Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM VII

UJI SANITASI RUANGAN

Tanggal Praktikum : 8 Oktober 2021

Dosen Pengampu:

apt. M. Ikhwan Setiawan, M. Farm

Disusun Oleh:

Meidina Tria Kusherawati (19011009)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR

2021
I. Dasar Teori
Dalam melakukan uji sanitasi ruangan dapat dilakukan beberapa cara diantaranya adalah :
1. Metode Cawan Terbuka, dimana cawan berisi medium yang sudah beku dibiarkan
terbuka selama beberapa waktu tertentu di dalam ruangan yang akan di uji sanitasinya,
termasuk ruang terbuka. Kemudian cawan diinkubasikan untuk melihat adanya
pertumbuhan koloni.
2. Metode Oles (swab), yaitu metode perhitungan mikroba dengan mengoleskan daerah
permukaan pada bahan atau alat yang akan diuji, kemudian dengan menggunakan
larutan steril dimasukkan ke dalam cawan petri. Selanjutnya dengan menggunakan
media yang sesuai, koloni mikroba dapat ditumbuhkan dan dihitung.
3. Metode Rodac, dilakukan terhadap alat atau daerah permukaan yang datar seperti meja
dinding, alat gelas dan sebagainya, yaitu dengan cara mengadakan kontak langsung
pada agar cawan.
4. Metode Bilas, dilakukan dengan cara membilas alat-alat atau wadah yang digunakan
untuk mengolah atau mengepak makanan, misalnya botol, kantong plastik dan
sebagainya.

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui kondisi aseptic ruangan atau alat-alat yang
digunakan dalam pengolahan pada industri seperti industri makanan atau minuman hasil
pertanian.

II. Bagan Prosedur Kerja


1. Metode Cawan Terbuka

2. Metode Oles
3. Metode Bilas

III. Prosedur Kerja


Alat-alat : Batang pengoles, cawan petri, pipet 1 ml, inkubator 30-32°C, alat-alat
gelas.

Bahan-bahan : Cawan Plate Count Agar (PCA), Cawan PCA berdiameter 5-6 cm, diisi
agar dengan penuh kemudian ditempatkan dalam cawan petri kosong berdiameter 10 cm
dan bertutup, 25-100 ml larutan pengencer, dan 80 ml PCA air.

Cara Kerja : Metode Cawan Terbuka

1. Tiap-tiap kelompok melakukan percobaan pada ruangan yang berbeda. (dapat pula
dilakukan di luar ruangan).
2. Siapkan 2 buah cawan PCA yang diberi tandan ama ruangan dan waktu kontak dengan
udara yaitu 10 dan 20 menit.
3. Secara bersamaan, bukalah cawan-cawan tersebut di dalam ruangan yang ditetapkan
sehingga agar mengalami kontak dengan udara di dalam ruangan tersebut.
4. Tutuplah cawan petri satu persatu masing-masing setelah 10 dan 20 menit.
5. Inkubasikan semua cawan pada suhu 30-32°C selama 2-3 x 24 jam.
6. Amati adanya pertumbuhan dan hitunglah jumlah koloni yang tumbuh. Apabila
pertumbuhan koloni menyebar, matakan secara relatif dengan tanda – sampai +++.

Cara Kerja : Metode Oles

1. Setiap kelompok menggunakan tabung reaksi berisi 5 ml larutan pengencer, batang


oles yang telah disterilkan dan dua cawan petri.
2. Peraslah batang oleh dengan cara menekan-nekannya pada dinding tabung reaksi
bagian atas sambal diputar-putar.
3. Gunakan batang oles tersebut untuk menyeka permukaan alat, meja atau dinding yang
akan diuji (penyekaan dilakukan pada luas tertentu misalnya 1x1 cm sebanyak 3 kali).
4. Batas oles dimasukkan Kembali ke dalam tabung, diaduk dan batang tabung dipuat-
putar menggunakan tangan selama 2 menit.
5. Batang oles diperas Kembali pada dinding tabung, kemudian dikeluarkan dari tabung.
6. Lakukan pemupukan sebanyak 1 dan 0,1 ml masing-masing ke dalam cawan petri
berisi PCA kemudian diinkubasikan selama 2-3 x 24 jam.
7. Hitung koloni yang tumbuh dinyatakan dalam jumlah koloni mikroba per cm2.
Jumlah koloni/cm2 = jumlah koloni per ml x 5 atau
Jumlah koloni per 0,1 ml x 10 x 5
Cara Kerja : Metode Bilas

1. Masukkan 20 ml larutan pengencer ke dalam botol atau wadah yang akan diuji
berukuran kecil atau 100 ml untuk botol besar.
2. Bilaslah seluruh permukaan bagian dalam botol dengan cara memutar-mutar botol
secara horizontal sebanyak 10 kali. Inokulasikan 2 cawan petri masing-masing 1 ml
dan 0,1 ml suspense tersebut.
3. Tuangkan PCA cair, biarkan membeku.
4. Inkubasikan selama 2-3 x 24 jam. Hitung koloni yang tumbuh dan nyatakan dalam
jumlah koloni per wadah botol.
Jumlah koloni per wadah = jumlah koloni per ml x 20 atau
= Jumlah koloni per 0,1 ml x 10 x 20
(untuk botol besar, angka 20 diganti dengan 100)

IV. Hasil Pengamatan


A. Metode Cawan Terbuka
Percobaan ke Volume Gambar Hasil

+++
TBUD
0,1 mL
(10 menit)

Percobaan
Ke-1 +++
TBUD
1 mL
(20 menit)

+++
TBUD

Percobaan 0,1 mL
Ke-2 (10 menit)
+++
TBUD
1 mL
(20 menit)

B. Metode Oles
Percobaan ke Volume Gambar Hasil

++

TBUD
0,1 mL

Percobaan

Ke-1 +++

TBUD
1 mL

++

TBUD
0,1 mL

Percobaan

Ke-2 +++

TBUD
1 mL
C. Metode Bilas
Percobaan ke Volume Gambar Hasil

++

TBUD
0,1 mL

Percobaan

Ke-1 +++

TBUD
1 mL

++

TBUD
0,1 mL

Percobaan

Ke-2 +++

TBUD
1 mL

V. Pembahasan
Praktikum yang dilaksanakan kali ini adalah mengenai pengujian sanitasi ruangan.
Udara dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi. Udara tidak mengandung
mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitar yang
mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme. Udara mengandung
campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21%,
dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus, dan lain-
lain. Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetpai mikroba selalu
terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia,
hewan, dan zat-zat organik, dan debu.
Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat,
seperti debu atau terdapat dalam droplet air. Jika di dalam suatu ruangan banyak terdapat
debu dan cairan, maka mikroba yang ditemukan didalamnya juga bermacam-macam,
termasuk bakteri, kapang, ataupun khamir. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara
terutama jenis Bacillus subtilis dapat membetuk spora yang tahan dalam keadaan kering.
Proses sanitasi terhadap mikroorganisme perlu diperhatikan karena banyak
mikroorganisme penyebab penyakit yang bisa menginfeksi manusia melalui udara, alat,
ataupun dari tangan. Pada praktikum kali ini akan dibahas satu buah uji sanitasi, yaitu uji
sanitasi ruangan dengan tiga metode yaitu metode cawan terbuka, metode oles dan metode
rodac.
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding, dan langit-
langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan. Sedangkan
lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai yang terkena limbah
cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan dengan baik dapat menjadi tempat
penyediaan makanan bagi bakteri dan serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat
membawa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan langit-langit yang
konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi, struktur yang
licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan bila tidak dibersihkan
dan dipelihara secara teratur dan efektif. Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi
setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan atau alat. Dengan demikian sanitasi
lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau
pengolahan produk makanan atau industri .
Pada pengujian sanitasi ruang, dua buah cawan petri yang sudah steril dengan diisi
dengan media PCA hingga penuh yang kemudian dibekukan. Media PCA digunakan untuk
menumbuhkan semua jenis mikroorganisme baik itu bakteri, kapang atau khamir.
dituangkan media PCA tersebut kemudian dibiarkan hingga beku. Media PCA yang telah
membeku, kemudian tutup cawan petri tersebut dibuka dan dengan posisi terbalik ditekan
permukaan agarnya pada tempat yang telah ditentukan. Biarkan media kontak dengan
tempat-tempat yang telah ditentukan tersebut selama beberapa detik, hal ini bertujuan agar
mikroorganisme di tempat yang dikontakan dapat menempel dan menjadikan media agar
tersebut sebagai tempat tumbuhnya sehingga jumlah mikroorganisme baik bakteri, kapang,
maupun khamir dapat diketahui. Kemudian cawan petri ditutup kembali dan diinkubasi pada
suhu 30-32oC selama 2-3 x 24 jam, hal ini dikarenakan pada suhu tersebut mikroorganisme
dapat tumbuh optimal dan waktu inkubasi selama 2-3 hari dikarenakan pada waktu tersebut
nutrisi pada media masih ada sehingga bakteri belum ada yang kehabisan nutrisi dan
mengalami fase kematian sehingga yang benar-benar terhitung adalah bakteri yang memang
tumbuh pada media tersebut. Pada saat inkubasi, posisi cawan petri diusahakan dalam posisi
terbalik agar air yang mengembun di dalam tutup cawan saat diinkubasi tidak menetes ke
dalam media karena akan menghasilkan suatu masa pertumbuhan yang menganak sungai
dan menghancurkan pembentukan koloni secara individu. Kemudian setelah inkubasi
hitung jumlah koloni yang tumbuh dan hitung unit koloninya dengan rumus:
100 𝑐𝑚2
Jumlah Koloni/cawan x 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐶𝑎𝑤𝑎𝑛

Hasil pengamatan pada metode cawan terbuka pada percobaan ke-1 0,1 ml dan 1 ml dan
juga percobaan ke-2 0,1 ml dan 1 ml dapat dilihat bahwa koloni tidak dapat dihitung (+++)
karena terlalu banyak untuk dihitung (tbud). Sedangkan hasil pengamatan pada metode oles
baik itu percobaan ke-1 dan percobaan ke-2 pada 0,1 ml didapatkan hasil (++) dan untuk
hasil 1 ml didapatkan (+++) keduanya tidak dapat dihitung karena jumlah koloni terlalu
banyak. Kemudian untuk hasil pengamatan pada metode rodac yaitu sama dengan hasil
pengamatan pada metode oles dan jumlah koloni terlalu banyak untuk dihitung. Hasil
pengamatan pada metode cawan terbuka terlihat zona bening yang menandakan
pertumbuhan mikroba pada media. Menandakan semakin lama cawan terbuka semakin
banyak pertumbuhan mikroba pada media.
Dengan ditandainya pertumbuhan mikroorganisme pada setiap ruangan yang
dilakukan pengujian, menandakan bahwa tidak semua ruangan yang ada kebersihannya
terjamin. Lantai yang dibersihkan dengan desinfektan misalnya, masih terdapat koloni
bakteri yang tumbuh, padahal desinfektan dapat mereduksi jumlah mikroorganisme,
berbanding terbalik dengan lantai yang dibersihkan dengan air justru tidak ditemukan sama
sekali unit koloni bakteri.

VI. Kesimpulan
Jumlah bakteri terbanyak yaitu metode cawan terbuka dikarenakan dimulai dari
percobaan ke-1 pada 0,1 ml dan 1 ml dan juga percobaan ke-2 pada 0,1 ml dan 1 ml yaitu
sama rata dengan didapatkan hasil pengamatan (+++) terlalu banyak untuk dihitung (tbud).
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM VIII

PEMERIKSAAN FUNGI DALAM MAKANAN DAN AKTIVITAS PENGAWET

Tanggal Praktikum : 8 Oktober 2021

Dosen Pengampu:

apt. M. Ikhwan Setiawan, M. Farm

Disusun Oleh:

Meidina Tria Kusherawati (19011009)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR

2021
A. Pertumbuhan Fungi Pada Makanan

I. Dasar Teori
Dalam beberapa makanan jenis kapang tertentu pertumbuhannya sangat diharapkan
untuk melakukan fermentasi, misalnya dalam proses pembuatan tempe, kecap, tauco,
oncom, keju dsb. Tetapi adanya kapang dalam suatu makanan dapat menyebabkan
kerusakan. Jenis-jenis kapang lebih mudah diidentifikasi dari pada bakteri, karena setiap
jenis kapang mempunyai bentuk struktur yang berbeda-beda. Oleh karena itu identifikasi
jenis kapang dapat dilakukan dengan cara melihat secara mikroskopik maupun
makroskopik. Selain kapang, khamir juga sering digunakan dalam fermentasi, misalnya
dalam proses pembuatan minuman anggur yang menghasilkan alkohol. Oleh karena itu
adanya kapang dan khamir (fungi) dalam suatu makanan/minuman tertentu perlu dianalisis,
sehingga dapat diketahui jenis dan jumlahnya per mg atau per ml.

II. Bagan Prosedur Kerja


Pembuatan PDA dicampurkan dengan antibiotik kloramfenikol 0,1 g

Uji Fungi dalam makanan

III. Prosedur Kerja


Alat-alat : Piggan petri, pipet ukur 1 ml, penangas air 45± 1°C, inkubator, alat
penghitung koloni (colony counter) dan mikroskop.

Bahan-bahan : Peptone Water, Potatoes Dextrose Agar (PDA) atau Saboraund


Dextrose Agar (SDA) atau media yang lain (Malt Agar) yang telah ditambah antibiotik
klortetrasiklin/kloramfenikol atau strepromisin (250 ml media ditambah dengan 1 ml
antibiotik yang dibuat dari 1 gram anntibiotik dalam 100 ml air suling steril).
Cara Kerja :
1. Dipipet 25 ml atau ditimbang 25 gram cuplikan ke dalam erlenmeyer atau botol
pengencer yang berisi 225 ml larutan pepton water, kemudian dikocok 25 kali sampai
homogen. Lalu cuplikan diambil dengan pipet yang sesuai.
2. Kemudian encerkan sampai 10-5.
3. Pipet 1 ml dari masing-masing pengenceran, masukkan ke dalam piggan petri steril
secara simplo atau duplo.
4. Tuangkan media PDA atau media lainnya (suhu 45± 1°C) sebanyak 15-20 ml ke dalam
piggan petri sedemikian rupa sehingga campuran tersebut merata.
5. Setelah agar-agar membeku, balikkan piggan petri dan inkubasikan pada suhu atau
pada suhu kamar selama 5 hari.
6. Hitung koloni kapang dan khamir setelah 5 hari per ml atau per gram contoh.
Catatan : a. Koloni kapang biasanya buram dan berbulu/berhipa
b. Koloni khamir berwarna putih, licin dan berbau asam
c. Tegaskan koloni dengan pemeriksaan di bawah mikroskop, sehingga
yakin betul bahwa koloni tersebut adalah kapang dan/ atau khamir.
d. Antibiotik yang ditambahkan dalam media SDA dll, berfungsi
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri.

IV. Hasil Pengamatan


4.1 Pertumbuhan fungi pada oncom

No. Gambar Keterangan

1. 1 ml larutan oncom 100x pengenceran dan


Media PDA secukupnya.

2. 1 ml larutan oncom 200x pengenceran dan


Media PDA secukupnya.
3. 1 ml larutan oncom 300x pengenceran dan
Media PDA secukupnya.

4. 1 ml larutan oncom 400x pengenceran dan


Media PDA secukupnya.

5. 1 ml larutan oncom 500x pengenceran dan


Media PDA secukupnya.

4.2 Pertumbuhan fungi pada tempe

No. Gambar Keterangan

1. 1 ml larutan tempe 100x pengenceran dan


Media PDA secukupnya.

2. 1 ml larutan tempe 200x pengenceran dan


Media PDA secukupnya.
3. 1 ml larutan tempe 300x pengenceran dan
Media PDA secukupnya.

4. 1 ml larutan tempe 400x pengenceran dan


Media PDA secukupnya.

5. 1 ml larutan tempe 500x pengenceran dan


Media PDA secukupnya.

V. Pembahasan
Seperti makhluk hidup pada umumnya, pertumbuhan mikroba tentunya tidak lepas
dari pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu dapat berupa faktor fisika,
faktor kimia, maupun faktor biologi. Namun, pertumbuham mikroba ini tidak hanya
dipengaruhi faktor lingkungan, tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Karena
ukurannya yang sangat mikroskopis, pertumbuhan mikroba sangat tergantung pada
keadaan sekelilingnya.
Perubahan faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba
menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, dan untuk menunjang pertumbuhan
optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga
menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe
mikroba, tentunya diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai.
Maka dari itu dalam praktikum ini kami mencoba untuk melakukan suatu perlakuan yang
dapat mengetahui faktor-faktor lingkungan apa saja yang sesuai pada pertumbuhan
mikroba.
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan
lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan.
Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut.
Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia) meliputi pengaruh suhu,
pH dan pengaruh daya desinfektan dan faktor biotik yaitu antibiose.
Mikroba hanya dapat hidup pada kondisi lingkungan yang sesuai. Beberapa faktor
yang mempengaruhi proses pertumbuhan mikroba di antaranya adalah pengaruh suhu,
pengaruh waktu, pengaruh suplai zat gizi, pengaruh aktivitas air, pengaruh ketersediaan
oksigen, faktor-faktor kimia (pengaruh daya desinfektan), pengaruh radiasi dan pengaruh
pH. Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor kimia yakni
tekanan osmotik dan faktor fisik yakni pengaruh suhu dan penyinaran UV terhadap
pertumbuhan mikroba dan media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba adalah
media cair.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan pertumbuhan fungi pada oncom dan
tempe. Tujuannya untuk mengetahui apakah koloni tersebut termasuk ke dalam koloni
kapang atau koloni khamir. Koloni kapang biasanya buram dan berbulu/berhipa
seedangkan pada koloni khamir berwarna putih, licin dan berbau asam. Penambanhan
antibiotik kloramfenikol 0,1 gram pada pengamatan kali ini berfungsi sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri. Baik pada percobaan oncom dan tempe, dilakukan dengan 1 ml
larutan sampel (oncom/tempe) dengan pengenceran selama lima kali yaitu pada 100x,
200x, 300x, 400x dan 500x dan juga ditambahkan media PDA secukupnya.

B. Pengaruh Bahan Pengawet dan Rempah-Rempah Terhadap Pertumbuhan Mikroba

I. Dasar Teori
Salah satu cara untuk memperpanjang masa simpan suatu makanan adalah dengan
menambahkan bahan pengawet ke dalam makanan tersebut. Kemampuan suatu zat
pengawet dalam menghambat pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya : (1) konsentrasi zat pengawet, (2) sifat-sifat mikroba yang meliputi jumlah,
umur dan keadaan mikroba, (3) sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, pH,
jenis dan jumlah senyawa di dalamnya, (4) suhu lingkungan (5) waktu penyimpanan dan
sebagainya.
Berbagai bahan pengawet dapat mempunyai aktifitas berbeda-beda, misalnya
bersifat bakterisidal yaitu membunuh bakteri, bakteriostatik yaitu menghambat
pertumbuhan bakteri, fungisidal, fungistatic atau menghambat germinasi spora bakteri dan
sebagainya.
Salah satu bahan pengawet yang digunakan dalam makanan adalah asam benzoate,
garam natrium dari asam benzoate yang sering digunakan untuk mengawetkan jam dan
sari buah, salad, acar dan lain-lain. Konsentrasi maksimum benzoate yang digunakan
sebagai bahan pengawet pada pH 2,5 sampai 4,0 dan daya pengawetannya akan berkurang
dengan semakin tingginya pH. Di dalam percobaan ini akan dilihat pengaruh Na-Benzoat
sebagai pengawet di dalam sari buah. Beberapa rempah-rempah juga mempunyai sifat
dapat menghambat pertumbuhan mikroba karena kandungan senyawa-senyawa
antimikroba di dalamnya. Oleh karena itu rempah-rempah mungkin dapat berfungsi
sebagai pengawet disamping fungsi utamanya sebagai penambah cita rasa.

II. Bagan Prosedur Kerja


1. Uji aktivitas pengawet pada sari buah

2. Uji aktivitas pengawet pada rempah-rempah

III. Prosedur Kerja


Alat-alat : Tabung reaksi steril, pipet 1 ml dan 10 ml, penangas air, inkubator.

Bahan-bahan : Sari buah segar, bakteri Lactobacillus atau safilococus, Kapang


Rhizopus atau Khamir Saccharomyces, Agar miring PCA, Agar miring PCA = 2%.
Kunyit dan agar miring + 2% bawang putih. Agar miring PCA + 2% kayu manis dan
larutan benzoat.

Cara Kerja : Uji Pengaruh Na-Benzoat


1. Pipet 9 ml sari buah masing-masing ke dalam 4 buah tabung reaksi steril.
2. Tambahkan masing-masing tabung dengan 0,2; 0,5; dan 1 ml Na-Benzoat 2%,
sedangkan satu tabung lainnya digunakan sebagai control. (dengan pengenceran ini
konsentrasi benzoate dalam sari buah menjadi 0; 0,04; 0,1 dan 0,2%.
3. Inkubasikan tabung pada suhu kamar selama 7 hari, amati pertumbuhan mikroba yang
ditandai dengan kekeruhan.
Cara Kerja : Uji Pengaruh Rempah-Rempah
1. Inokulasikan setiap jenis mikroba pada 4 buah agar miring yang masing-masing berisi
rempah-rempah yang berbeda yaitu : (1) 2% kunyit, (2) 2% bawang putih, (3) 2% kayu
manis dan (4) PCA tanpa rempah-rempah.
2. Inkubasikan semua tabung pada suhu kamar selama 7 hari, amati adanya pertumbuhan
mikroba pada permukaan medium dan dibandingan dengan control.
IV. Hasil Pengamatan
4.1 Uji Aktivitas Pengawet pada Sari Buah

No. Gambar Keterangan

1. 9 ml Sari buah jeruk 0 ml


Na benzoat.

2. 9 ml Sari buah jeruk 0,2 ml


Na benzoat.

3. 9 ml Sari buah jeruk 0,5 ml


Na benzoat.

4. 9 ml Sari buah jeruk 1 ml


Na benzoate.
4.2 Uji Aktivitas Pengaruh pada Rempah-rempah

No. Gambar Keterangan

1. 9 ml larutan sereh 1 ml
Ragi.

2. 9 ml larutan kunyit 1 ml
Ragi.

3. 9 ml larutan bawang putih 1


ml Ragi.

4. Media PDA 1 ml Ragi.

V. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji aktivitas pengawet pada sari buah dan rempah-
rempah. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan pada makanan dengan
metode inkubasi, mengetahui pengaruh natrium benzoate sebagai pengawet pada sari buah
dan untuk mengetahui sifat rempah-rempah dalam menghambat pertumbuhan mikroba.
Pada Uji pertumbuhan fungi pada makanan yang dilakukan metode pengenceran yang
dilakukan pada pengawetan untuk melihat bagaimana ketahanan antimikroba yang
ditambahkan pada sediaan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga
sesuai usia simpannya.
Pada Uji pengaruh Na-Benzoat ini menunjukkan adanya hasil positif dari mikroba pada
semuu tabung, ditandai dengan adanya kekeruhan pada sampel yang ada ditabung.
Menandakan bahwa sampel telah terkontaminasi oleh mikroba. Jika keruh berarti terdapat
mikroba. Untuk tabung yang tidak pakai pengawet itu yang keruh jadi kita bisa bandingkan
dengan ketiga sari buah yang dimasukkan pengawet, jika kita lihat ketiga tabung itu tidak
keruh berarti itu menandakan pengawet asam benzoat efektif menghambat pertumbuhan
bakteri pada makanan. Tanpa Na Benzoat keruh. Keruh mungkin dikarenakan adanya
tumpukan seperti hifa jamur diatasnya.
Pada Uji pengaruh rempah-rempah menunjukkan adanya adanya mikroba positif pada
semua tabung, ditandai dengan adanya bulatan putih pada sampel yang ada ditabung.
Menandakan bahwa sampel telah terkontaminasi dengan mikroba. Tetapi jumlah mikroba
tiap tabung berbeda, kemungkinan konsentrasi pangawet tiap rempah-rempah berbeda-
beda sehingga pertumbuhan bakteri ada yang lama dan ada yang cepat. Jika rempah-
rempah perbandingannya sama PDA dan juga ragi. Dibandingkan dengan rempah-rempah,
jika kita ikuti sesuai teori, rempah-rempah juga termasuk pengawet. Mikroba tumbuh
bukan dirempah-rempah tetapi jika dilihat tidak ada yang tumbuh. Untuk sampel PDA
dengan ragi, sampel mengambang dari tabung dikarenakan terjadi reaksi fermentasi yang
menghasilkan gas CO2. CO2 yang terpadat pada PDA terperangkap karena PDA yang
memadat.
Pada praktikum ini dilakukan analisis efektivitas dari pengawet Natrium Benzoat
menggunakan medium NA dan medium PDA. Kesimpulan Pada uji pertumbuhan jamur
pada makanan pada hari ke 3 belum tampak adanya pertumbuhan jamur pada media tetapi
pada hari ke 7 tampak adanya pertumbuhan jamur pada media.
Pada pengaruh Na benzoat bahwa pengawetan Natrium benzoate tidak efektif dalam
peruraian atau pertumbuhan mikroba ditandai dengan kekeruhan pada media yang
menandakan pertumbuhan mikroba.
Pada uji pengaruh rempah-rempah bahwa yang efektif dalam menghambat
pertumbuhan jamur yaitu kunyit dan bawang putih ditandai dengan zona putih bening yang
sedikit atau hanya titik pada media sedangkan pada sereh dan tanpa rempah terlihat media
menjadi keruh menandakan pertumbuhan jamur.
KESIMPULAN

Pada praktikum dilakukan pengamatan pertumbuhan fungi pada oncom dan tempe.
Tujuannya untuk mengetahui apakah koloni tersebut termasuk ke dalam koloni kapang atau
koloni khamir. Koloni kapang biasanya buram dan berbulu/berhipa seedangkan pada koloni
khamir berwarna putih, licin dan berbau asam. Penambanhan antibiotik kloramfenikol 0,1 gram
pada pengamatan kali ini berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri. Baik pada
percobaan oncom dan tempe, dilakukan dengan 1 ml larutan sampel (oncom/tempe) dengan
pengenceran selama lima kali yaitu pada 100x, 200x, 300x, 400x dan 500x dan juga
ditambahkan media PDA secukupnya.

Pada pengaruh Na benzoat bahwa pengawetan Natrium benzoate tidak efektif dalam
peruraian atau pertumbuhan mikroba ditandai dengan kekeruhan pada media yang menandakan
pertumbuhan mikroba. Pada uji pengaruh rempah-rempah bahwa yang efektif dalam
menghambat pertumbuhan jamur yaitu kunyit dan bawang putih ditandai dengan zona putih
bening yang sedikit atau hanya titik pada media sedangkan pada sereh dan tanpa rempah
terlihat media menjadi keruh menandakan pertumbuhan jamur.
DAFTAR PUSTAKA

Ishfahani, Febi. 2021. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi: Program Studi S1 Farmasi.

STTIF. Bogor.

Laporan Praktikum Mikrobiologi 7 Dan 8 | PDF ( on internet scribd.com)

https://www.scribd.com/presentation/493730754/Laporan-Praktikum-Mikrobiologi-7-Dan-8

Pelczar. M.J dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.

Pratiwi, T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jasad V. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai