Anda di halaman 1dari 10

BENCHMARKING

Mata Kuliah Manajemen Operasional


Dosen Pengampu : Bapak Dr. Harianto Respati, SE., MM.

Disusun Oleh :

Gaudensius Mingge Olin ( NIM: 21071000085 )


Bima Laksana Putra ( NIM: 21071000090 )
Arizka Novandita ( NIM: 21071000091 )

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benchmarking telah menjadi alat yang semakin populer di kalangan perusahaan,


berusaha untuk menjadi lebih kompetitif, berjuang untuk kinerja kelas dunia.
Benchmarking dibawa ke kesadaran kita melalui Robert C. Camp 1989 landmark buku.
Sebagian besar perusahaan secara aktif terlibat dalam benchmarking. Benchmarking
merupakan bagian dari proses kualitas total, dan siapa saja terlibat dalam kualitas total
harus memiliki pemahaman yang kuat tentang subjek ini. Jelaskan secara rinci tentang
manfaat dan perangkap pembandingan. juga menjelaskan bagaimana usaha apa pun
bisa membuat keputusan yang rasional tentang pembandingan, termasuk apakah atau
tidak untuk melakukannya, dan bagaimana untuk pergi tentang itu.
Akhirnya dan yang paling penting, benchmarking merupakan alat untuk
membantu membangun sumber daya di mana perbaikan harus dialokasikan relatif
sedikit akan diperoleh dengan drastis mengubah proses yang sudah menutup terbaik di
kelas. poin penting yang harus diingat tentang pembandingan adalah sebagai pengikut
benchmarking kekhawatiran proses dan praktek, Benchmarking adalah sarana
dihormati mengidentifikasi proses yang membutuhkan perubahan besar, Pembandingan
dilakukan antara perusahaan menyetujui yang mungkin atau mungkin tidak menjadi
pesaing.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Benchmarking ?
2. Apa yang dimaksud dengan Benchmarking ?
3. Apa saja jenis-jenis Benchmarking ?
4. Apa saja Metode Benchmarking ?
5. Bagaimana Proses Benchmarking ?
6. Apa manfaat dari Benchmarking ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk memberikan Pemahaman lebih lanjut tentang Akuntansi Manajemen
khusunya tentang Benchmarking.
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen Yang
diharapakan mahasiswa baik masyarakat umum dapat memahaminya secara
mendalam.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 SEJARAH BENCHMARKING


Singkat dapat dikatakan bahwa pada mulanya konsep benchmarking berkembang
di bidang perindustrian. Awal tahun 1950-an banyak pengusaha Jepang mengunjungi
beberapa perusahan di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa barat. Tujuan
kunjungan mereka adalah berusaha mendapatkan dua masukan, yaitu teknologi dan
penerapan bisnis atau praktik baik. Masukan itu dikemas dalam bentuk perjanjian kerja.
Dari tahun 1952 hingga tahun 1984 tidak kurang dari 42.000 perjanjian kerja telah
ditandatangani. Hampir semua perjanjian itu berkisar tentang alih teknologi terbaik dan
“segala sesuatu” (know-how) yang dimiliki negara barat. Jepang menggunakan proses
“mengambil dan memanfaatkan” untuk kemajuan industrinya. Pada tahun 1960-an
industri-industri Jepang telah menyamai industri-industri barat. Keberhasilan Jepang
dalam menggunakan teknologi barat untuk melakukan benchmarking terhadap kinerja
mereka sendiri, merupakan bukti reputasi mereka di dalam kancah perdagangan.
Hal yang sangat penting dan bernilai manfaat tinggi dalam benchmarking adalah
bahwa dengan aktivitas ini memungkinkan korporasi untuk melihat jauh ke depan
melampaui paradigma berfikir terkait dengan kinerja proses bisnis. Dengan melakukan
benchmark terhadap perusahaan lain, korporasi dapat secara nyata meningkatkan
kesesuaian solusi masa depan terhadap permasalahan saat ini.
2.2 PENGERTIAN BENCHMARKING
Pengertian Benchmarking menurut para ahli :
1. Menurut Gregory H. Watson :
Bencmarking sebagai pencarian secara berkesinambungan dan penerapan secara nyata
praktik-praktik yang lebih baik yang mengarah pada kinerja kompetitif unggul.
2. Menurut David Kearns (CEO dari Xerox) :
Benchmarking adalah suatu proses pengukuran terus-menerus atas produk, jasa dan
tata cara kita terhadap pesaing kita yang terkuat atau badan usaha lain yang dikenal
sebagai yang terbaik.
3. IBM : Benchmarking merupakan suatu proses terus-menerus untuk menganalisis tata
cara terbaik di dunia dengan maksud menciptakan dan mencapai sasaran dan tujuan
dengan prestasi dunia.
4. Teddy Pawitra :
Bencmarking sebagai suatu proses belajar yang berlangsung secara sisitematis dan
terus-menerus dimana setiap bagian dari suatu perusahaan dibandingkan dengan
perusahaan yang terbaik atau pesaing yang paling unggul.
5. Goetsch dan Davis :
Benchmarking sebagai proses pembanding dan pengukuran operasi atau proses
internal organisasi terhadap mereka yang trbaik dalam kelasnya, baik dari dalam
maupun dari luar industry.
Benchmarking membutukan kesiapan “Fisik” dan “Mental”. Secara “Fisik” karena
dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan teknologi yang matang untuk melakukan
benchmarking secara akurat. Sedangkan secara “Mental” Adalah bahwa pihak
manajemen perusahaan harus bersiap diri bila setelah dibandingkan dengan pesaing,
ternyata mereka menemukan kesenjangan yang cukup tinggi.
Jadi Benchmarking adalah suatu proses yang biasa digunakan dalam manajemen
atau umumnya manajemen strategis, dimana suatu unit / bagian / organisasi mengukur
dan membandingkan kinerjanya terhadap aktivitas atau kegiatan serupa unit / bagian /
organisasi lain yang sejenis baik secara internal maupun eksternal.

2.3 JENIS-JENIS BENCHMARKING


Pada dasarnya terdapat empat jenis benchmarking (Dale, 1994 dalam Nasution, 200),
yaitu:
1. Internal benchmarking
Internal benchmarking merupakan infestasi asumsi yang paling mudah
diterapkan yaitu dengan membandingkan operasi diantara fungsi-fungsi dalam
organisasi itu sendiri.
Dengan demikian, internal bnchmarking dapat dikatakan sebagai suatu paket
upaya perbaikan terus menerus untuk mengidentifikasi praktis bisnis terbaik yang ada
dalam lingkungan perusahaan sendiri. Sebagai contoh, bila praktik bisnis disalah satu
anak perusahaan atau unit bisnis setelah diteliti memiliki performa terbaik, maka sifat-
sifat tertentu yang unggul ini kemudian ditularkan pada anak perusahaan lain atau unit
bisnis lain yang berada dalam kelompok perusahaan yang sama.
2. Competitive Benchmarking
Competitive benchmarking berfungsi untuk memposisiskan produk
perusahaan terhadap produk persaing. Competitive beancmarking terapkan produk
untuk menciptakan atau meningkatkan daya saing serta mampu memperbaiki posisi
produk dalam pasar yang kompetitif. Melalui competitive beanchmarking akan
diperoleh informasi tentang penampilan terbaik dari pasang, di mana informasi ini
dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menciptakan produk yang lebih baik dari
yang baik, Upaya mencari model dan praktik-praktik bisnis terbaik yang ada dipasar
global, dan memiliki pengaruh langsung terhadap pratik bisnis yang dilakukan
perusahaan akan meningkatkan daya saing perusahaan di pasar global.
3. Functional Benchmarking
Functional Beanchmarking merupakan jenis asumsi yang tidak harus
membetasi pada perbandingan terhadap pesaing langsung.
Functional Benchmarking dapat melakukan investigasi pada perusahaan –
perusahaan yang unggul dalam industri tidak sejenis. Bagaimanapun, relevansi dari
perbandingan pada functional benchmarking, nilai nilai target pembanding dapat
berasal dari perusahaan tidak sejenis yang unggul. Implementasi functionak
benchmarking memang lebih sulit untuk dilakukan, mengingat informasi yang
diperlukan pada umumnya lebih sulit diperoleh, dan bencmark targets-nya
memerlukan imajinasi dan kreativitas yang tinggi.

4. Generic Benchmarking
Generic Benchmarking merupakan jenis asumsi dimana beberapa funsi bisnis
dan proses adalah sama tanpa mempedulikan ketidakserupaan atau ketidaksejenisan di
antara industri-industri.
2.4 METODE BENCHMARKING
Proses benchmarking memiliki beberapa metode. Salah satu metode yang paling
terkenal dan banyak diadopsi oleh organisasi adalah metode 12, yang diperkenalkan oleh
Robert Camp, dalam bukunya The search for industry best practices that lead to superior
performance. Productivity Press 1989 Langkah metode 12 terlalu luas untuk dijabarkan.
Agar mudah, metode 12 tersebut bias diringkas menjadi 6 bagian utama yakni :

1. Identifikasi problem apa yang hendak dijadikan subyek. Bisa berupa proses, fungsi,
output dsb.
2. Identifikasi industri/organisasi/lembaga yang memiliki aktifitas/usaha serupa. Sebagai
contoh, jika anda menginginkan mengendalikan turnover karyawan sukarela di
perusahaan, carilah perusahaan-perusahaan sejenis yang memiliki informasi turnover
karyawan sukarela.
3. Identifikasi industri yang menjadi pemimpin/leader di bidang usaha serupa. Anda bisa
melihat didalam asosiasi industri, survey, customer, majalah finansial yang mana
industri yang menjadi top leader di bidang sejenis.
4. Lakukan survey pada industri untuk pengukuran dan praktek yang dilakukan.Anda
bisa menggunakan survey kuantitatif atau kualitatif untuk mendapatkan data dan
informasi yang relevan sesuai problem yang diidentifikasi di langkah awal.
5. Kunjungi ’best practice’ perusahaan untuk mengidentifikasi area kunci praktek usaha.
Beberapa perusahaan biasanya rela bertukar informasi dalam suatu konsorsium dan
membagi hasilnya didalam konsorsium tersebut.
6. Implementasikan praktek bisnis yang baru dan sudah diperbaiki prosesnya. Setelah
mendapatkan best practice perusahaan, dan mendapatkan metode/teknik cara
pengelolaannya, lakukan proyek peningkatan kinerja dan laksanakan program aksi
untuk implementasinya.

2.5 PROSES BENCHMARKING

Kegiatan benchmarking dilakukan melalui beberapa tahapan, yang dimulai dari


perencanaan, analisis, integrasi, implementasi, sehingga kematangan (Camp, 1989: 17,
259 dalam Nsution, 2001: 195-197).
1. Perencanaan
2. Analisis
3. Integrasi
4. Implementasi.
5. Fase kematangan
Menurut Goetsch dan Davis (1994, pp.416-423) diperinci mejadi 14 langkah (proses)
banchmarking, yaitu :

1) Komitmen manajemen.
2) Basis pada proses perusahaan itu sendiri
3) Identifikasi dan dokumentasi setiap kekuatan dan kelemahan proses perusahaan.
4) Pemilihan proses yang akan di benchmarking.
5) Pembentukan tim benchmarking.
6) Penelitian terhadap obyek yang terbaik di kelasnya (best-in-class).
7) Pemilihan calon mitra benchmarking best-in-class.
8) Mencapai kesepakatan dengan mitra benchmarking.
9) Pengumpulan data.
10) Data dan penentuan gap.
11) Perencanaan tindakan untuk mengurangi kesejangan yang ada atau bahkan
mengunggulinya.
12) Implementasi perubahan
13) Pemantauan.
14) Memperbarui benchmarking; melanjutkan siklus tersebut.

Empat cara yang digunakan dalam melakukan benchmarking, adalah :


1) Riset in-house.
2) Riset Pihak Ketiga.
3) Pertukaran Langsung.

2.6 MANFAAT DARI BENCHMARKING


Ada beberapa manfaat dari penerapan Benchmarking yaitu:
1. Perubahan Budaya
2. Peningkatan Kinerja
3. Sumber Daya Manusia
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dapat dikatakan bahwa benchmarking membutukan kesiapan “Fisik” dan “Mental”.


Secara “Fisik” karena dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan teknologi yang matang
untuk melakukan benchmarking secara akurat. Sedangkan secara “Mental” Adalah bahwa
pihak manajemen perusahaan harus bersiap diri bila setelah dibandingkan dengan pesaing,
ternyata mereka menemukan kesenjangan yang cukup tinggi.Maka dapat disimpulkan
beberapa hal yang harus diketahui oleh perusahaan maupun mereka yang berkecimpung
dalam dunia bisnis bahwa:
Benchmarking merupakan kiat untuk mengetahui tentang bagimana dan mengapa
suatu perusahaan yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan tugas-tugasnya
secara lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya.
Fokus dari kegiatan benchmarking diarahkan pada praktik terbaik dari perusahaan
lainnya. Ruang lingkupnya makin diperluas yakni dari produk dan jasa menjalar kearah
proses, fungsi, kinerja organisasi, logistik, pemasaran, dll. Benchmarking juga berwujud
perbandingan yang terus-menerus, jangka panjang tentang praktik dan hasil dari perusahaan
yang terbaik dimanapun perusahaan itu berada.

3.2 KESAN DAN SARAN


Dengan adanya pembahasan tentang Akuntansi Manajemen khususnya materi
Benchmarking diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang metode tersebut
sehingga dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penyusun merasa masih banyak
kekurangan dari makalah yang kami buat. Maka dari itu kami mohon kritikan dan saran
dari para pembaca yang sifatnya membangun agar tidak mengulangi kesalahan yang sama
dimasa yang akan datang.
Daftar Pustaka

Watson, G.H. 1996. Strategic Benchmarking: How to Rate Your Company’s Performance
Against The World’s Best. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramli, Khaerani. 2013. Analisis Benchmarking terhadap Biaya Produksi pada PT Karunia
Alam Segar. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Albar, F.B., dkk. 2014. Desain Strategi Pengembangan UKM dengan Kombinasi Metode
Benchmarking dan Blue Ocean Strategy. Seminar Nasional IENACO.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia, Diana. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi
Offset.
Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana. 2012. Education Manajemen: Analisis Teori dan
Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulisworo, Dwi. 2010. Strategi Korporasi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Spendolini, M.J. 1992. The Benchmarking Book. New York: The American Management
Assosiation.
Gaspersz, V. 2002. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://petra-lugas.blogspot.com/2022/02/merencanakan-proses-benchmarking.html
file:///C:/Users/JAMCOM/Downloads/367310664-MMT-Benchmarking.pdf
https://docplayer.info/34149069-Penerapan-konsep-benchmarking-dalam-rangka-
penyusunan-strategi-baru-perusahaan-study-kasus-pada-pt-kymco-lippo-motor-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai