Anda di halaman 1dari 5

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan adalah penelitian ekperimental karena
penelitian ini dilakukan di laboratorium dan dalam penelitian ini terdapat
variabel manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon.
B. Variabel Penelitian
         Variabel Manipulasi    :  suhu.
                                                                              Variabel Kontrol      : volume NaOH, konsentrasi NaOH, jumlah tetes

PP, jenis kecambah, berat kecambah, umur kecambah, waktu penyimpanan


kecambah, volume BaCl2.
Variabel Respon          :  volume CO2 hasil respirasi.

C. Alat dan Bahan


         Alat
-          Erlenmeyer 250 ml                  6 buah
-          Neraca                                     1 buah
-          Buret                                       1 set
-          Pipet                                        1 buah
         Bahan
-          Kecambah kacang hijau umur 2 hari            30 gr
-          Larutan NaOH 0,5 M                                  300 mL
-          Larutan HCl 0,5 M                                      secukupnya
-          Larutan BaCl2 0,5 M                                    15 mL
-          Larutan Phenolftalin (PP)                            secukupnya
-          Kain kasa                                                     secukupnya
-          Benang                                                         secukupnya
-          Plastik                                                          secukupnya

D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Menyiapkan 6 erlenmeyer lalu mengisi masing-masing dengan 30 ml
larutan NaOH 0,5 M.
3. Menimbang 5 gram kecambah yang disediakan kemudian
membungkus dengan kain kasa dan diikat dengan seutas tali. Masing-masing
2 sampel untuk suhu ruangan dan 2 sampel untuk suhu dalam inkubator.
4. Memasukkan kedalam Erlenmeyer dan menggantungkan bungkusan
kecambah tersebut di atas larutan NaOH dengan bantuan tali. Kemudian
menutup rapat-rapat botol tersebut dengan plastic.
5. Menyimpan  2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambah
(control) masing-masing pada suhu ruangan dan yang lain di dalam
incubator dengan suhu 370 C.
6. Setelah 24 jam, melakukan titrasi untuk mengetahui jumla gas
CO2 yang dilepaskan selama respirasi kecambah.
7. Mengambil 5 ml larutan NaOH dalam botol kemudian memasukkan
dalam Erlenmeyer. Setelah itu menambahkan 2,5 ml BaCl2 dan menetesi
dengan 2 tetes PP sehingga larutan berwarna merah. Selanjutnya larutan
tersebut dititrasi dengan HCl 0,5 M. Titrasi dihentikan setelah warna merah
tepat hilang.
 
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1.      Tabel
Tabel 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Volume CO2 yang dikeluarkan pada Respirasi
Kecambah
Suhu Erlenmeyer Volume HCL (ml) Total CO2/30 ml (ml)
Kontrol (tanpa
1,2 22,8 22,8
Ruang kecambah)
29OC Ada kecambah (1) 0.8 25,2
26,1
Ada kecambah (2) 0.5 27
Kontrol (tanpa
0,7 25,8 25,8
Inkubator kecambah)
37OC Ada kecambah (1) 0,5 27
26,7
Ada kecambah (2) 0,6 26,4

2. Grafik

           

Grafik 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Volume CO2 yang dikeluarkan pada Respirasi


Kecambah

B. Analisis

            Dari tabel dan grafik di atas diperoleh bahwa jumlah volume CO 2 yang
dikeluarkan pada erlemenyer yang tidak berisi kecambah pada suhu 290C
adalah 22,8 ml. Sedangkan rata-rata jumlah volume CO2 yang dikeluarkan pada
erlemenyer yang berisi kecambah pada suhu 29 0C 26,1 ml. Pada suhu 290C, volume
CO2 yang dikeluarkan pada erlemenyer yang berisi kecambah lebih besar daripada
erlemenyer yang tidak berisi kecambah.
            Kemudian untuk suhu incubator, (370C), jumlah volume CO2 yang dikeluarkan
pada erlemenyer yang tidak berisi kecambah adalah 25,8 ml. Sedangkan jumlah volume
CO2 yang dikeluarkan pada erlemenyer yang berisi kecambah adalah 26,7 ml. Pada
suhu 370C, volume CO2 yang dikeluarkan pada erlemenyer yang berisi kecambah lebih
besar daripada erlemenyer yang tidak berisi kecambah.
            Jika dibandingkan antara erlemenyer yang berada pada suhu 29 0C dan 370C,
maka volume CO2yang dikeluarkan pada erlemenyer yang berisi kecambah dengan
suhu 370C, yaitu 26,7 ml lebih besar daripada erlemenyer yang berisi kecambah pada
suhu 290C, yaitu hanya 26,1 ml. Sedangkan untuk erlemenyer yang tidak berisi
kecambah, jumlah volume CO2 yang dikeluarkan lebih besar pada suhu 37 oC, yaitu 25,8
ml dari pada yang dikeluarkan pada suhu 29oC yaitu 22,8 ml.

C. Pembahasan
Pada percobaan ini, digunakan kecambah yang masih muda yaitu kecambah
yang berumur 2 hari karena kecambah muda masih aktif melakukan metabolisme yang
menghasilkan energy. Energi tersebut digunakan untuk pertumbuhan kecambah.
Sedangkan kotiledon yang merupakan cadangan makanan kecambah yang
mengandung banyak pati. Pati merupakan substrat dalam respirasi kecambah,
sehingga sebagian besar pati akan hilang selama pertumbuhannya.
Kecambah yang diuji digantung di dalam Erlenmeyer yang berisi 30 ml NaOH
yang nantinya berfungsi untuk mengikat CO 2 hasil respirasi kecambah. Dibutuhkan
waktu 24 jam untuk mengamati respirasi kecambah. NaOH yang didapat dari
erlenmeyer direaksikan dengan BaCl2 kemudian ditirasi dengan HCl untuk mengetahui
banyaknya CO2 yang dibebaskan. Reaksi kimia yang berlangsung sebagai berikut :
         Proses pengambilan NaOH dari tabung Erlenmeyer terjadi reaksi:
CO2  +  NaOH                     Na HCO3 + H2O
         oksidasi asam     basa                                  garam           air

         Saat NaOH ditambahkan BaCl2 maka terjadi reaksi :


NaOH + BaCl2                  NaCl2 + Ba(OH)2
     Basa         garam                         garam                   basa

         Setelah ditambahkan PP dan dititrasi dengan HCl maka didapatkan reaksi :


Ba(OH)2 + HCl                    2H 2O + BaCl2
                      Basa                  asam                           air         garam

Tidak semua CO2 bisa diikat oleh NaOH. NaOH yang tidak mengikat
CO2 tersebut tidak semuanya bereaksi dengan BaCl 2 dan menghasilkan Ba(OH)2 yang
berwarna bening. Kemudian Ba(OH)2tersebut diuji dengan PP, terjadi perubahan
warna menjadi merah. Warna merah menunjukkan bahwa Ba(OH) 2 bersifat basa.
Ketika Ba(OH)2 sebanyak 5 ml dititrasi dengan HCl maka menghasilkan garam
BaCl2 dengan indikasi perubahan warna Ba(OH)2 yang asalnya merah berubah menjadi
bening (warna merah tepat hilang). Pada saat warna merah tepat hilang itulah dihitung
volume HCl yang dibutuhkan untuk menetrasi Ba(OH) 2. Volume HCl tersebut
sebanding dengan volume NaOH yang tidak mengikat CO 2, sehingga dari volume HCl
dapat diketahui volume NaOH yang mengikat CO2.
Berdasarkan analisis data diketahui volume total CO2 yang dilepaskan dari
proses respirasi kecambah. Pada suhu incubator (37 0C) diperoleh volume CO2 hasil
respirasi lebih besar dibandingkan pada suhu ruangan. Setelah dianalisis menunjukkan
bahwa kecepatan respirasi pada suhu 37 0C, dengan erlenmeyer tanpa kecambah adalah
1,075 ml/jam, sedangkan Erlenmeyer berisi kecambah adalah 1,11 ml/jam. Pada
suhu 290C, dengan Erlenmeyer tanpa kecambah adalah 0,95 ml/jam, sedangkan
Erlenmeyer berisi kecambah adalah 1,09 ml/jam. Hal ini menunjukkan antar suhu 37 0C
kecepatan respirasi kecambah meningkat. Sedangkan pada suhu dibawah
370C yakni 290C kecepatan respirasi kecambah menurun. Hal ini dikarenakan pada
suhu incubator terjadi akumulasi CO2 dalam sel-sel sampai kadar tertentu sehingga
menghambat laju respirasi. Selain itu juga suplai dari substrat yang dioksidasi tidak
cukup, sehingga laju respirasi tidak dapat stabil.
Data yang kami peroleh ini sesuai dengan teori bahwa kadar CO2 dalam 30 ml
NaOH yang berada pada suhu inkubator lebih besar dari pada suhu ruangan, demikian
juga pada kadar CO2 yang digunakan sebagai perlakuan (kecambah) lebih besar dari
pada kadar CO2 yang digunakan sebagai kontrol.
Berdasarkan teori kecepatan respirasi pada suhu yang lebih tinggi (dalam hal
ini 370C) lebih cepat dari pada kecepatan respirasi pada suhu ruangan (dalam hal
ini 290C), namun kecepatan reaksi akan meningkat hanya sampai suhu optimum. Jika
sudah melampaui suhu optimum maka kecepatan reaksi justru akan menurun. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu 370C merupakan suhu optimum kecambah untuk melakukan
respirasi.

                                                                                   

BAB V

SIMPULAN

Berdasarkan percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi


ini, maka dapat disimpulkan bahwa suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi
kecambah, semakin tinggi suhu maka semakin banyak CO 2 yang dibebaskan, sehingga
mempengaruhi laju respirasi yaitu akan semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai