Anda di halaman 1dari 14

PENUGASAN HARI 2

PEMBELAJARAN DISTANCE LEARNING


AGENDA III KEDUDUKAN DAN PERAN PNS

Agenda : Kedudukan dan Peran PNS


Sifat tugas : INDIVIDU
Tanggal : 20-08-2021
Upload tanggal : 23-08-2021 pukul 23.59 WIB

DESKRIPSI TUGAS UNTUK ASYNCHRONOUS

IDENTIFIKASI, DESKRIPSI DAN GAGASAN PEMECAHAN MASALAH


KEDUDUKAN DAN PERAN PNS

− Diskripsikan Profil dan Uraian Tugas Jabatan Anda


− Lakukan Identifikasi beberapa isu aktual yang terjadi di Instansi Anda terkait Mata
pelatihan Agenda III (Manajemen ASN, WoG dan Pelayanan Publik)
− Deskripsikanlah isu-isu tersebut dengan menghadirkan data dan fakta yang relevan
serta menjelaskan dampak jika isu-isu tersebut tidak diselesaikan.
− Tetapkan 1 (satu) isu prioritas yang menurut Anda paling mendesak untuk segera
diselesaikan.
− Cari penyebab isu prioritas tersebut.
− Jelaskan dampak yang akan terjadi jika isu tersebut tidak segera diselesaikan dan
parapihak yang terkena dampak tersebut.
− Temukan alternatif gagasan pemecahan isu, dan pilih gagasan terpilih. Buat
rancangan tahapan pelaksanaannya.
− Gunakan teknik analisis Isu yang Anda kuasai
− Hasil identifikasi & deskripsi tersebut dibuat dalam bentuk tulisan, ukuran kertas
A4, huruf Calibri ukuran 12, spasi 1,5
− Bentuk file: pdf
− Waktu pembuatan: 20 Agustus 2021.
− Waktu pengumpulan: 23 Agustus 2021 pukul 23.59 WIB
Contoh

IDENTIFIKASI, DESKRIPSI ISU DAN GAGASAN PEMECAHAN MASALAH


AGENDA III KEDUDUKAN DAN PERAN PNS

A. Profil dan Uraian Tugas Jabatan

Peserta mempunyai jabatan sebagai Analis Produk Hukum yang bekerja di bawah
Kepala Sub Bagian Fasilitasi Fungsi Pengawasan dan Anggaran Sekretariat DPRD Kabupaten
Trenggalek berdasarkan Surat Keputusan Bupati Trenggalek Nomor :
813.3/127/406.027/2020 tanggal 15 Desember 2020 tentang Pengangkatan Calon Pegawai
Negeri Sipil yang memiliki tugas jabatan dan SKP (Sasaran Kinerja Pegawai). Uraian tugas
jabatan dalam SKP sebagai berikut:

a. Menganalisis laporan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan, mengumpulkan


(inventarisasi) produk hukum daerah yang digunakan sebagai bahan pelaksanaan
fasilitasi fungsi pengawasan DPRD, serta fasilitasi kegiatan rapat paripurna DPRD;

b. Menganalisis data kebijakan anggaran serta penyusunan laporan kinerja DPRD.

B. Deskripsi Isu

Dalam melaksanakan tugas sebagai analis produk hukum di Sub Bagian Fasilitasi
Fungsi Pengawasan dan Anggaran Sekretariat DPRD Kabupaten Trenggalek ditemukan
beberapa isu permasalahan sebagai berikut:

1. Kurang terlaksananya pelaksanaan kegiatan fasilitasi fungsi pengawasan DPRD


melalui kunjungan langsung dalam daerah.

Saat ini kegiatan fasilitasi fungsi pengawasan DPRD melalui kunjungan langsung
dalam daerah kurang terlaksana karena padatnya agenda kegiatan anggota DPRD.
Mayoritas kegiatan fasilitasi fungsi pengawasan DPRD dilakukan melalui agenda
kegiatan rapat kerja dan hearing.

2. Pungumpulan data kegiatan-kegiatan alat kelengkapan DPRD tidak sesuai jadwal.


Terjadi keterlambatan dalam pengumpulan data kegiatan-kegiatan alat
kelengkapan DPRD karena pendamping alat kelengkapan DPRD tidak menyerahkan
secara langsung setiap akhir bulan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja.

3. Belum adanya sistem inventarisasi produk hukum daerah.

Kegiatan pengawasan yang dilakukan melalui rapat kerja seringkali merujuk produk
hukum daerah yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan. Dalam melaksanakan
fasilitasi, pendamping tidak dapat menunjukan secara cepat, dan memerlukan
waktu yang lama untuk menyiapkan produk hukum daerah yang digunakan sebagai
bahan dasar pelaksanaan pengawasan DPRD. Hal tersebut terjadi karena belum
adanya inventarisasi produk hukum daerah secara terpusat.

4. Sarana dan prasarana di ruang Rapat Paripurna belum memadai untuk


mendukung kelancaran fasilitasi kegiatan Rapat Paripurna

Pada masa pandemi pelaksanaan rapat paripurna dilaksanakan secara virtual


dengan menggunakan media zoom meeting. Namun dalam melakukan fasilitasi
kegiatan rapat paripurna tersebut, sarana dan prasarana yang ada kurang memadai
sehingga pelaksanaan rapat paripurna seringkali terganggu, seperti belum adanya
kamera penyorot yang ditampilkan pada zoom, akses internet kurang lancar, serta
keterbatasan waktu penggunaan zoom.

5. Informasi website Sekretariat DPRD tidak up-to-date

Sekretariat DPRD memiliki website yang dapat diakses pada


https://setdprd.trenggalekkab.go.id namun tidak ada pembaharuan informasi
secara berkala pada website tersebut, sehingga masyarakat tidak mendapatkan
informasi yang terbaru mengenai kegiatan-kegiatan anggota DPRD.

C. Identifikasi Isu dan Penetapan Isu Utama

Berdasarkan proses menjalani tugas pekerjaan di Sekretariat DPRD Kabupaten


Trenggalek, ditemukan beberapa isu yang merupakan isu saat ini, isu berkembang, dan isu
potensial, sebagai berikut:
1. Kurang terlaksananya pelaksanaan kegiatan fasilitasi fungsi pengawasan DPRD
melalui kunjungan langsung dalam daerah.
2. Pungumpulan data kegiatan-kegiatan alat kelengkapan DPRD tidak sesuai jadwal.
3. Belum adanya sistem inventarisasi produk hukum daerah.
4. Sarana dan prasarana di ruang Rapat Paripurna belum memadai untuk mendukung
kelancaran fasilitasi kegiatan Rapat Paripurna
5. Informasi website Sekretariat DPRD tidak up-to-date

Selanjutnya, lima isu tersebut dapat diidentifikasi dengan menelaah sumber isu,
kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan melalui tabel sebagai berikut:

Tabel Identifikasi Isu

Kondisi yang
No Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini
diharapkan
1 Kurang Pengamatan Kegiatan Fasilitasi Kegiatan fasilitasi
terlaksananya secara langsung kurang terlaksana fungsi
pelaksanaan ketika bertugas karena padatnya pengawasan
kegiatan sebagai kegiatan anggota secara langsung
pendamping DPRD. melalui
fasilitasi fungsi
kunjungan kerja
pengawasan
dalam daerah
DPRD melalui terlaksana
kunjungan
langsung dalam
daerah
2 Pungumpulan Pengamatan Pendamping tidak Pendamping
data kegiatan- langsung selama menyerahkan data menyerahkan
kegiatan alat bertugas kegiatan-kegiatan data kegiatan alat
kelengkapan sebagai Analis alat kelengkapan kelengkapan
DPRD tidak Produk Hukum DPRD secara DPRD tepat
sesuai jadwal. langsung setiap akhir waktu setiap
bulan. akhir bulan.

3 Belum adanya Pengamatan a) Pengumpulan a) Adanya


sistem langsung selama Produk Hukum pengelola
inventarisasi bertugas Daerah masih produk
produk hukum sebagai analis dikumpulkan per hukum
daerah produk hukum bagian. terpusat,
b) Belum adanya selain per
sistem database bagian sesuai
berbasis digital kepentingan.
berupa kumpulan b) Adanya media
Kondisi yang
No Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini
diharapkan
produk Hukum digital berupa
Daerah, sehingga aplikasi
ketika dibutuhkan kumpulan
dalam waktu produk
cepat ditemukan hukum
daerah.
4 Sarana dan Pengamatan Tidak adanya kamera Adanya kamera
prasarana di secara langsung penyorot yang penyorot yang
ruang Rapat selama bertugas ditampilkan pada ditampilkan pada
Paripurna sebagai Analis zoom meeting Rapat saat zoom
belum memadai Produk Hukum Paripurna, akses meeting Rapat
untuk internet kurang Paripurna, akses
lancar, keterbatasan internet lancar,
mendukung
waktu penggunaan zoom berjalan
kelancaran zoom hingga rapat
fasilitasi paripurna selesai.
kegiatan Rapat
Paripurna
5 Informasi Pengamatan Website Sekretariat Pembaruan data
website secara langsung DPRD Kabupaten informasi yang
Sekretariat dengan melihat Trenggalek dengan disajikan pada
DPRD tidak up- website alamat website
https://setdprd.treng Sekretariat DPRD
to-date
galekkab.go.id tidak sebaiknya
ada pembaharuan dilakukan secara
informasi secara berkala, minimal
berkala. Terakhir di 1 bulan atau
update pada tahun sesuai kegiatan
2019. DPRD.

Setelah mengindentifikasi isu-isu tersebut, selanjutnya diperlukan proses analisis


lanjutan pada isu-isu. Analisis lanjutan dilakukan untuk menetapkan kriteria isu dan kualitas
isu, sehingga mendapatkan kualitas isu yang paling tepat untuk dijadikan bahasan dalam
rancangan aktualisasi.

Ada dua alat bantu yang digunakan dalam penapisan prioritas isu, yaitu teknik
tapisan AKPL dan USG. Masing-masing teknik ini digunakan secara bertahap, diawali
dengan skoring AKPL dan dilanjutkan USG.

Teknik tapisan AKPL, singkatan dari Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan


keLayakan dipakai sebagai alat untuk menilai dan menetapkan isu utama. Metode ini
adalah termasuk metode skoring, dan menggunakan rentang penilaian 1-5 untuk masing-
masing parameter. Pengertian parameter AKPL, sebagai berikut:

− Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
dalam masyarakat.
− Kekhalayakan artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
− Problematik artinya isu yang memiliki masalah yang kompleks sehingga perlu
segera dicarikan solusinya secara komperehensif,
− Layak artinya isu tersebut masuk akal dan realistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Melalui teknik AKPL ini diperoleh penilaian isu sebagai berikut:

Tabel Menetapkan Isu dengan Kriteria AKPL

No Isu A K P L Total Ranking


Nilai
1 Kurang terlaksananya
pelaksanaan kegiatan fasilitasi
4 3 4 3 14 III
fungsi pengawasan DPRD melalui
kunjungan langsung dalam daerah
2 Pungumpulan data kegiatan-
kegiatan alat kelengkapan DPRD 5 4 4 4 17 II
tidak sesuai jadwal.
3 Belum adanya sistem inventarisasi
5 4 4 5 18 I
produk hukum daerah
4 Sarana dan prasarana di ruang
Rapat Paripurna belum memadai 3 2 3 3 11 IV
untuk mendukung kelancaran
fasilitasi kegiatan Rapat Paripurna
5 Belum optimalnya website
Sekretariat DPRD sebagai media 3 2 2 3 10 V
informasi instansi
Keterangan: Skala Likert (1-5)

Kriteria penetapan AKPL:

Aktual
1 : pernah benar-benar terjadi;
2 : benar-benar sering terjadi
3 : benar-benar terjadi dan bukan menjadi pembicaraan
4 : benar-benar terjadi terkadang menjadi bahan pembicaran
5 : benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
Khalayak
1 : tidak menyangkut hajat hidup orang banyak
2 : sedikit menyangkut hajat hidup orang banyak
3 : cukup menyangkut hajat hidup orang banyak
4 : menyangkut hajat hidup orang banyak
5 : sangat menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik
1 : masalah sederhana
2 : masalah kurang kompleks
3 : masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera dicarikan solusi
4 : masalah kompleks
5 : masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya
Kelayakan
1 : masuk akal.
2 : realistis.
3 : cukup masuk akal dan realistis.
4 : masuk akal dan realistis.
5 : masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya.

Berdasarkan hasil penilaian isu pada tabel AKPL tersebut, maka dapat ditetapkan
isu utama, yaitu isu nomor 1, 2, dan 3. Selanjutnya tiga isu tersebut dicari isu prioritas
dengan menggunakan teknik tapisan USG, yaitu tapisan teknik skoring menggunakan
parameter Urgency, Seriousness, dan Growth, Urgency. Batasan parameter USG,
sebagai berikut:

− Urgency berarti menunjukkan seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,


dianalisis dan ditindaklanjuti.

− Seriousness mencerminkan seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan


dengan akibat yang akan ditimbulkan.
− Growth menggambarkan seberapa besar kemungkinan memburuknya isu
tersebut jika tidak ditangani segera.

Berikut ini hasil penilaian ketiga isu tersebut dengan menggunakan kriteria
USG:
Tabel Penetapan Isu Utama dengan Kriteria USG

Parameter Total
No Isu Ranking
U S G Nilai
1 Kurang terlaksananya pelaksanaan
kegiatan fasilitasi fungsi pengawasan
3 4 4 11 II
DPRD melalui kunjungan langsung
dalam daerah
2 Pungumpulan data kegiatan-kegiatan
alat kelengkapan DPRD tidak sesuai 4 3 3 10 III
jadwal
3 Belum adanya sistem inventarisasi
4 4 4 12 I
produk hukum daerah

Keterangan: Skala Likert (1-5)

Kriteria penetapan USG:


Urgency:
1 : Tidak penting
2 : Kurang penting
3 : Cukup penting
4 : Penting
5 : Sangat penting
Seriousness:
1 : Akibat yang ditimbulkan tidak serius
2 : Akibat yang ditimbulkan kurang serius
3 : Akibat yang ditimbulkan cukup serius
4 : Akibat yang ditimbulkan serius
5 : Akibat yang ditimbulkan sangat serius
Growth:
1 : Tidak berkembang
2 : Kurang berkembang
3 : Cukup berkembang
4 : Berkembang
5 : Sangat berkembang

Berdasarkan analisis isu menggunakan teknik USG sebagaimana tersebut di atas


dapat disimpulkan bahwa isu nomor 3, yaitu: Belum adanya sistem inventarisasi produk
hukum daerah mendapatkan total nilai tertinggi, sehingga menjadi prioritas utama yang
akan dicarikan solusinya.
Isu tersebut memiliki keterkaitan dengan agenda III yaitu Pelayanan Publik yang mencakup
konsep dan prinsip pelayanan publik, pola pikir PNS sebagai pelayan publik, praktik etiket
pelayanan publik, termasuk di dalamnya terkait menangani keluhan pelanggan. Dalam isu
yang di angkat, penulis merupakan pelayan publik yang bertugas sebagai Analis Produk
Hukum pada Sub Bagian Fasilitasi Fungsi Pengawasan dan Anggaran Sekretariat DPRD
Kabupaten Trenggalek yang salah satu tugas dan tanggung jawabnya adalah melayani
penyajian produk hukum daerah kepada anggota DPRD Kabupaten Trenggalek yang
digunakan sebagai bahan pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD yang merupakan wakil
rakyat dan mengemban amanah masyarakat Kabupaten Trenggalek.

D. Penetapan Penyebab Isu dan Dampak

Berdasarkan analisis isu dengan kriteria USG yang menjadi prioritas isu adalah Belum
adanya sistem inventarisasi produk hukum daerah. Isu tersebut menjadi perhatian untuk
dicarikan solusinya. Namun sebelum pada penetaan pemecahan masalah terpilih, maka
dilakukan penggalian penyebab isu.

Penggali penyebab isu dalam proses ini menggunakan alat analisis penyebab isu,
yaitu pohon masalah (problem tree) untuk menganalisis hubungan sebab akibat. Analisis
pohon masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang lebih terstruktur mengenai
komponen sebab akibat yang berkaitan dengan masalah diprioritaskan.

Belum adanya sistem inventarisasi produk hukum daerah adalah kondisi yang kurang
ideal untuk melakukan proses pengumpulan dan pencarian dokumen produk hukum
daerah itu sendiri. Oleh karena itu harus dicarikan jalan keluarnya dengan mencari faktor
penyebab masalah tersebut.

Berdasarkan pengamatan di lapangan selama bertugas, penyebab Belum adanya


sistem inventarisasi produk hukum daerah di Sub Bagian Fasilitasi Fungsi Pengawasan dan
Anggaran Sekretariat DPRD Kabupaten Trenggalek antara lain:
1. Pengelolaan produk hukum daerah masih terpisah-pisah, produk hukum daerah
disimpan di masing-masing bagian.
2. Belum adanya penataan produk hukum daerah.
3. Belum adanya digitalisasi pengumpulan produk hukum daerah
Selanjutnya penyebab tersebut digambarkan dalam bentuk diagram terstruktur
teknik pohon masalah (problem tree) sebagai berikut:

Menjadi penghambat Adanya subjektivitas


dalam pencarian Berdampak pada penafsiran produk hukum
produk hukum daerah proses pelaksanaan daerah karena tidak dapat
yang digunakan Fasilitasi Fungsi mengakses produk hukum
sebagai bahan fungsi Pengawasan DPRD daerah dengan segera
pengawasan DPRD sebagai rujukan

AKIBAT

BELUM ADANYA SISTEM


INVENTARISASI PRODUK
HUKUM DAERAH

PENYEBAB

Pengelolaan produk
hukum daerah Rendahnya cara Belum adanya
disimpan masing- pengarsipan produk penataan Produk
masing bagian hukum daerah Hukum Daerah

Belum adanya
digitalisasi
pengumpulan produk
hukum daerah

Gambar 3.1 Teknik Analisis Isu: Pohon Masalah (Problem Tree)

Apabila isu tersebut tidak segera dicarikan solusinya, maka akan memiliki dampak
sebagai berikut:

1. Menjadi penghambat dalam pencarian produk hukum daerah yang digunakan


sebagai bahan fungsi pengawasan DPRD

2. Berdampak pada proses pelaksanaan Fasilitasi Fungsi Pengawasan DPRD


3. Adanya subjektivitas penafsiran produk hukum daerah karena tidak dapat
mengakses produk hukum daerah dengan segera sebagai sumber rujukan.

E. Gagasan Pemecahan Isu

Adapun beberapa alternatif solusi sebagai gagasan pemecahan isu yang dapat
diusulkan pada isu Belum adanya sistem inventarisasi produk hukum daerah di Sekretariat
DPRD Kabupaten Trenggalek, sebagai berikut:

1. Pembuatan media digital berupa aplikasi berbasis website untuk Pengumpulan


Produk Hukum Daerah

2. Mengikuti pelatihan terkait Inventarisasi Produk Hukum Daerah

3. Melakukan studi banding ke Pemerintah Daerah lain

Selanjutnya, dapat ditentukan lembar kerja diagnosa untuk mengetahui hubungan


sebab akibat antara isu dan alternatif solusinya. Berikut ini adalah lembar kerja diagnosa
hubungan sebab-akibat antara isu dan alternatif solusinya:

Tabel Lembar Kerja Diagnosa

Akar
Penyebab Rekomendasi
Isu Strategis Penyebab Masalah Alternatif Solusi
Utama Solusi
(Leverage)
Belum adanya 1. Pengelolaan Belum 1. Pembuatan Pembuatan
sistem produk hukum adanya media digital media digital
inventarisasi daerah disimpan digitalisasi berupa aplikasi berupa
produk hukum masing-masing pengumpulan berbasis aplikasi
daerah bagian.
produk website untuk berbasis
2. Rendahnya cara hukum pengumpulan website
pengarsipan daerah produk hukum untuk
produk hukum
daerah pengumpulan
daerah
2. Mengikuti produk
3. Belum adanya pelatihan terkait hukum
penataan produk Inventarisasi daerah
hukum daerah Produk Hukum
secara terpusat Daerah
3. Melakukan studi
banding ke
Pemerintah
Daerah lain
Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas dari ketiga alternatif solusi
untuk digunakan sebagai pemecahan masalah tersebut. Salah satu alat bantu yang
dapat digunakan dalam menentukan alternatif solusi untuk pemecahan masalah
tersebut ialah menggunakan teknik tapisan Mc Namara. Menurut Teknik tapisan Mc
Namara dalam menetapkan prioritas kegiatan dengan menggunakan 3 parameter dari
Mc Namara, yaitu Efektifitas, Kemudahan dan Efisiensi. Berikut adalah hasil dari teknik
tapisan Mc Namara:
Tabel Menetapkan Prioritas Kegiatan dengan Mc Namara

Total
No Alternatif Solusi Efektivitas Kemudahan Efisiensi Ranking
Nilai
1 Pembuatan media
digital berupa
aplikasi berbasis
website untuk 5 4 5 14 I
pengumpulan
produk hukum
daerah
2 Mengikuti pelatihan
terkait Inventarisasi
4 3 4 11 II
Produk Hukum
Daerah
3 Melakukan studi
banding ke
4 3 3 10 III
Pemerintah Daerah
lain

Keterangan: Skala Likert (1-5)


Kriteria penetapan Mc Namara:
Efektivitas:
1. Tidak efektif
2. Kurang efektif
3. Cukup efektif
4. Efektif
5. Sangat efektif
Efisiensi:
1. Tidak efisien
2. Kurang efisien
3. Cukup efisien
4. Efisien
5. Sangat efisien
Kemudahan:
1. Sangat Sulit dilaksanakan
2. Sulit dilaksanakan
3. Cukup mudah dilaksanakan
4. Mudah dilaksanakan
5. Sangat sangat mudah dilaksanakan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik Mc Namara


menunjukkan bahwa alternatif solusi nomor 1 yaitu pembuatan media digital berupa
aplikasi pengumpulan produk hukum daerah agar memudahkan inventarisasi produk
hukum daerah dengan nilai tertinggi yang menjadi prioritas dan akan digunakan
sebagai solusi untuk pemecahan masalah.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa isu belum adanya sistem
inventarisasi produk hukum daerah penyebab utamanya adalah belum adanya
digitalisasi pengumpulan produk hukum daerah yang dapat memudahkan inventarisasi

produk hukum daerah, sehingga perlu diberikan solusi pembuatan media digital
berupa aplikasi berbasis website untuk pengumpulan produk hukum daerah yang
kemudian penulis memberikan nama SIPHUDA.

Pembuatan aplikasi media digital SIPHUDA berupa aplikasi berbasis website


Pengumpulan Produk Hukum Daerah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:

1. Menjadi pengalaman belajar untuk mengemban tanggung jawab penuh sebagai


abdi negara pada umumnya, melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
dengan baik, dan menjadi pelayan masyarakat pada umumnya serta dapat
menerapkan nilai-nilai ANEKA dalam kehidupan sehari-hari.

2. Memudahkan inventarisasi Produk Hukum Daerah yang akan digunakan sebagai


bahan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD di Sub Bagian Fungsi
Pengawasan dan Anggaran Sekretariat DPRD Kabupaten Trenggalek, sehingga
meningkatkan kecepatan akses layanan penyediaan Produk Hukum Daerah lingkup
Sekretariat DPRD Kabupaten Trenggalek.

3. Bagi Organisasi Perangkat Daerah sistem invetarisasi produk hukum menggunakan


media aplikasi berbasis website sangat diperlukan karena dapat memberikan
kemudahan dan kecepatan informasi produk hukum daerah ketika dibutuhkan oleh
OPD di Lingkup Pemerintah Kabupaten Trenggalek.

F. Matriks Rancangan Aktualisasi

Tahapan kegiatan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan konsultasi dengan mentor atau Kepala Sub Bagian Fasilitasi Fungsi
Pengawasan dan Anggaran dan coach atau Widyaiswara terkait isu dan rancangan
aktualisasi.

2. Mengumpulkan dan menginventarisasi produk hukum daerah

3. Merancang pembuatan media digital sistem inventarisasi produk hukum daerah


menggunakan aplikasi berbasis website SIPHUDA

4. Melakukan pembahasan draft rancangan aplikasi sistem inventarisasi produk


hukum daerah dengan mentor dan rekan kerja Bagian Persidangan

5. Membuat aplikasi media digital sistem inventarisasi Produk Hukum Daerah berbasis
website SIPHUDA.

6. Mensosialisasi kepada lingkup internal Sekretariat DPRD Kabupaten Trenggalek


terkait sistem inventarisasi Produk Hukum Daerah dengan menggunakan apikasi
media digital berbasis website SIPHUDA

7. Melakukan evaluasi penggunaan aplikasi media digital berbasis website dalam


Sistem Inventarisasi Produk Hukum Daerah;

8. Menyusun laporan aktualisasi.

Anda mungkin juga menyukai