Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk tetap kompetitif dalam pasar global saat ini, bisnis harus berkembang secara terus-
menerus. Selain itu, pengembangan terus menerus ini membutuhkan pengaplikasian lintas
spectrum  dari aktivitas bisnis, dari desain dan kualitas produk, melalui operasi produksi dan
manajemen biaya untuk melayani konsumen. Pengembangan berkelanjutan bisa didefinisikan
sebagai usaha terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan, mengurangi waktu tanggapan,
menyederhanakan desain produk dan proses, dan mengembangkan kualitas dan pelayanan
konsumen. Improvement  yang
 yang dilakukan perusahaan dilakukan baik dalam sistem, produk maupun
 proses yang telah ada sebelumnya.
Keberhasilan dalam memasarkan produk maupun jasa yang ditawarkan dengan perolehan
 profit yang tinggi merupakan hal yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Perlu diingat bahwa
dalam menentukan strategi yang ingin diterapkan perusahaan sering kali melaku kan perbandingan
entah itu eksternal maupun internal, hal ini dikenal dengan istilah benchmarking.
 Benchmarking merupakan strategi yang diterapkan agar perusahaan tersebut mengetahui
kekuatan dan kelemahannya, entah dalam proses, sistem atau produk yang ditawarkannya sehingga
muncul ide, kebijakan atau stgrategi yang dianggap lebih baik yang dapat diterapkan dalam
 perusahaan untuk membantu mengidentifikasikan kemungkinan perbaikan aktivitas.
aktivitas. Bencmarking
 Bencmarking
ini paling baik digunakan sebagai standard dalam menilai kinerja suatu aktivitas.  Benchmarking
merupakan penentapan standard yang mengacu pada kinerja yang dicapai suatu bagian yang
dianggap baik. Dalam suatu organisasi, unit-unit yang ada dengan aktivitas yang sama akan saling
diperbandingkan. Unit dengan kinerja yang terbaik akan digunakan sebagai standard atau patokan,
sedangkan yang lainnya harus mengikutinya. Benchmarking yang baik dapat menimbulkan suatu
manfaat positif bagi perusahaan. Hal tersebut demi meningkatkan produktifitas serta menghadapi
 persaingan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Benchmarking ?
2. Apa yang dimaksud dengan Benchmarking ?

1
3. Apa manfaat Benchmarking ?
4. Apa saja Asas Benchmarking ?
5. Apa saja jenis-jenis Benchmarking ?
6. Bagaimana Metode Benchmarking ?
7. Apa saja prasyarat Benchmarking ?
8. Bagaimana tahapan dan proses Benchmarkig ?
9. Apa saja biaya dalam Benchmarking ?
10. Apa saja hambatan dalam Benchmarking?

1.3 Tujuan
Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut tentang Strategi Manajemen Biaya khusunya
tentang Benchmarking.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Benchmarking
 Benchmarking dimulai sejak tahun 1973, namun demikian pada awal tahun 1930-an para
eksekutif muda dari perusahaan Toyota, Jepang telah mengunjungi pabrik mobil Ford di Amerika
Serikat dengan tujuan untuk mendapatkan dua masukan, yaitu teknologi dan penerapan bisnis atau
 praktik, dari situlah awal mulanya muncul teori yang dinamakan “JIT (Just in Time)” yaitu suatu
konsep yang mengembangkan penyempurnaan secara terus menerus di tempat kerja (continuous
improvement). Dari tahun 1952 hingga tahun 1984 tidak kurang dari 42.000 perjanjian kerja telah
ditandatangani sebagai bentuk kerjasama antara Negara-negara tersebut. Hampir semua perjanjian
itu berkisar tentang alih teknologi terbaik dan “segala sesuatu” (know-how) yang dimiliki negara
 barat. Jepang menggunakan proses “mengambil dan memanfaatkan” untuk kemajuan industrinya.
Pada tahun 1960-an industri-industri Jepang telah menyamai industri-industri barat. Keberhasilan
Jepang dalam menggunakan teknologi barat untuk melakukan benchmarking  terhadap kinerja
mereka sendiri, merupakan bukti reputasi mereka di dalam kancah perdagangan.
.Penerapan konsep benchmarking  secara modern dipelopori oleh perusahaan Xerox,
Jepang pada tahun 1979, terutama yang dilakukan adalah menguji dan membandingkan apakah
 biaya perunit produksinya lebih tinggi dari pesaing-pesaing di perusahaan sejenis di Jepang. Pada
tahun 1988, seorang tokoh Baldridge National Quality Award bernama Bob Camp, menjadikan
benchmarking sebagai salah satu syarat untuk menerima penghargaan tersebut, hal ini disebabkan
karena buku pertamanya yaitu “The Search for Industry Best Practices that Lead to Superior
Performance”. Pada tahun itu Xerox menjadi juara karena berhasil meningkatkan kualitas dan
keuntungan berdasarkan penerapan praktek benchmarking.
Pada tahun 1989, 9 perusahaan eksplorasi minyak melakukan studi benchmarking tentang
 pengeboran di laut utara dan studi ini masih berlangsung hingga 2009 dengan peserta sebanyak
200-an perusahaan.
Tahun 1990-an aktifitas benchmarking meningkat tajam :
a. Survey tentang  Benchmarking di UK menunjukkan bahwa 78% dari 1000 perusahaan top
versi The Times melakukan benchmarking.

3
 b. Pada tahun 1992, American Productivity and Quality Centre (APQC) mendirikan
 Benchmarking Clearinghouse (IBC).
c. Antara tahun 1990-2000 muncul berbagai model lembaga studi benchmarking  seperti
Baldridge Award dan European Foundation for Quality Management (EFQM) Excellence
Award.

2.2 Evolusi Konsep Benchmarking


Menurut Watson (dalam Widayanto, 1994), konsep benchmarking  sebenarnya telah
mengalami setidaknya lima generasi, yaitu :
1. Generasi Pertama
Generasi pertama ini dapat dipandang sebagai rekayasa terbalik atau analisis produk
kompetitif yang berorientasi pada produk. Pada tahap ini rekayasa terbalik cenderung menjadi
 pendekatan teknis yang berbasis rekayasa bagi perbandingan produk yang mencakup
 pembongkaran dan evaluasi terhadap karakteristik produk yang bersifat teknis, generasi
 pertama ini disebut Reverse Engineering.
2. Generasi Ke-dua
Generasi ke-dua ini disebut competitive benchmarking  yang bergerak melampaui
 perbandingan yang berorientasi produk untuk mencakup perbandingan terhadap proses-proses
dari para pesaing.
3. Generasi ke-tiga
Generasi ke-tiga ini disebut juga process benchmarking.  Benchmarking ini muncul ketika para
makin banyak eksekutif pengawas mutu mengakui bahwa proses pembelajaran terhadap
 produk akan lebih mudah bila dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan di luar industri
mereka daripada studi-studi mengenai daya saing. Perusahaan-perusahaan yang saling
 bersaing memiliki batas alamiah di mana mereka saling merahasiakan berbagai informasi
mengenai perusahaannya. Namun garis batas dan hambatan perdagangan ini tidak berlaku
 bagi perusahaan-perusahaan yang tidak bersaing secara langsung. Ketiadaan hambatan untuk
saling berbagi informasi ini telah mendorong suatu pergeseran yang memperluas penerapan
benchmarking, sebab benchmarking bukan hanya diarahkan kepadapara pesaing, namun justru
diarahkan pada perusahaan-perusahaan dari bidang-bidang industri lain yang menjalanklan
 praktik-praktik bisnis yang sudah diakui kekuatannya.

4
4. Generasi ke-empat
Generasi ke-empat disebut sebagai strategic benchmarking.  Benchmarking  strategis
didefinisikan sebagai proses sistematis untuk mengevaluasi alternatif-alternatif,
mengimplementasikan strategi-strategi dan meningkatkan kinerja dengan memahami dan
mengadaptasi strategi-strategi sukses dari mitra-mitra eksternal yang berpartisipasi salam
aliansi-aliansi bisnis yang berkesinambungan.
5. Generasi ke-lima
Generasi ke-lima merupakan generasi akhir implementasi enchmarking. Menurut pandangan
ini, masa depan benchmarking  terletak pada aplikasi global, di mana perdagangan
internasional, perbedaan-perbedaan proses budaya serta proses bisnis antar perusahaan
dijembatani, dan aplikasi – aplikasinya bagi pengembangan proses bisnis dipahami. Generasi
ini disebut dengan benchmarking global.

Hal yang sangat penting dan bernilai manfaat tinggi dalam benchmarking adalah bahwa
dengan aktivitas ini memungkinkan korporasi untuk melihat jauh ke depan melampaui paradigma
 berpikir terkait dengan kinerja proses bisnis. Dengan melakukan benchmark  terhadap perusahaan
lain, korporasi dapat secara nyata meningkatkan kesesuaian solusi masa depan terhadap
 permasalahan saat ini.

2.3 Pengertian Becnhmarking
 Benchmarking  adalah suatu proses Studi Banding yang biasa digunakan dalam
manajemen atau umumnya manajemen strategis dalam mengukur suatu kegiatan
 perusahaan/organisasi/bagian terhadap proses operasi yang terbaik dikelasnya sebagai inspirasi
dalam meningkatkan kinerja (performance) perusahaan/organisasi. Selain itu, benchmarking di
sebut juga Patok Duga yang dapat mendorong perusahaan/ organisasi untuk menyiapkan suatu
dasar untuk membangun rencana operasional praktek terbaik perusahaan dan menganjurkan
meningkatkan perbaikan bagi seluruh komponen lingkungan perusahaan/organisasi.
 Benchmarking  adalah pendekatan yang secara terus menerus mengukur dan
membandingkan produk barang dan jasa, dan proses serta praktiknya terhadap standar ketat yang
ditetapkan oleh para pesaing atau mereka yang dianggap unggul dalam bidang tersebut dimana

5
dilakukan suatu metode sistematis untuk mengidentifikasi, memahami, dan secara kreatif
mengembangkan proses, produk, layanan, untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Pengertian Benchmarking menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Gregory H. Watson :
Bencmarking sebagai pencarian secara berkesinambungan dan penerapan secara nyata
 praktik-praktik yang lebih baik yang mengarah pada kinerja kompetitif unggul.
2. Menurut David Kearns (CEO dari Xerox) :
 Benchmarking adalah suatu proses pengukuran terus-menerus atas produk, jasa dan tata
cara kita terhadap pesaing kita yang terkuat atau badan usaha lain yang dikenal sebagai
yang terbaik.
3. IBM :
 Benchmarking merupakan suatu proses terus-menerus untuk menganalisis tata cara terbaik
di dunia dengan maksud menciptakan dan mencapai sasaran dan tujuan dengan prestasi
dunia.
4. Teddy Pawitra :
Bencmarking sebagai suatu proses belajar yang berlangsung secara sisitematis dan terus-
menerus dimana setiap bagian dari suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan
yang terbaik atau pesaing yang paling unggul.
5. Goetsch dan Davis :
 Benchmarking  sebagai proses pembanding dan pengukuran operasi atau proses internal
organisasi terhadap mereka yang trbaik dalam kelasnya, baik dari dalam maupun dari luar
industry.
 Benchmarking membutukan kesiapan “Fisik” dan “Mental”. Secara “Fisik” karena
dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan teknologi yang matang untuk melakukan
benchmarking secara akurat. Sedangkan secara “Mental” Adalah bahwa pihak manajemen
 perusahaan harus bersiap diri bila setelah dibandingkan dengan pesaing, ternyata mereka
menemukan kesenjangan yang cukup tinggi.
 Benchmarking  sebagai tolak ukur dalam suatu perusahaan.  Benchmarking  adalah suatu
 proses yang biasa digunakan dalam manajemen atau umumnya manajemen strategis, dimana suatu
unit/bagian/organisasi mengukur dan membandingkan kinerjanya terhadap aktivitas atau kegiatan
serupa unit/bagian/organisasi lain yang sejenis baik secara internal maupun eksternal. Dari hasil

6
benchmarking, suatu organisasi dapat memperoleh gambaran dalam (insight) mengenai kondisi
kinerja organisasi sehingga dapat mengadopsi best practice untuk meraih sasaran yang diinginkan.
 Benchmarking adalah alat bantu untuk memperbaiki kualitas dengan aliansi antar partner
untuk berbagi informasi dalam proses dan pengkuruan yang akan menstimulasi praktek inovatif
dan pemperbaiki kinerja. Dalam aktivitas ini akan dapat ditemukan dan diterapkan praktek terbaik
yang mempercepat laju perbaikan dengan memberikan model nyata dan merealisasikan perbaikan
tujuan; sehingga praktek baik ini akan mendorong proses yang bersifat positif, proaktif, terstruktur
yang mempengaruhi perubahan operasi organisasi. Dengan benchmarking, korporasi melakukan
 pengukuran produk, layanan, dan praktek bisnisnya dengan membandingkan terhadap pesaing
utama maupun korporasi yang diakui sebagai pemimpin dalam bisnisnya. Untuk dapat
meningkatkan kinerjanya, korporasi perlu secara terus menerus mencari ide baru melalui metode,
 praktek, proses dengan mengadopsi fitur-fitur terbaik korporasi lain untuk menjadi best of the best.

2.4 Tujuan dan Manfaat Benchmarking


Tujuan dari benchmarking ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menilai dan meninjau ulang ekonomis, efisiensi, efektivitas serta kelemahan dan
kekurangan yang terdapat dalam fungsi tersebut terkait dengan kondisi yang terjadi.
2. Untuk mengambil tindakan yang bersifat preventif, artinya untuk menilai apakah ada situasi
dalam perusahaan yang potensial dapat menjadi masalah di masa depan meskipun
 pengamatan sepintas mungkin menunjukkan bahwa situasi demikian tidak dihadapi
 perusahaan.

7
9 Pelayanan Waktu rata-rata tiap pelayanan, pemrosesan
 pesanan rutin, perencanaan produksi

10 Citra (image) Customer awareness, intensitas dan biaya


 pemasaran, reaksi pelanggan terhadap
kampanye pemasaran,

19
BAB III
KESIMPULAN

Dapat dikatakan bahwa benchmarking membutukan kesiapan “Fisik” dan “Mental”. Secara
“Fisik” karena dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan teknologi yang matang untuk
melakukan benchmarking  secara akurat. Sedangkan secara “Mental” adalah bahwa pihak
manajemen perusahaan harus bersiap diri bila setelah dibandingkan dengan pesaing, ternyata
mereka menemukan kesenjangan yang cukup tinggi. Maka dapat disimpulkan beberapa hal yang
harus diketahui oleh perusahaan maupun mereka yang berkecimpung dalam dunia bisnis bahwa:
 Benchmarking  merupakan kiat untuk mengetahui tentang bagimana dan mengapa suatu
 perusahaan yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara lebih
 baik dibandingkan dengan yang lainnya.
Fokus dari kegiatan benchmarking diarahkan pada praktik terbaik dari perusahaan lainn ya.
Ruang lingkupnya makin diperluas yakni dari produk dan jasa menjalar kearah proses, fungsi,
kinerja organisasi, logistik, pemasaran, dll.  Benchmarking  juga berwujud perbandingan yang
terus-menerus, jangka panjang tentang praktik dan hasil dari perusahaan yang terbaik dimanapun
 perusahaan itu berada.

20

Anda mungkin juga menyukai