Anda di halaman 1dari 11

“ BURNOUT SYNDROME TENAGA KESEHATAN DI

MASA PANDEMI COVID 19 ”

DOSEN : Alfathiin Muammar M.Pd

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Fizul Wira Saputra

NIM : P07120121014

Prodi : D3 Keperawatan

KELAS : A Tingkat 1

POLTEKKES KEMENGKES MATARAM

TAHUN AJARAN 2021/2022


Kata pengantar

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Terara, 30 Oktober 2021


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...………....................................................... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………...………....................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………….......................................................1

1.1 Latar belakang masalah.....................................................................................................................


1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................................................
1.4 Manfaat............................................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………….......……………………………..................................................3

2.1 Pengertian burnout syndrome...........................................................................................................

2.2 Penyebab burnout syndrome bagi tenaga kesehatan.......................................................................

2.3 Cara mencegah burnout syndrome bagi tenaga kesehatan .............................................................

BAB 3 PENUTUP......................................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................

3.2 saran.................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................8
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pandemi COVID-19 di Indonesia mengakibatkan peningkatan beban yang sangat berat
terhadap sistem pelayanan kesehatan di tanah air, termasuk pada tenaga kesehatan. Risiko yang
paling kasat mata adalah aspek keselamatan tenaga kesehatan terutama di lini terdepan, yang
sangat rentan terpapar COVID-19 hingga berisiko mengancam keselamatan jiwa. Tercatat sudah
lebih dari 100 Dokter dan ratusan tenaga medis lain meninggal dunia karena terinfeksi COVID-19
pada saat menjalankan tugas pelayanan kesehatan. Selain aspek keselamatan dan perlindungan
dari infeksi, risiko lain yang juga sangat berpotensi mempengaruhi kualitas hidup dan
produktivitas pelayanan medis tenaga kesehatan kita adalah aspek kesehatan mental termasuk
risiko burnout syndrome atau keletihan mental.
Tenaga kesehatan berpotensi terpajan dengan tingkat stres yang sangat tinggi, namun
belum ada aturan atau kebijakan yang dapat melindungi mereka dari segi kesehatan
mental.Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Program Studi Magister Kedokteran Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (MKK FKUI) menunjukkan fakta bahwa sebanyak 83%
tenaga kesehatan di Indonesia telah mengalami burnout syndrome derajat sedang dan berat
yang secara psikologis sudah berisiko mengganggu kualitas hidup dan produktivitas kerja dalam
pelayanan kesehatan.
Menurut Ketua Tim Peneliti Dr. Dr. Dewi Soemarko, MS, SpOK, penelitian ini juga
menemukan fakta bahwa Dokter Umum di Indonesia yang menjalankan Tugas Pelayanan Medis
di garda terdepan selama Masa Pandemi COVID-19 memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk
mengalami burnout syndrome.
Tim Peneliti dari Prodi Magister Kedokteran Kerja yang terdiri dari Dr. dr. Ray W Basrowi,
MKK; dr. Levina Chandra Khoe, MPH; dan dr. Marsen Isbayuputra, SpOK, menemukan fakta lagi
yang juga sangat mengkhawatirkan, seperti
 83% tenaga kesehatan mengalami burnout syndrome derajat sedang dan berat.
 41% tenaga kesehatan mengalami keletihan emosi derajat sedang dan berat,
22% mengalami kehilangan empati derajat sedang dan berat,
 serta 52% mengalami kurang percaya diri derajat sedang dan berat.
 Dokter yang menangani pasien COVID-19, baik dokter umum maupun spesialis,
berisiko 2 kali lebih besar mengalami keletihan emosi dan kehilangan empati
dibandingkan mereka yang tidak menangani pasien COVID-19
 Bidan yang menangani pasien COVID-19 berisiko 2 kali lebih besar mengalami
keletihan emosi dibandingkan mereka yang tidak menangani pasien COVID-19
 Masih ada tenaga kesehatan (2%) yang tidak mendapatkan alat pelindung diri
(APD) dari fasilitas kesehatannya.
 Sekitar 75% fasilitas kesehatan tidak melakukan pemeriksaan swab rutin dan
59% tidak melakukan pemeriksaan rapid test rutin bagi tenaga kesehatannya.
“Tingginya risiko menderita burnout syndrome akibat pajanan stres yang luar biasa
berat di fasilitas kesehatan selama pandemik ini dapat mengakibatkan efek jangka panjang
terhadap kualitas pelayanan medis karena para tenaga kesehatan ini bisa merasa depresi,
kelelahan ekstrim bahkan merasa kurang kompeten dalam menjalankan tugas, dan ini tentu
berdampak kurang baik bagi upaya kita memerangi COVID-19,” tutur dr. Dewi dalam kegiatan
temu media yang dilakukan secara virtual pada Jumat, 4 September 2020.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah makalah
ini adalah
1. Apakah yang dimaksud dengan burnout syndrome
2. Apa penyebab tenaga kesehatan bisa terkena burnout syndrome
3. Bagaimana cara mencegah burnout syndrome bagi tenaga kesehatan

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan apa itu burnout syndrome
2. Mengetahui penyebab burnout syndrome tenaga kesehatan
3. Dan menjelaskan bagaimana cara mencegah burnout syndrome tenaga kesehatan

1.4 Manfaat
 Manfaat praktis
Manfaat penulisan makalah ini untuk menambah wawasan kita tentang tenaga kesehatan
dalam menangani pandemi COVID-19
 Manfaat teoritis

Pembuatan makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswa supaya kedepannya kami bisa
membuat karya ilmiah yang lebih baik lagi
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian burnout syndrome

Di masa pandemi COVID-19 ini banyak orang yang terinfeksi oleh virus Corona dan harus
mendapatkan perawatan medis, sehingga tenaga medis menjadi tokoh utama yang menjadi garda
terdepan, dan pekerjaan menjadi tenaga kesehatan pun akan berat lagi melelahkan akibat nya stres
pun tidak bisa dihindarkan, bukan hanya stres biasa tekanan akibat pekerjaan tersebut bisa
membawa masalah kesehatan bagi tenaga kesehatan masalah ini disebut dengan burnout
syndrome. Lantas apakah burnout syndrome itu ?

Burnout syndrome adalah salah satu kondisi stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Itu
sebabnya, kondisi kesehatan yang satu ini juga dikenal sebagai occupational burnout atau job
burnout. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan secara fisik dan emosional, akibat ekspektasi dan
kenyataan karyawan di posisinya tidak berjalan sesuai yang dibayangkan. Stres berkepanjangan
akibat masalah pekerjaan juga bisa terjadi, ketika Anda merasa kewalahan dengan perintah atasan
yang terus-menerus datang, tetapi Anda tak dapat memenuhinya.

Ketika kondisi ini terus terjadi dan dibiarkan, biasanya Anda mulai kehilangan minat pada
pekerjaan dan tak lagi menemukan motivasi untuk terus melakukannya. Produktivitas kerja pun
akhirnya menurun. Dilansir dari situs Mayo Clinic, beberapa ahli menyebutkan bahwa kondisi
psikologis lain, seperti depresi, yang melatarbelakangi terjadinya stres akibat pekerjaan ini. Namun,
beberapa penelitian juga menyebutkan, mereka yang menunjukkan tanda-tanda stres burnout
syndrome mengaku bahwa pekerjaan mereka bukanlah penyebabnya. Sindrom stres kerja ini
membuat Anda merasa kehabisan energi, tak ada yang dapat membantu pekerjaan Anda, putus asa,
hingga sinis dan mudah marah. Anda merasa bahwa Anda tak lagi bisa berbuat apa-apa di pekerjaan.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, kehidupan pribadi Anda juga bisa terganggu. Ciri utama dari kondisi
fisik seseorang yang mengalami burnout syndrome adalah kelelahan. Seseorang kerap kali merasa
lemas dan lelah, kehabisan energi, dan merasa buntu saat mengatasi masalah kerja. Selain itu, gejala
fisik lainnya yang juga sering muncul, yaitu:

 Sering sakit.
 Sakit kepala dan nyeri otot.
 Nafsu makan menurun.
 Gangguan tidur.
 Sakit perut atau masalah pencernaan.

Gejala burnout yang memengaruhi kondisi emosional. Ciri yang khas dari kelompok gejala
ini, yaitu mengasingkan diri dari aktivitas di tempat kerja. Orang yang mengalami burnout biasanya
merasa bahwa pekerjaannya amat banyak sehingga membuat stres dan frustrasi. Akibatnya, ia
menjadi tidak peduli pada lingkungan dan rekan kerjanya. Di sisi yang sama, biasanya ia juga merasa
bahwa dirinya sudah muak dengan pekerjaannya. Tak hanya itu, berikut adalah gejala emosional
lainnya yang sering muncul:

 Merasa gagal dan meragukan diri sendiri.


 Merasa tak ada yang membantu dan terjebak dalam pekerjaan.
 Kehilangan motivasi.
 Lebih sinis dan negatif.
 Merasa tidak puas dengan pekerjaan menurun

Gejala burnout yang memengaruhi kebiasaan gejala emosional dan fisik yang dirasakan bisa
memengaruhi kebiasaan Anda dalam bekerja. Anda mungkin menjadi suka menunda pekerjaan atau
bahkan tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Kondisi ini membuat Anda tidak produktif dan
kinerja Anda menjadi menurun. Adapun gejala lainnya yang terkait berupa

 Makan berlebih, konsumsi obat-obatan, dan alkohol.


 Pelampiasan rasa frustrasi Anda pada orang lain.
 Datang ke kantor terlambat dan pulang lebih cepat.
 Sulit berkonsentrasi dan menjadi tidak terarah dalam bekerja.

Data penelitian di 2019 dari National Physician Burnout, Depression, and Suicide Report
menunjukkan bahwa 44 persen dokter mengalami burnout dalam pekerjanya sehari-hari.Ini bisa
terjadi karena dokter mendapatkan beban dan risiko pekerjaan yang lebih berat, dibanding timbal
balik gaya hidup yang bisa mereka dapatkan.

Studi beberapa waktu lalu dilakukan oleh Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengungkapkan, 83 persen tenaga kesehatan mengalami
burnout syndrome sedang dan berat selama pandemi COVID-19. Burnout syndrome sendiri
merupakan sebuah sindrom psikologis akibat respon kronik terhadap stresor atau konflik dengan
tiga gejala yang umum seperti keletihan emosi, kehilangan empati, dan berkurangnya rasa percaya
diri. Apabila seorang tenaga kesehatan merasakan keletihan secara emosional ( burnout syndrome),
imbasnya adalah kehilangan motivasi yang jelas untuk bekerja, dan selanjutnya akan berimbas ke
pelayanan kesehatan yang buruk.
2.2 Penyebab burnout syndrome bagi tenaga kesehatan

Setiap orang bisa mengalami burnout syndrome. Masalah ini kerap dialami pekerja yang
minim apresiasi dan jarang libur, ibu rumah tangga yang merawat anak, perawat orang sakit, dan
sebagainya. Alasan kenapa orang bisa burnout tidak melulu terkait tekanan dan terlalu banyak
tanggung jawab. Pandemi COVID-19 mengakibatkan peningkatan beban pelayanan kesehatan
tenaga kesehatan yang berpotensi mempengaruhi kualitas pelayanan , produktivitas pelayanan
tenaga kesehatan yang dapat berdampak pada gangguan kesehatan mental tenaga kesehatan
sehingga akan berisiko untuk terjadinya burnout syndrome. Pengkajian sistematis faktor penyebab
burnout yang telah dipublikasikan dari berbagai Negara dapat menjadi salah satu upaya untuk
menentukan langkah preventif, kuratif dan rehabilitatif tenaga kesehatan yang mengalami burnout
akibat COVID-19 di Indonesia.

Pada salah satu penelitian yang membahas tentang faktor yang memengaruhi terjadinya
burnout dari Ghent University mengelompokkan faktor penyebab burnout menjadi 2, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal, pada faktor internal ada ekspektasi yang tinggi terhadap diri sendiri
atau idealis, perfeksionis, sangat butuh pengakuan, selalu ingin menyenangkan orang lain, menahan
kebutuhan diri sendiri, merasa tidak tergantikan, bekerja hanya sebagai aktivitas yang berarti,
bekerja hanya sebagai pengganti kehidupan sosial, dan berlebih-lebihan dalam menghadapi
tantangan. Sedangkan faktor eksternal penyebab burnout adalah tuntutan yang tinggi dalam
pekerjaan, adanya permasalahan dalam kolaborasi dan kepemimpinan, instruksi yang kontradiktif,
tekanan waktu, perundungan atau lingkungan pekerjaan yang buruk, Kurangnya kebebasan dalam
membuat keputusan, Kurangnya pengaruh organisasi, sedikitnya peluang untuk berpartisipasi,

Masa pandemi memperburuk risiko yang sudah ada, dan bahkan memunculkan risiko yang
baru, termasuk risiko terpapar patogen, jam kerja yang panjang, jumlah dan tingkat keparahan
pasien yang meningkat, pengambilan keputusan yang susah, permasalahan psikologis, kelelahan,
dan kekhawatiran jika tenaga kesehatan bisa menjadi pembawa virus terhadap keluarganya. Risiko-
risiko ini bisa membahayakan mental, fisik, emosional, dan kesejahteraan sosial dari para tenaga
kesehatan, dan ini juga berdampak pada proses perawatan pasien. Di waktu yang bersamaan
determinan yang signifikan dari burnout terkait personal maupun pekerjaan adalah permasalahan
kesehatan, dan partisipasi langsung dalam diagnosis, dan perawatan pasien COVID-19.

Terlepas dari efek pandemi COVID-19, beberapa penelitian telah mengindikasikan dampak dari
berbagai variabel psikologis seperti depresi, stres, kecemasan, resiliensi, dan kepuasan terhadap
kehidupan dengan burnout. Faktor lain yang mendorong terjadinya stres secara emosional diantara
tenaga kesehatan adalah kekhawatiran berlebih terhadap kesehatan diri sendiri, dan keluarga,
ketakutan, dan rasa kesusahan dalam bekerja di rumah sakit

2.3 Cara mencegah burnout syndrome bagi tenaga kesehatan

SINDROM Burnout yang menghinggapi tenaga medis selama pandemi covid-19 muncul
akibat respon kronik terhadap stressor di tempat kerja, seiring dengan meningginya jumlah kasus.
Jika dibiarkan hal ini akan sangat berbahaya. Tenaga kesehatan juga butuh perhatian khusus agar
kesehatan mental tetap terjaga, perhatian khusus agar kesehatan apalagi disaat ada lonjakan COVID-
19 tenaga kesehatan rentan untuk terpapar virus dan membuat imun turun.

Selain daripada itu tenaga kesehatan harus mempunyai rasa memberi nah ini adalah hal
yang paling penting karena rasa ingin membantu ini memberikan kesenangan luar biasa dan dapat
membantu mengurangi stres secara signifikan serta memperluas lingkaran sosial. Saat Anda
menghadapi stres yang luar biasa, membantu orang lain tidak harus melibatkan banyak waktu atau
usaha. Bahkan hal-hal kecil seperti kata-kata baik atau senyuman ramah dapat membuat Anda
merasa lebih baik dan membantu menurunkan stres bagi Anda dan orang lain. Selain itu, perlunya
mencari dukungan dari orang lain agar bisa terus berpikir positif. Perilaku juga harus dijaga agar
tetap positif, serta didukung oleh aktivitas spiritual

“burnout” merupakan sindrom psikologis yang disebabkan adanya rasa kelelahan yang luar
biasa, baik secara fisik, mental, maupun emosional. Dampaknya, seseorang dapat kehilangan minat
dan motivasi. Oleh sebab itu tenaga kesehatan harus mempunyai istirahat yang cukup supaya
mental maupun emosional tetap sehat. Akan tetapi begini kalau kelelahan fisik dengan istirahat bisa
selesai, kalau mental dan emosional belum tentu jadi seorang tenaga kesehatan juga perlu namanya
spiritual seperti yang dikatakan diatas atau mendekatkan diri kepada Tuhan
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Burnout syndrome adalah salah satu kondisi stres yang berhubungan dengan
pekerjaan. Itu sebabnya, kondisi kesehatan yang satu ini juga dikenal sebagai
occupational burnout atau job burnout. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan
secara fisik dan emosional, akibat ekspektasi dan kenyataan karyawan di
posisinya tidak berjalan sesuai yang dibayangkan.
 Pandemi COVID-19 mengakibatkan peningkatan beban pelayanan kesehatan
tenaga kesehatan yang berpotensi mempengaruhi kualitas pelayanan ,
produktivitas pelayanan tenaga kesehatan yang dapat berdampak pada
gangguan kesehatan mental tenaga kesehatan sehingga akan berisiko untuk
terjadinya burnout syndrome.
 Agar terhindar dari burnout syndrome seorang tenaga kesehatan mestinya
mempunyai rasa memberi yang kuat agar apa yang dilakukan saat merawat
pasien seorang tenaga kesehatan merasa senang, istirahat yang cukup, dan
mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha esa

3.2 Saran

Dimasa pandemi ini mari kita bantu tenaga kesehatan mengurangi beban kerjanya dengan
sama sama mematuhi aturan pemerintah serta menjalankan protokol kesehatan, menjaga jarak,
memakai masker, dan ikut program vaksinasi supaya negara dan dunia bisa kembali pulih
DAFTAR PUSTAKA

https://m.mediaindonesia.com/humaniora/342358/burnout-hilangkan-empati-tenaga medis-atasi-
dengan-11-cara-ini

https://hellosehat.com/mental/stres/burnout-syndrome/

https://www.alomedika.com/cara-untuk-mencegah-terjadinya-physician-burnout

https://www.sehatq.com/artikel/inilah-dampak-sindrom-burnout-dan-cara-mengatasinya

https://fk.ui.ac.id/berita/83-tenaga-kesehatan-indonesia-mengalami-burnout-syndrome-derajat-
sedang-dan-berat-selama-masa-pandemi-covid-19.

https://jurnalpoltekkesjayapura.com/index.php/jktp/article/view/176

Anda mungkin juga menyukai