Bab B
15. Tabel 6.9 pada Bab 6
Sarnbungan Struktur
Note : R ratio Muoo / M" atau sama denga\ Br' 1.0 yang berarti
pengaruh P-A tidak menentukan. Cara pendekatan iuga memberi
prediksi yang mendekati, yaitu Bz= t'OOZt (konservatif).
Gambar 8.7 Kawat las dan kemasannya (sumber : wwwelding com au]
(sumber : www.weldcor.ca]
Gambar 8,6 Peralatan las busur-listrik tipe SMAW
Lasbusur.listriksMAwyangperalatannyarelatifsedikititutentu au)
Gambar 8.8 Simbol posisi pengelasan pada kawat las [sumber : wwwwelding'com
relatif ekonomis untuk diadopsi. Apalagi sifatnya yang portabel
yang
ientunya sangat cocok digunakan pada peikerjaan konstruksi Note : F = fillet weld (las sudut), dan G= groove weld (las tumpul)
umumnya iuga bersifat mobile.
Untuk memahami cara kerja las, khususnya las busur-listrik tipe Ciri-ciri las tumpul (butt weld) bahwa las dikerjakan pada bagian
SMAW akan bekerja ketika bagian ujung kawat las sebagai ujung penampang langsung sehingga kedua ujung elemen melebur dan
katode dan bagian logam sambungan sebagai ujung anode listrih tersambung menjadi satu kesatuan. Untuk maksud tersebut kare-
saling bertemu. Lihat Gambar 8.9. na penetrasi las pada logam terbatas, maka untuk tebal pelat lebih
dari t 5 mm perlu pekerjaan persiapan, pembuatan alur (bevel)
bentuk V atau U. Itu bisa dari satu sisi saja atau dua sisi secara
sekaligus, tergantung ketebalan pelat, seperti Gambar 8.11.
bagian inli kawat las
0ogam pengisi)
perisai atmosftr
r-16------?
I l\-o ro rnel
tnelebumya logam
tetesan log6m pengisi dao dag ---Jrl-s"--
B-Dqrsa-v
lapis slag msr€eras 45 DEC
logam dasar
c-sr}Gila-o D.Df,JBI.E.U
Gambar 8.9 Mekanisme peleburan logam dengan las busur-listrik tipe SMAW
(Sumber: US ArmY 1993J GambarS.llBentukalurpadalastumpuluntukpelattebal-unitINCH [USArmy1993J
WW
Gambar 8.12 Aplikasi sambungan dengan las sudut (US Army 1993)
Sekeliling
profil WF
disambung
r/.n
'"L__l[
H ts38
ll---;*
petatw
3,&3,3_
-* lo.*o
putus, maka yang gagal terlebih dulu adalah bagian profil utuhnya'
Tentu sa;a jika sambungan las tersebut dikerjakan dengan baik.
Uji berikutnya adalah sambungan las tumpul yang umum dipilih
36r
reduksi penampang
(dalam %)
7.6o/r
JK'JK
9.6% 15.9%
untuk sambungan sekuat profil. Hal yang dilihat adalah pengaruh
lack of fusion atau logam yang tidak melebur secara sempurna.
Bagian logam yang tidak melebur sempurna dianggap terjadi pada
Gambar 8.13 Uii sambungan terhadap pengaruh"undercut" (Blodgett 1976)
sekat pemisah alur ganda (Gambar 8.15)' Tebal bagian tersebut
bervariasi, untuk simulasi bagian yang tidak melebur sempurna,
Gambar 8.13 menunjukkan empat sampel uji untuk mengevaluasi yaitu mulai dari 12.5o/o sampai 31o/o dari tinggi penampangnya.
pengaruh undercut. Sampel pertama utuh, sampel yang undercut
adalah yang ke 2, 3 dan 4 dimana luas penampangnya berkurang
sampai 157o (maksimum). Hasil uji menunjukkan bahwa pada ke-
seluruhan sampel (utuh dan undercut sampai tSo/o), bagian yang
putus adalah bukan di sambungan las tetapi di bagian pelat utuh.
TAM
,-,HLdLdL#L
hlattadkMs 29,0@ 29,000 ?9,@ 26;600
dahulu, karena ukurannya bisa bervariasi, baik dari segi panjang dimana Q=0.75, A*"=t.L (lihat Gambar 8.18), F,*=0.6Fro, dan Fro
atau tebalnya. Khusus sambungan las sudut dengan konfigurasi adalah kuat tarik kawat las, untuk mutu E50xx, Ftnr= 430 MPa;
seperti Gambar 8.14, maka petuniuk praktis dari Blodgett (797 6) untuk E7O><x , Fztx = 490 MPa; cian untuk EBOxx, FDtr = 5,50 MPa
dapat dipakai, agar sambungan las dapat sekuat pelat maka harus (AWS D1.1-2008). Bandingkan dengan kawat las pada Tabel 8.1,
disediakan las sudut dengan tinggi minimum 0.75 tebal pelatnya. maka nilai di atas cukup konservatifdipakai pada perencanaan.
QP,= 0.9x240x1900/1000 = 47'l- kN -+ {.ou" Check shear-lag sebab hanya satu sisi profil siku yang tersambung.
Itu berarti kuat sambungan las harus lebih besar dari 411 kN. U = 1- x/L = t - 28.2/200 = 0.859
Tebal profil siku 10 mm, tinggi las minimum = 5 mm (Tabel 8.2). A"= UAn = 0,859x1900 = 7632 mmz
Mengacu saran Blodgett (1,976) maka tinggi las sudut t 75o/o tebal
pelat yang disambung, dipilih tinggi las 8 mm. Mutu kawat las E6Oxx QP,= 0.75*37Ox7632/L000 = 453 kN >> P, maks (411kN).OK
(Fro= 430 MPa), sehingga Fn*= 0.6Fro= 258MPa, maka kuat las Kapasitas profil L setelah memperhitungkan shear-lag masih lebih
per-mm panjang i ARn= 0.75x258x0.707x8x7/L000 = 1.1 kN/mm. besar dari kuat profil pada kondisi leleh. Shear-lag tidak dominan.
Panjang perlu las sudut adalah P,-o*/ QRn= 411 / t.t = 374 mm, CATATAN : Panjang las di kedua sisi profil siku dibuat sama besar
dan akan ditempatkan secara ideal agar tidak terjadi eksentrisitas. fGambar 8.20) agar detailnya lebih sederhana dan ekonomis.
Tinjau sisi terpendek terhadap titik berat, berjarak a = 28.2 mm
panjanglas L; sisi lainnyaberjarakb = 100 - a=7L.8 mm dengan
panjang las 374 - tr . Tinjau keseimbangan terhadap garis berat,
yaitu: ctxL=bx(374 -tr) sehinggaL=374b / (a + b) atauL =
374x7L.8/(28.2+7L.8) = 269 mm dan sisi,lain 37 4 - L = 105 mm,
a). Las balans tefiadap sb. netral b). Las lidak balam teiladap sh. netml
Gambar 8.21 Posisi las terhadap sumbu netral batang (AWS 2008J
150
Gambar 8.34 Sambungan bautjembatan Kali Krasak, Sleman, DIY
ea
e t00
6
A490 bolts
Adapun kualitas sistem sambungan las tergantung tahapan proses
6 A502 grade 2 rivets
A325 bolts
pengerjaan. Sambungan las untuk konstruksi jembatan perlu hati-
o
o50 hati, dan hanya dilakukan di bengkel kerja (workshop). Maklum,
A502grade 1 rivo{s
jika prosesnya tidak dilakukan sesuai prosedur yang bena4, maka
pengaruh panas yang terjadi akan mempengaruhi ketahanan baja
o o.ba o.io a.a o-:z pada jembatan tersebut terhadap fatig.
Ada dua jenis baut di pasaran, baut biasa IASTM A3O7) dan baut
Gambar 8.33 Komparasi kuat r,il[l['J]" ,aut (Kulak et. ar 2001J
mutu tinggi (ASTM ,{325 dan A490). Pemilihan baut mutu ,4490
Kuat tarik paku keling jauh lebih kecil dan proses pemasangannya pada lingkungan korosifharus hati-hati. Perlindungan cara hot-dip
relatif lebih kompleks dibanding baut mutu tinggi. oleh sebab itu galvanized tidak boleh dipakai, berisiko hydrogen embrittlement.
paku keling kalah bersaing dan menjadi tidak populer di Amerika Alternatif pelindung jenis lain, misal DACROMET@ produk pelapis
(Kulak et. al 2001), demikian juga di Indonesia tentunya. inorganic zinc-aluminum yang berbasis air fBrahimi 2006).
Gambar 8.35 Perbandingan mutu baut rnutu tinggi dan paku keling fMunse 1967J
Baut mutu tinggi ada dua, yaitu 4.325 atau A490. Baut ^4325 punya
kuat tarik minimum 830 MPa (ASTM A325M-04), jenisnya Tipe 1 Untuk detail pemasangan baut mutu tinggi terhadap pelat sam-
{medium carbon) dan Tipe 3 (weathering steel). Baut 4490 punya bungannya maka panjang baut perlu dipilih sedemikian sehingga
kuat tarik antara 1040 - 1210 MPa (ASTM A490M-04), dan jenis- bidang geser jangan tepat terjadi pada bagian ulir. Kekuatan baut
nya juga Tipe 1 dan Tipe 3. Baut tersedia dalam unit imperial (inch) akan terpengaruh sekali, sebagaimana terlihat pada Gambar 8.37 '
dari QYz in - $lYz in; atau metrik (mmJ dari M16 - M36.
Load, K.ips
0 0.10 0.20
Deformation, lnches
f pelat sambungan
[dsF*t
ffit;ffi
F$iEry
-7 zt F-
Gambar 8,39 farak dan spasi baut
oversize slot-pendek slot-panjang
Spasi [s) antar baut dan jarak bersih. Gambar 8.40 Berbagai variasi Iubang pada pemasangan baut M20
Syarat AISC (2010) tentang spasi (s) minimum antar lubang baut Gambar 8.40 menunjukkan variasi bentuk lubang untuk baut M20
[semua tipe) adalah s > 2.67 d, dan rekomendasinya adalah s = 3d, fsebagai contoh) sesuai standar AISC (2010). Untuk diameter lu-
dimana d : diameter baut nominal. Persyaratan spasi [sJ tidak bang baut yang lain disajikan secara presisi dalam tabel berikut.
sekedar jaminan kekuatan, juga untuk kemudahan pemasangan. Tabel 8.4 Standardisasi Diameter Lubang I3aut (MetrikJ
Pada konstruksi jembatan, AASHTO (2005) m.ensyaratkan s > 3d,
untuk lubang standar. Pada lubang over-size atau lubang slot maka
jarak bersih minimum tepi ke tepi lubang lain di arah gaya adalah
tidak boleh kurang dari 2d. |arak spasi dibatasi oleh s < L2. t^h
[tebal terkecil pelat sambungan); atau s < 305 mm, dari keduanya
maka dipilih hasil hitungan yang paling kecil.
farak baut ke tepi sambungan [s,).
Sumber : Tabel f3.3M dariAISC (2010)
AISC (2010) menetapkan, jarak titik pusat lubang standarke tepi
dari bagian sambungan sr> 7.25d, tetapi tidak boleh lebih 12 kali Lubang oversized tidak boleh dipakai pada sambungan tipe tumpu.
tebal pelat terkecil sambungan atau 150 mm. Pada lubang oversize Tipe slotboleh dipakai jika arah gayanya tegak lurus arah. Lubang
atau slot-pendek perlu ditambah t 2 - 5 mm, sedangkan lubang tipe slot-panjang juga sama, bahkan posisi penempatannya hanya
slot-panjang perlu tambah lebih besar lagi, sebesar 0.75d. Khusus boleh pada salah satu sisi saja. Kecuali lubang standal maka pe-
jembatan, AASHTO (2005) memberi syarat lebih ketat sr> 1,.75d, masangan baut harus dilengkapi dengan ring atau washer.
dan tidak boleh lebih 8 kali tebal pelat terkecil, atau 125 mm.
8.5.4, Tipe Sambungan dan Kekuaton Baut
8,5,3, Perqtaratan Lubang Baut
Bentuk sambungan dan beban mempengaruhi orientasi gaya yang
Toleransi pelaksanaan adalah untuk antisipasi ketidak-presisian bekerja pada baut. Padahal kekuatan baut tergantung hal itu. Baut
ukuran, baik yang diakibatkan kondisi profilnya [pabrik) atau dari dibebani arah transversal [tegak lurus sumbu) menerima gesel
proses pabrikasinya di bengkel. Bentuk toleransi diberikan dalam disebut sambungan tipe geser. Bila dibebani arah longitudinal
bentuk ukuran lubang baut yang diperbesar dari ukuran bautnya. fsearah sumbu), menerima gaya tarik. Kekuatan baut terhadap
a). Ges* di baut hJ. Tarik di baut c). Baut tidak keria
4, s$
Gambar 8.41 Pengaruh orientasi beban terhadap baut
8$
'+ rs
ss
+. I
I
... ..- .- - -
,,$ $. ". -.
., ...
Gambar 8.41 menunjukkan tipe sambun gan end-plate dan beban ,.} ".
,'+ |
tentunya tetap dapat bekerja. Pada orientasi beban tertentu, baut Gambar 8.44 Sambungan tipe geser untuk konsol
juga dapat menerima gaya tarik dan gaya geser secara sekaligus
(kombinasi), seperti berikut. Dari berbagai konfigurasi sambungan, juga orientasi pembebanan
yang bekerja, maka gaya internal yang terjadi pada baut hanya
-b"..rp,
gaya tarik dan gaya geser atau gabungan keduanya'
Berdasarkan hal itu maka salnbungan dapat dikelompokkan men-
jadi sambungan tipe geser dan sambungan tipe tarik atau ga-
bungan dari keduanya.
Dari kedua tipe sambungan tersebut, maka sambungan tipe geser
relatif mudah pemasangannya. Itu disebabkan keberadaan lubang
baut yang relatif lebih besar dibandingkan diameter baut, dan itu
a). Momen kopel - gesr bl, Caya tarik - geser berfungsi sebagai toleransi pelaksanaan. Kalaupun ada ketidak-
Gambar 8.42 Baut dengan Gaya Kombinasi (Geser dan Tarik) ,u*prlit art sambungan, dapat dibuat penyesuaian secara mudah'
Adapun sambungan tipe tarik seperti end-plate harus dikerjakan
Ada juga konfigurasi sambungan yang mengakibatkan baut-baut secara presisi. fika tidak, akan menyulitkan pelaksanaan nanti'
akan bekerja pada kondisi gaya geser saja, lihat Gambar 8'43'
8.5.5. Kuat Baut terhadap Tarik atau Geser
Esensi penting perencanaan sambungan adalah dapat memastikan
elemen-elemen yang disambung memenuhi kriteria perencanaan.
Bagian paling menerttukan adalah alat sambung itu sendiri, yang
relatif terbatas dan tertentu, yaitu baut. Meskipun distribusi gaya-
gayayangbekerja bervariasi, sesuai konfigurasi dari tata letaknya,
ieiapi untuk perencanaan dianggap terbagi rata pada semua baut'
Gambar 8. 43 Sambungan tipe geser untuk batang tarik
188
A 307 (baut mutu biasal 310 non-struktur
[16s]
372 geser pada
A'325 (baut mutu tinggi] [330) ulir drat
620
lenis baut di Grup A 457 geser pada
(414) grip polos
Gambar 8.45 Perakitan jembatan di lapangan (sumber: Bintek / Lanny HidayatJ
457 geser pada
A490 (baut mutu tinggi) {474) ulir drat Perakitan jernbatan di lapangan (Gambar 8.45), tanpa dilengkapi
7AO
Jenis baut di Grup B 579 geser pada perancah, Hanya bisa mengandalkan elemen struktur yang dirakit.
(520) grip polos
Tentu terbayang bagaimana mernasang bautnya, tidak sederhana.
o.45 F geser pada
alat sambung t0.40 4) ulir drat fika dipilih las yang sifatnya kaku, tentu akan lebih sulit. Dengan
dengan ulir o.7s F
0.563 f geser pada
memakai baut mutu tinggi, lebih mudah' Selain itu, untuk evaluasi
(misal : baut angkur)
t0.s0 F..) grip polos hasilnya dapat dilakukan dengan cara inspeksi visual. Itu alasan
Sumber ; Tabel f3.2 dari AISC (2010J sambungan dengan baut mutu tinggi lebih dapat diandalkan'
Pemasangan baut mutu tinggi relatif sederhana. Langkah pertama
Catatan : kuat nominal geser di dalam kurung adalah menurut
ketentuan AISC (2005), yang ternyata lebih kecil. Secara umum setiap lubang baut harus dimasuki kepala baut, ring (washer) dan
kuat geser baut menurut AISC (2010J naik sekitar +L2.5o/o. mur [nut). Laiu dikencangkan secukupnya agar baut pada lubang
lainnya dapat dipasang lengkap. Setelah semua lubang terisi oleh
baut mutu tinggi pengencangan serius berikutnya dapat dilaku-
kan sampai kondisi snug-tight. Proses pengencangan baut harus
dimulai dari bagian yang paling kal<u (riqid), menuju bagian yang
fleksibel, tidak boleh sebaliknya II1CSC 2009). Itu berarti proses
pengencangan baut harus dilakukan dalam tahapan yang tertentu.
Catatan : d = diameter baut, untuk baut L >, 72d perlu kalibrator uji terlebih dulu.
llputamn-120'
a). Kondisi Awd b). Kondisi Akhk
Akhir Cara putar-mur jika digunakan bersama-sama dengan kunci-torsi
terkalibrasi (cara berikutnya), khususnya keperluan kontrol mutu,
Gambar 8.47 Cara putar-mur (turn-of-nut)
akan membantu. Cara putar-mur meninggalkan petunjuk visual
Meskipun cara putar-mur hanya didasarkan pada pemutaran mur (lihat Gambar 8.49) dimana besarnya putaran mur setelah kondisi
setelah kondisi snug-tight tercapai, tetapi terbukti ketentuan gaya snug-tight tercapai akan memberikan korelasi besarnya gaya tarik
tarik prategang minimum baut dapat terpenuhi (Kulak et.al 2001). prategang pada baut mutu tinggi yang diperlukan.
50 r ta0k mi
,{iio-
d
I
= gaya iarik min.
=40
a |I ffi25
€ I
l's-.}put r* *rt
*o
6
<, Gambar 8.49 Pemasangan baut dengan cara putar-mur (turn-of-nut)
2. Pengaruh pelapis tambahan, seperti hot-dip galvanish yang Dalam mengaplikasikan kunci-torsi terkalibrasi, harus dipastikan
umum untuk mengantisipasi korosi (khusus baut mutu baut telah terpasang pada kondisi snug-tight, yaitu suatu kondisi
eiZS1.
Adanya lapisan tambahan pada permukaan ulir baut pengencangan baut sedemikian sehingga pelat-pelat sambungan
atau mu4
menyebabkan kondisi,,seret,, pada waktu pengencangan
baut. telah saling terjadi kontak. Pada kondisi itu, setiap putaran mur ke
3. Pemberian pelumas (lubricant). Awam umumnya akan arah mengencangkan, akan meningkatkan gaya jepit (klemJ.
ber_
piki4, pemberian pelumas pada baut dapat menyeiabkan Dua cara pengencangan baut mutu tinggi yang telah dibahas, yaitu
baut
mudah lepas. Fakta, pemberian pelumas berpengaruh pada cara putar-mur (turn-of-nut) dan metode kunci-torsi terkalibrasi,
proses pengalihan momen torsi menjadi gaya iarit prategang menuntut proses pelaksanaan yang baik [kejujuran) agar hasilnya
baut, selain itu juga bisa melindungi Iapisan grtrurirf, -rg". benar. Maklum petunjuk yang tertinggal hanya tanda yang dibuat
tidak rusak. Jenis pelumas menentukan. Uli .oU-a p"_rrr.rgrn oleh pelaksananya saja (Gambar 8.49), tidak mudah diamati oleh
baut mutu tinggi dengan lapisan galvanis:h oten if. Wargi". yang lainnya. Kondisi tersebut tentu rawan akan manipulasi, jika
Biro Indonesia [2011), jika pakai pelumas oli biasa terlihaiada itu terjadi maka gaya tarik prategang baut, bisa tidak tercapai. Itu
lecet sehingga dipilih pelumas belbasis Molybdenum. alasannya mengapa Doherty (1,987) mengusulkan agar tahapan
pengencangan dilakukan tidak sekaligus tetapi dalam empat taha-
4. Kondisi penyimpanan, khususnya baut mutu tinggi tanpa pan terpisah, yaitu [1'l snug-tighf [2] inspeksi; [3] pengencangan
ada lapisan pelindung. Jika kondisi penyimpana" Ur"."rt
utrn final, dan [4] inspeksi [jika perlu disertai juga verifikasi). padahal
berisiko korosi, kasusnya seperti pada pelapis tambahan.
secara teknis untuk pengencangan baut, tentu tidak ada kesulitan
Adanya permasalahan variasi di atas menyebabkan penggunaan jika dilakukan secara sekaligus, misalnya satu putaran saja.
besaran momen torsi yang hanya didasarkan taber aiau
?I.rnuru Tidak adanya tanda fisik yang menunjukkan bahwa pengencangan
khusus, tanpa kalibrasi adalah dilarang (RCSC 2OO4)
telah berhasil adalah "kelemahan" dua metode yang diungkapkan.
Pengencangan baut mutu tinggi dengan kunci-torsi
terkalibrasi Berikut adalah metode pengencangan yang meninggalkan ,.tanda,,.
juga memerlukan alat kalibrator khusus,
dan biasa dipakai adalah
Skidmore-wilhelm. Alat tersebut dapat menguji gaya tarik 8.5.6.5. Indikator-Tarik-Langsung
untuk
bau-t-mutu tinggi dengan diameter y) - ty, in. Gambar g.54
mem- Masalah perlunya "tanda" bahwa telah ada gaya tarik prategang
perlihatkan proses kalibrasi dan alat kalibratornya.
baug ditanggapi industri sebagai peluang bisnis. Salah satu adalah
Gambar 8.55 Ring DTI (direct-tension-indimtor). Baut ini sebelumnya termasuk baut desain alternatif IRCSC 2004),
Ukuran dan jumlah tonjolan pada ring DTI bervariasi tergantung spesifikasinya mengacu ASTM F1852. Perbedaan dengan baut tipe
diameter baut, yang dibuat sedemikian ketika terdapat gaya tekan standar adalah pada ujungnya, yang berfungsi sebagai indikator.
tertentu akan melesak ke dalam fmenjadi rata). fika dipasang dengan kunci-torsi khusus, saat dikencangkan dan
mencapai tegangan tarik tertentu akan putus dengan sendirinya
Spesifikasi produk ring atau washer DTI mengacu ASTM F 959' [Gambar 8.58b), Setelah putus, baut tersebut akan terlihat seperti
baut mutu tinggi biasa.
Gambar 8. 61 Baut Grade 8.8 dan A325 untuk diameter yang sama fKelvin 2016J
1200
r0m
800
:
*6@
400
2m
Gambar 8.66 Kuat putus (MPa) baut .{325 dan Grade 8.8 (Kelvin 2016J
Dari hasil uji tarik, semua baut mutu tinggi (A325 dan Grade 8'8)
Gambar 8. 64 Uii tarik baut tunggat (Kelvin 2016J
menghasilkan tegangan putus lebih besar dari tegangan putus mi-
Pengujian tarik dilakukan dua kali, pertama sampai beban proof- nimum yang disyaratkan (830 MPa). Tetapi ada kesan, baut .4325
load, kondisi beban maksimum baut yang pada kondisi elastis. Se- lebih kuat. Selain itu, ditemukan pola kerusakan yang tidak biasa'
lanjutnya diulang dan diteruskan sampai bautnya putus atau kuat Sebagian besar baut putus di bagian ulir (penampang minimumJ,
tariknya. Seluruhnya ada 3x3x2 atau 18 uji tarik. Perilaku kerun- tapi ada yang tidak putus hanya ulirnya rontok atau stritrtping"
tuhan baut $7 /8 in atauM22 adalah sebagai berikut.
Gambar 8. 65 Perilaku putus baut mutu tinggi 4325 dan Gr 8.8 (Kelvin 2016J
ffioo
BS Elr l${u8 {iAADI 8.8 | DIN $3/AS EN rSO4OlT CB-A.DE 8.8
2 fAND\ ,/- ^1
Catatan : dengan demikian baut Grade 8.8 yang diuji tarik sampai
ShcartPtr-tN
putus dan mengalami stripping, kondisi yang mungkin saja terjadi
Gambar 8. 58 Perilaku tarik-geser baut mutu tinggi Grade 8.8 dan HSFG (Moris 1988)
akibat adanl,a prategang berlebih, adalah baut tipe non'pre-load.
fadi baut Grade 8.8 adalah baut mutu tinggi, tetapi tidak mesti itu Baut tipe seperti itu jelas tidak sesuai jika digunakan pada sistem
baut HSFG untuk sambungan friksi. Sedangkan baut A325 adalah jembatan, yang memerlukan baut dengan mekanisme slip-kritis
baut mutu tinggi dan sekaligus baut HSFG versi ASTM (Amerika). atau friksi. Baut untuk struktur jembatan harus tipe pre-load,
relevan dipelajari untuk perencanaan batang tarik (Bab 4). Ieleh percmpang netto
sehingga perencanaan dan perakitan struktur baja akan menjadi Gambar 8.70 Kurva P-A Sambungan Baut Mutu Tinggi {Kulak et.al. 2001J
semakin andal dan ekonomis.
)adi apakah sambungannya adalah mekanisme slip-kritis atau me-
8. 6.2, Perilalat Keruntuhan Sambung an kanisme tumpu adalah tergantung dari terjadinya slip (posisi baut
Konfigurasi sambungan baut tipe geser dan cara pemasangan baut bergeser karena ada gap akibat lubang yang lebih besar dari baut)
mutu tinggi. ternyata saling terkait dan mempengaruhi kekuatan saat dibebani. Agar mekanisme dapat bekeria terus, maka harus
dan kekakuan sambungan itu sendiri, Keterkaitan itu sangat khas. dipastikan bahwa beban yang bekerja harus lebih kecil dari taha-
bahkan menghasilkan dua mekanisme pengalihan gaya-gaya yang nan friksi pelat atau beban kritis yang menyebabkan slip. Itulah
berbeda, yaitu mekanisme [1] slip-kritis dan [2] tumpu. mengapa disebut sambungan sltp-kritis.
Pemasangan baut mutu tinggi dengan prategang U3.1-AISC 201,0), Sambungan sllp-kritis adalah sambungan yang direncanakan tidak
seperti : putaran mur (tu rn - of-t), indikator-tari k- I an gsun g, b aut-
nu mengalami s1lp. Sistem itu diperlukan untuk mengatasi terjadinya
kontrol-tarik-putus, atau kunci-torsi-terkalibrasi, menyebabkan beban bolak-balik [misal tarik jadi desak atau sebaliknya), yang
sambungannya jika diberi beban sampai kondisi batas akan mem- umumnya ada pada jembatan. Jika itu berlangsung terus-menerus,
perlihatkan dua mekanime tersebut. fika gaya prategangnya tidak pada waktu lama maka struktur akan berisiko tinggi mengalami
mencukupi, akibat proses pemasangan tidak sempurna, misalnya kerusakan fatig, yaitu keruntuhan pada kondisi tegangan elastis.
sekedar snug-tight-joint saia, maka hanya mekanisme tumpu saja. Tentu saja tidak semua sambungan harus mempunyai ketahanan
seperti itu. Bangunan gedung misalnya, sambungannya cukup di-
Sambungan baut dengan mekanisme slip-kritis atau tumpu, tidak rencanakan terhadap mekanisme tumpu saja, agar jurnlah baut
bisa dibedakan dari tampilan fisiknya saja. Maklum mekanisme yang diperlukan lebih sedikit, yang berarti lebih ekonomis.
tersebut hanya akan terlihat setelah diberikan pembebanan. Jika
pada beban rencana, baut tidak mengalami slip (tetap ditempat)' Untuk sambungan yang banyak bautnya, sllp tidak terjadi secara
maka saat itu mekanisme sllp-kritis sedang bekerja. Kekuatannya sekaligus, tetapi bertahap. Ketika belum ada slip, mekanisme yang
tergantung dari besarnya tahanan friksi yang terjadi' Sebaliknya, bekerja adalah mekanisme s/rp-kritis yang dihasilkan dari tahanan
jika pada saat dibebani baut mengalami slip maka mekanisme friksi permukaan sambungan. Itu alasannya mengapa permukaan
tumpu telah bekerja. tersebut tidak boleh dicat terlebih dahulu sebelum baut dipasang.
L Sambungan Struktur
646 Bab Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 647
8,6.3, Mekanisme Slip-kritis Bout Gaya prategang Tabel 8.11 adalah gaya tarik efektif minimum pada
8.6.3.1. Umum baut. fadi bukan besarnya momen torsi dari kunci-torsi yang jadi
Sambungan baut mutu tinggi tipe-geser dengan mekanisme slip-
ukuran. lVlomen torsi akibat proses pengencangan dengan kunci
kritis atau sambungan slip-kritis dipilih untuk konstruksi yang di- torsi bisa saja tidak semuanya tersalur jadi gaya prategang tersebut.
dominasi beban dinamik atau beban bolak-balik berganti tanda.
Itu terjadi biasanya karena friksi antara mur dan baut yang kurang
yang umum terjadi pada jembatan atau mesin industri. Meskipun baik. Prosedur pengencangan baut mutu tinggi yang tepat adalah
kunci pentin g agar gaya prategangnya tercapai.
kekuatannya lebih kecil dibanding sambungan mekanisme tumpu.
tetapi dipilih karena efektif mengurangi risiko kerusakan fatig. 8.6.3.3. Koefisien Permukaan Sambungan
Kuat sambungan slip-kritis dihasilkan dari tahanan friksi bidang Selain proses pengencangan baut mutu tinggi, kinerja sambungan
kontak pelat akibat adanya gaya prategang di baut mutu tinggi mekanisme slip-kritis sangat tergantung pekerjaan persiapan per-
yang dikencangkan khusus. Mekanisme pengalihan gaya-gayanya mukaan elemen yang disambung. Untuk pekerjaan persiapan yang
dapat digambarkan sebagai berikut, lihat Gambar 8.72. berbeda akan menghasilkan koefisien friksi permukaan, p yang
beragam pula sebagaimana terlihat pada Tabel 8.12 berikut.
Tabel 8.12 Koefisien Friksi ( p J dari Berbagai Penelitian (Kulak et.al. 2001)
Tabel 8.11 Prategang baut minimum (J3.1 - AISC 2010) Koefisien friksi p tergantung pekerjaan persiapan permukaannya.
.rAB?E(Giirrp
AISC (2010) menyederhanakannya dengan dua mutu kelas A dan
A} 44e0,{Giup E}
'fkbs) ri.&M,l kelas B serta diberikan nilai p terkait.
+, t2 15
5 97 24 t74 Permukaan kelas-A adalah permukaan baja bersih tanpa cat, atau
M16 19
3A M20 2A 142 35 t79 permukaan baja hasil blasting tetapi dilapisi dengan coating kelas
'/" M22 39 176 49 22t A, atau baja dengan hot-dip-galvanish yang dikasarkan. Pada kon-
1 M24 51 205 64 257 disi permukaan seperti itu maka nilai p = 0.3 untuk perencanaan.
11 M27 56 267 80 334
tV* M30 77 326 102 408 Permukaan kelas-B adalah permukaan bersih baja hasil blasting
L" M36 85 475 LzL 595 dan tanpa cat, kalaupun ada cat hanrs jenis coqting kelas B. Pada
lrA. 103 L4A kondisi permukaan seperti itu nilai l.t. = 0.5 untuk perencanaan.
fl" jumlah permukaan yang menimbulkan bidang kontak' Fatig atau kelelahan, adalah fenomena keruntuhan material logam
untuk konfigurasi sambungan Gambar 8.72 maka ff,= 2' yang terjadi pada kondisi tegangan relatif rendah, sebeium leleh
Kuat batas slip-kritis, Ru= R,, dimana nilai rp tergantung bentuk
Q
felastisJ. Kondisi ini biasa dijumpai di konstruksi yang me'ngalami
dan ukuran lubang baut. Untuk lubang standar atau lubang slot- siklus beban bolak-balik, rnisal kondisi beban tertentu tarik, tetapi
pendek yang dipasang tegak lurus arah beban, Q = 7.O' Untuk lu- kondisi lain menjadi tekan. Beban seperti itu umumnya merujuk
pada beban bergerak yang terjadi terus menerus, Oleh sebab itu
bang oversize dan slot-pendek tetapi dipasang sejajar arah beban
maka { = 0.85. iika lubangnya slot-panjang maka Q = 0'70'
kerusakan fatig umumnya terjadi setelah bertahun-tahun kemu-
dian. Konstruksi yang berisiko tinggi mengalami kerusakan fatig
Kuat batas sllp-kritis dipakai untuk menentukan jumlah baut pada adalah jembatan, bangunan industri seperti conveyor-belr atau
suatu sambungan. Untuk itu tentu perlu diketahui terlebih dahulu crane, atau untuk struktur pemikul mesin dengan getaran tinggi.
besarnya gaya maksimum atau minimum dari berbagai kombinasi
pembebanan yang akan bekerja di sambungan. Karena jika gaya
ikri y"ng terjadi melewati besarnya tahanan slip-kritis, maka ke-
kuatan friksi pada sambungan tidak bisa diharapkan, alias hilang'
Selanjutnya jika terjadi slrp, maka mekanismenya akan berganti
menjadi mekanisme tumpu. Itu menyebabkan ketahanan terhadap
fatig tidak bisa diharapkan lagi, yang berarti berisiko tinggi untuk
mengalami keruntuhan di bawah tegangan leleh (masih elastis)' Gambar 8.74 Kerusakan logam akit'at fatig (lnternet : Jenkins - KhannaJ.
tumpu pelat
Selanjutnya jika terjadinya deformasi pada sambungan dianggap
tidak mempengaruhi fungsi maka kuat tumpu dapat ditingkatkan
yaitu nilai terkecil persamaan berikut:
@rlr R, = 1.5 l,t Fu<3.0 d t F, ......; (r3-6bJ
dimana
I" adalah jarak bersih (mm) searah gaya, dihitung dari tepi
a), potongan
lubang ke tepi pelat terluar (untuk baut pinggir) atau jarak
bersih antar tepi lubang (untuk baut dalam).
lumpu peiat
Fu kuat tarik minimum baja pelat yang ditinjau (MPa).
Rumus kuat tumpu di atas berlaku untuk semua jenis lubang baut,
apakah standa{, oversized, slot-pendek atau slof-panjang asal arah
slot sejajar arah gaya. Itu berarti slip yang terjadi bisa sebesar slot
atau dengan kata lain bentuk lubang akan mempengaruhi kapan
mekanisme sllp terjadi. Sehingga tentu saja logikanya, jenis lubang
slot tidak boleh dicampur dengan non-slot. Jika dicampur untuk
gaya searah slof, maka yang akan bekerja terlebih dahulu dalam
memikul beban adalah baut yang berada di lubang non-slot. Baut
b). tampak atas
yang berada di lubang belum (tidak) bekerja. Selain itu pemakaian
Gambar 8.75 Mekanisme tumpu lubang jenis slot perlu diperhatikan deformasi sambungan karena
Pelat-A dan C bergeser ke kiri, dan pelat-B yang diapit keduanya, bisa mempengaruhi distribusi gaya-gaya internal pada struktur.
bergeser ke kanan, saling berlawanan. pergeseran pelat atau Untuk kuat tumpu dengan lubang baut tipe slot-panjang yang arah
umum disebut sebagai s/rp. berhenti ketika terjadi kontak dengan slot-nya tegak lurus arah gaya, maka kekuatannya berkurang dan
baut berupa tumpu atau bearing. Pelat di belakang bidang tumpu dapat dihitung sebagai berikut.
ditahan oleh dua bidang geser (garis putus-putus Gambar 8.75).
fadi tahanan tumpu baut ditentukan oleh tahanan tumpu-pelat dan R, = 1.0 l"tFusz.o dtF, ......... (f3-6c)
[2] kuat geser bau! tergantung dari jumlah bidang geser per baut
-.-i I
l
jumlah baut di sambungan dan kuat geser nominal baut; [3] kuat \l€:
tt N
geser blok, khusus untuk sambungan dengan jumlah baut yang
relatif banyak dan ditempatkan secara berkelompok.
Kuat nominal maksimum, R, dari sambungan ditentukan jika salah
Gambar 8.80 Sambungan dengan lubang imajiner
satu dari mekanisme di atas dapat tercapai terlebih dahulu. Itu
artinya gaya terkecil yang menimbulkan mekanisme keruntuhan Kuat tumpu didasarkan pada kondisi deformasi yang kecil maka
adalah yang menentukan. Selanjutnya kuat batas sambungannya
adalah Ru= Q R, , dengan faktor ketahanan Q = 0.75 untuk keselu-
R-=1-.2|-tF..s2.4dtF......
ncuu ....U3-6a)
ruhan mekanisme keruntuhan yang ditinjau. Hal itu menunjukkan bauta:Rnd =L.2x27x1.0x370 <2.4x22x10x37j ) Rna = 119.88kN
bahwa keruntuhan yang terjadi melibatkan keruntuhan fraktur baut b :R,u- 1.2x54x10x370 s 2.4x22x70x370 ) R,a = 195.36 kN
yang relatifkurang daktail dibanding keruntuhan leleh.
baut c : Rnc = 1.2x54xL0x370 < 2.4x22x70x370 > Rnc = 195.36 kN
=R +R.+R =510.6kN
makaRnnqnDnc
tarik rbP
tnys =O.9F A (D2-1ArSC)
\- blok yang ditinjau
4P,= 0.9x240x1900/1000 = 410.4 kN
Gambar 8.81 Blok pelat pada sambungan yang ditinjau
Kapasitas tarik dari kriteria fraktur penampang berlubang.
Kuat nominal sambungan terhadap keruntuhan geser blok adalah
QP,= O.75 FuA" ... ...(D2-2 Arsc)
Rr:0.6FrA,u+UbsFuAft<0-6FyAs,+UbsFuAil ..04-sl
Dari detail sambungan (Gambar 8.81) diketahri 4"u, = 22 mm dan
frakatr leleh
4,uung = 24 mm, untuk hitungan di.riin". = 24 + 2 = 26 mm, karena
sehingga dianggap terjadi pelernahan pada whktu pembuatan lubang. Baut
- - = 1350 mmz
An = (40+L6O)-(26x2.5)x10 segaris sehingga potongan kritis ditempati satu lubang, maka :
A,r= 37xLo = 370 mmz dan Ur" = [.Q An= 1900 - 26x70 = L640 mm2
frantur = (0.6x370x1350 + 7'0x370x370)/1E3= 313.4 kN
leleh= (O.6x241x200x10 + 1'0x370x370)/7E3 = 424.9kN U = L- x/L = 7 - 28.2x760 = 0.824
4 = 313'4 kN A. = UA, = 0.824 x1640 = 1351.4 mm2
Ada tiga kondisi batas untuk menghitung kuat sambungan. yaitu :
QP^= 0.75x370x1357.4/ l-000 = 375.0 kN <terkecil>
L. kuat tumpu profil : 510.6 kN Kuat batang tarik rp{, = 375.0 kN >> sambungan rpR, = 235.05 kN.
2. kuatgeserbaut :376.2 kN **
3. kuatgeserblok ;3L3.4 kN menentukan** fadi detail sambungan tidak mencukupi untuk mendukung kinerja
batang tarik. Sambungan harus dirancang ulang agar maksimal.
fadi { = 0 Rn=0.75 x 3L3.4 = 235.05 kN
Iss 331 I
oe
oe
ffi
oe
0e ffi
Persyaratan itu tentunya tidak diperlukan lagi jika dipakai untuk
bangunan gedung, yang umumnya lebih terkontrol jika dibanding
untuk konstruksi jembatan. Penggunaan perancah pada bangunan
oe
lss
oo BBI I 00
oo ffi
gedung adalah sesuatu yang wajar. Adapun pemakaian perancah
untuk jembatan relatif jarang, karena medan di lapangan tidak
l:s 331 I
memungkinkan (mahal). Itu mengapa kondisi pemasangan untuk
90 09 jembatan jadi pertimbangan utama perencanaan dengan AASHTO.
eo C,g
# ffi
Pada sistem tersebut, strukturnya dipertimbangkan akan bekerja . Kondisi pelat sayap, jika momen total balok dapat ditahan
pada kondisi inelastis saat mendapatkan beban gempa yang besar. sepenuhnya oleh pelat sayap, Inaka asumsi mekanisme trans-
fer gaya-gaya sambungan seperti di atas, dapat dipakai.
Jika terjadi, dan ingin perencanaan bangunan tahan gempa relatif
sederhana, maka langkah awal adalah memastikan bahwa bagian . Kondisi slip antara pelat-pelat sanrbungan, akan menentukan
yang mengalami kondisi inelastis tidak terjadi pada sambungan. kekakuan balok. Jika terjadi sllp di antara elemen pelat, maka
Caranya dengan menempatkan sambungan pada struktur sedemi- kekakuan sambungan akan turun secara drastis.
kian sehingga terhindar dari momen dan gaya geser yang besa4
yang menyebabkan kondisi inelastis. Cara Iain adalah membuat Tentang kondisi pelat sayap. Adanya persyaratan ttntuk mencegah
kapasitas sambungan lebih besar dari bagian yang disambung. fatig, sehingga luas pelat sambungan sayap adalah sama atau lebih
Jadi ketika terjadi gempa besaq, yang mengalami kondisi inelastis besar dari luas pelat sayap yang disambung (AASHTO 2005J me-
pertama kali adalah bagian yang lemah. Oleh karena sambungan nyebabkan persyaratan agar kondisi pelat sayap dapat memikul
telah didesain lebih kuat maka sarnbungan akan tetap berpenilaku momen total balok, pasti akan terpenuhi. Dengan demikian gaya
elastis. Berarti beban rencana sambungan menjadi penting dan geser yang ada akan dipikul oleh pelat badan saja.
dapat mempengaruhi kinerja struktur secara keseluruhan. Permasalahan slip akan timbul jika gaya yang bekerja melebihi
Selanjutnya yang penting bagi perencanaan adalah berapa momen kapasitas slip-kritis dari baut mutu tinggi yang dipasang. Agar tidak
atau gaya geser atau gaya tarik yang dipikul oleh bagian sayap dan terjadi slip maka pada sambungan harus dipastikan gaya-gaya yang
bagian badan. Tentang itu, ternyata asumsi lama yang didasarkan bekerja lebih kecil dari kapasitas slip kritisnya tersebut.
pada perilaku elastis balok, masih eksis. Penelitian terbaru sam- jika digunakan AISC (2010J, tidak ada ketentuan khusus tentang
bungan jenis ini yang disertai bukti empiris (Ibrahim 1995) masih kondisi beban untuk mengevaluasi kapan slip kritis tercapai. Ada-
mendukungnya, yaitu momen (M) sepenuhnya dipikul oleh sayap, nya hanya [1] kondisi beban layan (serviceability), yaitu l<ombinasi
dan gaya geser (VJ oleh bagian badan. Akibat gaya geser [V) yang beban tanpa faktor beban; dan [2] kondisi beban batas (ultimate
bekerja pada ujung balok, tidak tepat berhimpit dengan pusat berat load),yaitu kombinasi beban dengan faktor beban'
baut-baut pelat badan, terjadi eksentrisitas yang menimbulkan
momen M*"upada pelat badan, yang perlu diperhitungkan. Masalah terjadinya kondisi beban yang melewati batas slip-kritis
baut adalah sangat penting pada konstruksi jembatan. Maklum
Mekanisme transfer momen-gaya pada sambungan, dimana ujung jika itu terjadi, pada sambungan struktur akan rentan mengalami
balok dianggap sebagai sumbu simetri, adalah sebagai berikut. kerusakan fatig. Oleh sebab itu AASHTO secara khusus memberi
,2v
oro ,/
e4;*=*
b. Kuat nominal berdasarkan tegangan leleh pelat utuh,
,r<r,
dengan memasukkan batas deformasi permanen aki_
(A
bat tegangan residu, faktor O flbrahim 1995), dimana
O = 0.95 untuk balok non komposit atau komposit di o/ /
daerah momen positip, dan O = 0.g balok komposit di
/ /
V\
daerah momen negatif. Gaya geser untuk pelat badan,
/
v>
dan gaya aksial fkopel dari momen) untuk pelat sayap.
/* o
2. Kondisi beban maksimum (ultimate),hal yang dievaluasi :
a. Tegangan leleh pada pelat utuh, bagian badan akibat
/ /
Pc
P'n
o'4"
gaya gesef,, dan bagian sayap akibat gaya aksial. (a) (b)
b. Fraktur pada kondisi tegangan batas untuk pelat ber_ Gambar 8.87 Distribusi gaya eksentrisitas terhadap grup baut (Segui 2013)
lubang (luas neto), pengaruh keberadaan baut pada Selanjutnya gaya konsentris (P) akan bekerja pada kelompok baut
bagian badan dan bagian sayap dievaluasi. sebagai gaya geser yang merata, besarnya P,= P/n. Adapun mo-
c. Keruntuhan geser blok dan tumpu pada pelat sayap dan men dianggap sebagai momen torsi yang bekeria pada pusat berat
pelat badan. penampang, yang tegangan gesernya dihitung sebagai berikut.
l:l berat 492.6 kg/m, produk Nippon Steel & Sumitomo Metal, mutu
baja fIS : SM400A (Fy245 MPa dan F,400 MPa). Untuk struktur
I I
**l
balok sederhana derigan pertambatan Iateral dan beban hidup
berupa beban titik. Posisi sambungan terletak 2 m dari tu.mpuan
sebagaimana terlihat pada Gambar 8.89 berikut:
P
ri P'
Gambar 8. 88 Komponen gaya arih x dany (Segui 2013)
Akibat M torsi
v vMd v Md Mv
.......(8.7-4a)
rmx
n . =!-n...:!-:::-=!-------:--:--
d" dz,dz d\1xz+y2) Zt*,*yr)
o*=rffirt Mx
"' (87-4b)
Ivt: ?P
Gaya geser di baut [p) akibat gaya luar P eksentris adalah resultan
gaya geser semua komponen x dany, akibat gaya P konsentris (p"),
dan momen torsi (M=P.e) terhadap titik berat grup baut (p-). (c) ((r)
p=
Gambar 8. 89 Konfigurasi balok. sambungan dan beban rencana
dimana Konfigurasi balok diambil dari contoh perencanaan Bab 6'8.3, dan
Zpr=Prr+pr* dan Zpr=prr*Pmy . ..........(8.7-6) telah diketahui bahwa kuat penampangnya Mn= Mo= 5650 kN.m,
yang didasarkan pada keruntuhan leleh (plastis)'
Dengan cara elastis di atas, gaya geser masing-masing baut dapat
dievaluasi. Kapasitas sambungan ditentukan oleh kondisi ekstrim M,,= QM,= 0.9x5650=5085 kN.m
dari salah satu baut yang telah mencapai batas kuat nominalnya. sehingga { M,,/4 = L27L.ZS kN.
maksimum =
Itu juga berarti bahwa pada sambungan pelat badan, akibat eksen-
Bandingkan dengan kuat geser balok profil UB 1015x305x493.
trisitas beban, maka tidak semua baut pada grup-baut tersebut
dapat bekerja secara efektif. Pelat badan profll hot-rolled h/t*= 30 << 2.24(E/F")h = 64 maka
Q,= 7.0 dan C" = 1.0. . ... .. tcz-z)
beban untuk menentukan batas slip kritis pada kondisi beban Au= n ra = 3.14x(24 /2)2 = 452 mm2.
berlebih (kombinasi Service II atau overload). Faktorbeban untuk
beban hidupnya adalah 1.3 . Kedua, menentukan kombinasi beban
tfR^= rPAuF*n"= 0.75x452 x 372 x 2 /1000 = 252 kN / baut'
pada kondisi batas (kombinasi Strength I). Faktor beban untuk Kuat slip-kritis baut M24, gaya prategang Tt= 205 kN [min)
beban hidupnya adalah 1.75.
p = 0.3 dan <p- 1.0 0ubang standar)
Catatan : beban berlebih (overload) tidak dikenal di AISC (20L0). ,pR,= D,hrTon" ........U3-41
Q trt
Untuk penyederhanaan dianggap berat sendiri atau beban mati, atau dR, = 1x0.3x1.13x 1x205x2 = 739 kN / baut
semacamnya, diabaikan. Oleh sebab itu, balok cukup didasarkan
Momen total akan ditahan oleh kopel gaya pada pelat sayap (tarik,
terhadap beban hidup tanpa faktor sebesar P = P,/1.75 =726.4kN. titik berat
{ atau tekan FJ. Adapun jarak kopel adalah jarak antar
1. Kondisi beban berlebih (overload), dimana Pou.,= L.3 P = 944.3 pelat sayap profil [h), sebagai berikut.
kN maka beban rencana untuk sambungan :
h=d-\=7036-54=982mm
o. Mr= 2 Po,",= 1889 kN.m (*) Fr=F"=M/h
b. Vr= Pou.,= 944.3 kN (*)
Tinjau kombinasi beban berlebih M=Mz=1889 kN.m
2. Kondisi beban maksimum (ultimate), maka beban rencana :
F,= F,= M / h = 7889 /O.9E2=7924 kN
d. Mr= 2 P,= 2542.5 kN.m < 75o/o rPMn n = F,/ QRu(,tip.*riti,)=1924/139=13'8 = 1'4 baut M24
b, Vr= P,= 7271.25kN
Tinjau kombinasi beban batas M=M+= 3814 kN.m
3. Kuat minimum sambungan, ketentuan 6.13.1 (AASHTO 20051
F,= F,= M h = 3814/0.982=3884 kN
yang didasarkan pada faktor ketahanan penampang. /
n=Fr/ <pRn,n",",1=3884f 252 =!5.4 I 16 baut M24 [**J
e. Mr= (Mr+ (pM^)/2 = 3814 kN.m
b, Mr= 75o/o QM,= 3874kN.m (**) Perkiraan jumlah baut pada pelat badan (web), eksentrisitas dia-
baikan. Tinjau kondisi overload V=Vt= 994.3 kN
c. Vr= (Vr+ QV^)/2 = 2996 kN
d, Vo= 75o/o QV,= 3540 kN (**) n = V, / QR,1,tip-k"itit=994'3/139 = 7'2 z I M24
Dari evaluasi beban rencana pada kondisi slip-kritis dan kondisi Tinj au kondisi kuat batas V=Vt = 3 540 kN'm (7 5o/o <lV,)
kuat batas serta persyaratan minimum (AASHTO 2005) maka M n = Vo/ QR,rn*""1=35407252 =74'05 = 16 M24 (**)
dan Vyang dipakai adalah yang bertanda (*) dan (**). Selanjutnya
hal itu digunakan untuk mengevaluasi kekuatan sambungan. Note; jumlah baut pelat badan perlu ditambah 70a/o mengatisipasi
adanya eksentrisitas gaya geser terhadap pusat berat grup-baut.
8.7,6.2. Penentuan Dimensi
Berdasarkan prediksi jumlah bautM24 untuk pelat sayap dan pelat
Umumnya bagian yang menentukan adalah kuat geser baut, yang badan, dapat disusun detail sambungan. Pelat sambungan untuk
tergantung diameter. Ketentuan 6.13.2.5 dari AASHTO (2005) sayap dan badan dipilih agar luas pelat sama atau lebih besar dari
mensyaratkan f baut struktur utama > 20 mm. Sehingga pilihan komponen yang disambung, sekaligus mengantisipasi pengaruh
diameter bautnya, adalah 20,22,24,27,30, 30 dan 36 (mm). adanya reduksi luas akibat adanya lubang baut.
At= 3O9x54 = L6686 mmz > pelat 2x309x30 = 18540 mmz Komponen pelat sayap : kombinasi beban lebih, M=1889 kN'm
A*= L036*3L = 32LL6 mm2 ) pelat2x750x22 = 33000 mm'z F,= F = M / h -- L889 / 0.982=7924 kN
"
Kuat pelat sayap (flange) profil
Dari jumlah baut perlu untuk pelat sayap dan pelat badan, dapat Anr= 309x54 = 76,686. mm2
dibuat konfigurasi sambungan balok sebagai berikut'
Tr= {L FrAnr= 0'95x245xL6686/L000= 3884 kN >> F
"- 2x16}'1"?4 (43?5J
Kuat pelat sayap (sambungan atas)
An"o= 309x30 = 927O mm2
4, = O FrAn"= 0'95x245x9270 /1000= 2158 kN ,, 0.SF,
Kuat pelat sayap (sambungan bawah)
total33M24
An"6= 2x45x100= 9000 mmz
T,t= Q FrAn,= 0'95x245x9000/1000= 2095 kN >r 0.5F,
(A325)
6 6ia
6 &iiO
Kuat baut sambungan sayap 2@8M24.
Rn= 139 kN per baut [mekanisme slip-kritis)
, _l Tuour= 2x9x739 = 2224 kN > F
L.................... .. -.- ,.,.,. .-..'_, I 240 __- _
F_ 30e _ -"1
(a). Elevasi (b). Potongm
Momen rencana terhadap beban lebih (overload), didasarkan pada
Gambar 8. 90 Sambungan balok - estimasi awal kombinasi beban Service Il (AASHTO 2005). Hasilnya, semua gaya
Selanjutnya mengevaluasi untuk berbagai kondisi batasnya' dapat ditahan komponen pelat sayap [profil I sambungan dan slip-
kritis baut). Oleh sebab itu pelat badan dapat didesain memikul
8.7 .6.3. Analisis Sambungan gaya geser dan momen akibat eksentrisitas terhadap pusat berat
Kinerja sambungan akan dievaluasi terhadap dua kondisi kerja, grup-baut yang menyambung pelat badan,
yaitu : [1] kondisi slip-kritis (beban lebih), dan [2] kondisi tumpu Komponen pelat badan : kombinasi beban lebih, Iz=945 kN.
(beban batas atau ultimate). Besarnya beban rencana untuk kedua
kondisi mengacu pada AASHTO (2005) karena AISC (2010J tidak Gaya geser dianggap bekerja pada sumbu sirnetri sambungan. Jadi
punya ketentuan khusus tentang beban desain untuk slip-kritis. terhadap titik berat grup baut, timbul eksentrisitas e = 87.5 mm.
Besarnya momen ekuivalen, jika gaya geser bekerja pada titik berat
2@lvt24 z.-- sb. stmoi 0.5F"
.<- grup baut adalah M = P.e = 945 x 87.5 = 82,687.5 kN.mm'
..!ts
v
oG! 0.5F" ,l-q
g@: ,*****---@l&
1 -4 ;37sA
ee:
2C;
ara i i -;;.-@lffi
oo 'i'rr';-919,-,,.,0
oo .. l
i ! L--ffil$
aa- L | "*i-"-. i
_-,_.... x
rs;_
I
37-50 -l l-'l
A.1Et ffi's i
. Tahanan slrp baut M24 (A325) QR,= L39 kN / baut. Untuk itu kuat tumpu pelat dan kuat tumpu baut dievaluasi dan
diambil yang terkecil. Setiap baut ditinjau dan dikumulatifkan.
akibat kriteria beban minimum 75Vo QV,. Itu berarti detail sam- Z*= 2xr/qx22x7502 = 6,187,500. mm3
bungan rencana belum memenuhi syarat AASHTO (2005), perlu
dimodifikasi ulang. Meskipun demikian menurut penulis itu tidak QM^= 0 Z*Fr= 0.9x6,187,500.x245/7E6 = 1354.3 kNm
urgent bahkan dapat diabaikan karena gaya geser rencana yang R^= M" / 0M:,= 309.75/7364.3 = o.23 << 1.0 ) Ok
dipilih, tidak pernah tercapai. Pada konfigurasi balok tersebut maka
8.7.7. Pembahasan
keruntuhan lentur akan terjadi lebih dulu,
Langkah awal yang penting dalam perencanaan sambungan pada
Tiniau Tumpu Pelat Badan : anggap jarak antar baut = 90 mm, jembatan adalah menentukarr beban rencana. Karena kondisi slrp-
maka jarak bersih l,= 90-29 = 6l- mm. kritis pada sambungan sangat pentin& selain ketahanan terhadap
Tumpu t Rno= !.2x61x31x400 <2.4x24x31,x400 ) Rn" = 714 kN '> fatig untuk jembatan, juga ketika terjadi slip maka kekakuan
dari pada gaya bautp yang maksimum. yaitu 275 kN. ) OK. sambungan akan menurun drastis (lbrahim 1995). Oleh sebab itu
besarnya batas beban yang menyebabkan sllp perlu ditetapkan
Kondisi batas lentur pelat badan : '
dalam perencanaan. Tentang hal itu, tidalt ada ketentuan yang
Pelat badan akan bekerja sebagai kantilever sejarak pusat berat jelas pada AISC [2010J, apakah kondisi beban layan (service) atau
grup-baut, dan beban terpusat di sumbu simetri sambungan se- kondisi beban batas (ultimareJ. AASHTO (2005) menyediakan
besar gaya geser rencanaV,= 3540 kN' Ada eksentrisitas sebesar e kondisi khusus terkait hal itu, yaitu kondisi beban berlebih atau
= 87.5 mm terjadilah momen sebesar M = V..'e = 309.75 kNm. Service IL ltu alasannya mengapa AASHTO [2005) dipilih sebagai
, sumbu simetri rujukan selain AISC [2010J
'! sambungan
Detail sambungan dibuat berdasarkan ;umlah baut yang diperlu-
asmi kan, dihitung dengan asumsi bahwa momen ditahan pelat sayap,
tumpum dan gaya geser ditahan pelat badan. Untuk pelat-pelat sambungan
iepit
dipilih sedemikian sehingga punya luasan yang sama atau lebih
besar dari profil pelat yang disambung. Prinsip simetri menjadi
hal penting dalam penyusunan konfigurasi. Pada penyusunan baut
pelat badan, jumlah bautnya perlu ditambah untuk mengantisipasi
adanya eksentrisitas gaya geser terhadap pusat berat grup-baut.
Berdasarkan hasil evaluasi kasus perencanaan sambungan balok
terhadap berbagai kondisi batasnya, dan masih ditemukan adanya
(a). Pernmpmg (b). Perilaku kantilever komponen yang overstress. Dapat disebutkan bahwa dua kriteria
Gambar 8. 95 Model balok dari pelat badan beban rencana minimum AASHTO (2005) yang tidak boleh kurang
dari nilai : [1] rata-rata antara R, dan tahanan elemen terfaktor R.
Pelat badan 2@22x7 50 sehingga atau ERn; 12) iuga 75o/o tahanan elemen terfaktor R. , adalah per-
Anu = 2x22x750=33,000. mmz syaratan perencanaan sambungan yang relatif cukup "berat".
A,u= (750 - 8@29)xZx22 = 22,792.mm2 Oleh sebab itu, agar perencanaannya optimal dan ekonomis, harus
dipastikan bahwa sambungan harus dipasang di lokasi atau titih
Kuat geser elemen sambungan pelat badan :
dimana gaya-gaya internal akibat kombinasi beban yang menen-
$R^=$"0.6FrAnu=L.0x0.6x245x33000 /1-E3 = 4851 kN .......'...'04-31 tukan. Besarnya tidak melebihi dari 50o/o R, atau rpRn (kapasitas
(*) penampang yang disambung). Itu alasannya, mengapa pada balok
<fR,=$,0.6F,A,u=o.7 Sxo.6x4oox227 gz / 1F.3 = 4 1 03 kN ""o4'4)
yang menerus, AASHTO (2005) menyarankan agar menempatkan
Ru=V,/ QV^=3540/4103 = 0.86 sambungan di dekat titik belok akibat kondisi beban mati.
6A2
Bab 8. Sambungan Struktur wiryanto Dewobroto - Struktur Baja
683
Sambungan baut tipe T-Stub tentu lebih rumit detailnya dibanding Apa dan bagaimana efek prying bisa terjadi di sambungan profil fee
tipe End-plate, dan bisa saja lebih mahal, tetapi pelaksanaannya atau end-plate, dapat dilihat dalam ilustrasi berikut.
lebih mudah karena adanya toleransi pelaksanaan sebagaimana
sambungan baut tipe geser. Untuk sistem struktur tahan gempa,
sambungan balok-kolom dengan baut tipe T-Stub banyak dipilih
karena risiko keruntuhan getas akibat digunakannya las seperti
yang dijumpai sewaktu gempa Northridge, tentu dapat dihindari.
5,5,2. Efek"Prying" Pada SPIit-Tee
Cara kerja sambungan end-plate dan T-stub, khususnya baut yang
mengalami tarik adalah identik' T-stub atau profil tee jika sendiri
bisa dipakai sebagai hanger (gantungan) seperti gambar di bawah. (al Mekanisme gaya-gaya internal (bl Uii tarik T-stub (Swanson 2002)
Gambar 8. lOO Efek prytng pada sambungan dengan baut tarik
Gambar 8.100, akibat beban tarik 2T bagian pelat sayap profil tee
atau pelat ujung sambungan end-plate bekerja sebagai balok, yaitu
meneruskan gaya-gaya ke baut didekatnya. jika pelat ujung tidak
kaku, maka bagian tengahnya berdeformasi dan timbul gap. Bagian
pinggir pelat ujung tetap menempel rapat akibat efek jepit baut
yang diberi gaya prategang dari proses pengencangannya.
2T
Bagian pelat ujung yang menempel akan bekerja seperti tumpuan.
(a). TalttpAk Depan {b). Tampak Samping Adapun bagian pelat yang berdeformasi akan bekerja seperti efek
Gambar 8. 99 Baut tarik pada h anger d'ari split-tee pengungkit bagi bautnya. Itulah yang disebut efek prying, yang
menyebabkan gaya reaksi baut dapat meningkat secara drastis.
Adanya pelat ujung pada sistem sambungan T'stub atau end-plate
mempengaruhi besarnya gaya tarik pada baut. Untuk memahami, Itu berarti, efek prying terjadi karena [1] adanya gaya prategang
akan dibahas perilaku profil tee sebagai hanger, yang mekanisme dari pengencangan baut; [2] pelat ujung end-plate atau pelat sayap
kerjanya sama seperti sambungan baut tipe tarik pada umumnya. profil tee yang relatif kurang kaku sehingga saat dibebani, terjadi
Konfigurasi dasar terdiri profil tee (atau end-plate) dan dua baris deformasi dan timbul gap dibagian tengah sedangkan bagian pelat
baut dalam orientasi tarik, Gambar 8.99a. yang di pinggir masih menempel rapat karena terjepit oleh baut.
Mengacu prinsip keseimbangan gaya, tanpa memperhitungkan pe- fika akibat efek prying tersebut baut tidak rusak, dan beban tarik
ngaruh efek pengencangan baut, maka gaya tarik aksi sebesar 2T 2T masih dapat ditambahkan, maka gap atau celah yang terbentuk
yang dibebankan di profrl tee akan dipikul oleh kedua baris baut. akan semakin merata. fika bahan material pelat cukup daktail dan
Masing-masing setiap baris akan memikul gaya reaksi sebesar T' kuat, sehingga beban tarik 2T menjadi Iebih besar dari gaya pra-
tegang baut Bo, maka bagian pelat yang masih menempel rapat
fika pengaruh efek pengencangan baut dimasukkan, pada kondisi akhirnya akan terpisah pula. Saat itu, ketika gap atau celah terjadi
tertentu gaya reaksi setiap baris baut bisa lebih besar dari T. Itu pada keseluruhan pelat ujung, atau pelat terpisah penuh, maka
terjadi karena efekprying. Besarnya tambahan gaya akibat prying gaya prying Q akan hilang juga. Kondisi itu juga terjadi pada pelat
adalah bervariasi, ada yang berpendapat5'20o/o, tetapi ada juga
ujung yang sangat kaku (tebal), sehingga ketika sambungan diberi
yang didukung data empiris mencapai 50olo, tergantung material
beban tarik, maka pelatnl.a tidak mengalami deformasi sebagian
dan konfigurasinya (Agerskov 7979). Karena berpotensi merusak,
tetapi langsung timbul gap atau pelatnya saling terpisah. Jika itu
efek prying pada perencanaan sambungan baut tipe tarik harus
yang terjadi maka efek prying juga tidak akan ada.
dievaluasi Qihat ketentuanJ3.6 - AISC 201'0).
s MN o
Distribusi tegangan reaksi pada kepala baut ternyata terkonsen-
trasi di pinggiran lubang sebelah dalam, seperti Gambar 8.103c.
Oleh sebab itu dalam pemodelan, resultan gaya baut, B digeser ke
B€bd tsdk T (ldr8)
(rl sebelah dalam, sejauh b'dari tepi pelat badan atau sejarak a'dari
Gambar 8. 102 Perilaku baut tarik ganda pada profil T-stub (Kulak et.al 2001J tepi luar pelat sayap profil tee yang dihitung sebagai berikut,
(b)- Defoma-si
dimana dr = diameter lubang baut, dan P = lebar tributary pelat
sayap sambungan T-stub untuk baris baut yang ditinjau.
Selanjutnya ditinjau diagram benda bebas pada pelat sayap kanan
yang dipotong jadi dua. Segmen l, pelat sayap dipotong tepat pada
tepi pelat badan (kiri) dimana timbul momen sebesaf,, M dan tepi
lubang baut [kanan). Segmen ll, pelat sayap sisanya, yaitu bagian
i6). Tegangan pada kepala baur berlubang saja dengan momen sebesar adM.
1"
B E gaya baut
6= gaya pry,tS tt
(d). Pernodelan
2002)
Gambar 8.103 Mekanisme Prying Model Struik - de Back (swanson Gambar 8. 104 Keseimbangan Potongan Pelat Sayap dengan Efek Prylng
Adanya gayapryingmenyebabkan pelat sayap bekerja seperti balok Potongan i, tinjau kondisi keseimbangan momen pada titik gaya
ter;eiit dibigian tengah [tepi pelat badan) dan pinggiral lub1g reaksi baut sejarak b'd.ari tepi pelat badan, sebagai berikut :
adalah M dan
lCamfar 8.103d). Momen jepit dekat pelat badan Txb'-M-a6M= 0....... ....... (8.8-41
,1
*o-"r, jepit pada pinggiran lubang baut adalah adM'
I
688
Bab 8, Sambungan Struktur Uryanto Dewobrcto - Struktur Bara
649
Potongan ii tinjau kondisi keseimbangan momen pada titik gaya
reaksi baut sejarak a'daritepi luar pelat sayap, sebagai berikut:
B:-
adM-Q*a'=Q...... ....' (8.8-s) a@
!s A- 7-
Tinjau keseimbangan gaya-gaya pada potongan i dan l'i sekaligus :
*
*s
T -B+Q=6 (8.8-61
*h /,t
Dari persamaan (8.4], besarnya a dapat dicari sebagai berikut
Ss
R
a
/t
$m
| ( Txb' .)
d=-1
,(M )
t........ .....""
(8'8-71
> --z '4- D
d$ '
& r
Pada kondisi batas mendekati runtuh {ultimate), dimana M adalah "ii:urr perJflayap
tliSrl '6
kapasitas momen pelat sayap, MoYan9nilainya adalah Gambar 8. 105 Pengaruh gaya dan tebal pelat pada perilaku T-stub (Swanson 2002)
uo =(|n"t|)r, .... " (8'8-8) Kurva OABC adalah kapasitas teoritis berdasarkan kriteria leleh
pelat dan kuat tarik baut. Segmen OA adalah kapasitas teoritis
Momen kapasitas pelat sayap dipakai pada Persamaan 8.7 maka berdasarkan kelelehan pelat sayap, dicari dari Persamaan 8.8-11
\ untuk cx = 1. Segmen AB ditentukan oleh kuat tarik baut dengan
t( 4Txb'
a=-.t..-.--.----....-"-..---:-l I ...... (8.8-e) efek prying. untuk nilai 0 < q < 1. Titik A pada kondisi tarik balans,
6[rx Frxti ) { dimana pelat dan baut mengalami kondisi kritis bersamaan.
Selanjutnya dengan manipulasi persamaan keseimbangan dapat ..... (8.8-141
T:Bn*o'
- *pxFrxtz,
. . (8.8-121
a'+b' 4(a'+b')
[3] fraktur baut tanpa terjadi efekprying a < 0' B=T B=T
Berdasarkan tiga mekanisme keruntuhan sambungan T-stub yang Segmen OB adalah kapasitas sambungan tanpa terjadi efek prying
diteliti Swanson (2OOZ) disusun kurva hubungan antara kapasitas berarti daerah OBC adalah kondisi beban yang tidak me-
(cr = 0),
tarik terhadap tebal pelatnya, lihat Gambar 8.105' nimbulkan efek prying. Kondisi yang diharapkan agar terhindar
QxpxF, n"4,
8.8 adalah kuat batas penampang pelat dan kuat tarik sambungan Penjelasan rasional mengapa f, dapat digantikan dengan F,hanya
sama dengan kuat bautnya, yaitu T = Bndan B = <p Au F,rmaka,
karena rumus modifikasi tadi hasilnya selaras jika dibandingkan
iprt'rxFr=Bnxb' ... . te.B-1sJ dengan data-data hasil uji el<sperimental (Thornton 7992).
fadi tebal minimum pelat atau t-,, untuk perencanaan agar tidak
terjadi efek prying pada sambungan T-stub adalah
,
II
,I
692 Bab 8. Sambungan Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia
693
..,1
|ika kapasitas baut relatifcukup besar sehingga kuat terhadap efek 8. 8. 6. Baut deng an Teg ang an Kombin asi
prying dan kekuatan sambungan ditentukan oleh leleh pada pelat tarik seperti profil tee, jika gaya tarik
Pada sambungan baut tipe
yang sifatnya daktail, maka tebal pelat minimumnya dapat dicari pelat ujung atau cr = 0", maka semua
konsentris bekerja tegak Iurus
sebagai berikut.
baut menerima tegangan tarik murni. Untuk cr = 90o maka semua
+'.fit
4.MTb, u ........ (AIsc Manual 13s Ed. - 2005)
baut akan menerima tegangan geser murni. Gambar 8.108.
lmln -
pr,(t+ 6a') A Nsina
I oaYa geser
-.,ilr
dimana
,,2* .**o€t'-
6 =l-dnlP (lihat Persamaan 8.3) f'
g
P:b'la' \
Ncosa
gaya tarik
o,=(
(o*!r\=(nsa*!n)
2/ \ 2)
O -)(?-r) iika p <1" maka a' :*(+)=1.0 lainnva a' :r.0 Gambar 8. 108 Baut de;rgan tegangan kombinasi (tarik dan geser)
B, = SA6F* adalah kuatbauttunggal terhadap tarik. Bila orientasi gaya konsentris antara sudut 0o < ct < 90" maka baut
)t < t*in jika mengalami kombinasi tegangan tarik dan tegangan geser'sekali-
lika to.,,, -, maka tebal ujung mencukupi, tetapi tp"tot
gus. Jika besar maka pengaruhnya harus dimasukkan dengan cara
maka pelat ujung perlu dipertebal. Jika ketebalan pelat tidak bisa
memakai tegangan tarik rrominal termodifikasi sebagai berikut'
dilakukan, maka konfigurasi geometri sambungan yang diubah
seperti mengganti parameter b atau p. E
Fl, =1'3F^, <F.
QF""
Rn=Fl,Ao ...........{13-2)
dimana
F,t tegangan tarik nominal, Tabel 8.5 atau J3.2 I,AISC 201"0)
Fnu tegangan geser nominal, Tabel 8.5 atau l3'2 (AISC 2010)
(b 0.75
5
o
-o
d
3
6
(al Tailpak Depil O) Tempak Samptrg
ID
t6 Gambar 8. 110 Sambungan dengan profil %WF350x150
a
Fo
fawab:
Dengan melihat aliran gaya-gaya internal yang ada, maka sistem
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) komponen penting. yaitu I
. Pelat badan, terhadap beban N bekerja seperti batang tarik'
Cambar 8.109 Kurva kuat baut dengan tegangan kombinasi (AISC 2010)
kekuatannya ditentukan luas penampang, yaitu 65x120 mm.
Dari kurva di atas dapat dipahami : mengapa jika salah satu kom- .
ponen tegangan kombinasi nilainya kurang 300/o kuat perlu, maka Pelat sayap, terhadap beban N bekerja seperti balok lentu{,
pengaruh tegangan kombinasi di baut dapat diabaikan. Dari kurva dipengaruhi tebal penampang, yang menentukan efek prying
pada baut akan terjadi atau tidak.
itu juga tentunya akan ada keinginan memakai rumus elips yang
lebih teliti, sehingga tegangan nominal modifikasinya jadi berikut' . AIat sambung baut terhadap beban N akan bekerja sebagai
t ;2 baut tarik, yang besarnya gaya dipengaruhi efek prying.
Fl"=4, ,-[ J'-1 (AISC C-]3-8a)
Oleh sebab itu kekuatan sambungannya ditentukan oleh kapasitas
\0F", )
terkecil dari komponen-komponen penyusun tersebut.
"'--(o*!)<(t.zsa*!)
a'=25**=33 mm < 1.25*46.75+f =66 t rr, + ok Profil baja dengan tebal pelat sayap mendekati t-,, tentu cukup
jarang dijumpai. Untuk itu dipilih profil besar yang umum, yaitu
- * = 46.7 5 - + :38.75 mm
b' = b
profil %H5BBx300x'J.2x20. Tebal pelat sayap relatif lebih kecil dari
p=60 mm dan 5=1-drlp=t-(te *z)leo=o.l yang disyaratkan. Meskipun demikian, itu akan diantisipasi dengan
Sambungan profil tee dipikul oleh dua baris baut. Tiap barisnya memperbesar parameter lebar tributary, yaitu p = 110 mm. yang
memikul sebesar 2T Qihat notasi di Gambar 8.103). Jika tiap baris berarti susunan baut diubah. Selanjutnya akan dicheck lagi :
baut memikul N/2 maka 2T =N/2 atau T = 43.875 kN. f+tqrb'
-! t__-pFu
f-in - =l9.4mm <tr--2Omm.
4.44x43875 x 38.75
tmin - =17.7 mm
Karena t*,-
frth
> t" maka pelat sayap mengalami deformasi dan teriadi
efekprying pada baut. Untuk itu maka :
-r):a e
,i
r: (1*d)(, xFYxt1',- (t+o'z) 60x25ox92
tt 4x38.75 , =r3.325 kN
I 4b'\' 1000
fadi kapasitas sambungan profil tee ditentukan kapasitas pelat.
Beban batasnya adalah N = 2Tx2 = 2xL3.325x2 = 53 kN.
I
.! Strukilr
i{
698 Bab 8. Sambungan Wiryanto Dewobroto - SEuktur Baia 699
ji
o'=(o+!)<(r.zsr+9)
a'=80+f =88 mm = L25x64+f =88 mm -+ ok
U =b-*=64-f =56 mm
p=1 10 mm dan 5 =t-dnl p=t-(to+2)/tto=o.a:e
* u) (t * o.s:0)
, :(, ( o.' ,, 1_ *ttox25ox2o2 :90.2 kN [a) Taspak D.pan (b) Tampak Sreping
4b,\'vt/ 4x56 1000
Gambar 8. 112 Sambungan Baut dengan Kombinasi Tarik - Geser
Kapasitas tarik pelat badan 0.9x25oxl2x22o/7OOO = 594 kN lebih
besar dari kapasitas lentur pelat sayap, sehingga komponen ini Untuk beban konsentris F = 2OO kN maka tiap baut akan bekerja
yang menentukan, yaitu N = 2Tx2 = 2x9O.2x2 = 361 kN. gaya tarik T = 25 kN atau fn=, 1rn MPa < 0.30F^t = 139 MPa; dan
gaya geser V = 43.3 kN atau f",= 275,4 MPa < QF^,= 279 MPa.
Itu berarti terj adi peningkatan sebesar 3 6L / 53 x70 0o/o= 6870/0.
Check efekprying pada baut.
CATATAN:
. Pada kondisi jurnlah dan diameter baut yang sama, tetapi hanya "'=("+$)<(t.zsn+t;)
dengan mengganti ukuran profil tee yang lebih besa5, ternyata a':8O+*:88 mm = 1.25 *64+f =$S;prn --+ ok
dapat mengalami peningkatan kapasitas yang besar yaitu 680olo
dari kapasitas sambungan sebelumnya. - * : 46.7 5 - f : 56 11on
b' = b
. Hal lainnya, kekuatan sambungan ditentukan oleh komponen p=110 mm dan 5:t-dnf p=t-(te +2)/tto=o.a:e
pelat sayap yang mengalami leleh terlebih dahulu, oleh sebab
itu perilaku keruntuhannya bersifat daktail. Ini tentu sangat a=_lt( +rn' .) | ( 4x25ooox56_l.)l=-0.59
I _11-_r
6 0.836 \ I l0 x 250 xZO. )
baik untuk sistem struktur tahan gempa. \pFrti
Karena a < 0 maka' pelat sayapnya kaku dan tidak terjadi prying.
8.8.7.3. Baut vs Tegangan Kombinasi (Tarik & Geser) Berarti tegangan tarik baut tetap fn= 1"24 MPa < 0.3(PFn, sehingga
tidak perlu dihitung sebagai tegangan kombinasi. Beban F=200 kN
Konfigurasi sambungan profil tee dipilih sebagai sistem pemikul. yang membentuk sudut P = 3O ) aman.
Beban luar konsentris, N = 200 kN dan membentuk sudut F = 30"
terhadap bidang horizontal. Check apakah baut memenuhi syarat. Jika F ditambah dan tegangan geser menentukan maka maksimum
f"u= QFnu= 279 MPa ) V=Au'f- = 56 kN ) F=V/0.2L65 = 259 kN.
fawab Gaya tarik T = 0.125F = 32.375 kN ) /", = 161.1 MPa > 0.3rlF,r)adi
Detail sistem pemikul sambungan profil tee, khususnya konfigu- pengaruh tegangan kombinasi harus diperhitungkan.
rasi baut pada pelat sayapnya dapat dilihat pada Gambar 8-772. Check efekprying untuk tiap baris baut.
Tiap baris baut, lebar tributary p = 110 mm' Baut 016 mutu 4'325
=!( +rn'- I f 4*2375xs6.
6lnrrt', -,)=0.836\ttox250x20'-r'l:-0.+oz
dengan Ao= 2O7 mm', F,, = 620 MPa dan {, = 372 MPa. Gaya tiap o
baut: tarfu T = o.5F/4 = 0.125Fdan geser V= 0.866F/4 = a.2165F. ) )
SR,:QAuFir=0.75x20lxl86xrt1t=28 kN < T) Not OK. Ketentuan B3.6 (AISC 20fi) tentang perencanaan, dipersyaratkan
bahwa kekuatan dan deformasi suatu sambungan harus konsisten
Untuk beban F = 259 kN dengan sudut p = 30o ) tidak aman. antara perilaku real dan pemodelan analisa strukturnya. Maklum
perilaku sambungan momen struktur baja dapat dibagi dua, yaitu
Pada besaran beban sama tetapi sudut B diubah sedemikian se-
hingga T < 28 kN atau.fr, . 0.3F,, maka ketentuan tegangan kom- 11] FR atiu Fully Restrained atau sambungan rigid seperti profil
binasi dapat diabaikan. Sudut beban yang dimaksud adalah: utuh; dan [2] PR atau Fartially Restrained atau sambungan semi-
rigid atau elastis, dimana pada kondisi beban tertentu antara
arcsin(p)=#=0.l0et + F <#=6.2' <<geser dominan >> elemen-elemen sambungan bisa berotasi' Untuk memahami dapat
Untuk beban F = 259 kN dengan sudut p = 6.2" ) aman.
mempelajari Gambar 8.114 berikut.
@I :1, ,1 Sambungan PR
I+l,t. Y:1-ll atau semi-igid
u.l,r
Gads balok
W
@
Rotasi Simpl*Beam
latif sederhana, baik untuk kolom sisi kuat maupun sisi lemahnya' Dari berbagai studi, penelitian Kennedy et. al. (1981) banyak dipa-
Ilustrasi yang diambil dari AISC (1994) dapat memberikan ide kai sebagai acuan penelitian lainnya (Murray dan Sumner 2003).
bagaimana sistem tersebut digunakan pada konstruksi baja.
Penelitian Kennedy mengidentifikasi tiga tahapan perilaku pelat
sayap profil tee terhadap gaya tarik baut. Tahapan pertama terjadi
pada kondisi beban yang rendah, perilaku pelat masih elastis' Ini
perilaku "pelat tebal'l efek prying tidak terjadi (Gambar 8.118a).
|ika bautnya kecil, bisa timbul gap menyeluruh. Saat beban tarik
ditambahkan terus, maka sendi plastis bisa terbentuk pada bagian
tengah pelat sayap (Gambar 8.118b), Ini adalah tahapan ke-2 yang
disebut perilaku "pelat sedang". Pada kondisi tersebut timbul gaya
tambahan di baut, Q akibat efek prying oleh adanya deformasi pelat
sayap sebagian dan sebagian sisi lain masih terjepit baut.
Jika beban tarik masih saja dapat ditambahkan dan bautnya masih
cukup kuat, maka perilaku pelat akan masuk pada tahapan ke-3,
disebut perilaku "pelat tipis". Pada tahapan ini pelat mengalami
(a). Kolom sumbu kual (b). Kolom surnbu lemah sendi plastis ke-2, yang terjadi di barisan baut fGambar 8.118c).
Gambar 8. 116 Aplikasi sambungan end-plate pada portal baia (AISC 1994)
Pada kondisi ini, besarnya gaya tambahan pada baut akibat efek
prying adalah yang terbesar atau maksimum.
Detail sambungan end-plate pada Gambar 8.116 diperuntukkan
untuk memikul momen negatif, karena jumlah baut lebih banyak
di bagian atasnya. fika beban lateral yang dominan, maka bisa saja
jumlah baut di bagian bawahnya juga akan sama banyak. t" t'., t"
Perkembangan sambungan telah dimulai sejak era 50'an, dimulai
studi perilaku baut sambungan end-plate, khususnya memprediksi
gaya dan efek prying. Umumnya studi memakai analogi profil tee
yang dibebani gaya tarik seperti terlihat pada Gambat 8.117.
Digunakannya analogi profil-tee untuk studi sambungan end-plate (a) tebal (b) setlang (c) tipis
menghasilkan kondisi konservatif karena tidak memperhitungkan
Gambar 8.118 Perilaku pelat dan efekprying (Murray dan Sumner 2003).
pengaruh pelat badan yang menambah kekakuan pelat ujung.
(a). Perilaku N{-1 fueht tebal) (b). Perilaku M-1 gelat sedangy'tipis)
Gambar 8. 120 Pengaruh tebal pelat pada kinerja sambungan (Agerskov 1979J.
ryry
end-plau dan extended-end-plate (Murray et' al' 2003)' Bentuk konfigurasi sambungan end-plate Gambar 8.727 dan 8.1,22
adalah untuk daerah momen negatif (baut tarik di sisi atas). Pem-
berian nama sambungan juga akan mengacu jumlah baut tarik yang
dipasang dan bukan jumlah baut secara keseluruhan.
Sistem sambungan end-plate pada dasarnya dapat dipasang dima-
napun, asalkan baut bagian tarik dapat ditempatkan secara benar.
(trJ. Empat baut
Kemampuan analisa struktur akan membantu. Contoh sambungan
(al. Dua baut
Iapangan tipe flush-end- plate d,an exten ded- end-plate.
\
(-, *)
ll|
t\*..-..-.,.\
(c), Empat
(c). atas
Empet baut - pengaku atas (dl' Empatbaut - pengaku bawah
bagian tarik
Gambar 8, 121 Konfigurasi sambungan tipe flush'end-plate (Murray et. al. 2003)
{a}. Flush-end-plate {b). Ext e n d e d- e n d-p Ia t e
Tipe/ush-end-plate (Gambar 8'121) cocok untuk elemen struktur Gambar 8.123 Sambungan end-plate padabalok fMurray-Shoemaker 2002)
dengan tampilan minimalis, rata luar dan tanpa tonfolan. Hanya
saja kapasitas momennya relatif lebih kecil, sehingga tidak efisien Untuk struktur portal, sambungan balok-kolom [momen negatif),
jika digunakan untuk sistem sambungan sekuat profil. maka kedua tipe sambungan end-plate masih dapat dipakai.
F.G-1 -*"*-*:
Aplikasi sambungan end-plate dapat dipakai untuk balok maupun SKALA lrlo
portal, sehingga cukup populer. Hanya saia ukuran profil yang di-
Gambar 8. 126 Detail sambungan end-plate tipe lokal (surnber : atapkubah.coml
sambung relatif terbatas, tergantung dari diameter ukuran baut
yang tersedia. Oleh sebab itu sistem sambungan end-plate lebih Pelat ujung sambungan end-plate tipe lokal relatif tipis, Ketebalan-
populer untuk konstruksi gedung daripada konstruksi jembatan' nya biasanya sama atau hanya sedikit lebih tebal dari pel4t sayap
8.9.3.2. Sambungan End-Plqte Tipe Lokal profil baja yang disambungnya. Hal itu umumnya hanya didasar-
kan pada kebiasaan praktis yang ada, yaitu jika digunakan dan tidak
Sambungan end'plate tipe MBMA telah dijelaskan' Hanya saja tipe ditemukan masalah sampai bangunan berhasil didirikan.
tersebut jarang ditemukan pada bangunan-bangunan konstruksi
di Indonesia. Adapun sambungan end-plate yang umum dijumpai Iumlah baut yang dipakai relatif banyak tetapi diameternya kecil.
adalah tipe-tipe yang terlihat pada Gambar 8'125 berikut. Penempatan baut dengan spasi merata tentunya hanya optimal
jika sambungannya adalah untuk batang tarik. Untuk balok yang
memikul momen lentur, pada sambungan tentunya akan ada baut
yang menerima gaya tarik, dan pelat yang menerima gaya tekan.
Pada kondisi tersebut hanya baut tarik yang bekerja secara efektif.
Baut di bagian desak tidak berfungsi, dan biasanya akan dipakai
untuk memikul gaya geser saja. ]adi sambungan end-plate dengan
baut yang dipasang merata di sepanjang ketinggian adalah cara
penempatan baut yang tidak efisien,
(a),balok-balok
IJntuk mengevaluasi efektif tidaknya sambungan end-plate tipe
[a).balok-kolom lokal terhadap sambungan end-plate tipe MBMA, akan dilakukan
Gambar 8. 125 Tipe sambungan end-plateyang banyak dijumpai di Indonesia
analisis kekuatan batas (ultima feJ masing-masing samb ungan'
fika diperhatikan, sambungan end-plate yang banyak dijumpai ter-
Selanjutnya kapasitas sambungan tersebut akan dibandingkan de-
sebut dibuatkan lebih tinggi dari profil baja yang disambungnya'
ngan kekuatan profil baja yang disambungnya. Banyaknya bahan
Caranya dengan menambahkan potongan profil sama, berbentuk
segi tiga yang di las pada bagian bawahnya. Baut-baut sambungan
material yang dibutuhkan juga akan dibandingkan' Sambungan
end-plate dengan volume material (baja atau baut) paling sedikit
akan dipasang kanan-kiri, di sepanjang ketinggiannya. Spasi atau
jarak vertikal antar bautnya dibuat sama merata, atau disesuaikan tetapi kapasitas momen yang paling besar adalah konfigurasi atau
tipe sambungan end-plate yang terbaik sehingga layak dipilih'
dengan ruang yang tersedia.
71,O
Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 7Ll
8,9.4, Perencanaan Pelat Ujung Murray-Shoemaker (2OOZ) yang merupakan hasil penelitian terkini
sehingga dipilih juga sebagai acuan dasar perencanaan sambungan
8.9.4.L. Pola Garis Leleh dan Kuat Batas Pelat
prakualifikasi pada struktur baja tahan gempa (AISC 2011).
Kapasitas sambungan end-plate tergantung tebal pelat ujung dan
Kapasitas momen sambungan end-plate berdasarkan terjadinya
baut tariknya. Untuk menghitung kapasitas pelat maka teori yang
leleh pada pelat ujung adalah sebagai berikut.
terbukti akurat, khususnya jika dibanding hasil uji empiris, adalah
teori garis leleh (Zoetemeijer 7974,Murray et. al. 2003). tb M-=$,
$, n tb M_,=
pt
(b,_F-..t-2
py p 'b
Y_
p ... (B.e-ol
Teori garis leleh pada dasarnya sama seperti teori analisis plastis dimana
portal baja, hanya saja diaplikasikan pada bidang pelat. Ini seperti Q, faktor ketahanan lentur terhadap leleh. <p, = 0.9
yang digunakan pada analisis kuat batas pelat beton bertulang. M. besarnya momen pada sambungarr agar penampang
pelat uiung mencapai kondisi plastis
\ w Fpv
tp
tegangan leleh dari material pelat ujung
tebal pelat ujung
tr
It
Yp parameter kuat batas pelat berdasarkan pola garis leleh
yang bisa berbeda untuk tiap-tiap konfigurasi geometri.
It.,
-.{ lt,l Parameter /, disusun mengacu konfigurasi geometri sambungan
1T end-plate, yang semuanya berjumlah 9 [Gambar 8.'J,28 dan 8.136).
tii Masing-masing akan dijabarkan satu per satu, sebagai berikut.
.:l -H
? '
il 8.9.4.2. Flush-End-Plafe Dua Baut
' I
It
i'..
l
ll
-\tL
) T
t--* Y
i
*,
r,e i
s
'f
ri
i --i-
hli
i h,
iii1 {} $
i:
s-
Dtmensi
(a). Dlmensi (b) Pola garis leleh
Dimensi
[a). O). Pola garis leleh
Gambar 8. !29. Tipe flush-end-plate empat baut Gambar 8. L31Tipe flush-end-plate empatbaut + pengaku bawah
Catatan r s :|,{iog ilka Pr>s maka Pr= s catatan , s:+\tbfr iika pr> s maka p, = s
jika p" < sr maka s = p"
8.9.4.4. Flush-End'Plate Empat Baut + Pengaku Atas
8, 9.4. 6. Extended - End- Plate Empat Baut
bp*.-""*
Fexr OD pro
Pn
{D {3-
Dtmenst
(a). Dtmensi
[a). (b)' Pola garisleleh $ *
I T
Gambar 8. 130 Tipe/ush-end'plate empatbaut + pengaku atas I
Dimensi
xr=1?t(pr+p-)+h,(s+p",)] .. .......(B.e-3al {al, Dimensi
{aJ, [b), Pola garis leleh
Gambar 8. 1,32 Tipe extended-end-plate crnpatbaut
,, =*lu,(t*;)*i,,(l**)].* rB e'3br
,,=+lu,(#.+).,r(;;)-+l*ilh,(pr*,)l ^ (Be-sl
-r
la
I -r,+
rl
I
t- q .a-
,1,
lh,
lih2
ll l
_dri $. _T"
I
Dimensi
(a). Dimensi (b). Pola garis leleh (s < del (cl. Pola garis leleh (s > d")
tlllll 1t
0 O
uimensi
ta;, Dimensi
{a), (b). poia garis leleh
Gambar 8. L33 Tipe extended-end'plate empat baut + pengaku
Gambar 8. 134 Tipe extended-end-plafe enam baut
Untukkondisi s<d"
,r:1lA(on +a.7spu)+hr(s+o.zsp))+g .. .(B.e.7a)
(pn+s)+4(s+pr,)]
xo:trln ......(8.e-6ar
,,=*lo,(*).n(*)*0,(dr)-+]-"0
,,=410{;r-*).o(i*-,r-)]*x. (8e-6b)
i'e.Tbl
catatan , s:iJbrs ilka pr,> s maka pr, = s
Untukkondisi s>d"
8.9.4.9. Extended-End-Plate Delapan Baut
xr:!ln (op+s)+4(4 *pr,)) .........(8.e-6c)
,,:*l,r{;;*t)*q(#"*)]- xo . (8e.6d)
(a). r.rimenst
(aJ. Dimensi
ft), pola garis leleh
xo =flUq(pn+1'spr)+ h, (s +0'5pr)+ ho (s *pp))** . .. .. . .. .(8.9-9a) AISC [1994) membagi perilaku sambungan baja menjadi tiga tipe
sambungan, yaitu FR (Fully Restrained atau sambungan rigid); PR
(Partially Restrained atau sambungan semi-rigid); dan sambung-
,, = +lo,(#). * (+) - q (+. f)] *,, an sederhana atau sambungan geser (lihat Gambar 8.1,37),
Definisi tipe FR berdasarkan besarnya M-0 adalah jika kapasitas
Untukkondisi sld, momen sambungan minimal 90o/o momen jepit balok teoritis dan
xo = (p r+ 1.spo) + fu (s + o.spr ) + fu (d" *pr")1*i berotasi tidak meleblht 70o/o rotasi balok tumpuan sederhana.
iln
Definisi tipe sambungan sederhana atau geser adalah sambungan
yang bisa berotasi paling sedikit 807o rotasi balok tumpuan se-
derhana. Kalaupun terjadi tahanan momen, maka besarnya tidak
Catatan' s=+W jikapr>s makaPr=s boleh melebihi20o/o momen jepit balok teoritis.
f ika pr, > s maka Pp= s Definisi tipe PR atau semi-rigid adalah sambungan yang perilaku
M-0 tidak termasuk tipe FR maupun tipe sambungan sederhana. Itu
berarti kapasitas momennya antara 2oo/o - 90olo momen jepit baloll
dan rotasinya antara 'Llo/o - B0o/o rotasi balok sederhana.
persyaratan sebagai sambungan rfgid (FR). Penomoran las pada Gambar 8.138 menunjukkan tahap pekerjaan
Selanjutnya untuk menghindari efek prying ada reduksi kapasitas las yang diusulkan Murray-Sumner (2003) dengan detail berikut.
pelat [0.9Mr), dan agar persyaratan sebagai sambungan rlgid (FR) Pekerjaan persiapan, bevel pada pelat sayap secara penuh.
ierpenuhi a'lian disisipkan faktor 1, Pada momen rencananya, Mu'
'
. Pekerjaan persiapan pengelasan sesuai prosedur yang berlaku
|adi hubungan momen rencana, M, ; kapasitas sambungan tanpa !
efekprying, QMnoi dan kuat batas pelat Mo, berdasarkan pola garis Pertama, mulai dengan pengelasan pada pelat badan.
leleh, dapat diia6arkan dalam persamaan berikut' . Kedua, las sudutpenyangga 5/L6inpada sayap sisi badan.
y,Mu -- 4M,p =o.9hMpr =o'g4uFortf,Yo '.. .. .. ... (8.e-10)
r Ketiga dilanjutkan dengan las tumpul sekuat profil pelat sayap
[balok) dengan pelat ujungnya.
Sehingga tebal pelat untuk memenuhi kriteria tesebut adalah
Sambungan las untuk pelat pengaku kecuali jika tebalnya kurang
,-, tr;-t,*,
, l\tr huFrrYo
..... (8.e-111
dari 3/8 in (< 9.5 mm) boleh memakai las sudu! untuk ukuran
Iebih tebal sebaiknya memakai las tumpul penuh sekuat profil.
Pr= Ar{., dengan {, ikuti Tabel 8.5 atau Tabel J3'2 IAISC 2070)'
P;da ;ambungan end'plate, setiap barisnya terdiri dari dua baut.
fzM
fika dibebani sampai kondisi batas lultimate), maka gaya reaksi
"
d,> l-------!- (8.e-1s)
dimana Gambar B. 140 Rekomendasi jarak baut di pelat ujung (Griffiths-Wooten 1979)
M, momen Perlu
Pada perhitungan kapasitas pelat ujung, lebarnya ditentukan oleh
M,,
'
kapasitas sambungan end'plate didasarkan pada kuat lebar sayap tarik profii balok (b). Untuk itu lebar pelat ujung real
bauttariktanPaefekPrying minimum atau bisa juga lebar efektif maksimum untuk perhitung-
Pt gaYareaksitarikbaut an diambil tidak kurang dari b = 1.15 b, (Griffiths-Wooten L979).
Q = 0.ZS keruntuhan fraktur baut
724
Bab 8. Sambungan Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 725
\t
N
o +Ett*sEgg$ggH H lr a
tg EtrEI [[g[ Ig *- f gg
E * E &3 *i Et *{ iliB + ri Y
Fs [ ;i3e +* +* Bg rF il$ El-
ili : $usi t.i +g s[ *ls rx =tI
[t [€i$E +Eir +[ i*B[ Fl5
E
N
d
;
'ii
sE ;
el*
E[f fl:H ;E +F Elx Er
fi;tq i32>
ir il ts
I"$H Y
p
If g[tz'i; yE-lX3 &
fiz
d
+E; ; ii =z;
@
D
[EEEI[F$EEIEI 2. P rr.EB E F
fl E
? 3
+
€
\c
hH H c)
0)
o
lo
OJE
o- il'
.,' 56D It lh 0lH
I *$g o o
o ilJ a' P -'oq P
.,
lt''/r.
U
ia
Y L)
o
plp
*=-l ll il rr 538
r. I
NJ
s t
il
<-all=-
g6
*'i* Pc) "o: F;'
d
A =sl
6
! calS''r: t\o
o oE 9 hl B r Eeo .9
ll "q1" ? :r -'o t.....--"- h
'g
h oqX
$=Ap
F o
.!- - t l"- Nl." - i.;-l N x
Sr
i.rl
*t*
ll {ie
# cro ! -
ru 95 cl!f Ev
a
.,1t,{,
''I''il*F' & I
xn3.
NL^1
x !r*
(Jll N) >t 'a4(DHa
='O
E
e. xl g (tji_ -- I* "l* e" \ I
st
Ir b
i,
qoSS
dd
5'c
9i-
l'rP
D + +
=[io *
d'* a-.
01
: lt I-l
-taE:Ecu .to J l
FN
*B olF
dDy
9H \ d 4.
ut ll Illll H U
L-l 6'cr
Ho'
iN O'(JtA
CJlOFA
"
H
D I- N)
-i ol-
+
ql.
+ )/:
-/!
a/:
G
3ul o N ?IIC> -. oo
333 ur &d EP t
a-
9z
iUT 3ts3 Ii dev "
H;iAF
uF{
!5
9.*= +$ !r +
14
+ ::6 *
eti\
N N goE
JO
5H i!(n N)
ul DP
oa
h )( D !., tJ !o
!^3; dc*
dP{
+ oIJ
J nJ-
HJU
osJ
+
-':.p
F
lt lt lt rr 8-
-l@ 4 9',J=
FTi
@HP N + oat
9. ur(^)@ (, r5|J +
o I{
H(.rI(JI ul o+ \ul !r6'i
C)
!)
o
p EN Lrt oq:.'a
g;
o ci H
5 5q)
orf
N) D!) T--J p
bO
{N J)
0) +io
co
+ o o
P
l_ II I
E
65
(e, tb) (cl
(e)
Gambar 8. 143 Pola garis leleh keruntuhan end-plafe tipe lokal ,.,:*.:::olfl-[zoo(;).110(-#)'1. l=52.3r<Nm
+2.2sxs0)+
L*lz;o(+t 110(41+ 0.75 x s0)l ++
Berdasarkan pola garis leleh sambungan flush-end-plate delapan ]
baut [Italiano 20OL),lihat Gambar 8.742 maka dapat disusun pola jika kapasitas WF250 adalah M,= QM,= 79.2 kNm, maka kapasitas
garis leleh sambungan end-plate tipe lokal, seperti Gambar 8'143' sambungan dengan pengaku berupa frofil tee adalah t 660/o M,.
yang sekaligus memperlihatkan parameter perencanaan yang akan
digunakan. Hitungan momen pelatnya adalah sebagai berikut. Pembahasan : Tebal pelat sangat penting, Meskipun baut relatif
banyak tetapi karena pelatny'a tipis, baut tidak bisa dimanfaatkan
^n' -n*u,,ol#lrss(f)*ss(f)]+
," pt
to'
l=nr.ru*- penuh. Kapasitas sambungan ditentukan oleh bagian yang paling
4L +2.25x50\+ Bs(41+ o.zs x so)] +
| ;[zss1 fl lemah, yaitu pelat. fadi perlu penebalan atau tambah pengaku.
*rrrO adalah M,= <pMo=79.2 kNm, maka kapasitas
Jika kapasitr, Tinggi pelat ujung yang lebih besar dari profil yang disambungnya
sambungan end-plate tipe lokal + peldt pengaku adalah ! 58o/o M, ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kapasitas sambungan.
Bahkan inllah keunggulan tipe lokal dibanding tipe MBMA. Tetapi
cara ini hanya efektifuntukkondisi beban tetap atau gravitasi.
Pembahasan : analisis kapasitas dengan pola garis leleh hanya
menghasilkan peningkatan sebesar t 9o/o saja. Itu artinya analogi Kesimpulannya : sambungan end-plate tipe lokal (Gambar 8.143)
profil we untuk analisis sebelumnya, cukup teliti. Kata kuncinya tidak mampu memikul profil WF 250 secara penuh, sehingga tidak
adalah penetapan lebar tributary (p) profil tee yangtepat. bisa dikategorikan sebagai sambungan sekuat profil.
Terlepas dari analogi yang dipilih, sebenarnya yang menentukan Akhirnya dipahami mengapa sambungan end-plate tipe lokal tidak
kapasitas momen di sambungan end-plate adalah posisi resultan banyak dipilih untuk topik penelitian Iebih lanjut. Kondisi berbeda
gaya tekan. Pada sambungan end-plate tipe MBMA posisinya jelas' pada sambungan end-plate tipe MBMA yang ternyata telah banyak
yaitu pada titik berat pelat sayap desak, tetapi untuk sambungan diteliti sejak lama [Douty dan McGuire 7965, Krishnamurthy 7978
end-plate tipe lokal kondisinya tidak seperti itu. Jika dipilih ujung dan L999, Agerskov 1979 , Borgsmiller 1995, Murray dan Shoema-
dari pelat pengaku bawah, kondisinya diragukan karena terkesan ker 2002). Saat ini tipe ini juga menjadi pilihan alternatif sambu-
kurang kaku. Akhirnya dengan "feeling" dipilih baris baut desak' ngan pada struktur baja tahan gempa (AISC 2011).
8.9. 8. 2. Flush- End- Plate Empat Baut xr=$ln (or +0.75pu)+hr(s+o.zspr)] +$.... ...... ...rs.e-2a)
fawab:
1. Sambungan end-plqte sekuatprofil. yaitu:
x o = frlzoo.s(so + o.zs ,< so) + 1 s0.s(s0.3 + 0.2 s x s0)] + ! = oaz.s
l-\
I
I
5. Konfigurasi FINAL sambungan flush-end-plafe sekuat profil
,M untuk WF250x125x6x9 adalah sebagai berikut.
,r4
I
r*5
I
i
x
Gambar 8. 145 Usulan konfigurasi dengan baut $16
N
X r)
o,rW,=@=17.1mm N
&
a
-'-i-
Baut S16 tidak cukup, pakai $19' Check jarak minimum tepi J-,
pelatpr> Ls/r"= 33.34 mm' Konfigurasi baut disesuaikan lagi.
3. Konfigurasi baru untuk mengakomodasi baut $19. Gambar 8. 146 Sambungan flush-end-plate sekuat profil
ox ; M]
200.5 N
rL
:/
B
;A
fawab:
L. Sambungan end-plate sekuatprofil, yaitu:
= 6M - = gZ - F..= 0.9x 3 5 2 000 x250 / LE6=79.2
M..utptxy kNm
2. Usulan konfigurasi pelat dengan baut $16
xo =frlzoe(31+ 50.3)+ 2tz{ze+n)f =eoo Perbandingan akan diberikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 8.16 Kinerja berbagai sistem sambungan end-plate
v, : x,tlzo o(fi + fi) + zr ? (+ * r#r )f+ 8e 0 = 2a0a No Vp;M, ,,Eaqt alo Ao^", bxh penga:liu vblr.r.s. :o/a - XirCflai
1 t.\'io./i rin*':i l78o/o :1?.\ 7.5 10 LAA 5802:, :r'r:..851%"
'<:T\
7n? non: 'rritb0q/,r:
lo0a/i 1lio/" 26Ox 35 tOnW^
,orS.*ffi=,fu\;M=12.Bmm -+t= 13 mm
4
1.f)00/;i
l:A0,e/i
*p!
4g!
i1.6ll
1000/"
l OOo/n
260x 3S
26Ox 35
20
20
1,6
Ya
Ya
702.Ad'b
596:7:AO
{OAo/a:'
Aqr/":
Ij,i,o{lqyd,
ngaku yang sekuat profil adalah sebagai berikut. Catatan : M,, adalah kapasitas ultimate profil WF250x125x6x9.
4 Dari Tabel 8.16 hanya sambungan end-plate tipe lokal, yang kapa-
sitasnya kurang dari kapasitas profil yang disambung. Jadi meski-
pun ada kesan sudah dipertinggi dengan pelat pengaku tetapi ter-
nyata tetap belum bisa dipakai sebagai sambungan sekuat profil.
Adapun end-plate tipe MBMA yang terlihat simpel, semuanya me-
Gambar 8. 152 Sambungan extended-end'plags + pengaku sekuat profil menrrhi kriteria sambungan sekuat profil, bahkan extended-end'
plate mempunyai kinerj a 'J.7 0o/o lebih tinggi dari flush-end-plate.
8.9.A.7 . Rangkuman Hasil Perencanaan E n d - P I ate Adanya kinerja yang tinggi menjadi alasan yang rasional mengapa
sambungan tipe extended-end-plate dijadikan pilihan untuk sistem
Telah dibuat analisis sambungan end-plate tipe lokal dan bebera- sambungan struktur baja tahan gempa AISC [2011).
pa desain untuk yang tipe MBMA. Semuanya memakai profil baja
WF250x125x5x9. fika semua sambungan mengacu pada kapasi- Akhirnya, mengingat bahwa sambungan ienis end-plafe pada prin-
tas profil baja tersebut, tentu dapat dibandingkan kinerja masing- sipnya perlu dikerjakan secara presisi agar tidal< susah dalam pe-
masing mulai kekuatan iuga pemakaian bahan fpelat ujung, baut masangannya, maka konfigurasi sambungan dengan jumlah baut
dan pelat pengaku). Ini jadi petunjuk bagaimana memilih sistem yang lebih sedikit dan bentuk relatif sederhana, tentunya lebih
sambungan baja, khususnya end-plate yang paling tepat. realistis untuk diwujudkan.
Gambar 8.153 memperlihatkan sistem sambungan end-plate yang 8.9.7O.2. Bagian-Bagian Kritis Kolom Tanpa Pelat Pengaku
direkomendasikan untuk bangunan tahan gempa (AISC 2011)' Keberadaan pelat pengaku pada kolom memang efektif mengatasi
Perbedaannya di sistem baut, yang dipasang di bagian sayap atas terjadinya kerusakan lokal. Hanya saja di sebagian negara, dimana
dan bawah sekaligus. ltu penting karena gempa bisa teriadi bolak- ongkos kerja tinggi, elemen struktur dengan banyak pelat pengaku
balik. Adapun untuk kondisi beban gravitasi, maka gaya tarik ha' relatif akan lebih mahal, sehingga sedapat mungkin dihindari.
nya terjadi pada bagian pelat sayap atas saia.
Terlepas dari biaya, penggurraan pelat pengaku kadang membuat
Sambungan end-plate pada struktur tahan gempa, prinsip peren- pemasangan di lapangan menjadi lebih rumit. Jadi tinjauan kolom
canaannya mirip, maklum banyak mengacu penelitian Murray polos tanpa pelat pengaku penting, kalaupun nanti tetap dipasang
et. al IAISC zOL1-). Memang ada juga persyaratan lain yang ketat, maka itu adalah karena memang diperlukan.
untuk memastikan perilaku inelastis terjadi sesuai rencana. Misal - t"i""-
sistem rangka pemikul momen khusus memakai pelat lantai beton
bertulang, maka tinggi profil baja sambungan tidak boleh kurang
dari 24 in atau 610 mm. fuga bagian pelat sambungan tidak boleh
dipasang sh eqr connector (AISC 20Lt).
fika diperhatikan, sistem sambungan end-plate dipilih sebagai ba-
gian sistem struktur tahan gempa bukan karena kemampuannya *r)
untuk berperilaku inelastis, tetapi karena kekuatan dan kekakuan
yang dihasilkan. Terbukti (AISC 2077) ada prosedur yang memas- /.7',
{r.rrr E;I 8.9.10.4. Leleh Pelat Badan diZona Tarik dan Zona Desak
dimana fika kolom mempunyai pelat pengaku horizontal, maka evaluasi
t^in tebal minimum pelat sayap terhadap momen rencana leleh pelat badan tidak diperlukan. Hanya kolom polos atau tanpa
M; momen rencana atau kapasitas sambungan pengaku yang perlu dilakukan check seperti ini. Ini perilakunya
Qu = 0'9 seperti balok dengan tumpuan terpusat. Bahkan rumusnya juga
Fr" tegangan leleh pelat sayap kolom diturunkan dari rumus J10.2 (AISC 20L0). Hanya saja karena ada
f"' parameter kuat batas pelat sayap kolom berdasarkan penebalan dari pelat ujung maka bidang penyebaran beban pada
pola garis leleh sesuai konfigurasi di Gambar 8'155' pelat badan menjadi lebih besar, seperti pada Gambar 8.156.
,:1 610@
tn, N:
t- l
E +*i
li, +;
..< :
l--)
ti
t
z"s4
k
(a). {b}. Gambar 8. 156 Distribusi gaya [tekan dan tarrk) terhadap pelat badan
Gambar 8. 155 Pola garis leleh kolom (a) polos; [b) dengan pengaku (AISC 2011J Untuk sambungan end-plate, distribusi gaya tekan atau tarik $
Pola garis leleh berlaku untuk flush-end-plate maupun extended- pada pelat badan seperti di Gambar 8.156b harus lebih kecil dari
end-plate selama baut tarik berjumlah empat. Baut desak diabai- tahanan nominal pelat badan terhadap leleh, atau Fp < QuR^.Gaya
kan. farak fto dan h, adalah jarak baut tarik terhadap resultan gaya tekan atau tarik momen kopel sambungan adalah F,.= M,f d^,.. Lihat
tekan, ,r*,rrirny, tiiik berat pelat sayap tekan' Pola garis lelehnya Gambar 8.154. lika Fr, QuR^ maka pelat badan'perlu ditambah
dibagi dua, kolom polos dan kolom dengan pengaku tegak' pelat pengaku tegak atau pelat badan ganda.
"- l! - Tegangan pada panel pelat badan kolom di zona geser bisa sangat
Jika gaya terpusat berjarak,< 0.5d. dari ujung kolom, perlu
fr rnenentukan untuk suatu sambungan portal rigid. Oleh karena itu
ditinjau pengaruh ra6io lebar bidang tumpu beban terhadap tinggi perlu dievaluasi secara seksama.
kolom, untuk N/d"< 0.2 maka Geser tingkal, V,
f , \t t1.51
R, =0.4'LLr.r(-+)(-) (8.e-2 1)
l
lika N/d"> 0.2 maka
Rn=04*ll.e-rrX*)"]rry {Bs.zz)
dimana
N tebal sayap balok pada sambungan end-plate ditambah
dua kali tebal las pada pelat ujungnya.
Gambar 8. 157 Pembebanan pada panel zona geser (AISC 2010J
d" tinggi profil kolom
Catatan: secara historis dan konservatif d^, = 0.95d (baca Com-
mentary AISC 2010). Tentu lebih teliti lagi jika diambil
Bahaya crippling dihindari jika F, 3 #uR,t Bila tidak memenuhi jarak as-ke-as antar pelat sayap atau d^, = ho.
persyaratan maka perlu dipasang lelat pengaku.
J
l.i
I
M
ke pelat sayap kolom
Tebal pelat badan panel mencukupi jika ,R, < 0R, bila tidak maka pelat badan ganda di-
dilas tumpul ke p€lal
perlu perkuatan khusus, /aitu pengaku pelat ganda. fika pengaruh Potongan fuA
sayap kolom
Polongan A.A
H
PotonganA-A +
pelat pe(gaku ieqak
dllas sudut ke pelat
sayap kolom
lihal Gtolan
pelat penqaku tegak
dilas sudll k6
pangaku pelal ganda
I
sudut badang kolom (at6s
tF4t
ke pelat bsdar
saya! kdom
t+t
ll llffgl,,w:,tl,g*, I ll pelat
,+- dils t
p8qaku legak
kB@tbadan
mpul
pelat psgalu legak
dila! lumpul ke
pqrgaku p€lat badm
^dMlrl"-* l#i
ll^t l,l_l
PotongEn B4
Gambar 8. 160 Detail pelat pengaku tegak dan ganda (Carter 1999J
Diminta desain kolomnya agar menjadi sambungan sekuat profil. r-,, >
/1.111 dm":10.6 mm << tt= 12 mm+ OK
i--'--- zoo ---**--i
rz i i* *; l-* rz +. Adanya pelat pengaku tegak, maka hanya zona geser yang per-
lu dievaluasi, untuk itu dianggap P, < 0 .4 P. sehingga
Rn= o.6Frd"t*= 0'6x250x200x8/1000=240 kN ..... (110-el
, r, = * ='n'3;lo' x
ffi : szo xtrt
|ika gaya geser 7, diabai[:an (kondisi konservatif) maka
lR,= 2F^=2x329=658 kN >> 0R,-' 276 kN -+ Not oK
Perkuatan dengan pengaku pelat badan ganda tebal 2xB mm.
0.6x250x200x8x3/100o=72o kN .........., 6ro-e1
Rn= 0.6Fnd"t*=
fawab r
,^^.^Elir;'o
-mrn -
V-'--- htFy,y"...-...
.... r8.e-161
=trJ-zoo*s =61mm
'=+JnN
Parameter perencanaan
t*" >a/f.f tt ffi=13.7 mm > tt= 12 mm -+ Not. OK Gambar 8. 162 Sambungan end-plate ti$d suatu portal
3. Check pelat sayap, kolom dengan pelat pengaku t"=t 6"1op. Catatan : Notasi pengelasan belum digambarkan.
Gaya aksial tekan diteruskan base-plqte ke beton sesuai kriteria fika luas beton tumpuan >> luas pelat landasan secara merata.
AISC-JB [2010) atau ACI-10.74 (2071). Kuat tumpu rencana yaitu maka bagian beton tumpuan yang lebih besar dapat berfungsi
$"Po. d.engan 0. = 0.65. Adapun kuat tumpu nominal Po tergantung sebagai struktur pengekang untuk bagian beton yang dibebani. Itu
dari luasan beton tumpuan yang tersedia, sebagai berikut : mengapa kuat tumpunya bisa ditingkatkan (ACI 2011).
r Luas beton tumpuan.: luas pelat landasan, maka : 8.70,4, Tekqn Konsentris
Po=0.85f"41 ...... ....08-1)
Jika base-ptdfe bertumpu langsung pada permukaan beton ponda-
atau dalam format tegangan tumpu nominal maka si, maka dimensi pelat landasan [BxN) harus dipilih agar beton di
fp6^)= Q"o.Bsf"'. .. (8.10-u bawahnya tidak rusah dengan memenuhi ketentuan berikut :
r Luas beton tumpuan > luas pelat landasan yang besarnya fo=*=fr-.a) ..... ... (s.10-3)
merata pada semua sisi. Untuk itu kuat tumpu beton dapat
ditingkatkan maksimum sampai dua kalinya: fika permukaan beton pondasi lebih besar dari pelat landasannya,
......
Pp=o.85fJArlft<t'tt;,t1 ....u8-2) ketentuan I8-2 IAISC 20'J.0) dapat dipakai meningkatkan kuat
tumpu nominal. Umumnya, bagian bawah base-plate diisi dengan
fo6u1=O"o.}sf;E<L.7f; ..........:.... (8.10-2J grout. f ika ketentu an l8-2 akan digunakan maka mutu grout harus
dua kali lebih besar darif,'beton. Iika tidak mau repot maka lebih
dimana baik ambil nilai konservatif, yaitu J nrl e, = 1 (Drake-Elkin 1999).
dimana
rp faktor ketahanan terhadap lentuf,, <b = 0.9
1 adalah nilai maksimum dari m, n dan )-n' , agar tebal pelat
Iandasannya ekonomis maka parameter tersebut dibuat
minimum, salah satunya adalah menetapkan m = n.
f, .,
(8.10-sJ
MU
(8.10-6J
n'=f,2,{ao, (8.10-7a)
l.ll
l+.11-X
,=[ry+l+.......
" l(a*u,1')'"+""' ..... r8.10_7c) n=*F*#)
aD
rr=E:{f_a;
10
(b). Menengah
Cukup konservatif jika diambil )"=1. (a). Kecil
Gambar 8. 168 Distribusi tegalgan segitiga akibat eksentrisitas kecil
Iika a'={- x dan 7' = f,g(N:*), dari persamaan di atas diperoleh Y*in
'*$" -|fir@,n * *) fika e jarak resultan tumpu beton Eerhadap pusat berat kolom
o- f
:
. (8.10.11)
zn*, ,.......(8.10-14)
Nilai.4 < N', iika tidak memenuhi maka ukuran pelat landasan ti-
dak mencukupi, perlu ukuran lain. Gaya tarik baut angkur adalah : ^ * _N P,
Ykritis - o^ -T-6Iu (8.10-15J
tika eksentrisitas beban tekan e=M,/Pu, €u,rr," maka baut angkur ,,b"-
'o'tlTq [8.10-20)
diperlukan untuk mencegah base'plate mengalami guling.
Pada sisi desak: momen terjadi akibat tegangan reaksi beton pada
kantilever m dari tumpuannya. Jika Y> m maka :
tp
I-lntuk
Ada dua parameter yang belum diketahui terkait keseimbangan Pada sisi tarik : momen terjadi akibat reaksi baut angkur yang
gaya-gayapad,abase plafe (lihat Gambar 8.771), yaitu T, dan Yatau bekerja seperti beban terpusat di pelat. Oleh sebab itu jumlah baut
gaya baut angkur dan jarak bidang kontak beton di bawah pelat. iuga berpengaruh, khususnya terhadap lebar efektifpelat. '
Tinjau keseimbangan gaya vertikal.
Tu+Pu--qY ...... (8.10-16)
Untuk setiap baut angku4, panjang kantilever adalah a = [rn - xJ. Jika
v =(!+ f)x gaya terdistribusi efektif sebesar 45" seperti Gambar 8.L72 maka
lebar efektif pelat yang memikul baut angkur adalah 2a. f adi tebal
Pada suatu kombinasi gaya, momen dan ukuran base plate tidak
pelat landasan ininimum untuk memikul baut angkur adalah
diperoleh penyelesaian, sehingga dimensi base-plate perlu diper-
besar. Agar persamaan bisa diselesaikan maka :
Tu=qY-P, .....[8.10-15a)
n, jumlah baut angkur yang dipasang
A---&=-&=0.6<1 ...... ...... (8.10-7b) A 4(+ - e): 3(.,+ - 120) = 165 1.-
l+.J7-x l+V1-0.3
rnm hr =-2P,, - 27.7 r, f p(^r*) = 0c0.85 f; = 19.3 MPa -+ Not OK
:--++t::;: =
ai =-z*4oo,ooo.
tn,=f,tJ@ =i"o.alfio*fr =26.5 [8.10-7aJ
Trial #2: BxN = 200x380 [mm)
Mo1 --$*6.5*56-252 =L0283,2 Nmm/mm " (8 10-41
A 4(+ - e) =e(:reo - tzo) = 2 1o mm
t,rrw=lw=27.6=2Bmm 612.?A3_42
P,(+-x)+M,:@
o 36sAfioo.
99.995Vo
.
g. 3 x s o. z +-x z o o sa
,
o ! fo ea (x - x - $) =* x 1 ( o- zs - s6raJ
36,494,0L3.
i*- -1,1=399 - --j
--* Gaya tarik pada baut angkur dicari sebagai berikut.
Gambar 8. 175 Base platebeban sentris kecil - tegangan segitiga
T, :+ feAB - pu . ... .,. (8.10-eal
Catatan: baut angkur diperlukan untuk menahan gaya geser dan
untuk memenuhi persyaratan keselamatan pekerja dari ,, : (1 19.3 x s6.24 x200 - 100,000.) x ffi = B.s kN
"
OSHA (Occupational Safety qnd Health Administation),
minimum dipasang 4 baut angkur (Fisher-Kloiber 2006). Baut angkur 2f,12 mutu F"ZST Mpa
19.3 MPa
I fp6^4-ho.Bsf; . .....,. (s.10-1)
I
*
fp6*1 = O'65*0'85 35 = 19'3 MPa
Gambar 8. 176 Distribusi tegangan di bawah pelat landasan e* *=19jx200=3860 N/mm.. (8.10-12)
M pt (u --
* Lg'3 * 5 6'24 * (7 L'2 5
- *#) = 28,49 4' N -m m/ m m ("=!=tzo*tn).(ru.,r," =138.2mm) -+ hnpa baut angkur
eton) *
Untuk kondisi batas leleh, tebal minimum pelat landasan adalah , =+= -g?:3"
= 103.6 mm .. ... (t.ro'trl
t
Dimensi al<hir base-plate ;
q=3860 N/mm
!_ P. * 100 kN
-T
e-20o
!
Y=103.63
i
I
I
Gambar 8. 178 Distribusi tegangan persegi tanpa baut angkur
;;;;;
Pada sisi desak : pelat kantilever m = 71-.25 mm < y = 103.63 mm.
|adi tebal pelat landasan akibat gaya reaksi beton adalah :
/- b6ut anolsr O 12mm
r;
te>L.5ml+ =1.s.7t.zsJ:i93 =2e.7 mm. ..... t8,10-21J
(" =
ff = tzo**)' (eu,,r," : 17 7 mm) + tanpa baut angkur
,=+='t?33'=25.emm ...""'(8'10-13)
.uo
2A *;**;;*; ]l
l,l "E*l
I
Gambar 8. 179 Base platebeban sentrls kecil - tegangan persegi , ffii q=3860 Nrmm
emat<:19.3x200:3860N/mm .......(8.10-12)
f " fr
Iika/= 165 mm adalah jarak baut angkur ke as kolom, maka pe- to>t.51,,"7 = 1.5i#ih = 5.6 mm .. (8.10-24)
Diskusi:
Untuk base-plate dengan ekstrisitas beban yang memerlukan baut
angkuq, perencanaan dengan cara elastis (segitiga) maupun cara
i* batas [persegi) ternyata menghasilkan dimensi yang sama. Hanya
Tu=?kN
i a.zs
saja, gaya baut angkur cara elastis (8.5 kN) lebih besar dari cara
batas (7 kN). Kebetulan keduanya di bawah daya dukung angkur
t yang disediakan (2 f, 12 mm) sehingga tidak terlihat berbeda.
Gambar 8. 182 Distribusi tegangan persegi tanpa baut angkur
st* Ai beton -< 70 MPa untuk angkur cor di tempat, atau < 55 MPa untuk
angkur pasca pasang. Iika mutu beton lebih dari itu maka kinerja
angkur pasca pasang perlu dibuktikan dengan uji empiris.
"[mt'
u
t:'-.'il;+
[.oUool
, I - .--, l-o'- lil[F-:.: Berdasarkan berbagai pola kenrntuhan yang terjadi maka kondisi
batas yang perlu dievaluasi untuk perencanaan baut angkur dapat
(a) Angkur pdnus (b)Angkurtercabut (c)
(c)Betonjebol(brel
Beton iebol (breakout) disarikan dalam tabulasi berikut.
obh:dtdrtk
{I rr'r lr Tabel 8.18 Kuat baut angkur berdasarkan pola keruntuhan (ACI 2011)
dA/, > iv
dN >tv
ffi#!!iiTn:t;::,:-
ffi;$s$**sh[+dfl
tq;*ry#* t; { flr;;t 1:
-::
dN.
I cbg
>]vuqg
D.5.1
D.5.2
ffi@
samping beton terhadap tarik.
Kuat lekat angkur adesif (bll > N 6N >N
mffi
D.s.5
terhadaD tarik.
ri:rl l.i
Kuat baut angkur terhadap (bV >V (bV >V
':.:irr: rlrl I
i_
ii:,r D6.1
Peser.
Kuat jebol {breakout) beton (bV. > V
;ifit{,l* Ia!!i&!.i !i1 lti
(bV >V D6.2
terhadap seser.
(a) Ar7q,kwtaeotong (b) Betu anpal Kuat ambrol fblowout] muka
otahgawges€r g@@rdibautangkur
aklbat
samDins beton terhadao seser.
6V >V ':,;..).:lt:
6V
t cpq >Vuo& D6.3
Strukur
770 Bab 8. Sambungan
Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 771
8.77.2. Kuat BautAnglrur Terhadap Thrik Mutu bahan material baja baut angkur bisa bervariasi, mulai dari
buatan sendiri yang sederhana sampai pabrik, yang didukung oleh
Kuat tarik rencana baut angkur; f N", ditentukan dari mutu bahan
riset yang khusus. Untuk jangka pendek dan beban tertentu, maka
material dan dimensi fisik, yang dihitung sebagai berikut: persyaratan daktail dari baut angkur tidak menjadi keharusan.
d["o 2 QAu,*f*o..... . tD-2 ACI) Petunjuk pada Appendix D (ACi 201.1) ditujuran untuk struktur
jangka panjang sehingga persyaratan daktilitas elemen menjadi
dimana
pertimbangan penting, selain kekuatan dan kekakuan. Untuk itu
N"..........kuat tarik nominal baut angkur. identifikasi tingkat daktilitas baut angkur adalah penting.
0...........faktor reduksi kuat baut angkur terhadap tarik. yaitu Bahan materiai baja baut angkur dianggap berperilaku daktail jika
0.75 (baja daktail), dan 0.65 (baja getas). akibat uji tarik dapat mengalami perpanjangan (elongasi) minimal
'l-4o/o dari panjang awal, dan reduksi luas penampang sedikitnya
Ann.......luas penampang efektif terhadap tarik. Untuk tipe
pasca pasan g, A,".nmengikuti spesifikasi pabrik' Untuk 30%o dari luas penarnpang awal.
angkur berulir dapat dihitung sebagai Baut angkur sesuai spesifJkasi ASTM A.307 adalah daktail. fika ba-
hannya dari baja tulangan yang memenuhi ASTM A615M, A706M
A,",* =i(d,-ry,"f ....... (A-3-6Arsc)
atau 4955M dapat dianggap berperilaku daktail juga.
A <4 60 l4L4 60 1B
fu*.........kuat tarik baut angkur yang disyaratkan, tidak lebih ASTM 43O7
dari nilai terkecll L.9 fn, atau 860 MPa. c <4 sB (400 58-80 36 248) 23
$ angkur A n Ar"*'A*i Luasan tumpu kepaia baut ata.u nut -.dr- (in'zJ > 1.5 e0 (620) 90 58 4o0J 14 40
-diitin] inz ulir /ln. in? SQuare Heavy Sq. Hex Heavy H. 36 <2 s8 [400] 58-80 36 248) L5 40
lt 0.049 20 0.032 0.t42 o.20t 0.1L7 0.t57
ASTM F1554 s5 <2 7s (s17) 75 -95 ss (37eJ 27 30
3
0.110 16 0.078 0.280 0.362 0.L64 o.299
105 sZ tzs (862) L25 150 Los 1724) 15 45
\, 0.195 13 0.t42 0.464 0.569 0.297 0.467
5
0.307 t1 o.226 0.693 0.422 0.454 0.67L
Catatan: l ksi = 6.895 MPa fN/mm'z)
3/a 0.442 10 0.334 o.824 L.L27 0.654 0.911
0.601 9 o.46? 1 '1-2L t.465 0.891 1.188
7 0.785 I 0.606 t.465 1.855 L.t63 1.501
1-1/" 0.994 7 o.763 1.854 2.29L L.472 1.851
L% L.227 7 0.969 2.228 2.773 1.4L7 2.237
13l" 1.485 6 1.160 2.769 3.300 2.799 2.659
tt5 t.767 6 1.410 3.295 3.A73 2.6L7 3.118
| 3/+ 2.405 5 1.900 4.144
2 3.142 4.5 2.500 5.316
r*=**ec'N'Yed'N'Y"'iv'Y"p'N'Nb " Luas proyeksi maksimum kerusakan angkur tunggal, .Ar"o [mm2).
"" ID-4ACI)
dipakai untuk membatasi ,4r, sehingga Ar,' n.Ar.o dengan n adalah
dimana jumlah angkur. Bentuk keruntuhan beton untuk perhitungan ber-
bentuk persegi, lihat Gambar 8.191.
0 . ... faktor reduksi kuat jebol beton baut angkur cor ditem-
pat adalah 0.75 untuk Kondisi-A fada tulangan); dan Ar,,=(zx1.sn"r)"(z"t.stt"r):rfr", ... (D-sAcr)
0.70 Kondisi-B (tanpa tulangan). Tak ada rincian
khusus terkait tulangan tersebut. Gambar 8.189 dari
Commentary ACI [2 0 1 1) memuat konfigurasi tulan gan
baja yang dimaksud.
A*r
T{hpek Oepm Potonoan AA Faktor modifikasi kuat tarik baut angkur kelompok dengan beban
yang eksentrisitas, Y".." dihitung sebagai berikut :
Gambar 8. 189 Konflgurasi baut angkur tarik dengan tulangan (ACI 2011)
\'-#)
fika dalam suatu kelompok baut angku4, ada baut angkur tarik dan
juga tekan, maka yang dipakai mengevaluasi eksentritas e', dan N"o,
adalah baut angkur yang mengalami gaya tarik saja. Gambar 8. 193 Kerusakan pecah belah (splitting)
Baut angkur pasca pasang pada beton polos, tanpa tulangan kon-
disi tidak retak, maka perlu memperhitungkan adanya tegangan
tarik belah (splitting) saat pemasangannya. Untuk memperhitung-
kannya dipergunakan faktor modifikasi Y.-
'
Iikaco,mtn >cac rnaka
Y.r,r=1.0..... . (D-11ACI)
Iikaco,mln<coc maka
'
cn.*m 1 5h4
Elsvasi rlr .. _
ycp,N- 4 . ... (D-12 ACD
co" - co,
Elevasi
(a)|ika semua baut ang&ur mer€nma gaya hrik (b) iika tidak semua baut angkur meneilma gaya tarik Untuk kasus lain, juga baut angkur tipe cor ditempat, Y.o.*.= 1.0.
Gambar 8.192 Parameter e'N pada kelompok bautangkur (ACl 20111 Kuat dasar jebol (breakouf) beton angkur tunggal terhadap tarik
Faktor modifikasi untuk memperhitungkan pengaruh baut angkur
pada kondisi beton reta( N, dapat dihitung sebagai berikut.
di bagian pinggir pondasi, Y"o.* dan berlaku terhadap baut angkur Nb:k"l,^{It# ........ [D-6ACD
tunggal maupun baut angkur dalam kelompok.
dimana
Iikaca,mln
'
. > 1.5 lret-maka k"= 7O ...baut angkur tipe cor ditempat.
Y.a,r = 1.0 ............ .. (D-9 AcD
k,= 7 .....baut angkur tipe pasca pasang.
likacn^rn< 1.5 h.rmaka )uo .........faktor modifikasi untuk material beton ringan, untuk
r[,r,r:0.7+o3ffi (D-IoACD
angkur cor di tempat maka Xo= )". Beton normal l. = 1,
untukbeton ringan )"-0.75 - 0.85, lihatketentuan 8.6
ACr (201r.J.
Terjadinya keretakan beton pada beban kerja mempengaruhi kuat
tarik baut angkur. Retak adalah kondisi yang tidak ideal. Kondisi Alternatiflain khususnya untuk baut angkur kepala segi enam dan
itulah yang dipakai code untuk memperhitungkan kuat tarik baut sfudtipe cordi tempat, dimana 280 mm . hq 3635 mm, maka kuat
angkur agar konservatif. |ika terjadi retah maka Y..* = 1.0 karena dasar jebol beton angkur tunggai terhadap tarik, No dapat dihitung
memang sudah diperhitungkan oleh code' sebagai berikut.
Bila ternyata baut angkur dipasang pada elemen beton yang pada lvt=s.gt,\f(hyt ........ (D-7Acr)
kondisi beban kerjanya tidak rnengalami retak, maka kuat tarik
dapat ditingkatkan lagi dengan faktor modifikasi, yaitu Y.,* = L-25 Panjang baut angkur > 635 mm, berdasarkan hasil uji empiris atau
untuk baut angkur cor di tempat, dan Y"^ = 1.4 untuk baut angkur analisis memberikan hasil yang tidak konservatif IACI 20LL).
pasca pasang jika ( = 7 dipakai pada persamaan D-6 (ACI 201'1").
kepala segi enam alau stud. dan tidak tergantung dari panjangnya.
QNrn=0Y*N; ""' [D-13ACD Untuk mutu beton sama, tentu dapat dibuat perbandingan antara
keduanya (data dari Tabel 8.21), sebagai berikut.
dimana
Tabel B. 21 Perbandingan kuat cabut baut angkur tipe cor di tempat
Nr, ........ k,rat cabut f,pullout) nominal baut angkur'
Tipe Kepala Segi Enam Tipe Kait
O ..........faktor reduksi kekuatan, yaitu 0.75 (Kondisi-AJ dan
0.7 (Kondisi-B). da = f-in
..
do= 1 in
Y".n .......faktor modifikasi untuk angkur pada daerah yang A.brg = L.'i.63 in2 eh'- 4.5 do = 4.5 in
secara analisis belum timbul retak pada kondisi beban
4 = B"t'to3 f"'=9.32 f,' No= 0.9 f"'x4.5x1 = 4.05f"'
kerja. fika telah retak maka Y..o = 1.0
230o/o 100o/o
Kuat cabut terhadap tarik, N, dari baut angkur cor di tempat tipe
kepala segi enam atau stud, dapat dihitung sebagai berikut
Informasi di atas menunjukkan bahwa baut angkur dengan kepala
No=BAu*f"'............. ..... [D-14ACD
segi enam, mempunyai kapasitas cabut yang lebih besar dibanding
dimana angkur kait. Apalagi jika ditambah dengan ring atau washer, Oleh
sebab itu jenis tersebut populer [Fisher dan Kloiber 2006).
Ar* .......Iuas tumpu neto dari baut angkur kepala segi enam'
atau angkur stud,mm2,
Kuat cabut tarih No adalah ketika terjadi kerusakan beton pada
bagian kepala bautLngkur akibat tumpu, meskipun baut angkur
belum tentu tercabut semua' fadi parameter panjang penyaluran
dimana
A . ....faktor reduksi kekuatan angkur pasca pasang, nilainya
0.75 - 0.45 tergantung kategori sesuai ACI 355.2 atau
ACI 355.4M dan kondisi tulangan.
Ar,o .......luas proyeksi pengaruh angkur adesif tunggal untuk
jarak tepi > cn,o [mm). Lihat Gambar 8.195a.
Gambar 8. 195 Kuat ambrol muka tepi beton (Lundin 2012)
A*o...,....Iuas proyeksi pengaruh angkur adesif tunggal atau
Kuat ambrol muka samping (side face blowout) rencana beton ter- kelompo( untuk perhitungan kuat lekat terhadap
hadap tarik, f,N"u baut angkur yang dipasang di pinggir pondasi tarik (mm). Lihat Gambar 8.195b.
dengan h", > 2.5co, perlu dievaluasi. Besarnya N", diambil tidak
boleh lebih dari :
N,o:(rzc,r.!V*)^,"[I ...... (D-].6ACrJ
dimana
N"a .... kuat ambrol (blowout) nominal terhadap tarik'
0...........faktor reduksi kekuatan. yaitu 0.75 (Kondisi-A) dan (a)
0.7 (Kondisi-B). Gambar 8. 196 Luas proyeksi pengaruh angkur adesif (ACI 2011)
fika baut angkur di daerah pojok pinggir dan cor<3co, maka nilai Beberapa perhitungan terkait.Aroo dan A *,adalah sebagai berikut.
N", harus dikalikan dengan
*)+ dimana, = * =r.
{,. Aruoo:(kxo)', (D-20 ACD
Untuk baut angkur kelompok yang dipasang dipinggir pada keda- r:--
cr, =70d,r1ff (D-z1AcrJ
laman pasang h*> 2.5co, dan spasi antar angkur kurang dari 6cor,
maka kuat nomihal angkur kelompok yang aman terhadap ambrol lika c,, dan c,, < c No, i\gas, dan s, < 2c *,maka
muka samping, N,r, diambil tidak lebih dari : *r+ s, + co, )r. (c ro + s, + c or)
Aro = (,
r*, =(t+--s-)r", ... ........ (D-17ACD Faktor modifikasi beban tarik yang eksentris pada grup angkur.
ll -' \
dimana s adalah jarak antara angkur terluar ke bagian pinggir dan Y,,,N,=tf ..... (D-23ACII
\t+,*L)<1.0...
N"u diperoleh dari persamaan D-16 (ACI 20L1) tanpa modifikasi
Faktor modifikasi pengaruh tepi angkur tunggal atau grup angkur.
terhadap jarak tepi tegak lurus .
Jika co,^,n> cr, maka Y ea,tta = 1 .... ..... (D-24 Acl)
Kuat lekat dasar dari angkur adesif tunggal terhadap tarik pada
kondisi beton retah No, tidak boleh lebih besar nilai berikut :
Nu,=7"r;rdohrl .. ..... (D-zzAcl)
dimana rrtegangan lekat karateristik, yang diambil dari5o/ofrak' Gambar 8. 197 Kerusakan geser pada baut angkur (Lundin 2012J
tile hasil uji berdasarkan ACI 355.4M.
Kuat geser rencana baut angku6 tl V,o tergantung bahan material
Daripada membuat pengujian untuk mendapatkan t"" di atas maka dan dimensinya. Kuat geser angkur stud dicor di bagian pinggir :
angkur yang memenuhi kriteria [1] ACI 355.4M; [2] lubang dibuat
dengan bor jenis rotary-impact l3l mutu beton minimal 17 MPa; tPV*= Q A*.rf,tu ....., [D-28 AcD
[4] umur beton minimal 21 hari; [5] suhu waktu pemasangannya
minimal 10', maka Tabel D.5.5.2 (ACI 201,1) dapat dipakai. Baut angkur sfud mempunyai kuat geser lebih besar dibanding baut
Tabel 8. 22 Tegangan Iekat karateristik minimum IACI 2011J angkur kepala segi enam atau angkur kait. Itu dikarenakan adanya
efek jepit dari stud yang dilas ke pelat bajanya' Untuk baut angkur
Suhumeks t berkepala jenis cor di tempat maka :
..Eslernbhba.!ir beton oC r; (MPa) fMPa)
Smbungm Struktur
7a2 Bab 8.
Wiryanto Dewobrcto - Struktur Bara 743
8.77.8, KuatJebol (Breakout) Beton Terhadap Geser Jarak tepi kritis baut a.gkur
kepala segienam, angkur stud,
angkur bartakik, angkur le*on-
trol perpindahan adalal' 1.5c,1
1
rMs
,5cr1
*T I v
I
Titik pusal baut angkur
$cn* yarg rnemotong permu-
L- kaan bebag
Bagian tepi
dari treton -/ IampakAtas
Kuat jebol beton rencana terhadap geser dari baut angkur adalah
QV"u ltunggal) atau
pv.r., fkelompok). Adapun kuat jebol beton no-
minal baut angkur dihitung dari persamaan berikut :
Ay"o = 2(1.5c,1) x (1.scal)
Baut angkur tunggal. = 4.5c*sz
Tampak Oepan Potongan Samping
u"u =** .y .y n., .vn ........ (D-30 ACI)
.\". (ACI 20111
"o,v ",v Gambar 8. 199 llustrasi luas proyeksi maksimum
0... .... .faktor reduksi kuat rompal beton terhadap geser dari 4rc: 2(1.$ril)hr 4,. - 1-5c"r(1.5c., + cd) /qe.3 [2(1.Scd] + srlra
baut angku4, sebesar 0.75 untuk Kondisi-A (dipasang (a) Pinggir (b) Pojok (c) Pinggir angkur ganda
tulangan tambahan), dan 0'70 untuk Kondisi-B iika Gambar 8. 200 Luas proyeksi kerusakan dari baut angkur tunggal & (ACI 20111
hanya beton saja, tanPa tulangan'
Untuk memperhitungkan Au" dari baut angkur kelompok ada be-
Ar*........1uas proyeksi kerusakan beton terhadap geser dari
berapa skenario yang bisa terjadi (lihat Gambar 8.20!), yaitu :
baut angkur tunggal untuk perhitungan jika tidak
dibatasi oleh pengaruh posisi pinggir atau pojokan,
spasi dan ketebalan beton (mmz). c"r,t,
/-w---
Au".........1uas
-- proyeksi kerusakan beton terhadap geser dari , s".,,,7*t', u",,|
h'
1.5c,t.r
bautangkurtunggalataukelompok,untukperhitungan - 2(1.5c.r.1}h, C," = 2(1.5aa,rllto Avc= 2(1.5crt,1th,
kuat geser (mm')' ^r.
lfhq< 1,5c61 lf ,r, < 1.5c.! lf h" { 1.5c6r
Gambar 8, 201 Luas proyeksi kerusakan dari baut angkur ganda A," (ACI 2011)
meter kuat jebol beton terhadap geser diambil caLT= cal. lkffi___1'"i l"'I
Kasus 2 : Asumsi kedua. dianggap gaya geser total terdistribusi
sekaligus pada luas bidang proyeksinya, tetapi ini hanya berlaku
jika baut angkur dilas pada pelat penghubungnya secara kaku.
ffi=l-l
lampak Atas
Parameter kuat jebol beton terhadap geser diambil c.L1= co1.
Gambar 8. 203 Eksentrisitas geser pada grup baut angkur (ACl 2011)
Kasus 3 : fika s I cot.t maka semua gaya geser dipikul baut angkur
terdepan pada luas bidarig proyeksinya. Parameter kuat jebol be- Faktor modifikasi untuk memperhitungkan pengaruh baut angkur
ton terhadap geser diambil coLT= cal. Tetapi ini tidak berlaku jika di pinggir pondasi, Y"r.u dan berlaku unttrk nilai terkecil dari c,r.
baut angkur dilas kaku dengan pelat penghubungnya. lika c,, > 1.5 c", maka
Y"a,v = 1.0 .... (D-37 ACD
Gambar 8. 203 Kuat jebol beton terhadap geser di daerah pinggiran Kuat dasar jebol beton terhadap gaya geser dari baut angkur tung-
gal pada beton yang telah merrgalami retak adalah nilai terkecil dari
Faktor modifikasi kuat geser baut angkur kelompok dengan beban dua persamaan berikut :
eksentrisitaS, Y...v dihitung sebagai berikut : . o_2
1
1-)
Qn, =t----::-<1.0 ..' '...... (D-36ACD vu = o'6 gl
dr)
l'**)
Wiryanto Dewobroto - Sttuktur Baia 787
746 Bab 8. Sambungan Strulftur
atau k"r= 1.0 untuk h", < 65 mm
k"o= 2.0 untuk h", > 65 mm
dimana untuk baut angkur cor di tempat dan pasca pasang jenis mekanik
seperti tipe bertakik atau tipe terkontrol perpindahan, maka
1"...........panjang tumpu angkur terhadap gese4, 1"= /t", untuk
panjang dengan kekakuan konstan, atau 1"= 2d, untuk N* = N"a dari Pers. D-3 IACI 201,7).
angkur pasca pasang kontrol torsi, untuk semua kasus dari pers. D-4 (ACI201,7).
cpq N-,
N---= coq
l"< 8do.
Sedangkan untuk baut angkur pasca pasang tipe adesif, maka
Baut angkur tipe cor-di-tempat yang dilas menerus pada pelat
penghubung dengan tebal minimum 10 mm atau /z diameter baut N:cpg = N"undati pers. D-4 IACI 2011) atau
angkur maka persamaan D-33 (ACI 2011) dapat diganti dengan Ncpg = Ifos dari pers. D-19 (ACI 2011), pilih yang terkecil.
persamaan D-35 (ACI20L7) sebagai berikut.
Daerah aman bekerjanya gaya tarik dan gaya geser sekaligus pada
1..',. ": ".i .* :. baut angkur dapat dilihat pada kurva interaksi berikut.
Gambar 8. 205 Kuat rompal @ryout) beton (Lundin 2012J
Kuat rompal beton rencana baut angkur tunggal, <p V,oatau kelom-
pok, QV"peterhadap gese4, dan kuat nominal baut angkur tunggal :
fftryli{fri'.=1
V*= k*N* .. (D-4oACD \-..
dan baut angkur kelompok:
V*n=k*nN*n .. (D-41ACI)
dengan o.2oNn
eksplorasi tahap penting perilaku baut angkur tipe cor di tempat. Y"a.N= 1.0..... .,..... {c.^,,>7.5h)
Contoh yang dimaksud adalah :
Y".* = 1.0 .,.. (beton retak)
t. Bautangkurtunggalterhadap tarik.
Y"r.* = 1.0...... ........ [angkurcorditempat)
2. Baut angkur tunggal terhadap geser.
k"= 10 ... .. . (baut angkur tipe cor ditemPatJ
3. Baut angkur kelompok terhadap tarik dan geser : bagai-
Xo faktor modifikasi material beton ringan, untuk angkur cor
mana pengaruh baut angkur kelompok yang ditempatkan
di tempat maka I, = ). dan beton normal )" = L.
di bagian tepi atau pinggiran struktur beton.
4. Baut angkur kelompok terhadap tarik dan geser : masih
mengacu contoh sebelumnya, bagaimana jarak ke pinggir Nra=*Y"nrv.Y",rv .Y,p,w.Nt:54.8kN.... (D-3Acr)
menjadi berkurang.
Q= 0.7 (tanpatulangan,kondisi-B)
5. Perencanaan tulangan tambahan dari contoh sebelumnya.
QN"u= 0.7x54.8 = 38.4 kN
Soal 1: Baut angkur tunggal terhadap tarik. 3. Kuat cabut Qtullout) baut angkur dari beton
Baut angkur $16 mm mutu A36 Fy250 Y.,, = 1.0 .... (beton retak)
MPa dan F,4OO MPa. Panjang benam h",
Angkur hex $16 mm [5/S") dari Tabel 8.L9 -+ Ar,,(, = 292 mmz.
= 100 mm, beton{'30 MPa.
N-p = 8 A--^f-'=8x292x30/7000
Drg' c =70.'J' kN. ... ... (D-14ACl)
Note : tidak ada tulangan khusus, beton
retak dan bukan struktur tahan gempa. tpnc,pp-Y
6N N =1"x70.7=70.1kN.... ..... (D-13ACI]
Hitung kapasitas tarik batas N dari angkur cor di tempat, di atas. Q= 0.7 . . [tanpa tulangan, kondisi-BJ
1. Kuat baut angkur terhadap tarik 4. Kuat ambrol (blowout) muka tepi beton dari tarik.
Baut angkur S16 mm x 5/8 in dari Tabel 8.19 -+ kt= LL ulir/in Kondisi batas ini diperlukan iika h"r> 2.5co, karena posisi baut
atau 0.433 ulir/mm. Untukpltch P = 25.4/77= 2.309 mm/ulir. angkur tidak dibatasi oleh tepi beton (to, = -) sehingga tidak
:t(L6-ffi)':148.5 mm2... (A-3-6AISC) perlu ditinjau.
A*,N
5. Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap tarik.
A,",r =f;(L6-0.9382*2.30s)2 :rso.s mmz.,.. .... (A-3-6MAIscJ
Baut angkur S16 mm mutu 4.36 F-.250 Empat baut angkur Q19 mm mutu 4'36
MPa dan F,4OO MPa. Panjang benJm h., F" 250 MPa dan F, 4O0 MPa. Panjang
benam h"r= 3OO mm, beton{'30 MPa,
= 100 mm, betonf"'30 MPa.
N,, = 180 kN dan %" = 4o kN
Note : tidak ada tulangan khusus, beton
retak dan bukan struktur tahan gempa. Note : tanpa tulangan khusus, beton
retak, bukan struktur tahan gempa.
Hitung kapasitas geser batas V dari angkur cor di tempat, di atas.
Hitung kondisi baut angkur cor di tempat tersebut jika dianggap
fawab: base-plate mampu mendistribusikan beban yang diberikan.
1. Kuatbautangkurterhadap geser fawab:
Baut angkur $16 mm s 5/B in dari Tabel 8.19 + il,= 1L ulir/in 1. Kuat baut angkur terhadap gaya tarik
atau 0.433 ulir/mm. Untukpifch P = 25.4/1L= 2.309 mm/ulir,
Baut angkur $19 mm x 3 /4 in dari Tabel 8.19 -+ nr= !0 ulir/in
n"",, =ff(to-W)' :148.5 mm2... ....... (A-3-6 Arscl atau 0.394 ulir/mm. Untukpifch P = 25'4/10= 2.54 mm/ulir'
n"u,, =f,{16-0.9382*2.309)' = 1So.a mm2 ... .... [A-3-6M Arsc)
A,",N--t(7s*W#)' =274'5"'m2..'.'."". (A-3-5AIsc)
Tabel 8.19 juga memberikan hasil yang mirip dari hitungan di A"",r =f,(te*0.9382+2.54)' =2769 mmz .. ...... (A-3-6MAlsc)
atas, untuk f 16 rnm x
d,= $f $ in maka.A",u = 145.3 m1j,z. Tabel 8.19 juga memberikan hasil yang mirip dari hitungan di
Q= 0.65.. (A36+bajadaktail terhadapgeser) atas, untuk $ 19 rnm d, = 3 14 in maka ^A,"., = 2L4.8 mmz.
=
kN N",:A"",N.f*,=AW:B5.BkN .. (D-2ACD
OVsq = O.O.6As",v .
furu = 22.7 .... (D-ze ACI)
a. Kuat geser baut angkur = 22.7 kN -+ menentukan. tp,6,y=0.7+o.eff;=o.t+0.3rffi=0.94 .... ...... (D-1oACD
b. Kuat jebol beton = N/A.
c. Kuat rompal = 76.7 kN U",iv = 1'0 .''... ' (beton retak)
Posisi angkur dipirtggir h"r= 300 mm < 2'5 co1 = 900 mm maka V,as =*Y u,vY ,,vY a,rV6:\'2x7x 1x l- x 1x1'48'3 = 178 kN
"a,vY
pengaruh ambrol muka tepi beton tidak perlu dievaluasi' . ... (tanpa tulangan, kondisi-BJ
Q= 0.7
). Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap tarik. ....... (angkurkelompok)
QV&s=0.7x178-124.6k1{....'
a. Kuattarikbautangkur;257 -) kN menentukan 8. Kuat rompal (pryout) beton terhadap geser
b. Kuatjebolbeton= 269 kN.
c. Kuatcabutbeton= 283 kN k"r= 2.0 (untuk /r", > 55 mm)
d. Kuat ambrol muka tepi beton = N/A Vro= k,o N., .. .... .. (D-40 ACI)
6. Kuat baut angkur kelompok terhadap geser N.o= N.r = 384.2 kN..... ....... (bautangkurcorditempat]
Salah satu upaya agar tidak terjadi rusak pecah belah saat 2. Kuat jebol (breakout)beton terhadap tarik
pemasangan maka spasi baut angkur minimum adalah 6d"(lt4
Posisi angkur dipinggir co, = 200 mm < 1.5 h"r= 450 mm maka
mm) dari angkur lain atau dari tepi beton'
pengaruh jebol beton perlu dievaluasi.
sr = sz = 250 mm dan co, = 360 mm semua lebih besar dari 6d"' Ar* =9tr =9x3002 :810,000. rnm2... .... ' " ' (D-s Acll
;idi risiko terjadi kerusakan pecah belah relatifkecil' Angkur kelompok c < 7.5 h s, < 3 h dan s, < 3 h
o, ", "rmaka
"f
,+r":(zrL.Shu, + sr)"(c,, +s, +1".5h,7)
Untuk c
o.^in
I 1.5 h,rmaka
r.fr,a,, =0.7+0 3W:0.7+0.3rffi:0.833 [D-10ACI]
=1.278x0.833xLx1x272'5 = 290 kN
Q N"f O.7x29O = 203 kN.. ... fangkurkelompok) hqrS dmaka I"=8d,= 152 mm ....(panlangtumpuangkur)
4. Kuat ambrol muka tepi (sideface blowout) beton dari tarik. Q = 0.7 .. (tanpa tulangan, kondisi-B)
c[V,un= 0.7x87 = 60,9 kN ..... (angkur kelompokJ
Posisi angkur dipinggir h"r= 300 mm < 2.5 co, = 500 mm maka
pengaruh ambrol muka tepi beton tidak perlu dievaluasi. 8. Kuat rompal (pryout) beton terhadap geser
5. Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap gaya tarik. kro= 2,0 (untuk /r", > 65 mmJ
= 4x33.48 = 134 kN .. 10. Interaksi gaya tarik dan gaya geser yang terjadi bersamaan.
.. [angkur ketompok]
7. Kuatjebol (breakout)beton terhadap geser Interaksi perlu dicheck karena rasionya lebih dari 20ol0.
Kasus 1 [Gambar 8.201) dimana st = 250 mm > cq].i = 200 mm Rasio gaya tarik Rasio gaya geser
dianggap Yz gaya geser dipikul ke-2 baut angkur paling depan Nu'
-
1Bo
- o.BB7 >>o.z Y*-= 40 =a.66>>a.2
pada luas bidang proyeksinya. Parameter kuat jebol beton oN, 203 dv, 60.9
terhadap geser diambTl cor.r= cor. Kasus ini dipilih juga karena
baut angkur tidak dilas secara kaku pada base-plate-nya. Chek interaksi sesuai ketentuan D-7 (AIC 201'1)
4, =(z"t.s,c,r,, + sr)!.lcor,, !:, * l* = o.BB7 + 0.66 = 7.5s >> 7.2 -+ Not oK. ., .... .. ... (D-42 ACrl
QN,, QV,
= (zx L.s xzoo + zs0)1.5 x 200 = 255,000. mmz
Ay,, = 4.5c2^ = 4.5x2O02 = 180,000. mm2 Diskusi : Konfigurasi base-plate ketika digeser ke pinggir pon-
+ _2SS,OOO. _1 L17 dasi menyebabkan kapasitasnya memikul beban iadi berku-
Av.. 180,000. rang secara drastis.
Note : tidak ada tulangan khusus, beton Kondisi batas untuk geser hanya terjadi pada perilaku keruntuhan
retak dan bukan struktur tahan gempa. jebol beton terhadap geser yang diambil alih tulangan hairpin'
Rencanakan baja tulangan yang diper- Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap geser.
lukan agar base-plate dengan kondisi a. Kuat geser baut angkrtr = 134 kN -+ menentukan.
beban yang sama dapat dipindahkan ke b. Kuat jebol beton yang diambil alih tulangan = 170 kN.
bagian pinggir seperti Soal No.4. c. Kuat rompal = 406 kN
|awab: Interaksi perlu dicheck karena rasionya lebih dari 20%'
Baja tulangan yang direncanakan dapat meningkatkan kapasitas Rasio gaya tarik Rasio gaya geser
dukung baut angkur kelompok di atas, menurut ACI (2011J dise- N,, vuo 4o :0.3>>0.2'
but tulangan angkur hairpin. Tulangan tersebut harus dipasang -
1Bo
- o.BBT >>o.Z :
dN" 203 ov, 1-34
sedekat mungkin dengan permukaan beton, dan bagian tekukan
harus dapat menempel langsung dengan baut angkur agar terjadi Chek interaksi sesuai ketentuan D-7 (AIC 201L)
transfer gaya yang efektif. Karena tulangan angkur hairpin hanya N" *vu'
memikul gaya geser maka kapasitas terhadap gaya tarik angkur -g.BB7+0.3 =L.IBT <<l.z -+ oK ... ...... (D-42ACr)
Gambar 8. 207 Pelat buhul bawah ,embatan rangka Transfield (koleksi pribadil
Balok girder
Detail pelat buhul jembatan Transfield termasuk cukup sederhana melintang
Umumnya di Indonesia, jika suatu bangunan mengalami masalah, Ini menarih jika dianggap jembatan selalu dalam kondisi terawat,
sangat susah mendapat dokumentasi desain yang dibuat. Evaluasi mengapa kondisi melengkung tersebut tidak terdeteksi dari awal.
hanya didasarkan uji test langsung. Meskipun mengatasi masalah, Konfirmasi yang ada, kondisi melengkung dianggap terjadi sejak
tetapi tidak bisa mengevaluasi cara perencanaan yang digunakan. awal jembatan dibangun, dari masa konstruksi. Bukan kerusakan
I
L10
nodal U10 dari rangka jembatan I-35W adalah berikut.
]
Gambar 8. 215 Keruntuhan pelat buhul yang teridentifikasi (NTSB 20081
t=1/2'1As)
Kerusakan titik buhul U10 terjadi pada kedua sisi rangka, polanya o =60>48 *NG
mirip satu sama lain. Kecurigaan terjadinya kerusakan adalah dari q-'I-
pelat buhul, didukung dengan kondisi tebalnya yang relatif lebih
q \ u,,-1,,
810
Bab 8. Sambungan Strulitur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 811
Kondisi tegangan pada Potongan B'B
sebab saat runtuh, jembatan sedang diperbaiki' Setelah diperoleh
gaya-gaya internal yang dianggap menentukan, ditinjau potongan Properti penampang, satu sisi pelat buhul saja (72 x 0.5 in).
A-A dan potongan B-B [lihat Gambar 8.278). Teori tegangan yang A-- bt =72x0.5:36 in2 ... (luas potongan)
dipakai adalah teori balok lentur. Meskipun tidak sepenuhnya valid, I* =$cb3 =5x0.5x723 =15552 in4........ ..... (inersiapotongan)
tetapi itu mencukupi untuk memeriksa apakah kondisi titik buhul L=
U10 adalah kritis, dibanding yang lainnva. S* = 1r / !=L5552 / 432 in3 . '... [nrodulus potongan)
M =2288x(#)"r+"(ffi)+1e7s(**)x 1+"(ffi) = :4118 k-in Selanjutnya tegangan yang terjadi pada potongan pelat buhul ter-
sebut dibandingkan dengan kapasitas pelat buhul berdasarkan
Tegangan pada satu sisi Potongan.
tegangan izin yang ditentukan AASHO 1961. Hasilnya berupa rasio
7o = ef A=!x130f50:1.3 ksi ftarik] tegangan yang terjadi terhadap kapasitasnya. )ika lebih dari satu
fa = M I s * = ! x 2s718 f 833 =22.9 ksi berarti overstress atau tidak mencukupi. fika kurang dari satu, ber-
arti OK atau tebal pelat buhul telah mencukupi'
fu-*n = v f A = + x27 n f 50 =27.2 ksi
Tabel 8. 23 Rasio kapasitas (R) pada potongan pelat buhul (Holt-Harman 2008J
f, =$ f,-*n = $x27 -2 = 40.8 ksi
Tegangan utama pada sumbu netral.
{b) 3D view
Prrebd-6*s
C F rrcbdcohpr.sb-
- (c) stres3 contour
Ir!;tr
F!$ 5l tO
a,l:* 4e.35
l;";.rr,20
i; 3ao5
*I** 341.90
Brst 15,73
w 20w
u,E 154S
,f#
E
Gambar 8. 221 Analisis makro titik buhul U10 (Hao 2010) Gusset plate
Meskipun hanya satu titik nodal, U10 tetapi analisis makro dengan
FEM adalah cukup kompleks. Gambar 8'221 sebelah kiri memper-
lihatkan kondisi real titik buhul, adapun yang sebelah kanannya Gambar 8. 223 Deformasi pelat buhul hasil simulasi FEM INTSB 2008)
adalah model FEM yang detail.
Simulasi FEM memungkinkan melihat kondisi deformasi inelastis
Zone (i) bendinginduced [permanen), bahkan bisa diperbesar 5 kali sekedar mendapatkan
compression dominates: pemahaman lebih baik (Gambar 8.223)^ jika kemudian dibanding-
kan dengan foto di Gambar 8.2L4 yang dibuat jauh hari sebelum
LI' bovring & buckling
Transfield yang dibahas sebelumnya, dimana diperlukan pelat pe- Gambar 8. 226 Distribusi tegangan maksimum (psi) pada pelat buhul (whitmore 1952J
nyambung tambahan untuk bagian pelat badan dan pelat sayap.
.tgstua.
*@StM BmffiY
llug&
-*M8trfl
Gambar 8. 229 Konsentrasi tegangan dengan alat uii berbeda (Whitmore 19521
Gambar 8.227 Distribusi tegangan geser (psiJ pada pelat buhul (Whitmore 1952J
Hasilnya tidak berbeda jauh, tegangan tarik/tekan maksimum ter-
Model pelat buhul yang diuji diberi lapisan cat khusus (stresscoat). jadi di ujung-ujung batang diagonal, tegangan geser di pertemuan
Ketika terjadi tegangan tarik akan memperlihatkan jumlah retak batang horizontal-diagonal. Selanj utnya Whitmo re (79 52) menga-
sesuai dengan besarnya tegangan. Terhadap tegangan tarik, retak- jukan usulan, yang melambungkan namanya, dalam memperkira-
nya adalah tegak lurus arah gaya. Gambar 8.228 memperlihatkan kan tegangan maksimum pada pelat buhul, sebagai berikut.
retak pada pelat buhul yang dapat menunjukkan aliran gaya dari
batang diagonal kiri menuju batang horizontal sebelah kanannya.
Pelat buhul yang menempel batang horizontal sebelah kiri, tidak
memperlihatkan retak. Itu menunjukkan bahwa aliran gaya pada
batang horizontal adalah tidak melalui pelat buhul, tetapi batang
itu sendiri. Kondisi berbeda tentunya jika ada sambungan. Intensi-
tas retak begitu rapat di ujung batang diagonal sebagai bukti bah-
wa konsentrasi tegangan maksimum di daerah tersebut'
?oo
ioo
d
i""
+
loo
l"o