A. Pengertian Benchmarking
B. Tujuan Benchmarking
C. Klasifikasi Benchmarking
1. Menurut Subjeknya
a. Benchmarking internal
b. Benchmarking eksternal
D. Manfaat Benchmarking
1. Perubahan Budaya
2. Peningkatan Kinerja
E. Proses Benchmarking
Hampir segala hal dapat di-benchmark: suatu proses lama yang memerlukan
perbaikan; suatu permasalahan yang memerlukan solusi; suatu perancangan
proses baru; suatu proses yang upaya-upaya perbaikannya selama ini belum
berhasil. Perlu dibentuk suatu Tim Peningkatan Mutu yang akan menyelidiki
proses dan permasalahannya. Tim ini akan mendefinisikan proses yang
menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan urutannya,
dan masukan (input) serta keluarannya (output).
Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang
paling kritis dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan
mutu. Tim yang bertugas me-review elemen-elemen dalam proses dalam
suatu bagan alir dan melakukan diskusi tentang ukuran dan standar yang
menjadi fokus. Contoh-contoh ukuran adalah misalnya durasi waktu
penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk
setiap titik pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu, jumlah aliran balik
atau pengulangan, dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan pada
setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain (internal dan eksternal) yang
berkepentingan terhadap proses ini maka tuntutan atau kebutuhan
(requirements) mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap
ini.
Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang
berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai
pelanggan) tentang tuntutan dan kebutuhan mereka dan menghubungkan
atau mengkaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran dan standar kinerja
proses. Tim kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang paling
kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya.
Juga dipilih informasi seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking
ini dari organisasi lain yang menjadi tujuan benchmarking.
4. Pengumpulan Data/Kunjungan
Tim Peningkatan Mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan yang telah
dipilih terhadap organisasi yang akan di-benchmark. Pencarian informasi ini
dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan: misalkan hasil-hasil studi,
survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain. Barangkali juga
ada lembaga yang menyediakan bank data tentang benchmarking untuk
beberapa aspek dan kategori tertentu. Tim dapat juga merancang dan
mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di-benchmark, baik itu
merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau sebagai
pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung.
5. Analisis Data
Tim Peningkatan Mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari
proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk
menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu
membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur,
organisasi, dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan
(perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang
sangat penting adalah menghindari sikap penolakan; jika memang ada
perbedaan yang nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan kemudian
disadari bahwa harus ada hal-hal yang diperbaiki.
Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan mutu (executive)
untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-
persoalan yang timbul. Ukuran dan standar dievaluasi secara bertahap,
barangkali diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana untuk
dapat mengatasi halangan dan persoalan yang muncul. Juga para pelaksana
memerlukan umpan balik dari mereka yang berkepentingan terhadap proses
dan hasilnya (stakeholders).
STUDI KASUS
Kerugian nya untuk iphone mengalami penurunan, dan dapat dikalahkan oleh
Samsung. Dari segi harga maupun kecanggihan nya. Sebenanrnya mereka
pernah bekerja sama dalam hal LCD, flash memory, dan prosesor dari
Samsung, dan Apple merupakan pelanggan terbesar Samsung. Beberapa
perangkat penting iPad dan iPhone, diproduksi oleh Samsung.
B. Bechmarking Ford
Ford Taurus yang sangat sukses diperkenalkan sejak permulaan tahun 1980-
an juga merupakan hasil dari benchmarking. Ford mula-mula membuat
identifikasi 400 ciri dianggap paling penting bagi pembeli mobil di Amerika
Serikat, kemudian mengidentifikasi mobil pesaing (sebagian besar mobil
Jepang) yang mempunyai ciri-ciri tersebut, dan akhirnya membuat mobil
(Taurus) yang mengabungkan ciri-ciri tersebut dengan harga yang kompetitif
dengan meniru metode produksi yang dilakukan pesaingnya.
Taurus yang didesain ulang pada tahun 1992, sekali lagi didasarkan pada
Benchmarking. Pegangan pintu dan bensin irit Ford merupakan hasil
benchmarking dari Chevy Lumina, lampu depan halogen dan roda miring hasil
benchmarking dengan Honda Accord, bola lampu belakang yang mudah
diganti dan control jendela hasil benchmarking dengan Nissan’s Maxima, dan
control radio jarak jauh hasil benchmarking dari Pontiac Grand Prix.
Yamaha mio adalah pelopor motor jenis matik di Indonesia yang mulanya
diperuntukan untuk wanita. Karena produknya yang sangat populer disertai
permintaan yang sangat tinggi, tidak lama kemudian Honda melakukan
benchmarking lalu meluncurkan Honda Beat dengan jenis yang sama namun
memiliki keunggulan yang berbeda. Hingga saat ini Honda Beat mampu
menyaingi penjualan Yamaha mio.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Salah satu tool yang digunakan untuk menjalankan misi Continuous Improvement adalah
“pemodelan kualitas empat langkah” yang disebut PDCA (Plan-Do-Check-Act) atau Siklus Deming
atau Siklus Shewhart.
Plan:
Tahap dilakukannya identifikasi peluang untuk perubahan dan rencana bentuk perubahan yang akan
dilakukan.
Do:
Implementasi perubahan dalam skala kecil.
Check:
Menggunakan data untuk menganalisa hasil dari perubahan dan menentukan apakah perubahan yang
dilakukan telah / akan mendatangkan perbedaan yang berarti.
Act:
Jika perubahan dianggap sukses, implementasikan perubahan tersebut dalam skala yang lebih besar
dan pertahankan hasilnya. Jika perubahan belum mendatangkan perbedaan yang berarti, ulangi
kembali siklus PDCA.
Metode lain yang sangat populer untuk Continuous Improvement, seperti Lean, Six Sigma, atau TQM
(Total Quality Management), mendorong keterlibatan karyawan dan membutuhkan kemampuan
teamwork yang baik. Metode tersebut mendorong perusahaan untuk mengukur dan melakukan
sistematisasi proses, mengurangi variasi, mengurangi cacat (defect), dan memperpendek cycle
time.
Continuous dan continual improvement adalah dua istilah yang sering digunakan secara
bersilangan. Namun beberapa praktisi quality berpendapat bahwa keduanya memiliki makna yang
berbeda.
Berikut perbedaannya:
Continual Improvement:
adalah istilah yang lebih luas, yang digunakan oleh W. Edwards Deming untuk merujuk kepada
proses improvement yang sifatnya umum (luas) dan meliputi improvement yang “terputus”.
Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dan meliputi bidang-bidang yang berbeda pula.
Continuous Improvement:
adalah bagian tersendiri dari continual improvement, dengan fokus yang spesifik merujuk kepada
improvement yang linear dan terus berkembang untuk diterapkan pada proses yang telah ada.
Beberapa praktisi juga mengaitkan continuous improvement dengan teknik-teknik proses kontrol
yang akrab dengan utilisasi ilmu statistik.
Continuous Improvement (CI) merupakan sebuah filosofi dasar mengenai bagaimana mencapai
standar kualitas yang optimal melalui beberapa langkah perbaikan yang sistematis dan dilaksanakan
secara berkesinambungan. CI lebih menekankan pada beberapa tindakan perbaikan yang sederhana
namun dilakukan secara terus menerus yang kemudian akan menumbuhkan banyak ide atau inovasi
sebagai sebuah solusi atas masalah yang timbul.
Tindakan tersebut tidak hanya dilakukan untuk satu tahun atau merupakan aktivitas bulanan,
melainkan secara berkesinambungan dan dilakukan oleh setiap pribadi dalam organisasi mulai dari
manajemen puncak hingga ke pegawai dasar. Sebagai contoh di perusahaan Jepang, seperti Toyota
dan Canon, setiap pegawai memberikan 60-70 saran perbaikan yang ditulis, kemudian
dipresentasikan serta didiskusikan, dan kemudian diimplementasikan.
Filosofi Continuous Improvement merupakan transformasi dari konsep "Kaizen", yang memperbaiki
setiap kesalahan yang muncul dalam proses produksi secara bertahap dan dimulai dengan
memperbaiki kesalahan yang besar hingga ke yang kecil sampai tidak ditemukan lagi kesalahan
dalam proses produksi (zero defect).
Untuk menerapkan Continuous Improvement perlu ditempuh empat tahap dasar, yaitu:
Perusahaan harus mampu mendefinisikan proses manajemen yang bermanfaat dan berguna yang
bukan hanya generic, melainkan juga mampu menjelaskan aliran pekerjaan yang jelas, deskripsi
kerja langkah demi langkah, pedoman & identifikasi yang jelas, sumberdaya, informasi, metode
yang akan digunakan, dan mekanisme saling membantu satu sama lain;
Perlunya persamaan persepsi antara Unit IT dan Unit Pengguna dengan berkolaborasi dalam
menentukan teknologi yang bukan hanya mutakhir namun juga dapat diadopsi oleh unit pengguna;
Menggunakan sumber daya yang sudah ada dalam organisasi dengan mengekplorasi lebih dalam dan
membagi pengetahuan tersebut kepada seluruh personal;
Memaafkan kesalahan manusia karena dapat ditingkatkan melalui manajemen, coaching, training,
dan pengalaman yang berkesinambungan dalam dunia kerja.
Setelah keempat tahap dasar tersebut dilalui, maka proses Continuous Improvement dapat
diterapkan dengan baik sehingga tidak ditemukan lagi kesalahan (zero defect) dalam proses
produksi. Dengan demikian mengharapkan suatu hasil tanpa kesalahan (zero defect) tanpa melalui
proses Continuous Improvement hanya akan menjadi angan-angan. Penerapan Continuous
Improvement secara umum, akan bermanfaat untuk menurunkan biaya dan meningkatkan kinerja
yang dimungkinkan dalam suatu penciptaan lingkungan kerja yang lebih baik.
Peta Kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode
grafik yang digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam pengendalian
kualitas secara statistik atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan
perbaikan kualitas. Metode ini dapat membantu perusahaan dalam mengontrol proses
produksinya dengan memberikan informasi dalam bentuk grafik.
Tujuan dari perancangan program aplikasi control chart ini adalah untuk melihat sejauh
mana tingkat keberhasilan suatu proses produksi sehingga bisa dijadikan pedoman dalam
mengarahkan perusahaan ke arah pemenuhan spesifikasi konsumen.
Peta kendali (Control Chart) merupakan alat SPC (Statistical Process Control) yang
paling penting yang digunakan untuk mendeteksi ketika proses dalam keadaan tidak terkendali
(out of control).
1. Data variable, merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh
dari data variable karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk kayu,
berat semen dalam kantong, dll.
2. Data atribut, merupakan data kualitatif yang dapat di hitung untuk pencatatan dan
analisa. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada
kemasan produk, kesalahan proses administrasi, banyaknya jenis cacat pada produk,
banyaknya produk kayu lapis yang cacat karena corelap, dll.
Berdasarkan kedua tipe data tersebut, maka jenis-jenis peta kendali terbagi atas peta
kendali untuk data variabel dan peta kendali untuk data atribut. Beberapa peta kendali untuk
data variable adalah peta kendali Xbar-R Chart , Xbar-S Chart dan I-MR Chart. Dan peta
kendali untuk data atribut adalah peta–P, peta–C, peta –U dll.
2. Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara
statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum.
Konsep just in time adalah suatu konsep dimana bahan baku yang digunakan
untuk aktivitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada
waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi , sehingga akan sangat
menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan
barang / stocking cost.
– Over produksi
– Waktu menunggu
– Transportasi
– Pemrosesan
– Tingkat persediaan barang
– Gerak
– Cacat Produksi
Terdapat empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just
In Time (JIT):
Jika set up mesin lamanya 1 jam (60 menit), bisa disingkat menjadi 6
menit. Andaikata lot yang harus dibuat banyaknya 3000 buah yang
setiap unitnya memakan waktu 1 menit, maka waktu produksinya =1
jam + (3000 x 1 menit)= 3060 menit= 51 jam.
Setelan waktu set up dikurangi menjadi 6 menit, maka waktu
produksinya menjadi= 6 menit + (3000 x 1 menit)= 3006 menit.
Namun, dengan waktu yang sama (3060 menit) dapat dibuat lot
sebanyak 300 buah dari berbagai jenis yang diulang sebanyak 10 kali,
yaitu: (6 menit + (300 x 1 menit) x 10= 3060 menit= 51 jam.
Hal ini berarti sistem produksi lebih tanggap terhadap perubahan.
Aliran produksi lancar (layout)
a. Preventive Maintenance
Six Sigma adalah sebuah proses bisnis yang secara drastis meningkatkan kinerja dengan cara
mendesain dan memonitor kegiatan bisnis setiap hari untuk mengurangi cacat dan sumber daya
sementara kepuasan konsumen tetap terjaga.
Istilah six sigma merujuk pada sebuah program TQM dengan kemampuan proses yang sangat
tinggi (mencapai keakuratan 99,9997%). Istilah six sigma ini dipopulerkan oleh Motorola,
Honeywell, dan General Electric.
Six Sigma, berbagai didefinisikan sebagai suatu filosofi perbaikan terus-menerus, ukuran variasi
atau, paling umum, sebuah proses metrik kinerja, adalah sebuah metodologi untuk mengurangi
biaya bisnis proses dan limbah, meningkatkan kualitas dan kinerja pengiriman, dan memastikan
bahwa kebutuhan klien lebih baik dipahami dan ditemui oleh manajemen dan staf. Tidak peduli
apa fungsi suatu organisasi adalah, manajemen mutu sangat penting: bukan hanya manajemen
kualitas, tetapi kualitas manajemen. Meskipun berbagai proses Manajemen Mutu tersedia, tidak
memberikan proses yang lebih akurat kinerja statistik metrik dari Anda akan mampu menghasilkan
dengan menggunakan metode yang disediakan oleh Six Sigma Pelatihan.
1. Black Belts
Merupakan pemimpin tim yang bertanggung jawab untuk pengukuran, analisis, peningkatan, dan
pengendalian proses-proses kunci yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan/atau
pertumbuhan produktivitas.
2. Green Belts
Guru yang melatih Black Belts, sekaligus merupakan konsultan proyek Six Sigma yang sedang
ditangani oleh Black Belts. Kriteria pemilihan dari Master Black Belts adalah ketrampilan analisis
kuantitaif, kemampuan mengajar dan memberikan konsultasi tentang manajemen proyek yang
berhasil. Master Black Belts merupakan posisi penuh waktu.
4. Champion
Dalam struktur Six Sigma, Champion merupakan individu yang berada pada manajemen atas yang
memahami Six Sigma dan bertanggung jawab untuk keberhasilan dari Six Sigma itu.
5. Critical to Quality
Merupakan bagian dari suatu produk. Proses atau praktek-praktek yang berdampak langsung
pada kepuasan pelanggan.
6. Defect
Ukuran kegagalan dalam Six Sigma yang menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan.
Pemahaman terhadap DPMO ini sangat penting dalam pengukuran keberhasilan aplikasi program
Six Sigma.
8. Process Capability
Suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan kemampuanmenghasilkan output sesuai dengan
spesifikasi produk yang ditetapkan oleh manajemen berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan.
9. Variation
Proses yang pelanggan lihat dan rasakan pada saat terjadi transaksi antara pemasok dan
pelanggan itu. Semakin sedikit variasi akan semakin disukai, karena menunjukkan konsistensi
dalam kualitas. Variasi mengukur suatu perubahan dalam proses atau praktek-praktek bisnis yang
mungkin mempengaruhi hasil yang diharapkan.
Merupakan suatu metodologi sistematik yang menggunakan peralatan, pelatihan dan pengukuran
untuk memungkinkan pemasok mendesain produk yang memenuhi ekspektasi dan kebutuhan
pelanggan serta dapat diproduksi dan dioperasikan pada tingkat kualitas Six Sigma.
Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six Sigma yaitu :
5. Hindarkan kesalahan dalam proses anda dan hilangkan semua pemborosan yang ada.
Proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus melibatkan secara intensif antara manajemen dari
tingkat atas sampai tingkat bawah dan akan ditangani langsung oleh Black Belts sebagai
pemimpin tim manajemen proyek. Implementasi proyek peningkatan kualitas Six Sigma mengikuti
empat tahap :
1.Identifikasi
Tujuan dari tahap identifikasi adalah mengidentifikasi bisnis-bisnis kunci dari perusahaan.
Tanggung jawab dari tahap ini berada pada manajemen dan Master Black Belts. Tahap identifikasi
terdiri dari dua langkah :
a.Recognize (Pengenalan)
Identifikasi proses dari bisnis-bisnis kunci yang berkaitan langsung dengan pelanggan yang
dilakukan oleh manajemen dan Master Black Belts. Fungsi dari tahap ini adalah memudahkan
perusahaan untuk mengetahui bagaimana proses-proses bisnis kunci itu mempengaruhi
profitabilitas dan kemudian mendefinisikan apa yang menjadi Critical to Business Process.
b.Define (Mendefinisikan)
2.Karakterisasi
Tujuan dari tahap karakterisasi adalah membantu menetapkan tujuan-tujuan yang harus
dicapai oleh perusahaan melalui proyek peningkatan kualitas Six Sigma. Tahap karakterisasi
terdiri dari dua langkah yaitu :
a.Measure (Pengukuran)
1) Memilih Karakteristik Critical to Quality, kunci yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
pelanggan.
b.Analyze (Menganalisis)
3.Optimasi
Tujuan dari tahap optimasi adalah mengidentifikasi langkah-langkah yang dibutuhkan
untuk dilaksanakan dalam meningkatkan suatu proses dan menurunkan sumber-sumber utama
penyebab variasi.
Pada umumnya, Black Belts akan memeriksa variabel-variabel yang terkait dengan prinsip 7M.
7M terdiri dari :
c. Method (Metode Kerja) : berkaitan dengan metode kerja yang benar, mengikuti prosedur-prosedur
kerja yang ditetapkan.
d. Material (Bahan Baku dan Bahan Penolong) : berkaitan dengan kualifikasi dan keseragaman bahan
baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi, serta penanganan terhadap
bahan baku dan bahan penolong tersebut.
e. Media : berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang memperhatikan aspek-aspek kebersihan,
kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan kerja yang kondusif.
f. Motivation (Motivasi) : berkaitan dengan sikap kerja yang benar dan profesional (kreatif, proaktif,
mampu bekerja sama dalam tim, dll) yang dalam hal ini akan sangat tergantung pada sistem balas
jasa dan penghargaan terhadap tenaga kerja.
g. Money (Uang) : berkaitan dengan dukungan keuangan yang mantap guna memperlancar proyek
peningkatan kualitas Six Sigma yang akan diterapkan.
a.Improve (Memperbaiki)
Dalam langkah ini Black Belts sebagai penanggung jawab harus kreatif dalam mencari cara-
cara baru untuk meningkatkan proses agar menjadi lebih baik, lebih efisien, dan lebih cepat.
Dengan kata lain, improve akan meningkatkan bagian-bagian sistem mencapai sasaran kerja.
Dalam langkah improve terdapat tiga hal pokok yang harus dikerjakan:
b.Control (Pengendalian)
Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam langkah pengendalian yaitu :
Tahap institusionalisasi merupakan tanggung jawab manajemen dan Master Black Belts. Tahap
ini terdiri dari dua langkah yaitu :
a.Standarisasi
Tujuan dari tahap ini adalah menstandarisasi sistem yang telah terbukti terbaik dalam bisnis kelas
dunia.
b.Integrate (Mengintegrasikan)
Tujuan dari langkah integrate adalah mengintegrasikan metode-metode standar dan proses
ke dalam siklus desain, di mana salah satu prinsip dari Design For Six Sigma (DFSS) adalah
bahwa proses desain harus menggunakan komponen-komponen yang ada, proses-proses dan
praktek-praktek yang telah terbukti terbaik dalam kelasnya.
1. Diagram alir : digunakan untuk menggambarkan langkah-langkah sebagai bagian dari analisis
SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer). SIPOC pada intinya disusun oleh model
input-output untuk menggambarkan langkah suatu proyek.
3. Tabel Pareto : tabel ini membantu memecahkan masalah dengan mengelompokkan masalah ke
dalam batasan tertentu.
6. Digaram alir kesempatan : diagram yang digunakan untuk memisahkan nilai tambah dengan yang
bukan nilai tambah dalam suatu proses.
7. Tabel pengendalian : tabel hubungan waktu yang menunjukkan statistik nilai rata-rata sebuah batas
kendali.
Six Sigma adalah usaha yang terus menerus untuk mengurangi pemborosan, menurunkan
variansi dan mencegah cacat. Six sigma merupakan sebuah konsep bisnis yang berusaha untuk
menjawab permintaan pelanggan terhadap kualitas yang terbaik dan proses bisnis yang tanpa
cacat. Kepuasan pelanggan dan peningkatannya menjadi prioritas tertinggi, dan Six sigma
berusaha menghilangkan ketidakpastian pencapaian tujuan bisnis. Untuk lebih mudahnya,
Six sigma dapat dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan perspektif
metodologi. Perspektif Statistik, sigma dalam statistik dikenal sebagai standar deviasi yang
menyatakan nilai simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan baik apabila berjalan
pada suatu rentang yang disepakati. rentang tersebut memiliki batas, batas atas atau USL (Upper
Specification Limit) dan batas bawah atau LSL (Lower Specification Limit) proses yang terjadi
diluar rentang disebut cacat (defect).
Proses Six Sigma adalah proses yang hanya menghasilkan DPMO (defect permillion opportunity).
Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan
proses melalui fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC merupakan
jantung analisis six sigma yang menjamin voice of costumer berjalan dalam keseluruhan proses
sehingga produk yang dihasilkan memuaskan pelanggan.
- Measure adalah fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan (Y). Fase mengukur tingkat kinerja
saat ini, sebelum mengukur tingkat kinerja biasanya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap
sistem pengukuran yang digunakan.
- Control adalah fase mengontrol kinerja proses (X) dan menjamin cacat tidak muncul. Tool yang
umum digunakan adalah diagram kontrol. fungsi umum diagram kontrol adalah sebagai berikut :
Filosofi
1. Qualitas adalah memenuhi keinginan sesuai yang diharapkan oleh pelanggan, yaitu
dengan memberikan barang serta service yang memuaskan.
2. Quality control adalah dari Top Managemen sampai dengan seluruh karyawan benar
– benar merasakan dan menyadari bahwa Quality adalah jiwa dari perusahaan.
3. Langkah – langkah yang dilakukan dalam Quality Control adalah Plan – Do – Action
( Deming Circle ).
Qualitas Produksi
Obyek Qualitas Produksi Qualitas Manajemen
dan Service
Cara Pemikiran
Jaminan Produk Out Market in Society in
Kualitas
Sasaran
Product Proses Sistem Manajemen
Manajemen
Pemeliharaan Pengutamaan
Rentang Kontrol Kaizen stop
kaizen reformasi