Anda di halaman 1dari 11

BAB I

1.1 PENDAHULUAN

Bagaimana suatu perusahaan mengukur pencapaian kinerjanya dengan baik,


khususnya agar mampu bersaing dalam industri, kalau tidak melakukan studi perbandingan
dengan aktivitas bisnis pada perusahaan lain yang sejenis. Benchmark adalah sebuah metode
peningkatan kinerja secara sistematis dan logis melalui pengukuran dan perbandingan kinerja
dan kemudian menggunakannya untuk meningkatkan kinerja
“Best practices” merujuk pada praktik bisnis yang dilakukan dengan sangat baik melebihi apa
yang dapat dilakukan perusahaan lain dalam suatu industri tertentu. Dengan kata lain, tak ada
perusahaan lain yang melakukannya lebih baik. Best practices dapat diraih melalui inovasi di
dalam perusahaan. Namun, kalau kita perhatikan akan ada banyak sekali inovasi yang
dilakukan dan diterapkan oleh banyak perusahaan di mana saja.

Karenanya untuk mencapai best practices di dalam suatu industri, sebaiknya kita
melihat ke luar dinding perusahaan untuk melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Di
makalah ini kita akan bicara tentang Strategi Benchmarking yang merupakan salah satu
metodologi yang membantu untuk melakukan seperti itu, benchmarking mengukur proses
atau praktik yang sangat penting bagi peningkatan kinerja Perusahaan,dan melakukan hal itu
di seluruh industri. benchmarking ini mengidentifikasi best practices yang digunakan.
Benchmarking bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dilakukan. Pengalaman beberapa
perusahaan menunjukkan hanya kalau direncanakan dan dilakukan dengan baik, ia dapat
berhasil membuka perusahaan terhadap metode dan ide-ide baru.

1.2 RUMUSAN MASALAH

A. Apa pengertian Strategi benchmarking ?


B. Tujuan dan manfaat Benchmarking ?
C. Bagaimana pelaksanaan dari Strategi benchmarking ?
D. Kelebihan dan kekurangan Strategi benchmarking ?
E. Contoh nyata

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Benchmarking Adalah suatu proses Studi Banding dan mengukur suatu kegiatan
perusahaan/organisasi terhadap proses operasi yang terbaik dikelasnya sebagai inspirasi dalam
meningkatkan kinerja (performance) perusahaan/organisasi. Selain itu, benchmarking di sebut
juga Patok Duga yang dapat mendorong perusahaan/ organisasi untuk menyiapkan suatu
dasar untuk membangun rencana operasional praktik terbaik perusahaan dan menganjurkan
meningkatkan perbaikan bagi seluruh komponen lingkungan perusahaan/organisasi.

Benchmarking dapat diartikan sebagai metode sistematis untuk mengidentifikasi,


memahami, dan secara kreatif mengembangkan proses, produk, layanan, untuk meningkatkan
kinerja perusahaan.

Dalam praktek pengukurannya, ada 4 jenis benchmarking yang dikenal selama ini, yaitu:
1. Internal benchmarking memberikan pembandingan antara operasi atau proses yang
sejenis dalam korporasi.
2. Competitive benchmarking memberikan pembandingan antar pesaing untuk produk
atau layanan tertentu (spesifik).
3. Functional benchmarking memberikan pembandingan untuk fungsi sejenis dengan
industri yang sama.
4. Generic benchmarking memberikan pembandingan proses-proses yang independen
pada industri atau fungsi secara keseluruhan.

Faktor-faktor yang mendorong perusahaan melakukan benchmarking adalah :

5. Komitmen terhadap TQM


6. Fokus pada pelanggan
7. Product – to – market time
8. Waktu siklus pemanufakturan
9. Laba
2
B. Tujuan dan manfaat Benchmarking ?

Menentukan kunci atau rahasia sukses dari perusahaan pesaing yang paling unggul, kemudian
mengadaptasikan dan memperbaikinya secara lebih baik untuk diterapkan, yang akhirnya
akan mengungguli pesaing yang di benchmarking.

Manfaat Benchmarking :

1. Analisis Kompetitif
Dengan membandingkan performa perusahaan saat ini dengan performa kompetitor lain, maka
perusahaan Anda akan mampu mengidentifikasi bagian mana yang harus Anda tingkatkan atau Anda
perbaiki. Selain itu, perusahaan Anda juga akan mendapatkan benefit yang sangat strategis dari
kompetitor Anda, serta mampu meningkatkan rata-rata perkembangan perusahaan Anda.

2. Memantau Performa
Anda akan mampu mendapatkan tren saat ini dengan melakukan kegiatan benchmarking. Sehingga, akan
memungkinkan perusahaan Anda untuk menerapkan tren tersebut dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Untuk itu, kegiatan benchmarking ini perlu dilakukan secara berkala untuk bisa memantau keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
3. Perbaikan Secara Berkala
Selain itu, dengan melakukan benchmarking juga Anda akan bisa meningkatkan performa bisnis secara
berkelanjutan. Hal tersebut memang sudah sepatutnya dilakukan dari waktu ke waktunya.

4. Perencanaan dan Penetapan Sasaran


Setelah Anda berhasil melakukan benchmarking, maka perusahaan Anda nantinya akan mampu
menentukan tujuan dan metrik performa untuk bisa meningkatkan kinerja perusahaan. Nantinya, sasaran
tersebut akan menjadi target baru yang lebih kompetitif, namun perusahaan tetap harus menetapkan
target yang realistis.

5. Meningkatkan Rasa Kepemilikan


Kegiatan benchmarking ini harus dilakukan dengan melibatkan setiap karyawan agar bisa memperoleh
seluruh jawaban yang diperlukan. Dengan cara mendengarkan pendapat karyawan, maka perusahaan
Anda akan mendapatkan pemahaman yang baik terkait peran dari setiap individu, sehingga akan
meningkatkan rasa memiliki dalam diri karyawan.
Nantinya, akan timbul rasa bangga dari para karyawan karena pekerjaan mereka bisa memberikan

3
dampak yang lebih baik pada perusahaan.

6. Memahami Kelebihan Perusahaan


Kegiatan benchmarking mampu membantu mengidentifikasi posisi suatu perusahaan dalam suatu bidang
industri. Untuk itu, jika Anda ingin meningkatkan bidang apapun dalam bisnis Anda,
maka benchmarking adalah salah satu cara yang efektif untuk mempelajari bagaimana kompetitor lain
bisa lebih unggul dan lebih sukses.

C. Pelaksanaan Benchmarking

Proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah yaitu:


1. Menentukan Apa yang Akan Di-benchmark
Hampir segala hal dapat di-benchmark. Seperti suatu proses lama yang
memerlukan perbaikan, suatu permasalahan yang memerlukan solusi, suatu perancangan
proses baru, suatu proses yang upaya-upaya perbaikannya selama ini belum berhasil. Perlu
dibentuk suatu tim peningkatan mutu yang akan menyelidiki proses dan permasalahannya.
Tim ini akan mendefinisikan proses yang menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi
yang dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta keluarannya (output).

2. Menentukan Apa yang Akan Diukur


Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang paling
kritis dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan mutu. Tim yang bertugas
me-review elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan melakukan diskusi
tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus. Contoh-contoh ukuran adalah misalnya
durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap
titik pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu, jumlah aliran balik atau pengulangan, dan
kemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain
(internal dan eksternal) yang berkepentingan terhadap proses ini maka tuntutan atau
kebutuhan (requirements) mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini.
Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang berkepentingan
terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan) tentang tuntutan dan
kebutuhan mereka dan menghubungkan atau mengkaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran
dan standar kinerja proses. Tim kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang

4
paling kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih
informasi seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain
yang menjadi tujuan benchmarking.

5
3. Menentukan kepada Siapa akan Dilakukan Benchmark
kemudian menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan benchmarking ini.
Pertimbangan yang perlu adalah tentunya memilih organisasi lain tersebut yang memang
dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbaik dalam kategori ini.

4. Pengumpulan Data/Kunjungan
Tim mengumpulkan data tentang ukuran dan standar yang telah dipilih terhadap
organisasi yang akan di-benchmark. Pencarian informasi ini dapat dimulai dengan yang telah
dipublikasikan: misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan
lain-lain. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan
di-benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau
sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung. Pada saat kunjungan
langsung (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang menggunakan ukuran dan
standar yang berkaitan dengan data internal yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan
sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa obyek atau proses yang dikunjungi
sehingga informasi yang didapat akan lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah
bahwa organisasi atau lembaga yang dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk
mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga yang mengunjunginya yaitu adanya
keinginan timbal balik untuk saling mem-benchmark. Para pelaku benchmarking telah dapat
menyimpulkan bahwa kunjungan langsung kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat
menghasilkan pandangan dan pemahaman yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan cara-
cara pengumpulan data yang manapun. Kunjungan ini memungkinkan kita untuk secara
langsung berhubungan dengan “pemilik proses” yaitu orang-orang yang benar-benar
menjalankan atau mengelola proses tersebut.

5. Analisis Data
Tim kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses yang di-benchmark
dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di
antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem,
prosedur, organisasi, dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan
(perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang sangat penting

6
adalah menghindari sikap penolakan; jika memang ada perbedaan yang nyata maka kenyataan
itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa harus ada hal-hal yang diperbaiki.

6. Merumuskan Tujuan dan Rencana Tindakan


Tim menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-target ini harus dapat
dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini;
juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung oleh manajemen dan orang-orang yang bekerja
dalam proses tersebut. Kemudian tim dapat diperluas dengan melibatkan multidisiplin yang
akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk memantapkan
tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan waktunya, dan siapa-siapa yang harus
bertanggung jawab. Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan mutu
(executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan
yang timbul. Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target
organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting dari semata-mata
mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan, yang akan
mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu
departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara
terus menerus (berkelanjutan).

D. Kelebihan dan kekurangan Benchmarking

 Kelebihan

Benchmarking yang sebenarnya akan mendorong kita untuk melihat jauh ke dalam proses-
proses di pesaing kita (atau sejawat kita) yang sejenis, yang barangkali diimplementasikan
dengan lebih baik dan terbukti memberikan kualitas hasil atau keluaran yang lebih baik. Juga
benchmarking ini dapat membantu untuk mendapatkan ”jalan pintas” untuk mencapai tujuan
(target), dengan meniru maka banyak hal dapat dihemat, antara lain kita dapat lebih
mempersingkat proses pembelajaran (learning process), mengurangi kemungkinan kegagalan
karena bisa belajar dari kegagalan dan kesalahan orang lain.

7
 Kekurangan
Berhubung proses identifikasi dan transfer praktek bisnis cenderung memakan waktu
(time consuming) , maka kendala yang terutama dalam melakukan benchmarking adalah
kurangnya motivasi untuk mengadopsi praktek bisnis, kurangnya informasi yang memadai
mengenai cara adaptasi dan penggunaannya secara efektif dan kurangnya kapasitas
(sumberdaya ataupun keterampilan) dalam penyerapan praktek bisnis.

E. CONTOH NYATA

Bechmarking Samsung terhadap produk Apple (Iphone 4)


Tahun 2013 Samsung mengeluarkan produk baru yaitu Samsung Galaxy ace. Namun,
terdapat isu pelanggaran hak paten kepada Samsung karena produknya tersebut dianggap
menjiplak produk Apple yaitu Iphone 4 karena terdapat kemiripan disisi keunggulan dan fitur
namun disertai harga yang lebih terjangkau.
Iphone 4 lebih dulu di luncurkan sebelum Samsung galaxy ace, dari pelanggaran paten,
pihak pengadilan memang tidak memutuskan bahwa seluruhnya dilanggar oleh Samsung.
Beberapa yang tidak dianggap melanggar antara lain adalah bagian desainnya yang jauh
berbeda. Banyak pihak juga yang mengatakan bahwa Samsung telah melakukan penjiplakan
terhadap produk Apple. Karena memang sudah terbukti Samsung telah melanggar hak paten dan
meniru iphone. Disini sudah jelas bahwa Samsung yang melakukan benchmarking (product
bechmarking) terhadap iphone. Sehingga keuntungannya, Samsung bisa lebih menguasai pasar
karna memiliki harga yang sangat terjangkau oleh kalangan luas.
Hal mengejutkan juga datang dari pemberitaan di Amerika Serikat ditahun 2014,
terungkap bahwa Galaxy S4 mampu mengalahkan penjualan iPhone 5. Tentu ini rekor pertama
kali Samsung mampu mengalahkan Apple di pasar kandang sendiri. Dikutip dari GSMarena,
Samsung menempati posisi teratas pada penjualan Mei 2013 lalu di AS, Bila di AS saja
Samsung mampu mengalahkan Apple, bagaimana dengan pasar di Indonesia dan negara-negara
Asia lainnya. Itu sangat menguntungkan sekali bagi Samsung.
Kerugian nya untuk iphone mengalami penurunan, dan dapat dikalahkan oleh Samsung.
Dari segi harga maupun kecanggihan nya. Sebenarnya mereka pernah bekerja sama dalam hal
LCD, flash memory, dan prosesor dari Samsung, dan Apple merupakan pelanggan terbesar
8
Samsung. Beberapa perangkat penting iPad dan iPhone, diproduksi oleh Samsung.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa benchmarking membutukan kesiapan
“Fisik” dan “Mental”. Secara “Fisik” karena dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan
teknologi yang matang untuk melakukan benchmarking secara akurat. Sedangkan secara
“Mental” Adalah bahwa pihak manajemen perusahaan harus bersiap diri bila setelah
dibandingkan dengan pesaing, ternyata mereka menemukan kesenjangan yang cukup
tinggi.Benchmarking merupakan kiat untuk mengetahui tentang bagimana dan mengapa suatu
perusahaan yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara
lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya.
Fokus dari kegiatan benchmarking diarahkan pada praktik terbaik dari
perusahan lainnya. Ruang lingkupnya makin diperluas yakni dari produk dan jasa menjalar
kearah proses, fungsi, kinerja organisasi, logistik, pemasaran, dll. Benchmarking juga
berwujud perbandingan yang terus-menerus, jangka panjang tentang praktik dan hasil dari
perusahaan yang terbaik dimanapun perusahaan itu berada.Praktik banchmarking berlangsung
secara sistematis dan terpadu dengan praktik manajemen lainnya, misalnya TQM, corporate
reengineering, analisis pesaing, dll.
Proses benchmark bukan sekedar menyontek, tetapi membandingkan keberadaan suatu
proses di satu pihak dengan pihak lain yang melakukan proses yang sama. Hasil analisa yang
diperoleh digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kerja. bukannya meniru secara gelap.tapi Meniru dan memodifikasi secara jujur,
artinya kita minta izin dan bekerja sama dengan pemilik patent-nya, karena pada dasarnya

diatur oleh International Benchmarking Clearinghouse (IBC).

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Browsing Internet ,Keyword : strategi benchmarking

2. Wikipedia
3. ( Benchmarking The Primer; Benchmarking for Continuous Environmental
Improvement, GEMI, 1994,
4. Kesimpulan (Pawitra,1994, p.12), yaitu : Benchmarking merupakan kiat untuk
mengetahui tentang bagimana dan mengapa suatu perusahaan yang memimpin dalam
suatu industri dapat melaksanakan tugas- tugasnya secara lebih baik dibandingkan
dengan yang lainnya
5. Kelas IPS.com

6. Robert Camp, dalam bukunya The search for industry best practices that lead to
superior performance. Productivity Press .1989.
7. Copyrights : Copyright © 2002 by UPT. Perpustakaan Universitas
Muhammadiyah Malang.

11

Anda mungkin juga menyukai