Anda di halaman 1dari 8

MENGIDENTIFIKASI PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI

Posted by Muhammad Yusransyah on 23:24

Unsur-unsur yang membentuk puisi terdiri bermacam unsur, salah satunya adalah
majas atau gaya bahasa. Majas dalam penciptaan puisi diartikan sebagai cara menyatakan
suatu maksud dengan cara menyamakan, membandingkan, menyindir, menegaskan,
mempertentangkan dengan sesuatu yang lain yang memiliki hubungan tertentu. Sebagai
contoh, untuk melukiskan keadaan seseorang yang sangat tinggi dinyatakan
dengan pohon atau tiang listrik, cita-cita yang tinggi dinyatakan sebagai menara atau awan,
dan sebagainya.
Majas atau figurative language adalah bahasa kias, bahasa yang digunakan untuk
menciptakan efek tertentu. Majas merupakan bentuk retoris yang pengunaannya antara
lain untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak atau pembacanya.
Dalam puisi terdapat beberapa macam penggunaan majas, di antaranya seperti
yang akan diuraikan berikut ini.
a. asosiasi
Asosiasi adalah gaya bahasa perbandingan dengan kata pembanding, yaitu membendingkan
sesuatu yang dimaksudkan oleh penyair dengan sesuatu yang lain dengan menggunakan
kata pembanding: seperti, laksana, bak, ibarat, bagai, seumpama, bagaikan, se- dan
sebagainya.
Contoh:
- Anak itu cantik seperti rembulan.
- Wajahnya bersih sebersih kertas putih.
b. metafora
Metapora adalah gaya bahasa perbandingan langsung, membandingkan sesuatu yang
dimaksudkan oleh penyair dengan sesuatu yang lain secara langsung, tanpa menggunakan
kata pembanding.
Contoh:
- Anak itu buaya darat (suka mempermainkan perempuan)
c. personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang digunakan untuk mengibaratkan benda-benda
mati atau tidak bernyawa menjadi seolah-olah bernyawa atau memiliki sifat kemanusiaan.
Contoh:
- Angin meraung-raung di tengah malam yang gelap dan sunyi itu.
- Matahari itu baru saja kembali ke peraduannya.
d. dipersonifikasi
Dipersonifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang digunakan untuk mengibaratkan benda-
benda hidup atau bernyawa seolah-olah benda mati atau tidak bernyawa.
Contoh:
- Mereka duduk mematung setelah menyaksikan pengumuman itu.
e. alegori
Alegori adalah gaya bahasa yang menggunakan bahasa kiasan secara langsung dan singkat
yang biasanya bersifat mendidik (terutama moral).
Contoh:
- Pemuda adalah bunga bangsa apabila kita sirami, maka harumnya akan semerbak.
f. hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara
berlebihan.
Contoh:
- Suaranya menggelegar membelah angkasa.
- Mengalirlah darah korban dari tempat kecelakaan itu.
g. litotes
Litotes adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan
menggunakan kata yang nilainya kurang dari keadaan yang sesungguhnya dengan maksud
untuk merendahkan diri.
Contoh:
- Kalau Tuan sudi silakan mampir di gubuk kami. (rumah)
h. klimaks
Klimaks adalah gaya bahasa yang mengungkapkan suatu maksud dengan urutan meningkat
(makin lama makin tinggi, makin banyak, makin bagus, makin besar dari keadaan semula)
Contoh:
- Kalau untukmu, jangankan sepuluh, seratus, seribu, bahkan sejuta pun akan kuberi.
-
sekarang masih harus setia
mendengarkan suara, apa pun juga
sampai tuli; masih harus memandang
beribu warna, sampai buta; masih harus
menjumlah serta mengurangi sederet panjang angka-angka

(Sapardi Djoko Damono, Dukamu Abadi)
i. antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa yang mengungkapkan suatu maksud dengan urutan
menurun (makin lama makin rendah, makin kecil, makin jelek, makin sedikit dari keadaan
semula)
Contoh:
- Jangankan mobil, sepeda motor, bahkan sepeda pun saya tidak punya.
j. paradoks
Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang seolah-olah bertentangan
karena perbedaan objeknya.
Contoh:
- Musuh pada masa lalu sering menjadi kawan yang akrab pada masa kini.
- Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaan yang melimpah.
k. ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang digunakan penyair untuk mengungkapkan suatu maksud
dengan kata-kata yang berbeda dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-kata
yang digunakan.
Contoh:
- Andalah orang yang paling cantik di kelas ini. (maksudnya paling jelek)
l. antitesis
Antitesis adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan
menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam satu rangkaian kata.
Contoh:
- Kaya miskin, tua muda, besar kecil semua menyaksikan film Dalam Mehrab Cinta.
m. anakronisme
Anakronisme adalah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat pernyataan yang tidak sesuai
dengan keadaan pada saat itu.
Contoh:
- Kemarin saya menyaksikan sendiri dinosaurus mendatangi kami.
- Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit tersenyum menyaksikan penobatan dirinya yang
disiarkan oleh Metrotv.
n. metonomia
Metonomia adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan
menyebutkan secara langsung nama atau merknya.
Contoh:
- Hari ini aku ke sekolah naik Honda (maksudnya sepeda motor merk Honda)
o. pars prototo
Pars protototo adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang luas
(keseluruhan) dengan menyebutkan hanya sebagiannya.
Contoh:
- Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000. (maksudnya orang, bukan hanya
kepala)
- Ia membeli tiga ekor ayam. (maksudnya ayam, bukan hanya ekornya)
p. totem proparte
Totem proparte adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang
sempit (hanya sebagian) dengan menyebutkan sesuatu yang luas (keseluruhan)
Contoh:
- Kemarin SMA Bati-bati menjadi Juara Cerdas Cermat Imtaq. (yang jadi juara hanya salah satu
kelompok perserta cerdas cermat dari SMA Bati-bati)
q. eufenisme
Eufenisme adalah gaya bahasa yang digunakan penyair untuk mengungkapkan sesuatu
dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan yang
mungkin dirasakan agak kasar atau dapat menghina, atau menyinggung orang lain.
Contoh:
- Permisi Pak, saya mau ke belakang. (maksudnya toelit)
r. alusio
Alusio adalah gaya bahasa yang digunakan penyair untuk mengungkapkan sesuatu dengan
menggunakan peribahasa, ungkapan, kiasan yang sudah umum (lazim) digunakan di
masyarakat.
Contoh:
- Anak itu tampaknya seperti air tenang menghanyutkan.
- Orang itu tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
s. Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa yang digunakan penyair dengan cara mensejajarkan kata-
kata atau frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatik yang sama pula.
Contoh:
Segala kupinta tiada kuberi
Segala kutanya tiada kau sahuti
.
Tertahan aku di muka dewala
Tertegun aku di jalan buntu
t. repetisi
Repetisi adalah gaya bahasa pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk menyatakan suatu maksud.
Contoh:
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
.
u. asindenton
Asindenton adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan tidak
banyak menggunakan kata penghubung. Untuk menghubungkan bagian-bagian
pernyataan itu digunakan tanda koma (,) atau titik koma (;) atau tanda baca yang sejenis
sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:

Sekarang masih harus setia
mendengar suara, apa pun juga,
sampai tuli; masih harus memandang
beribu warna, sampai buta; masih harus
menjumlah serta mengurangi sederet panjang angka-angka

(Sapardi Djoko Damono, Dukamu Abadi)
v. polisindenton
Polisindenton merupakan kebalikan dari asindenton, yaitu gaya bahasa yang digunakan
untuk menyatakan sesuatu dengan menggunakan banyak kata penghubung .
Contoh:

Apakah akan kita jumpai wajah-wajah bengis
atau tulang belulang, atau sia-sia saja jasad mereka
di sini?

(Sapardi Djoko Damono, Dukamu Abadi)

Latihan (individu)
Berdasarkan uraian di atas, analisis gaya bahasa apa saja yang terdapat dalam puisi karya
Husni Djamaludin berikut ini. Agar mudah untuk mengerjakan latihan yang diberikan, puisi
tersebut diberi nomor pada setiap lariknya. Kerjakan pada kolom yang tersedia di
bawahnya.
JAKARTA
Husni Djamaludin
Jakarta adalah biskota
yang berjubel penumpangnya
bergerak antara kemacetan jalan raya
dan terobosan-terobosan tak terduga

Jakarta adalah bos besar


gajinya sebulan empat milyar
adapun yang babu
tinggi sudah empat puluh ribu

Jakarta adalah rumah-rumah kumuh


yang mengusik tata keindahan gedung-gedung pencakar langit
Jakarta adalah gedung-gedung pencakar langit
yang mencakar wajah-wajah kemiskinan rumah-rumah kumuh

Jakarta adalah komputer


yang mengutak-atik angka-angka nasib
dan memutar
nasib angka-angka

Jakarta adalah ciliwung


sungai keringat dan mimpi rakyatnya
disitu pula mengalir
air mata ibukota
(Jakarta, 22 Juni 1990)

Nama Majas Kutipan larik yang menunjukkan majas tersebut


alegori
metafora
hiperbola
personifikasi
Majas yang ada dalam puisi adalah :
1. Metafora, yakni pengungkapan yang mengandung makna secara tersirat untuk mengungkapkan acuan makna yang lain selain
makna sebenarnya.

2. Metonimia, yakni pengungkapan dengan menggunakan suatu realitas tertentu, baik itu nama orang, benda, atau sesuatu yang
lain untuk menampilkan makna-makna tertentu.

3. Anafora, yakni pengulangan kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan untuk penekanan atau keefektifan
bahasa.

4. Oksimoron, yaitu majas yang menggunakan penggabungan kata yang sebenarnya acuan maknanya bertentangan.

BUKU-B UKU P UI S I

GEMULAI TARIAN NAZ

KADO SANG TERDAKWA Komunitas Tangerang Serumpun

MERAPI GUGAT, Sastra etnik 13 Penyair

RUANG JINGGA Antologi Puisi 12 Penyair

Antologi Fiksimini

PHANTASY POETICA IMAZONATION

Kumpulan Fiksi Gadis dalam cermin

Profil Perempuan pengarang dan penulis Indonesia

Spring Fiesta Pesta Musim Semi

Sebuah buku untuk Mandar

Festival Tangerang 2012 Sekuntum Jejak Antologi Puisi

TANAH ILALANG di KAKI LANGIT

PEREMPUAN LANGIT

Majas atau bahasa merupakan gaya bertutur yang tak biasa. Meski belum ada defenisi yang jelas, namun para pakar
bahasa telah sepakat bahwa ada banyak jenis majas dan secara umum dikelompokkan ke dalam 4 pembagian besar:
majas perbandingan, majas pertentangan, majas penegasan dan majas sindiran. Sebagai sebuah gaya bahasa, majas ini
biasa digunakan dalam keseharian masyarakat dan lebur dalam pembicaraan sehari-hari. Dalam konteks lain, majas juga
digunakan dalam berbagai tulisan baik itu non fiksi maupun fiksi. Untuk kelompok fiksi, baik itu cerpen, cerbung, novel,
roman atau karya prosa lainnya, sangat mudah mengidentifikasikan majas. Bagaimana dengan puisi? Majas dalam
puisi juga hal yang lazim. Hal tersebut karena memang puisi adalahsalah satu karya sastra yang menggunakan hal lain
untuk menyatakan maksud. Untuk memahami majas dalam puisi, simak penjelasan lebih lanjut di bawah ini.

kepalaku: kantor paling sibuk di dunia

engkau tahu? kepalaku: kantor paling sibuk di dunia.


anehnya, hanya seorang bekerja tiada lelah di sana.
tidak mengenal hari minggu atau hari libur nasional.
tidak pula mengenal siang dan malam. tidak mengenal
apa-apa kecuali bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja.
kadang-kadang ingin sekali suatu pagi melihatnya datang
menyodorkan sehelai map berisi surat permohonan cuti.
ingin pergi ke satu tempat yang jauh, mengasingkan diri
beberapa hari di awal desember yang lembab sembari
merayakan hari ulang tahun sendiri. lalu di depan pintu
kantor terpasang sebuah tanda berwarna merah: tutup.

tetapi ia betul-betul seorang pekerja keras.


setiap saat ia berada di kantor. mungkin hendak
menyelesaikan seluruh persoalan waktu yang tidak
pernah mampu selesai itu: tentang masa lampau
yang tersisa di masa sekarang, tentang keinginan
berhenti atau tak berhenti, juga tentang perihal lain
yang sepele namun sungguh rumit buat dijelaskan.

ya, percayalah. kepalaku: kantor paling sibuk di dunia.


anehnya, hanya seorang bekerja tiada lelah di sana:
engkau saja.

Puisi Karya M. Aan Mansyur Tahun 2007

Coba simak lebih detil puisi berjudul Kepalaku: Kantor Paling Sibuk Di Dunia. Jika Anda cermat, Anda dengan mudah
bisa menemukan sejumlah majas atau gaya bahasa yang digunakan oleh penulisnya, M. Aan Mansyur, penyair dari
Makassar. Simak kalimat: engkau tahu? kepalaku: kantor paling sibuk di dunia. Penggalan kalimat ini bisa dimasukkan
ke dalam jenis majas asosiasi atau simile.

Simak pula contoh majas dalam puisi berikut ini:

Sajak Kecil Tentang Cinta

mencintai angin harus menjadi siul


mencintai air harus menjadi ricik
mencintai gunung harus menjadi terjal
mencintai api harus menjadi jilat
mencintai cakrawala harus menebas jarak
mencintaiMu(mu) harus menjelma aku

- Sapardi Djoko Damono

Puisi di atas menggunakan majas repetisi yakni mengulang-ulang kata mencintai pada setiap barisnya.

Contoh majas dalam puisi lainnya adalah sebagai berikut:

Oh bangsa tercintaku..
Bangsa yang terombang - ambing
oleh badai politik nasional yang tidak berujung
Membuat bangsaku ini laksana berada di ujung tanduk sebuah kehancuran
Bangsaku..tanah airku..bangsa yang kaya
namun kurasakan betapa sulitnya mencari sebutir nasi di negeri sendiri ini.

Pada puisi di atas, majas yang digunakan adalah jenis majas metafora.

Untuk contoh majas dalam puisi yang menggunakan personifikasi bisa dilihat sebagai berikut:
Kekasih..
Matahari merangkak ke peraduan
Mungkin ini waktunya kita juga rehat beradu
Cinta menggenapi semua hal yang padu
Mari merapat dan memadu syahdu

Ada banyak lagi contoh majas dalam puisi. Bahkan menurut pakar bahasa, puisi jauh lebih kaya dengan majas sebab ia
memang karya sastra yang mengungkapkan maksud dengan menggunakan perumpamaan lainnya. Berbeda dengan
karya prosa yang tidak dipadati oleh majas.

Anda mungkin juga menyukai