MAKALAH
Disusun oleh:
1. Irvan Dani - 12010119130126
2. Reza Pala'langan - 12010119120056
3. Wahyu Rachmaditya Imanullah - 12010119130169
4. Muhammad Daniel Zuhad - 12010119140181
5. Faisal Yodha Pranawa - 12010119130116
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai Patok Duga
(Benchmarking) . Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas 1 untuk mata kuliah
Manajemen Mutu kelas A. Tim penulis tidak akan mampu membuat makalah ini tanpa bantuan
dan dukungan berbagai pihak, maka penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Imroatul Khasanah, S.E., M.E. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Mutu
kelas A yang telah memberikan tugas makalah sehingga tim penulis dapat menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai kepemimpinan dan kerja sama tim.
2. Rekan-rekan tim yang dapat berkolaborasi dengan baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu penulis
dalam proses pembuatan makalah Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembacanya.
Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat berarti bagi
penulis agar dapat membuat makalah ini dan lainnya pada masa depan lebih baik.
Tim Penulis
LATAR BELAKANG
Konsep patok duga mengarah pada orientasi budaya menuju usaha belajar, peningkatan
keterampilan karyawan, dan efisiensi yang pada gilirannya mengarah pada proses perbaikan
berkelanjutan. Konsep efisiensi yang ingin dicapai melalui patok duga mengandung komponen
dasar, yaitu kualitas, harga, volume produksi, dan biaya produksi. Tujuan utama patok duga
adalah untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dan kemudian mengadaptasi dan
memperbaikinya untuk diterapkan pada perusahaan yang melaksanakan patok duga
tersebut.Perbedaan antara patok duga dan analisis persaingan. Analisis persaingan meliputi
perbandingan antara produk pesaing dengan produk yang dihasilkan perusahaan.Sedangkan
patok duga jauh lebih dari itu, yaitu dengan membandingkan bagaimana suatu produk
direkayasa, diproduksi, didistribusikan, dan didukung.
Pengukuran kinerja perusahaan dengan baik, khususnya agar mampu bersaing dalam
industri, kalau tidak melakukan studi perbandingan dengan aktivitas bisnis pada perusahaan
lain yang sejenis. Benchmarking adalah sebuah metode peningkatan kinerja secara sistematis
dan logis melalui pengukuran dan perbandingan kinerja dan kemudian menggunakannya untuk
meningkatkan kinerja. “Best practices” merujuk pada praktik bisnis yang dilakukan dengan
sangat baik melebihi apa yang dapat dilakukan perusahaan lain dalam suatu industri tertentu.
Dengan kata lain, tak ada perusahaan lain yang melakukannya lebih baik. Best practices dapat
diraih melalui inovasi di dalam perusahaan. Namun, kalau kita perhatikan akan ada banyak
sekali inovasi yang dilakukan dan diterapkan oleh banyak perusahaan di mana saja.
Dengan demikian untuk mencapai best practices di dalam suatu industri, sebaiknya kita
melihat keluar dinding perusahaan untuk melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Di
makalah ini kami akan bicara tentang Benchmarking yang merupakan salah satu metodologi
yang membantu untuk melakukan seperti itu, benchmarking mengukur proses atau praktik
yang sangat penting bagi peningkatan kinerja Perusahaan,dan melakukan hal itu di seluruh
industri. benchmarking ini mengidentifikasi best practices yang digunakan, lepas dari posisi
Anda di dalam industri, dan selanjutnya mempelajari dengan sungguh-sungguh proses tersebut
dan menerapkan proses terbaik itu di perusahaan Anda.Benchmarking bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah dilakukan. Pengalaman beberapa perusahaan menunjukkan hanya kalau
direncanakan dan dilakukan dengan baik, ia dapat berhasil membuka perusahaan terhadap
metode dan ide-ide baru.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan jenis patok duga?
2. Apa azas dan generasi patok duga?
3. Apa dasar pemikiran perlunya patok duga?
4. Mengapa patok duga merupakan instrumen perbaikan kualitas?
5. Bagaimana proses patok duga?
6. Apa peranan manajemen dalam patok duga?
TUJUAN
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Pengertian dan jenis patok duga.
2. Azas dan generasi patok duga.
3. Dasar pemikiran perlunya patok duga.
4. Patok duga merupakan instrumen perbaikan kualitas.
5. Proses patok duga.
6. Peranan manajemen dalam patok duga.
A.Pengertian Benchmarking
Konsep benchmarking pertama kali diterapkan oleh Rank Xerox pada 1979. Rank
Xerox mendefinisikan benchmarking adalah suatu proses secara sistematik dalam penentuan
perusahaan yang bergerak dalam industri yang sejenis dijadikan sebagai pemimpin.,
melakukan determinasi bisnis, dan proses praktik kerja yang terbaik dan penetapan target.
pengertian umum benchmarking adalah suatu standar atau tolak ukur yang dimanfaatkan untuk
membandingkan antara satu hal dengan hal lainnya yang sejenis. Sederhananya, dengan
menggunakan tolak ukur tersebut, maka berbagai hal akan bisa diukur dengan standar baku
yang umum. Goetsch dan Davis, mengartikan benchmarking sebagai proses pembanding dan
pengukuran operasi atau proses internal organisasi terhadap mereka yang terbaik dalam
kelasnya, baik dari dalam maupun dari luar industri. benchmarking memiliki arti sebagai suatu
patokan atau alat ukur. Berdasarkan akar katanya tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa
benchmarking adalah suatu patokan atau tolak ukur yang digunakan untuk menilai atau
membandingkan hal tertentu.
Pada dasarnya terdapat empat jenis patok duga (Dale, dalam Gasperz, 1997:47), yaitu
internal benchmarking, competitive benchmarking, functional benchmarking, dan generic
benchmarking.
1. Internal Benchmarking
Merupakan investigasi patok duga yang paling mudah diterapkan, yaitu dengan
membandingkan operasi-operasi di antara fungsi-fungsi dalam organisasi itu sendiri.
Dengan demikian, internal benchmarking dapat dikatakan sebagai suatu paket upaya
perbaikan terus-menerus untuk mengidentifikasi praktik bisnis terbaik yang ada dalam
lingkungan perusahaan sendiri. Misalnya, praktik bisnis di salah satu anak perusahaan
atau unit bisnis yang setelah diteliti memiliki performansi terbaik, dimana sifat-sifat
tertentu yang unggul ini kemudian ditularkan kepada anak perusahaan lain atau unit
bisnis lain yang berada dalam kelompok perusahaan yang sama. Dengan melakukan
internal benchmarking, dapat diperoleh informasi yang lebih jelas, kritis dan objektif
tentang adanya kesenjangan performansi antar unit bisnis atau bagian di dalam
perusahaan, serta penyebab terjadi kesenjangan performansi. Selanjutnya, dengan
memahami informasi tersebut, berbagai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan
kesenjangan dapat dilakukan. Implementasi internal benchmarking akan mendorong
semakin berkembangnya komunikasi internal dan pemecahan masalah secara bersama
di antara unit bisnis atau bagian yang ada dalam organisasi. Dalam melakukan
perbandingan perlu ditetapkan benchmark targets. Untuk jenis internal benchmarking,
yang menjadi target adalah unit bisnis atau fungsi-fungsi dalam perusahaan yang
diketahui memiliki performansi terbaik atau memiliki keunggulan tertentu pada sifat-
sifat tertentu, sehingga patut diteladani oleh unit bisnis lain atau fungsi-fungsi lain
dalam perusahaan.
2. Competitive Benchmarking
3. Functional Benchmarking
Functional benchmarking merupakan jenis patok duga yang tidak harus membatasi
pada perbandingan terhadap pesaing langsung. Functional benchmarking dapat
melakukan investigasi pada perusahaan-perusahaan yang unggul dalam industri yang
tidak sejenis. Bagaimanapun, relevansi dari perbandingan pada functional
benchmarking perlu dipertahankan melalui mendefinisikan karakteristik performansi
yang harus serupa dengan fungsi-fungsi dari perusahaan. Sebagai suatu contoh dari
implementasi functional benchmarking, Xerox Corporation berhasrat meningkatkan
waktu penyerahan dari small parts ke teknisi. Xerox mengidentifikasi L.L. Bean
sebagai pemimpin yang unggul dalam pemenuhan pesanan dan operasi pergudangan.
Di sini terlihat bahwa Xerox Corporation sebagai perusahaan fotokopi meniru L.L.
Bean yang unggul dalam operasi pergudangan dan pemenuhan pesanan, padahal kedua
perusahaan, Xerox dan L.L. Bean tidak sejenis. Kasus lain, misalkan perusahaan
pemberangkatan pesawat. Untuk itu, perusahaan tersebut dapat belajar dari kecepatan
dan kesigapan personil di sirkuit balapan mobil dalam menyiapkan mobil-mobil balap
(yang mengalami kecelakaan) agar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya mobil itu
dan pengendaranya agar segera siap kembali melanjutkan balapan mereka. Dalam hal
ini, perusahaan penerbangan itu dapat menjadikan mobil balapan sebagai teladan yang
perlu ditiru sehingga sehingga tidak harus melakukan patok duga dari perusahaan
penerangan sipil yang lain. Dengan demikian, dalam functional benchmarking, nilai
target pembanding dapat berasal dari perusahaan tidak sejenis yang unggul.
Implementasi functional benchmarking memang lebih sulit untuk dilakukan, mengingat
informasi yang diperlukan pada umumnya lebih sulit diperoleh, dan benchmark targets-
nya memerlukan imajinasi dan kreativitas yang tinggi.
4. Generic Benchmarking
Generic benchmarking merupakan jenis patok duga dimana beberapa fungsi bisnis dan
proses adalah sama, tanpa mempedulikan ketidak serupaan atau ketidak sejenis di
antara industri-industri. Generic benchmarking membutuhkan konseptualisasi yang
komprehensif, serta merupakan jenis patok duga yang paling sulit. Generic
benchmarking merupakan perluasan dari functional benchmarking. Walaupun patok
duga sering disederhanakan dengan istilah menjiplak atau meniru, tetapi proses
implementasi ternyata tidak mudah dan membutuhkan pendekatan yang komprehensif
dari manajemen perusahaan secara keseluruhan.
Tujuan utama patok duga adalah untuk menentukan kunci atau rahasia sukses dari
perusahaan pesaing yang paling unggul, kemudian mengadaptasi dan memperbaikinya secara
lebih baik untuk diterapkan yang akhirnya akan mengungguli pesaing yang di patok duga.
Patok duga merupakan pekerjaan yang paling berat, baik secara fisik maupun mental. Secara
fisik, dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan teknologi yang matang dan memadai
untuk melakukan patok duga secara akurat. Secara mental, pihak manajemen harus bersiap bila
setelah dibandingkan dengan pesaing, ternyata ditemukan kesenjangan yang cukup tinggi
sehingga terbuka kemungkinan terjadi merger atau akuisisi yang menimbulkan dampak positif
dan saling menguntungkan.
1. Patok duga merupakan kiat untuk mengetahui bagaimana dan mengapa suatu
perusahaan dapat memimpin atau menguasai pasar.
2. Fokus kegiatan patok duga diarahkan pada praktik terbaik dari perusahaan lain.
3. Praktik patok duga berlangsung secara sistematis dan terpadu dengan praktik
manajemen lainnya, misalnya TQM, corporate reengineering, analisis pesaing, dan
lain-lain.
4. Keterlibatan semua pihak, pemilihan yang tepat tentang apa yang di patok duga,
pemahaman organisasi, pemilikan mitra yang cocok, dan kemampuan melaksanakan
apa yang ditemukan dalam praktik bisnis.
Perbedaan antara patok duga, riset pemasaran, dan analisis kompetitif dapat diketahui dari
tabel berikut:
Konsep patok duga telah berkembang melalui lima generasi (Widayanto: 1994), yaitu sebagai
berikut:
1. Reverse Engineering
Dalam generasi ini, dilakukan perbandingan karakteristik produk, fungsi produk, dan
kinerja terhadap produk pesaing. Generasi ini cenderung berorientasi teknis dengan
pendekatan rekayasa produk.
2. Competitive Benchmarking
Melakukan patok duga terhadap karakteristik produk, persaingan, dan proses yang
memungkinkan adanya produk unggul.
3. Process Benchmarking
Cakupan yang lebih luas, yaitu beberapa proses bisnis perusahaan terkemuka yang
sukses yang memiliki kemiripan produk.
4. Strategic Benchmarking
5. Global Benchmarking
Generasi ini mencakup semua generasi sebelumnya, yang cakupan geografisnya sudah
mengglobal, dengan membandingkan terhadap mitra global maupun pesaing global.
Pada praktiknya, kelima generasi tersebut masih berkembang pada saat ini.
Menurut Goetsch (1997: 121), proses patok duga harus terbuka dan transparan
dilakukan dalam tiga fase, dengan empat belas langkah yang dirinci, yaitu pada fase persiapan
dengan tujuh langkah, fase pelaksanaan dengan lima langkah, dan fase pasca pelaksanaan
dengan dua langkah serta siapa saja yang melakukan tindakan dalam setiap langkah, yang
digambarkan sebagai berikut: