2624 8472 1 PB
2624 8472 1 PB
Ditha Prasanti
Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Jatinangor -Sumedang KM 21 Bandung
E-mail: dithaprasanti@gmail.com
Abstrak. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dijaga dalam kehidupan manusia. Jika
individu mengalami sakit maka individu tersebut akan mencari pengobatan untuk menyembuhkan
penyakitnya. Jenis komunikasi inilah yang disebut komunikasi terapeutik. Di era digital ini, peneliti
menemukan adanya tenaga medis yang menggunakan obat tradisional untuk masyarakat. Obat
tradisional bukanlah hal yang asing lagi bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Obat tradisional
juga memiliki kedudukan yang khusus dalam masyarakat, yakni sebagai warisan budaya lokal
dalam bidang kesehatan. Pada era ini, obat tradisional pun masih digunakan oleh masyarakat baik
sebagai alternatif utama maupun pilihan dalam pengobatan penyakit yang dialaminya. Peneliti
tertarik untuk mengangkat penelitian tentang komunikasi terapeutik tenaga medis dalam pemberian
informasi tentang obat tradisional bagi masyarakat. Di sinilah letak keunikan penelitian ini.
Tenaga medis yang bekerja dalam dunia kesehatan, tetapi mengakui keampuhan obat tradisional
dan memberikan informasi tersebut kepada masyarakat sebagai media penyembuhan. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Hasil penelitian tentang komunikasi
terapeutik tenaga medis dalam pemberian informasi tentang obat tradisional bagi masyarakat ini
meliputi : fase pra interaksi; fase orientasi; fase kerja komunikasi terapeutik; dan fase terminasi.
Metode komunikasi terapeutik yang berlangsung pun dengan mengutamakan efektivitas hubungan
antarpribadi antara tenaga medis dengan masyarakat yang menggunakan obat tradisional tersebut,
yaitu: mendengarkan, mengulang, dan memberikan saran.
Abstract. Health is a very important thing to be maintain in human life. If the individual experiences
pain then the individual will seek treatment to cure his illness. This type of communication is
called therapeutic communication. In this digital era, researchers found the existence of medical
personnel who use traditional medicine for the community. Traditional medicine is not a strange
thing for some people in Indonesia. Traditional medicine also has a special position in society,
namely as a local cultural heritage in the field of health. In this era, traditional medicine is still
used by the community both as the main alternative and choice in the treatment of the disease they
experienced. In this study, researchers interested in raising research on therapeutic communications
of medical personnel in the use of traditional medicine for people in the digital era. Herein lies the
uniqueness of this research. Medical workers who work in the health field, but recognize the efficacy
of traditional medicine and recommend it to the community as a healing medium. Researchers used
a qualitative approach with case studies. The results of research on Therapeutic Communication
of Medical Personnel in the Provision of Information on Traditional Medicines for Communities
in this digital era include: pre-interaction phase; Orientation phase; Therapeutic communication
working phase; And termination phases. Therapeutic communication methods that take place with
the priority of the effectiveness of interpersonal relationships between medical personnel and the
people who use these traditional drugs, are: listening; repeat, and provide suggestions.
53
MediaTor, Vol 10 (1), Juni 2017, 53-64
54
Ditha Prasanti. Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis tentang Obat...
55
MediaTor, Vol 10 (1), Juni 2017, 53-64
dari populasi menggunakan obat herbal menangkap reaksi orang lain sacara
untuk pengobatan primer (WHO: 2003). langsung, baik secara verbal dan
WHO merekomendasi penggunaan nonverbal.
obat tradisional, termasuk herbal, dalam Menurut Heri Purwanto, komunikasi
pemeliharaan kesehatan masyarakat, terapeutik adalah komunikasi yang
pencegahan, dan pengobatan penyakit, direncanakan secara sadar dan bertujuan
terutama untuk penyakit kronis, dan kegiatannya difokuskan untuk
penyakit degeneratif, dan kanker. WHO kesembuhan pasien, dan merupakan
juga mendukung upaya-upaya dalam komunikasi professional yang mengarah
peningkatan keamanan dan khasiat dari pada tujuan untuk penyembuhan pasien
obat tradisional (WHO: 2003). (Mundakir, 2006).
Penggunaan obat tradisional Komunikasiterapeutik meningkatkan
secara umum dinilai lebih aman dari pemahaman dan membantu terbentuknya
pada penggunaan obat modern. Hal hubungan yang konstruktif di antara
ini disebabkan karena obat tradisional perawat dengan klien. Tidak seperti
memiliki efek samping yang relatif lebih komunikasi sosial, komunikasi terapeutik
sedikit dari pada obat modern. Selain itu, mempunyai tujuan untuk membantu
obat tradisional juga lebih murah jika klien mencapai suatu tujuan dalam
dibandingkan dengan obat farmasi. Hal asuhan keperawatan. Stuart dan Sundeen
ini menyebabkan peranan obat tradisional (Taufik, 2010:45) menjelaskan bahwa
di masyarakat, Indonesia khususnya, dalam prosesnya komunikasi terapeutik
sangatlah penting dan dirasakan terbagi menjadi empat tahapan, yaitu
manfaatnya. Selalu mendapatkan tahap persiapan atau tahap pra-interaksi,
kesehatan yang prima merupakan impian tahap perkenalan atau orientasi, tahap
semua orang. Berbagai resep dengan kerja dan tahap terminasi.
memanfaatkan berbagai obat tradisional
mungkin sudah sering didengar. Dengan Tahap persiapan/pra-interaksi
memanfaatkan buah-buahan, daun- Pada tahap pra-interaksi, dokter
daunan, atau hal lain yang umum dijumpai sebagai komunikator yang melaksanakan
di dapur sebagai bumbu masak atau komunikasi terapeutik mempersiapkan
pelengkap masakan, ternyata dapat pula dirinya untuk bertemu dengan klien atau
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pasien. Sebelum bertemu pasien, dokter
kesehatan. Khasiatnya sudah dapat haruslah mengetahui beberapa informasi
dibuktikan selama beberapa generasi mengenai pasien, baik berupa nama,
(Lusia, 2006: 2). umur, jenis kelamin, keluhan penyakit,
dan sebagainya. Apabila dokter telah
Komunikasi terapeutik dapat mempersiapkan diri dengan baik
Komunikasi terapeutik adalah sebelum bertemu dengan pasien, maka ia
komunikasi yang direncanakan secara akan bisa menyesuaikan cara yang paling
sadar, bertujuan dan kegiatannya tepat dalam menyampaikan komunikasi
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. terapeutik kepada pasien, sehingga pasien
Dalam dunia kesehatan, banyak kegiatan dapat dengan nyaman berkonsultasi
komunikasi terapeutik yang terjadi. dengan dokter.
Menurut Mulyana (2005) komunikasi
terapeutik termasuk komunikasi Tahap perkenalan/orientasi
interpersonal yaitu komunikasi antara Tahap perkenalan dilaksanakan
orang-orang secara tatap muka yang setiap kali pertemuan dengan pasien
memungkinkan setiap pesertanya dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah
56
Ditha Prasanti. Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis tentang Obat...
memvalidasi keakuratan data dan rencana menurut Stuart dan Sundeen (Mundakir,
yang telah dibuat sesuai dengan keadaan 2006:131), yaitu mendengarkan
pasien saat ini, serta mengevaluasi (listening), pertanyaan terbuka (broad
hasil tindakan yang telah lalu. Tahap opening), mengulang (restoring),
perkenalan/orientasi adalah ketika dokter klarifikasi, refleksi, memfokuskan,
bertemu dengan pasien. Persiapan yang membagi persepsi, identifikasi tema,
dilakukan dokter pada tahap prainteraksi diam (silence), pemberian informasi
diaplikasikan pada tahap ini. Sangat (informing), dan memberikan saran.
penting bagi dokter untuk melaksanakan Dengan melaksanakan beberapa teknik
tahapan ini dengan baik karena tahapan atau metode komunikasi terapeutik,
ini merupakan dasar bagi hubungan maka kegiatan komunikasi terapeutik
terapeutik antara dokter dan pasien. dapat dilaksanakan dengan baik. Pasien
dapat dengan nyaman memberikan
Tahap kerja informasi yang dibutuhkan dokter untuk
Tahap kerja merupakan inti mengupayakan kesembuhan pasien,
dari keseluruhan proses komunikasi dan dokter pun dapat mempermudah
terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap pekerjaannya dalam menentukan
yang terpanjang dalam komunikasi tindakan apa yang harus dilakukan untuk
terapeutik karena di dalamnya dokter mempercepat proses penyembuhan
dituntut untuk membantu dan mendukung pasien. Semakin baik kerjasama yang
pasien untuk menyampaikan perasaan dan dilakukan antara dokter dan pasien, maka
pikirannya dan kemudian menganalisis semakin baik pula hasil yang dapat dicapai
respons ataupun pesan komunikasi untuk mempercepat proses penyembuhan
verbal dan nonverbal yang disampaikan pada pasien.
oleh pasien. Dalam tahap ini pula dokter
mendengarkan secara aktif dan dengan METODE
penuh perhatian sehingga mampu Pendekatan penelitian yang peneliti
membantu pasien untuk mendefinisikan gunakan dalam penelitian ini adalah
masalah yang sedang dihadapi oleh pendekatan kualitatif dengan metode studi
pasien, mencari penyelesaian masalah kasus. Mulyana (2005: 201) menyatakan
dan mengevaluasinya. bahwa “studi kasus merupakan uraian
dan penjelasan komprehensif mengenai
Tahap terminasi berbagai aspek seorang individu, suatu
Terminasi merupakan akhir dari kelompok, atau organisasi (komunitas),
pertemuan dokter dan pasien. Tahap suatu program, atau suatu situasi sosial”.
terminasi dibagi dua, yaitu terminasi Penelitian studi kasus berupaya menelaah
sementara dan terminasi akhir. Terminasi sebanyak mungkin data mengenai subjek
sementara adalah akhir dari tiap yang diteliti. Dalam hal ini, data tersebut
pertemuan dokter dan pasien, setelah hal dimungkinkan didapatkan melalui
ini dilakukan dokter dan pasien masih wawancara mendalam, pengamatan,
akan bertemu kembali pada waktu yang penelaahan dokumen hasil survei, dan
berbeda sesuai dengan kontrak waktu data apa pun untuk menguraikan suatu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan kasus secara terperinci.
terminasi akhir dilakukan oleh dokter Menurut Yin (2002), studi kasus
setelah menyelesaikan seluruh proses dapat dibagi ke dalam single-case dan
keperawatan. multiple-case.
Metode atau teknik yang digunakan
dalam komunikasi terapeutik, antara lain, “Single-case digunakan jika kasus
yang diteliti itu merupakan kasus yang
57
MediaTor, Vol 10 (1), Juni 2017, 53-64
ekstrim atau unik, memenuhi semua setiap ucapan, kata, dan gestures dari
kondisi untuk menguji teori-teori objek kajian, tingkah laku yang spesifik,
yang ada, memiliki kesempatan untuk dokumen-dokumen tertulis serta berbagai
mengobservasi dan menganalisis imaji visual yang ada dalam sebuah
fenomena yang sebelumnya tidak fenomena sosial. Untuk mendapatkan
diselidiki secara ilmiah, sedangkan
hasil analisis yang mendalam, maka
multiple-case memungkinkan
dilakukannya perbandingan di antara diperlukan data dari setiap tahapan
beberapa kasus” (Yin, 2002: 46-48). penelitian. Data yang diperlukan berasal
dari data primer dan data sekunder
Dalam penelitian yang peneliti (Mulyana: 2005).
lakukan, peneliti menggunakan single- Data primer diperoleh dari pihak-
case study design, karena tujuan penelitian pihak terkait langsung dengan penelitian
ini adalah untuk memperoleh informasi yang terdiri dari:
menyeluruh secara detail dan pemahaman (1) Hasil pengamatan atau observasi
tentang komunikasi terapeutik tenaga terhadap perilaku informan pada
medis dalam penggunaan obat tradisional penelitian tentang komunikasi
bagi masyarakat di era digital. terapeutik tenaga medis dalam
Studi kasus, sebagai suatu penggunaan obat tradisional
metode kualitatif, mempunyai beberapa (2) Hasil wawancara langsung secara
keuntungan. Menurut Lincoln dan Guba mendalam dari informan penelitian
yang dikutip Mulyana (2005: 201), tentang komunikasi terapeutik
keistimewaan studi kasus meliputi hal- tenaga medis dalam penggunaan
hal sebagai berikut: obat tradisional
(1) Merupakan sasaran utama bagi Data sekunder dapat mendukung
penelitian emik, yakni menyajikan ketajaman analisis penelitian. Data
pandangan subjek yang diteliti, sekunder diperoleh dari rujukan khusus
(2) menyajikan uraian menyeluruh yang terdiri dari:
mirip dengan apa yang dialami (1) Literatur. Orientasi melalui bacaan
pembaca dalam kehidupan sehari- yakni dengan menelaah literatur-
hari, literatur yang berisi teori-teori,
(3) merupakan sarana efektif untuk kerangka pikir, serta brosur-
menunjukan hubungan antara brosur yang berhubungan dengan
peneliti dengan nara sumber, topik yang diteliti, yaitu yang
(4) memungkinkan pembaca berhubungan dengan strategi
menemukan konsistensi internal komunikasi.
yang terpercaya, (2) Studi dokumentasi, hal ini untuk
(5) memberikan “uraian tebal” yang mendapatkan data-data sekunder
diperlukan bagi penilaian atas yang digunakan untuk menunjang
transferabilitas, penelitian yang akan dilakukan.
(6) terbuka bagi penilaian atas
konteks yang turut berperan bagi Teknik pengumpulan data
pemaknaan atas fenomena dalam Teknik pengumpulan data dalam
konteks tersebut. penelitian kualitatif adalah dengan
melakukan observasi, wawancara
Penentuan data dan sumber data mendalam, dan studi dokumentasi.
Data yang ada dalam penelitian (1) Observasi yang dilakukan dalam
kualitatif bersifat empiris, terdiri atas penelitian ini adalah pengamatan.
dokumentasi ragam peristiwa, rekaman Pengamatan dilakukan dengan
58
Ditha Prasanti. Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis tentang Obat...
59
MediaTor, Vol 10 (1), Juni 2017, 53-64
dalam pemberian informasi tentang Obat pentingnya evidence based dari obat
Tradisional Bagi Masyarakat. Peneliti tradisional tersebut. Hal ini juga harus
menjabarkan temuan ini dalam beberapa disampaikan terlebih dahulu kepada
point di bawah ini. masyarakat agar tidak terjadi kesalahan
persepsi dalam menggunakan obat
Proses komunikasi terapeutik tenaga tradisional yang sembarangan. Ini juga
medis dilakukan sebagai langkah awal dalam
Dalam penelitian ini, proses proses komunikasi seorang tenaga
komunikasi terapeutik tenaga medis medis kepada pasiennya, khususnya
dalam penggunaan obat tradisional bagi yang mengakui tentang khasiat dari obat
masyarakat meliputi tahapan sebagai tradisional.
berikut:
Pada fase orientasi.
Pada fase prainteraksi/tahap persiapan Proses komunikasi terapeutik tenaga
Rn, informan penelitian ini adalah medis dalam penggunaan obat tradisional
tenaga medis yang konsisten dengan obat bagi masyarakat di daerah, tahap kedua
tradisional. Rn melanjutkan studi tentang ini disebut fase orientasi atau pengenalan.
obat herbal di Universitas Indonesia. Dalam tahap ini, tenaga medis melakukan
Dalam proses komunikasi terapeutik perkenalan dengan masyarakat, antara
yang dialaminya dengan pasien, Rn lain memberikan salam kepada pasien,
melakukan fase pertama yaitu fase pra memperkenalkan diri, menanyakan nama
interaksi, disebut juga tahap persiapan. klien, memulai percakapan awal dengan
Dalam tahap ini, Rn menceritakan pasien, menanyakan keluhan utama
tentang khasiat obat tradisional yang telah pasien.
teruji secara klinis kepada masyarakat Pernyataan tersebut juga
di daerah-daerah. Pada tahap persiapan disampaikan oleh ketiga informan
ini, Rn memberikan informasi sejelas- dalam penelitian ini. Rn menceritakan
jelasnya kepada masyarakat agar mereka ketika dia melakukan proses komunikasi
semakin paham bahwa penggunaan dengan pasiennya, tahap kedua setelah
obat tradisional harus sesuai dengan memberikan informasi adalah fase
kandungannya, ada evidence based-nya, orientasi. Dalam fase ini, tenaga medis
tidak bisa sembarangan, khawatir ada berperan sebagai komunikator yang
efek samping atau penyalahgunaan dalam kredibel, baik dokter, perawat, maupun
obat tradisional tersebut. bidan. Rs juga menjelaskan bahwa dalam
Rs, sebagai informan kedua dalam tahap ini, sebagai tenaga medis, mereka
penelitian ini, juga menceritakan hal perlu melaksanakan tiga ciri sikap dalam
yang sama, proses komunikasi terapeutik komunikasi terapeutik yaitu: genuineness
yang dilakukannya diawali dengan tahap (keikhlasan), empathy (empati), dan
persiapan, yaitu memberikan informasi Warmth (kehangatan) agar tahap awal
yang akurat dan jelas kepada masyarakat komunikasi terapeutik berjalan secara
tentang kandungan dan khasiat dari obat efektif.
tradisional tersebut. Hal ini dilakukan Menurut St, sebagai dosen Ilmu
dengan tujuan agar masyarakat memahami Keperawatan, menyampaikan hal
dengan benar tentang penggunaan obat yang sama dalam proses komunikasi
tradisional yang perlu diketahui telah terapeutik ini. Sebaiknya para tenaga
teruji secara klinis. medis melalui tahapan ini agar pasien
St, dosen Ilmu Keperawatan ini atau masyarakat yang meminta informasi
juga menegaskan hal yang sama tentang tentang pengobatannya dapat mengerti
60
Ditha Prasanti. Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis tentang Obat...
dengan baik. Fase orientasi ini tentu harus dulu ia dan keluarganya selalu berusaha
dilakukan oleh tenaga medis dengan mengobati penyakit dengan bahan-bahan
mengutamakan ciri dalam komunikasi alami. Bahan alami (dalam bentuk food
terapeutik, yaitu keikhlasan, empati, dan supplement) yang biasanya diresepkan
kehangatan. Kondisi ini akan membuat Boyke antara lain madu, lidah buaya dan
masyarakat atau pasien mudah menerima mengkudu (Atep Afia, 2011).
informasi yang disampaikan oleh tenaga
medis. Hal ini jugalah yang biasa Pada tahap terminasi
dilakukan informan, Rn dan Rs, sebagai Fase ini adalah fase terakhir
tenaga medis yang selalu mempraktekkan dalam proses komunikasi terapeutik.
ciri komunikasi terapeutik ini dalam Para informan penelitian ini
melayani pasiennya. menggunakan tahap terminasi dengan
cara menyimpulkan hasil konsultasi
Pada fase kerja pasien dengan dirinya. Rn dan Rs
Komunikasi terapeutik tenaga mengaku bahwa pada tahap ini, kegiatan
medis dalam pemberian informasi konsultasi yang dilakukan pasien dan
tentang obat tradisional bagi masyarakat dokter akan menghasilkan kesimpulan
di daerah-daerah, juga dilakukan dengan mengenai penyakit yang diderita pasien,
fase kerja. Pada fase ini, Rn dan Rs penyebabnya, dan obat yang tepat bagi
sebagai tenaga medis melaksanakan penyakit tersebut. Sebagai tenaga medis
beberapa metode komunikasi terapeutik yang mendalami tentang khasiat obat
seperti; mendengarkan, mengulang, dan tradisional, Rn dan Rs menyimpulkan
memberikan saran. Hal ini disampaikan tentang khasiat dari obat tradisional yang
dalam bagian metode komunikasi dimaksud dapat menyembuhkan penyakit
terapeutik. Selain itu, para informan juga pasiennya. Selain itu, para informan juga
memperhatikan komunikasi verbal yang memberikan nasehat. Pada tahap ini,
ditunjukkan pasien ketika berkonsultasi nasehat tersebut bisa berupa pantangan
dengan dokter atau tenaga medis lainnya. dan anjuran yang harus dilakukan pasien
Hal ini dilakukan karena pada tahap ini, ketika berada di rumah.
dokter harus memiliki banyak informasi
mengenai pasien, sehingga dokter dapat Metode Komunikasi Terapeutik
memberikan pengobatan yang tepat Rn menceritakan bahwa dia
kepada pasien. menggunakan metode komunikasi
Contoh lain adalah pada era digital terapeutik, yaitu mendengarkan;
ini, ada juga dokter yang berani secara mengulang; dan memberikan saran.
terbuka mengakui khasiat obat tradisional, Metode inilah yang efektif dalam
Dr.Boyke Dian Nugraha, DpOG, MARS, proses komunikasi terapeutik yang
ginekolog dan konsultan sex dari biasa dilakukannya, khususnya dalam
Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta pemberian informasi tentang obat
(Dalam Koran Tempo, 23 Maret 2001), tradisional. Menurut Rn, sebagian besar
mengemukakan bahwa keunggulan masyarakat modern tidak percaya pada
bahan-bahan alami adalah aman dipakai, khasiat dari obat tradisional. Ada juga
tanpa efek samping. “Makanya saya selalu pasien yang tidak mau karena mereka
ingin mengobati pasien saya dengan tidak menyukai rasa dari obat tradisional.
bahan-bahan alami”. Menurutnya terlalu Rn menceritakan bahwa hal ini bukan
banyak mengkonsumsi obat-obatan berarti dia meninggalkan obat-obatan
yang mengandung bahan kimia berisiko kimiawi, karena menurutnya jenis obat-
terkena penyakit, seperti kanker. Sejak obatan ini tentu menyesuaikan pada
61
MediaTor, Vol 10 (1), Juni 2017, 53-64
kepercayaan dari pasien atau masyarakat singkat dari ketiga ide dasar dari interaksi
tersebut. simbolik, yaitu:
Rn sendiri adalah tenaga medis (1) Pikiran (mind). Pikiran adalah
yang menggunakan obat tradisional kemampuan untuk menggunakan
untuk dirinya dan keluarganya. Hal inilah simbol yang mempunyai makna
yang membuat dirinya juga melanjutkan sosial yang sama, dimana tiap
studi tentang obat herbal di salah satu individu harus mengembangkan
perguruan tinggi negeri di Jakarta. Rn pikiran mereka melalui interaksi
selalu mendengarkan keluhan rasa sakit dengan individu lain (West dan
yang dirasakan oleh masyarakatnya, Turner, 2007: 102). Simbol yang
khususnya pemberian informasi tentang bermakna adalah tindakan verbal
obat tradisional ini dia berikan kepada berupa bahasa yang merupakan
masyarakat di daerah-daerah, karena mekanisme utama interaksi
mereka masih memegang kepercayaan manusia. Penggunaan bahasa atau
dan tradisi dari leluhur dalam isyarat simbolik oleh manusia
menggunakan obat-obatan tradisional. dalam interaksi sosial mereka pada
Setelah mendengarkan pasiennya, Rn baru gilirannya memunculkan pikiran
menjelaskan khasiat dari obat tradisional (mind) yang memungkinkannya
yang telah teruji secara klinis dan sesuai menginternalisasi masyarakat.
dengan jenis penyakit yang diderita Jadi menurut Mead, pikiran
oleh pasiennya. Rn mengulang kembali mensyaratkan adanya masyarakat;
apa yang dirasakan oleh pasiennya, lalu dengan kata lain masyarakat harus
memberikan saran kepada pasiennya lebih dulu ada sebelum adanya
berkaitan dengan jenis obat-obatan yang pikiran (West dan Turner, 2007:
dianjurkan, serta nasehat lainnya. 102).
Begitupun halnya dengan Rs dan (2) Diri (self). Diri adalah kemampuan
St, mereka juga sepakat bahwa metode untuk merefleksikan diri sendiri
komunikasi terapeutik yang paling dari sudut pandang atau pendapat
sesuai digunakan dalam pemberian orang lain. Di sini diri tidak dapat
informasi tentang obat tradisional ini dilihat dari dalam diri seseorang
adalah mendengarkan, mengulang, dan melalui introspeksi diri. Bagi
memberikan saran kepada pasiennya. Mead, diri hanya bisa berkembang
melalui kemampuan pengambilan
PEMBAHASAN peran, yaitu membayangkan diri
Teori komunikasi yang relevan dari pandangan orang lain (West
dengan penelitian ini adalah teori interaksi dan Turner, 2007 : 103). Konsep
simbolik. Interaksi simbolik ada karena melihat diri dari pandangan orang
ide-ide dasar dalam membentuk makna lain sebenarnya sebuah konsep yang
yang berasal dari pikiran manusia (mind) pernah disampaikan oleh Charles
mengenai diri (self), dan hubungannya di Cooley pada 1912. Konsepnya
tengah interaksi sosial, dan tujuan akhir adalah the looking glass self, yaitu
untuk memediasi, serta menginterpretasi kemampuan melihat diri melalui
makna di tengah masyarakat (society) pantulan dari pandangan orang lain.
dimana individu tersebut menetap. Cooley meyakini bahwa ada tida
mind, self and society merupakan judul prinsip perkembangan sehubungan
buku yang menjadi rujukan utama dengan the looking glass self, yaitu
teori interaksi simbolik, merefleksikan (1) membayangkan penampilan
tiga konsep utama dari teori. Definisi kita di hadapan orang lain, (2)
62
Ditha Prasanti. Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis tentang Obat...
63
MediaTor, Vol 10 (1), Juni 2017, 53-64
64