Benchmark adalah salah satu tools yang dapat digunakan untuk membantu melihat
hal apa yang perlu kamu lakukan dan bagaimana kompetitor melakukan hal
tersebut.
Perusahaan perlu menentukan organisasi atau unit bisnis mana yang menerapkan
praktik terbaik. Mereka mungkin masih dalam satu industri dengan perusahaan
seperti pesaing, atau mungkin, berada di luar industri yang dijalani perusahaan.
Biasanya, perbandingaan dengan pesaing langsung sangat sulit, oleh karena itu,
perusahaan dapat memilih pesaing non-langsung yang mungkin lebih bersedia
bertukar informasi.
Ini dilakukan misalnya dengan wawancara tatap muka, kunjungan ke bisnis lain atau
mengandalkan hasil riset pihak ketiga. Keakuratan data menjadi sangat penting
untuk memperoleh kesimpulan yang valid. Tahap ini mungkin merupakan aktivitas
yang paling penting, paling sulit, dan paling memakan waktu. Sering kali informasi
tentang proses dan prosedur yang diikuti di perusahaan lain bersifat rahasia, dan
tidak selalu mudah untuk mengumpulkan informasi asli dan akurat. Dalam hal ini,
seringkali, perusahaan perlu mempekerjakan pihak ketiga untuk informasi tertentu.
Persiapan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga kunjungan dapat memberikan semua detail, dalam
periode waktu yang wajar.
4. Analisis data
5. Tindakan
Saat diterapkan dengan benar, Benchmark dapat menjadi alat yang ampuh untuk
mengukur dan meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi biaya operasi, hingga
meningkatkan keuntungan. Benchmark juga dapat memperkuat serta meningkatkan
kepuasan pelanggan dan karyawan, dan membantu merencanakan strategi masa
depan.
1. Benchmarking internal
2. Benchmarking external
1. Strategic benchmarking
2. Process benchmarking
3. Functional benchmarking
4. Performance benchmarking
5. Product benchmarking
6. Financial benchmarking
Financial benchmark adalah cara untuk membandingkan kekuatan finansial untuk
mengetahui daya saing dari kompetitor."
Secara umum, metrik utama sering kali mencakup pendapatan, harga pokok
penjualan, atau layanan dan jumlah pesanan yang diterima. Kamu juga dapat
memilih produk, layanan, atau proses untuk dijadikan tolak ukur. Salah satu cara
untuk memulai strategi benchmark adalah dengan melakukan analisis SWOT
terhadap bisnis kamu, yang mencakup ukuran terhadap kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman bisnis kamu. Analisis SWOT ini dapat membantu kamu
mengidentifikasi metrik bisnis yang ingin kamu tingkatkan.
Setelah mengetahui siapa pesaing bisnis kamu, langkah selanjutnya dari proses
benchmark adalah melakukan riset dan mengumpulkan data yang relevan tentang
kompetitor. Tergantung pada metrik yang dipilih, kamu dapat meneliti bagaimana
pesaing membuat bisnis mereka berbeda dari kompetitor lainnya di industri yang
sama. Hal ini dapat berupa teknik penjualan yang dilakukan, teknologi yang
digunakan, bagaimana mereka mengelola situs web mereka dan hal lainnya.
Data kompetitor ini dapat kamu kumpulkan dari laporan tahunan jika organisasi
adalah perusahaan publik. Namun untuk perusahaan swasta, kamu dapat mencoba
melakukan wawancara, menghubungi kontak atau melakukan percakapan santai
dengan pelanggan. Kamu juga dapat mencari informasi dari situs web mereka,
laporan yang dikeluarkan, siaran pers atau materi pemasaran lain yang dipublikasi
untuk umum.
Proses benchmarking memiliki beberapa metode. Salah satu metode yang paling
terkenal dan banyak diadopsi oleh organisasi adalah metode 12, yang diperkenalkan
oleh Robert Camp, dalam bukunya The search for industry best practices that lead
to superior performance. Productivity Press .1989.
Metodologi Benchmarking yang terdiri dari 12 Tahapan, yaitu :
1. Memilih Subyek
2. Menentukan Proses
3. Mengidentifikasikan Mitra yang berpotensi untuk dibandingkan
4. Mengidentifikasikan sumber data
5. Mengumpulkan data-data dan memilih mitra untuk dibandingkan
6. Menentukan kesenjangannya
7. Menetapkan perbedaan proses
8. Target kinerja yang diharapkan
9. Melakukan Komunikasi
10. Penyesuaian Tujuan
11. Menerapkan
12. Meninjau ulang dan penyesuaian ulang"
1. Identifikasi problem apa yang hendak dijadikan subyek. Bisa berupa proses,
fungsi, output dsb.
2. Identifikasi industri/organisasi/lembaga yang memiliki aktifitas/usaha serupa.
Sebagai contoh, jika anda menginginkan mengendalikan turnover karyawan
sukarela di perusahaan, carilah perusahaan-perusahaan sejenis yang memiliki
informasi turnover karyawan sukarela.
3. Identifikasi industri yang menjadi pemimpin/leader di bidang usaha serupa. Anda
bisa melihat didalam asosiasi industri, survey, customer, majalah finansial yang
mana industri yang menjadi top leader di bidang sejenis.
4. Lakukan survey pada industri untuk pengukuran dan praktek yang
dilakukan.Anda bisa menggunakan survey kuantitatif atau kualitatif untuk
mendapatkan data dan informasi yang relevan sesuai problem yang diidentifikasi
di langkah awal.
5. Kunjungi ’ best practice’ perusahaan untuk mengidentifikasi area kunci praktek
usaha. Beberapa perusahaan biasanya rela bertukar informasi dalam suatu
konsorsium dan membagi hasilnya didalam konsorsium tersebut.
6. Implementasikan praktek bisnis yang baru dan sudah diperbaiki prosesnya.
Setelah mendapatkanbest practice perusahaan, dan mendapatkan
metode/teknik cara pengelolaannya, lakukan proyek peningkatan kinerja dan
laksanakan program aksi untuk implementasinya.