Anda di halaman 1dari 21

Didukung oleh :

Pelayanan Gizi Pasien Covid19


Ano Rosdiana,S.Gz, M.Kes,RD
Kepala Unit Gizi RSPI Sulianti Saroso
Mengenal Covid19

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit dari gejala ringan sampai gejala berat,
diantaranya :
• Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
• Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
• Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

Covid19 -> penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab
COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2.

Sumber : Materi Edukasi BNPB Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Mengenal Covid19

Demam Batuk / Pilek Batuk / Pilek Sakit Tenggorokan Letih/lesu

Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari, terpanjang 14 hari.


Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
dan bahkan kematian.
Hasil rontgen pasien Covid19 menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.
Sumber : Materi Edukasi BNPB
Mengenal Covid19 – Beberapa Istilah Teknis
Orang Tanpa Gejala (OTG)
1. Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang positif COVID- 19
2. Orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan kasus positif COVID-19

Orang Dalam Pemantauan (ODP)


1. Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal;
2. Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel COVID-19.

Sumber : Materi Edukasi BNPB Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Mengenal Covid19 – Beberapa Istilah Teknis
Pasien dalam Pengawasan (PDP)
1. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥37oC) atau riwayat demam;
disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi
lokal;
2. Orang dengan demam (≥37oC) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel COVID-
19;
3. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif melalui pemeriksaan PCR.

Sumber : Materi Edukasi BNPB Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Kebutuhan Nutrisi Pasien COVID-19

• Pelayanan gizi salah satu bagian dari terapi


yang penting dalam kasus infeksi seperti
pada kondisi COVID19, karena asupan
nutrisi terkait dengan perbaikan fungsi
imunitas.
• Sementara pada pasien dalam kondisi
infeksi kerap mengalami penurunan nafsu
makan, dan penurunan kemampuan
menerima makanan sehingga penting
penyesuaian bentuk dan jadwal
pemberian.
• Demikian pula penting untuk
memperhatikan cara pemberian edukasi
dan asuhan agar tidak meningkatkan resiko
terpapar bagi tenaga ahli gizi yang terlibat

https://immunizationevidence.org/featured_issues/undernutrition-and-infectious-disease/
Kebutuhan Nutrisi Pasien COVID-19

Defisiensi nutrisi menurunkan fungsi sistem imun dan meningkatkan risiko invasi patogen dari saluran cerna
karena kondisi disbiosis. manutrisi jg menurunkan sistem imun yang akan meningkatkan risiko infeksi, kondisi
Infeksi sebaliknya memengaruhi asupan nutrisi, sehingga kondisi malnutrisi semakin berat. Jadi ketiganya saling
berkorelasi.
Clin Microbiol Rev 30:919–971.https://doi.org/10.1128/CMR.00119-16
Faktor-Faktor yang Meningkatkan Risiko Malnutrisi Pasien
COVID-19
1. Peningkatan konsumsi energi karena : demam, peningkatan kerja otot
pernapasan, ventilasi mekanis (pasien dengan gejala berat)
2. Gangguan metabolisme: utilisasi glukosa yang terganggu, meningkatkan
katabolisme protein & lemakà keseimbangan nitrogen negatif dalam tubuh
3. Penurunan asupan dan malabsorpsi nutrisi karena napsu makan, dispnea,
ventilasi mekanis (pasien gejala berat), gangguan kesadaran (pasien gejala
berat)
4. Diare, mual, muntah: krn Coronavirus dapat menyerang saluran pencernaan,
efek terapi atau intoleransi nutrisi enteral.
Beberapa perubahan metabolik pada pasien COVID19 :
• Penurunan suplai energi dari oksidatif glukosa -> mengakibatkan peningkatan
glikolisis, glukoneogenesis, resistensi insulin, dan kenaikan gula darah.
• Memicu proteolisis, dan penurunan sintesis protein otot, butuh peningkatan asupan
profil AA spt BCAA.
• Peningkatan mobilisasi dan pemecahan lemak.
• Peningkatan kebutuhan multivitamin & trace element yang mendukung fungsi
imunitas
Pemilihan Bentuk dan Jalur Nutrisi

Covid19 merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus sehingga membutuhkan dukungan fungsi
imunitas internal yang baik untuk proses pemulihannya. Nutrisi berperan dalam mendorong respon
imunitas alamiah, sehingga penting memastikan, pasien menerima asupan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Pada pasien diet oral yang memiliki asupan kurang karena penurunan nafsu makan, pemberian nutrisi
tambahan / ekstra seperti nutrisi cair dianjurkan.
Jumlah, Tujuan & Penyesuaian Nutrisi Enteral
• Mulai dengan dosis rendah (hipokalori atau trofik feeding) lalu ditingkatkan
hingga ke dosis penuh secara perlahan selama minggu pertama untuk
memenuhi target energi 15-20 Kkal/ kgBB aktual (ABW)/hari (seharusnya
memenuhi 70-80% dari kebutuhan kalori).
• Target protein 1,2-2 g/kg ABW/hari.
• EN harus ditunda pada intoleransi GIT atau kondisi hemodinamik tidak stabil
yang membutuhkan vasopresor dosis tinggi atau meningkat, pasien dengan
terapi beberapa jenis vasopresor, atau dengan peningkatan laktat.
• EN dapat dimulai kembali setelah pasien diresusitasi secara adekuat dan/atau
telah menggunakan dosis vasopressor yang stabil dengan tekanan arteri rerata >
65 mmHg.
Pemilihan Sumber Nutrisi
• Formula enteral isosmotik berprotein protein tinggi (> 20%) sebaiknya digunakan
pada fase akut awal.
• Tingkatkan asupan protein dengan nilai bioavaibilitas tinggi (HBV) & BCAA. HBV
dapat dari protein whey & protein hewani (50% dari kebutuhan protein): mencegah
muscle wasting, peningkatan kekuatan otot pernapasan, meningkatkan
kemampuan batuk & pengenceran dahak.
• Meningkatkan asupan BCAA hingga 35%, bermanfaat dalam mencegah
pemecahan otot, memperbaiki resistensi insulin , dan efikasi terapi interferon.
• Lemak : 25-30% asupan kalori
• Jenis Lemak:
• Bagi yang mampu asupan oral: tingkatkan asupan ALE dari minyak nabati,
terutama MUFA.
• Tingkatkan asipan omega 3 dan omega 9: menurunkan risiko infeksi & LOS,
memperbaiki fungsi endotel dan liver.
Pemilihan Sumber Nutrisi
• Ketika status pasien membaik dan kebutuhan vasopressor berkurang, penambahan
serat harus dipertimbangkan.
• Jika ada disfungsi GI, dapat dicoba formula bebas serat segera setelah disfungsi GI
membaik, serat sebaiknya diberikan untuk menjaga kesehatan mikrobiota usus.
• Omega-3 bermanfaat dalam modulasi sistem imun dan efek eleminasi virus.

• Formula polimer standar: cocok untuk pasien dengan COVID-19 tanpa penyakit
komorbid (DM, PGK, hati kronik).

• Kebutuhan protein & energi pada pasien COVID kondisi kritis lebih tinggi sehingga
tidak cukup dengan formula standar.

• Untuk pasien dengan komorbid: formula enteral disesuaikan dengan faktor komorbid.
Trace Elements
• Asupan vitamin dan mineral berdasarkan AKG
• Pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, komplikasi gastrointestinal,
sindrom refeeding atau gangguan elektrolit harus disesuaikan kebutuhannya.
• Penelitian: vitamin C (3-10g /hari) IV, dapat menurunkan mortalitas pasien
kondisi kritis, mengurangi penggunaan obat dan durasi ventilasi, serta sindrom
ARDS oleh infeksi virus.
• Jika kadar vitamin D 25-OH lebih rendah dari 12,5 ng / mL atau 50 nmol / L,
suplemen vitamin D3 harus ditambahkan. Vitamin D3 dosis tinggi (500.000 UI)
dapat diberikan satu kali setelah satu minggu masuk di unit perawatan intensif.
• Monitor kadar fosfat (cenderung rendah ≤0.5 mmol/L)
Cairan
• 30 ~ 40 mL / kg untuk kondisi stabil
• Minimalkan asupan cairan berdasarkan kebutuhan nutrisi dan output
• Untuk setiap kenaikan suhu tubuh 1 °C, penambahan cairan 3 ~ 5 mL/kg
(rerata 4 mL / kg)
• Keseimbangan input-output penting karena kebanyakan terjadi edema
paru dan akumulasi cairan, sehingga dapat mencegah kelebihan cairan
terutama dari infus IV.
Tambahan Info terkait Pelayanan Gizi RSPI Sulianti
Saroso
• Karena keterbatasan APD dan prasarana, ahli gizi dan pramusaji RSPI Sulianti Saroso
tidak melakukan kontak langsung dengan pasien
• Pelayanan dan pemberian makanan dan minuman dilakukan oleh perawat
• Assessment dilakukan by phone menggunakan intercom / whatsapp kepada pasien di
ruangan dan diskusi dengan perawat yang bertemu pasien
• Pemilihan nutrisi : pilihan pertama diet tinggi protein (kondisi infeksi) atau mengacu pada
co-morbid pasien (jika gangguan ginjal tetap rendah protein , jika diabetes perlu
diperhatikan total karbohidratnya)
• Penggunaan alat makan di RSPI menggunakan alat makan disposable, bekas alat makan
+ sisa langsung dibuang ke sampah kuning / infectious
• Jika harus menggunakan alat makan yg tidak disposable, pembersihan dan desinfeksinya
harus mengacu pada pedoman kesehatan lingkungan
• Pemberian diet cair diberikan dalam kondisi bubuk kering / belum dilarutkan
Tambahan Info terkait Pelayanan Gizi RSPI Sulianti
Saroso
• Dari ahli gizi terapi yang diberikan hanya terapi berupa makanan yang sesuai kebutuhan /
tidak ada tambahan multivitamin seperti vitamin C dan vitamin D
• Tidak ada tambahan pemberian rempah-rempah dari gizi
• Tenaga kesehatan mendapatkan makanan ekstra dan multivitamin sesuai dengan
intensitas kontak dengan pasien
• Untuk peraturan isolasi anak dan orang tua disesuaikan dengan kebijakan masing-masing
rumah sakit
Didukung oleh :

Anda mungkin juga menyukai