Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA DASAR II

PIPA ORGANA

Tanggal Praktikum : 4 April 2016


Waktu Praktikum : 13.30-15.00 WIB
Tanggal Pengumpulan : 7 April 2016

Nama : Fina Nahdiyya


NIM : 11150163000040
Kelompok/Kloter : 6 (enam)/ 1 (satu)
Nama Anggota :
My Gempita Fitriyani (1115016300009)
Kelas : Pendidikan Fisika 2A

LABORATORIUM OPTIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
Pipa Organa
A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan frekuensi resonansi untuk berbagai panjang pipa
2. Memahami hubungan antara frekuesni resonansi dan panjang pipa
3. Mampu menentukan pola deret harmonik frekuensi resonansi pipa tertutup
dan pipa terbuka.
B. Dasar Teori
Pipa organa adalah alat yang menggunakan kolom udara sebagai sumber
bunyi. Pipa organa terbuka merupakan sebuah kolom udara atau tabung yang
kedua ujung penampangnya terbuka. Kedua ujungnya berfungsi sebagai perut
gelombang karena bebas bergerak dan ditengahya ada simpul. Kolom udara
dapat beresonansi, artinya dapat bergetar. Kenyataan ini digunakan pada alat
musik yang dinamakan Organa,  baik organa dengan pipa tertutup maupun pipa
terbuka. 
Panjang kolom udara (pipa) sama dengan ½ (jarak antara perut
berdekatan). Pipa organa tertutup merupakan sebuah kolom udara atau tabung
yang salah satu ujung penampangnya tertutup ( menjadi simpul karena tidak
bebas bergerak ) dan ujung lainnya terbuka ( menjadi perut ). sehingga
gelombang longitudinal stasioner yang terjadi pada bagian ujung tertutup
merupakan simpul dan pada bagian ujung terbuka terjadi perut.
Nada adalah bunyi yang memiliki frekuensi getaran yang teratur. Ada
tujuh nada dalam satu tangga nada dan masing-masing nada memiliki
frekuensinya sendiri-sendiri. Nada Do memiliki frekuensi sekitar 264 Hz, nada
Re memiliki frekuensi sekitar 297 Hz, nada Mi memilik frekuensi sekitar 330
Hz, Nada Fa memiliki frekuensi sekitar 352 Hz, nada Sol memiliki frekuensi
sekitar 396 Hz, nada La memiliki frekuensi sekitar 440 Hz, dan nada Si
memiliki frekuensi sekitar 495 Hz, sementara nada Do tinggi memiliki
frekuensi sekitar 528 Hz. Dengan demikian, tinggi atau rendahnya nada
bergantung pada besar kecilnya frekuensi yang dihasilkan. Semakin besar
frekuensinya, semakin tinggi nadanya. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil
frekuensinya semkain rendah nadanya.
C. Alat dan Bahan
NO Gambar Nama Alat
1 Alat pipa resonansi

2 Pembangkit frekuensi
audio

3 SLM

D. Prosedur percobaan
1. Bagian 1 frekuensi resonansi
NO Gambar Langkah kerja
1 Rangkailah semua
alat yang diperlukan
seperti pada gambar
disamping
2 Tempatkan piston
pada jarak 20 cm dari
ujung pipa

3 Atur pembangkit
frekuensi audio
4 Atur juga audio
gelombang dengan
memutar tombol level

5 Naikkan besar
frekuensi secara
perlahan

6 Ubah panjang pipa


sesuai praktikum
yang diinginkan

2. Bagian 2 Pipa Tertutup


1 Atur posisi piston
sehingga panjang
pipa resonansi 30 cm

2 Atur pembangkit
frekuensi

3 Naikkan frekunsi
secra perlahan

4 Catat hasil yang di


tunjukkan pada
frekuensi SLM
5 Naikkan lagi besar
frekuensi

6 Ulangi langkah 4
sampai di dapat 5
data praktikum

3. Bagian 3 Pipa Terbuka


1 Buka tutup pada psiton

2 Naikkan besar
frekuensi secara
perlahan

3 Naikkan nilai
frekuensi

4 Naikka lagi besr


frekuensi

E. Data Percobaan
Tabel 1
Frekuensi resonansi dasar (f0) pada panjang pipa berbeda
NO Panjang Pipa Frekuensi V F0
Resonansi
1 0.2 m 1250 Hz 500 m/s 850 Hz
2 0.3 m 1250 Hz 750 m/s 566.7 Hz
3 0.4 m 1000 Hz 800 m/s 425 Hz
4 0.5 m 1000 Hz 1000 m/s 340 Hz
5 0.7 m 500 Hz 700 m/s 578 Hz
Tabel 2
Frekuensi resonansi dasar (f0) dan frekuensi nada atas f1, f2, f3, ........
NO Frekuensi Frekuensi Fn/f0 V ft Ftn/ft0
Resonans
i (Hz)
1 f0 500 Hz 1 Hz 300 566.7 Hz 1 Hz
2 f1 1500 Hz 3 Hz 450 1133.3 Hz 2 Hz
3 f2 1750 Hz 3.5 Hz 350 1700 Hz 3 Hz
4 f3 2500 Hz 5 Hz 262. 2266.7 Hz 4.7 Hz
5
5 f4 3000 Hz 6 Hz 300 2833.3 Hz 5 Hz
6 f5 3500 Hz 7 Hz 350 3400 Hz 6 Hz
Tabel 3
Frekuensi Resonansi dasar dan frekuensi nada atas
NO Frekuensi Frekuensi Fn/f0 V ft Ftn/ft0
Resonans
i (Hz)
1 f0 500 Hz 1 Hz 600 283 Hz 1 Hz
2 f1 750 Hz 1.5 Hz 300 850 Hz 3 Hz
3 f2 1250 Hz 2.5 Hz 300 1416 Hz 5 Hz
4 f3 1500 hz 3 Hz 257 1983 Hz 7 Hz
5 f4 3500 Hz 7 Hz 466 2550 Hz 9 Hz
6 f5 5000 Hz 10 Hz 545 3116 Hz 11 Hz

F. Pengolahan Data
1. Tabel 1 (frekuensi resonansi dasar pada panjang pipa berbeda)
a. Mencari V (kecepatan bunyi diudara)
V V V
1. f0= 2. f0= 3. f0 =
2l 2l 2l
V= f0 x 2l V= f0 x 2l V= f0 x 2l
= 1250 (2 x 0.2) = 1250 (2 x 0.3) = 1250 (2 x 0.4)
= 1250 x 0.4 = 1250 x 0.6 = 1250 x 0.8
= 500 m/s = 750 m/s = 800 m/s

V V
4. f0= 5. f0=
2l 2l
V= f0 x 2l V= f0 x 2l
= 1250 (2 x 0.5) = 1250 (2 x 0.7)
= 1250 x 1.0 = 1250 x 0.14
= 1000 m/s = 700 m/s

b. Mencari f0
diketahui V= 340 m/s
V V V
1. f0= 2. f0= 3. f0=
2l 2l 2l
340 340 340
= = =
2 x 0.2 2 x 0.3 2 x 0.4
= 850 Hz = 566.67 Hz = 425 Hz

V V
4. f0= 5. f0=
2l 2l
340 340
= =
2 x 0.5 2 x 0.7
= 340 Hz = 578 Hz

2. Tabel 2
Frekunsi resonansi dasar dan frekuensi nada atas pada pipa terbuka
fn
a. Mencari
f0
fn fn fn
1. F0 = 2. F0 = 3. F0 =
f0 f0 f0
500 1500 1750
= = =
500 500 500
= 1 Hz = 3 Hz = 3.5 Hz
fn fn fn
4. F0 = 5. F0 = 6. F0 =
f0 f0 f0
2500 3000 3500
= = =
500 500 500
= 5 Hz = 6 Hz = 7 Hz

b. Mencari V (kecepatan bunyi di udara)


( n+1 ) V ( n+1 ) V ( n+1 ) V
1. Fn = 2. Fn = 3. Fn =
2l 2l 2l
( 0+1 ) V ( 1+1 ) V ( 2+ 1 ) V
F0 = F1 = F2 =
2l 2l 2l
V 2V V
F0 = F1 = F2 = 3
2l 2l 2l
V = f0 x 2l V = f1 x l 3V = f2 x 2l
= 500 x (2 x 0.3) = 1500 x (0.3) 3V= 1750 x (2 x 0.3)
= 300 m/s = 450 m/s 3V= 1750 x 0.6
V = 350 m/s
( n+1 ) V ( n+1 ) V ( n+1 ) V
4. Fn = 5. Fn = 6. Fn =
2l 2l 2l
( 3+1 ) V ( 4+ 1 ) V ( 5+1 ) V
F3 = F4 = F5 =
2l 2l 2l
4V 5V 6V
F3 = F4 = F5 =
2l 2l 2l
2V = f3 x l 5V = f4 x 2l 3V = f5 x l
2v= 1750 x (0.3) 5V= 2500 x (0.6) 3V= 500 x (0.6)
= 262.5 m/s = 300 m/s = 350 m/s

3. Tabel 2
Frekunsi resonansi dasar dan frekuensi nada atas pada pipa tertutup
fn
a. Mencari
f0
fn fn fn
1. F0 = 2. F0 = 3. F0 =
f0 f0 f0
500 750 1250
= = =
500 500 500
= 1 Hz = 1.5 Hz = 2.5 Hz
fn fn fn
4. F0 = 5. F0 = 6. F0 =
f0 f0 f0
1500 3500 5000
= = =
500 500 500
= 3 Hz = 7 Hz = 10 Hz

c. Mencari V (kecepatan bunyi di udara)


1. Fn = 2. Fn = ( 2n+ 1 ) V
3. Fn =
4l
( 2n+ 1 ) V ( 2n+ 1 ) V
( 2+ 1 ) V
4l 4l F2 =
4l
( 2.0+1 ) V ( 2.1+ 1 ) V
F0 = F1 = 5V
2l 4l F2 =
4l
V 3V
F0 = F1 = 5V = f2 x 4l
4l 2l
5V= 1250 x (4 x 0.3)
V = f0 x 4l 3V = f1 x 4l
5V= 1250 x 1.2
= 500 x (4 x 0.3) 3V= 750 x (4 x 0.3)
V = 300 m/s
= 600 m/s = 300 m/s

( 2n+ 1 ) V ( 2n+ 1 ) V ( 2n+ 1 ) V


4. Fn = 5. Fn = 6. Fn =
4l 4l 4l
( 2.3+1 ) V ( 2.4+1 ) V ( 2.5+1 ) V
F3 = F4 = F5 =
4l 4l 4l
7V 9V 11V
F3 = F4 = F5 =
4l 4l 4l
7V = f3 x 4l 9V = f4 x 4l 11V = f5 x 4l
= 1500 x (1.2) 9V= 3500 x (1.2) 11V= 5000 x
= 257.1 m/s = 466.7 m/s (1.2)
= 545.5 m/s

G. Tugas Pasca Praktikum


1. Apa yang dapat anda simpulkan tentang hubungn panjang piap dan
frekuensi resonansi? Jelaskan jawaban anda!
2. Berdasarkan data pada tabel 2, deret apakah yang dibentuk oleh
perbandingan antara frekuensi atas dan frekuensi dasar pipa? Sesuaikan
deret tersebut dengan deret harmonik untuk pipa tertutup? Jelaskan
jawabanmu!
3. Bersadarakan data pada tabel 3, deret apakah yang dibentuk oleh
perbandingan antara frekuensi atas dan frekuensi dasar piapa? Sesuaikan
deret tersebut dengan deret harmonik untuk pipa tertutup? Jelaskan
jawabanmu!
4. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kesesuaian atau ketidaksesuaian
antara teori dengan hasil data praktikum!
Jawaban!
1. Hubungan panjang pipa dan frekuensi resonansi sangat mempengaruhi satu
sama lain, semakin panjang pipa maka frekuensi resonansinya semakin kecil
dan begitu juga sebaliknya.
2. Deret yang dibentuk oleh perbandingan antara frekuensi atas dan frekuensi
dasar pada pipa terbuka deret bilangan bulat atau merupakan resonansi
harmonik baik ganjil maupun genap (n= 1, 2, 3, 4, .....). data percobaan yang
dihasilkan pada praktikum ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini
disebabkan karena adanya Human Error.
3. Deret yang dibentuk oleh perbandingan antara frekuensi atas dan frekuensi
dasar pada pipa tertutup deret bilangan ganjil (n=1, 3, 5, 7, .....). dari data
percobaan yang dihasilkan pada praktikum ini tidak sesuai dengan teori
yang ada yaitu (n= 1, 1.5, 2.5, 3, 7, 10) hal ini disebabkan karena adanya
kesalahan dalam praktikum.
4. Faktor-faktor yang menyababkan kesesuaiana atau ketidaksesuaian dari
hasil praktikum dengan teori bisa saja diakrenakan kesalahan praktikan pada
saat proses praktikum berlangsung. Pengukuran pistn yang tidak sesuai,
melihat keadaan stabil jarum pada SLM yang kurang teliti.
H. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini yaitu percobaan pipa organa yang mana
menggunakan 3 macam percobaan, yaitu percobaan frekuensi resonansi, pada
pipa tertutup dan pipa terbuka. Melalui percobaan ini dapat diketahui deret dari
masing-masing pipa yaitu pipa terbuka dan pipa tertutup.
Menurut teori deret pada pipa terbuka yaitu adalah bilangan asli (n= 1, 2,
3, 4, 5, ....). pada percobaan yang dihasilkan ketika praktikum deret yang
dihasilkan tidak sesuai dengan teori. Begitupun dengan percobaan pipa
tertutup. Meenurut teori, deret pipa tertutup adalah bilangan ganjil. Data
percobaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan teori yang ada.
Pada saat percobaan pipa tertutup frekunsinya lebih besar daripada pipa
terbuka, tetapi cepat rambatnya lebih kecil. Hal tersebut terjadi karena selalu
ada simpangan simpul tertutup di ujung tertutup (karena udara tidak bebas
untuk bergerak) dan simpul terbuka diujung terbuka (dimana udara dapat
bergerak bebas).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketika praktikum adalah human
error. Kurang telitinya praktikan pada saat melihat jarum SLM dan memutar
level pada pembangkit frekuensi audio. Alat praktikum yang terbatas juga
dapat mempengaruhi hasil pada saat percobaan.
I. Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin besar atau panjang pipa maka semakin kecil frekuensi yang
dihasilkan.
2. Frekuensi berbanding lurus dengan tangga nada. Semakin besar frekuensi
maka semakin besar pula tangga nada tersebut.
3. Bunyi adalah gelombang longitudinal yang dapat merambat melalui
berbagai medium.
J. Komentar
Adapun komentar setelah mengikuti praktikum ini adalah:
1. Untuk praktikan agar lebih memahami materi yang akan di ujikan pada saat
praktikum
2. Pada saat praktikum terganggu oleh praktikan yang lain karena tempat yang
kurang memadai
K. Daftar Pustaka
Halliday, David. 1978. Fisika Jilid 1 Edisi Tiga. Erlangga: Jakarta
Ishaq, Muhammad. 2006. Fisika Dasar. Graha Ilmu: Yogyakarta
Serway, Raymond A dan John W. Jewt. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik
Edisi 6 Buku 7. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai