Anda di halaman 1dari 26

Kelompok 8

1. Alfi Akmalia Hadi 19020104007

2. Sayyidatul Khofsoh 19020104008

Penyiastan Struktur dan Citraan 3. Rizki Maulidia 19020104009


PENYIASATAN STRUKTUR

Penyiasatan struktur (figures of speech), adalah istilah lain sarana retorika


atau gaya bahasa.

Penyiasatan struktur bermain di ranah struktur, sedangkan pemajasan di


ranah makna.

Penyiasatan struktur dimaksudkan untuk memperoleh efek keindahan.

Menekankan pengungkapan lewat manipulasi dan pendayaan struktur.


Macam-macam stile penyiasatan struktur
1. Repetisi
Bentuk pengulangan yang berupa pengulangan bunyi, kata, frasa, kalimat, maupun
bentuk-bentuk yang lain. Adapun beberapa bentuk repetisi, diantaranya sebagai
berikut.

a) Repetisi
• Ada bermacam bentuk pengulangan yang memiliki kriteria tertentu sekaligus nama. Bentuk repetisi yang
memakai kriteria pengulangan struktur dinamai paralelisme. Jika pengulangan itu sekadar mengulang
bentuk-bentuk tertentu dengan tidak memiliki kriteria disebut stile repetisi.

Contoh
Penuturan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yang berbunyi :
“Rasus dalam hati, menyayangkan Sritil, menyayangkan warga Dukuh Paruk,
puaknya, menyayangkan sikap mereka yang memandang moral hanya dari
dunianya sendiri yang sempit.”
b)Paralelisme

Baldic (2001:183) mengemukakan bahwa paralelisme adalah urutan struktur yang memiliki kemiripan
yang dapat berupa klausa, kalimat, dan larik-larik yang saling berhubungan atau urutan lain yang juga
menunjukkan adanya saling keterkaitan.

Bentuk-bentuk gramatikal yang diparalelkan dapat berupa struktur kata, frasa atau kalimat, bahkan juga
alinea atau kata dan bait dalam puisi.

Contoh
Frasa
“Perjuangan kemanusiaan adalah perjuangan menegakkan martabat
dan meningkatkan derajat kehidupan” terdapat dua paralelisme dua
frasa, yaitu frase atributif.

Struktur Kata
“Di antara sejumlah warga itu terpaksa ada yang dipilih, dibatasi,
bahkan ditolak untuk diterima sebagai anggota.”
Alinea (Novel Anak Bajang Menggiring Angin,1993: 50-52)

“Anoman, kau benar, Nak” kata Barata Surya membelai Anoman, “Dengan menelan matahari,kau
menjadikan dirimu pusat dari empat penjuru dunia, sehingga tiada timur, selatan, barat yang memisahkan
dirimu. Dengan menelan matahari, kau akan mengumpulkan segala kekuatan, asal-usulmu yang sejati,
menjadi satu. Dengan kesadaranmu yang satu, kau sebenarnya telah memahami keabadian, yang bagi manusia
merupakan teka-teki.”

 Gaya paralelisme juga lazim dipakai dalam ragam bahasa sastra misalnya ragam bahasa ilmiah. Contohnya,
pengungkapan sesuatu yang berupa rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan lain-lain. Dalam laporan
penelitian lazimnya diungkapkan dalam stile yang paralelistis.
c)Anafora
•Pada anafora bentuk pengulangan, berada di awal struktur sintaksis atau awal larik-larik pada puisi. Gaya anafora banyak dijumpai pada genre puisi.

Contoh
Bagaimana ia harus mengungkapkannya… bahwa Diva yang kini duduk di
hadapannya dengan rambut tergerai adalah pemandangan terindah yang pernah ia
lihat … bahwa malam ini ia merasakan magis yang membuat seluruh sel tubuhnya
memekar bagai bunga di musim semi… bahwa seluruh inderanya mengecap tempat-
tempat ternikat dan terindah…bahwa Diva bagaikan terbenamnya matahari di
Tatshensini.
(Supernova, Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, 2001:70-71)

d) Polisindenton dan Asindenton


• Bentuk pengulangan pada polisindenton berupa penggunaan kata tugas tertentu, misalnya kata “dan”, yang
menghubungkan gagasan, rincian, atau sesuatu lain yang sejajar dan seimbang.
Contoh
“Bergerak di bawah angin, para pengungsi, laki-laki, dan perempuan, orang tua dan anak-anak, dan penduduk
setempat segera lari berkemas.”

Bentuk pengulangan asindenton berupa pengulangan pungtuasi, tanda baca, berupa tanda koma dalam suatu
kalimat. Penuturan dengan gaya polisindenton di atas, dapat diubah menjadi gaya asindenton sehingga menjadi:

“Bergerak di bawah angin, para pengungsi, laki-laki, dan perempuan, orang tua dan
anak-anak, dan penduduk setempat segera lari berkemas.”
2. Pengontrasan

Gaya pengontrasan atau pertentangan adalah suatu


bentuk yang menuturkan sesuatu secara berkebalikan
dengan sesuatu yang disebut secara harfiah. Atau bisa
disebut dalam pengertian sebaliknya dari apa yang
diungkapkan. Hiperbola

Litotes

Paradoks

Ironi dan
Sarkasme
Hiperbola bermakna sesuatu yang dilebih-lebihkan atau
ditekankan sehingga sering menjadi tidak masuk akal dan
diluar nalar. Dan hiperbola sendiri sering dipakai untuk
melebih-lebihkan sesuatu yang dimaksudkan dimaksud
dengan keadaan yang sebenarnya dengan maksud untuk
menekankan penuturannya. Ungkapan hiperbola itu
hanyalah sekedar teknik penuturan saja sehingga

•Hiperbola
pemaknaannya mesti tidak bersifat literal (Baldic ;
2001:119).

contoh larik puisi “sajak putih”,


//bersandar pada tari warna pelangi/kau depanku bertudung sutra senja/

Pada larik tersebut sudah jelas jika itu berlebihan karena tidak mungkin ada
seseorang bersandar pada tari warna pelangi dan bertudung senja. Dan pada
kenyataannya yang dimaksud pada larik tersebut adalah hanya seseorang yang
berdiri membelakangi pelangi
Yang bergerak di senja indah. Kemudian untuk bertudung senja adalah
ketika sesorang berada di bawah cakrawala dan digambarkan bertudung senja.
Tetapi dengan begitu puisi akan menjadi puitis, konkret, dan dapat
diimajinasikan, karena itu lah memenuhi tuntutan keindahan puisi.
•Litotes
Gaya litotes merupakan kebalikan dari gaya hiperbola.
Dimana jika gaya hiperbola menekankaan penuturan
dengan cara melebih-lebihkan sedangkan gaya litotes
mengecilkan fakta dari pernyataan sesungguhnya.

contoh.
“saya harap kawan-kawan dapat menikmati masakan istriku yang
hanya ala kadarnya ini”

Dan adapun sebuah puisi yang menggunakan dua gaya


yaitu hiperbola dan litotes. Dimana didalam nya
menggunakan ungkapan sesuatu yang sangat dilebihkan,
kemudian diungkapan lain dinyatakan secara merendah.

. Contoh puisi yang menggunakan dua gaya tersebut adalah ada pada puisi sapardi
yang berjudul “Kepada Sebuah Sajak” pada larik,
/Kulepas kau ke tengah pusaran topan/dari masalah manusia, sebab kau
dilahirkan/tanpa ayah dan ibu/Dari jemari ku yang papa/kau pun menjelma
secara gaib wahai nurani alam/aku bukan asal-usulmu//.
•Paradoks
Gaya paradoks merupakan sebuah gaya yang
menghadirkan unsur pertentangan secara eksplisit dalam
sebuah penuturan.

Eksplisit sendiri merupakan cara penyampaian secara


langsung sehingga makna dan isinya dapat diketahui.

Jadi dalam penuturan yang dikemukakan terdapat unsur


yang secara eksplisit terlihat bertentangan.

 Misalnya jika dilukiskan sesorang yang rajin belajar


akan terlihat intensifitasnya jika disandingkan dengan
orang yang malas belajar.
contoh
“ia merasa amat kesepian di tengah berjubelnya manusia
metropolitan”.
Kedua gaya ini digunakan untuk menampilkan sesuatu yang
bersifat menyindir, mengkritik, mengecam, atau sesuatu
sejenisnya. Tingkatan intensitas menyindir sendiri dibedakan,
apabila sindiran dengan intensitas rendah adalah ironi, maka
sindiran dengan tajam dan lebih serius dari pada ironi merupakan
sarkasme.

contoh :
“harum benar hari ini” atau
“Tulisanmu bagus sekali aku sampai susah
membacanya”.

Penuturan tersebut masih sopan dan ungkapan tersebut


•Ironi dan Sarkasme
dinyatakan dengan maksud bertentangan dengan aslinya untuk
menyindir, maka ungkapan tersebut masih memakai gaya ironi.

contoh
“sawah segini kerjaannya lama sekali,
dasar sapi dungu” atau “otakmu
memang otak udang”.

Dalam penuturan tersebut langsung menggunakan kata kasar tanpa ada


sopan santun dengan maksud untuk menyindir, mengkritik, atau mengecam.
maka ungkapan tersebut memakai gaya sarkasme.
Macam-macam stile penyiasatan struktur
3. Susunan Lain
Sebagaimana terlihat pada pembahasan sebelumnya, stile yang
berupa penyiasatan struktur yang terlihat intensif dipergunakan
adalah yang berbasis pengulangan. Misalnya, gaya pertanyaan
retoris, klimaks, antiklimaks, antitesis, dan lain-lain.

a) Pertanyaan Retoris
• Bentuk penyiasatan struktur yang berupa pertanyaan
retoris banyak dipergunakan dalam bahasa lisan, seperti
dalam pidato dan kampanye.

Contoh
“Kita harus segera bangkit dan sekaligus berpasrah diri kepada yang Maha
Memberi. Bukankah kesedihan dan kesenangan itu semua-nya berasal dari Allah?”
b)Klimaks dan Antiklimaks
Pada gaya klimaks, urutan penyampaiannya menunjukkan semakin
meningkatnya intensitas pentingnya suatu gagasan, sedangkan pada
antiklimaks bersifat sebaliknya, yaitu semakin mengendur.

Contoh
Klimaks
“Kalau permintaan itu atas nama cinta, jangankan hanya diminta untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, mau minta seluruh isi toko pun akan dipenuhinya.”
Antiklimaks
“Atas nama cinta atau apapun, jangankan mau minta seluruh isi toko, bahkan untuk
kehidupan sehari-hari takkan mampu dipenuhi.”

c) Antitesis
Gaya antitesis memiliki kemiripan atau mengandung unsur paralelisme, namun gagasan yang ingin
disampaikan justru bertentangan.

Misalnya dalam penuturan yang berbunyi: “Kita sudah kehilangan banyak


kesempatan, harga diri, dan air, mata. Namun dari situ pula kita akan memperoleh
pelajaran berharga.”
Macam-macam stile penyiasatan struktur

4. Langkah Kajian Unsur Pemajasan dan Penyiasatan Struktur


Teks kesusastraan yang dikaji sama dengan teks-teks yang dikaji dari aspek-aspek sebelumnya, yaitu bunyi, leksikal,
gramatikal, dan kohesi. Sama halnya dengan langkah kajian unsur-unsur sebelumnya, langkah kajian unsur pemajasan dan
penyiasatan struktur juga berangkat dari langkah-langkah tersebut.

Tujuan stilistika adalah untuk mengapresiasikan keindahan. Oleh karenanya, Fokus kajian ini
ditujukan pada aspek pemajasan dan penyiasatan struktur.

Identifikasi unsur pemajasan dan penyiasatan struktur sebagai pendukung


stile pada teks yang ditetapkan

Deskripsikan hasil-hasil telaah-identifikasi langkah kedua yang sudah


dilakukan.

Jelaskan dan tafsirkan peran serta fungsi bentuk-bentuk pemajasan dan


penyiasatan struktur tersebut dalam membangkitkan efek keindahan.
CITRAAN

HAKIKAT CITRAAN
CITRAAN
Penggunaan kata-kata dan ungkapan yang mampu
membangkitkan tanggapan indera dalam karya sastra disebut
dengan citraan.
CITRA (Image), CITRAAN (Imagery)
Citra (Image) =Sebuah gambaran berbagai pengalaman
sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata.
Citraan (Imagery) = Kumpulan dari citra
Menurut Efendi (1974 : 46) menegaskan bahwa citraan
(Efendi memakai istilah pengimajian) merupakan jiwa puisi,
jiwa persajakan.

Lewat penggunaan bentuk – bentuk citraan, sesuatu yang


dituturkan menjadi lebih konkret, mudah dibayangkan, mudah
diimajinasikan, dan lebih mudah dipahami
MACAM CITRAAN
Citraan merupakan suatu stile, gaya
penuturan, yang banyak dimanfaatkan Citraan ada kaitannya dengan
dalam penulisan sastra. Digunakan panca indera manusia, maka
untuk mengonkretkan pengungkapan macam citraan juga ada lima buah
gagasan-gagasan yang sebenarnya.

Pemakaian citraan tergantung


o Citraan penglihatan (visual)
oleh kreativitas dan kesukaan dari
o Citraan pendengaran (auditoris)
pengarang. Jadi, pengarang
o Citraan gerak (kinestetik)
bebas memakai yang mana dan
o Citraan rabaan (taktil termal)
menggunakannya untuk
o Citraan penciuman (olfaktori)
menggambarkan atau melukiskan
apa
CITRAAN VISUAL
Citraan visual adalah citraan yang terkait dengan pengonkretan objek yang
dapat dilihat oleh mata, objek yang dapat dilihat secara visual.

Lewat penuturan yang sengaja dikreasikan dengan cara tertentu, benda-benda yang secara alamiah
kasat mata dapat dilihat lewat pengimajian, walau secara faktual benda-benda tersebut tidak ada di
sekitar pembaca.

Aku keluar rumah. kulihat perempuan-perempuan mencuci dan berak di kali Manggis
dengan air seperti jenang coklat. Bahkan sungai di sisi timur kota Magelang yang
sekotor itu ironis sekali diberi nama kali Bening. Di negeri seperti ini, air yang begitu
Perhatikan kotor penuh berak dan basil toh sudah berhak disebut bening. Tetapi dalam kanal seperti
tulisan itu juga aku dulu sebagai anak kolong mandi dengan nyaman segar. Dengan norma apa
berwarna bening dan kotor itu harus kita ukur? Masih ada yang mencuci beras di selokan itu. dan
merah pada dengan enaknya tanpa tahu malu perempuan-perempuan itu turun, membalik,
contoh! Apakah menangkat kain hingga pantat mereka menongol serba pekik kemerdekaan. Tanpa
Anda sudah tergesa-gesa bola mereka itu dicelupkan di dalam air,; sambil omong-omong dengan
mendapatkan rekannya. Biasanya pantat-pantat itu putih dan mulus halus. Yang putih dan halus rupa-
visualisasinya? rupanya di sini bisa bersahabat dengan yang kotor dan busuk. Apa artinya mandi bagi
mereka? Sering kadang keluar juga sepasang susu besar yang sama coklatnya dengan
diseka seolah mau melototnya. Bersih sudah, sering tanpa sabun. Bangsa begini mau
merdeka. Bah! (Burung-burung Manyar, 1981:132)
CITRAAN BERSIFAT
KIASAN
Bentuk citraan dalam sastra banyak juga yang bersifat kiasan, umpamanya
yang berupa perbandingan-perbandingan.

Keadaan arang yang patah dapat dengan


mudah dibayangkan, tetapi membayangkan hati
yang patah itu sulit. Oleh karena itu, ungkapan
Contoh : patah arang mengonkretkan suasana hati.

Hatinya telah patah arang, tidak mungkin Gambaran bagaikan minyak dengan air akan
disambung lagi. Kalaupun mereka bertemu, dapat lebih mudah kita bayangkan karena
terlihat bagaikan minyak dengan air. pernah melihatnya. Dengan begitu, citraan
tersebut dapat membangkitkan visualisasi di
rongga imajinasi pembaca.
CITRAAN AUDITIF
Citraan auditif adalah pengonkretan objek bunyi yang didengar oleh telinga.

Lewat penuturan yang sengaja dikreasikan dengan cara tertentu, bunyi-bunyi tertentu yang secara
alamiah tidak dapat terdengar langsung, kini menjadi dapat terdengar lewat pengimajian pembaca.

Terompet Melengking-lengking
Terompet melengking-lengking Puisi di samping mampu menghadirkan
Menggaungi alam semesta suara melengking ; bunyi kecil yang
Menusuk seluruh sudut jagad raya memekik telinga. Adapula citraan bunyi
Dan si Daud perkasakah itu dari melantunkan suara Allah yang
Yang melantunkan suara Allah cenderung bersuara lemah lembut dan
Dari balik rahasia? menenangkan hati.
…….
Terompet melengking-lengking Itulah perdayaan lukisan lewat citraan
Bagai telah tiba itu hari
auditif yang mampu menghadirkan suara
Yang dibayangkan manusia dengan ngeri
Tapi oleh lainnya dirindukan setengah mati
tertentu secara imajinatif.
Sebab hari Qiyamah bukan informasi, tetapi
derajat kesadaran rohani
CITRAAN GERAK
Citraan gerak (kinestetik) adalah citraan yang terkait dengan pengonkretan objek
gerak yang dapat dilihat oleh mata.

Lewat penggunaan kata-kata yang menyaran pada suatu aktivitas, lewat kekuatan imajinasinya, pembaca
seolah-olah juga dapat melihat aktivitas yang dilukiskan, baik yang dilakukan oleh manusia, makhluk lain,
atau hal-hal lain hingga nampak hidup dan meyakinkan.

Contoh 1 :

KARANGAN BUNGA Kata-kata dalam langkah malu


Tiga anak kecil malu dan datang ke Salemba
Dalam langkah malu-malu merupakan citraan gerak .
Datang ke Salemba Akan muncul bayangan pada
Sore itu pembaca bagaimana gerak
  anak-anak itu yang //Dalam
‘Ini dari kami bertiga
langkah malu-malu/Datang ke
Pita hitam pada karangan
bunga Salemba//
Sebabkami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi’
Contoh 2 :

Aku keluar rumah. kulihat perempuan-perempuan mencuci dan


berak di kali Manggis dengan air seperti jenang coklat. Bahkan Kata-kata semacam
sungai di sisi timur kota Magelang yang sekotor itu ironis sekali mencuci beras, membalik,
diberi nama kali Bening. Di negeri seperti ini, air yang begitu
turun, mengangkat kain, dan
kotor penuh berak dan basil toh sudah berhak disebut bening.
Tetapi dalam kanal seperti itu juga aku dulu sebagai anak omong-omong itu
kolong mandi dengan nyaman segar. Dengan norma apa melukiskan suatu aktivitas
bening dan kotor itu harus kita ukur? Masih ada yang mencuci dan karenanya kata-kata
beras di selokan itu. dan dengan enaknya tanpa tahu malu tersebut merupakan suatu
perempuan-perempuan itu turun, membalik, menangkat kain bentuk perwujudan dari
hingga pantat mereka menogol serba pekik kemerdekaan. citraan gerak.
Tanpa tergesa-gesa bola mereka itu dicelupkan di dalam air,;
sambil omong-omong dengan rekannya. (Burung-burung
Manyar, 1981:132)
CITRAAN RABAAN DAN PENCIUMAN
Tidak berbeda halnya dengan jenis-jenis citraan sebelumnya, kedua citraan ini juga dimaksudkan untuk
mengonkretkan dan menghidupkan sebuah penuturan. Namun sayangnya dibandingkan dengan ketiga
citraan sebelumnya, citraan ini tidak terlalu sering ditemukan dalam teks-teks kesastraan.

Contoh puisi citraan rabaan : Contoh puisi citraan penciuman :


Blues untuk Bonie Pemandangan Senjakala
…… Senja yang basah meredakan
Sembari jari-jari galak di Hutan terbakar
Gitarnya Kelelawar-kelelawar raksasa
Mencakar dan mencakar Datang dari langit kelabu tua
Menggaruki rasa gatal di sukmanya Bau mesiu di udara, Bau mayat.
Karya W.S. Rendra Bau kotoran kuda.
Sumber : Horison Sastra Indonesia I : Karya W.S. Rendra
Kitab Puisi 2002 Sumber : Horison Sastra Indonesia 1 : Kitab Puisi
2002
Dari puisi di atas, ada diksi yang diberi
warna merah secara tidak langsung Dari puisi di atas, kita sebagai pembaca secara tidak
penulis mengajak kita untuk kita ikut langsung diajak untuk merasakan dan mencium bau dari
merasa perih, dan gatal akibat aktivitas mesiu, mayat, dan kotoran melalui diksi yang dituliskan oleh
mencakar dan menggaruk. penulis.
Kajian unsur citraan tidaklah berbeda dengan kajian
unsuur bahasa figuratif dan sarana retorika, bahkan kerja
mengkajinya bisa dilakukan bersamaan.

Dan dalam sekali baca kita akan dapat mengidentifikasi


berbagai jenis bahasa figuratif, sarana retorika, dan
citraan sekaligus.

Dengan begitu langkah kajian khusus citraan tidak perlu


diuraikan dan cukup mencermati langkah kajian bahasa Langkah Kajian
Unsur Citraan
figuratif.

 Yang perlu diperhatikan adalah kajian akhir stilistika.

Kemudian menilai ketepatan dan ketidaktepatan dalam


penggunaan berbagai aspek kebahasaan.

Untuk penjelasan sebaiknya dengan melihat konteks dimana


bentuk itu terdapat dalam teks.

Anda mungkin juga menyukai