1. Respirasi
A. KELENGKAPAN/SKRINING RESEP
1. Persyaratan Administratif
3. Pengkajian Klinik
Ketidaktepatan
Tidak ada -
seleksi obat
Reaksi obat
merugikan
Gagal menerima
Tidak ada -
terapi obat
C. Informasi Obat
1) Salbutamol
1. Nama obat : Salbutamol
2. Golongan Obat : Beta adrenergik agonis
3. Mekanisme kerja : Merangsang reseptor beta 2 adrenergik terutama pada otot bronchus,
golongan beta 2 agonis merangsang produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja
enzim adenil siklase
4. Dosis Obat : 2-4mg, 3-4 kali sehari maksimal 8mg
5. Indikasi Obat : Kejang bronchus pada semua jenis asma bronchial, bronchitis kronis
dan emphysema
6. Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol
7. Efek samping : Palpitasi, kejang otot, takikardia, sakit kepala
8. Interaksi obat : Efek salbutamol dihambat oleh beta, antagonis, salbutamol dan obat
obat beta blocker kon selektif seperti propanolol tidak bisa diberikan bersamaan
9. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
2) Ambroxol
1. Nama obat : Ambroxol
2. Golongan Obat : Mukolitik
3. Mekanisme kerja : Ambroxol mempunyai sifat sekretolitik yanh dapat mempermudah
seket yang kental dan lengket di dalam saluran pernafasan
4. Dosis Obat : 1 tablet 2-3 kali sehari; anak anak 6-12 tahun : ½ tablet 2-3 kali sehari
5. Indikasi Obat : Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis
khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis
6. Kontraindikasi : hipersensitif terhadap ambroxol
7. Efek samping : Angioedema, ruam, urikaria
8. Interaksi obat : Pemberian bersama dengan antibiotik (amoxicillin, cefotaxime,
eritromisin, doksisiklin) menyebabkan peningkatan penerimaan antibiotik ke dalam
jaringan paru-paru
9. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
3) Cetirizine
1. Nama obat : Cetirizine
2. Golongan Obat : Antihistamin
3. Mekanisme kerja : Memblokir zat histamin yang menyebabkan alergi pada tubuh
4. Dosis Obat : Dewasa dan anak diatas 12 tahun: 1 tablet, 1 kali per hari
5. Indikasi Obat : rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, konjungtivitis, pruritus, urtikaria
idiopati kronis.
6. Kontraindikasi : Riwayat hipersensitif terhadap cetirizine, menyusui
7. Efek samping : Sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering, rasa tidak
nyaman di perut, reaksi hipersensitif seperti reaksi kulit dan angioudem.
8. Interaksi obat : obat penenang
9. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
Sumber : brosur, medscape, dan pionas
2. Pengkajian Farmastika
Obat Kajian Farmasetika
1. Zat aktif : sertralin
2. Bentuk Sediaan : tablet
Setralin 3. Kekuatan : 25 mg, 50mg, dan 100mg
(Obat Keras) 4. Jumlah obat : 30tablet
5. Dosis dalam resep : 50mg
6. Stabilitas : stabil
7. inkompatibilitas : tidak ada
8. Aturan dan cara penggunaan obat : seharo
1x1 tablet pada pagi hari
3. Pengkajian Klinik
Ada/tidak ada
Masalah Penatalaksanaan
(jika ada tulis nama obat)
Ketidaktepatan
Tidak ada -
seleksi obat
Ada
Reaksi obat
merugikan
Gagal menerima
Tidak ada -
terapi obat
B. Informasi Obat
1) Sertralin
1. Nama obat : Sertralin
2. Golongan Obat :
3. Mekanisme kerja :inhibitor reuptake serotonin selektif; sedikit atau tidak ada afinitas
untuk histamin alfa-adrenergik atau reseptor kolinergik
4. Dosis Obat : Depresi, dosis awal 50 mg per hari, naikkan dosis jika perlu sebesar 50
mg dalam beberapa minggu hingga maksimum 200 mg per hari; dosis perawatan 50 mg
per hari; anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun tidak direkomendasikan
5. Indikasi Obat : Depresi termasuk depresi yang timbul karena ansietas pada pasien
dengan atau tanpa riwayat mania, kelainan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive
disorder), kelainan stres post-trauma (post traumatic stress disorder).
6. Kontraindikasi : hipersensitivitas komponen obat, penggunaan bersama dengan
inhibitor monoamin oksidase (MAOIs) dan penggunaan bersama dengan pimozide
7. Efek samping : takikardi, hipotensi postural, bingung, amnesia, perilaku agresif,
psikosis, pankreatitis, hepatitis, jaundice, kegagalan hati, iregular menstruasi, paraestesia,
8. Interaksi obat :
9. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
2) Amitrophyllin
1. Nama obat :
2. Golongan Obat :
3. Mekanisme kerja :Neurotransmitter (terutama norepinefrin dan serotonin) reuptake
inhibitor; antikolinergik
4. Dosis Obat : dosis awal 75 mg 1 kali (lansia dan remaja 30-75 mg/hari), dosis
terbagi, atau dosis tunggal menjelang tidur. Naikkan bertahap bila perlu, maksimal 150
mg
5. Indikasi Obat :depresi, terutama bila diperlukan sedasi; nocturnal enuresis pada anak
6. Kontraindikasi : infark miokardial yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat
7. Efek samping : mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang
air kecil, efek pada kardiovaskular (aritmia, hipotensi postural, takikardia, sinkope,
terutama pada dosis tinggi), berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku (terutama
anak), hipomania, bingung (terutama lansia), gangguan fungsi seksual, perubahan gula
darah, nafsu makan bertambah. Lebih jarang dapat terjadi: lidah hitam, ileus paralitik,
kejang, agranulositosis, leukopenia, eosinofilia, purpura, trombositopenia, hiponatremia,
sakit kuning.
8. Interaksi obat :
9. Penyimpanan :Pada suhu ruang 150C – 300C
3) Risperidone
1. Nama obat : Risperidone
2. Golongan Obat : Obat keras
3. Mekanisme kerja : Memiliki afinitas tinggi untuk reseptor serotonin tipe 2
(5-HT2); mengikat reseptor dopamin D2 dengan afinitas 20 kali lebih
rendah daripada untuk reseptor 5-HT2; antagonis alfa1-adrenergik,
alfa2-adrenergik, dan reseptor histaminergik; memiliki afinitas moderat
untuk reseptor serotonin tipe 1 (5-HT1C, 5-HT1D, 5-HT1A); memiliki
afinitas lemah untuk reseptor dopamin D1; tidak memiliki afinitas
untuk reseptor muskarinik, beta1-adrenergik, dan beta2-adrenergik
4. Dosis Obat : Psikosis, 2 mg dalam 1-2 dosis terbagi pada hari
pertama, kemudian 4 mg dalam 1-2 dosis terbagi pada hari kedua
(titrasi dosis yang lebih lambat dibutuhkan dibutuhkan pada beberapa
pasien). Dosis lazim 4-6 mg per hari. Dosis di atas 10 mg per hari hanya
jika manfaatnya lebih besar daripada risikonya (maksimum 16 mg per
hari). Indikasi Obat : psikosis akut dan kronik, mania.
5. Kontraindikasi : Menyusui
6. Efek samping : insomnia, agitasi, ansietas, sakit kepala, mengantuk,
gangguan konsentrasi, lelah, pandangan kabur, konstipasi, mual dan
muntah, dispepsia, nyeri abdominal, hiperprolaktinemia (dengan
galaktorea, gangguan menstruasi, ginekomastia), disfungsi seksual,
priapisme, inkontinensia urin, takikardi, hipertensi, udem, ruam kulit,
rhinitis, trauma serebrovaskular, dilaporkan juga terjadinya neutropenia
dan trombositopenia. Jarang terjadi: kejang, hiponatremia, pengaturan
temperatur yang abnormal, serta epitaksis
7. Interaksi obat : Meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang fatal,
seperti gangguan pernapasan, koma, bahkan kematian, jika digunakan
dengan obat golongan opioid, seperti tramadol atau oxycodone
8. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
2. Pengkajian Farmastika
3. Pengkajian Klinik
Ada/tidak ada
Masalah Penatalaksanaan
(jika ada tulis nama obat)
Ketidaktepatan
Tidak ada -
seleksi obat
Reaksi obat
merugikan
B. Informasi Obat
1) Harnal Ocas
2) Nama obat : Harnal ocas
3) Golongan Obat : obat keras golongan golongan alpha-adrenoreseptor
antagonis
4) Mekanisme kerja : bekerja merelaksasi otot-otot di prostat dan uretra
serta membuat urin keluar lebih mudah dan membantu buang air
kecil.
5) Dosis Obat : 0,2mg - 0,4mg sehari sekali
6) Indikasi Obat : Gejala saluran kemih bawah yang berhubungan
dengan pembesaran prostat jinak
7) Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal, insufisiensi hati berat.
Pemberian bersama dengan Vardenafil HCl.
8) Efek samping : Gangguan fungsi hati, ikterus. Pusing, sakit kepala,
gelisah, penurunan tekanan darah, hipotensi ortostatik, takikardi,
palpitasi, gatal, ruam kulit, gangguan gastrointestinal (saluran cerna);
obstruksi nasal, edema, inkontinensia urin, rasa panas terbakar pada
fari
9) Interaksi obat : Meningkatkan kadar tamsulosin dalam darah jika
dikonsumsi dengan obat paroxetine, ketoconazole, terbinafine,
atazanavir, clathromycin, atau cimetidine, menurunkan kadar
tamsulosin dalam darah jika digunakan dengan furosemide,
eningkatkan percepatan pembuangan diclofenac atau warfarin, dan
meningkatkan risiko terjadinya hipotensi jika dikonsumsi dengan
obat disfungsi ereksi, seperti sildenafil, vardenafil, atau tadalafil
10) Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
11) Avodart
1. Nama obat : Avodart
2. Golongan Obat : Obat keras
3. Mekanisme kerja : menghambat pembesaran prostat
4. Dosis Obat : 1 kapsul 1xsehari
5. Indikasi Obat : Pengobatan dan pencegahan hiperplasia prostat, mengurangi ukuran
prostat, meningkatkan aliran urinary, mengurangi resiko retensi urin akut.
6. Kontraindikasi : wanita hamil, wanita yang memiliki potensi melahirkan, pasien anak-
anak, hipersensitif
7. Efek samping : Impotensi, penurunan libido, penyakit ejakulasi, gangguan payudara.
Reaski alergi, gatal-gatal, edema dan angioedema
8. Interaksi obat : Verapamil, diltiazem
9. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
Sumber : pionas, medscape, dan mims
4. Resep Infeksi
A. KELENGKAPAN/SKRINING RESEP
1. Persyaratan Administratif
2. Pengkajian Farmastika
3. Pengkajian Klinik
Ada/tidak ada
Masalah Penatalaksanaan
(jika ada tulis nama obat)
Ketidaktepatan
Tidak ada -
seleksi obat
Reaksi obat
merugikan
Gagal menerima
Tidak ada -
terapi obat
B. Informasi Obat
1) Amoxsan
1. Nama obat : amoxsan
2. Golongan Obat : Beta lakta.
3. Mekanisme kerja :Turunan dari ampisilin dan memiliki spektrum antibakteri yang sama
(organisme gram positif dan gram negatif tertentu); aksi bakterisida serupa dengan
penisilin; bekerja pada bakteri yang rentan selama tahap multiplikasi dengan
menghambat biosintesis mukopeptida dinding sel; bioavailabilitas dan stabilitas yang
unggul terhadap asam lambung dan memiliki spektrum aktivitas yang lebih luas daripada
penisilin; kurang aktif dibandingkan penisilin terhadap Streptococcus pneumococcus;
strain resisten penisilin juga resisten terhadap amoksisilin, tetapi dosis yang lebih tinggi
mungkin efektif; lebih efektif melawan organisme gram negatif (misalnya, N
meningitidis, H influenzae) daripada penisilin
4. Dosis Obat : Dewasa 250-500 mg tiap 8 jam. Anak 20 mg/kgBB/hr terbagi tiap 8
jam. Infeksi berat Dosis ganda. GO akut 2-3 g dosis tunggal
5. Indikasi Obat : Infeksi saluran napas, saluran genito-urinaria, kulit & jaringan lunak
yang disebabkan organisme Gram positif & Gram Negatif yang peka terhadap
Amoxicillin
6. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin
7. Efek samping : Reaksi hipersensitif, gangguan GI, reaksi anafilaktoid, reaksi
hematologik
8. Interaksi obat : Probenesid memperpanjang waktu paruh amoksisilin. Alopurinol
meningkatkan insiden ruam kulit
9. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
2) Kalium diklofenak
1. Nama obat :
2. Golongan Obat :
3. Mekanisme kerja :
4. Dosis Obat :
5. Indikasi Obat :
6. Kontraindikasi :
7. Efek samping :
8. Interaksi obat :
9. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
A. KELENGKAPAN/SKRINING RESEP
1. Persyaratan Administratif
Ada
2 SIP dokter
Signatura
Ada
10 Nama Pasien
2. Pengkajian Farmastika
Obat Kajian Farmasetika
1. Zat aktif : rifampicin
2. Bentuk Sediaan : tablet
3. Kekuatan : 450mg
Rifampicin
4. Jumlah obat : 30tablet
(Obat Keras)
5. Dosis dalam resep : 450mg
6. Stabilitas : stabil
7. inkompatibilitas :
8. Aturan dan cara penggunaan obat : sehari
1x1 tablet
3. Pengkajian Klinik
Ada/tidak ada
Masalah Penatalaksanaan
(jika ada tulis nama obat)
Ketidaktepatan
Tidak ada -
seleksi obat
ada
rifampisin meningkatkan
toksisitas isoniazid dengan
meningkatkan metabolisme.
Hindari atau Gunakan Obat
Alternatif. Rifampisin
meningkatkan metabolisme
isoniazid menjadi metabolit
Dalam pengkonsumsi
hepatotoksik.
ini diusahan tidak
Potensi interaksi obat bersamaan karena dapat
menimbulkan interaksi
isoniazid menurunkan kadar
antar obat
piridoksin melalui
mekanisme interaksi yang
tidak ditentukan. Kecil/
Signifikansi Tidak Diketahui.
Jika dosis INH >10
mg/kg/hari, tambahkan 50
100mg piridoksin/hari
Reaksi obat
merugikan
Gagal menerima
Tidak ada -
terapi obat
B. Informasi Obat
1) Rifampicin
1. Nama obat : Rifampicin
2. Golongan Obat :
3. Mekanisme kerja : Menghambat RNA polimerase yang bergantung pada DNA dengan
mengikat subunit beta, yang pada gilirannya memblokir transkripsi RNA; penginduksi
enzim yang kuat
4. Dosis Obat : Tuberkulosis : Dewasa 450-600mg/hari sebagai dosis tunggal.
Maksimal : 600mg/hari. Lepra : Dewasa 450-600mg/hari
5. Indikasi Obat : Tuberkulosis dan Lepra
6. Kontraindikasi : Penderita hipersensitif, penderita gangguan saluran empedu, serta
selama kehamilan trimester pertama
7. Efek samping : Efek Gastrointestinal, fungsi hati abnormal, ikterus, demam disertai
gejala seperti flu. Perubahan fungsi ginjal dan gagal ginjal (karena hipersensitivitas) ,
Reaksi kulit, eosinofilia, leukopenia, trombositopenia, purpura, syok
8. Interaksi obat : Dapat meningkatkan risiko hepatotoksisitas bila diberikan dengan
halotan atau isoniazid. Dapat menurunkan konsentrasi serum, sehingga mengurangi
kemanjuran praziquantel. Dapat meningkatkan efek samping, terutama perdarahan, bila
diberikan bersamaan dengan cefazolin dan sefalosporin lain yang mengandung rantai
samping N-methylthiotetrazole. Dapat meningkatkan metabolisme dan menurunkan
konsentrasi serum dan efek antiaritmia (misalnya disopyramide, quinidine), antiepilepsi
(misalnya fenitoin,), barbiturat, antagonis hormon (misalnya tamoxifen, toremifene),
antipsikotik (misalnya haloperidol, aripiprazole), antikoagulan (misalnya warfarin),
antijamur (misalnya flukonazol, ketokonazol), antiretroviral lain (misalnya zidovudine,
indinavir, efavirenz), obat antivirus hepatitis C (misalnya daclatasvir), beta-blocker
(misalnya bisoprolol), Ca channel blocker (misalnya diltiazem), Ansiolitik dan hipnotik
(misalnya diazepam), antibakteri tertentu (misalnya kloramfenikol, klaritromisin),
kortikosteroid, glikosida jantung, kontrasepsi hormonal (misalnya estrogen, progestogen),
agen antidiabetes (misalnya glipizide, rosiglitazone), imunosupresan (misalnya
siklosporin), hormon tiroid (misalnya levothyroxine), analgesik (misalnya metadon,
morfin), antagonis reseptor 5-HT3 selektif (misalnya ondansetron), statin yang
dimetabolisme oleh CYP3A4 (misalnya simvastatin), TCA (misalnya amitriptyline,
nortriptyline), sitotoksik (misalnya imatinib), enalapril , losartan, irinotecan, teofilin,
kina, riluzole. Penyerapan dapat dikurangi dengan antasida. Penggunaan bersamaan
dengan atovakuon meningkatkan konsentrasi plasma rifampisin dan menurunkan
konsentrasi plasma atovakuon.
9. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
2) Isoniazid
1. Nama obat :
2. Golongan Obat :
3. Mekanisme kerja : menghambat biosintesis dinding sel dengan mengganggu sintesis lipid
dan DNA (bakterisida)
4. Dosis Obat : Sehari 5 mg/kgBB sampai 300 mg sebagai dosis tunggal.
5. Indikasi Obat : Terapi penyakit Tuberculosis (TB) dalam kombinasi dengan obat anti
Tuberculosis lain
6. Kontraindikasi : Hepatitis atau penyakit hati yang dinduksi oleh obat, epilepsi,
gangguan ginjal.
7. Efek samping : Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai
dengan masing-masing individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya,
harap konsultasikan kepada tenaga medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam
penggunaan obat adalah: Neuropati perifer dan efek neurotoksik lainnya, mual, muntah
8. Interaksi obat :Menghambat metabolisme hati antiepilepsi (misalnya karbamazepin,
etosuksimida, primidon, fenitoin), benzodiazepin (misalnya diazepam, triazolam),
klorzoksazon, teofilin, disulfiram, kadang-kadang menyebabkan peningkatan toksisitas.
Peningkatan metabolisme enfluran, menghasilkan tingkat fluorida yang berpotensi
nefrotoksik. Peningkatan konsentrasi dan peningkatan efek atau toksisitas clofazimine,
cycloserine dan warfarin. Mengurangi penyerapan dengan antasida yang mengandung Al.
Peningkatan risiko neuropati perifer dengan zalcitabine dan stavudine.
9. Penyimpanan : Pada suhu ruang 150C – 300C
3) Vitamin B6
1. Nama obat : Vitamim B6/pirydoxin
2. Golongan Obat : obat bebas
3. Mekanisme kerja :Prekursor piridoksal; berperan dalam metabolisme protein, karbohidrat,
dan lemak; membantu dalam sintesis GABA
4. Membantu pelepasan glikogen yang disimpan hati dan otot
5. Dosis Obat : 150 mg setiap hari
6. Indikasi Obat : Defisiensi vitamin B6
7. Kontraindikasi : Kehamilan dan menyusui
8. Efek samping : Mual, ataksia
9. Interaksi obat : Penggunaan bersamaan dengan cycloserine, hydralazine, isoniazid,
penicillamine, estrogen (misalnya kontrasepsi oral) dapat meningkatkan kebutuhan dosis
untuk pyridoxine. Dapat mengurangi efek altretamin, levodopa, fenobarbital, fenitoin
10. Penyimpanan :
6. Resep Kardiovaskular
A. KELENGKAPAN/SKRINING RESEP
1. Persyaratan Administratif
Ada
2 SIP dokter
Ada
3 Alamat Instansi Jl. Kh. Ahmad Dahlan No. 53
Bandung
Ada
4 Nomor Telepon
022-7301062-731448
5 Tempat dan tanggal penulisan resep Ada
Bandung, Agustus 2021
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) Ada
Prescriptio/Ordonatio
Ada
7 Nama Obat
Signatura
Ada
10 Nama Pasien
2. Pengkajian Farmastika
3. Pengkajian Klinik
Ada/tidak ada
Masalah Penatalaksanaan
(jika ada tulis nama obat)
Ketidaktepatan
Tidak ada -
seleksi obat
Reaksi obat
merugikan
Gagal menerima
Tidak ada -
terapi obat
B. Informasi Obat
1) Candesartan
10. Nama obat : Candesartan
11. Golongan Obat : angotensin reseptor blocker
12. Mekanisme kerja :Penghambat reseptor angiotensin II (ARB);
mencegah angiotensin II mengikat reseptornya, yang pada gilirannya memblokir efek
vasokonstriksi dan sekresi aldosteron dari angiotensin II.
13. Dosis Obat : dosis awal 8 mg (gangguan fungsi hati 2 mg,
gangguan fungsi ginjal atau volume deplesi intravaskular 4 mg) sekali sehari, tingkatkan
jika perlu pada interval 4 minggu hingga maksimal 32 mg sekali sehari; dosis penunjang
lazim 8 mg sekali sehari
14. Indikasi Obat : hipertensi; kombinasi dengan HCT:
Pengobatan hipertensi yang tidak dapat terkontrol dengan kandesartan sileksetil atau
HCT sebagai monoterapi
15. Kontraindikasi :
16. Efek samping : sakit kepala; sangat jarang mual, hepatitis,
kerusakan darah, hiponatremia, nyeri punggung, sakit sendi, nyeri otot, ruam, urtikaria,
rasa gatal.
17. Interaksi obat : Kombinasi dengan HCT
18. Penyimpanan :
4) Amlodipin
10. Nama obat : Amlodipin
11. Golongan Obat : Chalcium channel blocker
12. Mekanisme kerja : Menghambat masuknya ion kalsium
ekstraseluler transmembran melintasi membran sel miokard dan sel otot polos pembuluh
darah tanpa mengubah konsentrasi kalsium serum; ini menghambat kontraksi otot polos
jantung dan pembuluh darah, sehingga melebarkan arteri koroner dan sistemik utama
13. Meningkatkan pengiriman oksigen miokard pada pasien dengan angina
vasospastik
14. Dosis Obat :Dosis awal 5 mg per hari. Maksimal 10 mg per hari.
Titrasi dosis dilakukan tiap 7-14 hari.
15. Indikasi Obat :Hipertensi, angina stabil kronik dan vasospastik.
16. Kontraindikasi : Hipotensi berat, syok kardiogenik, obstruksi
saluran keluar ventrikel kiri (misalnya stenosis aorta derajat tinggi), gagal jantung setelah
infark miokard akut.
17. Efek samping : edema dan sakit kepala
18. Interaksi obat :Peningkatan konsentrasi plasma sistemik dengan
imunosupresan (misalnya siklosporin, tacrolimus). Peningkatan konsentrasi serum
simvastatin. Peningkatan paparan dengan inhibitor enzim CYP3A4 (misalnya inhibitor
protease, antijamur azole, eritromisin, diltiazem). Penurunan konsentrasi plasma dengan
penginduksi CYP3A4 (misalnya rifampisin).
19. Penyimpanan :
5) Calcium laktat
11. Nama obat :
12. Golongan Obat :
13. Mekanisme kerja :
14. Dosis Obat :
15. Indikasi Obat :
16. Kontraindikasi :
17. Efek samping :
18. Interaksi obat :
19. Penyimpanan :
6) Ketosteril
20. Nama obat : Ketosteril
21. Golongan Obat : Obat keras
22. Mekanisme kerja :
23. Dosis Obat : Ginjal Khronik : 3 x sehari 4-8 tablet, Compensated
Retention/Retensi terkompensasi : 3 x sehari 4-6 tablet dengan diet nutrisi Tinggi Kalori
Rendah
24. Indikasi Obat : Tuberkulosis
25. Kontraindikasi :Hindari pemberian pada pasien hiperkalsemia
(Kadar kalsium yang tinggi), gangguan metabolisme asam amino, hamil, dan
anakHiperkalsemia, gangguan metabolisme asam amino, hamil, anak
26. Efek samping : Hiperkalsemia
27. Interaksi obat :
28. Penyimpanan :