Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA DASAR II
“PIPA ORGANA”

Tanggal Pengumpulan : 19April 2016

Tanggal Praktikum : 12 April 2016

Waktu Praktikum : 13.30-16.00 WIB

Nama : Annisa Febriana

NIM : 11150163000073

Kelompok/Kloter : 4 (Empat)/2 (Dua)

Nama Anggota :

1. Nia (11150163000059)

Kelas : Pendidikan Fisika 2 B

LABORATORIUM OPTIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016
PIPA ORGANA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan frekuensi resonansi untuk berbagai panjang pipa
2. Memahami hubungan antara frekuensi resonansi dan panjang pipa
3. Mampu menentukan pola deret harmonik frekuensi resonansi pipa tertutup dan
pipa terbuka

B. DASAR TEORI
Gelombang adalah suatu getaran yang merambat, maka pada suatu titik
tertentu dalam ruang di mana gelombang merambat, akan kita dapati adanya suatu
besaran yang bergetar. Besaran yang bergetar ini dapat berupa besaran mekanis,
misalnya kerapatan udara atau tekanan udara (dalam gelombangbunyi misalnya),
simpangan tali (pada gelombang tali), dapat pula berupa besaran non mekanis
misalnya amplitudo kuat medan listrik dan medan magnet (dalam gelombang
elektromagnetik).(Mirza Sartiawan, Fisika Dasar, 2012).
Gelombang adalah getaran yang merambat gerak gelombang, dapat dipandang
sebagai perpindahan dari suatu titik di dalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan.
Rumus dasar gelombang adalah
ʎ
V = = F.ʎdan ʎ = V.T
T

Dengan v = kecepatan rambat

ʎ = Panjang gelombang

Salah satu jenis gelombang adalah gelombang longitudinal stasioner. Dimana


gelombang longitudinal yang merambat dalam tabung pada panjang tertentu akan
terpantul pada ujung-ujungnya dengan cara yang mirip sekali dengan pantulan
gelombang transversal pada ujung-ujung sebuah dawai. Interferensi antara
gelombang-gelombang yang merambat dalam arah yang berlawanan menimbulkan
gelombang stasioner.

Bila pantulan terjadi pada ujung pipa tertutup, perpindahan partikel pada ujung
itu selalu sama dengan nol. Jadi ujung tertutup merupakan simpul perpindahan. Jika
ujung pipa itu terbuka, sifat pantulan lebih kompleks dan bergantung pada apakah
pipa tersebut lebar atau sempit dibandingkan dengan panjang gelombang, seperti pada
kebanyakan alat music, pantulan adalah demikian rupa sehingga ujung terbuka
merupakan perut perpindahan. Oleh sebab itu, gelombang longitudinal dalam sekolom
fluida akan memantul pada ujung – ujung yang tertutup dan yang terbuka, sama
seperti gelombang transversal dalam dawai memantul mula-mula pada ujung tetap
dan kemudian oada ujung bebas.(Cars Zamansky,1985514)

Resonansi dapat terjadi pada benda-benda padat. Setiap partikel penyusun


benda padat tersebut memiliki frekuensi alami dalam bergetar ketika ada sumber
bunyi yang bergetar dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi alami benda padat
tersebut, benda padat tersebut akan ikut bergetar. Contoh Paling spektakuler adalah
pecahnya gelas anggur oleh suara penyanyi yang memiliki frekuensi yang sama
dengan frekuensi alami gelas.(Efizon Umar,2008)

Contoh dari gelombang longitudinal adalah pipa organa.Pipa organa adalah


sejenis pipa yang menghasilkan bunyi bila ditiup.Ada yang memiliki ujung terbuka,
tetapi ada juga yang tertutup.Salah satu ujung pipa tertutup rapat.Sedangkan pada pipa
organa terbuka, kedua ujung pipa terbuka.Pada pipa organa tertutup menjadi simpul
karena pada ujung pipa organa menghambat gerakan partikel sehingga partikel-
partikel titik pada ujung ini tidak bergerak.Pada ujung pipa organa terbuka menjadi
perut karena pada ujung terbuka berhubungan langsung dengan udara luar.Tekanan di
dalam pipa (dekat ujung terbuka) lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar
(atmosfer). Oleh karena itu, pada ujung pipa terbuka akan timbul regangan dengan
amplitude maksimum (perut).(Yohanes Surya, 2014,140)

C. ALAT DAN BAHAN

No GAMBAR ALAT DAN BAHAN


1.

Alat pipa resonansi

2.

Pembangkit frekuensi audio

3.

SLM (sound Level Audio)


4.

Kabel Penghubung

D. LANGKAH KERJA

Percobaan 1

No GAMBAR LANGKAH KERJA


1.
Rangkai semua peralatan yang diperlukan

2. Tempatkan piston pada jarak 20 cm dari


ujung pipa terbuka, gunakan batang
alumunium yang terdapat pada alat pipa
resonansi untuk menggeser piston

3. Atur pembangkit frekuensi audio dengan


memutar pengatur FREQ RANGE pada
skala 1 khz, putar tombol LEVEL ke skala
minimum atau skala nol, pilih bentuk
gelombang yang digunakan adalah
sinusoidal kemudian hidupkan
pembangkit frekuensi audio
4.
Atur audio gelombang bunyi dengan
memutar tombol LEVEL (gunakan
LEVEL amplitude 10 dengan vp = 2000
mv)

5.
Naikkan besar frekuensi secara perlahan
dengan memutar frekuensi pada
pembangkit frekuensi audio samoai
didengarkan bunyi yang relative keras
6
Catat nilai frekuensi yang di dapat dari
hasil penunjukkan pembangkit frekuensi
audio pada table 1 sebagai frekuensi dasar
pada panjang tertentu

7.
Ubah panjang pipandengan menggeser
piston pada posisi yang sesuai.

Percobaan 2 (Bagian pipa tertutup )

No GAMBAR LANGKAH KERJA


1. Atur posisi piston sehingga panjang pipa
resonansi 30 cm

2. Atur pembangkit frekuensi audio dengan


memutar pengatur FREQ RANGE pada
skala 100 khz, putar tombol LEVEL ke
skala minimum atau skala nol, pilih
bentuk gelombang yang digunakan adalah
sinusoidal kemudian hidupkan
pembangkit frekuensi audio
3. Naikkan besar frekuensi secara perlahan
dengan memutar frekuensi pada
pembangkit frekuensi audio samoai
didengarkan bunyi yang relative keras,
catat frekuensi resonansi ini sebagai
frekuensi atas ke satu f1, f2, dan
seterusnya pada table 2

Percobaan 3 (Bagian pipa terbuka)

No GAMBAR LANGKAH KERJA


1. Buka tutup pipa dengan melepas baut
atau menggeser penutup lubang
2. Masukkan mikrofon ke dalam pipa
resonansi

3. Hubungkan mikrofont ke terminal


masukan SLM

4. Hidupkan pembangkit frekuensi audio

5. Naikkan besar frekuensi secara perlahan


dengan memutar frekuensi pada
pembangkit frekuensi audio samoai
didengarkan bunyi yang relative keras

6. Catat nilai frekuensi yang di dapat dari


hasil penunjukkan pembangkit frekuensi
audio pada table 3 sebagai frekuensi dasar
fo

7. Naikkan besar frekuensi secara perlahan


dengan memutar frekuensi pada
pembangkit frekuensi audio samoai
didengarkan bunyi yang relative keras,
catat frekuensi resonansi ini sebagai
frekuensi atas ke satu f1, f2, dan
seterusnya

E. DATA PERCOBAAN
Tabel 1
Frekuensi Resonansi Dasar (f0) pada Panjang Pipa Berbeda

No Panjang Pipa Frekuensi v (m/s) Frekuensi


. (cm) Resonansi Hitungan
(Hz) (Hz)
1. 20 2 800 850
2. 30 1.5 900 566.7
3. 40 1.5 1200 425
4. 50 1 1000 340
5. 70 1 1400 246,86
Tabel 2
Frekuensi Resonansi dasar (f0) dan frekuensi nada atas f1, f2, …Pada Pipa Tertutup

No Frekuens Frekuensi fn/f0 v (m/s) Frekuensi Fm/ fo


. i Resonansi Hitungan
(Hz) (Hz)
1. f0 1,5 1 1800 283.3 1
2. f1 12 3 2400 850 3
3. f2 2,5 5 12500 1416,67 5
4. f3 3 7 210000 1983,33 7
5. f4 3,5 9 31500 2550 9
6. f5 4 11 44000 3116,67 11
Tabel 3

Frekuensi Resonansi dasar (f0) dan Frekuensi nada atas f1, f2, … Pada Pipa Terbuka

No Frekuens Frekuensi fn/f0 v (m/s) Frekuensi Fm/fo


. i Resonansi (Hz) Hitungan
(Hz)
1. f0 1 1 600 566,67 1
2. f1 1.5 2 900 1133,33 2
3. f2 2 3 1200 1700 3
4. f3 2.5 4 1500 2266,67 4
5. f4 3 5 1800 2833,33 5
6. f5 3,5 6 2100 3400 6

F. PENGOLAHAN DATA
v
1. f 0=
2l
v=f 0 x 2l=1500 x 2 x 0.2=600 m/s

v 340 m/s
f 0= = =850 Hz
2l 2 x 0.2 m

2. v=f 0 x 2l=1000 x 2 x 0.3=600 m/s


v 340 m/s
f 0= = =566.7 Hz
2l 2 x 0.3 m
3. v=f 0 x 2l=1500 x 2 x 0.4=1200 m/ s
v 340 m/s
f 0= = =425 Hz
2l 2 x 0.4 m
4. v=f 0 x 2l=1000 x 2 x 0.5=1000 m/s
v 340 m/s
f 0= = =340 Hz
2l 2 x 0.5 m
5. v=f 0 x 2l=1000 x 2 x 0.7=1400 m/s
v 340 m/s
f 0= = =246.86 Hz
2l 2 x 0.7 m
Tabel 2
Diketahui l = 0.3m
v 340
1. f 0= = =1500 Hz
4 l 4 x 0.3
f n 1500
= =1
f 0 1500

v
f 0=
4l
v=f 0 x 4 l=1000 x 4 0.3=1800 Hz

(2 n+1) v 3 x 2500
2. f 0= = =6000 Hz
4l 4 x 0.3
f n 6000
= =3 Hz
f 0 2000

v
f 0=
4l
v=f 0 x 4 l=2000 x 4 0.3=2400 Hz

(4 n+1)v 5 x 12500
3. f 0= = =12,500 Hz
4l 4 x 0.3
f n 12500
= =5 Hz
f 0 2500

v
f 0=
4l
v=f 0 x 4 l=2500 x 4 x 0.3=12500 Hz

(2 n+1)v 7 x 210000
4. f 0= = =21000 Hz
4l 4 x 0.3
f n 21000
= =7 Hz
f 0 3000

v
f 0=
4l
v=f 0 x 4 l=3000 x 4 0.3=210000 Hz

(2 n+1)v 9 x 31500
5. f 0= = =31500 Hz
4l 4 x 0.3
f n 31500
= =9 Hz
f 0 3500
v
f 0=
4l
v=f 0 x 4 l=3500 x 4 0.3=31500 Hz

(2 n+1) v 11 x 44000
6. f 0= = =44000 Hz
4l 4 x 0.3
f n 3116.67
= =11 Hz
f0 283.3

v
f 0=
4l
v=f 0 x 4 l=4000 x 4 0.3=44000 Hz

Tabel 3
Diketahui l = 0.2 m
( n+1 ) v 600
1. f 0= = =1000 Hz
2l 2 x 0.2

f n 1000
= =1 Hz
f 0 1000

v=f 0 x 2l=1000 x 2 x 0.3=600 Hz

( n+1 ) v 2 x 340
2. f 0= = =850 Hz
2l 2 x 0.2

f n 1700
= =2 Hz
f 0 850

v=f 0 x 2l=1500 x 2 x 0.2=600 Hz

( n+1 ) v 3 x 340
3. f 0= = =2550 Hz
2l 2 x 0.2

f n 2550
= =3 Hz
f 0 850

v=f 0 x 2l=2000 x 2 x 0.2=800 Hz

( n+1 ) v 4 x 340
4. f 0= = =3400 Hz
2l 2 x 0.2

f n 3400
= =4 Hz
f 0 850

v=f 0 x 2l=2500 x 2 x 0.2=1000 Hz

( n+1 ) v 5 x 340
5. f 0= = =4250 Hz
2l 2 x 0.2
f n 4250
= =5 Hz
f 0 850

v=f 0 x 2l=3000 x 2 x 0.2=1200 Hz

( n+1 ) v 6 x 340
6. f 0= = =5100 Hz
2l 2 x 0.2

f n 5100
= =6 Hz
f 0 850

v=f 0 x 2l=4000 x 2 x 0.2=1600 Hz

G. PEMBAHASAN
Pipa organa adalah suatu kolom yang memiliki lubang di tepi kolom dan
menimbukan gelombang stasioner. Pipa tersebut akan beresonansi (mengeluarkan
suara) pada nada tertentu.
Pada percobaan pertama yaitu menentukan frekuensi resonansi dasar (fo)
dengan panjang pipa yang berbeda. Dari hasil pengolahan data tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin besar frekuensi bunyi maka nada yaang dihaasilkaan
aakaan semakin besar dan tinggi dan juga sebaliknya . naamun padaa data percobaaan
frekuensi resonansi dengan panjang pipa yang berbeda cenderung tidk mengalami
banyak perubahan pada pipa 20cm dan 40cm memiliki frekuensi 1kHz paada pipaa
30cm mengalaami kenaaikaan menjadi 1,25 kHz sedangkan pada pipa ke 50cm dan
70cm mengalami mengalami penurunan yaitu 0,5kHz. Hal ini disebabkan karenaa
kurang telitinya praktikan dalam melihat jarum penunjuk pada alat SLM.
Percobaan ke dua yaitu untuk mengetahui frekuensi resonansi dasar (fo) dan
frekuensi nada atas f 1 , f 2 , f 3 , f 4 dan f 5 pada pipa organa tertutup. Apabila pipa
organa tertutup ditiup akan dihasilkan pada gelombang stasioner dimana ujung yang
ditutup selalu menjadi titik simpulnya.
Percobaan ke tiga yaitu mengetahui fo, f 1 , f 2 pada pipa terbuka. Dalam pipa
organa terbuka, terdapat perut simpangan (dan simpul tekanan) didekat kedua ujung
pipa. Dari data percobaan diperoleh bahwa dari nada dasar (fo) hingga nada atas
kelima mengalami kenaikan frekuensi resonansi.

H. TUGAS PASCA PRATIKUM


1. Apa yang dapat anda simpulkan tentang hubungan panjang pipa dan frekuensi
resonansinya? Jelaskan jawaban anda!
2. Berdasarkan data pada table 2, deret apakah yang dibentuk oleh perbandingan
antara frekuensi nada atas dan frekuensi nada dasar pipa? Sesuaikah deret tersebut
dengan deret harmonic pada pipa organa tertutup? Jelaskan jawabanmu!
3. Berdasarkan data pada table 3, deret apakah yang dibentuk oleh perbandingan
antara frekuensi nada atas dan frekuensi nada dasar pipa? Sesuaikah deret tersebut
dengan deret harmonic pada pipa organa terbuka? Jelaskan jawabanmu!
4. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan kesesuaian atau ketidaksesuaian
antara teori dengan hasil data praktikummu!
Jawab :
1. Panjang pipa berbanding terbalik dengan frekuensi resonansi. Semakin panjang
pipa maka semakin kecil frekuensi resonansinya. Sebaliknya semakin pendek
jarak piston maka semakin besar frekuensi resonannya.
2. Berdasarkan data pada tabel 2 deret yang dibentuk oleh perbandingan frekuensi
atas dan frekuensi dasar. Deret harmonic pada pipa organa tertutup sesuai teori
yaitu 1 : 3 : 5 : 7 : 9 : 11 : 13dan juga didapatkan dari hasil praktikum yaitu 1 : 3 :
5 : 7 : 9 : 11.
3. Dari hasil praktikum sama dengan teori yang ada yaitu deret harmonic pada pipa
organa pipa terbuka adalah 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6.
4. 1) keakuratan alat praktikum..
2) ketelitian praktikan saat membaca skala pada audio generator.
3) ketelitian praktkum dalam melihat jarum SLM

I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Frekuensi resonansi berbanding terbalik dengan panjang pipa, maka semakin
panjang pipa maka semakin kecil nilai frekuensi resonansi yang dihasilkan.
2. Menentukan frekuensi resonansi nada dasar pada pipa organa terbuka dengan
panjang pipa yang diubah-ubah dapat menggunakan rumus :
v
f=
2l
3. Deret harmonic pada pipa organa tertutup :
f0 :f1 : f2 : f3 : f4 : f5
1 : 3 : 5 : 7 : 9 : 11
( 2n+ 1 ) v
Dengan pola f n=
4l
Deret harmonic pada pipa organa terbuka :
f0 :f1 : f2 : f3 : f4 : f5
1:2:3:4:5:6
( n+1 ) v
Dengan pola f n=
2l

J. KRITIK DAN SARAN


1. Periksa alat terlebih dahulu sebelum digunakan.
2. Percobaan seharusnya dilakukan berulang agar data yang dihasilkan lebih akurat
3. Praktikan harus lebih teliti dalam membaca SLM
4. Praktikan sebaiknya sudah paham cara pemakaiannya.

K. DAFTAR PUSTAKA
Cars Zamansky.1985.Fisika untuk universitas (mekanika, panas, dan bunyi).Jakarta:
Binacipta.
Efizon Umar.2008.Buku Pintar Fisika.Jakarta: Media Pesindo.
Giancoli, Douglas, 2001. Fisika Dasar Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta: Erlangga
Yohanes Surya.2014.Getaran dan Gelombang.Tangerang: PT Kandel.

Anda mungkin juga menyukai