Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TOTAL QUALITY MANAGEMENT

BAB 9 PATOK DUGA (BENCHMARKING)

ANGGOTA KELOMPOK :

Aldion Denise P. (1413010281)

Aldo Pradana Kusuma (1513010018)

Putra Dianda Pratama (1513010021)

Yoga Okta T.W. (1513010026)

Tyara Mustika (1513010064)

Moch. Hanif Rifqi (1513010067)

Vahira Nawal A. (1513010071)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2018
BAB 9

PATOK DUGA (BENCHMARKING)

1) DEFINISI PATOK DUGA


Menurut kamus yang ditulis Drs. Peter Salim, benchmarking dipadankan dengan
patok duga. Maksudnya, sebuah perusahaan akan ‘mematok’ perusahaan lain yang
mereka anggap sebagai pesaing terberat, lalu bila dibandingkan ‘menduga’ perusahaan
mereka berada pada posisi setinggi apa. Atau lebih jelasnya patok duga merupakan suatu
proses belajar secara sistematika dan terus menerus untuk menganalisis tata kerja terbaik
untuk menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, dengan
membandingkan setiap bagian dari suatu perusahaan dengan perusahaan pesaing yang
paling unggul dalam kelas dunia.
Patok duga (benchmarking) muncul pada awal 1980, tetapi baru tahun 1990 mulai
popular sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Bahkan pada tahun 1990,
separuh dari perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam Fortune menggunakan teknik
Patok duga melibatkan dua organisasi yang sebelumnya telah sepakat untuk membagi
informasi mengenai proses atau operasinya. Kedua organisasi tersebut memperoleh
keuntungan dari pertukaran informasi yang dilakukan. Masing-maasing pihak bebas
untuk tidak memberikan informasi yang dianggap rahasia. Lagipula, keduanya tidak harus
merupakan pesaing.
Tujuan utama patok duga adalah untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dan
kemudian mengadaptasi dan memperbaikinya untuk diterapkan pada perusahaan yang
melaksanakan patok duga tersebut. Patok duga membutukan kesiapan “Fisik” dan
“Mental”. Secara “Fisik” karena dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan teknologi
yang matang untuk melakukan benchmarking secara akurat. Sedangkan secara “Mental”
Adalah bahwa pihak manajemen perusahaan harus bersiap diri bila setelah dibandingkan
dengan pesaing, ternyata mereka menemukan kesenjangan yang cukup tinggi.
Ada perbedaan antara patok duga dan analisis persaingan. Analisis persaingan
meliputi perbandingan antara produk pesaing dengan produk yang dihasilkan perusahaan.
Sedangkan patok duga jauh lebih dari itu, yaitu dengan membandingkan bagaimana suatu
produk direkayasa, diproduksi, didistribusikan, dan didukung.
Perbedaan Patok Duga dan Analisis Persaingan
PATOK DUGA ANALISIS PERSAINGAN
 Melihat pada proses  Melihat pada hasil
 Memeriksa bagaimana sesuatu  Memeriksa apa yang telah terjadi
 Dapat membandingkan dengan dan dikerjakan
industri lainnya  Perbandingan di dalam industri
 Penelitian membagi hasil untuk  Penelitian tanpa membagi hasil
 Selalu kompetitif
manfaat bersama
 Rahasia
 Dapat tidak kompetitif
 Tersendiri
 Membagi informasi
 Mandiri
 Kemitraan
 Dipergunakn untuk memeriksa
 Kerjasama/ Interdependen
 Dipergunakan untuk mencapai persaingan
 Tujuan berupa pengetahuan tentang
tujuan perbaikan
 Tujuan berupa pengetahuan proses industri
 Fokus pada kebutuhan pelanggan  Fokus pada kebutuhan perusahaan

2) DASAR PEMIKIRAN PERLUNYA PATOK DUGA


Dorongan untuk melakukan patok duga banyak ditentukan oleh faktor kepuasan
pelanggan. Adanya pemasok yang semakin kompetitif telah membuat pelanggan
mengetahui dan meminta standar produk dan pelayanan yang berbeda dan lebih baik.
Kepuasan pelanggan pun semakin lama semakin sulit dipenuhi oleh adanya keinginan dan
kebutuhan yang secara naluriah makin meningkat, sehingga upaya memuaskan pelanggan
pun bukan melulu sekedar memuaskan tetapi telah menjadi suatu upaya yang kompleks.
Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan yang terbaik kepada pelanggannya.
Salah satu dasar pemikiran perlunya patok duga adalah bahwa tidak ada gunanya
pengasingan diri di dalam suatu laboratorium khusus untuk berusaha menemukan proses
baru yang dapat meningkatkan kualitas atau mengurangi biaya, apabila proses itu sendiri
sudah ada.
Patok duga dimaksudkan untuk secara langsung meningkatkan efisiensi operasi dan
strategi perusahaan. Konsep patok duga mengarah pada orientasi budaya menuju usaha
belajar, peningkatan keterampilan karyawan, dan efisiensi yang pada gilirannya mengarah
pada proses perbaikan berkelanjutan. Menurut Karlof dan Ostblom konsep efisiensi yang
ingin dicapai melalui patok duga mengandung 4 komponen dasar, yaitu kualitas, harga,
volume produksi, dan biaya produksi.
Faktor –faktor yang dipertimbangkan untuk mendorong suatu perusahaan melakukan
patok duga,adalah sebagai berikut :
 Komitmen terhadap pelaksanaan manajemen mutu terpadu
 Fokus pada pelanggan.
 Product to market time.
 Waktu siklus manufaktur.
 Laba

Secara umum manfaat yang diperoleh dari benchmarking dapat dikelompokkan menjadi
(Ross, 1994 pp.239-240):

A. Perubahan Budaya
Memungkinkan perusahaan untuk menetapkan target kinerja baru yang
realisitis berperan meyakinkan setiap orang dalam organisasi akan kredibilitas target
yang ingin dicapai tersebut
B. Perbaikan Kinerja
Membantu perusahan mengetahui adanya gap-gap tertentu dalam kinerja dan untuk
memilih proses yang akan diperbaiki. Hal ini dapat bermanfaat bagi perancangan
ulang suatu produk ata jasa untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan.
C. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia
Memberikan dasar bagi pelatihan karyawan menyadari adanya gap antara yang
mereka kerjakan dengan apa yang dikerjakan karyawan lain diperusahaan
lain. Melalui keterlibatan karyawan dalam memecahkan permasalahan sehingga
karyawan mengalami peningkatan kemampuan dan keterampilan.

3) EVOLUSI KONSEP PATOK DUGA


Menurut Watson (dalam Widayanto, 1994), konsep benchmarking sebenarnya telah
mengalami setidaknya lima generasi, yaitu :
A. Reverse Engineering
Dalam tahap ini dilakukan perbandingan karakteistik produk, fungsi produk dan
kinerja terhadap produk sejenis dari pesaing. Tahap ini cenderung berorientasi teknis,
dengan pendekatan rekayasa produk, termasuk didalamnya membedah dan
mempelajari karakteristik produk pesaing.
B. Competitive Benchmarkin
Selain melakukan benchmarking terhadap karakteristik produk, juga melakukan
benchmarking terhadap proses yang memungkinkan produk yang dihasilkan adalah
produk unggul.
C. Process Benchmarking
Memiliki lingkup yang lebih luas dengan anggapan dasar bahwa beberap proses
bisnis perusahaan terkemuka yang sukses memiliki kemiripan dengan perusahaan
yang akan melakukan benchmarking.
D. Strategic Benchmarking
Tahap ini membahas tentang hal-hal yang berkitan dengan arah strategis jangka
panjang. Strategic Benchmarking merupakan suatu proses yang sistematis untuk
mengevaluasi alternatif, implementasi strategi bisnis dan memperbaiki kinerja
dengan memahami dan mengadaptasi strategi yang telah berhasil dilakukan oleh
mitra eksternal yang telah berpartisipasi dalam aliansi bisnis.
E. Global Benchmarking
Mencakup semua generasi yang sebelumnya dengan tambahan bahwa cakupan
geografisnya sudah mengglobal dengan membandingkan terhadap mitra global
maupun pesaing global.

4) JENIS – JENIS PATOK DUGA


A. Patok duga Internal
Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan operasi suatu bagian dengan
bagian internal lainnya dalam suatu organisasi
B. Patok duga kompetitif
Pedekatan ini dilakukan dengan mengadakan perbandingan dengan berbagai pesaing.
Faktor yang dibandingkan bisa berupa karakteristik produk, kinerja, dan fungsi dari
produk yang sama yang dihasilkan pesaing dalam pasar yang sama.
C. Patok duga Fungsional
Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan perbandingan fungsi atau proses dari
perusahaan-perusahaan yang berada di berbagai industri.
D. Patok duga Generik
Melakukan perbandingan dengan proses bisnis fundamental yang cenderung sama di
setiap industri. Oleh karena proses itu sama disetiap perusahaan, misalnya menerima
pesanan, pelayanan pelanggan, dan pengembangan strategi, maka dapat diadakan
patok duga meskipun perusahaan itu berada di bidang industri yang berbeda.

5) PATOK DUGA SEBAGAI INSTRUMEN PERBAIKAN PENCARIAN INFORMASI


Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi proses dan pemanufakturan
serta operasi lainnya di dalam perusahaan yang membutuhkan perbaikan. Langkah
berikutnya adalah mencari perusahaan lain yang sukses dalam melakukan aktivitas
operasi yang hampir sama. Setelah itu diusahakan untuk melakukan pengamatan dan
pengukuran secara terperinci mengenai bagaimana perusahaan yang sukses itu
melaksanakan aktivitas dan proses operasinya. Bila informasi telah diperoleh, maka
perusahaan yang melakukan patok duga dapat memulai perbaikan prosesnya dengan
mengubah fokus organisasi dan mengembangkan keterampilan manajer dan
karyawannya. Pengembangan keterampilan yang dibutuhkan dalam patok duga meliputi
empat faktor, yaitu :
A. Pengetahuan, terutama yang berkenan dengan aspek proses dan praktik suatu
pekerjaan.
B. Motivasi, misalnya melalui berbagai bentuk dorongan dan reword yang dapat
memotivasi setiap orang dalam organisasi untuk terus belajar.
C. Situasi, yaitu peluang bagi setiap orang untuk menerapkan pengetahuannya dalam
rangka meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
D. Kemauan setiap individu untuk mengembangkan pengetahuannya.

Empat kategori pendekatan atau cara yang digunakan dalam melakukan benchmarking,
adalah :

A. Riset in-house
Melakukan penilaian terhadap informasi dalam perusahaan sendiri maupun informasi
yang ada di publik.
B. Riset Pihak Ketiga
Membiayai kegiatan benchmarking yang akan dilakukan oleh perusahaan surveyor.
C. Pertukaran Langsung
Pertukaran informasi secara langsung dapat dilakukan melalui kuesioner, survei
melalui telepon, dan lainya.
D. Kunjungan Langsung
Melakukan kunjungan ke lokasi mitra benchmarking (cara ini dianggap yang paling
efektif ).

Proses Benchmarking terdiri atas lima tahap (Karlof dan Ostblom, 1993, pp80-83)
yaitu, (1) Keputusan mengenai apa yang akan di benchmarking; (2) Identifikasi mitra
benchmarking; (3)Pengumpulan informasi; (4) Analisis; dan (5) Implementasi.

Kemudian oleh Goetsch dan Davis (1994, pp.416-423) diperinci mejadi 14 langkah,
yaitu :

o Komitmen manajemen
o Basis pada proses perusahaan itu sendiri
o Identifikasi dan dokumentasi setiap kekuatan dan kelemahan proses perusahaan
o Pemilihan proses yang akan di benchmarking
o Pembentukan tim benchmarking
o Penelitian terhadap obyek yang terbaik di kelasnya (best-in-class)
o Pemilihan calon mitra benchmarking best-in-class
o Mencapai kesepakatan dengan mitra benchmarking
o Pengumpulan data
o Analisis data dan penentuan gap
o Perencanaan tindakan untuk mengurangi kesejangan yang ada atau bahkan
mengunggulinya
o Implementasi perubahan
o Pemantauan
o Meperbarui benchmarking; melanjutkan siklus tersebut

6) PERANAN MANAJEMEN DALAM PATOK DUGA


Manajemen memegang peranan penting dalam prose patok duga. Tanpa adanya
dukungan, keterlibatan, dan komitmen dari manajemen puncak, maka tidak mungkin
dilaksanakan patok duga. Berbagai pertimbangan patok duga yang membutuhkan
dukungan manajemen sebelum prosesnya dapat dimulai adalah komitmen terhadap
perubahan, pendanaan, personil, pengungkapan, dan keterlibatan.
A. Komitmen terhadap Perubahan
Patok duga merupakan usaha yang membutuhkan komitmen sungguh – sungguh
terhadap perubahan secara radikal dalam proses suatu perusahaan agar dapat menjadi
yang terbaik dalam kelasnya. Bila komitmen ini tidak ada, maka hanya akan
terjadinya pemborosan biaya dan tenaga, serta kekecewaan pada setiap karyawan
yang menginginkannya.
B. Pendanaan
Hanya pihak manajemen yang berwenang atas pengeluaran dana untuk patok dana,
dana ini akan mendukung perjalanan bagi tim.
C. Sumber Daya Manusia
Manajemen juga merupakan satu-satunya pihak yang dapat memutuskan dan
menugaskan sumber daya manusia yang tersedia untuk melakukan patok duga.
D. Pengungkapan
Masing-masing pihak yang terlibat dalam patok duga harus mengungkapkan
informasi mengenai proses dan praktiknya. Memang tidak ada jaminan bahwa
informasi tersebut tidak akan bocor. Tetapi bila organisasi memiliki proses unik yang
memberikannya keunggulan kompetitif, maka proses tersebut harus diperlakukan
sebagai rahasia dan tidak dijadikan aspek yang akan dipatok duga. Dalam hal ini
hanya pihak manajemen yang berwenang membuat keputusan untuk mengungkapkan
suatu informasi.
E. Keterlibatan
Manajemen harus terlibat dalam penentuan proses yang akan dipatok duga dan mitra
patok duga. Keterlibatan secara aktif dari pihak manajemen dapat menyebabkan
semakin produktifnya setiap level dalam melaksanakan aktivitas patok duga.

Hal-hal penting berkaitan dengan peranan manajemen dalam patok duga adalah:

o Agar patok duga dapat produktikf, manajemen harus memiliki komitmen yang tinggi
terhadap perubahan.
o Manajemen harus menyediakan dana yang dibutuhkan.
o Manajemen harus mengalokasikan sumber daya manusia yang tepat.
o Informasi yang dapat diungkapkan kepada mitra patok duga hanya dapat disiapkan
dan ditentukan pihak manajemen.
o Manajer puncak harus terlibat secara langsung dalam kegiatan patok duga.
7) PRASYARAT PATOK DUGA
Sebelum melaksanakan patok duga, organisasi harus memenuhi beberapa persyaratan
berikut:
A. Kemauan dan komitmen.
Tanpa adanya kemauan dan komitmen terhadap patok duga, maka organisasi tidak
dapat maju.
B. Keterkaitan tujuan strategik.
Tujuan patok duga harus dikaitkan dengan tujuan strategik perusahaan, serta
memberikan pedoman spesifik dan fokus pada setiap usaha yang dilakukan.
C. Tujuan untuk menjadi terbaik, bukan hanya untuk perbaikan.
Perbaikan bertahap merupakan suatu upaya yang baik untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Dalam kondisi ini diperlukan patok duga untuk mencapai perubahan
radikal dan meraih peningkatan kinerja yang sangat besar, bukan hanya beberapa
persen pertambahan dari kinerja sebelumnya.
D. Keterbukaan terhadap ide-ide.
Perusahaan harus terbuka tehadap ide-ide baru untuk patok duga yang memberikan
nilai baru. Suatu ide baru yang telah terbukti keberhasilannya akan lebih mudah
diterima.
E. Pemahaman terhadap proses, produk, dan jasa yang ada.
Sudah menjadi keharusan bagi suatu organisasi untuk memahami proses, produik,
jasa, dan praktiknya secara keseluruhansehingga organisasi tersebut dapat
menentukan apa yang perlu dipatok duga.
F. Proses yang terdokumentasi.
Pemahaman terhadap proses saja tidak cukup, tetapi proses tersebut harus
didokumetasikan, hal ini dikarenakan:
 Semua orang yang berhubungan dengan suatu proses harus memiliki pemahaman
yang sama terhadap proses yang bersangkutan.
 Dokumentasi sebelum adanya perubahan berguna dalam pengukuran peningkatan
kinerja setelah dilaksanakannya patok duga.
 Mitra patok duga belum tentu akrab denagn proses yang dimiliki suatu organisasi.
Dengan adanya pemahaman yang didapatkan dari dokumentasi, maka citra
tersebut dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan.
G. Keterampilan analisis proses.
Perusahaan membutuhkan orang yang memiliki keterampilan dalam menggolongkan
dan mendokumentasi proses. Orang ini bisa karyawan perusahaan, bisa pula
konsultan.
H. Keterampilan riset, komunikasi, dan pembentukan tim
Riset dibutuhkan untuk mengidentifikasi pemilik proses yang terbaik dikelasnya,
sedangkan komunikasi dan pembentukan tim diperlukan untuk melaksanakan patok
duga
.
8) ATURAN MAIN DAN KODE ETIK
Ada aturan main yang berlaku dalam pengumpulan data yang lengkap tentang bagaimana
sebuah perusahaan memutar roda bisnisnya. Berikut bebrapa penjelasan yang bersumber
dari International Benchmarking Clearinghouse (IBC) mengenai langkah-langkah yang
dilakukan terhadap perusahaan yang akan dipatok duga:
A. Penjelasan pertama:
 Memanfaatkan penelitian sekunder untuk mendapatkan data umum tentang
perusahaan yang akan dipatok duga.
 Membeli produk pesaing pada tempat penjualan umum kemudian
melakukan reverse engineering
 Melakukan riset pasar dan survei mengenai kepuasan pelanggan.
 Mengumpulkan informasi atau data disaat transaksi terjadi.
 Meminta perusahaan lain untuk secara langsung berbagi informasi tentang proses
yang mereka jalankan.
 Memotivasi karyawan agar membangung data base menyangkut apa saja yang
mereka ketahui tentang pesaing.
B. Penjelasan kedua:
 Masuk secara diam-diam sedalam sistem sebuah perusahaan untuk menggali
informasi.
 Menyuap seseorang untuk menjadi informan.
 Menyadap rahasia perusahaan yang akan dipatok duga ataupun terhadap aktivitas
komunikasinya.
 Mempelajari secara sembrono langkah-langkah penetapan harga-harga yang
dilakukan pesaing.
 Melakukan pertukaran informasi sebelum informasi itu dipublikasikan secara luas
kepada masyarakat.
C. Penjelasan ketiga:
 Merekrut karyawan dari perushaan pesaing dengan maksud menggali informasi
tentang perusahaan tersebut.
 Bertanya tanpa menyebut nama dan asal perushaan dalam suatu pertemuan teknis
patok duga.
 Menjadi pelanggan jurnal yang diterbitkan pesaing atau mengikuti pertemuan
yang diadakan pesaing sebagai individual tanpa menyebut asal perusahaan.
D. Penjelasan keempat:
 Membicarakan informasi yang telah diperoleh dari sebuah perusahaan pada saat
mengunjungi perusahaan lainnya.
 Menyebarkan informasi kepada publik tentang mitra patok duga tanpa mendapat
ijin sebelumnya.
 Menanyakan sesuatu yang kita sendiri belum tentu memanfaatkannya.
 Mengunjungi dan meminta infromasi dari mitra patok duga tanpa lebih dulu
menguasai proses yang akan dijalani oleh perusahaan tempat kita berasal.
 Mengadakan kunjungan, mengusulkan perubahan waktu atau rencana demi
mendapatkan manfaat tambahan bagi perusahaannya sendiri.
E. Ada semacam kode etik dari International Benchmarking Clearinghouse yang harus
diikuti antara lain:
o Prinsip legalitas:
Pihak-pihak yang terlibat dalam patok duga harus dapat menghindarkan diri dari
diskusi atau tindakan yang dapat menjadi penghambat perdagangan,
persekongkolan harga, permainan lelang/penguasaan rahasia perdagangan.
o Prinsip pertukaran:
Masing-masing pihak bersedia memberikan informasi yang sebanding. Untuk itu
diperlukan adanya diskusi pendahuluan untuk memperjelas harapan dan
mencegah salah pengertian.
o Prinsip kerahasiaan:
Perusahaan yang memperoleh informasi dari patok duga diwajibkan untuk
merahasiakannya. Tidak dibenarkan memberikan informasi kepada pihak lain
tanpa persetujuan kedua belah pihak.
o Prinsip penggunaan:
Informasi yang diperoleh dari patok duga sebaiknya digunakan untuk
meningkatkan proses operasional dalm perusahaan yang melaksanakannya.
o Prinsip kontak pihak pertama:
Bila pendekatan dilakukan pada salah satu mitra patok duga potensial, sebaiknya
jangan menghubungi unit operasi yang akan dipatok duga. Tetapi yang perlu
dihubungi adalah salah satu manajer senior, manajer pengendalian kualitas
sumber daya manusia untuk memnita bantuan.
o Prinsip kontak pihak ketiga.
Kecuali ada ijin dari kedua belah pihak atau pejabat yang ditunjuk menangani
masalah hukum patok duga, tidak dibenarkan memberitahukan nama-nama
peserta patok duga kepada pihak ketiga.

9) HAMBATAN TERHADAP KESUKSESAN PATOK DUGA


Beberapa faktor penghambat yang dapat menyebabkan kegagalan pelaksanakan patok
duga adalah:
A. Fakous internal:
Bila organisasi terlalu berfokus internal dan mengabaikan kenyataan bahwa proses
yang terbaik dalam kelasnya dapat menghasilkan efisiensi yang jauh lebih tinggi,
maka visi organisasi menjadi sangat sempit. Kepuasan terhadap diri sendiri ini dapat
mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut.
B. Tujuan patok duga terlalu luas:
Tujuan patok duga yang terlalu luas seperti “meningkatkan laba” dapat
mengakibatkan kegagalan. Patok duga membutuhkan tujuan yang lebih spesifik dan
berorientasi pada bagaimana (proses), bukan pada apa (hasil).
C. Skedul yang tidak realistis:
Patok duga membutuhkan kesabaran, karena merupakan proses keterlibatan yang
membutuhkan waktu. Apabila dilakukan terburu-terburu dalam waktu yang singkat
maka kemungkinan gagalnya sangat besar. Skedul yang terlampau lama juga yang
tidak baik, karena mungkin ada yang salah dalam pelaksanaanya.
D. Komposisi tim yang kurang tepat:
Bila suatu proses ditetapkan untuk dipatok duga, maka orang-orang yang
berhubungan dengan suatu proses dan menjalankan proses tersebut sehari-hari harus
dilibatkan. Bila mereka tidak dilibatkan, maka hasil yang diharapkan kemungkinan
besar tidak dapat dicapai.
E. Bersedia menerima “OK-in-class”:
Seringkali organisasi bersedia memilih mitra yang bukan terbaik dalam kelasnya, hal
ini dikarenakan 3 pertimbangan yaitu:
 Yang terbaik dikelasnya tidak berminat untuk berpartisipasi.
 Riset mengidentifikasi mitra yang keliru.
 Perusahaan patok duga malas berusaha dan hanya memilih mitra yang lokasinya
dekat.
F. Penekanan yang tidak tepat:
Salah satu penyebab kegagalan yang seringkali timbul adalah tim terlalu menekankan
aspek pengumpulan dan jumlah data. Padahal aspek yang paling penting adalah
proses itu sendiri, sedangkan data dan angka-angka hanyalah faktor pendukungnya.
G. Kekurangpekaan terhadap mitra:
Kepekaan terhadap mitra merupakan faktor yang paling penting dalam hubungan
kemitraan. Mitra patok duga memberikan akses kepada organisasi patok duga untuk
mengamati prosesnya.

Anda mungkin juga menyukai