Anda di halaman 1dari 5

Keraf (1990: 117-145) membagi gaya bahasa berdasarkan, (1) pilihan kata

menjadi gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan.
(2) berdasarkan nada, gaya bahasa dibedakan menjadi gaya bahasa sederhana,
gaya bahasa mulia dan bertenaga, serta gaya bahasa menengah. (3) berdasarkan
struktur kalimat, gaya bahasa dibedakan menjadi klimaks, antiklimaks,
paralelisme, antithesis, dan repetisi. Dan, (4) berdasarkan langsung tidaknya
makna, gaya bahasa dibagi menjadi (1) gaya bahasa retoris yang terdiri dari :
aliterasi, asonansi, anastrof, apopasis atau pretirisio, apostrof, asindeton,
polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, pleonasme
dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan ritoris,
silepsis dan zeugma, koreksi atau epanortosis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron,
serta (2) gaya bahasa kiasan yang terdiri dari : persamaan atau simile, metefora,
alegori, parabel, fabel, personafikasi atau prosopopoeia, alusia, eponim, epitet,
sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire,
inuendo, antifrasis, dan pun atau paronomasia.
a. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
1) Klimaks adalah adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-
urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari
gagasan-gagasan sebelumnya.
Kesengsaraan membuahkam kesabaran, kesabaran pengalaman, dan
þengalaman harapan.
2) Antiklimaks adalah gaya bahasa yang mengurutkan gagasan dari yang
terpenting hingga ke gagasan yang kurang penting.
Pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak di Ibu kota negara,
ibu kota - ibu kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di
seluruh Indonesia.
3) Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai
kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki
fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Sangatlah ironis kedengaran bahwa ia menderita kelaparan dalam
sebuah daerah yang subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam sebuah
negeri yang sudah ratusan tahun hidup dalam ketentraman dan
kedamaian.
4) Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan
yang bertentangan dengan menggunakan kata yang berlawanan.
la sering menolak, tapi sekali pun tak peenuh melukai hati.
5) Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam kalimat. Repetisi terbagi
menjadi 8 macam yaitu epizeukis, tautotes, anaphora, simploke, epistrofa,
mesodiplosis, epanalepsis, anadiplosis.

b. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terbagi menjadi gaya


bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.
1) Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang
sama.
Takut titik lalu tumpah.
2) Asonansi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang
sama.
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.
3) Anastrof atau invensi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dcngan
pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihal perangainya.
4) Apofasis atau preterisio merupakan sebuah gaya di mana penulis atau
pengarang menegaskan sesuatu tetapi tampak menyangkalnya.
Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa Saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.
5) Apostrof adalah gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin
kepada sesuatu yang tidak hadir.
Hai kamu dewa-dewa yang berada di Sitrga, datanglah dan bebaskanlah
kami dari belenggu penindasan ini.
6) Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan yang bersifat padat di mana
beberapa kata, frasa, atau kalusa dipisahkan dengan tanda koma.
Dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik
penghabisan orang melepaskan nyawa.
7) Polisindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan yang bersifat padat di
mana beberapa kata, frasa, atau kalusa dihubungkan dengan kata sambung.
Dan kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak
menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-
bulunya?
8) Kiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian baik frasa atau
klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi
susunan frasa atau klausanya terbalik dibandingkan dengan frasa atau
klausa lainnya.
Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami
untuk melanjutkan usaha itu.
9) Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur
kalimat yang dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimamya memenuhi pola
yang berlaku.
Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa,
badanmu sehat tetapi psikis …
10) Eufemismus adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak
mcnyinggung perasaan orang atau ungkapan halus.
Ayahnya sudah tak di tengah-tengah mereka (mati)
11) Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan
sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.
Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali
12) Histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan
dari sesuatu yang logis.
Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.
13) Pleonasme dan tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata
lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau
gagasan.
Saya telah mendengar hal iłu dengan lelinga sapa sendiri.
14) Perifrasis adalah gaya bahasa yang menggunakan kata lebih banyak dari
yang diperlukan, namun, kata yang berkelebihan itu dapat diganti dengan
satu kata saja.
Ia telah beristirahat dengan damai (meninggal).
15) Prolepsis atau antisipasi adalah gaya bahasa dengan menggunakan kata-kata
untuk mengungkapkan suatu peristiwa atau gagasan yang terjadi setelahnya.
Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai sebuah sedan biru.
16) Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang digunakan
dalam pidato atau tulisan dengan tujuan menekanankan sesuatu namun sama
sekali tidak membutuhkan jawaban.
Rakyatkah yang harus menanggung akibat semua korupsi dan
manipulasi di negara ini?
17) Silepsis dan zeugma adalah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi
rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang
sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata
pertama.
Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
18) Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula
menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima
kali.
19) Hiperbol adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku
20) Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata
dengan fakta-fakta yang ada.
Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaannya yang berlimpah-
limpah.
21) Oksimoron adalah gaya bahasa pertentangan dengan menggunakan kata-
kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Keramah-tamahan yang bengis.
22) Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit atau
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain, dengan menggunakan kata-
kata; seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya,
Bibirnya seperti delima merekah
23) Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat,
buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Sementara itu, metafora sebagai
perbandingan langsung tidak mempergunakan kata seperti, bak, bagai,
bagaikan, dan scbagainya, sehingga kalimat pertama langsung dihuhungkan
dengan kalimat kedua.
Orang itu seperti buaya darat.
24) Alegori adalah suatu metafora yang diperluas, juga merupakan cerita
singkat yang memiliki ajaran moral. Fable dan parable merupakan alegori
singkat. Fabel adalah cerita singkat mengenai dunia binatang dimana
didalamnya mereka bertindak seolah-olah sebagai manusia. Sementara
parable adalah cerita singkat yang berkaitan dengan manusia, biasanya
cerita fiktif yang ada didalam Kitab Suci.
25) Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa
seolah-olah memiliki sifat-sifat manusia (penginsanan).
Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi
ketakutan kami
26) Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara
orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi yang
ekspilisit atau implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat
dalam kehidupan nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra yang
terkenal.
Bandung adalah paris jawa.
27) Eponim adalah gaya bahasa yang memakai nama seseorang untuk
menyatakan suatu sifat tertentu.
Hercules (menyatakan kekuatan)
28) Epitet adalah gaya bahasa untuk menyatakan suatu sifat atau ciri yang
khusus dari seseorang atau suatu hal.
Raja rimba.
29) Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang menggunakan sebagian
dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan
keseluruhan untuk menyatakan sebagian.
Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp1.000,-
30) Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal Iain, karena mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Ia telah memeras keringat habis-habisan.
31) Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menggunakan sebuah epiteta untuk
menggantikan nama diri, gelar resmi, atau jabatan.
Pangeran yang meresmikan seminar itu.
32) Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu
seharusnya dipergunakan untuk menerangkan kata yang lain.
Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah.
33) Ironi atau sindiran adalah gaya bahasa untuk mengatakan sesuatu dengan
makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian
kata-katanya.
Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini
yang perlu mendapat tempat terhormat!
34) Sinisme adalah gaya bahasa yang merupakan suatu sindiran yang berbentuk
kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan
hati.
Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua
kebijaksanaan akan lenyap bersamamu!
35) Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung sindiran pedas yang
menyakiti hati dan kurang enak di dengar.
Kelakuanmu memuakkan saya.
36) Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
37) Inuendo merupakan gaya bahasa sindirian yang mengecilkan dengan
kenyataan yang sebenarnya.
Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu
kebanyakan minum.
38) Antifasis merupakan gaya bahasa semacam ironi yang menggunakan sebuah
kata dengan makna kebalikannya.
Lihatlah sang Raksasa telah tiba.
39) Pun atau paronomasi adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan
bunyi tetapi terdapat memiliki perbedaan makna.
Tanggal dua gigi saya tanggal dua.

Anda mungkin juga menyukai