Nama Kelompok :
1. Mira Apriliyani (19011006)
2. Retno Saripati Dewi (19011007)
3. Sahla Robi’atul Adawiyah (19011010)
4. Muhammad Fikri Sukrilah (18010085)
5. Junaedi (19011011)
6. Meidina Tria Kusherawati (19011009)
Bahan awal berupa bahan baku (aktif dan tambahan) dan bahan pengemas (primer dan
sekunder) yang telah disetujui dibawa ke ruang bahan (kelas D) pada ruang produksi (kelas
C). Supervisor produksi membawa dokumen catatan pengolahan bets sebagai panduan dalam
mengolah obat.
Bersama dengan operator, supervisor produksi memulai melakukan pengolahan bahan baku
yaitu tahap pencampuran sehingga diperoleh produk antara sampai kepada produk ruahan.
Selama proses pengolahan dan hasil produk dilakukan IPC oleh bagian QC. Produk ruahan
yang diperoleh dikirim ke gudang karantina dan diberi label warna kuning.
Hasil uji QC sangat menentukan apakah produk ini dapat dikemas atau tidak. Jika memenuhi
syarat, maka label tadi diganti dengan label hijau dan jika tidak memenuhi syarat diberi label
merah. Produk dengan label hijau dikirim ke ruang pengemasan.
Khusus untuk suspensi kloramfenikol ini, dilanjutkan proses pengisian ke dalam botol dan
selama proses pengisian dilakukan IPC kembali, sehingga mutunya betul-betul dapat dijamin.
Proses selanjutnya adalah pemberian label botol menggunakan mesin dan kemudian baru
dikemas dalam kotak secara manual sehingga menjadi obat jadi yang siap untuk dipasarkan.
Semuanya berpedoman kepada dokumen catatan pengemasan bets.
Untuk memastikan mutu obat, bagian QC (supervisor dan analis) kembali melakukan
pemeriksaan terhadap obat jadi. Oleh karenanya, obat jadi disimpan di ruang karantina dulu
sebelum sampai ke gudang penyimpanan.
Tugas:
Berdasarkan narasi di atas, buat Alur/Bagan Pembuatan Suspensi Kloramfenikol di
Industri, mulai bahan baku sampai dikemas.
Jelaskan hal-hal penting yang perlu dijelaskan! (seperti, batch itu apa? Berapa banyak
diproduksi dalam 1 batch, bagian PPIC, IPC, QC, ruang kelas D, ruang kelas C, dsb).
Jawab:
• Batch: adalah sejumlah obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam dihasilkan
dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu.
• PPIC (Production Planning and Inventory Control) merupakan bagian yang
bertanggung jawab . terhadap perencanaan produksi dan persediaan barang.
• IPC (In Process Control): Pemeriksaan dan pengujian yang dilaksanakan selama
proses produksi obat yang dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi
kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik
produk selama proses berjalan.
• QC (Quality control): Semua upaya pengawasan yang dilakukan selama pembuatan
produk dan dirancang untuk menjamin agar produk senantiasa memenuhi spesifikasi,
Identitas, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan.
• QA (Quality assurance); Seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan
dalam sistem mutu dan dilakukan sesuai kebutuhan untuk meyakinkan bahwa suatu
barang akan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
• Ruang kelas D: Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini adalah ruang
produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium
mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di
gudang.
• Ruang kelas C: Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini adalah ruang
produksi produk steril. PEMBUATAN dan PENGISIAN salep, krim, suspensi dan
emulsi umumnya HARUS dilakukan di ruangan kelas C
Tugas :
Bagaimana Anda dapat menjelaskan uraian kerja Andi tadi sehingga dapat ditemukan
solusi terhadap permasalahan yang ditemukan oleh Andi ?
Jawab :
1. Sediaan suspensi antasida merupakan sediaan oral yang mengandung antasida sebagai zat
aktif. Hal ini dilakukan terkair stabilitas antasida yang lebih stabil di dalam suspensei
dibandingkan sediaan lainnya.
2. Zat aktif praktis tidak larut, kelarutan menurut Farmakope dibagi menjadi beberapa
tingkat. Untuk zat aktif yang praktis tidak larut air itu menandakan bahwa zat aktif benar-
benar tidak dapat bercampur menjadi homogen bersama pelarutnya.
3. Zat aktif bersifat hidrofil, zat aktif yang menyukai air. Bila terlalu tinggi kadar
kehidrofilannya menyebabkan zat aktif tidak Bersatu dengan air.
4. Caking didefinisikan sebagai pembentukan sedimen (endapan) yang tidak dapat terdispersi
kembali dalam suatu system suspensi. Penyebab utama terjadinya peristiwa caking adalah
pembentukan jembatan kristal dan agregat tertutup (koagula).
5. Polisorbat 80 merupakan surfaktan pembantu penurunan regangan permukaan. Polisorbat
80 merupakan emulgator yang larut dalam air, yang dapat meningkatkan laju disolusi
untuk tablet obat yang kelarutannya buruk.
6. Wetting agent merupakan senyawa pembasah zat aktif yang memudahkan zat aktif
dibasahkan dengan air.
7. Cara mengerjakan obat suspensi :
- Metode disperse, metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
ke dalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan.
- Metode presipitasi, zat yang hendak didispersikan dilarutkan terlebih dahulu ke dalam
pelarut organic yang hendak dicampur dengan air.
8. System pembentukan suspensi :
- System deflokulasi, partikel deflokulasi mengendap perlahan, akhirnya membentuk
sedimen lalu akan terjadi agregasi dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar
tersuspensi kembali.
- System flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
Solusi untuk permasalah Andi adalah dengan penambahan Polisorbat 80 yang berguna tidak
hanya untuk wetting agent, tetapi juga untuk menurunkan tegangan permukaan yang tinggi
yang terjadi pada suspensi tersebut. Dan juga penambahan simetikon agar diperoleh sediaan
yang lebih optimal efeknya.
Tugas :
Berdasarkan permasalahan di atas, Rancang formula untuk sediaan suspensi antasid
yang berisi aluminimum hidroksida dan magnesium hidroksida
Jawab :
- SUSUNAN FORMULASI ANTASIDA
PENJELASAN KASUS
Pecahnya emulsi biasanya diakibatkan oleh kurangnya emulgator yang digunakan sehingga
lapisan pelindung pada permukaan tetasan lemah, Jadi tetesan tersebut akan berfusi
(bergabung) membentuk suatu tetesan yang berdiameter lebih besar. Kerusakan ini bersifat
irreversibel dan akan menyebabkan terjadinya pemisahan fase (cracking) dan tidak stabil nya
secara fisik bisa saja terjadi karena adanya faktor eksternal yang di sebabkan oleh penyimpan
yang kurang baik, pada pemilihan dan konsentrasi emulgator atau surfaktan yang digunakan
dan lain lain.
MEKANISME KERJA
a. Gambar A proses sebelum terjadiya emulsi ketika kedua cairan minyak air di satukan
dalam wadah
b. Gambar B proses emulsi pencampuran terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil cair
yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak tercampur
c. Gambar C emulsi tidak stabil suatu sistem dispersi yang tidak stabil secara termodinamika
sehingga ketika pengadukan dihentikan dalam waktu singkat tetesan-tetesan akan
bergabung menjadi satu dan kedua cairan tersebut akan memisah
d. Gambar D emulsi yang stabil yanng telah di tambahkan pengemulsi yang stabil
FORMULASI
Merancang, merumuskan, dan membuat formulasi suatu sediaan farmasi yang aman dan
berkhasiat. Selain hal tersebut, kestabilan sediaan farmasi juga perlu diperhatikan karena
penting dalam penentuan ketahanan sediaan selama proses penyimpanan. Kestabilan sediaan
emulsi dapat bergantung pada pemilihan dan konsentrasi emulgator atau surfaktan yang
digunakan, membuat formulasi untuk Andacod sediaan menggunakan berbagai jenis dan
jumlah surfaktan (Tween dan span ). Setelah melakukan evaluasi sediaan mutu tween dan
span jenis dan jumlah surfaktan mempengaruhi formasi dan stabilitas fisik. Surfaktan
menunjukkan ukuran seragam dan stabilitas yang baik dan dapat menunjukan seidaan yang
sesuai dengan mutu yang di inginkan
Berdasarkan kutipan pustaka di atas, maka Andi mencoba membuat desain terhadap sediaan
mikro emulsi dengan zat aktifnya Exemestane.
Tugas :
Coba Saudara buat peta konsep dari uraian di atas, sehingga tergambar bagaimana
obat itu didesain dan formula beserta evaluasinya.
Jawab
Exemestane yang sukar
larut
Peningkatan kelarutan
dan laju disolusi Sehingga
mengakibatkan
kecilnya penetrasi obat
tersebut di dalam tubuh
Bertindak sebagai
substrat palsu
Cara untuk
meningkatkan
Diproses kelarutan obat
dengan membuat
sediaan mikro emulsi
Menyebabkan inaktivasi
Pengurangan dosis
harian exemestane Karakteristik tersebut
membuat
mikroemulsi
mempunyai peranan
Akan meningkatkan penting sebagai
prediktabilitas dan alternatif dalam
keseragaman formula untuk zat
pengobatan pada aktif yang tidak larut
populasi pasien