyaratkan adalah pengesahan akta
perubahan terakhir, terhadap pengesahan perubahan AD/ART maka yang dimaksud
pengesahan, otomatis masih memerlukan persetujuan;------
• Bahwa suatu PT sudah berdiri sejak hari ini dinyakan sah, bulan depan melakukan
perubahan pengurus, berarti konsepnya PTnya masih tetap, yang berubah hanya
pengurus saja/direksi saja yang berubah adalah AD/ART yang memerlukan
persetujuan tidak ada perubahan PT, yang ada hanya perubahan AD/ART, tidak ada
PT yang baru;---------------------------
Ahli Tergugat (2) ISHVIATI JOENAINI KOENTI, S.H., M.Hum., telah memberikan
keterangan di bawah sumpah menurut agama Islam yang pada pokoknya sebagai
berikut:--------------------------------------------------------------
• Bahwa definisi surat keterangan menurut hukum administratif adalah surat
keterangan adalah surat yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, kewenangan
pejabat itu selalu diatur di dalam perundang-undangan dan jadi surat keterangan yang
sifatnya formal yang dibuat oleh pejabat yang mempunyai kewenangan mempunyai
keabsahan secara hukum, sehingga dapat digunakan sebagaimana semestinya sebagai
surat keterangan seperti contohnya surat keterangan kelakuan baik, surat keterangan
domisili dan lainlain;--------------------------------------------------------------------------- --
• Bahwa seandainya surat tersebut ditandatangani oleh pihak yang tidak berwenang,
maka akibat hukumnya kalau surat itu ditandatangani oleh yang tidak berwenang
maka surat tersebut dianggap tidak sah. Setiap surat keterangan dibuat oleh pejabat
yang berwenang, dimana kewenangan pejabat ini bisa diperoleh dari undangundang
langsung, yaitu kewenangan atributif atau bisa kewenangan yang diperoleh dari
delegasikan maupun diberikan secara mandat, sekalipun diberikan mandat akan tetapi
kewenangan tetap pada pemberi mandat;----------------------------------------
• Bahwa kelurahan selaku lembaga pemerintah tingkat paling bawah diberi
kewenangan untuk mengeluarkan surat keterangan, misalnya surat keterangan
domisili, surat-surat keterangan lainnya khususnya kependudukan yang diberi
kewenangan kepada kelurahan/desa. Bila surat keterangan dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang, maka surat keterangan tersebut bisa dipergunakan sebagaimana
mestinya;---------------
• Bahwa definisi surat pernyataan pribadi adalah surat yang menerangkan hal, perihal
yang sifatnya hanya memberi penjelasan seperti data pribadi yang dan itu bukan
produk hukum dari pejabat yang berwenang;-------------
• Bahwa bila ada kasus seseorang harus membuat surat kelakuan baik tapi seseorang
itu membuat sendiri tidak di buat di kantor polisi, dia yang membuat sendiri, maka
sepanjang disyaratkan maka yang harus disertakan adalah surat kelakuan baik yang
sah;---------------------------------------------
• Bahwa surat pernyataan domisili merupakan surat pendahuluan ketika mengajukan
sesuatu surat yang sah sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum didalam
persyaratan. Tetapi surat keterangan domisili itu adalah surat keterangan yang dibuat
oleh pejabat yang berwenang. Sebagai contoh Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor
95 Tahun 2010 tentang Mekanisme Pelayanan Masyarakat, mengenai kewenangan
dari kelurahan dan kecamatan, yaitu menerangkan apa yang menjadi kewenangan
kelurahan dan apa yang menjadi kewenangan kecamatan;---------------------------------
• Bahwa Surat itu dikatakan sah kalau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, akan
tetapi draft formulir surat pernyataan tersebut terbit dari pihak kelurahan, dan setelah
dikonfirmasi dinyatakan produk sah dari kelurahan, maka dapat dijelaskan bahwa jika
di dalam surat pernyataan domisili itu dinyatakan mengetahui oleh Lurah berarti
dibuat senyatanya sudah diketahui oleh pejabat setempat, sedangkan surat keterangan
domisili memang ada format baku, dari namanya itu surat keterangan, maka yang
menerangkan tentang domisili seseorang itu dari pihak yang berwenang dalam hal ini
Lurah/Kepala Desa, maka yang berwenang adalah kelurahan. Tetapi barangkali syarat
izin penyiaran, oleh KPID disyaratkan adalah surat keterangan;---------------------------
• Bahwa Dalam PP Nomor 50/2005 Pasal 5 ayat (1): “Setelah menerima berkas surat
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), KPI melakukan
pemeriksaan kelengkapan persyaratan program siaran sesuai dengan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b” maka, secara administrasi
maupun kelengkapan KPID diberi delegasi kewenangan dari Menkominfo untuk
memeriksa seluruh persyaratan dan menentukan syarat-syarat tersebut (Pasal 4 ayat
(3) huruf b) kemudian setelah menerima berkas surat permohonan tersebut dan
memeriksa kelengkapan, karena disini disebut KPI, ini KPI pusat (lembaga
independen di pusat) dan disini KPID adalah perwakilan di daerah sehingga
mempunyai kewenangan yang sama untuk memeriksa kelengkapan
persyaratanpersyaratan;-----------------------------------------------------------
• Bahwa terhadap pembatasan kewenangan di dalam Pasal 5 yaitu Pasal 4 ayat (3)
huruf b, maka dapat dijelaskan dalam blanko persyaratan itu, yang di lampiran surat
menkominfo, itu ada persyaratan. Bahwa dalam uu ini menkominfo memberikan
delegasi kepada KPI untuk memeriksa kelengkapan persyaratan, akan tetapi
kewenangan yang memberikan ijin penyiaran adalah pada menteri. Akan tetapi yang
diberi kewenangan untuk memeriksa kelengkapan persyaratan itu ada pada KPI
sebagai lembaga independen;---------------------------------------------------------------- ---
• Bahwa jika Menteri menyatakan bahwa ini adalah kewenangannya untuk memeriksa
kelengkapannya, bila kewenangan KPID hanya memeriksa, maka produk dari KPID
sifatnya hanya rekomendasi;----------------------------------
• Bahwa menurut peraturan menteri, KPI berwenang melakukan pemeriksaan disini
diuraikan dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b, sedangkan di dalam persyaratan administrasi
menurut peraturan menteri ini termasuk didalamnya adalah kelayakan dan penilaian
terhadap kelayakan merupakan kewenangan KPI sebelum Menteri menjatuhkan
putusan;-----------------------
• Bahwa menurut saya, ketika KPI membuat apakah ini sesuai persyaratan ini bukan
sebagai surat keputusan yang hanya sebagai surat rekomendasi sehingga belum
bersifat final atau hanya merupakan surat pemberitahuan. Yang memberikan surat
keputusan izin penyiaran adalah Menteri;----------- Ahli Tergugat (3). Dr. ISWANDI
SYAHPUTERA S.AG, telah memberikan keterangan di bawah sumpah menurut
agama Islam yang pada pokoknya sebagai berikut:-------------------------------------------
• Bahwa isi proposal sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005
adalah hal-hal yang terkait dengan administrasi, mulai dari badan hukum, hal terkait
dengan tehnis dan aspekaspeknya;--------------------------
• Bahwa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang perijinan
surat, selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari dimana diatur oleh pihak pihak yang
berwenang. Proses EDP dimasyarakat luas untuk menguji, ada aspek yang bersifat
terbuka dan aspek-aspek yang bersifat tertutup di forum masyarakat akan melakukan
penilaian dari EDP tersebut;---------------
• Bahwa didalam Pasal 32 yang berwenang mengeluarkan RK adalah KPI. Sedangkan
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 secara teknik cukup jelas KPI
mempunyai kewenangan dan kelayakan;------------------------
• Bahwa Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005, Pasal 7 PP Nomor 28
Tahun 2008 untuk mengikuti dengar pendapat, maka berdasarkan pengalaman kalau
tidak lengkap EDP itu tidak layak diikuti. KPI disatu sisi penyiaran itu penting bagi
masyarakat, dengan kebijakan toleransi, dengan catatan waktu 15 (lima belas) hari
komisioner memberi catatan dengan administrasi lembaga hukum penyiaran tapi
masih bisa dilengkapi, rekomendasi, kelayakan di tolak atau di terima (produk
administrasi);----------------------------------------------------------------------- -
• Bahwa dalam struktur dan kewenangan dari KPI dan KPID:-----------------
1. Tentang relasi sesuai Undang-Undang Penyiaran, KPI sendiri dari Pusat
hubungannya lebih normatif;-------------------------------------------------
2. Apakah KPID memiliki kewenangan ada dalam Pasal 27, KPID mempunyai
kewenangan mengenai penyiaran sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005
yang berkonsentrasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan konten;----------------
• Bahwa tugas KPID Yogyakarta memantau penyiaran. Lembaga penyiaran memiliki
lembaga yang memang ada badan khusus memiliki kemampuan- kemampuan dan
apabila menyimpang dari alur negara, misalnya kasus merapi, dampak dari siaran
kalau tidak dikontrol. Bahwa KPI dalam Pasal 18 pemusatkan kepemilikan dibatasi
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005. KPID berfungsi untuk mengenai
kelayakan;--------------------------------
• Bahwa pada ahli ditunjukkan bukti P-19 betul dikeluarkan oleh KPI dan berlaku
sampai sekarang;----------------------------------------------------------
• Bahwa tentang EDP terbuka pelaksanaan EDP seperti ujian skripsi, ditempat lain
diundang masyarakat, Ahli dan lain-lain. Komisioner mewakili publik dan dilakukan
EDP secara terbuka ahli diundang untuk menjawab semua persoalan administrasi, dan
teknik diiklankan di koran, EDP menguji sebagai dasar pertimbangan. Sedang RK
adalah produk administrasi, modal awal untuk mengikuti tahap selanjutnya tapi
rekomendasi kelayakan untuk memperoleh perijinan kalau menurut undangundang
memperoleh dari KPID. Pasal 4 Undang-Undang Penyiaran, izin dan perpanjangan
izin, Pasal 5 ayat (6) PP Nomor 50 Tahun 2005 dan Pasal 6 Permen Nomor 28 Tahun
2008;-----------------------------------------------------------------------------
• Bahwa RK harus lengkap, kalau tidak memenuhi persyaratan kalau tidak fatal misal
fotocopy KTP Permen Nomor 19 Tahun 2009, kalau sudah ada badan hukum setelah
di EDP ditemukan badan hukum. Badan hukum itu intern maka tidak boleh, harus
melengkapi diberi waktu 15 (lima belas) hari kalau tidak dilengkapi di tolak (jadi
melengkapi setelah EDP) semakin banyak yang menyeleksi semakin sedikit, izin
domisili kalau dilengkapi di proses;------------------------------------------------------------
• Bahwa Pasal 7, dalam undang-undang diakui syarat itu. RK tidak lulus terbit Berita
Acara;---------------------------------------------------------------------------
• Bahwa kita tahu bahwa tidak lengkap di ruang sidang, dalam notulen KPI;-
• Bahwa sebelum ditutup dapat disampaikan melalui notulen tersebut. Biasanya ada
berkirim surat dari KPI Pusat;-------------------------------------
• Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 sampai sekarang masih berlaku.
Bahwa benar persyaratan administrasi ada dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 dan Pasal 17 Permen Tahun 2008. Kasus dalam
gunung merapi konten lembaga penyiaran;--------------
• Bahwa Evaluasi Dengar Pendapat merupakan forum mana seluruh aspek dilihat,
KPID memberi rekomendasi kelengkapan. Data pada KPI tidak bisa membuat
rekomendasi, KPI yang memiliki RK, kalau tidak lengkap tidak dapat RK. Surat
pemberitahuan sifatnya hanya pemberitahuan bukan rekomendasi;------------------------
• Bahwa tidak lolos dalam EDP hanya pemberitahuan tidak rekomendasi;------
• Bahwa terhadap penilaian administrasi menkominfo sudah menilai dan layak KPI
tidak bisa menyatakan sebaliknya tapi hanya rekomendasi di uji, kalau ada
kekurangan hanya dalam forum EDP;---------------------------------------
• Bahwa Pasal 5 ayat (6) PP Nomor 50 Tahun 2005, Pasal 17 dan Pasal 23 Permen
Nomor 28 Tahun 2008 mengatur bahwa KPI memberi RK;-----------
• Bahwa Permen Nomor 19 dan Pasal 3, Pasal 5 ayat (2) PP Nomor 50 Tahun 2005
menyatakan RK dikeluarkan setelah kelengkapan administrasi diperiksa. Pemeriksaan
administrasi ada di Pemerintah dalam hal ini Kominfo. Kalau berkas tidak lengkap
tidak dapat keluar RK;--------------------
• Bahwa tidak bisa hanya rekomendasi di uji, kalau ada kekurangan hanya dalam
forum EDP;------------------------------------------------------------------
• Bahwa yang menyatakan kelengkapan administrasi adalah Pemerintah;------
Menimbang, bahwa Majelis Hakim karena kewenangannya memanggil Saksi
yaitu Lurah Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, namun
dipersidangan yang hadir bernama BAMBANG HARJATI SUSETYO, tempat
tanggal lahir Sleman, 28 Oktober 1965, jenis kelamin Laki-Laki, kewarganegaraan
Indonesia, Pekerjaan Kepala Bagian Pelayanan Umum di kantor Kelurahan Desa
Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Agama Islam, bertempat
tinggal di Jalan Solo Km. 7 No. 165 Ngetak, RT. 002/ RW. 001, Kelurahan
Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman;---------------------------------------
Saksi BAMBANG HARJATI SUSETYO telah memberikan keterangan di
bawah sumpah menurut agama Islam yang pada pokoknya sebagai berikut:----
• Bahwa benar saksi adalah Kepala Bagian Pelayanan Umum Desa Caturtunggal;------
• Bahwa saksi sebagai Kepala Bagian Pelayanan Umum sejak Tahun 2007 sampai
sekarang;-------------------------------------------------------------------
• Bahwa saksi adalah staf Kepala Desa sejak tahun 1996;-----------------------
• Bahwa saksi belum pernah menjadi Kepala Desa;-------------------------------
• Bahwa Agus Santoso menjadi Kepala Desa sejak tahun 2011 sampai sekarang;-------
• Bahwa saksi sebagai Kepala Bagian Pelayanan Umum tugasnya sebagai Pelayanan
masyarakat contohnya melayani permohonan-permohonan dari masyarakat biasanya
mengenai surat keterangan mengenai kependudukan;
• Bahwa permohonan yang mengajukan adalah PT yang berbadan hukum sesuai
dengan kepentingan yang bersangkutan, misal tentang SIUP. Hal ini berarti Surat
Keterangannya dari Pemerintah Daerah, kalau dari Pemerintah Desa pelaksanaan
prosedural masalah permohonan harus diketahui oleh pemerintah desa;------------------
• Bahwa saksi belum pernah menandatangai surat keterangan domisili atas nama PT.
MATAHARI Yogya Televisi (MyTV). Saksi hanya menandatangani Surat Pernyataan
Domisili atas nama PT. MATAHARI Yogya Televisi (MyTV);
• Bahwa surat pernyataan adalah pengakuan secara tertulis dari yang bersangkutan
mengenai perusahaannya yang dilanjutkan untuk permohonan izin usaha;---------------
• Bahwa untuk mendapatkan surat keterangan apabila yang bersangkutan sudah
mendapatkan izin dari pejabat pemerintah daerah yang berwenang atas
permohonanya, baik izin HO, SIUP, Izin gangguan kemudian datang ke kelurahan
sudah dengan surat pernyataan dari yang bersangkutan serta persyaratan dan dokumen
yang dimiliki, dari PT tersebut sudah operasi sesuai dengan aturan yang berlaku,
misalnya surat pernyataan pengoperasian perusahaan, maka kelurahan mengeluarkan
surat keterangan berdasarkan surat pernyataan dan surat izin dari pemerintah daerah
tersebut;--------------------------------------------------------------------
• Bahwa kalau surat pernyataan domisili ini formulir maupun formatnya baku dari
kelurahan, terhadap bukti surat P-5A itu format untuk contoh bagi pemohon,
mengenai pernyataan tentang data yang perlu diisi. Si Pemohon hanya memberi data
yang dimiliki kalau kosong berarti belum. Bukan, itu contoh format bagi petunjuk
bagi pemohon untuk mengisi data keperluannya. Prosesnya yang bersangkutan
mengajukan permohonan lalu dibuat Surat pernyataan domisili perusahaan untuk
mengurus ijin dari pemerintah daerah kalau sudah keluar izin dari pemerintah daerah
baru dari kelurahan membuat surat keterangan merujuk dari surat izin dari pemerintah
daerah tersebut;-------------------------------------------------------
• Bahwa form surat pernyataan domisili terhadap contoh bukti P-13. Itu hanya isian
dasar dalam surat pernyataan yang merupakan format sample saja sesuai contoh.
Dasar hukumnya Perda tentang pernyataan domisili, dimana pemohon harus
menyampaikan surat pernyataan dari kelurahan untuk mendapatkan ijin dari
pemerintah daerah;-------------------------------
• Bahwa karena ini sebagai sample isian dasar, maka bisa diterima bila pemohon
mencantumkan data selain daftar isian format dari kelurahan. Bila simple/contoh
kalau ada tambahan selain ada bukti bisa diterima;-----------
• Bahwa beda surat Pernyataan Domisili dan Surat Keterangan Domisili, Kalau
pernyataan domisili surat dari yang bersangkutan untuk mengajukan permohonan.
Sedangkan surat keterangan domisili sudah layak apabila sudah mempereroleh izin
dari pemerintah daerah;-----------------------------
• Bahwa bila ada syarat keluar surat keterangan kalau sudah ada izin, kalau belum ada
surat keterangan itu, tapi hanya surat pernyataan domisili, domisili yang menyatakan
bertempat tinggal di situ secara fakta. Seandainya tidak sesuai dengan hukum yang
jadi tanggung jawab adalah yang membuat surat pernyataan, kalau pihak desa hanya
mengetahui tanggung jawab hukumnya ada pada yang bersangkutan yang membuat
pernyataan tersebut;----------------------------------------------------------------
• Bahwa saksi tidak tahu tentang sengketa ini;-----------------------------------
• Bahwa saksi tahu PT. Matahari Yogya Televisi mengikuti proses mendapatkan IPP,
awalnya dengan harus mendapatkan RK yang dikeluarkan oleh KPID DIY, dan salah
satu syarat harus melampirkan surat keterangan domisili, saksi juga menyatakan
bahwa karena ini masuk wilayah hukum kelurahan Caturtunggal, surat keterangan
dikeluarkan bila sudah ada izin operasional dulu, bahwa kaitannya dengan pemohon
ya harus mempunyai izin terlebih dahulu misalnya izin HO, bila sudah ada izin HO,
maka kelurahan Caturtunggal akan mengeluarkan surat keterangan domisili
berdasarkan izin tadi dari pemerintah daerah;-------------------------
• Bahwa benar aturannya dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, tapi lupa
nomornya;---------------------------------------------------------------------
• Bahwa proses yang harus dilewati hingga keluar surat keterangan adalah proses
awal dari surat pengantar RT, dimana surat pengantar ini akan dikeluarkan bila
pemohon/perusahaan itu sudah ada setidaknya AD/ART, kemudian surat pengantar
RT untuk diketahui RW dan diketahui oleh Dukuh setelah itu surat pengantar itu baru
dibawa ke pemerintah desa, dan pihak kelurahan baru mengeluarkan surat pernyataan
sifatnya hanya mengetahui;---------------------------------------------------------------------
• Bahwa bila belum ada surat RT/RW pemerintah desa tidak bisa mengeluarkan surat
pernyataan;---------------------------------------------------
• Bahwa Majelis Hakim memanggil dengan surat panggilan kepada kepala desa tetapi
saksi yang hadir karena Kepala Desa memberi disposisi agar saksi yang hadir sesuai
dengan kompetensi jabatan stafnya;-----------------
• Bahwa untuk mengajukan surat pernyataan, perlu melalui RT/ RW lalu kelurahan.
kewenangan kelurahan dan pemerintah desa itu berbeda. Karena kelurahan itu
kewenangannya berdasarkan peraturan pemerintah daerah, dan pemerintah desa
mempunyai kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Berbeda dengan proses
mendapatkan KTP;--------------------
• Bahwa saksi sudah menyampaikan perbedaan surat pernyataan dengan surat
keterangan, lalu kepada saksi diperlihatkan perbedaan pada bukti P-29 dan T-6 Surat
keterangan domisili, dimana diterangkan oleh pihak kelurahan bahwa perusahaan itu
ada dan tertulis disana. Kalau belum punya SIUP dan lain-lain baru proses pengajuan,
format yang di buat ini sesuai contoh yang ada pada surat pernyataan ini tapi yang
membuat surat tersebut yang bersangkutan/pemohon. Jadi surat RT, RW, Dukuh
adalah surat pengantar. Kalau surat dari Pemerintah Desa adalah Surat Keterangan,
ada keterangan domisili harus lengkap alamatnya, ada ijin yang sudah tercantum dan
ada AD/ ART diterbitkan tanggal berapa;---------------------------------------------
• Bahwa dalam pengurusan surat pengantar atau surat keterangan ada syarat-syarat
yang sama dengan persyaratan surat pengantar dari RT, RW, Dukuh dan mengajukan
bukti untuk menunjukan bahwa benar, baru dapat surat keterangan, dan ini sifatnya
sudah baku baru bisa di buat surat keterangan, kalau ada surat pernyataan RT, RW,
Dukuh subyeknya perusahaan tersebut beraktifitas, orangnya tidak bisa intervensi
kami hanya melihat dari akta pendirian. Surat Pernyataan yang menandatangani
adalah Bagian dari Pelayanan Umum untuk tandatangan, sedangkan Kepala Desa
punya kapasitas sendiri hanya tandatangan mengenai format perjanjian dan untuk
persyaratan yang sudah pasti, format permohonan tandatangan Kepala Desa
sedangkan surat keterangan bisa didelegasikan. Kop. Surat Kepala Desa bisa
didelegasikan itu yang tandatangan Staf Bagian Pelayanan Umum dasar aturannya
Kepala Desa bisa mendelegasikan kepada stafnya;-- • Bahwa untuk menerbitkan KTP
itu kewenangan Kecamatan, diluar dari kepala desa, jadi kepala desa hanya bisa
tandatangan sekretaris, pemerintah desa yang penting ada stempel dari pemerintah
daerah. Jadi Delegasi a/n Kepala Desa (yang tandatangan Kepala Desa);----------------
• Bahwa untuk menerbitkan KTP itu kewenangan Kecamatan, diluar dari kepala desa,
jadi kepala desa hanya bisa tandatangan sekretaris, pemerintah desa yang penting ada
stempel dari pemerintah daerah. Jadi Delegasi a/n Kepala Desa (yang tandatangan
Kepala Desa);--------------------
Menimbang, bahwa para pihak dipersidangan masing-masing telah
menyampaikan kesimpulannya tertanggal 28 Oktober 2015 selengkapnya
sebagaimana tercantum di dalam Berita Acara persidangan yang merupakan satu
kesatuan tidak terpisahkan dan turut dipertimbangkan dalam putusan ini;-
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat isi putusan ini, maka segala sesuatu yang
terjadi di persidangan namun tidak dimuat dalam putusan ini sebagaimana yang
tersebut diatas tercantum dalam Berita Acara Pemeriksaan Persiapan dan Berita Acara
Pemeriksaan Persidangan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan
turut dipertimbangkan dalam Putusan ini; Menimbang, bahwa selanjutnya Para Pihak
tidak mengajukan maupun menyampaikan sesuatu lagi dan mohon putusan;------------
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah
sebagaimana diuraikan dalam duduk sengketa tersebut di atas;-------------------
Menimbang, bahwa Penggugat dalam gugatannya telah memohon kepada
Pengadilan untuk dinyatakan batal atau tidak sah Surat Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/II/2015, Tanggal 23
Februari 2015, Perihal Pemberitahuan, yang ditujukan kepada PT. Matahari Yogya
Televisi (MyTV) (vide bukti P-8 = bukti T-11) karena penerbitan surat keputusan
Obyek Sengketa telah merugikan kepentingan Penggugat dan bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertentangan dengan Asas-Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB);-------------------------------------------------
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat, Tergugat telah mengajukan
bantahan yang pada pokoknya memuat bantahan dalam pokok perkara sebagaimana
termuat dalam dalil Jawaban Tergugat tertanggal 22 Juli 2015. Bahwa dalam Jawaban
Tergugat tersebut tidak mencantumkan materi eksepsi maupun hal-hal yang bersifat
eksepsional, maka dengan demikian haruslah dianggap Tergugat tidak mengajukan
eksepsinya. Bahwa oleh karena Tergugat tidak mengajukan eksepsi, maka selanjutnya
Pengadilan akan mempertimbangkan mengenai pokok perkara;----------------------------
Menimbang, bahwa atas Jawaban Tergugat tertanggal 22 Juli 2015, Penggugat
telah menyampaikan Repliknya secara lisan di persidangan pada tanggal 5 Agustus
2015 yang pada pokoknya tetap pada dalil-dalil gugatannya. Atas Replik Penggugat
secara lisan di persidangan, Tergugat telah menyampaikan Dupliknya secara lisan di
persidangan pada tanggal 12 Agustus 2015 yang pada pokoknya tetap pada dalil-dalil
Jawabannya;-----------------------
Menimbang, bahwa masing-masing pihak Penggugat dan Tergugat telah
menyampaikan Kesimpulannya secara tertulis di persidangan pada tanggal 28
Oktober 2015;----------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan mengenai pokok
sengketa, terlebih dahulu akan mempertimbangkan syarat-syarat formal pengajuan
gugatan sesuai dengan hukum acara yang berlaku di peradilan Tata Usaha Negara;----
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
apakah Obyek Sengketa merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat
digugat melalui Peradilan Tata Usaha Negara. Bahwa untuk mempertimbangkan hal
tersebut, Majelis Hakim berpedoman pada ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1
angka (9) Undang–Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Bahwa
yang dimaksud dengan Keputusan Tata Usaha Negara adalah sebagaimana yang
dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka (9) Undang–Undang Nomor 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua atas Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, yang berbunyi;---
“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan Peraturan Perundang–Undangan yang berlaku, yang
bersifat Konkrit, Individual dan Final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata”;-----------------
Menimbang, bahwa dengan demikian terdapat enam persyaratan yang bersifat
kumulatif yang artinya untuk dapat dijadikan Obyek Sengketa di Pengadilan Tata
Usaha Negara maka suatu keputusan harus memenuhi keenam persyaratan yang
terkandung dalam ketentuan Pasal 1 angka (9) tersebut di atas, yaitu;---------------------
1. Bentuk Penetapan itu harus tertulis;---------------------------------------------
2. Penetapan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;---------
3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara;--------------------------------------
4. Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;------------------
5. Bersifat Konkret, Individual dan Final;--------------------------------------------
6. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata;-----
Menimbang, bahwa setelah meneliti dan mencermati Obyek Sengketa yang
diterbitkan oleh Tergugat (vide bukti P-8 = bukti T-11) maka Majelis Hakim akan
mempertimbangkan apakah Obyek Sengketa telah memenuhi unsur persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka (9) Undang–Undang Nomor 51 Tahun
2009 yaitu;-----------------------------------------------------------
1. Penetapan tertulis: artinya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut memang
diharuskan tertulis untuk kemudahan bagi pembuktian dan demi kepastian hukumnya,
namun yang disyaratkan tertulis bukan bentuk formalnya melainkan menunjuk kepada
kejelasan isi keputusan tersebut yaitu:----------------------------------------------------------
• Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara mana yang mengeluarkan;--------
• Bahwa berdasarkan bukti P-8 = bukti T-11 (Obyek Sengketa) telah nyata
dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta
yang ditandatangani oleh Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagai Pejabat Tata Usaha Negara di Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah;------------------------------------------
• Maksud serta mengenai hal apa isi Keputusan tersebut;--------------------
Bahwa maksud dikeluarkannya obyek sengketa telah jelas yaitu sebagai
Pemberitahuan dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa
Yogyakarta memutuskan tidak mengeluarkan Rekomendasi Kelayakan untuk PT.
Matahari Yogya Televisi (MyTV);-----------------------------------
• Kepada siapa Keputusan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya;----------
Bahwa obyek sengketa telah jelas ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi
(MyTV) sebagai badan hukum perdata (Penggugat);---------------
Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, maka Majelis Hakim
menyimpulkan bahwa Obyek Sengketa a quo sudah memenuhi semua syarat sebagai
penetapan tertulis;--------------------------------------------------------------
2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara : artinya Keputusan
tersebut dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara di Pusat atau Daerah
yang melakukan kegiatan yang bersifat eksekutif yaitu pelaksanaan sesuatu urusan
Pemerintahan sesuai Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang
berbunyi:----------------------------------
“Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”;------------------------------------------------------------ dengan demikian, siapa
saja dan apa saja yang berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
berwenang melaksanakan suatu urusan pemerintahan, maka ia dapat dianggap
berkedudukan sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;---------------------------
Bahwa Obyek Sengketa a quo yaitu Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah,
Daerah Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/ II/2015, Tanggal 23 Februari 2015,
Perihal Pemberitahuan, yang ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV)
ditandatangani oleh Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa
Yogyakarta (vide bukti P-8 = bukti T-11) sebagai Pejabat Tata Usaha Negara yang
menjalankan urusan pemerintahan bidang komunikasi dan informasi khususnya
penyiaran, sehingga syarat dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
telah pula terpenuhi;-------------
3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara: artinya suatu Keputusan tersebut
menciptakan, atau menentukan mengikatnya atau menghapuskannya suatu hubungan
hukum Tata Usaha Negara yang telah ada sehingga bisa dikatakan bahwa Keputusan
tersebut menimbulkan suatu akibat hukum Tata Usaha Negara;---------------------------
Bahwa Obyek Sengketa a quo merupakan suatu Keputusan yang dimaksud untuk
melakukan perbuatan material yaitu memutuskan tidak mengeluarkan Rekomendasi
Kelayakan untuk PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) dan tindakan Tergugat
menerbitkan Obyek Sengketa a quo tersebut dapat diartikan melaksanakan tindakan
hukum Tata Usaha Negara. Dengan demikian syarat berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara telah terpenuhi;---
4. Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku:-----------
Membuat Keputusan yang melaksanakan peraturan perundangundangan adalah fungsi
dari Pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah, dengan kata lain membuat
Keputusan adalah perbuatan Pemerintah yang khusus dilakukan oleh badan-badan/
organ-organ pemerintah (bestuur) seperti Presiden, Menteri, Gubernur, Walikota dan
Bupati atau lembaga negara penyelenggara lainnya;----------------------------------------
Apabila fungsi pemerintahan yang dilaksanakan pada suatu saat itu berdasarkan
peraturan perundang-undangan maka itu merupakan tugas urusan pemerintahan
(public services) sehingga Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam mengeluarkan Obyek Sengketa a quo berkedudukan
sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang melaksanakan fungsi
pemerintahan sebagai Lembaga Negara independen berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta, sehingga syarat
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku juga telah terpenuhi;---------
5. Bersifat Konkret, Individual, Final;--------------------------------------------
• Konkret : artinya obyek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara tidak
bersifat abstrak, tetapi sudah berbentuk tertentu atau dapat ditentukan yaitu Surat
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta No.
44/KPID/DIY/ II/2015, Tanggal 23 Februari 2015, Perihal Pemberitahuan, yang
ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) ditandatangani oleh Ketua
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta telah memenuhi
sifat konkret karena berisi suatu tindakan yang berwujud dan dapat ditentukan serta
tidak abstrak;
• Individual : artinya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut tidak ditujukan untuk
umum, melainkan sudah jelas kepada siapa ditujukan, baik terhadap alamat maupun
hal yang dituju, demikian halnya obyek sengketa telah memenuhi sifat individual
karena ditujukan pribadi kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) (Penggugat)
sebagai badan hukum perdata;--------
• Final : artinya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut sudah merupakan keputusan
akhir yang dapat dilaksanakan, artinya akibat hukum yang ditimbulkan serta yang
dimaksudkan sudah merupakan akibat hukum yang definitif, dalam hal ini
diterbitkannya Surat Keputusan obyek sengketa oleh Tergugat sudah bersifat definitif
tanpa memerlukan adanya persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain;------------
Bahwa dengan demikian syarat bersifat konkrit, individual dan final telah pula
terpenuhi;------------------------------------------------------------------------------
6. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata artinya
Keputusan Tata Usaha Negara tersebut harus mampu menimbulkan perubahan
terhadap suatu hubungan hukum yang telah ada, mengubah status hukum atau
melahirkan hubungan hukum baru. Dengan terbitnya Obyek Sengketa telah
menimbulkan akibat hukum yaitu dengan tidak diterbitkannya Rekomendasi
Kelayakan oleh Tergugat maka Penggugat tidak dapat melanjutkan proses pengajuan
izin penyelenggaraan penyiaran untuk mendapatkan izin penyelenggaraan penyiaran;-
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut
di atas Majelis Hakim berpendapat obyek sengketa merupakan Keputusan Tata Usaha
Negara sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1 angka (9) Undang–Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang–Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan bukanlah merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara yang diperkecualikan sebagaimana yang dimaksud
dalam ketentuan Pasal 2 dan Pasal 49 Undang– Undang Nomor 5 Tahun 1986
sehingga merupakan obyek gugatan dalam sengketa Tata Usaha Negara dan
Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta memiliki wewenang untuk memeriksa,
memutus, dan menyelesaikannya;---------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dasar/alasan yang didalilkan oleh Penggugat dalam
gugatannya sebagaimana diuraikan dalam gugatan Penggugat yang pada pokoknya
Penggugat merasa dirugikan dengan diterbitkannya Obyek Sengketa maka Penggugat
tidak dapat melanjutkan proses pengajuan izin penyelenggaraan penyiaran untuk
mendapatkan izin penyelenggaraan penyiaran;--------------------------------
Menimbang, bahwa sehubungan dengan dasar/alasan gugatan tersebut
selanjutnya untuk mempertimbangkan apakah Penggugat mempunyai kepentingan
yang dirugikan sebagai akibat dari diterbitkannya Obyek Sengketa sehingga ia
mempunyai kapasitas untuk mengajukan gugatan maka Majelis Hakim akan
berpedoman pada ketentuan dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara berbunyi sebagai berikut;-
“Orang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan
yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan
ganti rugi dan/atau direhabilitasi”;--------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam ketentuan Pasal 53 ayat (1) tersebut mensyaratkan
bahwa seseorang atau badan hukum perdata untuk dapat mengajukan gugatan di
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah harus ada kepentingan dari orang atau badan
hukum perdata tersebut yang dirugikan atas diterbitkannya suatu keputusan Tata
Usaha Negara yang dijadikan obyek gugatannya, hal ini sesuai dengan Asas point
d’interest point d’action;-----------
Menimbang, bahwa dengan diterbitkannya Obyek Sengketa a quo
mengakibatkan Penggugat tidak dapat melanjutkan proses pengajuan izin
penyelenggaraan penyiaran untuk mendapatkan izin penyelenggaraan penyiaran (vide
bukti P-8 = bukti T-11). Bahwa setelah mencermati dasar gugatan Penggugat yang
menyatakan kepentingannya dirugikan dengan terbitnya Obyek Sengketa a quo dan
mencermati isi obyek sengketa, Majelis Hakim berpendapat Penggugat mempunyai
kepentingan yang dirugikan akibat terbitnya Obyek Sengketa a quo dan karenanya
Penggugat telah mempunyai kapasitas sebagai subyek hukum yang kepentingannya
dirugikan sebagai akibat diterbitkannya Obyek Sengketa sehingga secara hukum
berhak mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana yang
ditentukan dalam ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara;--
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
apakah pengajuan gugatan Penggugat terhadap Obyek Sengketa a quo masih dalam
tenggang waktu untuk dapat diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana
yang disyaratkan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yang berbunyi
sebagai berikut;--------------------------------------------------------
“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari
terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara“;-----------------------------------------------------
Menimbang, bahwa obyek sengketa a quo telah diterbitkan oleh Tergugat pada
tanggal 23 Februari 2015 (vide bukti P-8 = bukti T-11), kemudian gugatan Penggugat
diajukan dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta
pada tanggal 22 Mei 2015 sehingga gugatan diajukan masih dalam tenggang waktu 90
(sembilan puluh) hari sesuai yang disyaratkan dalam Pasal 55 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara;-------------------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan hukum di atas,
Majelis Hakim setelah mempelajari bukti-bukti surat dan fakta-fakta di persidangan
berpendapat bahwa Obyek Sengketa telah memenuhi syarat-syarat formal suatu
Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara,
sehingga gugatan Penggugat terhadap Obyek Sengketa sudah selayaknya untuk
diperiksa di persidangan, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
Pokok Sengketa;-----------------------------------
DALAM POKOK SENGKETA;----------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
mengenai materi pokok sengketa Obyek Sengketa;---------------------------
Menimbang, bahwa Penggugat dalam gugatannya telah memohon untuk
dinyatakan batal atau dinyatakan tidak sah Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah,
Daerah Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/II/2015, Tanggal 23 Februari 2015,
Perihal Pemberitahuan, yang ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV).
(vide bukti P-8 = bukti T-11), dengan alasan bahwa Tergugat dalam menerbitkan
Keputusan Tata Usaha Negara Obyek Sengketa a quo telah melanggar peraturan
perundang–undangan yang berlaku serta Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik
(AAUPB) (vide Pasal 53 ayat (2) huruf a dan/ atau b Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara);- Menimbang, bahwa terhadap dalil–dalil gugatan
Penggugat tersebut Tergugat telah menyangkal dengan Jawabannya, yang pada
intinya menyatakan bahwa Tergugat dalam menerbitkan Obyek Sengketa telah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta telah sesuai dengan Asas–
Asas Umum Pemerintahan Yang Baik;--------------------------------------------------
Menimbang, bahwa Penggugat dalam mempertahankan dalildalil gugatannya
telah mengajukan surat-surat bukti yang diberi tanda P–1 sampai dengan P–28 serta
telah mengajukan 2 (dua) orang Ahli, sedangkan Tergugat dalam menyangkal dalil-
dalil gugatan Penggugat juga telah mengajukan surat-surat bukti yang diberi tanda T-
1 sampai dengan T–29 dan telah mengajukan 3 (tiga) orang Ahli. Majelis Hakim
dalam sengketa ini telah mengajukan 1 (satu) orang saksi;----------------------------------
Menimbang, bahwa dalam rangka usaha mencari kebenaran materiil, maka
sesuai ketentuan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara, dalam bagian penjelasan menerangkan bahwa Hakim Peradilan
Tata Usaha Negara dapat menentukan sendiri apa yang harus dibuktikan dan siapa
yang harus dibebani pembuktian, hal apa saja yang harus dibuktikan oleh para pihak
yang berperkara dan hal apa saja yang harus dibuktikan oleh Hakim sendiri, alat bukti
mana saja yang diutamakan untuk dipergunakan dalam pembuktian dan kekuatan
pembuktian bukti yang telah diajukan;---------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dengan berpedoman pada ketentuan tersebut di atas maka
Majelis Hakim dalam mempertimbangkan pokok permasalahan tersebut akan
berpedoman pada bukti–bukti yang berkaitan dengan sengketa ini sedangkan bukti-
bukti yang tidak relevan tetap dianggap sebagai bukti sah dan dilampirkan dalam
berkas perkara;----------------------------------------------------
Menimbang, bahwa selanjutnya dalam melakukan pengujian legalitas
keputusan Objek Sengketa dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 53 ayat (2)
huruf a dan/atau b serta penjelasannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, maka menurut Majelis Hakim yang menjadi permasalahan hukum dalam
perkara ini adalah :-----------------------------------
1. Dari segi kewenangan yaitu apakah Tergugat mempunyai kewenangan atau tidak
dalam menerbitkan Obyek Sengketa;---------------------------------------
2. Dari segi prosedur yaitu apakah prosedur penerbitan Obyek Sengketa telah sesuai
atau tidak dengan prosedur formal yang ditentukan oleh peraturan
perundangundangan;---------------------------------------------------------------
3. Dari segi substansi yaitu apakah secara substansi penerbitan Obyek Sengketa telah
sesuai atau tidak dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB);-------
Menimbang, bahwa atas pokok permasalahan yang pertama Majelis Hakim
akan mempertimbangkan “Apakah Tergugat berwenang untuk menerbitkan Obyek
Sengketa?”--------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam ketentuan Pasal 1 ayat (12) UndangUndang Nomor
51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang–Undang Nomor 5 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara telah ditegaskan bahwa;-- “Tergugat
adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan
berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang
digugat oleh orang atau badan hukum perdata”;--
Menimbang, bahwa obyek sengketa a quo mengacu pada peraturan dasar yang
mengaturnya, yaitu :-------------------------------------------------------
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (vide bukti P-18 = bukti
T-8);--------------------------------------------------------------- ------------
2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran
Lembaga Penyiaran Swasta (vide bukti P-19 = bukti T-9);----------
3. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran (vide bukti P-21 = bukti T-10);--------- Menimbang,
bahwa pada peraturan-peraturan dasar tersebut dijelaskan: 1. Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2002 tentang Penyiaran;--------------------
• Pasal 6 ayat (4);----------------------------------------------------------------- Untuk
penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran;
• Pasal 7 ayat (1);----------------------------------------------------------------- Komisi
penyiaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) disebut Komisi Penyiaran
Indonesia, disingkat KPI;----------------------------------
• Pasal 7 ayat (3);----------------------------------------------------------------- KPI terdiri
atas KPI Pusat dibentuk di tingkat pusat dan KPI Daerah dibentuk di tingkat
provinsi;---------------------------------------------------
• Pasal 9 ayat (1);---------------------------------------------------------------- Anggota KPI
Pusat berjumlah 9 (sembilan) orang dan KPI Daerah berjumlah 7 (tujuh) orang;--------
• Pasal 33 ayat (4);--------------------------------------------------------------- Izin dan
perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh negara setelah
memperoleh:---------------------------------------------------
a. Masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI;---------------
b. Rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI;--------
2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran
Lembaga Penyiaran Swasta;--------------------------------------------
• Pasal 5 ayat (6);------------------------------------------------------------------
Dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung setelah selesai
evaluasi dengar pendapat, KPI menerbitkan rekomendasi kelayakan penyelenggaraan
penyiaran dan mengusulkan alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio pada
Menteri;------------------------
3. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28/P/
M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran;---------------------------------------------
• Pasal 17 ayat (8);--------------------------------------------------------------- KPI
menerbitkan Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran terhadap pemohon
yang memenuhi persyaratan dan dinyatakan layak;- Menimbang, bahwa berdasarkan
Gugatan, Jawaban, dan Kesimpulan yang diajukan oleh Penggugat dan Tergugat yang
dihubungkan dengan bukti-bukti surat maupun keterangan saksi dan Ahli, maka
diperoleh fakta-fakta hukum mengenai kewenangan Tergugat sebagai berikut:----------
• Bahwa Tergugat merupakan lembaga negara independen yang dibentuk melalui
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang berkedudukan di
ibukota Provinsi yang secara administratif bertanggung jawab kepada Gubernur (vide
bukti T-20);---------------------------------------
• Bahwa Tergugat berjumlah 7 (tujuh) orang (vide bukti P-18 = bukti T-8, bukti T-20)
yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
242/KEP/2014 tanggal 7 Oktober 2014 tentang Penetapan Anggota Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2014-2017 (vide bukti T-1);--
• Bahwa Tergugat berdasarkan Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 193/KPID/ DIY/XII/2014 tentang Struktur
Organisasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2014-
2017 dengan struktur jabatan sebagai berikut (vide bukti T-2):-----------------------------
NO NAMA JABATAN
1 Sapardiyono, S.Hut., M.H. Ketua Merangkap Anggota Bidang Kelembagaan
2 Sukiratnasari, S.H. Wakil Ketua Merangkap Anggota Bidang Pengawasan Isi Siaran
3 Hajar Pamudi, S.T. Koordinator Bidang Kelembagaan
4 Trapsi Haryadi, SIP Koordinator Bidang Pengelolaan Struktur dan Sistem Siaran
5 Ahmad Ghozi Nurul Islam, S. Fil Anggota Bidang Pengelolaan Struktur dan Sistem
Siaran
6 Supadiyanto, S.Sos. I., M.I.Kom. Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran
7 Amin Purnama, S.H. Anggota Bidang Pengawasan Isi Siaran
• Bahwa Tergugat menerbitkan Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah
Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/II/2015, Tanggal 23 Februari 2015, Perihal
Pemberitahuan, yang ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) yang
ditandatangani oleh Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa
Yogyakarta (vide bukti P-8 = bukti T-11);----------
• Bahwa Tergugat memutuskan tidak mengeluarkan Rekomendasi Kelayakan untuk
PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) dengan alasan sebagai berikut (vide bukti P-8 =
bukti T-11);------------------------------------------------------
1. Tidak memenuhi syarat kelengkapan administratif yaitu tidak menyertakan
pengesahan akta perubahan yang dikeluarkan oleh Kementrian Hukum dan HAM dan
Surat Keterangan Domisili;--------------
2. Bahwa dalam pelaksanaan Evaluasi Dengar Pendapat, Pemohon mengakui ada
kesamaan antara PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) dengan PT. Semesta Matahari
Televisi (Sindo TV). PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV) telah menjalani
proses Forum Rapat Bersama dan tinggal mendapat IPP Prinsip untuk permohonan
Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara digital;------------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 dikaitkan dengan ketentuan Pasal 33 ayat (4) huruf b Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, Pasal 5 ayat (6) Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
Penyiaran Swasta, dan Pasal 17 ayat (8) Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran di atas, Majelis Hakim berpendapat
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berwenang menerbitkan Rekomendasi
Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran terhadap pemohon adalah KPI. Berdasarkan
ketentuan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
dikaitkan dengan bukti P-8 = bukti T-11, bukti T-20, bukti T-1, dan bukti T-2 serta
oleh karena lokasi Obyek Sengketa a quo berada di Daerah Istimewa Yogyakarta,
maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Tergugat (Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta) mempunyai wewenang untuk menerbitkan
Surat Keputusan Obyek Sengketa a quo;-------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa selanjutnya untuk pokok permasalahan yang kedua dan
ketiga Majelis Hakim akan menilai apakah penerbitan Obyek Sengketa a quo yaitu
Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta No.
44/KPID/DIY/II/2015, Tanggal 23 Februari 2015, Perihal Pemberitahuan, yang
ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) (vide bukti P-8= bukti T-11)
dari segi prosedural formal maupun substansi materiil bertentangan atau tidak dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka harus diuji apakah proses
penerbitan Obyek Sengketa a quo yang dilakukan oleh Tergugat telah sesuai atau
tidak dengan prosedur dan syaratsyarat yang ditentukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;-------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa penerbitan Obyek Sengketa a quo yaitu Surat Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta No.
44/KPID/DIY/II/2015, Tanggal 23 Februari 2015, Perihal Pemberitahuan, yang
ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) adalah berupa pemberitahuan
tertulis mengenai keputusan rapat pleno Tergugat yang memutuskan tidak
mengeluarkan Rekomendasi Kelayakan untuk Penggugat dengan alasan-alasan
sebagai berikut (vide bukti P-8= bukti T-11);----------------
1. Penggugat tidak memenuhi syarat kelengkapan administratif yaitu tidak
menyertakan pengesahan akta perubahan yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI dan surat keterangan domisili yang terdapat pada proposal
tidak dikeluarkan oleh Kepala Desa/ Kelurahan setempat;----------------------------------
2. Penggugat ada kesamaan dengan PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV) yang
telah menjalani proses Forum Rapat Bersama dan tinggal mendapat Izin
Penyelenggaraan Penyiaran Prinsip dalam hal permohonan Lembaga Penyiaran
Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara Digital;------------------------
Menimbang, bahwa prosedur dan syarat-syarat penerbitan obyek sengketa in
casu penerbitan Rekomendasi Kelayakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
mengacu pada peraturan dasar yang mengaturnya yaitu:-
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (vide bukti P-18 = bukti
T-8);--------------------------------------------------------------- -----------
2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran
Lembaga Penyiaran Swasta (vide bukti P-19 = bukti T-9);----------
3. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran (vide bukti P-21 = bukti T-10);-------
4. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun 2014 tanggal
9 Desember 2014 tentang Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran
Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita
Ultra High Frequency (vide bukti P-20 = bukti T-17);---------------------------------------
5. Surat Edaran Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Nomor 01 Tahun 2014
tanggal 16 Desember 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Perizinan atas
Terbitnya Keputusan Menteri Nomor 1017 Tahun 2014 (vide bukti T-18);--------------
Menimbang, bahwa pada peraturan-peraturan dasar tersebut dijelaskan: 1.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran;-------------------
• Pasal 18 ayat (1);---------------------------------------------------------------- Pemusatan
kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta oleh satu orang atau satu
badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di beberapa wilayah siaran,
dibatasi;-------------------------------
• Pasal 20;------------------------------------------------------------------------- Lembaga
Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Radio dan Jasa Penyiaran Televisi masing-masing
hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1
(satu) cakupan wilayah siaran;---
• Pasal 33;-------------------------------------------------------------------------
1) Sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib memperoleh
izin penyelenggaraan penyiaran;-------------------------
2) Pemohon izin wajib mencantumkan nama, visi, misi, dan format siaran yang akan
diselenggarakan serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan undang-undang
ini;--------------------------
3) Pemberian izin penyelenggaraan penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berdasarkan minat, kepentingan, dan kenyamanan publik;----------------------------------
4) Izin dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh negara
setelah memperoleh:-----------------------------------------
a. Masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI;---------------
b. Rekomendasi kelayakan penyelenggraan penyiaran dari KPI;-----
c. Hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus untuk
perizinan antara KPI dan pemerintah; dan;--------- d. Izin alokasi dan penggunaan
spektrum frekuensi radio oleh pemerintah atas usul KPI;------------------------------------
5) Atas dasar hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf c, secara
administratif izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh Negara melalui KPI;-----
6) Izin penyelenggaraan dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran wajib
diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah ada kesepakatan dari
forum rapat bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf c;----------------------
7) Lembaga penyiaran wajib membayar izin penyelenggaraan penyiaran melalui kas
negara;----------------------------------------------
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan perizinan
penyelenggaraan penyiaran disusun oleh KPI bersama Pemerintah;-
2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran
Lembaga Penyiaran Swasta;-------------------------------------------
• Pasal 4;---------------------------------------------------------------------------
1) Sebelum menyelenggarakan kegiatan, Lembaga Penyiaran Swasta wajib
memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran;------------------
2) Untuk memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta,
Pemohon mengajukan permohonan izin tertulis kepada Menteri melalui KPI, dengan
mengisi formulir yang disediakan dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah ini;------------------------------------------
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat rangkap 2 (dua) masing-
masing 1 (satu) berkas untuk Menteri dan 1 (satu) berkas untuk KPI, dengan
melampirkan persyaratan administrasi, program siaran dan data teknik penyiaran,
sebagai berikut:-----------
a. Persyaratan administrasi;----------------------------------------------
1. Latar belakang maksud dan tujuan pendirian serta mencantumkan nama, visi, misi,
dan format siaran yang akan diselenggarakan;--------------------------------------------
2. Akta pendirian perusahaan dan perubahannya beserta pengesahan badan hukum
atau telah terdaftar pada instansi yang berwenang;-------------------------------------------
3. Susunan dan nama pengurus penyelenggara penyiaran;-----
4. Studi kelayakan dan rencana kerja;------------------------------
5. Uraian tentang aspek permodalan;-------------------------------
6. Uraian tentang proyeksi pendapatan (revenue) dari iklan dan pendapatan lain yang
sah yang terkait dengan penyelengaraan penyiaran;---------------------------------------
7. Daftar media cetak, lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran radio, dan/atau
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi yang sudah dimiliki oleh pemohon;-
8. Uraian tentang struktur organisasi mulai dari unit kerja tertinggi sampai unit kerja
terendah, termasuk uraian tata kerja yang melekat pada setiap unit kerja;----------------
a. Program siaran;--------------------------------------------------------
1. Uraian tentang waktu siaran, sumber materi mata acara siaran, khalayak sasaran,
dan daya saing;----------------------
2. Persentase mata acara siaran keseluruhan dan rincian siaran musik, serta pola acara
siaran harian dan mingguan;-
a. Data teknik penyiaran;-------------------------------------------------
1. Daftar inventaris sarana dan prasarana yang akan digunakan, termasuk peralatan
studio dan pemancar, jumlah dan jenis studio serta perhitungan biaya investasinya;----
2. Gambar tata ruang studio dan peta lokasi stasiun penyiaran, gambar tata ruang
stasiun pemancar dan peta lokasi stasiun pemancar, serta gambar peta wilayah
jangkauan siaran dan wilayah layanan siarannya;--------------------------------------
3. Spesifikasi teknik dan sistem peralatan yang akan digunakan beserta diagram blok
sistem konfigurasinya;--------------------
4. Usulan saluran frekuensi dan kontur diagram yang diinginkan;-------------------------
• Pasal 5;----------------------------------------------------------------------------
1) Setelah menerima berkas surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3), KPI melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan program siaran sesuai
dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b;--------------
2) Setelah menerima berkas surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3), Menteri melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi dan
data teknik penyiaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
c;-
3) Apabila persyaratan dan kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) tidak dipenuhi, KPI dan/atau Menteri memberitahukan secara tertulis
kepada Pemohon atau kuasanya agar persyaratan tersebut dilengkapi paling lama 15
(lima belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan;--------
4) Apabila persyaratan dan kelengkapan permohonan tidak dipenuhi dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemohon dianggap membatalkan
permohonannya atau mengundurkan diri;------------------------------------------------------
5) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dipenuhinya
persyaratan dan kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3), KPI melakukan evaluasi dengar pendapat dengan Pemohon;--------------------------
6) Dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung setelah selesai
evaluasi dengar pendapat, KPI menerbitkan rekomendasi kelayakan penyelenggaraan
penyiaran dan mengusulkan alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio kepada
Menteri;------------------------------------------------------------
7) Menteri dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
diterima rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dan usulan alokasi dan
penggunaan spektrum frekuensi radio dari KPI sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
mengundang KPI dan instansi terkait untuk mengadakan Forum Rapat Bersama;--
8) Menteri dapat meminta penjelasan kepada KPI terhadap permohonan yang belum
memperoleh rekomendasi kelayakan setelah 60 (enam puluh) hari kerja sejak
diterimanya permohonan oleh Menteri;--------------------------------------------------------
9) Forum Rapat Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diselenggarakan dalam
rangka pemberian persetujuan atau penolakan izin penyelenggaraan penyiaran melalui
penilaian bersama terhadap rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dan
usulan alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio dari KPI serta terpenuhinya
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3);---------------------------------
10) Menteri menerbitkan keputusan persetujuan atau penolakan izin penyelenggaraan
penyiaran sesuai dengan hasil kesepakatan dari Forum Rapat Bersama;------------------
11) Keputusan persetujuan atau penolakan izin penyelenggaraan penyiaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) wajib diterbitkan oleh Menteri paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja sejak ada kesepakatan Forum Rapat Bersama;-----------------
12) Keputusan persetujuan atau penolakan izin penyelenggaraan penyiaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (11) disampaikan kepada Pemohon melalui KPI;----
• Pasal 32 ayat (1) huruf a;-----------------------------------------------------
1) Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran
televisi oleh 1 (satu) orang atau 1 (satu) badan hukum, baik di satu wilayah siaran
maupun di beberapa wilayah siaran, di seluruh wilayah Indonesia dibatasi sebagai
berikut a. 1 (satu) badan hukum paling banyak memiliki 2 (dua) izin penyelenggaraan
penyiaran jasa penyiaran televisi, yang berlokasi di 2 (dua) provinsi yang berbeda;----
3. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28/P/
M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran;-------------------------------------------
• Pasal 6 ayat (1);----------------------------------------------------------------
Pendirian Lembaga Penyiaran Swasta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:---
a. Didirikan oleh warga negara Indonesia;---------------------------------
b. Didirikan dengan bentuk badan hukum Indonesia berupa Perseroan Terbatas yang
mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM;---------------------------------
c. Bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi yang
disebutkan dalam akte pendirian dilampiri dengan Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP);-----------------------------------------------------------
d. SITU dan TDP sebagaimana dimaksud pada huruf c dapat dilengkapai kemudian
sebelum diterbitkannya Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran; dan;------------------
e. Seluruh modal awal usahanya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau
badan hukum Indonesia yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia;-------------------------------------------
• Pasal 7;--------------------------------------------------------------------------
Dalam mengajukan permohonan perizinan, Lembaga Penyiaran Swasta harus
memenuhi persyaratan administrasi, program siaran, dan data teknis penyiaran dengan
mengisi formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2A atau Lampiran 2B
peraturan Menteri ini;----------------------
• Pasal 14;--------------------------------------------------------------------------- Lembaga
Penyiaran dalam menyelenggarakan penyiaran wajib memperoleh IPP dari Menteri;--
• Pasal 15 ayat (1);--------------------------------------------------------------
Menteri mengumumkan secara terbuka melalui media cetak dan/atau elektronik
peluang penyelenggaraan penyiaran LPS dan LPB melalui terestrial secara periodik
setiap 5 (lima) tahun sekali untuk jasa penyiaran radio dan 10 (sepuluh) tahun sekali
untuk jasa penyiaran televisi;--------------------------------------------------------------------
• Pasal 16;-------------------------------------------------------------------------
1) Permohonan IPP untuk LPS dan LPB melalui terestrial diajukan setelah ada
pengumuman peluang penyelenggaraan penyiaran dari Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15;------------------------
2) Permohonan IPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis
kepada Menteri melalui KPI dalam jangka waktu yang ditentukan dalam
pengumuman;-----------------------------------------
3) Jangka waktu pengajuan permohonan IPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diperpanjang dengan memperhatikan masukan dari KPI;----------------------------
4) Permohonan IPP untuk LPB melalui satelit dan kabel, LPP Lokal, dan LPK
diajukan kepada Menteri melalui KPI tanpa didasarkan adanya pengumuman peluang
penyelenggaraan penyiaran dari Menteri;-----
5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) dibuat rangkap 2
(dua) masing-masing 1 (satu) berkas untuk KPI dan 1 (satu) berkas diteruskan kepada
Menteri setelah didaftar oleh KPI;--------------------------------------------------------------
• Pasal 17;--------------------------------------------------------------------------
1) KPI melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan program siaran dan Menteri
melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi dan data teknik
penyiaran;--------------------
2) KPI dalam melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan program siaran,
berdasarkan pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang
ditetapkan oleh KPI dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan;---------------------
3) Menteri dalam melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi dan
data teknik penyiaran dapat dibantu oleh Pemerintah Daerah yang ruang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya di bidang komunikasi dan informatika dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan;-----------------------------------------------
4) Jangka waktu pemeriksaan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) dapat diperpanjang;------------
5) KPI melaksanakan Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) setelah Pemohon melengkapi
persyaratan administrasi, program siaran, dan data teknik penyiaran dalam jangka
waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh KPI dengan memperhatikan ketentuan
yang berlaku;----------------------------------------------------------------------
6) Tata cara pelaksanaan EDP sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sesuai dengan
ketentuan yang disusun oleh KPI;-----------------------
7) KPI memberitahukan secara tertulis kepada Menteri tentang Pemohon yang
dinyatakan tidak layak menyelenggarakan penyiaran dengan melampirkan hasil
evaluasi yang telah dilakukan oleh KPI;--
8) KPI menerbitkan Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran terhadap
pemohon yang memenuhi persyaratan dan dinyatakan layak;------------------------------
9) Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) memuat sekurangkurangnya:----------------
a. Nama lembaga penyiaran, alamat kantor dan stasiun pemancar, serta nama sebutan
di udara;----------------------------------------
b. Usulan dan penggunaan spektrum frekuensi radio bagi LPP lokal, LPS, LPK, dan
LPB melalui terestrial;--------------------------
c. Wilayah layanan siaran sesuai dengan rencana induk frekuensi; dan;------------------
d. Jasa penyelenggaraan penyiaran;------------------------------------
10) Sebelum KPI menyampaikan Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan
Penyiaran kepada Menteri, terlebih dahulu KPI melaksanakan koordinasi dengan
Menteri dalam rangka evaluasi persyaratan administrasi dan data teknik;----------------
11) Dalam proses perizinan penyelenggaraan penyiaran untuk LPS, LPB dan LPK,
Menteri dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
diterimanya Rekomendasi Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran dan KPI dengan
persyaratan yang sudah lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (6), mengundang
KPI dan instansi terkait untuk mengadakan FRB;-----------------------
12) Dalam proses perizinan penyelenggaraan penyiaran untuk LPP Lokal, Menteri
dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak ditenma
rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI sebagaimana dimaksud
pada ayat (6), mengundang KPI dan instansi terkait untuk mengadakan FRB;-----------
4. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun 2014 tanggal
9 Desember 2014 tentang Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran
Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita
Ultra High Frequency;---------------------------------
• Kesatu;----------------------------------------------------------------------- ----
Membuka Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa
Penyiaran Televisi secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita Ultra High
Frequency untuk wilayah layanan siaran di seluruh Indonesia, kecuali wilayah
layanan siaran yang dinyatakan tertutup sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini;-----------------
• Kedua;------------------------------------------------------------------------ ----
Permohonan izin penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa
Penyiaran Televisi secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita Ultra High
Frequency wajib memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan secara lengkap termasuk Rekomendasi Kelayakan (RK) dari
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI);----
• Ketiga;------------------------------------------------------------------------ ----
Pemohon yang telah mengajukan permohonan Izin Penyelenggaraan Penyiaran
Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara Analog melalui Sistem
Terestrial pada Pita Ultra High Frequency dan telah diterima oleh Menteri
Komunikasi dan Informatika sebelum ditetapkannya Keputusan Menteri ini wajib
mengajukan kembali permohonannya dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEDUA dengan format surat sebagaimana terlampir pada
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini;----
• Keempat;-------------------------------------------------------------------- -----
Pemohon izin penyelenggaraan penyiaran sebagaimana dimaksud pada diktum
KEDUA dan KETIGA harus menandatangani surat pernyataan dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini;--------
• Kelima;----------------------------------------------------------------------- -----
Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran
Televisi Secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita Ultra High Frequency ini
dibuka sejak ditetapkan Keputusan Menteri ini sampai dengan tanggal 23 Februari
2016;----------------------------------
• Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan;------------
5. Surat Edaran Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Nomor 01 Tahun 2014
tanggal 16 Desember 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Perizinan atas
Terbitnya Keputusan Menteri Nomor 1017 Tahun 2014;--------
• Angka 2;--------------------------------------------------------------------------
Permohonan izin penyelenggaraan penyiaran LPS TV wajib memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan peraturan perundangundangan secara lengkap, termasuk;---------------
2.1 Surat Pengantar Pengiriman Berkas Permohonan IPP dari KPID;---
2.2 Surat Permohonan IPP kepada Menteri dan KPI;---------------------
2.3 Rekomendasi Kelayakan;-------------------------------------------------
2.4 Surat Pernyataan Kesiapan Infrastruktur dan Kesediaan Migrasi ke Sistem
Penyiaran Digital;------------------------------------------------
2.5 Berkas Lengkap Permohonan IPP;--------------------------------------
• Angka 3;-------------------------------------------------------------------------
Peluang penyelenggaraan penyiaran LPS TV Analog ini dibuka sejak ditetapkannya
Kepmen Nomor 1017 Tahun 2014 sampai 23 Februari 2015, dengan demikian sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam proses verifikasi KPI Pusat, maka
berkas permohonan IPP diharapkan dapat kami terima mulai 19 Desember 2014
hingga paling lambat 13 Februari 2015;-----------------------------------------------------
• Angka 4;---------------------------------------------------------------------------
Pemohon izin yang telah mengajukan izin LPS TV Analog yang mendapatkan RK
dan diterima oleh Kemenkominfo sebelum keluarnya Kepmen Nomor 1017 Tahun
2014 ini (disebut sebagai pemohon lama), serta pemohon izin yang mengajukan
permohonan izin setelah keluarnya Kepmen Nomor 1017 Tahun 2014 ini dan belum
mendapatkan RK (disebut pemohon baru), perlu mendapatkan perlakuan yang sama;--
Menimbang, bahwa dari dalil-dalil surat Gugatan Penggugat, Jawaban
Tergugat, Bukti tertulis dan keterangan Saksi danAhli yang diajukan para pihak
dalam persidangan maka ditemukan fakta-fakta hukum sebagai berikut:---------
• Bahwa pada awal masa jabatan Tergugat untuk periode tahun 2014-2017,
Kementerian Komunikasi dan Informatika menerbitkan Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 31 Tahun 2014 tentang Rencana Induk (Master
Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan
Televisi Siaran Analog pada Pita Ultra High Frequency dan Keputusan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun 2014 tentang Peluang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi
secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita Ultra High Frequency (vide bukti
P-20 = bukti T-17) yang membuka Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara Analog melalui Sistem Terestrial
pada Pita Ultra High Frequency untuk wilayah layanan siaran di seluruh Indonesia,
kecuali wilayah layanan siaran yang dinyatakan tertutup sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017
Tahun 2014 tentang Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta
Jasa Penyiaran Televisi secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita Ultra High
Frequency (vide bukti P-20 = bukti T-17);---
• Bahwa Komisi Penyiaran Indonesia membuat Surat Edaran Ketua Komisi Penyiaran
Indonesia Pusat Nomor 01 Tahun 2014 tanggal 16 Desember 2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pelayanan Perizinan atas Terbitnya Keputusan Menteri Nomor 1017
Tahun 2014 (vide bukti T-18) atas terbitnya Keputusan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 1017 Tahun 2014 tanggal 9 Desember 2014 tentang Peluang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi
secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita Ultra High Frequency (vide bukti
P-20 = bukti T-17). Dalam point angka empat Surat Edaran Ketua Komisi Penyiaran
Indonesia Pusat Nomor 01 Tahun 2014 tanggal 16 Desember 2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pelayanan Perizinan atas Terbitnya Keputusan Menteri Nomor 1017
Tahun 2014 (vide bukti T-18) menyebutkan Pemohon izin yang telah mengajukan
izin LPS TV Analog yang mendapatkan RK dan diterima oleh Kemenkominfo
sebelum keluarnya Kepmen Nomor 1017 Tahun 2014 ini (disebut sebagai pemohon
lama), serta pemohon izin yang mengajukan permohonan izin setelah keluarnya
Kepmen Nomor 1017 Tahun 2014 ini dan belum mendapatkan RK (disebut pemohon
baru), perlu mendapatkan perlakuan yang sama;----------------------------------------------
• Bahwa Tergugat membuat surat Nomor 227/KPID/DIY/XII/2014 tanggal 31
Desember 2014 Hal Permohonan Informasi yang ditujukan kepada Menteri
Komunikasi dan Informatika (vide bukti T-21) dan surat Nomor
228/KPID/DIY/XII/2014 tanggal 31 Desember 2014 Hal Permohonan Informasi yang
ditujukan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (vide bukti T-22) atas terbitnya
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 31 Tahun 2014 tentang
Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi
Khusus untuk Keperluan Televisi Siaran Analog pada Pita Ultra High Frequency dan
Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun 2014 tentang
Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran
Televisi secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita Ultra High Frequency
(vide bukti P-20 = bukti T-17);------------------------------------------------------------------
• Bahwa Tergugat dalam surat bukti T-21 dan surat bukti T-22 menanyakan kepada
Menteri Komunikasi dan Informatika perihal apakah KPID perlu melakukan Evaluasi
Dengar Pendapat bagi pemohon yang telah mengajukan izin penyelenggaraan
penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog pada Pita Ultra High
Frequency dan telah diterima oleh Menteri Komunikasi dan Informatika sebelum
ditetapkan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun 2014
tentang Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa
Penyiaran Televisi secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita Ultra High
Frequency;-----------------------
• Bahwa Ketua Komisi Penyiaran Indonesia menjawab surat Tergugat dalam surat
bukti T-22 melalui surat Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 60/K/KPI/01/2015
tanggal 21 Januari 2015 Lampiran 1 (satu) lembar Perihal Jawaban surat KPID
Yogyakarta Permohonan Informasi (vide bukti T-24);---
• Bahwa Tergugat menerima 13 (tiga belas) permohonan izin penyelenggaraan
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem
terestrial pada pita ultra high frequency (vide bukti P-14) atas dibukanya peluang
penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara
analog melalui sistem terestrial pada pita ultra high frequency berdasarkan Keputusan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun 2014 tanggal 9 Desember
2014 (vide bukti P-20 = bukti T-17);----------------------------------------------
• Bahwa Penggugat merupakan salah satu perusahaan yang mengajukan permohonan
izin penyelenggaraan lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog
melalui sistem terestrial pada pita ultra high frequency (vide bukti P-14, bukti T-6)
atas dibukanya peluang penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran swasta jasa
penyiaran televisi secara analog melalui sistem terestrial pada pita ultra high
frequency berdasarkan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017
Tahun 2014 tanggal 9 Desember 2014 (vide bukti P-20 = bukti T-17);-------
• Bahwa Penggugat merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan Akta
Perseroan Terbatas Nomor 1 tertanggal 06 Desember 2007 yang dibuat dihadapan
Muhammad Taufiq Hidayat, S.H., Notaris di Kabupaten Bantul (vide bukti P-1.A)
dan telah mendapatkan pengesahan badan hukum perseroan berdasarkan Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU-15755.AH.01.01.Tahun
2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan (vide bukti
P-1.B);-----------------------
• Bahwa Penggugat sebagai badan hukum perseroan telah mengalami perubahan data
perseroan berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham
PT. Matahari Yogya Televisi Nomor 48 tertanggal 23 Desember 2014 (vide bukti P-
2.A) dan telah mendapat surat dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor AHU-
0001859.AH.01.03.TAHUN 2015 tanggal 12 Januari 2015 perihal Penerimaan
Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT Matahari Yogya Televisi (vide bukti P-
2.B);------------------------
• Bahwa Penggugat sebelum terbitnya surat dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor AHU-
0001859.AH.01.03.TAHUN 2015 tanggal 12 Januari 2015 perihal Penerimaan
Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT Matahari Yogya Televisi (vide bukti P-
2.B) telah mendapat Surat Keterangan Nomor 01/LHS-I/15 tanggal 5 Januari 2015
yang menerangkan bahwa pemberitahuan perubahan data perseroan kepada Menteri
Hukum dan Ham sedang dalam proses pengurusan di kantor Lily Harjati Soedewa,
S.H., M.Kn., Notaris–PPAT di Jalan Bendungan Hilir Raya Blok A Nomor 19C
Jakarta Pusat (vide bukti P-3);-------------------------------------------------------------------
• Bahwa Penggugat menyerahkan berkas permohonan izin penyelenggaraan lembaga
penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem terestrial pada
pita ultra high frequency kepada Tergugat pada tanggal 12 Januari 2015 dengan
jumlah 3 (tiga) buah berkas berdasarkan tanda terima Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (vide bukti P-6.A). Bahwa berkas permohonan
Penggugat dengan Nomor 004/MYTV/BOD-WK/CORSEC/XII/2014 Perihal
Permohonan Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa
Penyiaran Televisi Secara Analog melalui Sistem Terestrial, Lampiran 1 (satu)
berkas;--
• Bahwa Tergugat membuat checklist kelengkapan berkas permohonan izin
penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi
berdasarkan Pasal 7 dan lampiran 2B Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 28/P/ M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran (vide bukti P-21 = bukti T-10) untuk setiap
berkas permohonan izin penyelenggaraan lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran
televisi secara analog melalui sistem terestrial pada pita ultra high frequency;-----------
• Bahwa dalam bukti T-4, Tergugat membuat catatan/keterangan dalam checklist
kelengkapan berkas yang dikaitkan dengan alat bukti T-6 berkas permohonan izin
penyelenggaraan penyiaran untuk atas nama PT.Matahari Yogya Televisi
(Penggugat), diberikan catatan/keterangan bahwa tidak ada melampirkan pengesahan
akta perubahan terakhir, hanya melampirkan surat pernyataan mengurus domisili,
selanjutnya penanggungjawab penyelenggaraan siaran atas nama Ahmad Sugiri tidak
dilengkapi Curriculum Vitae, surat pernyataan mematuhi pedoman perilaku penyiaran
dan standar program siaran (P3 dan SPS) dibuat menggunakan kertas berkop
perusahaan memakai kop surat pernyataan Nomor: 0053/MyTV/BOD-HET/XII/2007,
serta ada catatan/keterangan diluar kolom checklist yaitu lampiran III Keputusan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun 2014 keterangan checklist,
pernyataan tidak merubah akta pendirian badan hukum keterangan tidak ada,
pemusatan kepemilikan dan kepemilikan silang keterangan checklist, 10% konten
lokal dan SDM lokal keterangan tidak ada;----------------------------------------------------
• Bahwa Tergugat membuat jadwal verifikasi faktual dan evaluasi dengar pendapat
(EDP) setelah semua berkas permohonan izin penyelenggaraan penyiaran lembaga
penyiaran swasta jasa penyiaran diterima (vide bukti T-28). Tergugat menjadwalkan
Penggugat untuk verifikasi faktual pada tanggal 21 Januari 2015 dan Evaluasi Dengar
Pendapat (EDP) pada tanggal 22 Januari 2015 (vide bukti T-28);--------------------------
• Bahwa Penggugat menerima surat dari Tergugat Nomor 13/KPID/ DIY/I/2015
Lamp 1 (satu) lembar Perihal Undangan Evaluasi Dengar Pendapat yang akan
dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Januari 2015 (vide bukti P-4);----------------
• Bahwa Tergugat telah melaksanakan Evaluasi Dengar Pendapat bagi Penggugat
pada hari Kamis tanggal 22 Januari 2015 berdasarkan Berita Acara Evaluasi Dengar
Pendapat Nomor 04/BAEDP/KPID/DIY/I/2015 tanggal 22 Januari 2015 (vide bukti
P-7) dan Notulen Evaluasi Dengar Pendapat tertanggal 26 Januari 2015 (vide bukti T-
5);--------------------------
• Bahwa dalam Berita Acara EDP (vide bukti P-7) tercatat bahwa Evaluasi Dengar
Pendapat dipimpin oleh Trapsi Haryadi, SIP selaku Anggota KPID Daerah Istimewa
Yogyakarta Koordinator Bidang Pengelolaan Struktur dan Sistem Siaran, dihadiri
oleh:-------------------------------------------------------
1. Anggota KPID DIY (lengkap, 6 anggota);------------------------------------
2. Pemohon (Penggugat) yang diwaliki oleh Wijaya Kusuma Televisi selaku Direktur
Utama;------------------------------------------------------------------
3. Anggota DPRD DIY;-------------------------------------------------------------
4. Pemerintah DIY dan Pemerintah Kabupaten Sleman;-----------------------
5. Perwakilan Balai Monitor DIY;--------------------------------------------------
6. Pakar Komunikasi;--------------------------------------------------------------
7. Akademisi;------------------------------------------------------------------ ------
8. Agamawan/budayawan/ seniman;--------------------------------------------
9. LSM;--------------------------------------------------------------------------- ----
10. Asosiasi Penyiaran;--------------------------------------------------------------
11. Kolega;----------------------------------------------------------------------- ----
• Bahwa dalam Notulen Evaluasi Dengar Pendapat tertanggal 26 Januari 2015, waktu
08.30–12.30 WIB, bertempat di Aula Plaza Informasi, Dishubkominfo DIY, dalam
salah satu tanya jawab antara Komisioner KPID DIY dengan Pemohon (Penggugat)
• Bahwa Penggugat pernah mendapatkan Rekomendasi Kelayakan dari Tergugat
berdasarkan surat Nomor 13/Ijin/KPID/diy/v/08 Lampiran 1 (satu) berkas Perihal
Rekomendasi Kelayakan yang diberikan kepada Nama Lembaga Penyiaran PT.
Matahari Yogya Televisi, Alamat Jalan Wates Km. 5 Griya Alvita Gd. BSI Lt. 2
Kasihan Bantul Yogyakarta berdasarkan surat permohonan Nomor
0054/MYTV/BOD-HET/XII/2007 Tanggal 12 Desember 2007 (vide bukti P-9);-------
• Bahwa Penggugat kembali menyerahkan berkas permohonan izin penyelenggaraan
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem
terestrial pada pita ultra high frequency proposal hasil revisi setelah EDP kepada
Tergugat pada tanggal 29 Januari 2015 dengan jumlah 3 (tiga) buah berkas
berdasarkan tanda terima Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta (vide bukti P-6.B = bukti T-7);----------------------------------------------------
• Bahwa Tergugat pada tanggal 11 Februari 2015 dan tanggal 12 Februari 2015
mengadakan Rapat Pleno KPID DIY dalam rangka proses kelengkapan administrasi
dan substansi sebagai syarat untuk menentukan pemberian Rekomendasi Kelayakan
kepada 13 (tiga belas) Pemohon yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan
izin penyelenggaraan lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog
melalui sistem terestrial pada pita ultra high frequency (UHF) kanal 55, 57, dan 61
(vide bukti P-8 = bukti T-11);--------------------------------------------------------------------
• Bahwa Tergugat mengumumkan hasil Rapat Pleno KPID DIY untuk pemohon
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem
terestrial pada pita ultra high frequency (UHF) kanal 55, 57, dan 61 di halaman web
site www.kpiddiy.com pada tanggal 13 Februari 2015 (vide bukti P-14). Dalam bukti
P-14 tersebut, Penggugat merupakan salah satu pemohon lembaga penyiaran swasta
jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem terestrial pada pita ultra high
frequency (UHF) kanal 55, 57, dan 61 yang tidak mendapatkan Rekomendasi
Kelayakan;------
• Bahwa Penggugat melalui Kuasa Hukumnya yaitu Andrew Dase Siampa, S.H.,
melakukan somasi kepada Tergugat dengan surat Nomor 007/SP-AS/II/2015 tanggal
18 Februari 2015 Lamp 1 (satu) eks Perihal Somasi (vide bukti P-15) yang pada
pokoknya menyatakan keberatan hasil rapat pleno KPID DIY yang memutuskan tidak
menerbitkan Rekomendasi Kelayakan (RK) kepada Penggugat padahal sebelumnya
Penggugat telah memperoleh RK dari KPID DIY dengan Nomor 13/Ijin/KPID/diy/
v/08;-----------------------
• Bahwa Tergugat menerbitkan Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah
Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/II/2016, Tanggal 23 Februari 2016, Perihal
Pemberitahuan, yang ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) (vide
bukti P-8 = bukti T-11) atas hasil rapat pleno tersebut (vide bukti P-8 = bukti T-11)
memutuskan tidak mengeluarkan Rekomendasi Kelayakan untuk PT. Matahari Yogya
Televisi (Penggugat) dengan alasan-alasan sebagai berikut;--------------------------------
1. Tidak memenuhi syarat kelengkapan administratif yaitu tidak menyertakan
pengesahan akta perubahan yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI dan surat keterangan domisili yang terdapat pada proposal tidak
dikeluarkan oleh Kepala Desa/ Kelurahan setempat;-----------------------------------------
2. Berdasarkan Pasal 8 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran. KPI mempunyai tugas dan tanggung jawab diantaranya adalah ikut
membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan industri
terkait;-------------------------------
3. Bahwa dalam pelaksanaan Evaluasi Dengar Pendapat, Pemohon mengakui bahwa
ada kesamaan antara PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) dengan PT. Semesta
Matahari Televisi (Sindo TV). PT. Semesta Matahari Televisi (Sindo TV) telah
menjalani proses Forum Rapat Bersama dan tinggal mendapat IPP Prinsip untuk
permohonan Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara digital;--------
4. Berdasarkan hal tersebut di atas KPID DIY menilai permohonan PT. Matahari
Yogya Televisi (MyTV) telah bertentangan dengan prinsip diversity of ownership
yang terdapat dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran “Lembaga Penyiaran Swasta Jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran
televisi masing-masing hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu)
saluran siaran pada 1 (satu) cakupan wilayah siaran;---------------------------------------
• Bahwa Penggugat membuat surat tanggapan kepada Tergugat Nomor 008/SP-
AS/II/2015 tanggal 24 Februari 2015 Lamp 1 (satu) eks Perihal Tanggapan terhadap
surat KPID DIY No. 44/KPID/DIY/ II/2016, Tanggal 23 Februari 2016, Perihal
Pemberitahuan (vide bukti P-16). Penggugat dengan bukti P-16 pada pokoknya
menyatakan keberatan dengan terbitnya surat obyek sengketa (vide bukti P-8 = bukti
T-11);-----------------------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai prosedur dan syarat-syarat penerbitan obyek sengketa in casu
penerbitan Rekomendasi Kelayakan dikaitkan dengan fakta-fakta hukum di atas,
Majelis Hakim berpendapat Tergugat menerbitkan obyek sengketa (vide bukti P-8 =
bukti T-11) didasarkan pada kewenangannya yaitu KPI menerbitkan Rekomendasi
Kelayakan Penyelenggaraan Penyiaran terhadap pemohon yang memenuhi
persyaratan dan dinyatakan layak sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 33 ayat
(4) huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (vide bukti P-
18 = bukti T-8), Pasal 5 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta (vide bukti P-19 = bukti T-9),
Pasal 17 ayat (8) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran (vide bukti P-21 = bukti T-10). Tergugat in casu Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan bukti P-8 =
bukti T-11 didasarkan pada kewenangannya sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran;-------------
Menimbang, bahwa pada awal masa jabatan Tergugat untuk periode tahun
2014-2017, Kementerian Komunikasi dan Informatika menerbitkan Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 31 Tahun 2014 tentang Rencana Induk (Master
Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan
Televisi Siaran Analog pada Pita Ultra High Frequency dan Keputusan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 1017 Tahun 2014 tentang Peluang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi
secara Analog melalui Sistem Terestrial pada Pita Ultra High Frequency (vide bukti
P-20 = bukti T-17) yang membuka Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga
Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara Analog melalui Sistem Terestrial
pada Pita Ultra High Frequency untuk wilayah layanan siaran di seluruh Indonesia
(vide Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran). Untuk wilayah Yogyakarta
tersedia pada Pita Ultra High Frequency kanal 55, 57, dan 61 sehingga Majelis Hakim
berpendapat bahwa Tergugat telah mengumumkan secara terbuka peluang
penyelenggaraan penyiaran untuk jasa penyiaran televisi;---------------------------
Menimbang, bahwa lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara
analog sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib
memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran (vide Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran
Swasta). Pendirian Lembaga Penyiaran Swasta harus memenuhi persyaratan yaitu
didirikan oleh warga negara Indonesia, didirikan dengan bentuk badan hukum
Indonesia berupa Perseroan Terbatas yang mendapatkan pengesahan dari Menteri
Hukum dan HAM, bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio
atau televisi yang disebutkan dalam akte pendirian dilampiri dengan Surat Izin
Tempat Usaha (SITU) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), seluruh modal awal
usahanya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia
yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (vide Pasal 6 ayat (1)
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28/P/M.KOMINFO/09/2008
Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan
Penyiaran). Izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh negara salah satu nya
adalah setelah memperoleh Masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara
pemohon dan KPI dan Rekomendasi kelayakan penyelenggraan penyiaran dari KPI
(vide Pasal 33 ayat (4) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran);---------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa prosedur penerbitan Rekomendasi Kelayakan oleh
Tergugat yang diatur dalam peraturan perundangundangan adalah sebagai berikut;----
-------------------------------------------------------------------------------
1 Pemohon izin wajib mencantumkan nama, visi, misi, dan format siaran yang akan
diselenggarakan serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan undang-undang
(vide Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran);---
2 Untuk memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta,
Pemohon mengajukan permohonan izin tertulis kepada Menteri melalui KPI, dengan
mengisi formulir yang disediakan dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah. Permohonan izin dibuat rangkap 2 (dua) masing-masing
1 (satu) berkas untuk Menteri dan 1 (satu) berkas untuk KPI, dengan melampirkan
persyaratan administrasi, program siaran dan data teknik penyiaran (vide bukti Pasal 4
ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta, Pasal 16 ayat (5) Peraturan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun
2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran);-------
3 Dalam mengajukan permohonan perizinan, lembaga penyiaran swasta harus
memenuhi persyaratan administrasi, program siaran, dan data teknis penyiaran dengan
mengisi formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2A atau Lampiran 2B
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28/P/ M.KOMINFO/09/2008
Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran
(vide Pasal 7 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran);-----------------------------------------
4 KPI melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan program siaran sesuai dengan
persyaratan setelah menerima berkas surat permohonan dan Menteri melakukan
pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi dan data teknik penyiaran. Apabila
persyaratan dan kelengkapan permohonan tidak dipenuhi, KPI dan/atau Menteri
memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau kuasanya agar persyaratan
tersebut dilengkapi paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak tanggal
diterimanya surat pemberitahuan. Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak dipenuhinya persyaratan dan kelengkapan permohonan, KPI
melakukan evaluasi dengar pendapat dengan Pemohon. Dalam jangka waktu paling
lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung setelah selesai evaluasi dengar pendapat, KPI
menerbitkan rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dan mengusulkan
alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio kepada Menteri (vide bukti Pasal 5
ayat (1) sampai dengan ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta, Pasal 17 ayat (1) sampai
dengan ayat (10) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran);----------
Menimbang, bahwa Penggugat merupakan salah satu perusahaan yang
mengajukan permohonan izin penyelenggaraan lembaga penyiaran swasta jasa
penyiaran televisi secara analog melalui sistem terestrial pada pita ultra high
frequency (vide bukti P-14, bukti T-6). Penggugat merupakan badan hukum yang
didirikan berdasarkan Akta Perseroan Terbatas Nomor 1 tertanggal 06 Desember
2007 yang dibuat dihadapan Muhammad Taufiq Hidayat, S.H., Notaris di Kabupaten
Bantul (vide bukti P-1.A) dan telah mendapatkan pengesahan badan hukum perseroan
berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU-
15755.AH.01.01.Tahun 2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Pengesahan Badan
Hukum Perseroan (vide bukti P-1.B). Penggugat sebagai badan hukum perseroan
telah mengalami perubahan data perseroan berdasarkan Berita Acara Rapat Umum
Luar Biasa Para Pemegang Saham PT. Matahari Yogya Televisi Nomor 48 tertanggal
23 Desember 2014 (vide bukti P-2.A) dan telah mendapat surat dari Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Nomor AHU-0001859.AH.01.03.TAHUN 2015 tanggal 12 Januari 2015 perihal
Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT Matahari Yogya Televisi
(vide bukti P-2.B). Sebelum terbitnya surat dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor AHU-
0001859.AH.01.03.TAHUN 2015 tanggal 12 Januari 2015 perihal Penerimaan
Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT Matahari Yogya Televisi (vide bukti P-
2.B) Penggugat telah mendapat Surat Keterangan Nomor 01/LHS-I/15 tanggal 5
Januari 2015 yang menerangkan bahwa pemberitahuan perubahan data perseroan
kepada Menteri Hukum dan Ham sedang dalam proses pengurusan di kantor Lily
Harjati Soedewa, S.H., M.Kn., Notaris–PPAT di Jalan Bendungan Hilir Raya Blok A
Nomor 19C Jakarta Pusat (vide bukti P-3). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
hukum di atas Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat telah memenuhi syarat-
syarat untuk pendirian lembaga penyiaran swasta sebagaimana diatur dalam Pasal 6
ayat (1) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran;- Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan apakah Tergugat dalam penerbitan obyek sengketa telah sesuai
prosedur sebagaimana disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan dikaitkan
dengan fakta-fakta hukum sebagaimana telah diuraikan di atas. Bahwa Tergugat telah
menerima 13 (tiga belas) permohonan izin penyelenggaraan lembaga penyiaran
swasta jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem terestrial pada pita ultra
high frequency (vide bukti P-14). Tergugat telah membuat checklist kelengkapan
berkas permohonan izin penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran swasta jasa
penyiaran (vide bukti P-21 = bukti T-10) untuk berkas PT. Matahari Yogya Televisi
(Penggugat) (vide bukti T-4). Dalam bukti T-4 Tergugat telah memberitahukan
kepada PT. Matahari Yogya Televisi (Penggugat) bahwa dalam berkas proposal
permohonan Penggugat tidak ada disampaikan kelengkapan data Pengesahan akta
perubahan terakhir, surat pernyataan domisili perusahaan keterangan baru surat
mengurus domisili, fotocopy pengesahan akta perubahan terakhir keterangan tidak
ada, daftar riwayat hidup dan fotocopy KTP para penanggung jawab penyelenggaraan
siaran keterangan atas nama Ahmad Sugiri tidak ada Curiculum Vitaenya, surat
pernyataan mematuhi pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3
dan SPS) keterangan menggunakan tahun 2007. Keterangan lain tambahan dalam
bukti T-4 yaitu lampiran III Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
1017 Tahun 2014 keterangan checklist, pernyataan tidak merubah akta pendirian
badan hukum keterangan tidak ada, pemusatan kepemilikan dan kepemilikan silang
keterangan checklist, 10% konten lokal dan SDM lokal keterangan tidak ada.
Penggugat telah menyerahkan berkas permohonan izin penyelenggaraan lembaga
penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem terestrial pada
pita ultra high frequency kepada Tergugat pada tanggal 12 Januari 2015 dengan
jumlah 3 (tiga) buah berkas berdasarkan tanda terima Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (vide bukti P-6.A). Bahwa berkas proposal
permohonan Penggugat yang telah disampaikan kepada Tergugat adalah dengan
Nomor 004/MYTV/BOD-WK/CORSEC/XII/2014 Perihal Permohonan Izin
Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi
Secara Analog melalui Sistem Terestrial, Lampiran 1 (satu) berkas;----------------
Menimbang, bahwa selanjutnya Tergugat telah membuat jadwal verifikasi
faktual dan evaluasi dengar pendapat (EDP) setelah semua berkas permohonan izin
penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran diterima (vide
bukti T-28). Tergugat telah menjadwalkan Penggugat untuk verifikasi faktual pada
tanggal 21 Januari 2015 dan Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) pada tanggal 22
Januari 2015 (vide bukti T-28). Penggugat telah menerima surat dari Tergugat Nomor
13/KPID/DIY/I/2015 Lamp 1 (satu) lembar Perihal Undangan Evaluasi Dengar
Pendapat yang akan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Januari 2015 (vide
bukti P-4). Tergugat telah melaksanakan Evaluasi Dengar Pendapat bagi Penggugat
pada hari kamis tanggal 22 Januari 2015 berdasarkan Berita Acara Evaluasi Dengar
Pendapat Nomor 04/BA-EDP/KPID/DIY/I/2015 tanggal 22 Januari 2015 (vide bukti
P-7) dan Notulen Evaluasi Dengar Pendapat tertanggal 26 Januari 2015 (vide bukti T-
5). Dalam bukti T-5 tersebut dijelaskan bahwa telah terjadi tanya jawab antara
Komisioner KPID DIY dengan Penggugat yang tertulis bahwa Penggugat pada
intinya menyatakan siap merevisi proposal sehingga Penggugat kembali menyerahkan
berkas permohonan izin penyelenggaraan lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran
televisi secara analog melalui sistem terestrial pada pita ultra high frequency proposal
hasil revisi setelah EDP kepada Tergugat pada tanggal 29 Januari 2015 dengan
jumlah 3 (tiga) buah berkas berdasarkan tanda terima Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (vide bukti P-6.B = bukti T-7);---------------------
Menimbang, bahwa Penggugat telah menyerahkan proposal hasil revisi (vide
bukti T-7) setelah Evaluasi Dengar Pendapat tersebut yaitu pada tanggal 29 Januari
2015 (vide bukti P-6.B = bukti T-7) namun Tergugat menilai bahwa dalam berkas
proposal Penggugat hasil revisi setelah Evaluasi Dengar Pendapat belum melengkapi
berkas administrasi yang disyaratkan seperti yang diberitahukan oleh Tergugat kepada
Penggugat mengenai tidak adanya pengesahan akta perubahan terakhir, surat
keterangan domisili perusahaan, daftar riwayat hidup dan fotokopi KTP para
penanggung jawab penyelenggaraan siaran, surat pernyataan mematuhi pedoman
perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3 dan SPS);------------------------------
Menimbang, bahwa Penggugat sesuai dalam dalil gugatannya (posita nomor
11) menyatakan telah menyerahkan cover letter dari Notaris berupa Surat Keterangan
Nomor 01/LHS-I/15 tanggal 5 Januari 2015 yang menerangkan bahwa pemberitahuan
kepada Kementrian Hukum dan HAM tentang perubahan data persero (vide bukti P-
3), dan atas hal tersebut tidak disanggah oleh Tergugat bahwa Penggugat telah
melampirkannya pada proposal permohonan izin penyelenggaraan penyiaran pada
tanggal 12 Januari 2015 kepada Tergugat. Bahwa Tergugat tidak menyanggah
terhadap fakta Surat dari Kementrian Hukum dan HAM Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum Nomor AHU-0001859.AH.01.03.Tahun 2015 tertanggal
12 Januari 2015 (vide bukti P-2B), dan Penggugat menyerahkan langsung bukti P-2B
kepada Tergugat pada tanggal 12 Februari 2015, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada penyerahan proposal revisi tanggal 29 Januari 2015, Penggugat belum
melampirkan bukti P-2B tersebut sebagai perbaikan kelengkapan administrasi;--
Menimbang, bahwa terkait dengan persyaratan administrasi lain yang
dilampirkan proposal permohonan yaitu Surat Pernyataan Domisili, Penggugat
menilai bahwa Surat Pernyataan Domisili tersebut adalah sama dengan yang
dimaksud dengan Surat Keterangan Domisili yang disyaratkan dalam Lampiran 2B
pada Pasal 7 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran;-------------------------------------------------
Menimbang, bahwa menurut keterangan Ahli Joenaini Koenti, S.H., M.Hum,
yang dimaksud dengan Surat Keterangan menurut hukum administratif adalah surat
yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, kewenangan pejabat itu selalu diatur di
dalam perundang-undangan dan jadi surat keterangan yang sifatnya formal yang
dibuat oleh pejabat yang mempunyai kewenangan mempunyai keabsahan secara
hukum, sehingga dapat digunakan sebagaimana semestinya sebagai surat keterangan.
Setiap surat keterangan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, dimana
kewenangan pejabat ini bisa diperoleh dari undang-undang langsung, yaitu
kewenangan atributif atau bisa kewenangan yang diperoleh dari delegasikan maupun
diberikan secara mandat, sekalipun diberikan mandat akan tetapi kewenangan tetap
pada pemberi mandat. Sedangkan surat pernyataan adalah surat pernyataan pribadi
yang menerangkan hal, perihal yang sifatnya hanya memberi penjelasan seperti data
pribadi dan itu bukan produk hukum dari pejabat yang berwenang. Terkait dengan
surat pernyataan domisili merupakan surat pendahuluan ketika mengajukan sesuatu
surat yang sah sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum didalam persyaratan.
Tetapi surat keterangan domisili itu adalah surat keterangan yang dibuat oleh pejabat
yang berwenang (vide berita acara persidangan tanggal 16 September 2015);-----------
Menimbang, bahwa menurut keterangan saksi Bambang Harjati Susetyo
selaku Kepala Bagian Pelayanan Umum di kantor Kelurahan Caturtunggal, yang
dimaksud surat pernyataan domisili adalah pengakuan secara tertulis dari yang
bersangkutan yang menyatakan perihal data perusahaan untuk proses mengurus
permohonan/ perizinan dari pemerintah daerah, pihak kelurahan hanya mengetahui
yang bertanggung jawab atas kebenaran data tersebut ada pada yang bersangkutan
yang menyatakan. Mengenai Surat keterangan domisili didapatkan apabila yang
bersangkutan sudah memperoleh ijin dari pemerintah daerah, maka pihak kelurahan
mengeluarkan surat keterangan domisili yang dimaksud dan kebenaran data dalam
surat keterangan menjadi tanggung jawab pihak Lurah/Kepala Desa selaku pejabat
yang berwenang mengeluarkan surat keterangan (vide berita acara persidangan
tanggal 13 Oktober 2015);------------
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum di atas
Majelis Hakim berpendapat surat keterangan domisili yang disyaratkan dalam
Lampiran 2B pada Pasal 7 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran adalah sudah jelas tidak sama dengan surat pernyataan
domisili seperti yang didalilkan oleh Penggugat dalam gugatan dan bukti surat P-5A;-
Menimbang, bahwa Tergugat pada tanggal 11 Februari 2016 dan tanggal 12
Februari 2016 mengadakan Rapat Pleno KPID DIY dalam rangka proses kelengkapan
administrasi dan substansi sebagai syarat untuk menentukan pemberian Rekomendasi
Kelayakan kepada 13 (tiga belas) Pemohon yang mengajukan permohonan untuk
mendapatkan izin penyelenggaraan lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi
secara analog melalui sistem terestrial pada pita ultra high frequency (UHF) kanal 55,
57, dan 61 (vide bukti P-8 = bukti T-11). Tergugat mengumumkan hasil Rapat Pleno
KPID DIY untuk pemohon lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara
analog melalui sistem terestrial pada pita ultra high frequency (UHF) kanal 55, 57,
dan 61 di halaman web site www.kpiddiy.com pada tanggal 13 Februari 2015 (vide
bukti P-14). Dalam bukti P-14 tersebut, Penggugat merupakan salah satu pemohon
lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran televisi secara analog melalui sistem
terestrial pada pita ultra high frequency (UHF) kanal 55, 57, dan 61 atas dasar
kelengkapan administrasi yang tidak dapat dipenuhi oleh Penggugat, maka dinyatakan
tidak mendapatkan Rekomendasi Kelayakan sehingga Tergugat menerbitkan Surat
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta No.
44/KPID/DIY/II/2016, Tanggal 23 Februari 2016, Perihal Pemberitahuan, yang
ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV) (vide bukti P-8 = bukti T-11)
atas hasil rapat pleno tersebut (vide bukti P-8 = bukti T-11) memutuskan tidak
mengeluarkan Rekomendasi Kelayakan untuk PT. Matahari Yogya Televisi
(Penggugat);------------------------
Menimbang, bahwa dalam menilai persyaratan kelengkapan administrasi
dalam permohonan izin penyelenggaraan penyiaran seperti yang disyaratkan pada
ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005
tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta serta Lampiran 2B
pada Pasal 7 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28/P/
M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran, bersifat komulatif maka terhadap persyaratan
administrasi yang lain tidak perlu lagi dipertimbangkan. Bahwa berdasarkan
pertimbangan-bertimbangan hukum di atas mengenai prosedur penerbitan obyek
sengketa Majelis Hakim berpendapat Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah,
Daerah Istimewa Yogyakarta No. 44/KPID/DIY/II/2015, Tanggal 23 Februari 2015,
Perihal Pemberitahuan, yang ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV)
(vide bukti P-8 = bukti T-11) atas hasil rapat pleno tersebut (vide bukti P-8 = bukti T-
11) secara prosedural formal tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta dan Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 28/P/M.Kominfo/09/2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran;---------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karenanya Majelis Hakim berkesimpulan menurut
hukum, aspek prosedur formal menyangkut tidak dikeluarkannya Rekomendasi
Kelayakan oleh Tergugat untuk Penggugat terkait syarat administratif, tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam aturan
perundang-undangan yang berlaku sehingga tindakan Tergugat dalam menerbitkan
objek sengketa a quo tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat dalam menerbitkan Obyek Sengketa
sudah sesuai dengan kewenangan yang ada padanya dan secara formal prosedural
telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka Majelis
Hakim berkesimpulan dari segi Substansi tidak terdapat Asas Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik yang dilanggar oleh Tergugat sehingga gugatan Penggugat
terhadap Tergugat haruslah dinyatakan ditolak;---
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat terhadap Tergugat
dinyatakan ditolak sebagaimana dipertimbangkan di atas, maka terhadap Permohonan
Penundaan Penggugat tidak akan dipertimbangkan lebih lanjut dan dinyatakan
ditolak, selanjutnya sesuai dengan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kepada Penggugat dihukum untuk
membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar yang ditetapkan dalam
amar putusan ini;---------------------------------
MENGINGAT : Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran
Swasta, Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
28/P/M.KOMINFO/09/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan
Penyelenggaraan Penyiaran, Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
1017 Tahun 2014 tanggal 9 Desember 2014 tentang Peluang Penyelenggaraan
Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran Televisi secara Analog melalui
Sistem Terestrial pada Pita Ultra High Frequency, Surat Edaran Ketua Komisi
Penyiaran Indonesia Pusat Nomor 01 Tahun 2014 tanggal 16 Desember 2014 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Perizinan atas Terbitnya Keputusan Menteri Nomor
1017 Tahun 2014 serta peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan;-------------
MENGADILI
DALAM
PENUNDAAN:--------------------------------------------------------------------
- Menolak permohonan Penggugat untuk menunda tindak lanjut pelaksanaan
administratif Surat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta
No. 44/KPID/DIY/II/2016, Tanggal 23 Februari 2016, Perihal Pemberitahuan, yang
ditujukan kepada PT. Matahari Yogya Televisi (MyTV);-----------------------------------
DALAM POKOK
SENGKETA;------------------------------------------------------------
• Menolak gugatan Penggugat;-------------------------------------------------------
• Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 200.000,- (dua
ratus ribu rupiah);--------------------------------------------
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta pada Hari Rabu tanggal 4 Mei 2016 oleh
kami TOMMY FERNANDO SEDUBUN, S.H., M.H selaku Hakim Ketua Majelis,
FORDATKOSU AMBO, S.H., M.H., dan AURELIUS DECAPRIO MASAR S.H.
masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang
yang terbuka untuk umum pada hari Rabu, tanggal 4 Mei 2016 oleh Majelis Hakim
tersebut di atas, dengan dibantu oleh. VALENTIN, S.H. sebagai Panitera Pengganti
Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta dengan dihadiri oleh Kuasa Hukum
Penggugat dan Kuasa Hukum Tergugat
Hakim Ketua Majelis Hakim Anggota

(Tommy Fernando Sedubun, S.H., M.H)

(Fordatkosu Ambo, S.H., M.H.,)

(Aurelius Decaprio Masar S.H.)

Panitera penganti

( Valentin, S.H.)

Rincihan Biaya Perkara:


 Pendaftaran Gugatan : Rp. 30.000,-
 Panggilan-panggilan : Rp. 50.000,-
 Materai : Rp. 6.000,-
 Redaksi : Rp. 5.000,-
 Leges : Rp. 3.000,-
 ATK Perkara : Rp. 106.000,-

JUMLAH : Rp. 200.000,-

Anda mungkin juga menyukai