4. ALAT/BAHAN YANG
PERCOBAAN :
Gambar 1
KETERANGAN:
Percobaan I
Gelombang Lengkung
Gelombang lengkung
Gelombang lengkung
dengan frekuensi rendah,
jarak antar gelombang
renggang.
Sedangkan pada
frekuensi tinggi adalah
sangat rapat dan juga
gelombangnya lebih
banyak.
Keadaan Gelombang setelah diberi penghalang datar
d. Dengan Penghalang
: Penghalang
: Gelomban pantul
: Gelombang datang
KESIMPULAN
.
PENDAHULUAN
A. Landasan teori
Gelombang lengkung
4. ALAT/BAHAN YANG
PERCOBAAN :
Gambar 1
KETERANGAN:
Ketika suatu
gelombang dialirkan
tidak diberi penghalang
menghasilkan
gelombang yang sama.
Ketika diberi
penghalang berupa
penghalang lengkung,
bentuk gelombang
berlawanan dengan
bentuk lengkung bidang
penghalang.
c. Keadaan gelombang setelah diberi penghalang berupa tegak lurus
terhadap gelombang datang.
Ketika diberi
penghalang 45 ,
pantulan gelombang
tersebut adalah tegak
lurus terhadap
gelombang datang.
:Penghalang
: Gelombang pantul
: Gelombang datang
KESIMPULAN
A.Landasan Teori
Difraksi gelombang I
Bila suatu gelombang melewati suatu penghalangyang mempunyai celah sempit,
maka menurut Huygens, titik-titik pada celah yang sempit itu akan menjadi sumber
gelombang yang baru dan meneruskan gelombang tersebut ke segala arah. Jadi yang
melewati celah sempit itu akan mengalami lenturan yang disebut dengan difraksi.
1. Isaac Newtondan Robert Hooke pada tahun 1660, sebagai inflexion dari
partikelcahaya yang sekarang dikenal sebagai cincin Newton.
2. Francesco Maria Grimaldipada tahun 1665 dan didefinisikan sebagai
hamburanfraksigelombang cahaya ke arah yang berbeda-beda. Istilah yang
digunakan saat itu mengambil bahasa Latin diffringere yang berarti to break into
pieces.
3. James Gregorypada tahun 1673 dengan mengamati pola difraksi pada bulu
burungyang kemudian didefinisikan sebagai diffraction grating.
4. Thomas Youngpada tahun 1803 dan sebagai fenomena interferensigelombang
cahaya. Dari percobaan yang mengamati polainterferensi pada dua celah kecil
yang berdekatan, Thomas Young menyimpulkan bahwa kedua celah tersebut
lebih merupakan dua sumber gelombang yang berbeda daripada partikel.
5. Augustin Jean Fresnelpada tahun 1815[9] dan tahun 1818[10], dan menghasilkan
perhitungan matematis yang membenarkan teori gelombangcahaya yang
dikemukakan sebelumnya oleh Christiaan Huygens[11] pada tahun 1690 hingga
teori partikelNewton mendapatkan banyak sanggahan. Fresnel mendefinisikan
difraksi dari eksperimen celah gandaYoung sebagai interferensigelombang[12]
dengan persamaan:
dimana adalah jarak antara dua sumber muka gelombang, adalah sudut yang
dibentuk antara fraksimuka gelombang urutan ke- dengan sumbu normal muka
gelombangfraksi mula-mula yang mempunyai urutan maksimum .[13].
Difraksi Fresnel kemudian dikenal sebagai near-field diffraction, yaitu difraksi yang
terjadi dengan nilai relatif kecil.
PANDUAN PERCOBAAN
4. ALAT/BAHAN YANG
PERCOBAAN :
Gambar 1
KETERANGAN:
Saat gelombang
tidak diberi
penghalang,
gelombang akan
diteruskan.
Gelombang
membentuk pola
gelombang datar,
karena sumber
gelombangnya
merupakan titik yang
menyebar
Gelombang diberi
penghalang, pada
pengamatan ini ketika
gelombang datar
melewati celah
tunggal, maka akan
menghasilkan satu
gelombang lengkung,
sedangkan yang tidak
melewati celah
: penghalang penghalang akan
: difraksi gelombang dipantulkan kembali
oleh penghalang
: gelombang datang
tersebut.
KESIMPULAN
Digunakan pada bidang kesehatan yaitu, sebagai alat deteksi patah tulang.
PENDAHULUAN
A.Landasan teori
Difraksi gelombang II
Bila suatu gelombang melewati suatu penghalangyang mempunyai celah
sempit, maka menurut Huygens, titik-titik pada celah yang sempit itu akan menjadi
sumber gelombang yang baru dan meneruskan gelombang tersebut ke segala arah.
Jadi yang melewati celah sempit itu akan mengalami lenturan yang disebut dengan
difraksi.
Gejala difraksi pada dua celah sempit menghasilan dua buahgelombang baru
dengan bentuk gelombang yang dihasilkan yaitu berbentuk gelombang kecil
kegelombang besar. Hal ini disebabkan oleh muka gelombang yang melewati celah
sempit akandipancarkan sehinggadifraksi terihat sangat jelas dikarenakan berukuran
dekat dengan orde panjang gelombang. celah bertindak sebagai sumber gelombang
berupa titik, dan muka gelombang yang melalui celah dipancarkan berbentuk
lingkaran-lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya
PANDUAN PERCOBAAN
4. ALAT/BAHAN YANG
PERCOBAAN :
Gambar 1
KETERANGAN:
A.landasan teori
Hukum Ohm
Dalam teknik listrik banyak sekali yang harus di perhatikan salah satunya
adalah hukum-hukum tentang listrik di antaranya adalah hukum ohm.
HUKUM OHM () adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi
hukum Ohm apabila nilairesistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas
beda potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu
berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan
dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan
Dimana I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan
Ampere, V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam
satuan volt, dan R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu
penghantar dalam satuan ohm. Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm,
seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah
paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun
1827.
Dalam mengukur arus, hambatan , dan sebagainya sudah ada alat untuk
mengukur, tapi dalam pengunaan alat harus ada dasar teori dan praktek untuk
mendapatkan hasil atau mengetahui besarnya arus dalam konstruksi listrik.
Maka dari itu mahasiswa di berikan mata kuliah teknik dasar listrik agar
mahasiswa tidak asal memasukan data pengukuran karena dalam alat pengukuran
yang sudah ada yaitu multimeter nilai yang sudah tertera pada saat
mengukur bukanlah nilai sebenarnya karena hasil pengukuran alat tersebut belum
diketahui arus sebenarnya.
Untuk itu dalam pengukuran arus,tegangan ,dan hambatan harus
menggunakan sistematis dengan menggunakan hokum Ohm.
Kemudian bila kedua titik tersebut di hubungkan dengan suatu penghantar , maka
pada penghantar ersebut akan mengalir arus listril . besarnya arus listrik tersebut
tergantung dari besarnya beda potensial kedua titik tersebut dan nilai tahanan
penghantarnya .Besarnya arus listrik tersebut ternyata berbanding terbalik dengan
tahanan penghantarnya.
Keterangan :
I = arus listrik dalam ampere
V = beda potensial
R = tahanan penghantar
1. Tujuan Pecobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan memahami
hubungan antara tegangan dan arus dalam suatu penghantar (Hukum Ohm).
2. Alat-alat Percobaan
Kode Nama Alat Jml
KAL 60/5A Catu daya 1
PEO 502 Saklar SPST 1
KAL 99 Kabel penghubung 6
PEO 359 01 Resistor 50, 5W 1
PEO 359 02 Resistor 100, 5W 1
GME 240 Multimeter digital 2
Kertas mm (tidak 1
tersedia)
Untuk mencapai hal tersebut, kita harus mengukur pasangan tegangan V dan arus
I. Hal itu dapat dilakukan dengan memparalelkan voltmeter dengan resistor, dan
menghubungkan ammeter dan resistor secara seri. Lihat skema pada gambar 10.1
!
Rangkaian
a. Pastikan saklar catu daya dan saklar rangkaian dalam keadaan terbuka.
b. Susun rangkaian seperti dalam gambar 10.1. Gambar skema diatas dan
gambar rangkaian sebenarnya dibagian bawahnya. Coba pahami kesamaan
skema dan rangkaian sebenarnya.
c. Atur multimeter yang dihubungkan seri dengan resistor menjadi ammeter
dengan batas ukur 10A DC.
d. Atur multimeter yag dihubungkan paralel dengan resistor menjadi
voltmeter dengan batas ukur 20V DC.
e. Periksa kembali rangkaian. Minta guru/pembimbing Anda untuk
memeriksa yang Anda buat.
4. Langkah-langkah percobaan
Bagian I
a. Pilih 2V tegangan keluaran catu daya. ini berarti bahwa tegangan keluaran
catu daya mendekati 2V (tidak tepat 2v)
b. Nyalakan catu daya dan tutup saklar rangkaian
Bagian III
Tabel 10.2
No V(volt) I (ampere) V/I
1 3,15 0,07 45
2 6,17 0,13 47,46
3 7,78 0,16 48,625
4 9,35 0,19 49,21
5 12,89 0,24 53,7
6 13,50 0,28 48,21
Bagian III
Presentase perbedaan antara nilai-nilai yang diberikan dari percobaan ini berturut-
turut adalah... dan ...
Karena...
Kesimpulan dan Saran
Ketika percobaan sudah dilakukan dengan teliti dan resistor-resistor tidak
panas, akan diperoleh sebagai berikut :
a. I naik pada saat V naik
b. V/I hampir sama untuk resistor yang sama, atau membesar sedikit bila
resistor panas.
c. Grafik V terhadap I adalah garis lurus, atau sedikit bengkok pada bagian
ujung bila resistor panas.
Hukum Ohm
V/I = R (10.1)
A.landasan teori
Resistor rangkain I
Adalah suatu rangkaian listrik di mana input suatu komponen berasal dari
output komponen lainnya. Kelebihan menggunakan rangkaian seri salah satunya
adalah menghemat biaya, karena hanya menggunakan sedikit kabel penghubung.
Sedangkan kekuarangan atau kelemahan dari rangkaian seri adalah jika salah satu
komponen dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tidak akan berfungsi
sebagaimana mestinya. Jumlah hambatan total rangkaian seri sama dengan jumlah
hambatan tiap- tiap komponen (resistor).
Rt = R1 + R2 + R3 + ....... + Rn
R1 = hambatan ke-1
R2 = hambatan ke-2
R3 = hambatan ke-3
Rn = hambatan ke-n
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat memahami sifat-
sifat hambatan dan tegangan dua buah resistor yang seri.
2. Alat-alat Percobaan
Kode Nama Alat Jml
KAL 60/5A Catu daya 1
PEO 502 Saklar SPST 1
PEO 359 01 Resistor 50,5 W 1
PEO 359 02 Resistor 100, 5W 1
PEO 460 02 Jepit buaya bersoket 2
GME 240 Multimeter digital 2
KAL 99 Kabel penghubung 8
3. Persiapan Percobaan
Pada percobaan ini Anda akan mempelajari sifat-sifat dua buah resistor
yang dihubung seri, hambatan gabungannya seperti halnya hambatan tunggal,
tegangan gabungan resistor seperti halnya tegangan resistor tunggal. Untuk
dapat menentukan hambatan sebuah komponen, Anda harus mengukur
tegangan dan arus yang mengalir melalui komponen tersebut. Dengan
menggunakan hukum ohm, atau definisi hambatan, R=V/I, R dapat dihitung
aabila V dan I diketahui.
a. Apabila catu daya dalam keadaan mati. Susun rangkaian sesuai pada
Gambar 14.1. Skema rangkaian dibagian atas, dan rangkaian sebenarnya
digambarkan pada bagian bawah. Coba pahami kesamaan dua gambar
tersebut.
Catatan : Garis kontinyu menunjukkan hubungan pada keadaan awal
percobaan, garis putus-putus menunjukkan hubungan berikutnya ketika
langkah-langkah percobaan selanjutnya di mana garis putus-putus
diperlukan ! sebelumnya voltmeter dihubungkan untuk mengukur
tegangan di R, yang ditunjukkan sebagai V
b. Pilih tegangan keluaran 2 V DC dari catu daya dan atur batas ukur
voltmeter 20 V DC dan ammeter 200 mA DC.
Langkah-langkah Percobaan
Pendahuluan
Adalah suatu rangkaian listrik di mana input suatu komponen berasal dari output
komponen lainnya. Kelebihan menggunakan rangkaian seri salah satunya adalah
menghemat biaya, karena hanya menggunakan sedikit kabel penghubung. Sedangkan
kekuarangan atau kelemahan dari rangkaian seri adalah jika salah satu komponen
dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tidak akan berfungsi sebagaimana
mestinya. Jumlah hambatan total rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan tiap-
tiap komponen (resistor).
Rt = R1 + R2 + R3 + ....... + Rn
R1 = hambatan ke-1
R2 = hambatan ke-2
R3 = hambatan ke-3
Rn = hambatan ke-n
Pada umumnya Rangkaian Resistor Seri I dan seri II sama saja. Hanya dibedakan
banyaknya lampu. Rangkain Resistor Seri II memiliki lebih banyak lampu.
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat memahami
sifat-sifat hambatan dan tegangan dua buah resistor yang seri.
2. Alat-alat Percobaan
Kode Nama Alat Jml
KAL 60/5A Catu daya 1
PEO 502 Saklar SPST 1
PEO 359 01 Resistor 50,5 W 1
PEO 359 02 Resistor 100, 5W 1
PEO 460 02 Jepit buaya bersoket 2
GME 240 Multimeter digital 2
KAL 99 Kabel penghubung 8
3. Pengantar dan Persiapan Percobaan
Pada bagian ini Anda hanya akan diajak berfikir, bukan percobaan.
Anda akan bandingkan apa yang Anda peroleh pada percobaan sebelumnya
dengan teori dua buah hambatan yang dirangkai seri seperti yang tertulis pada
buku teks fisika Anda. Bila tidak tersedia buku teks fisika berikut adalah
kutipannya.
Apabila sejumlah resistor dengan hambatan R1, R2 R3, ... Rn,
dehubungkan seri, arus yang sama I akan mengalir melalui setiap resistor. Jika
tegangan setiap resistor berturut-turun adalah V1,V2,V3,...Vn, menurut hukum
ohm V1 = R1II, V2 =R2I1, V3 = R3I1, ... , Vn = RnI. Tegangan seluruh resistor R
adalah :
VR = V1 + V2 + V3 + . . . + Vn = (R1 + R2 + R3 + . . . + Rn) I (14.1)
Bila R adalah total hambatan dari semua resistor, menurut hukum ohm
RR = VR/I = (R1 + R2 + R3 + . . . Rn) (14.2)
Untuk dua buah resistor R1 dan R2 yang diserikan seperti pada Gambar 14.2,
hambatan totalnya adalah :
Rc = R1 + R2
(14.2a)
5. Hasil Pengamatan
(tidak ada)
V1 = I . R dan I=
1 +2
VR = I . (1 + 2)
1
V1 = . VR
1 +2
1
V1 = . I (1 + 2)
1 +2
V1 = R1 + R2 (1)
RR = R1 + R2
Pembuktian bahwa RR = R1 + R2
Dik. VR = 3,17 V (dibuktikan)
VR = IR .. RR
= 0,03 .(1 + 2)
= 0,03 . (105,67) = 3,17 volt
Maka dapat disimpulkan bahwa dari percobaan yang diamati pada tabel catu
daya tegangan 3 V dik VR = 3 A. Jika diinginkan VR = 3,17 V , RR
harus total dari jumlah hambatan yang ada RR = R1 + R2
Pendahuluan
Paralel merupakan sebuah rangkaian listrik yang disusun dengan tidak sebaris,
dimana input untuk setiap komponen semuanya adalah dari sumber yg sama. Inilah
yang menjadi alasan mengapa rangkaian ini menjadi lebih mahal bila dibanding dgn
rangkaian seri.
Namun dibalik kekurangannya itu, rangkaian ini juga mempunyai kelebihan jika
dibanding dengan rangkaian seri tersebut. Kelebihannya adalah apabila ada
komponen yang rusak ataupun dicabut, maka komponen lainnya yang masih baik atau
masih terpasang akan tetap berfungsi tanpa gangguan sama sekali. Rangkaian paralel
dan rangkaian seri dapat digabung sehingga menjadi rangkaian yang disebut dengan
seri-paralel.
Di rangkaian paralel, aliran listrik dari power suply bisa berjalan ke tiap-tiap lampu
yangada. Dalam beberapa rangkaian terdapat jalan-jalan yang berbeda tetapi tetap
bisa dialiri arus listrik, rangkaian ini juga disebut dengan rangka ian paralel.
Pada rangkaian paralel diatas, kita bisa melihat dua buah resistor yang susunannya
adalah paralel. Setiap ujung dari kedua resistor tersebut secara langsung
berhubungan dengan sumber tegangan secara bersamaan. Dengan demikian arus
listrik dapat mengalir melalui dua jalan berbeda hingga mencapai setiap resistor yang
ada.
Resistensi total dalam suatu rangkaian paralel adalah sama jumlahnya dengan
kebalikan dari tiap resistansi. Hambatan tersebut jumlahnya lebih kecil dibanding
dengan hambatan setiap resistor pada ke-3 resitor yg telah dihubungkan secara paralel
di rangkaian itu. Besar dari hambatan pengganti akan berkurang karena
ditempatkannya dua ataupun lebih resistor di rangkai an paralel.
Hambatan paralel itu akan menurun sebab tiap-tiap resistor yang baru juga akan
menambah jalur arus yang baru, serta menaikkan jumlah arus yang beda potensialnya
tidaklah berubah. Yang pertama kali kita harus ketahui sebelum menghitung suatu
hambatan pengganti di rangkai an paralel adalah total arus yg mengaliri cabang.
Misalkan saja kita contohkan pada lampu lalu lintas yang merupakan rangkaian listrik
paralel. Prinsip kerja dari rangkaian listrik paralel di sebuah lampu lalu lintas adalah
terdapatnya tiga buah lampu yg saling terhubung secara paralel antara satu buah
lampu dengan lampu lainnya. Darisini dapat kita simpulkan bahwa rangkaian listrik
paralel dapat disebut juga dengan rangkaian bederet, yaitu terjadi pembagian beban
yang sama antara satu lampu dengan lampu yang lain dalam jajarannya tersebut.
Demikian sobat artikelrangkaian paralel kali ini.
Keterangan :
Rp = hambatan Pengganti (Ohm)
R1 = hambatan ke-1
R2 = hambatan ke-2
R3 = hambatan ke-3
Rn = hambatan ke-n
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan memahami sifat-sifat
rangkaian paralel resistor.
2. Alat-alat Percobaan
Kode Nama Alat Jml
GSE 220 Baterai ukuran D 2
PEO 505 Pemegang baterai 2
PEO 502 Saklar SPST 1
PEO 359 O1 Resistor 50, 5W 1
PEO 359 02 Resistor 100, 5W 1
PEO 460 02 Jepit buaya bersoket 2
GME 240 Multimeter digital 2
KAL 99 Kabel penghubung 8
3. Pengantar dan Persiapan Percobaan
Bila dua komponen atau lebih dihubungkan paralel dalam sebuah
rangkaian, komponen-komponen tersebut akan memiliki tegangan V yang
sama. Arus yang melalui komponen-komponen tersebut akan terpecah dan
akan mengalir pada setiap komponen, yaitu I1,I2,I3
4. Langkah-langkah Percobaan
Bagian I
a. Cabut ammeter yang sekarang terhubung untuk mengukur arus induk,
ubah ammeter tersebut menjadi voltmeter yang dapat mengukur
tegangan hingga 3 V (gunakan batas ukur 20 V)
b. Hubungkan voltmeter dengan baterai seperti pada Gambar 16.3. Baca
tegangan terbuka (GGL)
c. Tutup saklar dan baca tegangan baterai V. Catat tegangan terminal V
pada tabel 16.1 !
d. Kemudian atur kembali multimeter digital ke fungsi ammeter, dan
hubungkan untuk mengukur arus.
e. Tutup saklar dan baca I1, I2, I. Catat nilainya pada tabel 16.1.
f. Buka saklar dan dari data yang diperoleh hitung R1, R2, dan Rn. Rn
adalah hambatan gabungan R1 dan R2. Juga hitung I1 + I2. Catat
nilainya pada tabel 16.1
Bagian II
Analisislah data pada tabel 16.1. Berdasarkan analisis Anda coba jawab
pertanyaan berikut, sandarkan jawaban Anda pada data. Tulis analisis
Anda pada bagian pengamatan.
Hukum Kirchoff
I = I1 + I2 (16.2)
Analisis
Dari percobaan diatas dapat kami simpulkan bahwa pada rangkaian resistor
paralel, Tegangan pada setiap titik adalah sama sedangkan I total merupakan jumlah
kuat arus pada raingkaian tersebut. Dan hambatan (R) total merupakan seperjumlah
dari hambatan yang ada pada rangkaian tersebut.
Vt = V1 = V2 = ..........
1 1 1
= +
Rr R1 R2
It = I1 + I2 + 1.........
Daya Listrik
Pendahuluan
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit listrik.
Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang
mengalir per satuan waktu(joule/detik).
di mana
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat menentukan daya
sebuah lampu dengan mengukur tegangan dan arusnya.
2. Alat-alat Percobaan
Kode Nama Alat Jml
KAL 60/5A Catu daya 1
PEO 502 Saklar SPDT 1
PEO 503 Saklar SPDT 1
KAL 70/120-50 Lampu 12V, 3W 2
PE0 504 Pemegang lampu 1
GME 240 Multimeter digital 1
KAL 99 Kabel penghubung 8
3. Pengantar dan Persiapan Percobaan
Daya listrik adalah laju kerja yang dilakukan listrik atau laju
perpindahan energi listrik. Apabila kerja W bekerja selama waktu t, daya
listriknya adalah
P W/t (25.1)
Jika W adalah kerja yang dilakukan pada saat memindahkan sejumlah muatan
Q melalui beda potensial V, maka
W = QV (25.2)
Bila t adalah waktu yang diperlukan untuk memindahkan muatan Q melalui
beda potensial V, kemudian dari definisi arus I = Q/t atau Q = It. Dengan
mensubstitusikan Q ke persamaan (25.2) diperoleh
W = Vit (25.3)
Persamaan (25.1) dapat dituliskan kembali
P = VI (25.4)
Satuan daya listrik P adalah watt (W).
a. Siapkan alat-alat sesuai daftar.
b. Pasang lampu pada pemegang lampu.
c. Susun rangkaian sesuai dengan skema pada Gambar 25.1
Sebelum percobaan dimulai, pastikan saklar S1 dan S2 dalam keadaan
terbuka. Untuk S2 posisikan tombol pada posisi 2.
Pastikan catu daya dalam keadaan mati, dan pilih tegangan keluaran
12 V DC.
Alur kedua bual multimeter digital, satu sebagai voltmeter dengan
batas ukuran 20 V DC yang lainnya sebagai ammeter dengan batas
ukur 10 DC.
d. Periksa kembali rangkaian yang baru saja Anda buat.
4. Langkah-langkah Percobaan
a. Nyalakan catu daya kemudian tutup saklar S1. Ini berarti bahwa hanya satu
buah lampu yang terpasang pada rangkaian.
b. Ukur tegangan lampu dan arus yang melalui rangkaian. Catat tegangan
dan arus tersebut pada tabel 25.1.
c. Tutup saklar S2 (pindahkan tombol ke posisi 3). Dalam rangkaian
sekarang terdapat 2 buah lampu yang terhubung paralel.
d. Ulangi langkah b, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel 25.1.
5. Hasil Pengamatan
Tabel 25.1
No Jumlah lampu Tegangan, V Arus, I Daya, P = V x I
(buah) (volt) (ampere) (watt)
1 1 11,90 0,26 3,094
2 2 diparalel 11,82 0,51 6,0282
Berbeda, daya dari 2 buah lampu yang dipararelkan lebih besar dari pada daya
yang dihasilkan dari 1 buah lampu. Menurut hasil data tabel bahwa 1 lampu hanya
memerlukan 3.094 watt. Sedangkan 2 buah lampu 6.0282 watt.
Yang menyebabkan daya itu berbeda karena kuat arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut. Jika 1 buah lampu hanya membutuhkan 0.26 A, sedangkan 2
buah lampu 0.51 A, dan menurut rumus daya jika I naik maka P juga naik.
6. Kesimpulan
Pengertian Bayangan
Definisi bayangan atau dalam bahasa Inggris nya shadow adalah ruang gelap
di belakang benda yang tidak tembus cahaya yang disinari. Jenis bayangan ada dua
jenis sebagai berikut :
1. Pengertian Bayangan inti (umbra) adalah bayangan yang sama sekali tidak dilalui
cahaya. Jadi, ruang itu benar-benar gelap
Besar-kecil bayangan
1. Tujuan Percobaan
2. Alat-Alat Percobaan
Kode Nama alat Jumlah
POG 460 Kotak cahaya 1
01
POG 350 Tangki plastic 1
KAL Catu daya 1
60/5A
KAL Kabel penghubung 2
Kertas A4 1
penggaris 1
3. Persiapan Percobaan
a. Siapkan alat alat percobaan sesuai daftar
b. Letakkan kotak cahaya di depan sehelai kerts A4 seperti pada gambar 2.1
c. Gunakan bagian belakang kotak cahaya untuk menghasilkan cahaya
menyebar
d. Hubungkan catu daya e sumber tegangan PLN. Pilihlah tegangan keluaran
catu daya 12V DC.
e. Hubungkan kotak cahaya dengan catu daya.
f. Letakkan tangki plastic dan penutup pada berkas cahaya kurang dari 6 cm
di depan kotak cahaya dengan bagian gelap menghadap kotak cahaya.
g. Nyalakan catu daya. Seharusnya berkas cahaya terlihat jelas diatas kertas
dan sebagian cahaya terhalangi tangki plastic. Bagian yang tampak gelap
karena cahaya terhalang benda tidak tembus cahaya disebut bayangan
benda, dalam hal ini bayangan tangki plastic.
Hasil pengamatan
Kedudukan lampu terhadap titik P pada benda yang jarak 5,6 cm dari sumber
cahaya adalah terpisah. Kedudukan lampu terhadap titik P pada benda yang jaraknya
11,5 cm dari sumber cahaya juga terpisah. Benda yang jaraknya dekat dengan sumber
cahaya menghasilkan bayangan yang lebih besar disbandingkan benda dengan jarak
yang jauh.
Kesimpulan
Suatu benda yang di letakkan dekat dengan sumber cahaya akan menghasilkan
bayangan yang panjang dan melebar, sebaliknya suatu benda yang di letakkan jauh
dengan sumber cahaya akan menghasilkan bayangan yang memendek dan mengecil
dari pada bayangan yang di bentuk suatu benda yang dekat dengan sumber cahaya.
A. Landasan Teori
Ada dua macam bayangan: umbra (bayangan inti) dan penumbra (bayangan
tambahan). Jika kita berada dalam umbra sebuah benda (misalnya umbra Bulan),
maka sumber cahaya (dalam hal ini Matahari) akan tertutup keseluruhannya oleh
benda tersebut. Sedangkan jika kita berada dalam penumbra, sebagian sumber cahaya
masih akan terlihat. Namun demikian, saat gerhana bulan total, meski Bulan berada
dalam umbra Bumi, Bulan tidak sepenuhnya gelap total karena sebagian cahaya
masih bisa sampai ke permukaan Bulan oleh efek refraksi atmosfer bumi.
Gerhana Matahari dan Bulan
OP-3 Umbra dan Penumbra
1. Tujuan percobaan
setelah melakukan percobaan ini , siswa di harapkan dapat memahami proses
terbentuknya bayangan inti dan bayangan sebagian
2. Alat-alat percobaan
Kode Nama alat jml
FPT 16 06/76 Tempat lampu bertangkai 1
FPT 16 02/66 Rel presisi 1
FPT 16 04/68 Kaki rel 2
POG 050 Model bumi-bulan 1
FPT 16 17/87 Tumpukan berjepit 2
POG 700 Layar putih 1
KAL 60/5A Catu daya 1
KAL 99 Kabel penghubung 2
3. Persiapan percobaan
a. siapkan alat-alat percobaan sesuai dengan daftar
b. susunlah alat-alat percobaan di atas seperti pada gambar 3.1
c. letakkan tempat lampu bertangkai pada rel presisi
d. pasang layar putih pada jarak 35 cm di depan lampu
e. tempatkan model bumi (model bulan dapat di lepaskan) pada jarak 20
cm di depan layar putih
f. hubungkan lampu ke catu daya
g. hubungkan catu daya dengan sumber tegangan PLN , pastikan bahwa
catu daya dalam keadaan mati.
h. Pilihlah tegangan keluaran catu daya 12 V DC
i. Nyalakan catu daya. Bayangan benda akan tampak pada layar.
4. Langkah-langkah percobaan
a. Amati dengan seksama bayangan model bumi yang tampak pada layar.
Identifikasi bagian bayangan yang gelap dan agak gelap.
Bayangan yang gelap di sebut inti atau umbra , dan bayangan yang agak
gelap di sebut bayangan kabur atau penumbra
(Umbra)
(Penumbra)
(Penumbra,tampak
tidak jelas)
(Umbra)
Kesimpulan
A. Landasan teori
Pemantulan Cahaya
Just Leibig menemukan cermin kaca pantul pada tahun 1835. Proses tersebut
melibatkan pengendapan lapisan perak metalik ke kaca melalui reduksi kimia perak
nitrat. Proses melapisi kaca dengan substansi bersifat reflektif (silvering) ini
diadaptasi untuk memproduksi cermin secara massal. Saat ini, cermin diproduksi
dengan pengendapan vakumnya aluminium, atau kadang-kadang perak langsung
substrat kaca.
Pada permukaan benda yang rata seperti cermin datar, cahaya dipantulkan
membentuk suatu pola yang teratur. Sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan
cermin dipantulkan sebagai sinar-sinar sejajar pula. Akibatnya cermin dapat
membentuk bayangan benda. Pemantulan semacam ini disebut pemantulan teratur.
Berbeda dengan benda yang memiliki permukaan rata, pada saat cahaya mengenai
suatu permukaan yang tidak rata, maka sinar-sinar sejajar yang datang pada
permukaan tersebut dipantulkan tidak sebagai sinar-sinar sejajar. Akibat pemantulan
baur ini kita dapat melihat benda dari berbagai arah. Misalnya pada kain atau kertas
yang disinari lampu sorot di dalam ruang gelap kita dapat melihat apa yang ada pada
kain atau kertas tersebut dari berbagai arah. Pemantulan baur yang dilakukan oleh
partikel-partikel debu di udara yang berperan dalam mengurangi kesilauan sinar
matahari.
Cermin Datar
Cermin datar merupakan cermin pantul yang permukaannya berupa bidang datar.
Pemantulan cahaya yang terjadi pada cermin datar sesuai dengan Hukum Snellius,
yaitu besar sudut datang sama dengan sudut pantul.
Sinar datang, garis normal dan sinar pantul berpotongan pada satu titik dan
terletak pada satu bidang datar.
Sudut datang (i) sama dengan Sudut pantul (r). Berikut contoh gambar
pelukisan bayangan pada pemantulan cahaya di cermin datar.
Sifat bayangan dari cermin datar:
1. Tujuan Percobaan :
Sinar yang keluar dari kotak cahaya seharusnya terlihat jelas diatas
cakram optik, jika dibutuhkan aturlah posisi lensa kolimator untuk
mendapatkan sinar sejajar. Untuk mendapatkannya putarlah tombol
pengatur lensa kolimator kemudian geserlah lensa ke depan atau ke
belakang sesuai kebutuhan.
Langkah Langkah Percobaan :
b. Amati jika ada sinar yang dipantulkan oleh cermin datar. Jika ada
amati arah pemantulan sinar tersebut.
Kemanakah arah sinar pantul jika sinar datang tegak lurus cermin?
Apa yang dapat anda katakana tentang pasangan nilai tersebut (tentang
hubungan i dan r) ?
Hasil pengamatan
a. Ketika sinar datang tegak lurus pada cermin, sinar tersebut akan di pantulkan
kembali kea rah semula.
b. Hubungan antara sudut datang (i) dan sudut pantul (r) pada cermin datar
adalah sudut datang=sudutpantul.
Kesimpulan
A.Landasan teori
1. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias dari suatu cahaya yang
melewati dua medium yang berbeda merupakan suatu konstanta.
Cahaya datang dengan sudut I dan dibiaskan dengan sudut r. Cepat rambat
cahaya di medium 1 adalah v1 dan di medium 2 adalah v2. Waktu yang diperlukan
cahaya untuk merambat dari B ke D sama dengan waktu yang dibutuhkan dari A ke E
sehingga DE menjadi muka gelombang pada medium 2.
Sin i = , sedangkan
pada segitiga AED berlaku
Pada peristiwa pembelokan cahaya dari medium 1 ke medium 2 ini besaran frekuensi
cahaya tetap atau tidak mengalami perubahan. Karena v =
l.f maka berlaku pula,
sinar merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan
dibiaskan mendekati garis normal, sudut r < i
Pembiasan pada Bidang batas Udara ke Air
1. Tujuan Percobaan :
Persiapan Percobaan :
1
2 .
1 2
Tidak tetap . hal ini dapat disebabkan adanya ketidakrapatan suatu medium. Sehingga
nilai indeks bias medium tidak rapat , yang dapat saya katakan tentang arah cahaya
datang dan arah sinar bias yang meninggalkan air antara lain:
Bila sinar yang datang dari medium yang kurang rapat ke medium yang lebih
rapat dan di biaskan mendekati garis normal.
Bila cahaya yang datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, di
biaskan menjauihi garis normal.
Bila sinar datang tegak lurus dengan bidang datar, maka tidak di biaskan
tetapi di teruskan
Kesimpulan
Bila sinar yang datang dari medium yang kurang rapat ke medium lebih rapat,
di biaskan mendekati garis normal.
Bila sinar yang datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, di
biaskan menjauhi garis normal.
Bila cahaya datang tegak lurus terhadap bidang datar di biaskan melaikan di
teruskan.
PENDAHULUAN
Landasan teori
Gejala dispersi cahayaadalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik)
menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik). Cahaya polikromatik adalah cahaya
yang mempunyai bermacam-macam panjang gelombang. Jika cahaya ini didatangkan
pada sisi prisma, maka akibat adanya perbedaan indeks bias dari masing-masing
panjang gelombang, maka cahaya yang keluar mengalami peristiwa penguraian atau
lebih dikenal sebagai peristiwa dispersi. Spektrum dispersinya yaitu:
Spektrum Dispersi.
Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang terdiri atas
banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke prisma, maka
cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang berbeda.
Sudut yang dibentuk antara arah sinar datangdengan arah sinar yang
meninggalkan prisma disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi
tergantung pada sudut datangnya sinar.
D = i1 + r2 - B .... (2.1)
Keterangan :
D = sudut deviasi
i1 = sudut datang pada prisma
r2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma
B = sudut pembias prisma Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut
datangnya cahaya ke prisma.
Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan
semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang cahaya
ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu
berkas cahaya yang masuk ke prisma akan memotong prisma itu menjadi segitiga
sama kaki, sehingga berlaku
i1 = r2 = i (dengan i = sudut datang cahaya
ke prisma) dan
i2 = r1 = r (dengan r = sudut bias cahaya memasuki prisma).
dengan :
n1 = indeks bias medium di sekitar prisma
n2 = indeks bias prisma
B = sudut pembias prisma
Dm = sudut deviasi minimum prisma
2. Dispersi Cahaya
Dispersi yaitu peristiwa terurainya cahaya putih menjadi cahaya yang
berwarna-warni, seperti terjadinya pelangi. Pelangi merupakan peristiwa terurainya
cahaya matahari oleh butiran-butiran air hujan. Peristiwa peruraian cahaya ini
disebabkan oleh perbedaan indeks bias dari masing-masing cahaya, di mana indeks
bias cahaya merah paling kecil, sedangkan cahaya ungu memiliki indeks bias paling
besar.
Cahaya putih yang dapat terurai menjadi cahaya yang berwarna-warni disebut
cahaya polikromatik sedangkan cahaya tunggal yang tidak bisa diuraikan lagi disebut
cahaya monokromatik. Peristiwa dispersi juga terjadi apabila seberkas cahaya putih,
misalnya cahaya matahari dilewatkan pada suatu prisma.
Cahaya polikromatik jika dilewatkan pada prisma akan terurai menjadi warna
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kumpulan cahaya warna tersebut
disebut spektrum. Lebar spektrum yang dihasilkan oleh prisma tergantung pada
selisih sudut deviasi antara cahaya ungu dan cahaya merah. Selisih sudut deviasi
antara cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi
Penguraian Cahaya
1. Tujuan Percobaan :
Sinar yang datang dari kotak cahaya seharusnya terlihat jelas diatas cakram
optik, jika dibutuhkan, aturlah posisi lensa kolimator untukmendapatkan sinar
yang sejajar.Untuk mendapatkannya putarlah tombol pengatur lensa kolimator
kemudian geserlah lensa kedepan atau ke belakang sesuai kebutuhan.
4. Langkah-langkah percobaan
a. Mengatur posisi kotak cahaya dan cakram optik sedemikian
sehingga yang keluar tepat berada pada sumbu 0 - 0.
b. Mengamati jika ada sinar yang dipantulkan oleh cermin datar. Jika
ada, mengamati pemantulan sinar tersebut.
c. Memutar cakram optik dengan hati-hati searah atau berlawanan
arah jarum jam sedemikian sehinnga sinar datang mengenai cermin
dalam posisi miring seperti gambar 1.3, kemudian mengamati.
d. Jika dirasa perlu, mengatur cakram optik sedemikian sehingga
sudut datang memiliki nilai yang bagus sehingga memudahkan
untuk dibaca dan diingat seperti 10. Menulis sudut datang I pada
tabel 1.1
e. Membaca sudut pantul r kemudian menuliskan pada tabel 1.1
f. Mengubah sudut datang untuk beberapa nilai yang berbeda dengan
cara memutar cakram optik secara perlahan dan hati hati sehingga
cermin tidak bergeser dari posisi semula.
g. Membaca tabel 1.1
h. Mengulangi langkah e dan f untuk nilai yang berbeda (mis: 30,
40 dll) sampai anda dapatkan paling sedikit 5 pasang nilai I dan r
i. Memperhatikan pasangan I dan r
j. Mengecek jawaban dengan percobaan
Searah jarum jam
1
MERAH
2
JINGGA
3
KUNING
4
HIJAU
5
BIRU
6
NILA
7
UNGU
Berlawanan arah jarum jam
1
UNGU
2
NILA
3
BIRU
4
HIJAU
5
KUNING
6
JINGGA
7
MERAH
Hasil pengamatan
Pada saat prisma berputar searah jarum jam maka urutan spectrum cahaya
terdispersi dimulai dari merah, jingga,kuning,hijau,biru,nila,dan ungu. Sebaliknya
ketika prisma diputar berlawanan arah jarum jam, urutan spectrum cahaya yang
terdispersi menjadi sebaliknya, ungu,nila,biru,hijau,kuning,jingga dan merah.
Kesimpulan
Fenomena alam yang sama seperti penguraian warna oleh prisma adalah pada
saat peristiwa terbentuknya pelangi dimana cahaya matahari dipantulkan menjadi
spectrum cahaya melalui butiran-butiran air setelah hujan.
Selain itu fenomena alam selanjutnya adalah percikan-percikan air dibawah air terjun
yang memantulkan cahaya matahari menjadi spectrum cahaya sehingga kita dapat
melihat pelangi seolah-olah didepan mata kita.
MU 03 GERAK LURUS BERATURAN
LANDASAN TEORI
Kecepatan adalah laju perubahan tempat yang diperoleh dari pengukuran jarak
yang ditempuh s dan selang waktu tang diperlukan untuk menempuh jarak
tersebut. Pada umumnya, kecepatan dapat berubah-ubah, tidak tetap sehingga
keepatan didefinisikan oleh v=s/t adalah kecepatan rata-rata selama selang waktu
t tersebut. Kecepatan pada suatu saat, yaitu kecepatan setempat yang sesaat pada
hakikatnya tidak ada karena tidak mungkin diukur. Yang terukur adalah kecepatan
disekitar suatu tempat sepanjang jarak yang ditempuh yang amat pendek di sekitar
Pada gerak lurus beraturan (GLB) lintasan yang ditempuh benda berupa garis
lurus dan arah geraknya selalu tetap. Oleh karena itu, perpindahan dapat diganti
dengan jarak dan kecepatan tetap. Benda bergerak dengan kecepatan tetap artinya
benda menempuh jarak yang sama dalam selang waktu yang sama. Oleh karena itu,
gerak lurus beraturan (GLB) didefinisikan sebagai gerak yang lintasannya lurus dan
pada selang waktu yang sama menempuh jarak yang sama(Ruwanto, 2006 : 84-85).
Pewaktu ketik (ticker timer) adalah ala yang digunakan untuk memeriksa atau
mengamati gerakan benda dengan tanda titik-titik yang dibuat di atas pita ketik.
Pewaktu digunakan untuk memeriksa suatu benda bergerak lurus beraturan atau tidak
beraturan. Pada alat ini terdapat semacam vibrator yang terbuat dari plat baja yang
mampu bergetar 50 kali setiap sekon. Setiap kali bergetar, pita baja tersebut akan
membuat suatu tanda titik hitam pada pita ketik. Jarak antara dua titik yang beraturan
disebut satu titik. Waktu satu ketik sama dengan 1/50 sekon (Ariswono,2008 : 97).
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek, di
mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang tetap.
Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan
kuadratik.
Gerak semu adalah gerak yang sifatnya seolah-olah bergerak atau tidak
sebenarnya (ilusi). Contoh : - Benda-benda yang ada diluar mobil kita seolah
bergerak padahal kendaraanlah yang bergerak. - Bumi berputar pada porosnya
terhadap matahari, namun sekonyong-konyong kita melihat matahari bergerak
dari timur ke barat.
2. Gerak Ganda
Gerak ganda adalah gerak yang terjadi secara bersamaan terhadap benda-
benda yang ada di sekitarnya. Contoh : Seorang bocah kecil yang kurus dan dekil
melempar puntung rokok dari atas kereta rangkaia listrik saat berjalan di atap krl
tersebut. Maka terjadi gerak puntung rokok terhadap tiga (3) benda di sekitarnya,
yaitu : - Gerak terhadap kereta krl - Gerak terhadap bocah kecil yang kurus dan
dekil - Gerak terhadap tanah / bumi
3. Gerak Lurus
Gerak lurus adalah gerak pada suatu benda melalui lintasan garis lurus.
Contohnya seperti gerak rotasi bumi, gerak jatuh buah apel, dan lain sebagainya.
Gerak lurus dapat kita bagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu : a. Gerak lurus
beraturan (GLB) Gerak lurus beraturan adalah gerak suatu benda yang lurus
beraturan dengan kecepatan yang tetap dan stabil. Misal : - Kereta melaju dengan
kecepatan yang sama di jalur rel yang lurus - Mobil di jalan tol dengan kecepatan
tetap stabil di dalam perjalanannya. b. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak suatu benda yang tidak beraturan
dengan kecepatan yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Misalnya : - Gerak
jatuhnya tetesan air hujan dari atap ke lantai - Mobil yang bergerak di jalan lurus
mulai dari berhenti
a = percepatan (m/s2)
t = waktu (s)
s = Jarak tempuh/perpindahan (m)
Tujuan Percobaan
Sebuah benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan terus
bergerak dengan laju dan arah tetap jika tidak ada gaya luar yang beerja
padanya.
Secara umum pengalaman kita menunjukkan bahwa benda yang digerakkan tidak
terus bergerak, tetapi menjadi berhenti setelah beberapa saat. Hal ini disebabkan oleh
adanya gaya gesekan.
Gaya gesekan timbul dan bekerja pada bidang kontak (persentuhan) dari dua benda
yang gerak berlawanan arah. Agar supaya sebuah benda dapat bergerak, dibutuhkan
gaya yang besarnya sama atau melebihi gaya gesekan.
Gerak lurus beraturan dapat diperoleh dengan beberapa cara. Yang pertama adalah
dengan mengimbangi (mengkompensasi) gaya gesekan yang ada di antara benda dan
permukaan gerak, misalnya dengan cara memiringkan landasan tempat benda
bergerak. Yang kedua adalah dengan menggunakan kereta dinamika bermotor.
Metode lain lagi ialah dengan menggunakan alat air track. Pada percobaan ini
akan ditelaah gerak kereta yang gesekannya dikompensasi (diimbangi) dengan
memiringkan rel kereta, dan gerak kereta yang dilengkapi motor penggerak yang
memungkin kereta tersebut bergerak beraturan.
a. Rangkai alat seperti terlihat pada Gambar 3.1 Untuk mengimbangi gesekan
yang terjadi antara kereta dinamika dan permukaan rel presisi, pasang salah
satu ujung rel pada tingkat pertama pada balok bertingkay.
Catatan : Untuk mengetahui bahwa gesekan telah diimbangi oleh rel yang
dimiringkan, berikan sedikit dorongan pada kereta dinamika dan kereta
dinamika seharusnya bergerak beraturan sepanjang rel (pita ketik seharusnya
terpasang pada kereta dinamika).
c. Pada saat catu daya masih dalam keadaan mati (OFF), hubungkan pewaktu
ketik ke catu daya, dan catu daya ke soket jala-jala listrik.
d. Potong pita ketik lebih kurang sepanjang 1m dan pasang pada pewaktu ketik.
Jepit salah satu ujung pita ke penjepit yang ada pada kereta dinamika.
Yakinkan bahwa pita ketik lewat di bawah kertas karbon pada kereta dinamka.
Langkah-langkah Percobaan
a. Hidupkan catu daya dan dorong kereta sedemikian rupa sehingga bergerak
disepanjang rel presisi.
b. Ketika kereta dinamika mendekati atau hampir mendekati ujung rel presisi,
tahan kereta dinamika menggunakan tangan (atau gunakan tumpakan
berpenjepit). Perhatikan, kereta dinamika jangan sampai jatuh keluar rel
presisi.
c. Ambil pita ketik dari kereta dinamika, periksa titik ketikan yang diperoleh
pada pita ketik dan coba ambil kesimpulan mengenai gerak yang dilakukan
oleh kereta dinamika.
d. Periksa titik ketikan pada permulaan gerak kereta dinamika. Jika terdapat titik-
titik yang bertindihan, abaikan titik-titik tersebut
dan potong bagian tersebut ( Gambar 3.2).
e. Gunakan 5 ketik sebagai satuan waktu. Potong
pita ketik secara berurutan dimulai dari awal
gerak kereta dinamika.
f. Tempel potongan pita ketik secara berurutan
dari permulaan gerak sampai akhir gerak kereta
dinamika pada kertas manila untuk membuat
kurva laju-waktu (Gambar 3.3)
g. Singkirkan balok bertingkat dari kaki rel presisi sehingga rel membentuk
landasan yang mendatar (horizontal). Ganti kereta dinamika dengan kereta
dinamika bermotor.
h. Pindahkan kontak saklar yang ada pada kereta dinamika bermotor ke posisi
v1. Ulangi langkah a sampai f.
i. Pindahkan kontak saklar kereta dinamika bermotor ke posisi v2 dan ulangi
langkah percobaan a sampai f.
j. Jawab pertanyaan pada bagian Hasil Pengamatan.
Catatan: Bila Anda tempelkan potongan-potongan pita sedemikian sehingga sisi kiri
potongan pta ketik berhimpitan dengan sisi kanan potongan pita ketik berikutnya,
lebar potongan pita ketik merupakan satuan waktu, yaitu5-ketik.
Hasil Pengamatan
Dik : S1 = 1,1 cm
0,036
S3 = 1,3 cm = = 0,012 m
3
0,012
V = = 0,1 = 0,12 m/s
Dik : S1 = 1,0 cm
0,029
S3 = 1,0 cm = = 0,0097 m
3
0,0097
V1 = = 0,1 = 0,097 m/s
Dik : S1 = 2,5 cm
0,076
S3 = 2,8 cm = = 0,025 m
3
0,025
V2 = = = 0,25 m/s
0,1
d) Bagian II
Gerak Lurus Beraturan pada kereta dinamika bermotor
Waktu t (5 ketik) = 5 x 0,02 s = 0,1 s
Jarak tempuh (dalam 5 ketik) = 0,012 m
0,012
V== = 0,12 m/s
0,1
e)
Waktu t (5 ketik) = 5 x 0,02 s = 0,1 s
Jarak tempuh (dalam 5 ketik) = 0,0097 m
0,0097
V1 = = = 0,097 m/s
0,1
0,025
V2 = = = 0,25 m/s
0,1
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan dari persamaan diatas bahwa GLB merupakan gerak pada
lintasan lurus dengan kecepatan konstan atau tetap (a=0) yang dapat dirumuskan
dengan persamaan v =
MU 10 Hukum Kekekalan Energi Mekanik
Hukum kekekalan Enegi Mekanik berbunyi Pada sistem yang terisolasi (hanya
bekerja gaya berat dan tidak ada gaya luar yang bekerja) selalu berlaku energi
mekanik total sistem konstan. Pada posting tentang macam-macam bentuk
energi diantaranya adalah energi potensial dan energi kinetik.
Energi total yang dimaksud pada hukum kekekalan energi mekanikadalah jumlah
antara energi potensial dengan energi kinetik.
Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya. Energi ini
tersembunyi pada benda tetapi bila di beri kesempatan energi ini bisa di manfaatkan
contoh misalnya energi potensial pada pegas yang ditarik terjadi juga pada pada karet
atau busur panah. Contoh yang kedua adalah Energi potensial gravitasi yaitu energi
yang dimiliki benda yang disebabkan oleh ketinggian terhadap suatu titik acuan
tertentu.
Besar energi potensial gravitasi sebanding dengan massa, percepatan gravitasi serta
ketinggian
Ep = m g h
Keterangan
m=massa(kg)
g=percepatan gravitasi(m/s2)
h=ketinggian(m)
Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya misalnya anak
panah yang lepas dari busur memiliki kecepatan dan massa tertentu maka anak panah
tersebut memiliki energi kinetik yang besarnya berbanding lurus dengan massa serta
kecepatan kuadrat. Dalam persamaan
Ek = mv2
Keterangan
Energi Mekanik
Energi mekanik adalah jumlah total dari energipotensial dengan energi kinetik atau
Em= Ep + Ek
Menurut hukum kekekalan energi mekanik bahwa jumlah energi mekanik selalu tetap
dengan syarat tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem.
Em1 =Em2
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
m g h1 + mv12 = m g h2 + mv22
Penerapan hukum kekekalan energi mekanik adalah pada kasus benda jatuh
dipermukaan bumi atau berada dalam medan gravitasi bumi. Berhubungan dengan
hukum kekekalan energi mekanik dapat disimpulkan.
1. Pada kedudukan awal, kelajuan sama dengan nol sehingga Ek=0, s atau gerak
jatuh bebas. Sedangkan energi potensial Ep mencapai nilai maksimum, sama
dengan energi mekaniknya.
2. Pada keadaan selanjutnya, energi potensial berkurang dan berubah menjadi
energi kinetik. Pada setengah perjalananya, besar energi potensial sama
dengan energi kinetik.
3. Pada saat menyentuh tanah (bidang acuan), seluruh energi potensial berubah
menjadi energi kinetik sehingga energi potensialnya Ep=0, sedangkan energi
kinetik Ek= mencapai nilai maksimum, sama dengan energi mekaniknya.
Energi potensial, energi kinetik serta energi kinetik merupakan besaran skalar sama
halnya denganusaha oleh karena dimensi serta satuannya juga sama.
Tujuan Percobaan
Alat Percobaan
Dalam percobaan ini Anda akan menentukan frekuensi pada penerapan gaya osilasi
sehingga pegas berosilasi dengan amplitude maksimum (keadaan resonansi).
Frekuensi resonansi ini akan dibandingkan dengan frekuensi alami pegas.
a. Susun alat percobaan yang telah disiapkan seperti terlihat padaGambar 17.1.
Jika memungkinkan, jepit dasar statif ke meja percobaan menggunakan klem
agar titik tumpu pegas tidak berayun.
b. Pasang bosshead pada ujung atas batang statif dan masukkan pasak pemikul
ke bosshead.
c. Pasang pegas 10 N/m pada statif dengan cara menggantungkan salah satu
ujung pegas pada pasak pemikul.
d. Pasang beban bercelah dan penggantung beban pada ujung bawah pegas
sedemikian rupa sehingga massa beban adalah 100 gram.
e. Siapkan jam henti.
Langkah Percobaan
a. Ukur jarak dari sisi bawah beban ke lantai. Nilai ini akan diberi lambang h dan
catat hasinya ke dalam Tabel 10.1
b. Bersiaplah untuk melepaskan kereta dinamika agar bergerak disepanjang rel
dan menangkapnya pada saat akan mencapai ujung rel untuk mencegah kereta
bergerak keluar rel dan jatuh ke lantai.
c. Hidupkan pewaktu ketik dan lepaskan kereta dinamika, biarkan bergerak
disepanjang rel dan tangkaplah kereta ketika hampir sampai ke ujung rel,
tetapi setelah beban meyentuh lantai.
d. Lepaskan pita dari kereta dinamika dan periksa hasil ketikannya.
Ketika system mulai bergerak, system terebut (beban dan kereta) bergerak
dengan dipercepat sampai menyentuh lantai. Setelah gaya tarik hilang, system
bergerak lurus beraturan.
e. Tandai awal gerak lurus beraturan pada pita ketik, dan potong pita sepanjang 5
ketik.
Potongan pita ini digunakan sebagai ukuran kecepatan akhir system. Dengan
menganggap pewaktu ketik bergetar dengan perioda T=1/150 (atau 0,02)
detik, arti fisisnya adalah 5 ketik ekivalen dengan 5x0,02 = 0,1 detik.
f. Ukur panjang (s) pita dalam 5 ketik dan nyatakan dalam satuan m.
g. Hitung laju akhir system menggunakan persamaan v = m/s dan catat
0,1
0,036
V1 = = = 0,36 m/s *M = 0,087 kg
0,1
0,044
V2 = = = 0,44 m/s *h = 0,52 m
0,1
0,052
V3 = = = 0,52 m/s
0,1
b) 1. m 1 = 0,050 kg
Ep = Ek
0,26 0,0088
toleransi toleransi
turun naik
10% 10%
= 0,026 = 0,00088
= 0,26 = 0,0088
0,026 0,00088
0,234 0,00968
Ep = Ek
0,52 0,018
toleransi toleransi
turun naik
10 % 10 %
=0,052 = 0,0018
= 0,52 = 0,018
0,052 0,0018
0,468 0,0198
Ep = Ek
0,78 0,032
Toleransi toleransi
Turun naik
10 % 10 %
= 0,078 = 0,0032
= 0,78 = 0,032
0,078 0,0032
0,702 0,0352
Alasan :
Karena data Ep yang kita ambil hanya Ep dari beban, sedangkan data
Ek yang kita ambil itu adalah Ek sistem, maka dari itu nilai Ep dan Ek
tidak terverifikasi.
MU 17 Resonansi pada Pegas Helik
Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat menentukan frekuensi
resonansi pegas helik.
Alat Percobaan
No. Katalog Nama Alat Jumlah
FME 51.01/01 Dasar Statif 1
FME 51.02/02 Kaki Statif 1
KST 30/500 Batang Statif, 500 mm 1
KST 30/250 Batang Statif, 250 mm 1
FME 51.26/39 Pegas Helik, 10 N/m 1
a. Beri simpangan pada pegas dengan cara menarik beban ke bawah sebesar kira
kira 3 cm dari titik kesetimbangannya.
b. Lepaskan beban dan tentukan periode alamiah T0 pegas dengan cara seperti
pada percobaan osilasi pegas yang lalu (gunakan 10 20 ayunan untuk
menentukan T0).
c. Dari hasilnya, hitung frekuensi alamiah f0 pegas.
d. Catat hasil hasilnya pada tabel 17.1.
e. Lepaskan pegas dari gantungannya pada pasak pemikul. Pegang ujung atas
dengan jari tangan.
f. Gerakan lengan keatas dan kebawah perlahan lahan dengan simpangan kira
kira 2 5 cm.
g. Dengan amplitudo kira kira tetap, perbesar frekuensi gaya keatas dan kebawah
yang digunakan sampai pegas berosilasi dengan amplitudo sebesar besarnya
(maximum). inilah keadaan resonansi pegas.
h. Tentukan periode Tr dan frekuensi fr pada keadaan resonansi ini dengan cara
sama seperti pada percobaan yang lalu. Catat hasil hasilnya didalam tabel
17.1.
i. Tambahkan beban pada penggantung sedemikian rupa sehingga masuk beban
menjadi 200 gram. Ulangi langkah percobaan a h dan catat hasil hasilnya
didalam tabel 17.1.
Hasil Pengamatan
Rumus : T = f=
Diketahui : n1 = 17 Ditanya : To :
n2 = 12 Tr :
nr1 = 20 fo :
nr2 = 17 fr :
Jawaban :
10 10
To = 1 = 17 = 0,588 sekon To = 2 = 12 = 0,833 sekon
10 10
Tr = 1 = 20 = 0,5 sekon Tr = 2 = 17 = 0,588 sekon
1 17 2 12
fo = = 10 = 1,7 Hz fo = = 10 = 1,2 Hz
1 20 2 17
fr = = 10 = 2 Hz fr = = 10 = 1,7 Hz
Kesimpulan
a) Besar frekuensi resonansi dengan frekuensi alamiah pegas (fo) adalah
hampir sama.
b) massa beban 100 gram massa beban 200 gram
x 100 % x 100 %
+0 +0
2 1,7
= x 100 % = 2,9 x 100 %
3,7
= 54,054 % = 58,620 %
0 0
x 100 % x 100 %
+0 +0
1,7 1,2
= 3,7 x 100 % = 2,9 x 100 %
= 45,945 % = 41,379 %
Dasar Teori
Pada tahun 1676, Robert Hooke mengusulkan sutu hokum fisika yang menyangkut
pertambahan panjang sebuah benda elastic yang dikenai oleh suatu gaya. Menurut
Hooke, pertambahan panjang berbanding lurus dengan yang diberikan pada benda.
Secara matematis, hokum Hooke ini dapat dituliskan sebagai
F= -k . x
Dengan
F = gaya yang dikerjakan (N)
x = pertambahan panjang (m)
k = konstanta gaya (N/m)
(Bob Foster, 2004:122-123)
Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis. elastis atau elastsisitas adalah
kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang
diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah
benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang
dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang. Perlu kita
ketahui bahwa gaya yang diberikan juga memiliki batas-batas tertentu. Sebuah karet
bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar, melawati batas elastisitasnya.
Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan
dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas
elastisitas. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak
diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada
dalam posisi setimbang (lihat gambar a). Untuk semakin memudahkan pemahaman
dirimu,sebaiknya dilakukan juga percobaan.
Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas akan
memberikan gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda
kembali ke posisi setimbangnya (gambar b).
Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya pemulih
untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi
setimbang (gambar c).
Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang
direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0).
Secara matematis ditulis :
Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan hukum hooke.
Hukum ini dicetuskan oleh paman Robert Hooke (1635-1703). k adalah konstanta
dan x adalah simpangan. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F
mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke
kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan arah dengan
simpangan x). Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan
gaya F bekerja ke kanan.
Jadi gaya F selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah
konstanta pegas. Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin
besar konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang
diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis
sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan
untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita akan
memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada
benda.
Getaran adalah gerak bolak-balik secara periodik yang selalu melalui titik
keseimbangan.Satu getaran adalah gerakan dari titik mula-mula dan kembali ke titik
tersebut. Periode (waktu getar) adalah waktu yang digunakan untuk mencapai satu
getaran penuh, dilambangkan T (sekon atau detik).Frekuensi adalah banyaknya
getaran tiap detik, dilambangkan f (Hertz). Amplitudo adalah simpangan maksimum
dari suatu getaran, dilambangkan A (meter).Simpangan adalah jarak besarnya
perpindahan dari titik keseimbangan ke suatu posisi, dilambangkan Y (meter). Sudut
fase getaran adalah sudut tempuh getaran dalam waktu tertentu, dilambangkan
(radian). Fase getaran adalah perbandingan antara lamanya getaran dengan periode,
dilambangkan.
Sebuah pegas yang digantung vertikal ke bawah ujungnya diberi beban m ditarik
dengan gaya F sehingga pegas bertambah panjang sebesar x, kemudian gaya dilepas,
maka beban bersama ujung pegas akan mengalami gerak harmonik dengan periode :
T = periode (s)
f = frekuensi pegas (Hz)
m = massa beban (kg)
= 22/7 atau 3,14
k = konstanta pegas (N/m)
Nilai k dapat dicari dengan rumus hukum Hooke yaitu :
F=ky
Pada pegas :
F = m a = m2 y = m y
Tujuan Percobaan
Alat Percobaan
Bila sebuah benda diregangkan oleh gaya, panjang benda bertambah. Bila benda
masih berada dalam keadaan elastis (batas elastisitasnya belum dilampaui),
pertambahan panjang x, menurut Hooke, sebanding dengan besar gaya F yang
meregangkan benda. Asas ini berlaku juga bagi pegas heliks. Selama batas elastisitas
pegas tidak terlampaui. Asas ini dirumuskan dalam bentuk persamaan, yaitu :
F = -k.x
Pada persamaan ini k disebut tetapan pegas yang diselidiki. Bila dibuat grafik antara
F dan , dan persamaan di atas benar,grafik tersebut akan berbentuk lurus.
Langkah Percobaan
Catatan : Dalam percobaan ini digunakan W = m.g. W adalah berat beban (N), m
massa (kg/, dan g adalah percepatan gravitasi (g = 10 m/detik2)
a. Gantung 1 (satu) beban (Wo = 0,5 N) ke ujung bwah pegas. Nilai ini adalah
berat beban awal Fo untuk pegas.
b. Ukur panjang awal pegas lo. Agar tidak membingungkan, ukur panjang pegas
dari suatu titik tetap teratas (misalnya tepi bawah pasak pemikul) ke suatu titik
tetap terbawah (misalnya ujung bawah pegas).
c. Catat Wo dan lo pada bagian Hasil Pengamatan.
d. Tambah 1 baban pada beban awal dan ukur panjang pegas l seperti langkah
percobaan b. Catat berat total beban W dan l pada Tabel 18.1.
e. Ulangi langkah percobaan e setiap kali dengan penambahan 1 beban dan
lengkapi Tabel 18.1.
Hasil Pengamatan
a) Hasil penguluran
l0 = 0,07 m
F0 = w0 = 0,5 N
b) Grafik pertambahan panjang pegas dengan perubahan besar
c) Dari grafik hitunglah kemiringan garis yang didapatkan . Besar
5
tetapan pegas k adalah = 0,23 = 21,7
d) Sumber penyebab kesalahan pada hasil percobaan
Kurang teliti dalam memasukkan data
Pegas tidak dalam keadaan diam
Kesalahan pada perhitingan pertambahan panjang
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan di atas aadlah sesuai dengan bunyi hukum Hook
yakni gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka perubahan
panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya. Sehingga dapat
dituliskan dengan persamaan F = - k..