Anda di halaman 1dari 118

<< Menghitung QM,dengan tabel >>

Bab B
15. Tabel 6.9 pada Bab 6
Sarnbungan Struktur

QMn= co@Mo- BF'(Lb- L) < OMp

QM,= 7.0 (316 - 11.4 (4.8 - 3.9) s 316 8.1. Pendahuluan


QM,= 305.7 s 316maka 0M, = 305.7 kNm
Struktur baja terdiri dari elemen-elemen kecil yang digabung satu
dengan lainnya mernbentuk elemen struktur lain yang lebih besar.
<< Menghitung interaksi gaya aksial dan momen lentur >> Elemen terdiri Cari profil baja, yang bentuk dan ukurannya relatif
tertentu. Proses pabrikasi di bengkel kerja dengan alat bantu yang
Pr presisi dan sistem pengawasan yang baik, agar mutunya terjaga.
15. iika -0.z26>o.z maka:
' P"-641'34
7967
Setelah proses pabrikasi selesai, elemen-elemen tersebut diangkut
,, ftransportasi) ke lapangan untuk perakitan (erection) sesuai ren-
P,*9(*^ *Iol=r.o
9LM.* Mo ) cana, Ukuran elemennya dibatasi oleh kapasitas truk pengangkut,
mesin derek (crane), atau infrastruktur jalan yang dilalui. Sistem
66'14 sambungan penting untuk erection, jenisnya dipilih agar proses
o.zze *B( = + ol 0.51s < 1.0 oK pelaksanaan dan pengawasan dapat dilakukan dengan baik. Untuk
e t 30s.2* ) menghindari masalah, simulasi perakitan sebelum dikirimkan ke
----?;G
lapangan sangat perlu, lihat Gambar 8.1. Ini banyak dilakukan pa-
da jenis konstruksi yang massal dan repetitif jumlahnya. Apalagi
Diskusi : selanjutnya beban terfaktor (ultimate) akan dianalisis jika lokasi proyek jauh di daerah pedalaman, misalnya pembttatan
ulang dengan program komputeS SAP2000 + opsi non-linier P-A jaringan jalan dengan jembatan-jembatan penghubuugnya.
(cara analisis nonlinier yang rasional atau bukan cara pendekatan),
dan hasilnya akan dibandingkan dengan di atas :
lmmt 1^Nr-(N.mmJ I "6"."^
r1$;;;1i'l':: ':..'.!Aiia.r,:;
::,.-iRr:

4.8 18.6353 -t.2a2l 66,000,000. -2.499705 L2A2l37 66,000,000. 1

3.6 to.4a24 -0.9616 66,000,000. -1.403551 -0.961603 6529A46L.46 0.98937


2.4 4.5588 -o.6411 66,000,000. -0.622998 -0.541068 6479A907,47 0.98180
1.2 t.164i -0.3205 66,000,000 -0.155629 .0.320534 64499791.60 4,97727
0 0.000( 0.0000 65,000,000. 0.000000 0.000000 -64400189.00 0.97576

Note : R ratio Muoo / M" atau sama denga\ Br' 1.0 yang berarti
pengaruh P-A tidak menentukan. Cara pendekatan iuga memberi
prediksi yang mendekati, yaitu Bz= t'OOZt (konservatif).

Gambar 8.1 Simulasi perakitan struktur dan sambungannya [www.diikstaal.nlJ

590 Bab 7. Batang Portal Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 591


Jenis-jenis alat sambung pada konstruksi baja adalah paku keling
(rivet), baut dan las. Sambungan untuk pabrikasi adalah las, yang
relatif murah dan kekuatannya sangat baik bila dapat dikerjakan
di bawah kontrol mutu yang tepat. Alternatif alat sambung lainnya
saat ini adalah baut mutu tinggi, yang dari segi biaya, kepraktisan
dan kinerjanya sudah mengungguli alat sambung paku keling'
Alat sambung untuk erection di lapangan adalah baut, dipilih kare-
na mudah dilaksanakan tanpa inspeksi yang rumit, cukup secara
visual semata. Sambungan las lapangan harus dihindari, khusus-
nya struktur utama. Bila terpaksa, itu harus dilakukan oleh tukang
yang ahli dan di bawah kontrol mutu yang ketat, misalnya test uji
acak beberapa titik dengan peralatan khusus. Sistem paku keling
sudah usang, fungsinya telah digantikan oleh baut mutu tinggi.
Pemilihan jenis dan pembuatan detail sambungan adalah ciri khas
perencanaan konstruksi baja. Maklum jenisnya sangat bervariasi
dan hanya dibatasi oleh imajinasi insinyur. Ini dipahami benar oleh
Gambar 8,3 Cinderamata Patung Baja AISC [Helmreich 2008).
para profesional mancanegara, misalnya AISC membuat alat peraga
pendidikan agar imajinasi siswa terarah. Bahkan karena ukurannya Sistem sambungan untuk struktur baja relatif istimewa dibanding
yang besar dan berat sampai dibuat permanen sebagai patung struktur beton yang tidak mengenal istilah sambungan. Maklum
(sculpture) di banyak kampus di Amerika fGambar 8.2). pada umumnya konstruksi beton adalah cor di tempat. Komponen
pada struktur baja berbeda, tidak bisa dibuat sekaligus, tetapi
dalam berrtuk elemen-elemen lepas yang dirakit dan disambung
di lapangan. Adapun jenis sambungan yang dipilih mempengaruhi
kekuatan, biaya, cara atau metode kerja dan waktu pelaksanaan.
Pada tahap perencanaan, pemilihan jenis sambungan akan mem-
pengaruhi strategi analisis struktur yang dipilih, khususnya dalam
menyiapkan pemodelan struktur. Untuk jenis sambungan berbeda
maka distribusi gaya-gayanya dapat juga berbeda. Oleh sebab itu,
jika dipakai jenis sambungan yang tidak sama antara perencanaan
dan pelaksanaan maka perlu perhatian khusus. Kondisi seperti itu
bisa menyebabkan kinerja struktur secara lokal atau keseluruhan
akan berkurang, bahkan bisa memicu terjadinya kegagalan total.
Terjadinya perbedaan detail antara rencana dan saat pelaksanaan
umumnya terjadi akibat masalah praktis di lapangan, misal tidak
Gambar 8.2 Patung Baia AISC [internet berbagai sumber)
ditemukan ukuran baut yang direncanakan. atau akibat dipilihnya
Dipilihnya seni untuk media pembelajaran bidang rekayasa tentu jenis sambungan yang memerlukan persyaratan khusus adapun
bukan hal yang mengada-ada, maklum keduanya perlu imajinasi bengkel pembuat mempunyai keterbatasan, baik alat atau s.d.m.
dan kreativitas. Hanya saja di bidang rekayasa setiap imajinasinya Itu menyebabkan detail desain awal dimodifikasi atau disesuaikan
harus mengikuti hukum alam yang berlaku. Bentuk patung AISC di dengan detail la.in, yang dianggap biasa dikerjakan, tanpa melihat
atas sangat populer bahkan dibuat versi cinderamata, Gambar 8.3. terlebih dahulu prinsip-prinsip rekayasa yang mendasarinya.

592 Bab 8. Sambungan Struktu Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 593


8.2. Kuat Minimum Sambungan B.3. Las
Fungsi sambungan adalah mengalihkan gaya-momen internal dari 8.3.7. Umum
satu komponen struktur ke komponen lain sehingga pembebanan Las (welding) jika dilakukan secara bena! merupakan suatu cara
dapat diteruskan ke pondasi. Setiap komponen struktu4, termasuk penyambungan logam yang relatif sempurna. Logam sarnbungan
sambungan harus direncanakan minimal sama atau lebih besar seakan-akan dapat menjadi seperti satu kesatuan lagi. Oleh karena
dari gaya internal tadi, atau sekuat profil yang disambung. itu las adalah satu-satunya cara yang dapat dipakai menyambung
AISC [2010) tidak memberi ketentuan bahwa sambungan harus pipa logam seperti yang terlihat pada Gambar 8.4.
direncanakan sekuat profil. Hanya saja untuk sistem struktur yang
direncanakan berperilaku inelastis, seperti portal daktail struktur
tahan gempa, maka kekuatan sambungan tidak boleh lebih lemah
dari batang yang disambungnya. Itu perlu karena ketika satu ba-
gian mengalami kondisi inelastis akan terjadi redistribusi momen.
Jika ada bagian mempunyai kekuatan yang lebih kecil dari batang
yang disambung, bisa saja terjadi perubahan lokasi sendi plastis
dari yang direncanakan. Jika terjadi, perilaku keruntuhan struktur
bisa berbeda dari yang diharapkan dari semula.
Sambungan sebaiknya tidak ditempatkan pada bagian yang akan Gambar 8.4 Sambungan las pipa aluminium tsumber : benkrasnow.blogspot.com)
mengalami sendi plastis. Ini penting karena mekanisme distribusi
Adapun definisi las adalah proses penyambungan logam (bisa juga
tegangan sambungan itu sendiri biasanya telah memanfaatkan
non-logam) dengan membuat bagian yang disambung melebur
perilaku inelastis daktail bahannya. Ingat asumsi mengapa gaya
dapat dianggap terbagi merata pada semua bautnya. Tanpa ada lcoalescence) menjadi satu kesatuan, dengan salah satu cara: [1]
memanasinya sampai temperatur tertentu, dengan atau tanpa
perilaku daktail bahan material yang disambung, tentu itu tidak bisa
tekanan; [2] pemberian tekanan saja (tanpa pemanasan), dengan
terjadi. )adi ketika ada gaya gempa yang menyebabkan overstress
atau tanpa bahan pengisi (bahan penyambung). Definisi tersebut
atau inelastis pada sambungannya, maka perilaku keruntuhan tentu sangat luas karena merujuk pada American Welding SocieQt
bisa berbeda. Keruntuhan bisa bersifat nondaktail, yang ticlak
diharapkan. Itu alasannya mengapapada perencanaantahan gempa, [Connor 1987), yang mencakup berbergai macam jenis las, seperti
daripada merencanakan mekanisme keruntuhan sambungan yang lal Arc Welding, [b] .So1id State Welding, lc) Soldering, ldl Resistan-
ce Welding, [e] Allied Processes, [f] Oxifuel gas welding, fg) Brazing,
kompleks sifatnya, maka lebih baik dipilih sambungan masih dan [h] las yang spesial, misalnya electron beam welding,laser beam
berperilaku elastis saat gempa, yaitu dengan memberikan faktor welding dan sebagainya. Tentu saja uraian lengkap tentang berbagai
aman yang tinggi saat perencanaan. Itu juga berarti kekuatan macam las tersebut adalah di luar konteks buku ini.
sambungan dianggap lebih besar dari batang yang disambungnya.
Dari berbagai jenis las tersebut,yangbanyak dipakai oleh industri
Pada konstruksi baja, stabilitas adalah sangat penting, kadang kala
adalah Arc Welding. Suatu terminologi umum yang merujuk pada
diperlukan batang struktur tambahan yang dari hasil analisisnya berbagai teknik las dengan busur-listrik (arc) sebagai sumber
adalah batang nol [tidak bekerja menyalurkan beban), hanya di- panas untuk melebur bagian logam yang disambung, misalnya : [1]
perlukan agar konfigurasinya stabil. Untuk hal-hal seperti itu, atau arc stud welding,l2l gas shielded stud welding,l3f submerged arc
batang lain dengan gaya batang yang relatif kecil dibandingkan welding, l4l gas tungsten arc welding, f5) gas metal arc weld-ing,
ukuran penampang yang dipasang, maka AISC menetapkan bahwa
[6] shielded metal arc welding, f7l atomic hydrogen welding,l8] arc
sambungan batang harus direncanakan terhadap beban terfaktor spot welding,l9l arc seam welding, l70l carbon arc welding, 1L1l
minimum 44 kN [10 kips), kecuali elemen lacing, sag-rod dan girts twin carbon arc welding, 11,21 gas carbon arc welding, l13l shielded
[1L.7 AISC L994/1999). Hal ini di AISC 12005/2oL0) tidak ada. carbon arc welding (Sumber : US Army 1,993).

s94 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 595


8.3.2. Las Busur ListriktiPe SMAW Kawat-las (electrode'1 untuk pengelasan terdiri dari batang Iogam
pengisi (penyambung) yang dibungkus campuran kimia, Jlux',ltu
secara
Las busur-listrik tipe yang paling sederhana dan dikerjakan .uUuUnyu kawat-las disebut juga sebagai kawat-las-terbungkus'
manual adalah sniided metal arc welding (SMAWJ, Gambar 8'5'
panjangnya g" - 78" dan diametet 3 f 32" - 3 /8"'

Gambar 8.7 Kawat las dan kemasannya (sumber : wwwelding com au]

Wikimedial Seperti umumnya sambungan, maka kekuatannya ditentukan oleh


Gambar 8.5 Las busur-listrik tipe SMAW (sumber :
juga
nagian terlemah. Oleh sebab itu jenis kawat las yang dipakai
Disebut paling sederhana karena las busur-listrik SMAW hanya halus menyesuaikan, jenis logam pengisi harus berkekuatan lebih
perlu kawat-l-as (electrode), mesin las (pembangkit listrikJ' dan besar dari logam yang disambung. Itu diperlukan sebab spesifikasi
hasil kawat las bisa bermacam-macam, sebagai cot]toh Iihat Tabel 8.1.
aksesori pelengkap. Meskipun demikian, untuk mendapatkan
yang baik perlu operator atau tukang yang ahli' Secara umum kon-
Tabel 8.1 Contoh spesifikasi kawat las
iiguiasi peralatannya seperti pada Gambar 8'6'
f'j$Pa) lMtlP :.
'operator las
Austarc 12P 450 500 E6013 semua posrsl
Austarc 13S 450 520 E6013 posisi bawah dan atas
Austarc 16TC 460 560 E7016 kadar hidroeen rendah
Austarc 1STC 530 602 E70 18 hidrogen terkontrol
Austarc 24 416 510 E7024 untuk las keceDatan tinggi
Crtrt"" : Austarc adalah merk dagang Welding Industries
of Australia

pemilihan kawat las ternyata tidak ditentukan oleh kuat mekanik-


nya saja. Ada lainnya, seperti misalnya posisi pengelasan' Maklum
tidak setiap kawat las cocok. Untuk itu biasanya terdapat petunjuk
pada posisi apa kawat las itu dapat dipakai' Lihat Gambar 8'8'

(sumber : www.weldcor.ca]
Gambar 8,6 Peralatan las busur-listrik tipe SMAW

Lasbusur.listriksMAwyangperalatannyarelatifsedikititutentu au)
Gambar 8.8 Simbol posisi pengelasan pada kawat las [sumber : wwwwelding'com
relatif ekonomis untuk diadopsi. Apalagi sifatnya yang portabel
yang
ientunya sangat cocok digunakan pada peikerjaan konstruksi Note : F = fillet weld (las sudut), dan G= groove weld (las tumpul)
umumnya iuga bersifat mobile.

Bab 8. Sambungan Struktur wiryanto Dewobroto' struktur Baja s97


596
Pengetahuan memilih kawat las yang tepat, pengaturan mesin las, 8.3.3. Jenis Las Dari Segi Pengerjaan
sekaligus ketrampilan pengelasan itu sendiri, adalah kompetensi Las busur-listrik tipe SMAW dapat dipakai menyambung berbagai
utama dari seorang tukang las, yang diperoleh dari pelatihan dan jenis logam, seperti baja karbon, paduan {alloy), stainless-steel,
pengalaman. Kompetensi tersebut umumnya dapat diketahui dari besi tuang, aluminium, tembaga dan nikel. Karena itu las dianggap
sertifikasi keahlian dan juga daftar pengalaman yang dimilikinya. sebagai cara penyambungan baja yang relatif sempurna, tidak ada
pengurangan luas penampang atau mutu material. Misalnya untuk
Karena mutu pengelasan banyak ditentukan oleh prosesnya maka
menjadi kebiaiaan, bahkan ada yang dijadikan persyaratan bahwa menyambung baja A36 (Fy 240 MPa) maka logam pengisi fkawat
las) mutunya lebih tinggi [{ 450 MPa), lihat Tabel 8.1, sehingga
Ias hanya dipakai untuk sambungan komponen baja di bengkel-
ketika keduanya melebur jadi satu kesatuan, kekuatan sambungan
kerja dan bukan di lapangan (proyekJ. Alasan yang mendasari, jika
ditentukan yang terlemah, yaitu elemen baja yang disambungnya.
di bengkel-kerja maka akan tersedia infrastruktur dan ruang yang
memungkinkan komponen ditempatkan pada posisi ideal. Selain Jika dari segi mutu bahan tidak ada masalah, juga tidak ada syarat
itu, jika di bengkel-kerja maka kepastian dikerjakan oleh tukang perlunya reduksi penampang untuk pemasangannya, maka yang
yang ahli, akan lebih besar persentasenya. Logikanya, tukang ahli menentukan kekuatan sambungan las adalah cara pemasangan
tentu perlu digaji lebih besar dari tukang biasa. Karena perusaha- las terhadap gaya yang bekerja dan dimensi las itu sendiri saja.
an tidak mau rugi, perlu dilakukan spesialisasi pekerjaan, tukang
Berbicara tentang pemasangan las maka akan banyak variasi yang
tersebut hanya mengerjakan pekerjaan yang sesuai keahlian, dan
dapat dibuat. Meskipun begitu jika ditinjau dari segi kekuatannya
sebanyak mungkin. Ini tentunya hanya terjadi jika tukang ahli ter-
maka ada dua ciri-ciri pokok yang menentukan, yaitu las tumpul
sebut menetap di bengkel-kerja, dimana order pekerjaan menda-
(butt-weld), dan las sudut (filletweld),lihat Gambar 8.10.
tangi tukangyang ahli dan bukan sebaliknya. Karena alasan itu pula,
kemungkinan besar tukang las yang dikirim ke lapangan bukan
yang paling ahli, karena yang ahli tentunya menyelesaikan order
pekerjaannya yang menumpuk di bengkel kerja. Selain itu juga,
karena infrastuktur tidak mendukung (karena di lapangan) maka
posisi pengelasan menjadi tidak ideal (menimbulkan kesulitanJ. al. las tumpul (butt weldJ (fillet weld)
bl. las sudut ffillet weldl
Akhirnya mutu pengelasan menjadi "tidak baik". Gambar 8.10 jenis las ditinjau dari segi pemasangannya

Untuk memahami cara kerja las, khususnya las busur-listrik tipe Ciri-ciri las tumpul (butt weld) bahwa las dikerjakan pada bagian
SMAW akan bekerja ketika bagian ujung kawat las sebagai ujung penampang langsung sehingga kedua ujung elemen melebur dan
katode dan bagian logam sambungan sebagai ujung anode listrih tersambung menjadi satu kesatuan. Untuk maksud tersebut kare-
saling bertemu. Lihat Gambar 8.9. na penetrasi las pada logam terbatas, maka untuk tebal pelat lebih
dari t 5 mm perlu pekerjaan persiapan, pembuatan alur (bevel)
bentuk V atau U. Itu bisa dari satu sisi saja atau dua sisi secara
sekaligus, tergantung ketebalan pelat, seperti Gambar 8.11.
bagian inli kawat las
0ogam pengisi)
perisai atmosftr
r-16------?
I l\-o ro rnel
tnelebumya logam
tetesan log6m pengisi dao dag ---Jrl-s"--
B-Dqrsa-v
lapis slag msr€eras 45 DEC

hasil pengelasan kedalaman penetrasi

logam dasar
c-sr}Gila-o D.Df,JBI.E.U
Gambar 8.9 Mekanisme peleburan logam dengan las busur-listrik tipe SMAW
(Sumber: US ArmY 1993J GambarS.llBentukalurpadalastumpuluntukpelattebal-unitINCH [USArmy1993J

Wiryanto Dembroto - Struktur Baia


598 Bab 8. Sambungan Struktur s99
Pembuatan alur tersebut hanya diperlukan untuk proses pabrikasi 8.3.4. Simbol Gambar las
saja, sehingga ketika proses pengelasan sudah selesai maka untuk
Setelah dilakukan perhitungan, perlu diungkapkan dalam gambar.
ukuran ketebalan las yang sama, meskipun bentuk alur berbeda,
Untuk itu simbol standar dari AWS dapat digunakan. Pada uraian
kekuatan sambungan las yang dihasilkan akan sama pula.
ini hanya diambil secukupnya terkait las tumpul dan sudut, yang
Karena logam pengisi mempunyai kekuatan yang lebih besar dari biasa digunakan pada pekerjaan konstruksi saja.
logam dasarnya (harus dipastikan), maka secara teoritis kekuatan
Tabel 8.3 Simbol las dan aplikasiny'a (AWS 2000)
sambungan las tumpul, adalah sama seperti penampang aslinya.
fenis las ini dipakai untuk penyambungan elemen profil baja yang
terbatas panjangnya. Maklum karena kuat sambungan lebih besar
iifiii'I|d -r{ l- tl6
fiffiltllffil.rlal
dari batang yang disambungnya maka kondisinya dapat dianggap Las sudut
f-l I -qe
seperti batang utuh tanpa sambungan.
Tidak setiap elemen-elemen yang disambung dapat ditempatkan
1- sisi saja
r-r.++
secara sebidang. Untuk itu maka jenis las sudut menjadi alternatif
karena banyak variasi yang dapat dibuat, lihat Gambar 8.12. Las sudut
2-sisi sama

WW
Gambar 8.12 Aplikasi sambungan dengan las sudut (US Army 1993)

Karena posisi las sudut adanya di bagian luar penampang, serta


Las sudut
2-sisi berbeda

Sekeliling
profil WF
disambung
r/.n
'"L__l[
H ts38
ll---;*

ketebalannya bisa bervariasi, maka kekuatan nominal sambungan dengan las


sudut ke pelat
dapat bervariasi pula. Selain itu, orientasi Ias yang tidak langsung
menyebabkan tegangan internal las adalah tegangan gesec yang
landasanan
ffi=
kapasitasnya lebih rendah dibanding tegangan tarik. Oleh sebab
itu pemilihan sambungan las sudut perlu direncanakan (dihitung) Las tumpul
terlebih dahulu apakah tebal yang dipilih telah mencukupi. alur-V ganda

Selain persyaratan kekuatan, ternyata ukuran las dan tebal pelat


terkecil yang dilas mempengaruhi proses pendinginannya. ]ika las Las tumpul
terlalu kecil maka bisa saja terjadi pendinginan secara cepat. Hal alur-V tunggal
itu akan menyebabkan material baja menjadi lebih getas (brittle).
Untuk itulah, AISC (2010) menetapkan ukuran minimum las sudut Las tumpul dan
untuk suatu ketebalan pelat tertentu yang disambungnya. sudut sekaligus
antara batang
Tabel 8.2 Tinggi las sudut minimum (AISC 2010) bulat baja
dan pelat
landasanan

Catatan : unit satuan dalam inch, dapat diubah sesuai kebutuhan.


13mm-19mm

600 Bab 8. Sambungm Struldur Wiryanto Dewobroto - Strukur Baja 601


8.3,5, Bukti Keandalan Sistem Las Ada petunjuk praktis (Blodgett 1975J untuk sambungan sekuat
Setelah mempelajari teori dan detail sambungan las, kinerja hasil profil, maka cukup disediakan las sudut rninimal 75olo tebal pelat.
uji tarik eksperimental yang ada perlu dilihat dan dipelajari juga. Uji ernpiris membuktikannya [Gambar 8.14), bahkan masih aman
sampai tinggi Ias sudut hanya 62.50/o dari tebal pelat atau 5/16".
Hasil uji eksperimental dapat jadi petunjuk bagaimana bagusnya
sistem sambungan Ias dibanding sistem sambungan lain. Blodgett Kegagalan baru terjadi jika tinggi las sudut hanya 507o tebal pelat,
(7976) menguji empat kelompok sambungan las, masing-masing yaitu:^/+", sehingga putus pada sambungan las. Meskipun demikian
mewakili ketidak-sempurnaan pekerjaan, yaitu [1] undercut (ada tegangan maksimum las adalah 12,300 lbs / per linier incft atau
pengurangan tebal pelat akibat panas); fZf undersize fukuran las sekitar 5 x lipat tegangan ijin per lnclr untuk las a/+" menurut AWS,
yang kurang dari spesifikasinya); l3l lack offusion [peleburan logam yaitu sebesar 2400 Ibs (Blodgett 197 6).
yang tidak menyeluruh); dan [4] porositas fadanya rongga-rongga). Kondisi itu menunjukkan bahwa faktor keamanan (SFJ untuk las
Hasil ujinya masing-masing adalah sebagai berikut. relatif sangat tinggi, bandingkan dengan faktor keamanan baja
berdasarkan cara ASD (Allowable Stress Design), yaitu SF = 1'5
terhadap {. Iita rasio Fuf Fr= 450/240 = 1.875 maka SF terhadap
keruntuhan hanya 2.8725,' jauh lebih kecil dari las, yaitu 5. Itu
berarti profil baja dengan sambungan las jika diuji tarik sampai

petatw
3,&3,3_
-* lo.*o
putus, maka yang gagal terlebih dulu adalah bagian profil utuhnya'
Tentu sa;a jika sambungan las tersebut dikerjakan dengan baik.
Uji berikutnya adalah sambungan las tumpul yang umum dipilih
36r
reduksi penampang
(dalam %)
7.6o/r
JK'JK
9.6% 15.9%
untuk sambungan sekuat profil. Hal yang dilihat adalah pengaruh
lack of fusion atau logam yang tidak melebur secara sempurna.
Bagian logam yang tidak melebur sempurna dianggap terjadi pada
Gambar 8.13 Uii sambungan terhadap pengaruh"undercut" (Blodgett 1976)
sekat pemisah alur ganda (Gambar 8.15)' Tebal bagian tersebut
bervariasi, untuk simulasi bagian yang tidak melebur sempurna,
Gambar 8.13 menunjukkan empat sampel uji untuk mengevaluasi yaitu mulai dari 12.5o/o sampai 31o/o dari tinggi penampangnya.
pengaruh undercut. Sampel pertama utuh, sampel yang undercut
adalah yang ke 2, 3 dan 4 dimana luas penampangnya berkurang
sampai 157o (maksimum). Hasil uji menunjukkan bahwa pada ke-
seluruhan sampel (utuh dan undercut sampai tSo/o), bagian yang
putus adalah bukan di sambungan las tetapi di bagian pelat utuh.

TAM
,-,HLdLdL#L
hlattadkMs 29,0@ 29,000 ?9,@ 26;600

Gambar 8.14 Uji sambungan terhadap pengaruh "underslze" (Blodgett 7976)

602 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 603


Semua sampel uji putus di bagian pelat utuh, kecuali yang 3!o/o, Untuk sambungan konfigurasi lain, perlu diperiksa tegangan geser
putus pada sambungan las. Itu artinya pengaruh panas las mampu yang terjadi pada las. Untuk itu perlu dipelajari tentang detail
meleburkan logam sampai kedalaman 25o/o. Lebih dari itu, yaitu penampang las sudut sebagaimana terlihat pada Gambar 8.17.
tebal sekat 3to/o, maka panas las tidak bisa menjangkau sehingga
logam tidak melebur sempurna, dan sambungan las menjadi lebih u.iuog siku atas

lemah dibandingkan kekuatan penampang utuhnya. lebal kilis - nktlal


g pernu,(aan las
Tinjauan terakhir adalah adanya porositas akibat proses las yang g trebal kdtis - tsritis
tidak sempurna. Porositas sampel dilihat dengan alat radiograph. siku bawah

fusian zone p€tmukaan logam asal

Gambar 8. 17 Karakter penampang las sudut

Bentuk aktual di lapangan bisa berbeda dari Gambar 8.17, tetapi


yang penting dari penampang las sudut yang ditinjau adalah dapat
dibuat bentuk segitiga (garis putus-putusJ. Untuk itu tentu perlu
diperiksa ujung siku atas dan ujung siku bawah, bagian las yang
berlebihan diabaikan, tetapi tidak boleh kurang. Dimensi las sudut
ditentukan dari tinggi segitiga. Adapun bagian yang perlu ditinjau
tegangan gesernya adalah throat yang merupakan tebal kritis atau
potongan penampang terkecil dari bentuk segitiga tersebut.

Garnbar 8.16 Pengaruh porositas pada sambungan las (Blodgett 7976)

Sampel #1 jumlah porositas lebih banyak dibanding sampel #2


yang dianggap utuh (tanpa porositas). Meskipun demikian, kedua
sambungan tadi ketika diuji tarik sampai putus maka ltang gagal
adalah bagian pelat (baja) dan bukan pada sambungan las yang
mengandung porositas.
8.3,6. Perencanaan Sambungan Las
Gambar 8.18 Dimensi las sudut untuk perhitungan tegangatl geser
Berbagai uji eksperimen menunjukkan bahwa dengan las dapat Prinsip perhitungan las relatif sederhana. Jika dimensi las sudut
dengan mudah dibuat sambungan yang kekuatannya sama seperti
seperti Gambar 8.18 maka tegangan gesernya adalah r = P/(L,t),
batang utuh, misalnya dengan las tumpul dengan ukuran sama' harus lebih kecil dari r .. . Menurut AWS D1.1 maka r ... = 0.4 o
Pengawasan lebih ditekankan kepada proses kerjanya, memasti-
logam dasar, Itu tentun/l mengacu konsep p".".,.rrrr'f, elastiJ
kan bagian-bagian tersambung sesuai rencana, dan jangan lupa berdasarkan beban kerja (tanpa beban terfaktor). Untuk LRFD-
prosedur menghindari timbulnya retak akibat perbedaan suhu. Ini
AISC dengan beban terfaktor; P, maka kuat nominal las sudut :
biasanya terjadi pada bagian terkekang dan pelat tebal.
Adapun sambungan dengan las sudut perlu direncanakan terlebih
P,< O R, dengan Rn= Fr*A*. ... 02-3 AIscJ

dahulu, karena ukurannya bisa bervariasi, baik dari segi panjang dimana Q=0.75, A*"=t.L (lihat Gambar 8.18), F,*=0.6Fro, dan Fro
atau tebalnya. Khusus sambungan las sudut dengan konfigurasi adalah kuat tarik kawat las, untuk mutu E50xx, Ftnr= 430 MPa;
seperti Gambar 8.14, maka petuniuk praktis dari Blodgett (797 6) untuk E7O><x , Fztx = 490 MPa; cian untuk EBOxx, FDtr = 5,50 MPa
dapat dipakai, agar sambungan las dapat sekuat pelat maka harus (AWS D1.1-2008). Bandingkan dengan kawat las pada Tabel 8.1,
disediakan las sudut dengan tinggi minimum 0.75 tebal pelatnya. maka nilai di atas cukup konservatifdipakai pada perencanaan.

Bab 8. Sambungan Strul$ur Wiryanto Dewobroto - Stuktur Baia


604 605
8.3.7, Contoh Sambungan Las Profil 5rang disambung dengan las balans, lebih panjang. Bisa juga
panjang las-perlu dibagi dtta sama paniang atau las tidak-balans'
Rencanakan sambungan las profil baja siku tunggal L100x100x10
Panjang las perlu 374/2 = 787 mm + dipakai 200 mm.
dengan pelat bghul yang relatiftebal.
sV
lawab : Material baja mutu Bl37 (Fy= 240 MPa dan { = 370 MPa) 24.2
untuk profil siku dan pelat. Profil siku mengacu SNI 07-2054-2006 +:--j--
yaitu L100x100x10 dengan A = 1900 mmz, posisi titik berat profil L100x1OOx10
C* = C, = x = 28.2 mm. Tebal pelat buhul dapat dipilih lebih besari
sehingga hanya kekuatan profil siku yang perlu dievaluasi. Orien-
tasi sambungan mampu memikul gaya tarik dan tekan. Agar aman
dipilih kuat tarik berdasarkan kriteria leleh penampang utuh.
6P
tnyS =O.9F A .........(D2-1 ArSC) Gambar 8.20 Sambur.gan batang tarik - las sudut

QP,= 0.9x240x1900/1000 = 47'l- kN -+ {.ou" Check shear-lag sebab hanya satu sisi profil siku yang tersambung.
Itu berarti kuat sambungan las harus lebih besar dari 411 kN. U = 1- x/L = t - 28.2/200 = 0.859
Tebal profil siku 10 mm, tinggi las minimum = 5 mm (Tabel 8.2). A"= UAn = 0,859x1900 = 7632 mmz
Mengacu saran Blodgett (1,976) maka tinggi las sudut t 75o/o tebal
pelat yang disambung, dipilih tinggi las 8 mm. Mutu kawat las E6Oxx QP,= 0.75*37Ox7632/L000 = 453 kN >> P, maks (411kN).OK
(Fro= 430 MPa), sehingga Fn*= 0.6Fro= 258MPa, maka kuat las Kapasitas profil L setelah memperhitungkan shear-lag masih lebih
per-mm panjang i ARn= 0.75x258x0.707x8x7/L000 = 1.1 kN/mm. besar dari kuat profil pada kondisi leleh. Shear-lag tidak dominan.
Panjang perlu las sudut adalah P,-o*/ QRn= 411 / t.t = 374 mm, CATATAN : Panjang las di kedua sisi profil siku dibuat sama besar
dan akan ditempatkan secara ideal agar tidak terjadi eksentrisitas. fGambar 8.20) agar detailnya lebih sederhana dan ekonomis.
Tinjau sisi terpendek terhadap titik berat, berjarak a = 28.2 mm
panjanglas L; sisi lainnyaberjarakb = 100 - a=7L.8 mm dengan
panjang las 374 - tr . Tinjau keseimbangan terhadap garis berat,
yaitu: ctxL=bx(374 -tr) sehinggaL=374b / (a + b) atauL =
374x7L.8/(28.2+7L.8) = 269 mm dan sisi,lain 37 4 - L = 105 mm,

a). Las balans tefiadap sb. netral b). Las lidak balam teiladap sh. netml

Gambar 8.21 Posisi las terhadap sumbu netral batang (AWS 2008J

Pada kondisi las tidak-balans, pusat berat las eksentris terhadap


pusat berat profil siku. Pada kondisi elastis besarnya tegangan
pada kedua sisinya tidak balans, atau berbeda pada tiap sisirtya.
Jika dipilih perencanaan cara LRFD hal itu dapat diabaikan karena
Gambar 8.19 Sambungan profil L dengan las-baians
tinjauan tegangannya dalam kondisi batas atau ultimate. Seperti
Pada konfigurasi las balans [Gambar 8.19) tegangan las setiap sisi diketahui pada kondisi batas, umumnya ditinjau sampai kondisi
akan berimbang. Ini konfigurasi ideal untuk sambungan las yang leleh fyielding) yang menimbulkan redistribusi tegangan. Oleh
berisiko tinggi terhadap bahaya fatig. Selaniutnya bagian lain yang sebab itu hasil akhir tidak akan ada perbedaan antara kuat batas
kosong boleh diberi las pengisi, sehingga tegangan las pada bagian sambungan las yang balans atau tidak balans, dan itu dijelaskan
tersebut akan lebih kecil, tetapi biayanya bertambah. oleh AWS [2008).

606 Bab 8. Sambungm Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 607


8,3,8. Dampak Panas Las 8.3.9. Non Destructive Test (NDT)
Saat terjadi pertemuan ujung anode dan katode dari aliran listril! Terjadinya retak akibat las, meskipun kecil tidak boleh diabaikan.
akan timbul panas tinggi yang sanggup meleburkan logam dasar Itu akan memicu kerusakan fatig, jika strukturnya terpapar beban
dan kawat las. Adanya /ux, pembungkus kawat las yang terbuat siklik atau berbalik tanda, seperti jembatatr. Untuk mengatasinya
dari bubuk selulosa dicampur oksida, karbonat dan bahan lain dan dikembangkan pemeriksaan tanpa merusak strukturnya atau No'?
dibentuk dengan pengikat silika, ikut juga terproses. Terbentuklah Destructive Test, atau biasa disebr,t sebagai NDT saja'
perisai atmosfe[ yang berupa gas dan memisahkan bagian yang NDT digunakau untuk mengetahui seberapa besar keutuhan atau
melebur tersebut dari udara luar. Selain itu juga dihasilkan slag integritas elemen struktur yang diperiksa. Kalau untuk las adalah
sebagai hasil pelelehan flux yang akan melindungi lapisan logam mengetahui seberapa homogen atau menyatunya sambungan las'
yang melebur itu sampai bisa kembali mengeras. Adanya retak adalah indikasi bahwa sarnbungan tidak menyatu'
Adanya panas tinggi yang sanggup melebur logam dan menjadi- Umumnya metode untuk NDT ada enam, yaitu [1] Inspeksi visual;
kannya satu kesatuan adalah tujuan utama las. Meskipun begitu
[2] Cairan penetran (dye penetranr); [3] Partikel logam magnetis;
jika terjadinya panas itu tidak ditangani secara tepat, menyebab-
[4] Gelombang Ultrasonik; [5]Eddy Current; dan f6l X-ray'
kan terjadinya retak pada bagian las atau bagian logam yang ter-
pengaruh oleh panas tersebut. Retak kadang tidak terlihat dengan Inspeksi visual, meskipun primitif tapi bisa handal jika dikerjakan
mata telanjang dari lua4, seperti pada Gambar 8.22. orang yang tepat dan berpengalaman. Apalagi saat ini teknologi
mendukung misal kamera digital resolusi tinggi, lensa pembesa4
video, juga cairan penetran. Cara ini dipilih sebagai pemeriksaan
awal mendeteksi retak yang terjadinya dekat permukaan objek'
cairan penetran khusus atau dye penetrant adalah bagian inspeksi
visual untuk mengatasi kondisi retak yang sangat halus, yang jika
mengandalkan mata telanjang, pasti akan kesulitan. Sesuai nama-
nya, cairan yang dimaksud diharapkan akan melakukan penetrasi
aJ. Pengaruh hidrogen b), Lamelar tearing ke bagian retak atau yang bersifat porositas. Selanjutnya dengan
Gambar 8.22 Cacat pada proses pengelasan (Hick 2000J bahan cair pasangannya, maka cairan awal yang terpenetrasi tadi
dapat bereaksi untuk memberikan intensitas warna menyolok'
Struktur baja yang dilas harus dicegah dari timbulnya retak yang
menyebabkan pelemahan. Risiko retak bertambah jika [1] pelat
yang disambung semakin tebal; [2] kandungan karbon atau logam
paduan (alloy)-nya semakin besar, Untuk menghindarinya maka
[a] pakai prosedur kerja yang baik (tukang yang bersertifikasi); [b]
mengurangi kekangan (kondisi jepit) atau kekakuan sambungan;
[c] pakai material las berkadar hidrogen rendah; [d] mengatur
kecepatan pendinginan (las) termasuk pengaturan besarnya arus
listrik dan kecepatan pergerakan las, atau diberi pemanasan awal
Qtreheat) terkontrol dan las secara berlapis (Blodgett 7976).
Bila retak terjadi pada struktur yang mendapatkan beban dinamik Gambar 8. 23 Contoh dye penetran produk Korea dalam bentuk aerosol
atau beban bolak-balik dalam jangka waktu lama, akan ada risiko
Cairan penetran khusus atau dye penetrant sekarang ini umumnya
terjadi keruntuhan fatig. Itu alasan mengapa sistem pengelasan
dikemas dalam bentuk aerosol (semprotan) agar praktis. Sesuai
untuk konstruksi jembatan (yang rawan fatig) harus dikerjakan
fungsi dan tahapan kerja, cairan dibagi tiga, yaitu l7f penetrant;
secara seksama oleh yang ahli dan berpengalaman serta hati-hati'

608 Bab 8, Sambungan struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 609


[2] pembersih atau remover, dan [3] developer [penimbul warna).
Gambar 8.23 memperlihatkan dye penetrant buatan Korea.
Langkah kerjanya sebagai berikut [1] bersihkan permukaan objek;
[2] semprotkan cairan penetrant merata pada permukaan, tunggu
beberapa saat, lima atau sepuluh menit; [3] bersihkan permukaan
secukupnya; [4] semprot permukaan dengan cairan developer dan
tunggu sesaat; [5] identifikasi retak berdasarkan intensitas warna
yang terjadi, lihat Gambar 8.24.

' Garnbar 8.26 NDT dengan gelombang ultrasonik [ref. wurw.nde-ed.org)

Sistem UT terdiri dari: pembangkit (Ttulser) / penerima (receiver),


transducer, dan layar. Pulser/receiver adalah peralatan elektronik
untuk menghasilkan pulsa listrik tegangan tinggi yang selanjutnya
Gambar 8. 24 Pemeriksaan retak dengan penetran (sumber internetJ dialirkan ke transducer agar dapat menghasilkan energi frekuensi
ultrasonic, yang akan ditembakkan ke material sebagai gelombang
Alat bantu deteksi retak yang lain adalah memakai partikel logam
atau serbuk logam yang bersifat magnetis, yang ditaburkan pada fwave). Jika ada bagian yang tidak menerus (discontinuiryJ misal
karena retak, maka jalannya gelombang akan berbalik kembali.
permukaan logam terindikasi retak. Selanjutnya dengan alat yang
Gelombang yang berbalik tersebut oleh transduscer akan diubah
dialiri listrik dapat dihasilkan aliran medan magnet pada logam jadi signal listrik dan ditampilkan di layar. Signal akan ditampil-
yang dievaluasi. Adanya retak akan mengganggu aliran magnet
pada logam, adanya serbuk logam magnetis akan ketarik di aliran
kan sebagai fungsi waktu, dengan membandingkan hasil signal
dari satu bagian dengan bagian yang lain maka akhirnya dapat
tersebut yang terindikasi dengan adanya pengumpulan serbuk
diduga dimana ada bagian yang perlu diperhatikan. Oleh sebab itu
pada permukaan yang polanya dapat dilihat secara visual.
operatornya perlu training khusus dan pengalaman.
Sistem UT tidak cocok untuk memerksa pelat tipis, terbuat dari
material yang tidak homogen, juga jika retaknya sejajar dengan
aliran gelombang karena seakan-akan tidak mengganggu jalannya
gelombang ultrasonik yang ditembakkan. Tetapi bagaimanapun
cara ini sangat cocok untuk memeriksa retak di bagian jauh dari
permukaan objek,
(a). Mekanisme keria (bl Pembangkit alimn magnet
(bJ Eddy Current Testing (ECT)
Gambar 8. 25 NDT dengan partikel logam magnetis (sumber internet)
ECT adalah metode pemeriksaan logam tanpa memerlukan kontak
Penggunaan serbuk logam magnetis, pada dasarnya mirip dengan langsung. Itu dapat terjadi karena adanya EC atau Eddy Current
cairan penetran, tetapi lebih unggul karena bisa mengatasi retak di (arus Eddy) yaitu suatu medan magnet yang dihasilkan dari suatu
bawah permukaan, yang tidak terpenetrasi oleh cairan. koil yang dialiri arus listrik bolak-balik didekatkan pada material
konduktor flogam), lihat Gambar 8.27. fadi EC terbentuknya pada
NDT dapat juga memakai gelombang suara frekuensi tinggi atau
bagian material logam yang diperiksa fdidekati koil tadi). fika ada
IJltrasonic Testing (UT) dapat mendeteksi cacat [retak), ketebalan,
bagian material tadi yang cacat atau diskontinu maka akan terjadi
karatrrteristik material dan banyak lagi. Prinsip keria,alatnya dapat
perubahan arus listrik yang dialirkan pada koil. Ini bisa terjadi
dilihat pada Gambar 8.26 berikut.

Bab 8. Sambungan Struktur


Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 6tL
610
karena ada efek induksi medan magnet. Perubahan arus itu yang 8.4. Paku Keling
dideteksi alat dan digunakan juga untuk mendeteksi ada cacat. Sistem sambungan dengan paku keling {rivet) adalah jenis paling
Dengan membandingkan bagian dengan lainnya, akhirnya dapat diandalkan untuk pekerjaan konstruksi baja sampai era 1960-an.
diduga bagian mana yang berbeda, yang menjadi indikasi cacat. Oleh karena itu populer dan banyak dijumpai pada bangunan baja
yang besar buaian jaman tersebut. Sejarah membuktikan bahwa
,r*"brngr., rivef terbukti kuat dan tahan fatig, sehingga menjadi
satu-satunya sistem sambungan konstruksi jembatan di saat itu.
Salah satu yang terkenal adalah jembatan gantung Golden Gate'
di
San Fransiico, California, yang dibangun tahun L937,yang berarti
telah berdiri dan rnelayani lebih dari 77 tahun lamanya. Gambar
8.29 menunjukkan kolom utama jembatan (lbto dari bawah)' yang
terdiri dari pelat-pelat baja yang dirangkai dengan paku keling'

(aJ. mekanisme kerja [b) pemeriksaan di laPangan


Gambar 8. 27 NDT dengan EC'l (Eddy Current Testing)

Keuntungan NDT dengan ECT adalah [1] cukup sensitif terhadap


retak halus; [2] hasil langsung terbaca; [3] alat portabel / praktis;
[4] tidak kontak langsung ke objek, tentu mengurangi bahaya; [5]
dapat dipakai untuk konfigurasi yang rumit.
Ra diog raphic Testing lPJf) Gambar 8.29 Paku keling (rivetJ di iembatan Golden Gate' San Francisco
(1937)
[sumber : M'photoeveryryhere'co ukJ
Metode ini efektif untuk berbagai ienis material dan konfigurasi. juga
Ini seperti foto Rontgen biasa, dibelakang objek dipasang film, Konstruksi baja dengan sambungan paku keling di Indonesia
Ialu ditembak sinar-X atau Gamma [Co-60 & lt-192 radioisotop)' banyak dijumpai pada konstruksi sebelum era 1960-an, misalnya
Intensitas sinar-X atau gamma yang tertangkap film menunjukkan jerntatan-grrtr. di sungai Progo, DIt yang dibangun tahun 1932'
'Paku
"isi" objek yang diperiksa. Interprestasi rekaman film digunakan keling dipakai pada elemen gabungan sedangkan untuk bagi-
untuk mendeteksi cacat yang teriadi. Aplikasinya, hanya berisiko an yang aiiangtai ditempa-t, digunakan alat sambung baut' Dalam
tinggi pada kesehatan dan biaya relatif paling mahal' hal iniiidrk dik"trhui apakah yang dipasang tersebut, baut mutu
tinggi atau bukan, atau hasil pekerjaan renovasi di masa kini'

Gambar 8.28 Contoh pemeriksaanX-ray dan hasilnya [ref' www'vidisco'comJ

Metode NDT di atas sebaiknya dipakai dari yang paling sederhana,


dan hanya yang diragukan saja memakai metode lebih kompleks. Gambar 8.30 Sambungan paku keling iembatan Bantat Kulon Progo' DIY

Bab 8. Sambungan Strulftur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 6L3


6L2
Pada perkembangan zaman, baut mutu tinggi telah menggantikan Adanya proses pemanasan terlebih dahulu paku keling pada suhu
kejayaan paku keling sehingga saat ini tidak ada pemakainya lagi. tinggi dan pemasangan dengan tekanan, serta pendinginan alami,
Kalaupun ada yang memakai maka tentu bukan karena keperluan menyebabkan sistem menghasilkan efek clamping atau jepit pada
struktur tetapi lebih kepada tuntutan seni dan budaya (tampilan). elemen-elemen yang disambung. Efek serupa juga dihasilkan oleh
Artikel majalah Mod.ern Steel Construction [1993J memberitakan baut mutu tinggi yang dipasang dengan gaya prategang.
bahwa ketika diperlukan renovasi jembatan antih kontraktornya Meskipun perilakunya mirip dengan baut mutu tinggi, tetapi paku
terpaksa memperbaiki mesin paku keling yang tersimpan lama di keling mempunyai keunggulan alami. Gambar 8.31 (kanan) mem-
gudang (warisan generasi sebelumnya), perlu trial-error terlebih perlihatkan potongan sambungan tepat pada paku kelingnya, dan
dulu sebelum dapat dilakukan proses renovasi yang sebenarnya. pelat dan paku kelingnya benar-benar menyatu, tidak terlihat gap
atau spasi kosong. Paku keling benar-benar telah mengisi lubang.
Kondisi ini yang menyebabkan sistem sambungan tidak akan
mengalami slip. Hal ini tentu berbeda jika dibandingkan dengan
baut mutu tinggi, dimana lubang bautnya lebih besar dari diameter
baut untuk maksud toleransi pelaksanaan. fadi antara baut dan tepi
lubang ada gap yang setelah dipasang tetap ada dan tidak terisi. Hal
itulah yang menimbulkan slip,yangterjadi ketika gaya yang bekerja
fpada sambungan tipe geser) melebihi kapasitas slip-kritis, Jika s1ip
terjadi pada jembatan, maka ketahanan sistem terhadap fatig akan
Gambar 8.31 Pemanasan Paku Keling dan Potongan Terpasang (MSC 1993J
berkurang [hilang), sehingga kerusakan atau bahkan keruntuhan,
Artikel tersebut menjelaskan bagaimana pelaksanaan sambungan hanya menunggu waktu saja.
paku keling, yang sebelum dipasang harus dipanaskan terlebih
Kondisi berbeda dijumpai pada sambungan paku keling, karena
dulu sampai berwarna merah buah cherry atau oranye fkira-kira
telah terjadi kontak antara paku keling dengan tepi lubang saat
mencapai suhu 980"C), baru kemudian dipasang dengan tekanan,
pemasangan maka sambungan tersebut akan langsung bekerja
memakai alat khusus seperti terlihat pada Gambar 8.32.
dalam mekanisme tumpu. Pada desain keberadaan efek clamping
diabaikan dalam memikul gaya-gaya sambungan.
Sambungan paku keling bekerjanya memakai mekanisme tumpu,
meskipun demikian perilaku dalam memikul beban, sama seperti
baut mutu tinggi dengan mekanisme slip-kritis, yaitu tidak terjadi
sllp. Perhatikan bahwa mekanisme yang dimaksud, yaitu mekanis-
me slip-kritis dan mekanisme tumpu, adalah berbeda. Keduanya
hanya dijumpai pada baut mutu tinggi yang dikencangkan khusus.
Itu perlu dipahami, khususnya jika ingin ntenggabungkan kedua
sistem dalam satu sambungan yang sama. Paku keling hanya bisa
digabung dengan baut mutu tinggi dengan mekanisme slip-kritis
(perlu pengencangan khususJ. |ika digabung hanya dengan baut
mutu tinggi tanpa mekanisme slip-kritis, maka yang akan bekerja
menerima beban terlebih dahulu adalah paku keling, kedua sistem
tidak bisa saling berbagi. Baru setelah paku keling rusak, sehingga
terjadi slrp, maka baut mutu tinggi dengan mekanisme tumpunya
Gambar 8.32 Pemasangan paku keling dan detailnya (MSC 1993) yang akan rnengambil alih. Itu terjadi akibat adanya gap, yang

Bab 8. Sambungan Struktur


6L4 Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 615
diperlukan untuk pemasangan baut. pada paku keling, gap secara 8.5. Baut Mutu Tinggi
otomatis terisi oleh paku keling yang panas dan ditekan selama 8.5.7. Umum
proses pemasangan. Informasi lebih lanjut tentang baut dan paku
keling, Iihat ketentuan f 1 - AISC (2010) tentang sambungan. Era sistem sambungan dengan paku keling telah usai, saat ini alat
sambung yang dapat diandalkan untuk peraldtan struktur baja di
Meskipun paku keling mempunyai keunggulan, tetapi kenyataan_ lapangan adalah baut, tepatnya baut mutu tinggi. Ini bukan faktor
nya saat ini jarang ditemukan. Alasan yang dapat diketahui adalah ekonomi semata. Jika itu yang diutamakan, akan kalah dibanding
[1] biaya pelaksanaan yang Iebih mahal; [2] perlu inspeksi khusus sistem las. Sistem dengan baut dipilih karena relatif mudah dari sisi
yang teliti dan jika dijumpai yang reject perlu biaya mahal untuk pengawasannya, sehingga hasilnya lebih dapat dijarnin.
menggantinya; [3] terjadi perkembangan semakin maju dan dapat
diandalkannya sistem sambungan baut mutu tinggi dan tas;
[a]
pelaksanaannya relatif bising dan mengganggu lingkungan.
Meskipun paku keling tidak dipakai lagi, tapi jika diperlukan maka
spesifikasi materialnya dapat merujuk ketentuan ASTM ASOZ_
03 "Standard Specification for Rivets, Steel, Structura1,,, khususnya
untuk paku keling struktur dengan diameter yz - l t/z in.
Paku keling struktur terdiri dari tiga tipe, yaitu [1] ASTM AS02
grade 1 dari baja karbon; [2] ASTM A502 grade 2baja mutu tinggi;
dan [3] ASTM .A502 grade 3 yang mutunya sama dengan grade Z
tetapi ditingkatkan ketahanannya terhadap korosi atmosfer. Grade
L dan 2 terbuat dari baja mutu ASTM A747 dan A19S, untuk paku
keling grade 3 dari baja mutu ASTM 4588.
Gambar 8.33 memperlihatkan kurva perilaku tegangan-regangan
hasil uji tarik material paku keling dan baut mutu tinggi.

150
Gambar 8.34 Sambungan bautjembatan Kali Krasak, Sleman, DIY
ea
e t00
6
A490 bolts
Adapun kualitas sistem sambungan las tergantung tahapan proses
6 A502 grade 2 rivets
A325 bolts
pengerjaan. Sambungan las untuk konstruksi jembatan perlu hati-
o
o50 hati, dan hanya dilakukan di bengkel kerja (workshop). Maklum,
A502grade 1 rivo{s
jika prosesnya tidak dilakukan sesuai prosedur yang bena4, maka
pengaruh panas yang terjadi akan mempengaruhi ketahanan baja
o o.ba o.io a.a o-:z pada jembatan tersebut terhadap fatig.
Ada dua jenis baut di pasaran, baut biasa IASTM A3O7) dan baut
Gambar 8.33 Komparasi kuat r,il[l['J]" ,aut (Kulak et. ar 2001J
mutu tinggi (ASTM ,{325 dan A490). Pemilihan baut mutu ,4490
Kuat tarik paku keling jauh lebih kecil dan proses pemasangannya pada lingkungan korosifharus hati-hati. Perlindungan cara hot-dip
relatif lebih kompleks dibanding baut mutu tinggi. oleh sebab itu galvanized tidak boleh dipakai, berisiko hydrogen embrittlement.
paku keling kalah bersaing dan menjadi tidak populer di Amerika Alternatif pelindung jenis lain, misal DACROMET@ produk pelapis
(Kulak et. al 2001), demikian juga di Indonesia tentunya. inorganic zinc-aluminum yang berbasis air fBrahimi 2006).

67.6 Bab 8. Sambungm Struktur wiry?nto Dewobroto - Struktur Baja 6L7


Baut biasa disebut juga baut hitam atau baut mesin, terbuat dari
baja kadar karbon rendah dengan kuat tarik minimum 60 ksi atau
414 MPa (ASTM A307-03). Baut dipasang dengan kunci pas biasa
tanpa prategang, dipakai untuk profil hot-rolled atau cold-formed
dengan beban statis tanpa beban kejut, atau beban dinamik. Baut
ini bukan untuk struktur jembatan. |ika ada risiko vibrasi, untuk
mencegah baut lepas perlu dipasang mur ganda (double-nut).Baut
ini dapat dengan mudah dibuat di bengkel bubut biasa sehingga
kontrol mutunya juga meragukan. Oleh sebab itu sebaiknya hanya
dipakai untuk elemen non-struktux, kalau terpaksa hanya untuk
struktur sekunder saja, seperti gording atau purlin. Defonnation, lnches

Gambar 8.35 Perbandingan mutu baut rnutu tinggi dan paku keling fMunse 1967J
Baut mutu tinggi ada dua, yaitu 4.325 atau A490. Baut ^4325 punya
kuat tarik minimum 830 MPa (ASTM A325M-04), jenisnya Tipe 1 Untuk detail pemasangan baut mutu tinggi terhadap pelat sam-
{medium carbon) dan Tipe 3 (weathering steel). Baut 4490 punya bungannya maka panjang baut perlu dipilih sedemikian sehingga
kuat tarik antara 1040 - 1210 MPa (ASTM A490M-04), dan jenis- bidang geser jangan tepat terjadi pada bagian ulir. Kekuatan baut
nya juga Tipe 1 dan Tipe 3. Baut tersedia dalam unit imperial (inch) akan terpengaruh sekali, sebagaimana terlihat pada Gambar 8.37 '
dari QYz in - $lYz in; atau metrik (mmJ dari M16 - M36.

Load, K.ips

a). Komponen penyusun alat sambung

0 0.10 0.20
Deformation, lnches

Gambar 8.37 Pengaruh bidang geser terhadap ulir [Munze 1967J

Kemiringan bidang permukaan pada sambungan baut mutu tinggi


dibatasi maksimum 1:20 (Munze 1967). Jika lebih kekuatannya
akan berkurang, sehingga perlu diberi tambahan beveled washers'

b). Bentuk luar

Gambar 8.35 Baut mutu tinggi

Baut mutu tinggi menggantikan paku keling (rivet) karena kuat


material baut lebih tinggi, hampir dua kali lipat dari paku keling.
Gambar 8.38 Beveled washers
Perbandingan kuat geser kedua jenis alat sambung tersebut dapat
dilihat dari kurva tegangan geser dan deformasi yang hasil pene-
litian Munze (!967),lihat Gambar 8.36.

618 Bab 8. Sambungan struktur Wiryanto Dewobroto - Strukhrr Baia 619


8.5.2. Perqtaratan Spasi Baut Untuk menghindari banyaknya variasi, dibuat standardisasi oleh
AISC (2010). Ukuran dan bentuk lubang dibagi jadi 4 kelompok,
Penempatan baut mutu tinggi, perlu dibuat teratut berulang dan
yaitu standar; kebesaran (oversizedJ; Iubang oval dengan ruang
sebisa mungkin simetri. Adapun jarak atau spasi antar baut, satu
bebas pendek (slot-pendek); dan lubang oval dengan ruang bebas
dengan lainnya perlu mengikuti aturan praktis yang ada, seperti :
panjang (slot-panjang), Bentuk dan ukuran lubang baut sangat
penting dan menentukan kinerja sambungan tipe geser. Adanya
lubang yang lebih besar dari bautnya itulah yang menyebabkan
terjadinya slip. Sehingga akan timbul dua mekanisme kerja yang
berbeda, yaitu slip kritis dan turnpu, pada baut yang sanra.

f pelat sambungan

[dsF*t
ffit;ffi
F$iEry
-7 zt F-
Gambar 8,39 farak dan spasi baut
oversize slot-pendek slot-panjang
Spasi [s) antar baut dan jarak bersih. Gambar 8.40 Berbagai variasi Iubang pada pemasangan baut M20

Syarat AISC (2010) tentang spasi (s) minimum antar lubang baut Gambar 8.40 menunjukkan variasi bentuk lubang untuk baut M20
[semua tipe) adalah s > 2.67 d, dan rekomendasinya adalah s = 3d, fsebagai contoh) sesuai standar AISC (2010). Untuk diameter lu-
dimana d : diameter baut nominal. Persyaratan spasi [sJ tidak bang baut yang lain disajikan secara presisi dalam tabel berikut.
sekedar jaminan kekuatan, juga untuk kemudahan pemasangan. Tabel 8.4 Standardisasi Diameter Lubang I3aut (MetrikJ
Pada konstruksi jembatan, AASHTO (2005) m.ensyaratkan s > 3d,
untuk lubang standar. Pada lubang over-size atau lubang slot maka
jarak bersih minimum tepi ke tepi lubang lain di arah gaya adalah
tidak boleh kurang dari 2d. |arak spasi dibatasi oleh s < L2. t^h
[tebal terkecil pelat sambungan); atau s < 305 mm, dari keduanya
maka dipilih hasil hitungan yang paling kecil.
farak baut ke tepi sambungan [s,).
Sumber : Tabel f3.3M dariAISC (2010)
AISC (2010) menetapkan, jarak titik pusat lubang standarke tepi
dari bagian sambungan sr> 7.25d, tetapi tidak boleh lebih 12 kali Lubang oversized tidak boleh dipakai pada sambungan tipe tumpu.
tebal pelat terkecil sambungan atau 150 mm. Pada lubang oversize Tipe slotboleh dipakai jika arah gayanya tegak lurus arah. Lubang
atau slot-pendek perlu ditambah t 2 - 5 mm, sedangkan lubang tipe slot-panjang juga sama, bahkan posisi penempatannya hanya
slot-panjang perlu tambah lebih besar lagi, sebesar 0.75d. Khusus boleh pada salah satu sisi saja. Kecuali lubang standal maka pe-
jembatan, AASHTO (2005) memberi syarat lebih ketat sr> 1,.75d, masangan baut harus dilengkapi dengan ring atau washer.
dan tidak boleh lebih 8 kali tebal pelat terkecil, atau 125 mm.
8.5.4, Tipe Sambungan dan Kekuaton Baut
8,5,3, Perqtaratan Lubang Baut
Bentuk sambungan dan beban mempengaruhi orientasi gaya yang
Toleransi pelaksanaan adalah untuk antisipasi ketidak-presisian bekerja pada baut. Padahal kekuatan baut tergantung hal itu. Baut
ukuran, baik yang diakibatkan kondisi profilnya [pabrik) atau dari dibebani arah transversal [tegak lurus sumbu) menerima gesel
proses pabrikasinya di bengkel. Bentuk toleransi diberikan dalam disebut sambungan tipe geser. Bila dibebani arah longitudinal
bentuk ukuran lubang baut yang diperbesar dari ukuran bautnya. fsearah sumbu), menerima gaya tarik. Kekuatan baut terhadap

620 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Strul:tur Baja


62L
tarik lebih tinggi dibanding baut geser' |adi meskipun bebannya Apakah pada batang yang disambung menerima gaya aksial tarik
sama, tetapi jika digunakan bentuk sambungan yang orientasi baut
aiau tekan, baut-baut akan selalu menerima gaya geser saja' fenis
berbeda, maka iumlah bautnya bisa saja berbeda' sambungan seperti ini, dikenal sebagai sambungan tipe geser'
Dengan mengubah konfigurasi elemen sambungan, maka bisa saja
konsol yang sebelumnya menerima gaya tarik dan geser sekaligus
[Gambar 8.42) dapatberubah menjadi sambungan tipe
geser saja,
sebagaimana terlihat pada Gambar 8.44 berikut.

a). Ges* di baut hJ. Tarik di baut c). Baut tidak keria
4, s$
Gambar 8.41 Pengaruh orientasi beban terhadap baut
8$
'+ rs
ss
+. I

I
... ..- .- - -
,,$ $. ". -.
., ...
Gambar 8.41 menunjukkan tipe sambun gan end-plate dan beban ,.} ".
,'+ |

yang orientasinya berbeda dan menyebabkan gaya yang diterima rs


s rs
I

baut juga berbeda. Gaya aksial tekan pada sambungan dialihkan


end-plate tanpa keikut-sertaan baut. Secara teoritis tidak ada gaya
bekerja pada baut. Bahkan tanpa digunakan bautpun, sambungan a).TampakSamping br. Tampak
b). lampaxuepan
Depan

tentunya tetap dapat bekerja. Pada orientasi beban tertentu, baut Gambar 8.44 Sambungan tipe geser untuk konsol
juga dapat menerima gaya tarik dan gaya geser secara sekaligus
(kombinasi), seperti berikut. Dari berbagai konfigurasi sambungan, juga orientasi pembebanan
yang bekerja, maka gaya internal yang terjadi pada baut hanya
-b"..rp,
gaya tarik dan gaya geser atau gabungan keduanya'
Berdasarkan hal itu maka salnbungan dapat dikelompokkan men-
jadi sambungan tipe geser dan sambungan tipe tarik atau ga-
bungan dari keduanya.
Dari kedua tipe sambungan tersebut, maka sambungan tipe geser
relatif mudah pemasangannya. Itu disebabkan keberadaan lubang
baut yang relatif lebih besar dibandingkan diameter baut, dan itu
a). Momen kopel - gesr bl, Caya tarik - geser berfungsi sebagai toleransi pelaksanaan. Kalaupun ada ketidak-
Gambar 8.42 Baut dengan Gaya Kombinasi (Geser dan Tarik) ,u*prlit art sambungan, dapat dibuat penyesuaian secara mudah'
Adapun sambungan tipe tarik seperti end-plate harus dikerjakan
Ada juga konfigurasi sambungan yang mengakibatkan baut-baut secara presisi. fika tidak, akan menyulitkan pelaksanaan nanti'
akan bekerja pada kondisi gaya geser saja, lihat Gambar 8'43'
8.5.5. Kuat Baut terhadap Tarik atau Geser
Esensi penting perencanaan sambungan adalah dapat memastikan
elemen-elemen yang disambung memenuhi kriteria perencanaan.
Bagian paling menerttukan adalah alat sambung itu sendiri, yang
relatif terbatas dan tertentu, yaitu baut. Meskipun distribusi gaya-
gayayangbekerja bervariasi, sesuai konfigurasi dari tata letaknya,
ieiapi untuk perencanaan dianggap terbagi rata pada semua baut'
Gambar 8. 43 Sambungan tipe geser untuk batang tarik

Bab L Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Bara 623


622
Asumsi ini bisa dan benar jika bautnya tidak hanya kuat dan kaku 8,5.6. Pemasangqn Baut
tetapi juga harus berperilaku daktail. 8.5.5.1. Umum
Perilaku daktail menyangkut kondisi inelastis-nonliniec tidak ter- Baut mutu tinggi sangat andal untuk perakitan struktur baja di
gantung dari material penyusunnya saja, tetapi juga proses selama lapangan, karena pelaksanaan dan pengawasannya relatif mudah.
pembuatan. Itu alasan mengapa sistem sambungan pada struktur
lika dari segi kekuatan atau faktor ekonomis, maka alat sambung
utama hanya boleh memakai baut mutu tinggi. Adapun baut biasa baut masih kalah dibandingkan las. Tetapi las hanya disarankan
hanya untuk bagian non-struktur atau struktur sekunder. untuk pekerjaan di bengkel pabrikasi yang fasilitasnya mendukung
Spesifikasi baut mutu tinggi menurut ketentuan |3.1 AISC [2010J dan mudah dilakukan pengawasan pada prosedur kerjanya.
terdiri dari dua [2) grup utama, yaitu :
Grup A-ASTM A325, A325M,F1.852, 4354 Grade BC, dan A449
Grup B-ASTM A490, A490M,F22BO, dan A354 Grade BD
Kuat nominal baut dan alat sambung berulir (seperti baut) untuk
perencanaan sambungan tipe tarik dan tipe geser adalah berikut.
Tabel 8.5 Kuat nominal baut dan batang berulir

. ,, . rBaut *tau Tarrh,4, Geser, F,,


Keterangan
AletseiDbtrng BeiuIiT' (MPal [MPd)

188
A 307 (baut mutu biasal 310 non-struktur
[16s]
372 geser pada
A'325 (baut mutu tinggi] [330) ulir drat
620
lenis baut di Grup A 457 geser pada
(414) grip polos
Gambar 8.45 Perakitan jembatan di lapangan (sumber: Bintek / Lanny HidayatJ
457 geser pada
A490 (baut mutu tinggi) {474) ulir drat Perakitan jernbatan di lapangan (Gambar 8.45), tanpa dilengkapi
7AO
Jenis baut di Grup B 579 geser pada perancah, Hanya bisa mengandalkan elemen struktur yang dirakit.
(520) grip polos
Tentu terbayang bagaimana mernasang bautnya, tidak sederhana.
o.45 F geser pada
alat sambung t0.40 4) ulir drat fika dipilih las yang sifatnya kaku, tentu akan lebih sulit. Dengan
dengan ulir o.7s F
0.563 f geser pada
memakai baut mutu tinggi, lebih mudah' Selain itu, untuk evaluasi
(misal : baut angkur)
t0.s0 F..) grip polos hasilnya dapat dilakukan dengan cara inspeksi visual. Itu alasan
Sumber ; Tabel f3.2 dari AISC (2010J sambungan dengan baut mutu tinggi lebih dapat diandalkan'
Pemasangan baut mutu tinggi relatif sederhana. Langkah pertama
Catatan : kuat nominal geser di dalam kurung adalah menurut
ketentuan AISC (2005), yang ternyata lebih kecil. Secara umum setiap lubang baut harus dimasuki kepala baut, ring (washer) dan
kuat geser baut menurut AISC (2010J naik sekitar +L2.5o/o. mur [nut). Laiu dikencangkan secukupnya agar baut pada lubang
lainnya dapat dipasang lengkap. Setelah semua lubang terisi oleh
baut mutu tinggi pengencangan serius berikutnya dapat dilaku-
kan sampai kondisi snug-tight. Proses pengencangan baut harus
dimulai dari bagian yang paling kal<u (riqid), menuju bagian yang
fleksibel, tidak boleh sebaliknya II1CSC 2009). Itu berarti proses
pengencangan baut harus dilakukan dalam tahapan yang tertentu.

624 Bab 8. Sambungan Struktur Wiry?nto Dewobroto - Struktur Baia 625


Terkait dengan kondisi pengencangan baut yang diperlukan, AISC 8.5.6.2. Gaya Prategang Baut
(2010) mengelompokkannya menjadi dua, yaitu :
Ketentuan AISC (2010) tentang pemasangan baut mutu tinggi
I kondisi snug-tight, yaitu pengencangan baut yang menye- sampai kondisi prategang adalah penting dan merupakan syarat
babkan elemen-elemen sambungannya saling merapat dan terjadinya pengalihan gaya dengan mekanisme slip-kritis. Besar-
mengalami kontak langsung satu dengan Iainnya. nya gaya prategang minimum adalah sebesar t 70o/o kuat tarik
. kondisi prategang atau sambungan slip-kritis untuk baut minimum baut, lihat Tabel 8.1-1 atau Tabel 13.1 (AISC 2010J.
yang memenuhi kondisi snug-tight. Pengencangan baut Jika gaya prategangnya berlebih, tidak menjadi masalah, risikonya
menghasilkan gaya prategang minimum, yang besarnya baut putus. Ini sekaligus uji test bagi baut yang dipasang. Hanya
memenuhi kriteria Tabel J3.1 atau f3.1.M IAISC 2010) atau saja kalau banyak baut yang putus tentunya progres kerja menjadi
Tabel 8.11 pada buku ini. terganggu, oleh sebab itu sebaiknya diambil t75o/o - 90o/o dari
Kondisi snug-tight adalah level paling mudah pada pengencangan tegangan lelehnya (www.norbar.com).
baut mutu tinggi. Kondisi itu hanya dapat dipilih jika : Gaya prategang baut dihasilkan dari proses pengencangan dengan
r sambungan tipe geser dengan mekanisme tumpu, kecuali memakai kunci-pas (torque wrenches) atau yang sejenis, sehingga
struktur mengikuti ketentuan E6 dan 11.10 (AISC 2010). terjadi momen-torsi pada nut [mur), lihat Gambar 8.46 di bawah.
. sambungannya tipe tarik atau kombinasi tarik-geser tapi
hanya untuk baut mutu tinggi tipe A325, beban statik yang
relatifkonstan ftidak fluktuatif), tanpa risiko fatig atau vi-
brasi yang akan menyebabkan baut bisa lepas sendiri.
Kecuali tipe-tipe struktur di atas, semua baut harus dikencangkan
sampai kondisi prategang. Adapun struktur yang termasuk dalam
persyaratan E6 dan ]1.10 (AISC 2OL0), adalah sebagai berikut :
. baut-baut perangkai pada kolom tersusun;
r sambungan kolom pada bangunan bertingkat di atas 38 m;
Gambar 8.46 Proses pengencangan baut - manual
. sambungan balok-kolom, dan semua balok yang bracing
kolomnya tergantung pada struktur di atas 38 m; Momen-torsi menyebabkan mur [nut) berputar pada ulir baut ke
arah dalam sampai akhirnya tertahan elemen-elemen sambungan,
r struktur pemikul pesawat angkat (crane) > 5 ton; terjadilah efek gaya jepit (klem), yang besarnya selaras dengan
r struktur pemikul peralatan mesin atau beban dinamik. momen-torsi tersebut. Gaya jepit dan kondisi permukaan fkoefi-
sien friksi) akan menimbulkan tahanan friksi saat dibebani. Itulah
Untuk kontrol kualitas pemasangan baut mutu tinggi, perlu empat inti kekuatan sistem sambungan dengan mekanisme slip-kritis.
tahapan kerja (Doherty 1.987), yaitu : (1) tahap awal pemasangan
baut-baut sampai kondisi snug-tight dan ditandai, (2) ada inspeksi Mengukur besarnya gaya prategang di baut adalah tidak mudah,
awal, (3) tindakan pengencangan baut sampai kondisi prategang apalagi dilakukan di lapangan. Padahal itu penting sebagai salah
sesuai prosedur AISC, dan [4) inspeksi tahap akhir dan verifikasi. satu pararneter penentu tahanan friksi (Rumus f3-4, AISC 2010).
Karena pentingnya, AISC (2010J memberi petunjuk pengencangan
Menurut Doherty (L987) pengawasan tahap awal tidak boleh di- yang andal, yaitu [a] cara putar-mur (turn'of-nut); [b] kunci torsi
sepelekan, umumnya sulig apalagi jika pabrikasinya tidak presisi. terkalibrasi; [c] indikator-tarik-langsung; [d] baut kontrol tarik tipe
Bagaimanapun juga kondisi snug-tight baut adalah s5rarat awal putar-putus (twist offl; lel baut desain alternatif. Selanjutnya cara
agar dapat dilakukan pengencangan baut sesuai AISC [20L0). yang dimaksud akan ditinjau satu persatu.

626 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 627


8.5.6.3. Cara Putar-Mur Gambar 8.48 memperlihatkan hubungan besarnya gaya tarik baut
Adanya hubungan antara pemutaran mur dari kondisi snug-tight dan besarnya putaran mur untuk baut $ 7 /8" panjang 5.5", mutu
dan semakin besarnya gaya jepit [klem] dapat menjadi indikator A325 atau A490. Besarnya gaya tarik baut pada 1/2 putaran lebih
besarnya gaya prategang baut. Ini disebut sebagai cara putar-mur besar dari ketentuan minimum. Tetapi besarnya gaya tarik baut
atau turn-of-nuf (AISC 2010). Ini dapat dilakukan tanpa memakai iuga dipengaruhi oleh panjang baut, sehingga Kulak et. al (2001)
alat khusus seperti kunci-torsi, cukup kunci-pas biasa, karena mengusulkan besarnya putaran mur adalah sebagai berikut.
hanya memutar mur dari kondisi snug-tight ke arah dalam sebesar Tabel 8.6 Putaran mur terhadap kondisi snug-tight (KuJaket. al 2001)

Yz putaran atau lebih, seperti terlihat pada Gambar 8.47. trffigr$S.iiihfild{iffii


i-{itti!{#$i ffi?l,ii
.* kondisi ilal L<4d l/3 putaran l/2 putaran 2/3 pttaran
4d <L<8d 7/2 outaran 2/3 pvtaran 5,/6 nutaran
8d <L<12d 2/3 ptiaran 5/6 putaran 1 Dutaran

Catatan : d = diameter baut, untuk baut L >, 72d perlu kalibrator uji terlebih dulu.
llputamn-120'
a). Kondisi Awd b). Kondisi Akhk
Akhir Cara putar-mur jika digunakan bersama-sama dengan kunci-torsi
terkalibrasi (cara berikutnya), khususnya keperluan kontrol mutu,
Gambar 8.47 Cara putar-mur (turn-of-nut)
akan membantu. Cara putar-mur meninggalkan petunjuk visual
Meskipun cara putar-mur hanya didasarkan pada pemutaran mur (lihat Gambar 8.49) dimana besarnya putaran mur setelah kondisi
setelah kondisi snug-tight tercapai, tetapi terbukti ketentuan gaya snug-tight tercapai akan memberikan korelasi besarnya gaya tarik
tarik prategang minimum baut dapat terpenuhi (Kulak et.al 2001). prategang pada baut mutu tinggi yang diperlukan.

50 r ta0k mi
,{iio-
d
I
= gaya iarik min.
=40
a |I ffi25
€ I
l's-.}put r* *rt
*o
6
<, Gambar 8.49 Pemasangan baut dengan cara putar-mur (turn-of-nut)

Meskipun sederhana dan efektif, tetapi kesuksesan pelaksanaan-


{ x sf in. uort* nya memerlukan kecermatan, ketelitian dan kejujuran tukangnya.
Pertama kali tentu memastikan terlebih dahulu kondisi snug-tight
<-,,sruo,, $ in, thread in grip
sambungan tercapai. Selanjutnya tandai dengan garis baut-mur-
pelat, seperti baut sebelah kiri Gambar 8.49. Tergantung panjang
o6 baut yang akan diputar, dari Tabel 8.6 dapat ditentukan besarnya
Orrg'r!rJ.-a
I 2 a I .a ra
putaran mur yang diperlukan, dan jika telah berhasil dilakukan
Pularan mur (nuf
pemutaran maka kondisi mur (nut) akan seperti baut sebelah
Gambar 8.48 Hubungan putaran mur dan gaya tarik baut (Kulak et.al 2001J kanan pada Gambar 8.49. Demikianlah cara putar-mur dilakukan.

624 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Strulitur Baia 629


8.5.6.4. Kunci-Torsi Terkalibrasi
Metode pengencangan baut mutu tinggi yang populer karena sim-
pel dan tidak memerlukan tanda, seperti halnya cara putar-mu4
adalah cara kunci-torsi terkalibrasi (calibrated wrenchJ. Simpel
karena pakai kunci-pas khusus dengan torsi penguku4 yang biasa
disebut kunci-torsi, lihat Gambar 8.50.

Gambar 8.52 Kunci-torsi elektrik (sumber ; enrwikipedia.org)

Gambar 8.50 Pengencangan dengan kunci-torsi manual (sumber : Syifa F. MujahidinJ

Bentuk kunci-torsi itu sendiri bisa bermacam-macam, tergantung


pabrik pembuatnya, yang penting dari alat tadi dapat ditentukan
momen-torsi yang diberikan pada baut.

Gambar 8.53 Kunci-torsi pneumatik [sumber : www.armedforces-int.com)

Terlepas dari jenis kunci-torsi yang dipakai, manual atau otomatis


[elektrik atau pneumatikJ, semuanya bekerja atas dasar momen-
dellecting beam
torsi yang ditentukan. Pada kondisi ini sering terjadi salah kaprah,
Gambar 8.51 Macam-macam jenis kunci-torsi (sumber: navyaviation.tpub.comJ
dianggap bila besar momen-torsi dapat dicari, maka pemasangan
baut dengan kunci-torsi pasti akan menghasilkan gaya prategang
Pada pengencangan baut cara manual (tenaga manusia), kunci- yang dimaksud. Penelitian menunjukkan [Munze 7967) bahwa
torsi yang digunakan memerlukan lengan pengungkit yang cukup besarnya momen torsi terhadap gaya tarik prategang baut adalah
panjang dan memakan tempat. Saat ini telah tersedia kunci-torsi bervariasi dan tidak selalu konstan. Bahkan untuk slot baut yang
otomatik, baik elektrik atau pneumatik (udara) yang memudah- berbeda dan dikencangkan dengan momen torsi konstan akan
kan dalam pengoperasiannya. Tipe tersebut. umumnya diperlukan mengalami variasi tegangan tarik sampai 20olo. Hasilnya berarti ada
untuk menjangkau baut dengan ruang terbatas. yang kurang dan ada yang berlebih, tidak pasti.

630 Bab 8. Sambungan Struktxr Wiryanto Dewobroto - Strultur Baia


631
Penting memahami arti kata terkalibrasi, jelas tidak seperti
proses
kalibrasi timbangan yang cukup setahun sekali. Terkalibrasi
disini
maksudnya bahwa besarnya momen-torsi pada kunci torsi
harus
diverifikasi dengan ,,alat kalibrator khusus,i yrng arprt _"rgrtu.
besarnya gaya tarik baut sesuai ketentuan. Kalibrasi
harus diraku-
kan sedikitnya setiap hari, atau setiap ada perubahan material,
kondisi permukaan sambungan yang dianggap berbeda, peralatan
IRCSC 2O04), minima] dengan tiga simpel baut berdia*"t". ru_r,
yang akan dipasang (Munze 1,967).
Adanya perbedaan antara tegangan tarik baut yang
diharapkan
terhadap momen torsi konstan yang diberikan dapa-t
disebrtkr.,
oleh hal-hal berikut:
l. Mutu baut itu sendiri, yaitu kondisi ulir kepala baut dan mur
yang tidak presisi akibat pabrik berbeda, mutu ring (washer).
Untuk itu pakai baut dan aksesori dari pabrik y"ng,lr_". Gambar 8.54 Pelaksanaan kalibrasi kunci torsi (Sumber: Syifa F. Ivluiahidin)

2. Pengaruh pelapis tambahan, seperti hot-dip galvanish yang Dalam mengaplikasikan kunci-torsi terkalibrasi, harus dipastikan
umum untuk mengantisipasi korosi (khusus baut mutu baut telah terpasang pada kondisi snug-tight, yaitu suatu kondisi
eiZS1.
Adanya lapisan tambahan pada permukaan ulir baut pengencangan baut sedemikian sehingga pelat-pelat sambungan
atau mu4
menyebabkan kondisi,,seret,, pada waktu pengencangan
baut. telah saling terjadi kontak. Pada kondisi itu, setiap putaran mur ke
3. Pemberian pelumas (lubricant). Awam umumnya akan arah mengencangkan, akan meningkatkan gaya jepit (klemJ.
ber_
piki4, pemberian pelumas pada baut dapat menyeiabkan Dua cara pengencangan baut mutu tinggi yang telah dibahas, yaitu
baut
mudah lepas. Fakta, pemberian pelumas berpengaruh pada cara putar-mur (turn-of-nut) dan metode kunci-torsi terkalibrasi,
proses pengalihan momen torsi menjadi gaya iarit prategang menuntut proses pelaksanaan yang baik [kejujuran) agar hasilnya
baut, selain itu juga bisa melindungi Iapisan grtrurirf, -rg". benar. Maklum petunjuk yang tertinggal hanya tanda yang dibuat
tidak rusak. Jenis pelumas menentukan. Uli .oU-a p"_rrr.rgrn oleh pelaksananya saja (Gambar 8.49), tidak mudah diamati oleh
baut mutu tinggi dengan lapisan galvanis:h oten if. Wargi". yang lainnya. Kondisi tersebut tentu rawan akan manipulasi, jika
Biro Indonesia [2011), jika pakai pelumas oli biasa terlihaiada itu terjadi maka gaya tarik prategang baut, bisa tidak tercapai. Itu
lecet sehingga dipilih pelumas belbasis Molybdenum. alasannya mengapa Doherty (1,987) mengusulkan agar tahapan
pengencangan dilakukan tidak sekaligus tetapi dalam empat taha-
4. Kondisi penyimpanan, khususnya baut mutu tinggi tanpa pan terpisah, yaitu [1'l snug-tighf [2] inspeksi; [3] pengencangan
ada lapisan pelindung. Jika kondisi penyimpana" Ur"."rt
utrn final, dan [4] inspeksi [jika perlu disertai juga verifikasi). padahal
berisiko korosi, kasusnya seperti pada pelapis tambahan.
secara teknis untuk pengencangan baut, tentu tidak ada kesulitan
Adanya permasalahan variasi di atas menyebabkan penggunaan jika dilakukan secara sekaligus, misalnya satu putaran saja.
besaran momen torsi yang hanya didasarkan taber aiau
?I.rnuru Tidak adanya tanda fisik yang menunjukkan bahwa pengencangan
khusus, tanpa kalibrasi adalah dilarang (RCSC 2OO4)
telah berhasil adalah "kelemahan" dua metode yang diungkapkan.
Pengencangan baut mutu tinggi dengan kunci-torsi
terkalibrasi Berikut adalah metode pengencangan yang meninggalkan ,.tanda,,.
juga memerlukan alat kalibrator khusus,
dan biasa dipakai adalah
Skidmore-wilhelm. Alat tersebut dapat menguji gaya tarik 8.5.6.5. Indikator-Tarik-Langsung
untuk
bau-t-mutu tinggi dengan diameter y) - ty, in. Gambar g.54
mem- Masalah perlunya "tanda" bahwa telah ada gaya tarik prategang
perlihatkan proses kalibrasi dan alat kalibratornya.
baug ditanggapi industri sebagai peluang bisnis. Salah satu adalah

632 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Stxukfirr Baia


633
ring (washer) indikator-tarik-langsung atau DTI (direct-tension- 8.5.6.6. Baut Kontrol Tarik Tipe Putar-Putus
indicator), yaitu ring jenis khusus yang secara fisik dapat berubah
Jika kontrol pengencangan baut sebelumnya adalah ring (washer),
ketika ada tekanan dari baut-mur saat pengencangan mencapai maka inovasi industri lain menciptakan kepala baut khusus, yang
gaya prategang tertentu, sesuai yang dipersyaratkan.
disebut baut kontrol tarik tipe putar-putus (Twrsf- offtype tension-
control bolt). Bentuknya diperlihatkan pada Gambar 8.57 '

Gambar 8.57 Baut kontrol tarik tipe putar-putus kondisi awal

Gambar 8.55 Ring DTI (direct-tension-indimtor). Baut ini sebelumnya termasuk baut desain alternatif IRCSC 2004),
Ukuran dan jumlah tonjolan pada ring DTI bervariasi tergantung spesifikasinya mengacu ASTM F1852. Perbedaan dengan baut tipe
diameter baut, yang dibuat sedemikian ketika terdapat gaya tekan standar adalah pada ujungnya, yang berfungsi sebagai indikator.
tertentu akan melesak ke dalam fmenjadi rata). fika dipasang dengan kunci-torsi khusus, saat dikencangkan dan
mencapai tegangan tarik tertentu akan putus dengan sendirinya
Spesifikasi produk ring atau washer DTI mengacu ASTM F 959' [Gambar 8.58b), Setelah putus, baut tersebut akan terlihat seperti
baut mutu tinggi biasa.

Gambar 8.56 Pemasangan ring DTI [wwwappliedbolting.com) [a] tbl [c]


Gambar B. 58 Pemasangan baut kontrol tarik dengan kunci-torsi khusus : (a] sebelum; (b]
Ring DTI dapat dipasang di bagian kepala bautnya [bagian yang pemasangan; (cJ selesai. (Sumber: Nippon Steel Bolten Co., LtdJ
tetap atau tidak berputar saat pengencangan) atau di bagian mur
(bagian yang diputar saat pengencangan). Keduanya perlu dipasang Meskipun baut kontrol tarik tipe putar-putus, pengencangannya
ring atau washerlagi ftipe biasa),lihat Gambar 8.56' dengan kunci-pas-elektrik khusus dan bekerja otomatis sampai
ujung baut putus. Itu tidak berarti bahwa gaya prategang baut mutu
Kontrol mutu proses pengencangan baut adalah dengan mengukur
tinggi akan secara otomatis langsung terpenuhi.
gap bekas tonjolan pada ring DTI. Semakin rapat gap [celah), maka
gaya tarik prategang semakin besar. Problem yang dijumpai bahwa Penelitian Kulak-Undershute (1998) menunjukkan bahwa kinerja
gap tidak mudah terlihat, sehingga perlu diukur satu per satu dari baut tipe tersebut bervariasi antara pabrik satu dengan lainnya.
baut. Dari suatu diskusi penulis dengan pelaksana di lapangan, ada Hal yang berpengaruh adalah bahan material, kondisi ulix, diame-
info kecurangan bahwa untuk mengatasi kontrol mutu, ada tukang ter takikan ujung baut yang akan putus, dan kondisi permukaan
yang dengan sengaja memukul dengan palu sampai rata ring-DTI kontak mur-ring-baut. Jadi baut sangat dipengaruhi kondisi friksi,
tersebut terlebih dahulu sebelum dipasang. fadi ada kesan proses pemberian pelumas yang tepat selama pengencangan, menentu'
pemasangan telah berialan dengan baik. kan sekali gaya prategang akhir yang dihasilkan.

634 Bab 8. Sambungan Strul$ur Wryqnto Dewobroto - Struktur Baia 635


8.5.7, Penggunaan Ulang Baut Bekas Pakai 8.5.8. Baut Mutu Tinggi Setara (Grade 8.8 dan A325)
Salah satu keunggulan struktur baja, komponennya dapat dipakai Dalam praktik, umum dijumpai jika bahan materialnya tidak ada,
ulang ditempat lain. Untuk baut mutu tinggi perlu hati-hati, lihat maka akan dicari gantinya dengan bahan sejenis yang mempunyai
Gambar 8.59. Iika pernah dikencangkan sesuai syarat maka akan spesifikasi setara. fika yang setara itu masih mengacu spesifikasi
terjadi penurunan. Tetapi jika hanya sampai kondisi snug-tight mutu dari sumber sama, seperti misal ASTM, atau Eurocode saja,
maka prinsipnya baut mutu tinggi dapat dipakai ulang. Hanya saja, biasanya hasilnya cukup memuaskan. llanya di Indonesia ini yang
pengencangan baut kondisi snug-tighl terbatas. Struktur jemba- terbiasa sebagai pemakai saja, dan itu pun didasarkan pada faktor
tan yang rentan fatig, bautnya tentu tidak bisa sekedar snug-tight. ekonomis semata, maka memakai spesifikasi dari sumber-sumber
Itu berarti baut bekas struktur jembatan tidak bisa dipakai ulang. berbeda, bukanlah suatu keanehan. Adapun yang namanya setara,
tidak berarti sama persis. Ada bagian-bagian tertentu sama, dan
ol * turn ol nut .} { tu.n ada bagian lain yang belum tentu seperti yang diharapkan. Akan
, ,OCvcles
dibahas baut mutu tinggi dan istilah setara yang dimaksud.
Mengacu kepada Surat Edaran Menteri PU dan Perumahan Rakyat
No.La/SE/M /2075 tentang Pedoman Pemasangan Baut Jembatan,
ada yang menarik. Pertama, disebutkan bahwa baut jembatan itu
rentan terhadap fatig sehingga harus memakai baut mutu tinggi
tipe friksi. Cara pemasangannya sangat menentukan, karena harus
menghasilkan gaya prategang tertentu agar terjadi friksi. I(edua,
ada tabel yang memuat tipe-tipe baut mutu tinggi dari berbagai
code berbeda, yang dianggap mempunyai kesetaraan mutu bahan
materialnya. Tabel yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Elor{Etid {in.)
Tabel B. 7 Kesetaraan baut berdasarkan sifat mekaniknya
Gambar 8. 59 Dampak pengencangan ulang baut 4325 (Kulak et.al. 2001J
KuatMiniEtrm A325 Gmde 8.8. A490 i Grade 1Or9 F10T
Baut .A490 mengalami penurunan kinerja yang besar jika pernah dL"r"h (MPaJ 660
640t1)
940 940 900
AAOt2)
dikencangkan sampai kondisi prategang, dibanding baut .A325. 800c)
d r.*(MPa) 830 a?nQ) to40-r210 1 040 1000-1200
580(11
lrlln. rr+ Bn*lon Tor$red refirioil o- - l'MPal 600 830 830
a5o
.g
Sumber ; Tabel A.3 "Pedoman Pemasangan Baut ]embatan" (2015J
* Crip Lritth 4* h,
Akan diulas baut mutu A325 dan Grade 8.8 yang dianggap paling
En
c
*tre8d8 s -r.cafusd.
banyak dipakai. Untuk keduanya, isi materi Tabel 8.7 di atas tidak
g
$ ] naesouor,
perlu diragukan, sebab hanya mengutip ASTM ,A325M-04 dan ISO
8ro
898-1:2009, mewakili dua tempat berbeda, Amerika dan Eropa.
-
0
&ol o'02 o'' Adanya Tabel 8.7 dan adanya pedoman pemasangan baut yang ke-
.?iL',I#*, Iihatannya berlaku untuk semua tipe, tentu akan memicu kesalah-
Gambar 8. 60 Dampak pengencangan ulang baut A490 (Kulak et.al. 2001] pahaman. Pasti ada yang berpikir bahwa baut A325 dan Grade B.B
yang diameternya sama, maka kinerjanya juga sama' Perbedaan
Baut kondisi snug-tight umumnya dipakai pada bangunan gedung hanya negara yang mengeluarkan code saia yang berbeda. Itu juga
yang mengandalkan mekanisme tumpu. Istilah dipakai ulang tidak bisa diartikan bahwa baut A325 dapat digantikan oleh baut mutu
termasuk pengencangan ulang akibat mur kendo[ yang umumnya Grade 8.8. Apalagi di dalam peraturan tersebut tidak disebutkan
terjadi pada proses pengencangan grup baut disekitarnya. adanya larangan yang menyatakannya.

636 Bab 8. SambunEan Strukur wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 637


Bahan material baut mutu 4.325 dan Grade 8.8 dianggap setara. Selain kepala baut, maka mur (nuf) juga diukur dimensinya sebab
Tetapi untuk diameter sama, apakah bentuk geometrinya lainnya terlihat berbeda, tidak bisa saling dipertukarkan. Hasilnya adalah :
juga sama persis. Untuk menjawab, ada baiknya dibandingkan dua
Tabel 8. 9 Hasil pengukuran dimensi mur atau nut (Kelvin 2016)
baut tersebut untuk diameter yang sama, sebagai berikut.
A326. Gx8lo 1fmml 2rdinl'' ..3 {inrn)
0s/8 M15 26.7 15.0 14.7 29.9 27.2
26.2 23.7 15.0 14.1 29.9 27.7
26.3 23.4 15.0 14.2 29.8 ?7.7
lOOo/o 91o/o TOOo/o 94o/o lOOo/o 91o/o
63/4 M20 31.1 29.4 18.6 ,7.4 35.5 33.6
31.2 29.4 18.3 \7.5 35.5 33.5
31.3 29.4 14.2 17.s 35.5 33.6
lOOo/o 94o/o lOOo/o 9SVo 'LOOo/o 95o/o
o7 /8 M22 35.6 31.4 27.5 19.4 40.0 35.9
35.6 31.1 21_6 19.4 40.6 35.7
35.5 31.2 27.5 19,5 40.6 35.9
lOOo/o 88o/o LOOc/o 9Oo/o lOOo/o 89o/o

Gambar 8. 61 Baut Grade 8.8 dan A325 untuk diameter yang sama fKelvin 2016J

Dari perbandingan visual, tampak fisik keduanya tidak sama. Baut


4'325 untuk diameter yang relatif sama, terkesan punya kepala
baut dan mur (nur) yang lebih besar. Untuk mendapatkan berapa
besar perbedaan fisik keduanya, akan dilakukan pengukuran tiga
Hffi
K]
Cam bar B. 63 Bagian
LiJ
mur (nutJ yang ciiukur
diameter baut berbeda, masing-masing tiga sampel. Bagian yang Selain dengan cara pengukuran dimensi, perbandingan dilakukan
diukur seperti pada Gambar 8.62 d.an hasilnya di Tabel 8.8. juga dengan cara penimbangan berat masing-masing komponen
Tabel 8. 8 Hasil pengukuran dimensi kepala baut (Kelvin 2016J (kepala baut dan mur) antara keduanya. Hasilnya sebagai berikut.
A3Z5 :Gr8.8 .1{mm) 2[mm] 3 fmm'l Tabel 8. 10 Hasil pengukuran berat (grJ bagian baut (Kelvin 2016J
os/8 M16 26.2 23.7 9.9 70.2 30.0 26.9
F*3.25: .Gr 8.8 A325. i ':Gi.8:8 L326 Gr 8.8
26.3 23.7 10.0 10.1 30.0 27.7 'Baiit, 'tt?J4,'.' '
'iiE'/8 M16 ).,.M24 nt7/Al M22
26.2 23.7 9.8 ro.2 29.4 27.t
132 L27 193 22L 314
lOOo/o 9Oo/o lOOo/o LOSo/o lOOo/o 9Oo/o
Kepala L32 t27 194 220 315 277
03/4 M20 30-9 29.4 LL.9 L2.4 35.4 34.7
baut 132 t27 195 221 315 270
37.7 29.7 t2.o L2.4 35.3 34.1
LOOo/o 960/o aOOo/n 47.4o/o 1(]lJoh 860/o
30.8 29.7 17.9 12.4 35.3 34.7
47 29 81 54 t27 65
lOOo/a 960/o IOOo/o lO4olo IOOVo 97o/o
Mur 4a 2A 81 54 722 64
07 /8 M22 35.8 31.8 13.8 13.8 41.2 36.5
(nut) 48 30 81 53 727 67
35.7 3L.9 13.7 t4.o 4L.2 35.4
tOOo/o 6lo/o LOOo/o 660/o tOOo/o 54o/o
36.O 31.8 73.9 13.9 40.7 36.5
lOOo/o 89o/o lOOo/o lOlo/o lOOo/o 89o/o Pengukuran Kelvin (2076) menuniukkan, dimensi kepala dan mur
dari baut Grade 8.8 untuk diameter yang sama, relatif lebih kecil
dibanding baut A325. Keduanya tidak bisa secara otomatis saling
menggantikan, apalagi bertukar pasangan mur. Untuk sambungan
tumpu tipe geseq, untuk diameter yang sama tentu tidak masalah.
Adapun untuk sambungan tipe tarik, diragukan. Untuk itu dilaku-
kan uji tarik sampai putus mengacu ASTM F606 yang dikerjakan di
Gambar 8. 62 Bagian kepala bautyang diukur UPT LUK - BPPT Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang.

638 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 639


1400

1200

r0m

800

:
*6@

400

2m

Gambar 8.66 Kuat putus (MPa) baut .{325 dan Grade 8.8 (Kelvin 2016J

Dari hasil uji tarik, semua baut mutu tinggi (A325 dan Grade 8'8)
Gambar 8. 64 Uii tarik baut tunggat (Kelvin 2016J
menghasilkan tegangan putus lebih besar dari tegangan putus mi-
Pengujian tarik dilakukan dua kali, pertama sampai beban proof- nimum yang disyaratkan (830 MPa). Tetapi ada kesan, baut .4325
load, kondisi beban maksimum baut yang pada kondisi elastis. Se- lebih kuat. Selain itu, ditemukan pola kerusakan yang tidak biasa'
lanjutnya diulang dan diteruskan sampai bautnya putus atau kuat Sebagian besar baut putus di bagian ulir (penampang minimumJ,
tariknya. Seluruhnya ada 3x3x2 atau 18 uji tarik. Perilaku kerun- tapi ada yang tidak putus hanya ulirnya rontok atau stritrtping"
tuhan baut $7 /8 in atauM22 adalah sebagai berikut.

(a). +7/8 - A325

Gambar 8. 65 Perilaku putus baut mutu tinggi 4325 dan Gr 8.8 (Kelvin 2016J

Dari data pengujian seperti di atas, akan disajikan dalam bentuk


tegangan putus, yaitu beban putus dibagi luas penampang baut.
Luas penampangnya diambilkan dari data pabrik terkait diameter
baut yang digunakan. Ini penting karena baut A.325 pakai imperial
b7 /8 = 19 mm, sedangkan baut Grade 8.8 pakai metrik, diameter
M20. Ditampilkan juga tegangan putus minimum, yaitu 830 MPa. Gambar 8. 67 Putus dan stripping p^da baut mutu tinggi (Kelvin 20161

Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 641


Baut mutu tinggi 4325, dari 9 sampel uji, 1 mengalami stripping Grade 8.8 hanya mengacu pada mutu material dengan F, dan Fu
atau 11o/o. Baut mutu tinggi Grade 8.8, dari 9 sampel uji, maka 4 tertentu [Tabel 8.10). Adapun HSFG adalah baut yang dipasang
mengalami stripping, atau mencapai 44o/o. Itu berarti baut Grade untuk gaya prategang tertentu agar bekerja dengan mekanisme
8.8 lebih berisiko mengalami stripping daripada baut .A325. slip-kritis atau friksi. Saat ini istilah HSFG berganti meniadi high
strength structural assemblies for preloading. Baut ini di Inggris
Meskipun kedua tipe baut memenuhi kriteria yang disyaratkan,
ada beberapa tipe, umumnya adalah sistem HR (mengacu BS EN
yang menunjukkan kemiripan dari segi kekuatan. Tetapi itu tidak
L4399-3). Nama di brosur adalah Pre-Load Bolt Assemblies BS
berarti alasan satu-satunya menjadikan baut Grade 8.8 sebagai EN 14399 - 3. Sistem ini mempunyai mur yang lebih tebai dan ulir
pengganti baut 4325. Perilaku stripping perlu jadi pertimbangan.
yang Iebih panjang agar lebih daktail. Adanya ulir yang seperti itu
Maklum, kerusakan seperti itu tidak dibahas di AISC atau AASHTO
maka diharapkan regangannya tidak bersifat lokal [diperkirakan
yang secara penuh mengandalkan spesifikasi material ASTM.
ini untuk menghindari kerusakan stripping). Baut tipe HR ini tidak
Stripping baut adalah tipe kerusakan yang lebih susah terdeteksi terlalu sensitif terhadap prategang berlebih selama pengencang-
dibanding yang putus langsung (Wallace 2004). Diskusi dengan an, meskipun demikian masih diperlukan pengawasan iapangan'
Ir. Lanny Hidayat, M.Si, widyaiswara madya PU dan ahli jembatan, Alternatif lain, baut tipe HV (BS EN 74:i99-4) yang dikembangkan
menyatakan bahwa risiko sfrlpping lebih banyak terjadi pada pe- di ferman. Tipe ini lebih relatif sensitif terhadap prategang berle-
kerjaan jembatan baja, yang memakai mekanisme slip-kritis atau bih, tetapi tidak dipakai di Inggris (ref. www.steelconstructionJ.
friksi. Agar mekanisme friksi terjadi, pemberian gaya pra-tegang
Kesimpulan : baut Grade 8,8 adalah baut mutu tinggi, yang dibagi
adalah sangat penting. AISC mensyaratkan minimum 70o/o dari jenisnya sesuai cara pemasangan, yaitu [1] baut pre-load mengacu
kuat tarik baut. Itu berarti, semakin besar gaya pra-tegang maka
BS EN 'J.4399-3, dan [2] baut non'pre-load mengacu BS EN 15048'
mekanisme friksi semakin baih tetapi di sisi lainnya risiko adanya
Untuk membedakan, dapat dilihat tanda pada kepala bautnya.
stripping baut juga semakin besa6 dan itu susah terdeteksi. Untuk
menghindari risiko yang tidak perlu, tetaplah memakai baut A'325. BS EN ld3q+ PART fi{REE tt* *.* 85,{3rs PARTONE
,6.-* --&:\
m rffi(o)
-.i*o
Baut Grade 8.8 adalah baut mutu tinggi, tetapi untuk sambungan
friksi ada baut lain, yaitu HSFG (high-strength friction-grip), yang
berbeda perilaku kekuatannya, lihat Gambar 8.68 (Morris 1988).
\gf =-.$P/ \<s-l
."* -
r[t: I* ;if.ffi,frTl; ;rL'I*, n,o,*.
(a).Baut pre-Ioad (kiri spesifikasi baru, kanan yang lama)

ffioo
BS Elr l${u8 {iAADI 8.8 | DIN $3/AS EN rSO4OlT CB-A.DE 8.8
2 fAND\ ,/- ^1

\8.9i1,/ \_ie_-/ \_-/


$oae - The 'SS' m8{3 ABIth€ preduc! s'{s
C mstrrfactKr*d lo BS gI\1 l50,l8"

{a), Bavt non-pre-load [kiri spesifikasi baru, kanan yang lama)


Gambar 8, 69 Identifikasi baut mutu tinggi Grade 8.8 [www.andrewsfasteners)

Catatan : dengan demikian baut Grade 8.8 yang diuji tarik sampai
ShcartPtr-tN
putus dan mengalami stripping, kondisi yang mungkin saja terjadi
Gambar 8. 58 Perilaku tarik-geser baut mutu tinggi Grade 8.8 dan HSFG (Moris 1988)
akibat adanl,a prategang berlebih, adalah baut tipe non'pre-load.
fadi baut Grade 8.8 adalah baut mutu tinggi, tetapi tidak mesti itu Baut tipe seperti itu jelas tidak sesuai jika digunakan pada sistem
baut HSFG untuk sambungan friksi. Sedangkan baut A325 adalah jembatan, yang memerlukan baut dengan mekanisme slip-kritis
baut mutu tinggi dan sekaligus baut HSFG versi ASTM (Amerika). atau friksi. Baut untuk struktur jembatan harus tipe pre-load,

642 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Strulitur Baia 643


8.6. Sambungan Baut Tipe Geser Perilaku mekanisme slip-kritis dan mekanisme tumpu dapat dipe-
Iajari dari grafik hubungan beban-deformasi dari satu sambungan
8.6.7, Umum
baut tipe geser yang diuji tarik sampai putus [Kulak et. al. 200].).
Perencanaan sambungan baut tipe geser (Gambar 8.43) adalah
yang pertama dibahas. maklum banyak dipakai dan relatif mudah kerusakan
baut ujung
pelaksanaannya. Karena lubang baut berada langsung di batang.
maka luas penampang jadi berkurang. Berarti pembahasan ini juga lelo,r penampang utuh

relevan dipelajari untuk perencanaan batang tarik (Bab 4). Ieleh percmpang netto

Pada perencanaan batang tarik. reduksi luas penampang akibat q


mekanrsme tumpu
lubang baut diperhitungkan sebagai luas penampang neto [4,J. c
Adanya detail sambungan yang bervariasi. disesuaikan dengan E
proses pabrikasi dan kemudahan erection maka bisa saja terjadi te.jadi $li! -
bahwa tidak seluruh luasan penampang batang tarik akan tersam-
bung baik (lihat Gambar 4.13a). Pengaruhnya diperhitungkan
pada parameter luas penampang efektif @"). Dengan mempelajari
mGkanisne slip-kitis
(tahanan triksi) fHI
strategi perencanaan sambungan secara detail pada bab ini. 0.{0 0.26 0,3c 0.{0
diharapkan data yang diperlukan dapat diperoleh secara akurat PerpanJangan sambungan {in.)

sehingga perencanaan dan perakitan struktur baja akan menjadi Gambar 8.70 Kurva P-A Sambungan Baut Mutu Tinggi {Kulak et.al. 2001J
semakin andal dan ekonomis.
)adi apakah sambungannya adalah mekanisme slip-kritis atau me-
8. 6.2, Perilalat Keruntuhan Sambung an kanisme tumpu adalah tergantung dari terjadinya slip (posisi baut
Konfigurasi sambungan baut tipe geser dan cara pemasangan baut bergeser karena ada gap akibat lubang yang lebih besar dari baut)
mutu tinggi. ternyata saling terkait dan mempengaruhi kekuatan saat dibebani. Agar mekanisme dapat bekeria terus, maka harus
dan kekakuan sambungan itu sendiri, Keterkaitan itu sangat khas. dipastikan bahwa beban yang bekerja harus lebih kecil dari taha-
bahkan menghasilkan dua mekanisme pengalihan gaya-gaya yang nan friksi pelat atau beban kritis yang menyebabkan slip. Itulah
berbeda, yaitu mekanisme [1] slip-kritis dan [2] tumpu. mengapa disebut sambungan sltp-kritis.
Pemasangan baut mutu tinggi dengan prategang U3.1-AISC 201,0), Sambungan sllp-kritis adalah sambungan yang direncanakan tidak
seperti : putaran mur (tu rn - of-t), indikator-tari k- I an gsun g, b aut-
nu mengalami s1lp. Sistem itu diperlukan untuk mengatasi terjadinya
kontrol-tarik-putus, atau kunci-torsi-terkalibrasi, menyebabkan beban bolak-balik [misal tarik jadi desak atau sebaliknya), yang
sambungannya jika diberi beban sampai kondisi batas akan mem- umumnya ada pada jembatan. Jika itu berlangsung terus-menerus,
perlihatkan dua mekanime tersebut. fika gaya prategangnya tidak pada waktu lama maka struktur akan berisiko tinggi mengalami
mencukupi, akibat proses pemasangan tidak sempurna, misalnya kerusakan fatig, yaitu keruntuhan pada kondisi tegangan elastis.
sekedar snug-tight-joint saia, maka hanya mekanisme tumpu saja. Tentu saja tidak semua sambungan harus mempunyai ketahanan
seperti itu. Bangunan gedung misalnya, sambungannya cukup di-
Sambungan baut dengan mekanisme slip-kritis atau tumpu, tidak rencanakan terhadap mekanisme tumpu saja, agar jurnlah baut
bisa dibedakan dari tampilan fisiknya saja. Maklum mekanisme yang diperlukan lebih sedikit, yang berarti lebih ekonomis.
tersebut hanya akan terlihat setelah diberikan pembebanan. Jika
pada beban rencana, baut tidak mengalami slip (tetap ditempat)' Untuk sambungan yang banyak bautnya, sllp tidak terjadi secara
maka saat itu mekanisme sllp-kritis sedang bekerja. Kekuatannya sekaligus, tetapi bertahap. Ketika belum ada slip, mekanisme yang
tergantung dari besarnya tahanan friksi yang terjadi' Sebaliknya, bekerja adalah mekanisme s/rp-kritis yang dihasilkan dari tahanan
jika pada saat dibebani baut mengalami slip maka mekanisme friksi permukaan sambungan. Itu alasannya mengapa permukaan
tumpu telah bekerja. tersebut tidak boleh dicat terlebih dahulu sebelum baut dipasang.

644 Bab L Sambungan Stn:ktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 645


Ketika dibebani, tahanan friksi di bagian sambungan baut terlua4 Case 1 - no slip: terjadi mutrai dari awal pembebanan sambungan
akan diaktifkan. Ketika beban bertambah dan melewati batas slip- sampai batas slip-kritis tercapai. Baut mutu tinggi hanya memikul
kritis, terjadilah sllp. Saat itu baut terluar berubah cara kerjanya. tegangan tarik aksial akibat prategang saat pengencangan. Pada
|ika awalnya baut tidak mengalami kontak dengan pelat sambung, kondisi ini mekanisme yang bekerja adalah mekanisme slip-kritis.
hanya sebagai klem untuk menimbulkan tahanan friksi. Maka saat Kekakuan sambungan dihasilkan dari tahanan friksi, yang timbul
terjadi sllp berubah ke mekanisme tumpu, terjadi kontak langsung ketika dibebani sebagai fungsi kekasaran permukaan dan besar-
dan mengalami tegangan geser. Elemen sambungan akibat kontak nya gaya prategang yang menimbulkan efek jepitan (clamping).
dengan baut juga mengalami tegangan tumpu dan geser. Tahanan friksi mula-mula timbul pada permukaan elemen-elemen
sambungan di daerah baut yang terletak di sisi terluar (pinggir).
|ika beban ditambah terus, baut terluar dengan mekanisme tumpu
mengalami plastifikasi. Jika baut daktail akan terjadi deformasi Case 2 - partial slip : jika beban ditingkatkan maka tahanan friksi
tanpa mengalami kerusakan [plastifikasi). Ketika terjadi, beban juga meningkat sampai suatu kondisi dimana tahanan yang teriadi
lebih akan didistribusikan ke baut di sebelah dalamnya' Itu terjadi tidak kuat lagi menahan beban yang bertambah. Saat itu terjadi s/rp
secara berturut-turut untuk akhirnya semua baut mengalami s/ip. sehingga disebut juga batas beban atau batas slip-kritis. Karena
Perilaku s/rp pada sambungan dapat dilihat sebagai berikut. tahanan friksi mulainya dari bagian sambungan paling IuaL maka
baut yang terluar itu pula yang mencapai kondisi batas slip-kritis
*-> 4,5P1
terlebih dahulu. Baut terluar mengalami s1lp, tahanan friksi hilang.
+ a.SP, bagian pelat terluar memikul tegangan tersebut sehingga terjadi
Cme 1-
plastifikasi, yaitu pada kondisi tegangan tetap $tielding) terjadi
deformasi. Itulah mengapa pada Case 2 ini, pelat sambungan yang
* A,iPo berdeformasi hanya di bagian pinggir. adaprrn yang bagian tengah
Pz <--
+ 0,5?, masih terjadi kondisi no-slip. Kekuatan baut pinggir memikul be-
ban akan timbul lagi ketika akibat slrp terjadi kontak antar permu-
Cme 2. Parthlslip
kaan baut dan pelat sambung. Terjadilah mekanisme tumpu pada
.....1. 0,5P,
baut terluar. adapun baut di bagian dalam masih mekanisme slrp-
.,,-.- O,Sp3
kritis. Inilah yang dimaksud dengan partial atau sebagian itu.
Cas 3. Full slip
Case 3 - full slip : terjadinya slrp baut dan deformasi pelat bagian
Skema bergambar yang mewakili terluar menyebabkan gaya-gaya terdistribusi pada baut di sebelah
tiga kondisi perpindahan titik-titik
pada sambungan baut mutu tingqi. dalam. Mula-rnula prosedurnya seperti baut terluar sebelumnya,
begitu seterusnya secara bertahap menuju baut ke tengah. Akhir-
nya semua baut pada sambungan mencapai batas sllp-kritis, dan
terjadi s1lp. Akhirnya semua baut akan bekerja dengan mekanisme
---- Casl tumpu, Pada kondisi tersebut beban dapat ditingkat sampai salah
Cas 2 I lahanan friksi
satu, apakah baut atau pelatnya yang runtuh teriebih dahulu.
--- mksmum
cas 3 I
-.- I tahananfriksi
Mekanisme pengalihan gaya-gaya Cipengaruhi oleh slrp dan plasti-
I belum bekeqa
fikasi elemen sambungan. SIIp dapat terjadi karena lubang baut
Gambar 8.71 Mekanisme perpindahan pada sambungan [Kulak et.al 2001) rnempunyai ukuran yang lebih besar dari diameter bautnya. Ini
Gambar 8.71 dari Kulak et. al [2001) memperlihatkan bagaimana diperlukan urrtuk toleransi pelaksanaan. Adapun sifat plastifikasi
tahapan pengalihan gaya-gaya pada sambungan baut mutu tinggi tergantung jenis material, apakah termasuk material yang daktail
dengan pengencangan khusus. Ada dua mekanisme yang bekerja, atau tidak. Itu alasannya mengapa parameter keduanya menjadi
yaitu mekanisme slip-kritis dan mekanisme tumpu. persyaratan ketat AISC (20L0).

L Sambungan Struktur
646 Bab Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 647
8,6.3, Mekanisme Slip-kritis Bout Gaya prategang Tabel 8.11 adalah gaya tarik efektif minimum pada
8.6.3.1. Umum baut. fadi bukan besarnya momen torsi dari kunci-torsi yang jadi
Sambungan baut mutu tinggi tipe-geser dengan mekanisme slip-
ukuran. lVlomen torsi akibat proses pengencangan dengan kunci
kritis atau sambungan slip-kritis dipilih untuk konstruksi yang di- torsi bisa saja tidak semuanya tersalur jadi gaya prategang tersebut.
dominasi beban dinamik atau beban bolak-balik berganti tanda.
Itu terjadi biasanya karena friksi antara mur dan baut yang kurang
yang umum terjadi pada jembatan atau mesin industri. Meskipun baik. Prosedur pengencangan baut mutu tinggi yang tepat adalah
kunci pentin g agar gaya prategangnya tercapai.
kekuatannya lebih kecil dibanding sambungan mekanisme tumpu.
tetapi dipilih karena efektif mengurangi risiko kerusakan fatig. 8.6.3.3. Koefisien Permukaan Sambungan
Kuat sambungan slip-kritis dihasilkan dari tahanan friksi bidang Selain proses pengencangan baut mutu tinggi, kinerja sambungan
kontak pelat akibat adanya gaya prategang di baut mutu tinggi mekanisme slip-kritis sangat tergantung pekerjaan persiapan per-
yang dikencangkan khusus. Mekanisme pengalihan gaya-gayanya mukaan elemen yang disambung. Untuk pekerjaan persiapan yang
dapat digambarkan sebagai berikut, lihat Gambar 8.72. berbeda akan menghasilkan koefisien friksi permukaan, p yang
beragam pula sebagaimana terlihat pada Tabel 8.12 berikut.
Tabel 8.12 Koefisien Friksi ( p J dari Berbagai Penelitian (Kulak et.al. 2001)

, ,enis,Bait ,' Me.dh, ,!St l,ili


evta $,p{dFel
47. A36. A440 o.32 0.06 180
A7 . 436. A440. Fe37
bersih skala pabrik o.33 o.o7 327
A5B8 bersih skala oabrik 0.03 31
Fe37 blast o.49 0.0 7 t67
A36. Fe37 blast o.51 0.09 186
A514 rit-bldst 7
Gambar 8.72 Mekanisme sliP-kritis
436. Fe37 o ri st terbuka f sinsl<atl
t- b I e o.s3 O.Ofi
436. Fe37. FeS2 0 ri t- b I o st terhuka f si n skatl
Tahanan friksi sifatnya pasif, sebagai reaksi beban luar' Besarnya 0.54 0.06 B3
47.436.4514. AS72 sand-blast o.s2 0.09 106
tergantung dari gaya prategang dan kondisi permukaan kontak. 436. Fe37 hot-dio oalvanish o.1a 0.04 27
Sambungan slip-kritis memerlukan pekerjaan persiapan khusus, 47.436 seminolished o.2a 0.04 12
misal sand-blasting, dan tahapan pengecatan yang khusus. vinvl wash (seienis cat dasar') o.2a 0.02 15
cat berbahan dasar sens fzincl o.30 3
8.6.3.2. Gaya Tarik Prategang Minimum 436
metallized o.4a
g a lv an is h dan s and-b la-ct 0,34 1
Besarnya gaya tarik prategang minimum pada baut mutu tinggi sand-blast d,an minvak linseed, terbuka o.26 0.01 3
cat timbal merah ,/ meni (red leodl
telah ditetapkan oleh AISC [2010) sebagai berikut. 0,o6 6

Tabel 8.11 Prategang baut minimum (J3.1 - AISC 2010) Koefisien friksi p tergantung pekerjaan persiapan permukaannya.
.rAB?E(Giirrp
AISC (2010) menyederhanakannya dengan dua mutu kelas A dan
A} 44e0,{Giup E}
'fkbs) ri.&M,l kelas B serta diberikan nilai p terkait.
+, t2 15
5 97 24 t74 Permukaan kelas-A adalah permukaan baja bersih tanpa cat, atau
M16 19
3A M20 2A 142 35 t79 permukaan baja hasil blasting tetapi dilapisi dengan coating kelas
'/" M22 39 176 49 22t A, atau baja dengan hot-dip-galvanish yang dikasarkan. Pada kon-
1 M24 51 205 64 257 disi permukaan seperti itu maka nilai p = 0.3 untuk perencanaan.
11 M27 56 267 80 334
tV* M30 77 326 102 408 Permukaan kelas-B adalah permukaan bersih baja hasil blasting
L" M36 85 475 LzL 595 dan tanpa cat, kalaupun ada cat hanrs jenis coqting kelas B. Pada
lrA. 103 L4A kondisi permukaan seperti itu nilai l.t. = 0.5 untuk perencanaan.

Smbungm Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia


644 Bab 8.
649
8.6.3.4. Tahanan Slip-Kritis Nominal 8.6.4. Mekanisme Tumpu Baut
8.6.4.1.. Umum
Besarnya tahanan slip untuk kondisi batas slip atau R, untuk baut
mutu tinggi berdasarkan AISC (2010) adalah sebagai berikut: Semua baut mutu tinggi yang dipasang harus dikencangkan secara
khusus, sehingga keientuan prategang barrt minimum. Tabel f3.1M
Rn= U D,hrTuns ....... .. 03'41
(AISC 2010J, terpenuhi^ Oleh karena itu mekanisme tumpu hanya
dimana terjadi jika mekanisme slip-kritis gagal, ditandai terjadinya s1ip.
lL koefisien slip rata-rata, tergantung kondisi permukaan. Istilah gagal, tidak berarti bahwa kondisin5a telah runtuh, bukan
Pekerjaan persiapan mutu kelas-A adalah P = 0.3. untuk itu, tetapi karena tahanan friksinya tidak lagi bekerja. Secara fisik
mutu kelas-B (lebih ketat) adalah F = 0.5. pada sambungan itu hanya ditandai oleh adanya slip, tidak lebih
tidak kurang. Fenomena ltu tentu akan diabaikan oleh yang awam.
D, = 1.13 , adalah faktor pengali yang merepresentasikan Adapun mekanisme tumpu yang menggantikannya, berisiko tinggi
gayaprategang baut rata-rata terpasang dengan gaya tarik
untuk mengalami kerusakan fatig.
baut prategang minimum.
h, faktor terkait adanya pelat pengisi (fille),jika tidak ada
' filteratauhanya Lfillermakahr= 1.0, jika adaZfiller
diantara pelat sambung maka ht= 0.85.
Tb gaya tarik baut prategang minimum sesuai
Tabel 8.11 atau Tabel J3'1M (AISC 2010). Gambar 8.73 Kerusakan sambungan akibat mekanisme tumpu (Wijaya 2011J

fl" jumlah permukaan yang menimbulkan bidang kontak' Fatig atau kelelahan, adalah fenomena keruntuhan material logam
untuk konfigurasi sambungan Gambar 8.72 maka ff,= 2' yang terjadi pada kondisi tegangan relatif rendah, sebeium leleh
Kuat batas slip-kritis, Ru= R,, dimana nilai rp tergantung bentuk
Q
felastisJ. Kondisi ini biasa dijumpai di konstruksi yang me'ngalami
dan ukuran lubang baut. Untuk lubang standar atau lubang slot- siklus beban bolak-balik, rnisal kondisi beban tertentu tarik, tetapi
pendek yang dipasang tegak lurus arah beban, Q = 7.O' Untuk lu- kondisi lain menjadi tekan. Beban seperti itu umumnya merujuk
pada beban bergerak yang terjadi terus menerus, Oleh sebab itu
bang oversize dan slot-pendek tetapi dipasang sejajar arah beban
maka { = 0.85. iika lubangnya slot-panjang maka Q = 0'70'
kerusakan fatig umumnya terjadi setelah bertahun-tahun kemu-
dian. Konstruksi yang berisiko tinggi mengalami kerusakan fatig
Kuat batas sllp-kritis dipakai untuk menentukan jumlah baut pada adalah jembatan, bangunan industri seperti conveyor-belr atau
suatu sambungan. Untuk itu tentu perlu diketahui terlebih dahulu crane, atau untuk struktur pemikul mesin dengan getaran tinggi.
besarnya gaya maksimum atau minimum dari berbagai kombinasi
pembebanan yang akan bekerja di sambungan. Karena jika gaya
ikri y"ng terjadi melewati besarnya tahanan slip-kritis, maka ke-
kuatan friksi pada sambungan tidak bisa diharapkan, alias hilang'
Selanjutnya jika terjadi slrp, maka mekanismenya akan berganti
menjadi mekanisme tumpu. Itu menyebabkan ketahanan terhadap
fatig tidak bisa diharapkan lagi, yang berarti berisiko tinggi untuk
mengalami keruntuhan di bawah tegangan leleh (masih elastis)' Gambar 8.74 Kerusakan logam akit'at fatig (lnternet : Jenkins - KhannaJ.

Adapun sambungan baut tipe geser bermekanisme tumpu adalah


didasarkan pada kondisi bagaimana memanfaatkan material seca-
ra maksimal, yaitu sampai kondisi inelastis (Fn dan d). Wajar jika
dengan mekanisrne ini kapasitasnya akan lebih besal atau dengan

Strukur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia


650 Bab 8. Sambungan
657
kata lain, jumlah baut perlu relatif lebih sedikit dibanding jika 8.6.4.2. Kuat Tumpu Baut
memakai mekanisme s/ip-kritis. Tetapi perlu diingat perencanaan
dengan mekanisme tumpu hanya valid jika jenis bebannya tidak Kuat tumpu pelat sambungan dari AISC (2010J memperhitungkan
berisiko fatig. fika ada, maka apa yang direncanakan itu tidak akan pengaruh deformasi. fika besarnya itu akan mempengaruhi fungsi
terpenuhi karena kerusakan fatig akan mengambil alih. struktur sehingga kekuatannya perlu dibatasi maka dapat dipakai
rumusan berikut dengan mengambil nilai yang terkecil :
Baut pada mekanisme slrp-kritis adalah penyedia gaya prategang
sehingga terjadi efek clamping pad,a permukaan kontak yang me- l"tF,<2.4dtF,
R,=7.2 ....'....03-6a)
nimbulkan tahanan friksi [s1rp-kritis). pada baut tidak ada peng- Parameter pertama (7.2 l,t d) didasarkan pada kuat geser pelat
alihan geya-gaya sambungan, hanya gaya aksial prategang saja. di belakang bidang tumpu. Nilai 1.2 diperoleh dengan asumsi kuat
Kondisi akan menjadi berubah ketika gaya luar; p lebih besar dari geser pelat dibatasi sebesar 0.6 F, yang dipikul oleh dua bidang
geser sejarak d. Lihat garis putus-putus pada Gambar 8.75. Adapun
tahanan slip-kritis akibat efek clamping sehingga terjadi s1rp. pelat
sambung saling bergeser di arah berlawanan, Iihat Gamb ar 8.75.
parameter kedua (2.4 d r { ) didasarkan pada kuat tumpu pelat
dengan tebal; t (mm) ketika memikul baut berdiameter d (mmJ.

tumpu pelat
Selanjutnya jika terjadinya deformasi pada sambungan dianggap
tidak mempengaruhi fungsi maka kuat tumpu dapat ditingkatkan
yaitu nilai terkecil persamaan berikut:
@rlr R, = 1.5 l,t Fu<3.0 d t F, ......; (r3-6bJ

dimana
I" adalah jarak bersih (mm) searah gaya, dihitung dari tepi
a), potongan
lubang ke tepi pelat terluar (untuk baut pinggir) atau jarak
bersih antar tepi lubang (untuk baut dalam).
lumpu peiat
Fu kuat tarik minimum baja pelat yang ditinjau (MPa).
Rumus kuat tumpu di atas berlaku untuk semua jenis lubang baut,
apakah standa{, oversized, slot-pendek atau slof-panjang asal arah
slot sejajar arah gaya. Itu berarti slip yang terjadi bisa sebesar slot
atau dengan kata lain bentuk lubang akan mempengaruhi kapan
mekanisme sllp terjadi. Sehingga tentu saja logikanya, jenis lubang
slot tidak boleh dicampur dengan non-slot. Jika dicampur untuk
gaya searah slof, maka yang akan bekerja terlebih dahulu dalam
memikul beban adalah baut yang berada di lubang non-slot. Baut
b). tampak atas
yang berada di lubang belum (tidak) bekerja. Selain itu pemakaian
Gambar 8.75 Mekanisme tumpu lubang jenis slot perlu diperhatikan deformasi sambungan karena
Pelat-A dan C bergeser ke kiri, dan pelat-B yang diapit keduanya, bisa mempengaruhi distribusi gaya-gaya internal pada struktur.
bergeser ke kanan, saling berlawanan. pergeseran pelat atau Untuk kuat tumpu dengan lubang baut tipe slot-panjang yang arah
umum disebut sebagai s/rp. berhenti ketika terjadi kontak dengan slot-nya tegak lurus arah gaya, maka kekuatannya berkurang dan
baut berupa tumpu atau bearing. Pelat di belakang bidang tumpu dapat dihitung sebagai berikut.
ditahan oleh dua bidang geser (garis putus-putus Gambar 8.75).
fadi tahanan tumpu baut ditentukan oleh tahanan tumpu-pelat dan R, = 1.0 l"tFusz.o dtF, ......... (f3-6c)

sekaligus tahanan geser-pela! nilai terkecil yang menentukan.

652 Bab 8: Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 653


8.6.4.3. Kuat Geser Baut 8.6.4.4. Kuat Geser Blok
Perhitungan kekuatan sambungan tipe geser dengan mekanisme
fika pelat mengalami fenomena tumpu dan gese4, maka pada baut
juga demikian. Tetapi karena ukuran baut sudah tertentu, maka tumpu yang telah dibahas sebelumnya, adalah didasarkan pada
kerusakan akan terjadi lebih dahulu adalah geser. oleh sebab itu sumbangan kekuatan individu masing-masing baut sambungan.
dalam perencanaan yang dievaluasi hanya kuat geser saja, yang Untuk jumlah baut yang relatif kecil dan dengan konfigurasi ter-
relatif lebih lemah dibanding kuat tumpunya' Bentuk kerusakan tentu memang seperti itu perilakunya. Tetapi untuk sambungan
geser yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 8.76 berikut' dengan jumlah baut yang relatif banyak, dengan penempatan yang
berkelompok, ternyata perilakunya khas, bisa terjadi keruntuhan
blok dalam satu kesatuan sebagaimana terlihat pada Gambar 8.77.

Gambar 8.77 Keruntuhan Geser Blok [sumber : http://sac.ce.gatech.eduJ


Gambar 8.76 Tipe kerusakan baut pada sambungan tipe geser [Wijaya 2011i
fenis keruntuhan blok ini sering dirujuk sebagai keruntuhan blok-
Gambar 8.76 memperlihatkan hasil uji sambungan tipe geser yang gese6, dan tidak termasuk perhitungan pada metode sebelumnya.
ditarik sampai putus (Wijaya 20t1-)- Sambungan rusah dimana Sehingga sambungan tipe geser dengan jumlah baut yang relatif
baut mutu tinggi terbelah menjadi dua akibat gaya geser' Hal yang banyak dan ditempatkan berkelompok perlu dievaluasi tersendiri.
menjadi perhatian, meskipun dalam memperhitungkan kuat geser Dari bentuk keruntuhan yang terjadi, pada potongan blok, terlihat
baut dihasilkan dari dua bidang gese[ tetapi ketika terjadi keru- ada bagian potongan yang tertarik (tegangan tarik) dan ada pula
sakan, cukup satu bidang geser saja yang gagal maka sambungan bagian potongan yang tergeser (tegangan geser).
akan rusak. Perilaku kerusakan baut yang terjadi sifatnya tiba-tiba,
mendadah non-daktail, dan sebaiknya dihindari. Untuk itu pastikan R,:0.6F,Anu.+U bsF,Aft =y\:g*U b,FuA,t ...... .... U4-s)
bahwa kuat geser baut lebih besar dari mekanisme lain' Jioktilr kieh
dimana
Rumus kuat baut per satu (1) bidang geser adalah Fu l<uattarik minimum pelat sambungan (MPaJ
R,= FruAo ..... AISCJ
tl3-1
F, kuat leleh minimum pelat sambungan [MPa)
dimana -A,,, luas neto (dengan lubang) pototlgan mengalami gaya geser.
adalah tegangan geser nominal baut sesuai Tabel 8'5 atau yaitu garis batas blok searah gaya [mm2J.
{,
Tabel f 3.2 (AISC 2010). .4r, luas utuh [tanpa lubangJ potongan mengalami gaya geser.
yaitu garis batas blok searah gaya [mm2).
Ab adalah luas penampang baut, bagian berulir atau polos'
tergantung tegangan geser nominal yang dipakai' .4,, luas neto [dengan lubang) potongan mengalami gaya tarik.
yaitu garis batas blok tegak lurus gaya (mm2).

Wiryanto Dewobroto - Sfuktur Baia


654 Bab 8. Smbungan Struktur 655
Uu" untuk tegangan tarik merata (unifurm) Uu"= 1,.0, dan yang 8,6.5, Contoh Sambungan Tipe Geser
tidak merata (gradien) Ur" = 0.5. Ini biasa dijumpai misalnya
8.6.5.1. Sambungan Tumpu
pada sambungan ujung dari balok dengan penempatan
kolom baut secara ganda. Informasi lebih lanjut lihat pada
commentary I4.3 - AISC [2010). -J
i

Untuk mendapatkan kondisi yang paling kritis, maka bidang kritis NI


I
I

geser maupun bidang kritis tarik perlu ditinjau berbagai kemung- @i


Ni
kinan untuk suatu konfigurasi bentuk penampang yang berbeda.
Sebagai ilustrasi adalah profil I dan profil T berikut.
'\ tubang standar *l--1S
Gambar 8.79 Sambungan baut tipe geser pada profil 1L00x 100x 10

Rencanakan sambungan batang tarik profil tr100x100x10, pelat


mutu Bf37 (Fy240 MPa. d 370 MPa), baut 3 M22 - ASTM A325.
Jawab:
Dimensi pelat sambung relatif lebih besar dibanding profil siku,
karena mekanisme keruntuhan sama, yaitu tumpu. Karena itu profil
a). b)'
siku dianggap yang kritis dan menentukan krrat sambungan.
Gambar 8.78 Berbagai kemungkinan keruntuhan blok-geser
Tinjau kuat tumpu pelat [profil siku).
Konfigurasi blok-geser yang menentukan adalah yang menghasil-
Baut $22 mm, lubang baut standar $24 mm (J3.3M - AISC 2070).
kan tahanan blok geser paling kecil.
Itu diameter lubang aktual, untuk perhitungan dipakai lubang
8,6.4.5. Kekuatan Sambungan imajiner b = 24 + 2 = 26 mm, yang diambil karena dianggap terjadi
pelemahan selama pembuatan lubang. Ukuran sambungan yang
Untuk mendapatkan kuat nominal sambungan, semua mekanisme dihitung didasarkan lubang imajiner sebagai berikut :
keruntuhan yang teridentifikasi harus ditiniau, yaitu : [1] kuat
tumpu (geser) pela! yang merupakan jumlah kumulatif tahanan
Ll
tumpu masing-masing baut yang mengalami kontak dengan pelat; OOx1 OOxl O

[2] kuat geser bau! tergantung dari jumlah bidang geser per baut
-.-i I
l

jumlah baut di sambungan dan kuat geser nominal baut; [3] kuat \l€:
tt N
geser blok, khusus untuk sambungan dengan jumlah baut yang
relatif banyak dan ditempatkan secara berkelompok.
Kuat nominal maksimum, R, dari sambungan ditentukan jika salah
Gambar 8.80 Sambungan dengan lubang imajiner
satu dari mekanisme di atas dapat tercapai terlebih dahulu. Itu
artinya gaya terkecil yang menimbulkan mekanisme keruntuhan Kuat tumpu didasarkan pada kondisi deformasi yang kecil maka
adalah yang menentukan. Selanjutnya kuat batas sambungannya
adalah Ru= Q R, , dengan faktor ketahanan Q = 0.75 untuk keselu-
R-=1-.2|-tF..s2.4dtF......
ncuu ....U3-6a)
ruhan mekanisme keruntuhan yang ditinjau. Hal itu menunjukkan bauta:Rnd =L.2x27x1.0x370 <2.4x22x10x37j ) Rna = 119.88kN
bahwa keruntuhan yang terjadi melibatkan keruntuhan fraktur baut b :R,u- 1.2x54x10x370 s 2.4x22x70x370 ) R,a = 195.36 kN
yang relatifkurang daktail dibanding keruntuhan leleh.
baut c : Rnc = 1.2x54xL0x370 < 2.4x22x70x370 > Rnc = 195.36 kN
=R +R.+R =510.6kN
makaRnnqnDnc

Bab 8. Smbungan Srruktur Wiryanto Dembrcto - Struktur Baja


656 657
Tinjau lmat geser baut [satu bidang geser). Dari tiga mekanisme keruntuhan tersebut maka kuat geser-blok
memberi nilai terkecil, sehingga menentukan. Itu berarti kekuatan
Ada tiga baut (a, b dan c), masing-masing baut memikul gaya geser sambungan ditentukan oleh bagian yang paling lemah. Jika ingin
sama (satu sisi), mutu baut A325 [F,, = 330 MPa). Baut <122 mm dilakukan peningkatan kekuatan maka tentu perlu tinjauan pada
makaAu= 380 mmz. Kuat nominal terhadap geser baut adalah : bagian tersebut terlebih dahulu.
= F A. .....
RhnvD .. '. .. '. 03-1)
8.6.5.2. Batang Tarik
R nD =R
na =R. nc =
330x380 =125400 N = 125.4kN Perencanaan batang tarik dibahas lengkap di Bab 4, dimana ada-
total R, = 3xLZS.4 -- 376.2 kN nya lubang (1,) dan cara penyambungan [4,), berpengaruh. Fokus
Tinjau lmat geser blok. perencanaan batang tarik adalah menentukan luas penampang
kritis, berapa besar reduksi penampangnya, tidak mengevaluasi
Meskipun jumlah baut hanya tiga, relatif sedikit, tetapi karena yang
kecukupan dari alat sambung yang dipakai. Agar diperoleh kaitan
disambung adalah profil siku pada satu sisi saja maka distribusi antara perencanaan sambungan dan perencanaan batang tarik.
gaya menjadi tidakmerata. Ada bagian yang memikul gaya berlebih
akan ditunjukkan pada kasus profil siku 1100x100x10 berikut.
{overstressed) yang menyebabkan terjadinya keruntuhan blok'
Adapun konfigurasi blok yang dianggap kritis adalah berikut' Hitung kapasitas batang tarik profil siku tr100x100x10 yang di-
sambung dengan baut mutu tinggi, lihat Gambar 8.79.
./-- geser
6Or' 40
f
|awab : Material bajaBJ3T (Fy240 MPa dan F,370 MPaJ. Profil L
L100x100x10 mengacu SNI 07-2054-2006, untuk 1100x100x10, A=1900. mm2,
dan posisi titik berat Cr= Cr= x = 28.2 mm
:_l
-'A7o,-**
,f:l / Kapasitas tarik dari kriteria leleh $tielc{) penampang utuh.
_-1

tarik rbP
tnys =O.9F A (D2-1ArSC)
\- blok yang ditinjau
4P,= 0.9x240x1900/1000 = 410.4 kN
Gambar 8.81 Blok pelat pada sambungan yang ditinjau
Kapasitas tarik dari kriteria fraktur penampang berlubang.
Kuat nominal sambungan terhadap keruntuhan geser blok adalah
QP,= O.75 FuA" ... ...(D2-2 Arsc)
Rr:0.6FrA,u+UbsFuAft<0-6FyAs,+UbsFuAil ..04-sl
Dari detail sambungan (Gambar 8.81) diketahri 4"u, = 22 mm dan
frakatr leleh
4,uung = 24 mm, untuk hitungan di.riin". = 24 + 2 = 26 mm, karena
sehingga dianggap terjadi pelernahan pada whktu pembuatan lubang. Baut
- - = 1350 mmz
An = (40+L6O)-(26x2.5)x10 segaris sehingga potongan kritis ditempati satu lubang, maka :

A,r= 37xLo = 370 mmz dan Ur" = [.Q An= 1900 - 26x70 = L640 mm2
frantur = (0.6x370x1350 + 7'0x370x370)/1E3= 313.4 kN
leleh= (O.6x241x200x10 + 1'0x370x370)/7E3 = 424.9kN U = L- x/L = 7 - 28.2x760 = 0.824
4 = 313'4 kN A. = UA, = 0.824 x1640 = 1351.4 mm2
Ada tiga kondisi batas untuk menghitung kuat sambungan. yaitu :
QP^= 0.75x370x1357.4/ l-000 = 375.0 kN <terkecil>
L. kuat tumpu profil : 510.6 kN Kuat batang tarik rp{, = 375.0 kN >> sambungan rpR, = 235.05 kN.
2. kuatgeserbaut :376.2 kN **
3. kuatgeserblok ;3L3.4 kN menentukan** fadi detail sambungan tidak mencukupi untuk mendukung kinerja
batang tarik. Sambungan harus dirancang ulang agar maksimal.
fadi { = 0 Rn=0.75 x 3L3.4 = 235.05 kN

Bab 8. Smbungan struktur WirJanto Dewobroto - Struktur Baia


659
8.6.5.3. Sambungan Tumpu (rancang ulang) 8.6.5.4. Sambungan Slip-Kritis
Rancang ulang sambungan tipe geser dengan mekanisme tumpu Rencanakan sambungan baut tipe geser dengan mekanisme slip-
untuk batang tarik profil I100x100x10 secara optimal. kritis untuk batang tarik profil siku tr100x100x10 yang optimal.
fawab : Agar optimal, sambungannya harus lebih kuat dari batang fawab : agar sambungan lebih kuat dari batang yang disambung
yang disambung. fadi ,p R^ > p maksimum, yaitu 411 kN (kriteria maka rpR, > { maksimumnya, yaitu 411 kN [kriteria leleh). fika
leleh). Hasil desain sambungan sebelumnya diketahui k&uatan- pakai baut M22,makatahanan friksi per baut adalah.
nya ditentukan oleh kuat geser blok dan kuat geser baut.
Rn=ltDuhrTur?s....... ......(J3-4')
Dicoba terlebih dahulu kuat geser baut, dipakai n = 4 baut.
dimana
Rn= F*Au (per baut) ......... 03_11 lt koefisien slip, anggap mutu kelas-B sehingga p = 0.5
R*= Rnt= R,"= 330x380 = 125400 N = 125.4 kN. Du mengikuti ketentuan AISC sehingga D,= 7.L3
n = 4 ) SR, = 0.75x4x725.4 r 376 kN <<< p,maks. (not OK) h, tanpafiller sehingga hr= 1
Tb sesuai Tabel 8.11, untuk M22 (A325),Tt= \76kN
n=5 ) Q& = 0.75xSxL25.4 = 470 kN >>> p maks. (OK). fl, karena hanya satu sisi [t?ka n" = 1
Dipakai sambungan dengan 5 (lima) baut sebagai berikut.
0=1.0 untuk lubang standar atau lubang slot-pendek, dipasang
tegak lurus arah beban
sehingga rpR, = 1.0x0.5x1.13x1x176xL = 99.4 kN (per baut). Jadi
jumlah baut perlu = 41.1 / 99.4 = 4.13 maka dipakai 5 baut. Karena
jumlahnya sama dengan sebelumnya, maka detail sambungan lama
tetap dapat dipakai. Bisa juga memakai detail lain, misah,ya dengan
mengurangi jarak antar baut agar ukurannya lebih kompal<, tetapi
Gambar 8.82 Sambungan batang tarik - mekanisme tumpu
persyaratan 3d sebaiknya harus tetap dipenuhi.
(finall
28.2
Check kuat sambungan terhadap keruntuhan geser blok --1 -- - -- -- --
I
R" =?.9.pre* +U bsFuAnt <o.6FyAsv +IJ b,F,A,t .. . .. .. .. . g4-sl *T
frakar bieh qi
Baut 522 mm, lubang baut standar r$24 mm, untuk hitungan pakai @l
Ni
lubang imajiner <p26 mm akibat pelemahan dari pelaksarrirrrryr.
A,,= ((40+4x80)-(4.5x26))x10 = 2430 mmz Gambar 8.83 Sambungan batang tarik - mekanisme slip-kritis
A,r= (50-26/2)xl0 = 370 mm2 dan Ur" = 1.6
fraktur = (0.6x370x2430 + L.0x370x370)/100O= 676.4kN Pembahasan : Dari contoh 8.6.5.3 dan8.6.5.4 meskipun jumlah baut
leleh= (0.6x240x360x10 + 1.0x370x37O)/LOOO = 65S.3 kN untuk kedua mekanisme sambungan yang digunakan, adalah sama,
<pR, -- 0.75x 655.3 = 491.5 kN >>> p,maks. (OKJ tetapi persyaratan kondisi bentuk lubang baut pada mekanisme
s/Ip-kritis harus lebih diperhatikan. Hal itu menentukan nilai rp.
Check pengaruh shear-lag.
U = 1-- x/L = 1- 28.2/(4x80) = 9.912
A,= UAn= 0.912 xL640 = 1495.5 mmz
QP,= O.75x370x1495.5/ 1000 = 415 kN r> p, maks. (OK)

Bab 8. Sambungan Struktu Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


66L
8.7. Sambungan Balok fembatan Sebelumnya telah dibahas panjang lebar cara kerja sambungan
8,7.7. Pendahuluan baut tipe gese4, baik dengan mekanisme slip-kritis atau tumpu.
Dasar pengetahuan itu selanjutnya akan digunakan pada perenca-
Keberadaan teknologi las untuk sambungan struktur baja adalah naan sambungan balok atau girder seperti pada Gambar 8.84.
penting sekali. Material baja yang disambung dengan las dapat
menjadi satu kesatuan. |ika diuji beban sampai putus pun, bagian 8.7.2. Filosofi Perencanaan
yang putus adalah di bagian luar sambungan tersebut. Itu alasannya, Girder yang ditinjau adalah balok lentur profil I dan bentang pan-
mengapa jika tidak ada masalah pada transportasi atau erection, jang sehingga momen lebih dominan dibanding gaya geser. Untuk
maka sistem sambungan las adalah pilihan andal dan ekonomis' girder dengan profil I, maka pelat sayap akan memikul > 85%o dari
Fakta menunjukkan bahwa untuk konstruksi besar, bail< jembatan momen lenturl dan pelat badan hampir lA0o/o gala geser (lihat
atau atap baja, maka tidak mudah membuat struktur utuh hanya perilaku balok lentur pada Bab 6J. Oleh sebab itu ttntuk perenca-
dengan iambungan las. Keterbatasan dalam transportasi maupun naan satnbungan dianggap morlen lentur akan dipikul oleh pelat
erection adalah penyebabnya. Untuk itu struktur perlu dibagi-bagi sayap (resultan gaya pada sayap atas dan bawah sebagai momen
menjadi segmen terpisah, untuk kemudian disambung kembali di kopel), dan gaya geser pada keseluruhan pelat badan. ]adi pelat
lapangan dengan baut mutu tinggi' Bayangkan jika girdernya yang sambungan pada sayap dan badan dipilih dan direncanakan untuk
dipasang lebih besar dari orangnya (Gambar 8.84) maka tentu memikul gaya-gaya tersebut. Konsep ini dianggap cukup konser-
t.irrrpoitur i dan erectionyangdilakukan juga akan sulit kalau tidak vatif dibanding asumsi yang lain [Fisher - Struik 797 4).
mau dikatakan tidak mungkin [mahal dan berisiko tinggi)' Prinsip kerja sistem sambungan balok telah dipahami, yang perlu
dipertanyakan adalah besar momen dan gaya geser rencana'untuk
sambungan. Maklum untuk struktur balok, maka besarnya momen
dan gaya geser tergantung dimana sambungan itu akan dipasang.
Ketentuan I1.1 IAISC 2010) hanya memberikan gambaran umum
tentang momen dan gaya geser rencana untuk sambungan, yaitu
atas dasar hasil analisis struktur terhadap beban-beban rencana,
dan harus konsisten dengan metode konstruksi yang dipilih.
Adapun perencanaan sambungarr girder jembatan menurut keten-
tuan 6.13.1 IAASHTO 2005) l-rarus didesain terhadap kondisi kuat
batas, yang tidak kurang dari nilai terbesar dari :
o nilai rata-rata momen (gayal dari beban terfaktor R, dengan
momen [gayal dari tahanan elemen terfaktor R. di titik sama.
. atau minimum 75o/o tahanan elemen terfaktor R"(r=resistant).
untuk tinjauan kondisi kuat batas (ultimate) maka R. = Q R,.
GambarS.s4Sambungangirderdiproyekjembatan(http://s3ravenelbridge'netJ
Untuk balok menerus, AASHTO (2005) mensyaratkan sambungan
Meskipun secara teori, sambungan las juga dapat dilakukan di- harus dipasang dekat dengan titik belok (inflection point) akibat
tempat proyek (di lapangan), tetapi untuk struktur besar tidak beban mati. Untuk sekitar titik tersebut maka momen lentur tidak
disarankan. Proses pengerjaannya akan berisiko tinggi tidak dominan, kalaupun ada itu adalah akibat variasi beban hidup.
mencapai mutu sebagaimana jika dikerjakan pada bengkel kerja Meskipun begitu, ada syarat kuat sambungan minimum 75o/o R,
(workshop). fadi, selama ini ada ketentuan yang diamini bersama, termasuk momen dan geser. Itu berarti perencanaan sambungan
bahwa untuk mengantisipasi hal itu maka sambungan di lapangan harus didesain cukup konservatif atau kondisi paling aman.
harus memakai sambungan baut mutu tinggi.

662 Bab 8. sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 663


Selain menetapkan besarnya momen, gaya geser rencana, dan Io- Bentuk sambungan balok pada Gambar 8.85 umumnya dijumpai
kasi pemasangannya, AASHTO [2005) meminta detail sambungan- pada konstruksi jernbatan, yaitu ditandai dengan pemakaian
nya yang harus memenuhi persyaratan berikut : baut yang relatif banyak. Itu terjadi karena baut mutu tinggi yang
digunakan harus direncanakan bekerja dengan mekanisme slip
L. Bentuk sambungan selain pral-tis (mudah diaplikasikan), juga
kritis, yang diperlukan untuk mencegah slip. Sambungan yang
harus dibuat simetri terhadap sumbu penampang. Ketentuan
mengalami slip pada kondisi beban dinamis atau beban bolak-
ini menyebabkan pelat untuk sambungan pelat badan harus balik, dalam waktu lama akan rawan mengalami kerusakan fatig.
terdiri dari pelat ganda [pelat dua sisi). Sehingga jika dipilih mekanisme slip-kritis maka sambungan telah
2. Profil balok yang disambung dianggap elemen terpisah : pelat dirancang untuk suaEu beban rencana tertentu, tidak terjadi sltp.
sayap dan pelat badan, juga dianggap kondisinya utuh (gross)
Jenis sambungan yang mirip juga dipakai pada bangunan gedung.
tanpa lubang. Agar persyaratan fatig tidak menentukan, pelat
Biasanya jumlah bautnya relatif lebih sedikit. Itu karena kondisi
penyambung harus mempunyai luasan minimal sama atau
beban pada bangunan gedung dianggap tidak berisiko menimbul-
lebih besar dari pelat yang disambung. Tebal pelat > 8 mm.
kan fatig. Akibatnya baut mutu tinggi dapat dioptimalkan dengan
3. Sambungan pelat sayap atau pelat badan dengan baut, harus mekanisme tumpu. Meslcipun kapasitasnya lebih tinggi dibanding
dipasang minimum dua baris baut setiap sisinya. Alasannya mekanisme sllp kritis, tetapi terjadi slrp dar berisiko fatig.
untuk kemudahan pemasangan, dan untuk menjaga stabilitas Baut dengan mekanisme tumpu akan bekerja setelah terjadi s1tp.
selama proses konstruksi berlangsung.
Itu membuat sambungannya relatif lebih fleksibel [tidak kaku),
4. Semua sambungan baut mutu tinggi harus didesain berdasar- sehingga lendutannya juga lebih besar. Hal ini perlu dicermati,
kan mekanisme sllp-kritis. Ini dikarenakan struktur jemba- maklum analisis struktur elastis-linier yang biasa dipakai untuk
tan berisiko terhadap fatig. Lubang bautnya standar. perencanaan tidak mampu mengidentifikasi hal tersebut. Hanya
insinyur yang berpengalaman saja yang memahami. Meskipun
Tidak ada ketentuan bahwa sambungan sayap harus terdiri dari
demikian, jika beban yang bekerja adalah statik [umum terjadi
pelat ganda. Tetapi adanya syarat bahwa baut bekerja dengan
pada bangunan gedungl maka masalahnya dapat diatasi dengan
mekanisme sllp-kritis dan luasan pelat sambungan minimum
memberikan lawan lendut (camber) yang sesuai. Itulah strategi
sama atau lebih besar dari pelat yang disambung maka pilihan
perancangan struktur baja untuk bangunan gedung, dipilih karena
yang menyebabkan kapasitas baut terhadap geser meningkat dua
lebih ekonomis dan cukup rasional pertanggung-jawabannya.
kali lipat, yaitu pelat ganda adalah pilihan yang rasional.
Pelat sambung pada badan harus dipasang minimum dua baris
Berdasarkan ketentuan AASHTO [2005] maka bentuk sambungan
baut tiap sisinya. Itu adalah antisipasi AASHTO [2005J mengatasi
balok untuk jembatan pada prinsipnya adalah sebagai berikut'
adanya kesulitan atau gangguan stabilitas pada waktu erection.

Iss 331 I
oe
oe
ffi
oe
0e ffi
Persyaratan itu tentunya tidak diperlukan lagi jika dipakai untuk
bangunan gedung, yang umumnya lebih terkontrol jika dibanding
untuk konstruksi jembatan. Penggunaan perancah pada bangunan

oe
lss
oo BBI I 00
oo ffi
gedung adalah sesuatu yang wajar. Adapun pemakaian perancah
untuk jembatan relatif jarang, karena medan di lapangan tidak

l:s 331 I
memungkinkan (mahal). Itu mengapa kondisi pemasangan untuk
90 09 jembatan jadi pertimbangan utama perencanaan dengan AASHTO.
eo C,g

# ffi

Gambar 8.85 Sambungan balok sesuai AASHTO (Ibrahim 1995)


Hasil penelitian Ibrahim [1995) juga menunjukkan bahwa syarat
pemasangan baut pada pelat sarnbung badan harus dua baris tiap
sisinya (AASHTO 2005) tidak terkait dengan kinerja sambungan.

664 Bab 8. sambungan Stnrktur Mryanto Dewobroto - Strukhrr Baia


665
Konfigurasi satu baris baut saja juga sudah mencukupi, dan hal itu
C -----_}'
telah dibuktikan secara empiris di laboratorium fibrahim 1995).
8.7.3. Mekanisme Pengalihan Gaya
Sambungan balok sesuai konfigurasi Gambar 8.85 akan menerima
momen (M) dan gaya geser (V) sekaligus. Besarnya tergantung di
= __-,(
1"
titik dimana sambungan berada pada strukturnya. Pada jembatan
menerus, AASHTO (2005) meminta agar sambungan ditempatkan
pada titik belok akibat beban mati. Itu berarti momen rninimum, T.*.-
meskipun demikian besarnya momen rencana sambungan tidak Gambar 8. 86 14ekanisme transfer gaya-gaya pada sambungan
boleh kurangdariTSo/o kapasitas nominal balok utuh.
8.7.4, Parometer Evaluasi
Pada konstruksi bangunan gedung, perencanaan sambungan bisa
berbeda. Apalagi jika sambungan tersebut terdapat pada struktur Dari hasil uji 32 balok skala penuh di Universitas Texas (lbrahim
khusus penahan lateral, untuk konstruksi bangunan tahan gempa. TggS), parameter penting dari perilaku sambungan diketahui :

Pada sistem tersebut, strukturnya dipertimbangkan akan bekerja . Kondisi pelat sayap, jika momen total balok dapat ditahan
pada kondisi inelastis saat mendapatkan beban gempa yang besar. sepenuhnya oleh pelat sayap, Inaka asumsi mekanisme trans-
fer gaya-gaya sambungan seperti di atas, dapat dipakai.
Jika terjadi, dan ingin perencanaan bangunan tahan gempa relatif
sederhana, maka langkah awal adalah memastikan bahwa bagian . Kondisi slip antara pelat-pelat sanrbungan, akan menentukan
yang mengalami kondisi inelastis tidak terjadi pada sambungan. kekakuan balok. Jika terjadi sllp di antara elemen pelat, maka
Caranya dengan menempatkan sambungan pada struktur sedemi- kekakuan sambungan akan turun secara drastis.
kian sehingga terhindar dari momen dan gaya geser yang besa4
yang menyebabkan kondisi inelastis. Cara Iain adalah membuat Tentang kondisi pelat sayap. Adanya persyaratan ttntuk mencegah
kapasitas sambungan lebih besar dari bagian yang disambung. fatig, sehingga luas pelat sambungan sayap adalah sama atau lebih
Jadi ketika terjadi gempa besaq, yang mengalami kondisi inelastis besar dari luas pelat sayap yang disambung (AASHTO 2005J me-
pertama kali adalah bagian yang lemah. Oleh karena sambungan nyebabkan persyaratan agar kondisi pelat sayap dapat memikul
telah didesain lebih kuat maka sarnbungan akan tetap berpenilaku momen total balok, pasti akan terpenuhi. Dengan demikian gaya
elastis. Berarti beban rencana sambungan menjadi penting dan geser yang ada akan dipikul oleh pelat badan saja.
dapat mempengaruhi kinerja struktur secara keseluruhan. Permasalahan slip akan timbul jika gaya yang bekerja melebihi
Selanjutnya yang penting bagi perencanaan adalah berapa momen kapasitas slip-kritis dari baut mutu tinggi yang dipasang. Agar tidak
atau gaya geser atau gaya tarik yang dipikul oleh bagian sayap dan terjadi slip maka pada sambungan harus dipastikan gaya-gaya yang
bagian badan. Tentang itu, ternyata asumsi lama yang didasarkan bekerja lebih kecil dari kapasitas slip kritisnya tersebut.
pada perilaku elastis balok, masih eksis. Penelitian terbaru sam- jika digunakan AISC (2010J, tidak ada ketentuan khusus tentang
bungan jenis ini yang disertai bukti empiris (Ibrahim 1995) masih kondisi beban untuk mengevaluasi kapan slip kritis tercapai. Ada-
mendukungnya, yaitu momen (M) sepenuhnya dipikul oleh sayap, nya hanya [1] kondisi beban layan (serviceability), yaitu l<ombinasi
dan gaya geser (VJ oleh bagian badan. Akibat gaya geser [V) yang beban tanpa faktor beban; dan [2] kondisi beban batas (ultimate
bekerja pada ujung balok, tidak tepat berhimpit dengan pusat berat load),yaitu kombinasi beban dengan faktor beban'
baut-baut pelat badan, terjadi eksentrisitas yang menimbulkan
momen M*"upada pelat badan, yang perlu diperhitungkan. Masalah terjadinya kondisi beban yang melewati batas slip-kritis
baut adalah sangat penting pada konstruksi jembatan. Maklum
Mekanisme transfer momen-gaya pada sambungan, dimana ujung jika itu terjadi, pada sambungan struktur akan rentan mengalami
balok dianggap sebagai sumbu simetri, adalah sebagai berikut. kerusakan fatig. Oleh sebab itu AASHTO secara khusus memberi

666 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 667


konrtsi beban yang memperhitungkan beban berlebih (overload)
Langkah pertama penyelesaian gaya eksentris kelompok baut tipe
untuk mengevaluasi kondisi slip-kritis, yang disebut SiRVICE U
geser adalah mengubah beban eksentris menjadi dua komponen
(ketentuan 3.4.7 - AASHT0 z00s). fika dipirhatikan, kombinasi
gaya konsentris (P) dan momen torsi (M=P'e) yang bekerja di titik
beban ini seperti kondisi beban layan, hanya saja beban hidupnya
berat kelompok baut, Iihat Gambar 8.87 di bawah ini'
dikalikan dengan faktor 1.3 (mewakili kondisi overload).
Dengan latar belakang seperti itu, maka perencanaan sambungan
balok akan dievaluasi dalam dua kondisi beban, yaitu :
P
oo./
L. Kondisi beban berlebih (overload),hal yang dievaluasi
a. Kondisi batas slip-kritis pada sambungan pelat
:

,2v
oro ,/
e4;*=*
b. Kuat nominal berdasarkan tegangan leleh pelat utuh,
,r<r,
dengan memasukkan batas deformasi permanen aki_

(A
bat tegangan residu, faktor O flbrahim 1995), dimana
O = 0.95 untuk balok non komposit atau komposit di o/ /
daerah momen positip, dan O = 0.g balok komposit di
/ /
V\
daerah momen negatif. Gaya geser untuk pelat badan,
/
v>
dan gaya aksial fkopel dari momen) untuk pelat sayap.
/* o
2. Kondisi beban maksimum (ultimate),hal yang dievaluasi :
a. Tegangan leleh pada pelat utuh, bagian badan akibat
/ /
Pc

P'n
o'4"
gaya gesef,, dan bagian sayap akibat gaya aksial. (a) (b)
b. Fraktur pada kondisi tegangan batas untuk pelat ber_ Gambar 8.87 Distribusi gaya eksentrisitas terhadap grup baut (Segui 2013)

lubang (luas neto), pengaruh keberadaan baut pada Selanjutnya gaya konsentris (P) akan bekerja pada kelompok baut
bagian badan dan bagian sayap dievaluasi. sebagai gaya geser yang merata, besarnya P,= P/n. Adapun mo-
c. Keruntuhan geser blok dan tumpu pada pelat sayap dan men dianggap sebagai momen torsi yang bekeria pada pusat berat
pelat badan. penampang, yang tegangan gesernya dihitung sebagai berikut.

d. Kondisi batas lentur pada pelat badan. l,"Md


= {8.7-t)
t
e. Kuat geser baut pada pelat sayap dan badan. Ini terkait dimana
dengan jumlah baut yang diperlukan. d jarak dari pusat berat grup-baut ke baut yang ditinjau'
Itulah parameter yang dievaluasi pada perencanaan sambungan. / momen inersia polar grup-baut terhadap pusat berat.
8.7.5. Grup BautBeban Eksentris
Jika pengaruh torsi baut individu diabaikan, hanya luas geser baut,
Resultan gaya geser sambungan balok bekerja eksentris terhadap maka nilai J dapat didekati dengan AZd'. Gaya geser baut akibat
titik pusat baut-baut pelat badan. Meskipun termasuk sambungan momen torsi dapat dicari sebagai berikut.
baut tipe gesex, tetapi gaya geser yang diterima masing-masfng
p^= Af, =
.MdMd ..(87-z)
baut adalah tidak sama. Itu karena pengaruh momen torsi dari ^#=;F
eksentrisitasnya. Ada beberapa penyelesaian, yang umum dipakai
adalah cara elastis. Iika itu digunakan untuk baut ilip-kritis, maka Untuk mempermudah perhitungan, jarak baut terhadap titik berat
cara elastis akan memberi hasil yang konservatif grup-baut diperhitungkan dalam komponen x dan y sumbu ortho-
flbrihim Tggs). gonal (Gambar 8.88), dan masing-masing komponen dapat dicari.

668 Bab 8. Sambungm Struktur


Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 669
Akibat P konsentris 8. 7. 6. Contoh Sambung an Balok I emb atan
n '..
Po= P* / ..(8.7-3a) 8.7.6.1. Konfigurasi dan Beban Rencana
Po= P, / n ... ...... '.. [s.7-3bJ Perencanaan sambungan profil UB 1016x305x493 (hot-rolled),

l:l berat 492.6 kg/m, produk Nippon Steel & Sumitomo Metal, mutu
baja fIS : SM400A (Fy245 MPa dan F,400 MPa). Untuk struktur

I I
**l
balok sederhana derigan pertambatan Iateral dan beban hidup
berupa beban titik. Posisi sambungan terletak 2 m dari tu.mpuan
sebagaimana terlihat pada Gambar 8.89 berikut:

P
ri P'
Gambar 8. 88 Komponen gaya arih x dany (Segui 2013)

Akibat M torsi
v vMd v Md Mv
.......(8.7-4a)
rmx
n . =!-n...:!-:::-=!-------:--:--
d" dz,dz d\1xz+y2) Zt*,*yr)
o*=rffirt Mx
"' (87-4b)
Ivt: ?P

Gaya geser di baut [p) akibat gaya luar P eksentris adalah resultan
gaya geser semua komponen x dany, akibat gaya P konsentris (p"),
dan momen torsi (M=P.e) terhadap titik berat grup baut (p-). (c) ((r)

p=
Gambar 8. 89 Konfigurasi balok. sambungan dan beban rencana

dimana Konfigurasi balok diambil dari contoh perencanaan Bab 6'8.3, dan
Zpr=Prr+pr* dan Zpr=prr*Pmy . ..........(8.7-6) telah diketahui bahwa kuat penampangnya Mn= Mo= 5650 kN.m,
yang didasarkan pada keruntuhan leleh (plastis)'
Dengan cara elastis di atas, gaya geser masing-masing baut dapat
dievaluasi. Kapasitas sambungan ditentukan oleh kondisi ekstrim M,,= QM,= 0.9x5650=5085 kN.m
dari salah satu baut yang telah mencapai batas kuat nominalnya. sehingga { M,,/4 = L27L.ZS kN.
maksimum =
Itu juga berarti bahwa pada sambungan pelat badan, akibat eksen-
Bandingkan dengan kuat geser balok profil UB 1015x305x493.
trisitas beban, maka tidak semua baut pada grup-baut tersebut
dapat bekerja secara efektif. Pelat badan profll hot-rolled h/t*= 30 << 2.24(E/F")h = 64 maka
Q,= 7.0 dan C" = 1.0. . ... .. tcz-z)

Kuat geser nominal pela t badan profil UB gilas


tbV
t n= <b
tv 0.6Fy Aw Cv (G2-1)

(V,=1.0x0.6x245x103 6x3 1x 1/1 000 = 47 2L kN

670 Bab L Sambungm struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 671


fadi dua beban terpusat maksimum. Pu= 1271.25 kN didasarkan Evaluasi kekuatan mcmakai ketentuan AISC dan AASHTO' Ukuran
pada kuat lentur profil UB sampai plastis, pada kondisi yang jauh baut M24 mutu .{325 dengan Fn = 372 MPa (geser pada ulir drat)'
di bawah kapasitas geser [tidak menentukan). Untuk pelat ganda, maka ada dua bidang geser (n" = 2).
Beban rencananya mengacu AASHTO (2005). Pertama, kombinasi Kuat geser baut M24 :

beban untuk menentukan batas slip kritis pada kondisi beban Au= n ra = 3.14x(24 /2)2 = 452 mm2.
berlebih (kombinasi Service II atau overload). Faktorbeban untuk
beban hidupnya adalah 1.3 . Kedua, menentukan kombinasi beban
tfR^= rPAuF*n"= 0.75x452 x 372 x 2 /1000 = 252 kN / baut'
pada kondisi batas (kombinasi Strength I). Faktor beban untuk Kuat slip-kritis baut M24, gaya prategang Tt= 205 kN [min)
beban hidupnya adalah 1.75.
p = 0.3 dan <p- 1.0 0ubang standar)
Catatan : beban berlebih (overload) tidak dikenal di AISC (20L0). ,pR,= D,hrTon" ........U3-41
Q trt
Untuk penyederhanaan dianggap berat sendiri atau beban mati, atau dR, = 1x0.3x1.13x 1x205x2 = 739 kN / baut
semacamnya, diabaikan. Oleh sebab itu, balok cukup didasarkan
Momen total akan ditahan oleh kopel gaya pada pelat sayap (tarik,
terhadap beban hidup tanpa faktor sebesar P = P,/1.75 =726.4kN. titik berat
{ atau tekan FJ. Adapun jarak kopel adalah jarak antar
1. Kondisi beban berlebih (overload), dimana Pou.,= L.3 P = 944.3 pelat sayap profil [h), sebagai berikut.
kN maka beban rencana untuk sambungan :
h=d-\=7036-54=982mm
o. Mr= 2 Po,",= 1889 kN.m (*) Fr=F"=M/h
b. Vr= Pou.,= 944.3 kN (*)
Tinjau kombinasi beban berlebih M=Mz=1889 kN.m
2. Kondisi beban maksimum (ultimate), maka beban rencana :
F,= F,= M / h = 7889 /O.9E2=7924 kN
d. Mr= 2 P,= 2542.5 kN.m < 75o/o rPMn n = F,/ QRu(,tip.*riti,)=1924/139=13'8 = 1'4 baut M24
b, Vr= P,= 7271.25kN
Tinjau kombinasi beban batas M=M+= 3814 kN.m
3. Kuat minimum sambungan, ketentuan 6.13.1 (AASHTO 20051
F,= F,= M h = 3814/0.982=3884 kN
yang didasarkan pada faktor ketahanan penampang. /
n=Fr/ <pRn,n",",1=3884f 252 =!5.4 I 16 baut M24 [**J
e. Mr= (Mr+ (pM^)/2 = 3814 kN.m
b, Mr= 75o/o QM,= 3874kN.m (**) Perkiraan jumlah baut pada pelat badan (web), eksentrisitas dia-
baikan. Tinjau kondisi overload V=Vt= 994.3 kN
c. Vr= (Vr+ QV^)/2 = 2996 kN
d, Vo= 75o/o QV,= 3540 kN (**) n = V, / QR,1,tip-k"itit=994'3/139 = 7'2 z I M24

Dari evaluasi beban rencana pada kondisi slip-kritis dan kondisi Tinj au kondisi kuat batas V=Vt = 3 540 kN'm (7 5o/o <lV,)
kuat batas serta persyaratan minimum (AASHTO 2005) maka M n = Vo/ QR,rn*""1=35407252 =74'05 = 16 M24 (**)
dan Vyang dipakai adalah yang bertanda (*) dan (**). Selanjutnya
hal itu digunakan untuk mengevaluasi kekuatan sambungan. Note; jumlah baut pelat badan perlu ditambah 70a/o mengatisipasi
adanya eksentrisitas gaya geser terhadap pusat berat grup-baut.
8.7,6.2. Penentuan Dimensi
Berdasarkan prediksi jumlah bautM24 untuk pelat sayap dan pelat
Umumnya bagian yang menentukan adalah kuat geser baut, yang badan, dapat disusun detail sambungan. Pelat sambungan untuk
tergantung diameter. Ketentuan 6.13.2.5 dari AASHTO (2005) sayap dan badan dipilih agar luas pelat sama atau lebih besar dari
mensyaratkan f baut struktur utama > 20 mm. Sehingga pilihan komponen yang disambung, sekaligus mengantisipasi pengaruh
diameter bautnya, adalah 20,22,24,27,30, 30 dan 36 (mm). adanya reduksi luas akibat adanya lubang baut.

672 Bab 8, Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 673


Profil UB 1016x305x493 dari penampangnya dapat diketahui 8.7 .6.4. Kondisi SIip-Kritis

At= 3O9x54 = L6686 mmz > pelat 2x309x30 = 18540 mmz Komponen pelat sayap : kombinasi beban lebih, M=1889 kN'm
A*= L036*3L = 32LL6 mm2 ) pelat2x750x22 = 33000 mm'z F,= F = M / h -- L889 / 0.982=7924 kN
"
Kuat pelat sayap (flange) profil
Dari jumlah baut perlu untuk pelat sayap dan pelat badan, dapat Anr= 309x54 = 76,686. mm2
dibuat konfigurasi sambungan balok sebagai berikut'
Tr= {L FrAnr= 0'95x245xL6686/L000= 3884 kN >> F
"- 2x16}'1"?4 (43?5J
Kuat pelat sayap (sambungan atas)
An"o= 309x30 = 927O mm2
4, = O FrAn"= 0'95x245x9270 /1000= 2158 kN ,, 0.SF,
Kuat pelat sayap (sambungan bawah)
total33M24
An"6= 2x45x100= 9000 mmz
T,t= Q FrAn,= 0'95x245x9000/1000= 2095 kN >r 0.5F,
(A325)
6 6ia
6 &iiO
Kuat baut sambungan sayap 2@8M24.
Rn= 139 kN per baut [mekanisme slip-kritis)
, _l Tuour= 2x9x739 = 2224 kN > F
L.................... .. -.- ,.,.,. .-..'_, I 240 __- _
F_ 30e _ -"1
(a). Elevasi (b). Potongm
Momen rencana terhadap beban lebih (overload), didasarkan pada
Gambar 8. 90 Sambungan balok - estimasi awal kombinasi beban Service Il (AASHTO 2005). Hasilnya, semua gaya
Selanjutnya mengevaluasi untuk berbagai kondisi batasnya' dapat ditahan komponen pelat sayap [profil I sambungan dan slip-
kritis baut). Oleh sebab itu pelat badan dapat didesain memikul
8.7 .6.3. Analisis Sambungan gaya geser dan momen akibat eksentrisitas terhadap pusat berat
Kinerja sambungan akan dievaluasi terhadap dua kondisi kerja, grup-baut yang menyambung pelat badan,
yaitu : [1] kondisi slip-kritis (beban lebih), dan [2] kondisi tumpu Komponen pelat badan : kombinasi beban lebih, Iz=945 kN.
(beban batas atau ultimate). Besarnya beban rencana untuk kedua
kondisi mengacu pada AASHTO (2005) karena AISC (2010J tidak Gaya geser dianggap bekerja pada sumbu sirnetri sambungan. Jadi
punya ketentuan khusus tentang beban desain untuk slip-kritis. terhadap titik berat grup baut, timbul eksentrisitas e = 87.5 mm.
Besarnya momen ekuivalen, jika gaya geser bekerja pada titik berat
2@lvt24 z.-- sb. stmoi 0.5F"
.<- grup baut adalah M = P.e = 945 x 87.5 = 82,687.5 kN.mm'
..!ts
v
oG! 0.5F" ,l-q
g@: ,*****---@l&
1 -4 ;37sA
ee:
2C;
ara i i -;;.-@lffi
oo 'i'rr';-919,-,,.,0
oo .. l

i ! L--ffil$
aa- L | "*i-"-. i
_-,_.... x
rs;_
I

0.5Ft ---r-r Sl*,-


lt
=
Gl6 |

37-50 -l l-'l
A.1Et ffi's i

(b). Pelat sambung


@ #ll
a re ll
Gambar 8.91 Aliran gaya-gaya pada sambungan \tv
Asumsi gaya'gaya yang bekerja pada sambungan dan potongan
(a). V
pelat penyambung diperlihatkan pada Gambar 8.91 di atas' Gambar 8.92 Beban eksentris dan konsentris ekuivalen pada grup-baut

674 Bab 8. Sambungan Struldur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 675


Properti baut dihitung dalam tabulasi, penomoran mulai ujung kiri 8.7.6.5. Kondisi Ultimate
atas, ke bawah dan dilanjut ke ujung bawah (Gambar 8.92).
Komponen pelat sayap : kombirrasi beban batas, M=3814 kN.m
Tabel 8. 13 Properti baut dalam grup (kolom kiri)
Fr= F"= M / h = 38L4 /0.982=3884 kN
No, x v * f x'+f-
Proporsi luas pelat sayap terhadap gaya
1 -37.5 315 7,406.25 99,225. 100,631.25
2 -37.5 225 7,406.25 50,625. 52,03L.25 . Pelatsayapprofil Ar=309x54=L6686 mm2 . '.[100o/o)
3 -37.5 135 L,406.25 L9,63r.25 r Pelatsisiatas An=3O9x30=9270 mm2 . . ......,(s6%l
4 -37.5 4S 7,406.25 2,02s. 3,43L.25
5 -37.5 -45 L,406.25 2,025 3,431.25
. Pelat sisi bawah Ap= 2xL00x45 = 9000 mm2 . ,. (s4o/o)

6 -37.5 135 1,406.25 14,225. L9,63t.25


Sambungan pelat sisi atas dan sisi bawah direncanakan menerima
7 -37.5 -225 r,406.25 50,625. 52,031.25
50o/o gaya kopel profil. Karena luasnya lebih besar 50%o luas sayap
I -37,5 -315 7,406.25 99,225. 700,63L.25
351,450.00
profil maka bagian yang kritis ada pada sayap profil itu sendiri,
Kapasitas tarik terhadap kriteria leleh @ield) pelat utuh.
Tabel 8.13 hanya menghitung satu kolom pada grup-baut, karena
simetri maka total l,(x'*y') = 2x351,45O. = 702,900. mmz. Dari ke tiga komponen sambungan pada sayap maka luas terkecil
adalah pelat sayap Profil UB 1016x305x493, yaitu
Terhadap momen maka a==+---=9-?^!??=!
- =o'1;1e An= Af= 1'6686 mm2
* y") 702,900.
Ztx"
{Po= O.g F"An ... .. '.... (D2-1)
Tabel 8. 14 Gaya geser di baut (pJ akibat beban berlebih (Services II)
QPn= 0.9x245x16686/7000 = 3679 kN
< F = 3884 kN
No x v p* pw D LP, ZP" p p/4R"
-4.4 37.2 54.7 66.2 0.48
rasio kuat perlu vs kapasitas tersedia F,/ QP, = 1.06 (*)
1 -37.5 315 59.1 37.2
2 -37.5 225 59.1 26.6 -4.4 26.6 s4.7 60,8 0.44 Kapasitas tarik terhadap kriteria fraktur pelat berlubang.
3 -37.5 135 59.1 15.9 -4.4 15.9 54.7 57.O o.4L
4 -37.5 45 59.1 5_3 -4.4 5.3 54.7 55.0 o.40 BaotM?4 dimana douur= 24 mm dan d,uoon, = 27 mm [standar)
5 -37.5 -45 59.1 -5.3 -4.4 -5.3 54.7 55.0 0.40
di-ayin". = 27 + 2 = 29 mm ... ..... (B4'3b)
6 -37.5 135 59.1 15.9 -4.4 15.9 54.7 57.0 0.41
7 -37.5 -225 59.1 "26.6 -4.4 -26.6 54.7 60.8 0.44 A,= (309-2x29)x54 = 1'3554 mmz. U=1 iadi A"= An
I -37.5 -315 59.1 -4.4 -37.2 54.7 66.2 0.48
9 37.5 315 59.1 37.2 4.4 37,2 63.5 73.6 0.53 QP,= O.75 FuA" .. .....:... .......... (D2-1)

QP,= 0.75x400x1,3554/ i000 = 4066 kN >>>> = 3884 klU


10 37.5 225 59.1 25.6 4.4 26.6 63.5 68.8 o.49
.F,
11 37.5 135 59.1 15.9 4.4 15.9 53.5 65.5 o.47
t2 37.5 45 59.1 5.3 4.4 5.3 63.5 63.7 o.46 Catatan : [*) terhadap kondisi batas leleh terjadi overstress + 60/o.
13 37.5 -45 59.1 -5.3 4.4 -5.3 63.5 53.7 o.46
Nilai itu dianggap tidak terlalu berbahaya karena hanya dampak
37.5 -135 15.9 4.4 15.9 63.5 65.5 o.47
14 59.1
dari adanya persyaratan beban minimum AASHTO, bukan momen
15 37.5 -225 -26.6 4.4 -26.6 63.5 68.8 0.49
aktual. Karena itu dalam perencanaan ini dapat dianggap semua
59.L
t5 37.5 -315 59.1 -37.2 4.4 -37.2 63.5 73.6 0.53
momen dapat ditahan oleh sayap, dan pelat badan hanya memikul
Note: gaya geser dan eksentrisitasnya saja.
' Po=Vr/n; P^*=W; P^r=Qx dan p=
Kapasitas tumpu pada pelat sayap profil :

. Tahanan slrp baut M24 (A325) QR,= L39 kN / baut. Untuk itu kuat tumpu pelat dan kuat tumpu baut dievaluasi dan
diambil yang terkecil. Setiap baut ditinjau dan dikumulatifkan.

676 Bab L Smbungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 677


sayap pro{il U3 10'16x305x493 Check kuat sambungan terhadap keruntuhan geser blok
Rn =0.6F,Anu +u bsF,Ant
=!uf /g:*U b,FuA,t ........ 04-sl
fraknr bkh
Baut <f24 mm. lubang baut standar Q27 mm, untuk hitungan pakai
lubang imajiner <f29 mm akibat pelemahan dari pelaksanaannya.
An,= 57Ox54x2 = 61560 mm2
A,,= (46x7+37)x54x2 = 38124 rnmz
Anr= 35*54x2 - 3780 mmz
IJu,= 7.0 untuk untuk tegangan tarik merata (unform)
fraktur = (0.6x400x38L24 + 1.0x400x3780)/1000= 10662 kN
leleh = (0.6x245x61560+1.0x400x3780)/1'000 = 10561 kN (*)
Gambar 8.93 Kuat tumpu pelat sayap profil (t = 54 mmJ
QR, = 0.75" 10561 =7921kN >>> F,=3884 kN
(OKJ
Kuat tumpu didasarkan kondisi deformasi yang kecil, dimana :
Catatan : tahanan blok geser lebih kecil dibanding kuat tumpu'
Rn= 7.2 l"t F, < 2.4 d t Fu .. (13-6a)
Komponen pelat badan : kombinasi beban batas, 4=3540 ktg.
baut a : Rno= L.2x30.5x54x400 < 2.4x24x54x400 ) R." = 791 kN
Tiniau Gaya di Baut: Gaya geser dianggap bekerja pada sumbu
baut b iR,u= !.1v46x54x400 < 2.4x24x54x400 ) \b = 1192 kN simetri sambungan. fadi terhadap titik berat grup, timbul eksen-
baut c ; R,"= 7.2x46x54x4o0 <2.4x24x54x400 ) Rnu = 1192 kN trisitas e = 87.5 mm. Besarnya momen ekuivalen, jika gaya bekerja
baut d :R,o- !.2x46x54x400 < 2.4x24x34x400 ) R.u = 1192 kN pada titik berat grup t M = V,,'e = 3540 x 87.5 = 309,750. kN'mm.
baut e i R,.= l.)v46x54x400 < 2.4x24x54x400 ) R,u = 1192 kN
f : Rnr= 1.1v46x54x400 < 2'4x24x54x400 ) R b = 1192 kN rerhadap momen maka a=
baut ,#;F,:xJdP!=o.nn
baut g i R*= 1.2*46x54x400 < 2.4x24x54x400 ) \b = 1192 kN Tabel B. 15 Gaya geser di baut [p] akibat beban batas {75o/o QV.)
bauth tR,o= 7.2x46x54x400 < 2.4x24x54x400 ) R," = 1192 kN p* p p/4;fr"
No x v pq Lp, I,p, p
maka XR, = Z(Rno+ 7R,u) = \827O kN >>> F, = 3884 kN -37.5 315 ?2 139 16.5 139 204.5 0.98
1
-37.5 225 2 99 16.5 99 z0+.5 227.2 0.90
Kapasitas blok geser pada pelat sayap profil :
-37.5 135 22 59 16.5 59 204.5 212.4 0.84
3
4 -37.5 +5 22 20 16 20 204.s 205.5 0.42
5 -37.5 -45 2 -20 -16.5 zo 204.5 205.5 o.a2
6 -37.5 135 22 59 -16.5 -59 204.5 212.A 0.84
7 37.5 -225 2 -99 -16.5 -99 204.5 227.2 0.90
8 -37.5 -315 22 L39 16.5 139 204.5 247.3 0.98
9 37.5 315 2 139 16-5 L39 237.5 275.2 1.09*
10 37.5 225 22 99 15.5 9g 237.5 257.3 1.02*
77 37.5 135 227 59 16.5 59 237.5 244,7 0.97
t2 45 227 20 16.5 20 237.5 238,3 0.95
,t6r ,46' 46, .46, ,46 46 37.5
13 37.5 45 221 20 15.5 -20 237.5 234.3 0.95
14 37.s 135 227 59 15.5 -59 237.5 244.7 0.97
15 37.5 -225 227 -99 16.5 -99 237.5 257.3 1 i?4
1-6 37.5 -315 221 139 16.5 237.5 275.2 1.09*

Note : p",=vs/n; p,*=Qy; P,r=Qx dan p=(zp)'*(xp)')*; kuat geser


Oambar 8. 94 Blok geser pada pelat sayap profil [t = 54 mm) bilttM24 (4325) <l.R,= 252 kN / baut.

67'J Bab 8. Sambungm St'u}tur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 679


Tanda (*) menunjukkan bahwa ada komponen yang overstress Kuat lentur norninal sambungan pelat badan :

akibat kriteria beban minimum 75Vo QV,. Itu berarti detail sam- Z*= 2xr/qx22x7502 = 6,187,500. mm3
bungan rencana belum memenuhi syarat AASHTO (2005), perlu
dimodifikasi ulang. Meskipun demikian menurut penulis itu tidak QM^= 0 Z*Fr= 0.9x6,187,500.x245/7E6 = 1354.3 kNm
urgent bahkan dapat diabaikan karena gaya geser rencana yang R^= M" / 0M:,= 309.75/7364.3 = o.23 << 1.0 ) Ok
dipilih, tidak pernah tercapai. Pada konfigurasi balok tersebut maka
8.7.7. Pembahasan
keruntuhan lentur akan terjadi lebih dulu,
Langkah awal yang penting dalam perencanaan sambungan pada
Tiniau Tumpu Pelat Badan : anggap jarak antar baut = 90 mm, jembatan adalah menentukarr beban rencana. Karena kondisi slrp-
maka jarak bersih l,= 90-29 = 6l- mm. kritis pada sambungan sangat pentin& selain ketahanan terhadap
Tumpu t Rno= !.2x61x31x400 <2.4x24x31,x400 ) Rn" = 714 kN '> fatig untuk jembatan, juga ketika terjadi slip maka kekakuan
dari pada gaya bautp yang maksimum. yaitu 275 kN. ) OK. sambungan akan menurun drastis (lbrahim 1995). Oleh sebab itu
besarnya batas beban yang menyebabkan sllp perlu ditetapkan
Kondisi batas lentur pelat badan : '
dalam perencanaan. Tentang hal itu, tidalt ada ketentuan yang
Pelat badan akan bekerja sebagai kantilever sejarak pusat berat jelas pada AISC [2010J, apakah kondisi beban layan (service) atau
grup-baut, dan beban terpusat di sumbu simetri sambungan se- kondisi beban batas (ultimareJ. AASHTO (2005) menyediakan
besar gaya geser rencanaV,= 3540 kN' Ada eksentrisitas sebesar e kondisi khusus terkait hal itu, yaitu kondisi beban berlebih atau
= 87.5 mm terjadilah momen sebesar M = V..'e = 309.75 kNm. Service IL ltu alasannya mengapa AASHTO [2005) dipilih sebagai
, sumbu simetri rujukan selain AISC [2010J
'! sambungan
Detail sambungan dibuat berdasarkan ;umlah baut yang diperlu-
asmi kan, dihitung dengan asumsi bahwa momen ditahan pelat sayap,
tumpum dan gaya geser ditahan pelat badan. Untuk pelat-pelat sambungan
iepit
dipilih sedemikian sehingga punya luasan yang sama atau lebih
besar dari profil pelat yang disambung. Prinsip simetri menjadi
hal penting dalam penyusunan konfigurasi. Pada penyusunan baut
pelat badan, jumlah bautnya perlu ditambah untuk mengantisipasi
adanya eksentrisitas gaya geser terhadap pusat berat grup-baut.
Berdasarkan hasil evaluasi kasus perencanaan sambungan balok
terhadap berbagai kondisi batasnya, dan masih ditemukan adanya
(a). Pernmpmg (b). Perilaku kantilever komponen yang overstress. Dapat disebutkan bahwa dua kriteria
Gambar 8. 95 Model balok dari pelat badan beban rencana minimum AASHTO (2005) yang tidak boleh kurang
dari nilai : [1] rata-rata antara R, dan tahanan elemen terfaktor R.
Pelat badan 2@22x7 50 sehingga atau ERn; 12) iuga 75o/o tahanan elemen terfaktor R. , adalah per-
Anu = 2x22x750=33,000. mmz syaratan perencanaan sambungan yang relatif cukup "berat".
A,u= (750 - 8@29)xZx22 = 22,792.mm2 Oleh sebab itu, agar perencanaannya optimal dan ekonomis, harus
dipastikan bahwa sambungan harus dipasang di lokasi atau titih
Kuat geser elemen sambungan pelat badan :
dimana gaya-gaya internal akibat kombinasi beban yang menen-
$R^=$"0.6FrAnu=L.0x0.6x245x33000 /1-E3 = 4851 kN .......'...'04-31 tukan. Besarnya tidak melebihi dari 50o/o R, atau rpRn (kapasitas
(*) penampang yang disambung). Itu alasannya, mengapa pada balok
<fR,=$,0.6F,A,u=o.7 Sxo.6x4oox227 gz / 1F.3 = 4 1 03 kN ""o4'4)
yang menerus, AASHTO (2005) menyarankan agar menempatkan
Ru=V,/ QV^=3540/4103 = 0.86 sambungan di dekat titik belok akibat kondisi beban mati.

Bab 8. Sambunga Struktur Wiryanto Dewobroto - Strulcur Baia


680 641
B.B. Sambungan Baut Tipe Tarik Adanya pelat ujung menguntungkan juga, karena gaya tekan yang
8.8.7, Umum harusnya bekerja pada baut, langsung diambil alih pelat tersebut.
Baut di daerah tekan tidak bekeria, hanya baut di daerah tarik saja
Dari Tabel 8.5 tentang kuat nominal baut mutu tinggi, dituniukkan yang bekerja. Itu alasan, mengapa sambungan momen dimana ada
bahwa kuat tarik baut {r= 0.75F, dan kuat gesernya F,,= 0.45F,. kopel tekan & tarih maka penempatan baut tidak perlu merata.
Itu berarti kuat tarik adalah 1.67 kali lebih besar dari kuat geser'
Meskipun berbeda secara menyolok, sambungan baut tipe tarik ti-
dak otomatis lebih populer dibanding sambungan baut tipe geser.
Maklum tidak hanya dari segi kekuatan atau kekakuannya saja
yang menjadi pertimbangan, tetapi juga kemudahan pembuatan
dan pemasangannya juga. Berikut diperlihatkan beberapa aplikasi
sambungan baut tipe tarik di lapangan.

Gambar 8.97 Sambungarr End-plate pad.aportal (sumber: InternetJ

Pada struktur portal @able frame), akibat beban tetap di bagian


pertemuan kolom-balok atau rafter akan terjadi momen nbgatif
tegangan sisi atas tarik dan sisi bawah tekan. Itu sebabnya jika di-
pilih sambungan pelat ujung, maka bagian sisi atas dipasang lebih
banyak baut daripada bagian sisi bawahnya (Gambar 8.97). Untuk
Gambar 8.96 Sambungan baut tipe tarik ienis end-plate {sumber : internet) tipe sambungan seperti itu, bagian kritisnya ada di bagian baut
tarik [atas). Baut sisi tekan hanya bekerja menatran gaya geser.
Sambungan baut tipe tarik terlihat sederhana, meskipun demikian
ada tambahan pelat khusus pada ujung batang. Oleh sebab bentuk fenis sambungan yang berperilaku seperti end-plate tetapi relatif
itu maka sistem tersebut disebut juga sambungan end-plate' Saat lebih mudah dalam hal pengerjaan adalah sambungan tipe T-stub.
terpasang, komponen pelat ujung saling menempel rapat dengan
pelat lawan, yang bisa berupa sambungan end-plate lain, atau
pelat sayap profil kolom' fenis sambungan ini bisa dipakai untuk
sambungan balok-balok atau sambungan balok-kolom'
Adanya pemasangan pelat ujung dengan las, sehingga cukup kaku
tentu memerlukan akurasi pemasangan yang tinggi jika dibanding
sistem sambungan baut tipe geser (yang tidak pakai las)' Karena
memerlukan presisi tinggi dalam pematongan dan perakitannya
maka proses pengerjaan sambungan end-plate relatif sulit atau
lebih mahal. Ini penting karena kalau tidak presisi akan menyulit-
kan saat melakukan erection di lapangan. Bandingkan sambungan
baut tipe gese4, yang secara alami telah mehyediakan lubang baut
yang lebih besar dari diameter baut untuk toleransi pelaksanaan
yang lebih baik. fuga pada sambungan tipe geser tidak diperlukan
Gambar 8.98 Bentuk tipikal sambungan baut tipe T-stub fSwanson 2002)
penyambungan komponen dengan las yang relatif kaku sifatnya'

6A2
Bab 8. Sambungan Struktur wiryanto Dewobroto - Struktur Baja
683
Sambungan baut tipe T-Stub tentu lebih rumit detailnya dibanding Apa dan bagaimana efek prying bisa terjadi di sambungan profil fee
tipe End-plate, dan bisa saja lebih mahal, tetapi pelaksanaannya atau end-plate, dapat dilihat dalam ilustrasi berikut.
lebih mudah karena adanya toleransi pelaksanaan sebagaimana
sambungan baut tipe geser. Untuk sistem struktur tahan gempa,
sambungan balok-kolom dengan baut tipe T-Stub banyak dipilih
karena risiko keruntuhan getas akibat digunakannya las seperti
yang dijumpai sewaktu gempa Northridge, tentu dapat dihindari.
5,5,2. Efek"Prying" Pada SPIit-Tee
Cara kerja sambungan end-plate dan T-stub, khususnya baut yang
mengalami tarik adalah identik' T-stub atau profil tee jika sendiri
bisa dipakai sebagai hanger (gantungan) seperti gambar di bawah. (al Mekanisme gaya-gaya internal (bl Uii tarik T-stub (Swanson 2002)
Gambar 8. lOO Efek prytng pada sambungan dengan baut tarik

Gambar 8.100, akibat beban tarik 2T bagian pelat sayap profil tee
atau pelat ujung sambungan end-plate bekerja sebagai balok, yaitu
meneruskan gaya-gaya ke baut didekatnya. jika pelat ujung tidak
kaku, maka bagian tengahnya berdeformasi dan timbul gap. Bagian
pinggir pelat ujung tetap menempel rapat akibat efek jepit baut
yang diberi gaya prategang dari proses pengencangannya.
2T
Bagian pelat ujung yang menempel akan bekerja seperti tumpuan.
(a). TalttpAk Depan {b). Tampak Samping Adapun bagian pelat yang berdeformasi akan bekerja seperti efek
Gambar 8. 99 Baut tarik pada h anger d'ari split-tee pengungkit bagi bautnya. Itulah yang disebut efek prying, yang
menyebabkan gaya reaksi baut dapat meningkat secara drastis.
Adanya pelat ujung pada sistem sambungan T'stub atau end-plate
mempengaruhi besarnya gaya tarik pada baut. Untuk memahami, Itu berarti, efek prying terjadi karena [1] adanya gaya prategang
akan dibahas perilaku profil tee sebagai hanger, yang mekanisme dari pengencangan baut; [2] pelat ujung end-plate atau pelat sayap
kerjanya sama seperti sambungan baut tipe tarik pada umumnya. profil tee yang relatif kurang kaku sehingga saat dibebani, terjadi
Konfigurasi dasar terdiri profil tee (atau end-plate) dan dua baris deformasi dan timbul gap dibagian tengah sedangkan bagian pelat
baut dalam orientasi tarik, Gambar 8.99a. yang di pinggir masih menempel rapat karena terjepit oleh baut.
Mengacu prinsip keseimbangan gaya, tanpa memperhitungkan pe- fika akibat efek prying tersebut baut tidak rusak, dan beban tarik
ngaruh efek pengencangan baut, maka gaya tarik aksi sebesar 2T 2T masih dapat ditambahkan, maka gap atau celah yang terbentuk
yang dibebankan di profrl tee akan dipikul oleh kedua baris baut. akan semakin merata. fika bahan material pelat cukup daktail dan
Masing-masing setiap baris akan memikul gaya reaksi sebesar T' kuat, sehingga beban tarik 2T menjadi Iebih besar dari gaya pra-
tegang baut Bo, maka bagian pelat yang masih menempel rapat
fika pengaruh efek pengencangan baut dimasukkan, pada kondisi akhirnya akan terpisah pula. Saat itu, ketika gap atau celah terjadi
tertentu gaya reaksi setiap baris baut bisa lebih besar dari T. Itu pada keseluruhan pelat ujung, atau pelat terpisah penuh, maka
terjadi karena efekprying. Besarnya tambahan gaya akibat prying gaya prying Q akan hilang juga. Kondisi itu juga terjadi pada pelat
adalah bervariasi, ada yang berpendapat5'20o/o, tetapi ada juga
ujung yang sangat kaku (tebal), sehingga ketika sambungan diberi
yang didukung data empiris mencapai 50olo, tergantung material
beban tarik, maka pelatnl.a tidak mengalami deformasi sebagian
dan konfigurasinya (Agerskov 7979). Karena berpotensi merusak,
tetapi langsung timbul gap atau pelatnya saling terpisah. Jika itu
efek prying pada perencanaan sambungan baut tipe tarik harus
yang terjadi maka efek prying juga tidak akan ada.
dievaluasi Qihat ketentuanJ3.6 - AISC 201'0).

Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Strukhrr Baia


644 685
8.8,3, Pengaruh Pengencangan Baut' Pelat & Prying Kondisi berbeda jika digunakan sambungan T-stub atau end-plate.
Lihat Gambar 8.1"02 tebal pelat mempengaruhi gaya reaksi di baut.
Efek prying pada sambungan baut tipe tarik dengan pelat ujung fika pelat tebal maka perilakunya seperti baut tunggal, Gaya reaksi
dapat berdampak buruk. Gaya reaksi pada baut bisa lebih besar pada baut relatif tidak bertambah selama T < 8,.
dari gaya luar yang diberikan. Maklum ada efek ungkit pelat ujung
yang berdeformasi sebagian, dan bagian lain tetap rapat karena fika pelat ujung relatif tipis, gaya reaksi baut bisa lebih besar dari
adanya efek jepit dari baut yang diberi prategang. beban luar [Garnbar 8.102b) akibat tambahan gaya ungkit dari efek
prying. fadi untuk kapasitas baut sama, daya dukung sambungan
Untuk mengetahui hubungan gaya luar T tebal pelat, gaya prate- tipe tarik dengan pelat yang relatif tipis, lebih rendah. Penelitian
gang baut akibat proses pengencangannya dan timbulnya prying, di Universitas Illionis (Lewitt et. al L963) menunjukkan bahwa
maka ada baiknya mempelajari perilaku tarik dari baut tunggal. sambungan T-stub dengan efek prying terhadap beban dinamik
atau siklik, ketahanan bautnya terhadap fatig Iebih kecil dibanding
ketahanan baut tunggal dengan beban tarik langsung.
OIeh sebab itu pada tahap desain, penting menentukan tebal pelat
ujung sambungan, apakah dipengaruhi efek prying atau tidak.
8.8.4. Kuot Batas Bqut dengan Efek "prying"
Swanson (2002) meneliti beberapa model perhitungan kuat batas
baut sambungan T-stub dengan efek prying untuk dibandingkan
Gambar 8. 101 Perilaku baut tarik tunggal ketika dibebani tarik (Kulak et.al 20011 dengan 21 hasil uji eksperimen. Ternyata model Struik - de Back
(1,969) paling akurat dibandingkan model Douty-McGuire (1965),
Pada sambungan tarik baut tunggal, hubungan gaya baut dan gaya atau Nair-Birkemoe-lUun s e (1,9 7 4), atau f aspart- M aquoi (1"9 9 1).
tarik T berperilaku seperti Gambar 8'101' Dalam hal ini B, adalah
gaya tarik awal baut akibat pengencangan' Sudut diagonal 45" Model Struik - de Back t7969) memang populer. Variasinya jadi
menunjukkan bahwa gaya tarik baut berbanding lurus beban luar' formula dasar kuat baut dengan efek prying code-code di Amerika
Pada beban tarik T < B maka pelat masih saling kontak [rapat), IAISC 1993), Kanada ICISC 1997J, dan Eropa (Eurocode 1993).
jika beban ditambah sehingga T, Bomaka permukaan pelat mulai Untuk mempelajari baut dengan efek prying model Struik-de Back
terpisah (timbul gap). Itu alasannya mengapa perlu pengencangan (1,969) ditinjau sambungan T-stub pada Gambar 8.103a. Jarak
baut mutu tinggi pada sambungan dengan beban dinamik meski- baut dari tepi pelat badan di tengah adalah b , jarak baut dari tepi
pun tidak memakai mekanisme slip-kritis. Baut yang mengalami luar pelat sayap adalah a. Kuat tarik satu baut adalah Bn= Q Au F*.
kondisi kontak-pisah terus menerus akibat beban dinamik akan Lihat Tabel 8.5. Tinjau satu baris baut yang memikul pelat dengan
berisiko tinggi untuk terlepas dan akan terjadi kegagalan' lebar tributary p. Satu baris terdiri dari dua baut dengan jarak g.
Tebal pelat sayap adalah t, dan tebal pelat badan adalah t". Gaya
tarik yang bekerja adalah 2T. Karena relatiftipis, pelat sayap akan
E
3 berdeformasi (Gambar 8.103b) sehingga timbul gaya reaksi prying,
s sebesar Q yang dianggap bekerja sebagai gaya reaksi titik ujung
l--
n /i in. d.
E
pada pelat sayap, khususnya jika a < 1.25D [Swanson2012).
E . llL ^3sM.
,E

s MN o
Distribusi tegangan reaksi pada kepala baut ternyata terkonsen-
trasi di pinggiran lubang sebelah dalam, seperti Gambar 8.103c.
Oleh sebab itu dalam pemodelan, resultan gaya baut, B digeser ke
B€bd tsdk T (ldr8)
(rl sebelah dalam, sejauh b'dari tepi pelat badan atau sejarak a'dari
Gambar 8. 102 Perilaku baut tarik ganda pada profil T-stub (Kulak et.al 2001J tepi luar pelat sayap profil tee yang dihitung sebagai berikut,

Wiryanto Dewobrcto - Struktur Baia


686
Bab 8. Sambungan Struktur 687
'i
a' = a + %du.............. (8.8-11 Parameter a adalah rasio momen pelat pada potongan baut terha-
dap momen pelat potongan tepi pelat badan [Gambar 8.103d), yang
(8.8-2)
b'=b-%du......... digunakan sebagai indikator adanya efekprying atau tidak.
dimana duadalah diameter baut yang digunakan' Nilai cr dibatasi antara 0 sampai 1. Nilai cr=1 jika gaya jepit baut
begitu besar sehingga pelat sayap bekerja seperti balok dengan
tumpuan jepit-jepit. Nilai ct=0 jika baut tidak menghasilkan gaya
jepit pada pelat sayap, misalnya baut kendur. Pada kondisi seperti
itu jika diberikan gaya tarik 2T maka pelatnya langsung terpisah
(timbul gap), tidak ada gaya prying, atau Q = 0 sehingga B = T atau
beban tarik luar akan langsung diterima oleh kedua bautnya.
(a). Split ts€
Jika 0 < a < 1 pelat sayap sambungan T-stub mengalami leleh dan
l" bautnya sekaligus mendapatkan tambahan gaya akibat efek prying
(Thornton 1985). Momen pelat sayap tepi pelat badan, M dan 6
adalah rasio potongan bersih pelat pada potongan lubang baut
terhadap potongan pelat sayap dltepi pelat badan, tanpa memper-
hitungkan penebalan y'llet. P arameter 6 dihitung sebagai berikut,
6=r-gL ... (8.8-31

(b)- Defoma-si
dimana dr = diameter lubang baut, dan P = lebar tributary pelat
sayap sambungan T-stub untuk baris baut yang ditinjau.
Selanjutnya ditinjau diagram benda bebas pada pelat sayap kanan
yang dipotong jadi dua. Segmen l, pelat sayap dipotong tepat pada
tepi pelat badan (kiri) dimana timbul momen sebesaf,, M dan tepi
lubang baut [kanan). Segmen ll, pelat sayap sisanya, yaitu bagian
i6). Tegangan pada kepala baur berlubang saja dengan momen sebesar adM.
1"
B E gaya baut
6= gaya pry,tS tt

(d). Pernodelan

2002)
Gambar 8.103 Mekanisme Prying Model Struik - de Back (swanson Gambar 8. 104 Keseimbangan Potongan Pelat Sayap dengan Efek Prylng

Adanya gayapryingmenyebabkan pelat sayap bekerja seperti balok Potongan i, tinjau kondisi keseimbangan momen pada titik gaya
ter;eiit dibigian tengah [tepi pelat badan) dan pinggiral lub1g reaksi baut sejarak b'd.ari tepi pelat badan, sebagai berikut :
adalah M dan
lCamfar 8.103d). Momen jepit dekat pelat badan Txb'-M-a6M= 0....... ....... (8.8-41

,1
*o-"r, jepit pada pinggiran lubang baut adalah adM'
I

688
Bab 8, Sambungan Struktur Uryanto Dewobrcto - Struktur Bara
649
Potongan ii tinjau kondisi keseimbangan momen pada titik gaya
reaksi baut sejarak a'daritepi luar pelat sayap, sebagai berikut:
B:-
adM-Q*a'=Q...... ....' (8.8-s) a@
!s A- 7-
Tinjau keseimbangan gaya-gaya pada potongan i dan l'i sekaligus :
*
*s
T -B+Q=6 (8.8-61
*h /,t
Dari persamaan (8.4], besarnya a dapat dicari sebagai berikut
Ss
R
a
/t
$m
| ( Txb' .)
d=-1
,(M )
t........ .....""
(8'8-71
> --z '4- D
d$ '
& r

Pada kondisi batas mendekati runtuh {ultimate), dimana M adalah "ii:urr perJflayap
tliSrl '6

kapasitas momen pelat sayap, MoYan9nilainya adalah Gambar 8. 105 Pengaruh gaya dan tebal pelat pada perilaku T-stub (Swanson 2002)

uo =(|n"t|)r, .... " (8'8-8) Kurva OABC adalah kapasitas teoritis berdasarkan kriteria leleh
pelat dan kuat tarik baut. Segmen OA adalah kapasitas teoritis
Momen kapasitas pelat sayap dipakai pada Persamaan 8.7 maka berdasarkan kelelehan pelat sayap, dicari dari Persamaan 8.8-11
\ untuk cx = 1. Segmen AB ditentukan oleh kuat tarik baut dengan
t( 4Txb'
a=-.t..-.--.----....-"-..---:-l I ...... (8.8-e) efek prying. untuk nilai 0 < q < 1. Titik A pada kondisi tarik balans,
6[rx Frxti ) { dimana pelat dan baut mengalami kondisi kritis bersamaan.
Selanjutnya dengan manipulasi persamaan keseimbangan dapat ..... (8.8-141

diperoleh gaya prying, Q sebagai berikut [Swanson 20O2) :


/ - \,
o:r{ l+(ax
1'6a),lf4) 188-10) Garis BC adalah kondisi sambungan dengan pelat sayap yang tebal
)\a' ) sehingga tidak ada efek prying. Kekuatan sambungan ditentukan
Beban maksimum sambungan T-stub adalah nilai terkecil dari tiga oleh kuat tarik baut. Tebal pelat sayap di titik B (Gambar 8.105J
persamaan berikut, yang ditunjukkan mekanisme keruntuhannya' adalah ketebalan minimum pelat agar tidak terjadi efel< prying.

[1] leleh pada pelat sayap jika a > 1


fiil
,:\ploxF,xt7) "" 18'8-11)
[2] mode gabungan leleh pelat dan efek prying bautjika 0 scr < 1

T:Bn*o'
- *pxFrxtz,
. . (8.8-121
a'+b' 4(a'+b')
[3] fraktur baut tanpa terjadi efekprying a < 0' B=T B=T

T = Bndimana Bn= rf AuFnt .... ......... (8.8-13)


Gambar 8. 106 Keseimbangan Potongan Pelat Sayap tanpaEfek Prying

Berdasarkan tiga mekanisme keruntuhan sambungan T-stub yang Segmen OB adalah kapasitas sambungan tanpa terjadi efek prying
diteliti Swanson (2OOZ) disusun kurva hubungan antara kapasitas berarti daerah OBC adalah kondisi beban yang tidak me-
(cr = 0),
tarik terhadap tebal pelatnya, lihat Gambar 8.105' nimbulkan efek prying. Kondisi yang diharapkan agar terhindar

Bab 8. sambungil strukur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 69L


dari risiko fatig (Swanson 2002). Itu tentunya perlu dikombinasi- Adanya kuat batas real yang lebih tinggi dari kuat leleh pelat maka
kan dengan cara pengencangan baut agar gaya prategang bautnya Thornton (1,992) mengusulkan urrtuk modifikasi Persamaan 8.8-
18, yaitu dengan cara mengganti
lebih besar dari beban lua4 sehingga pelat-pelatnya masih rapat. { menjadi { sehingga :
> If4L"a f..---,. tL"a
i, Pada kondisi tanpa efekprying tiniau keseimbangan momen uiung t
-1/
"min 'I --! 14.444x " .'..(8.8-1e)
potongan (lihat Gambar 8.106) hingga M = T x b'. fika Persamaan
1

QxpxF, n"4,
8.8 adalah kuat batas penampang pelat dan kuat tarik sambungan Penjelasan rasional mengapa f, dapat digantikan dengan F,hanya
sama dengan kuat bautnya, yaitu T = Bndan B = <p Au F,rmaka,
karena rumus modifikasi tadi hasilnya selaras jika dibandingkan
iprt'rxFr=Bnxb' ... . te.B-1sJ dengan data-data hasil uji el<sperimental (Thornton 7992).

Persamaan 8.8-15 menuniukkan kondisi sambungan T-stub dengan KonsepI t*,-pada


mtnr
Persamaan 8.8-19 diadopsi AISC Manual (2005),
pelat sayap yang kaku [tanpa efek prying) yang dibebani sampai dan diikuti buku teks struktur baja [Geshwinder 2011, Segui 2013).
kuat maksimum baut tercapai dan saat bersamaan pelatnya Ieleh. Padahal pada kondisi layan, timbulnya efek prying di pelat ujung
Jika tebal pelat tersebut dianggap tebal kritis, yaitu t = trmaka. sambungan mempengaruhi ketahanan baut terhadap fatig. Untuk
kondisi seperti itu Thornton (7992) tetap mengusulkan memakai
,' = W- .... (8.8-161
{(Persamaan 8.8-18) untuk mencari tebal pelat minimum.
\ o"r, 8,8.5. Perencanaan Hanger dari Profil Tee atau Siku
ladi t" adalah batas ketebalan pelat sayap agar tidak terjadi efek Perilaku baut dengan efek prying pada sambungan T-stub menjadi
prying pada sambungan. Untuk perencanaan perlu diperhitungkan
dasar untuk perencanaan struktur hanger dari profil fee atau siku
faktor Q = O.9 [berupa keruntuhan lentur yang daktail) berikut : (AISC 20051. Adapun parameter yang dipakai adalah berikut.
ry, M,

iip"t'rxFr> Bnxb' . (8'8-17)

fadi tebal minimum pelat atau t-,, untuk perencanaan agar tidak
terjadi efek prying pada sambungan T-stub adalah
,

Kurva OA pada Gambar 8.105 adalah kapasitas teoritis berdasar- l,


kelelehan pelat. Namun faktanya, T-stub masih kuat dibebani ak (a) Profil Tee (b) Profil Siku
Gambar 8.107 ?arameter perencanaan struktur penggalrtung
efek strain hardening dan efek gaya membran. Keruntuhan ba
terjadi pada kurva OF dengan nilai cr = 2.ltu dibuktikan juga oleh u Beban tarik sebesar 2T untuk profll tee; dan T untuk profil siku.
eksperimen (swanson 2002).Ini bukti perilaku keruntuhan T Gaya reaksi baut dengan efek prying adalah T+Q. Notasi lain sama.
jika pelatnya leleh terlebih dahulu, akan berperilaku daktail.
]ika ketebalan pelat sayap bisa lebih besar persyaratan minimum
|adi sambungan end-plale dengan pelat tebal bukan pilihan terbai
untuk struktur tahan gempa karena perilaku keruntu .... (AISC Manual 2005)

kurang daktail dibanding tipe sama memakai pelat ujung


lebih tipis [Bai et. al. 2015). Tetapi bila dapat dijamin bahwa ba maka efek prying tidak perlu dikuatirkan karena Q = 0. Itu berarti
sambungan tersebut tetap dapat berperilaku elastis, atau lebih tebal pelat dianggap kaku dan kuat, sehingga kekuatan baut yang
dibanding bagian lainnya, maka tentu saja tidak ada menentukan. Oleh sebab itu kekuatan baut yang disediakan harus
untuk memakai sambungan tipe tersebut. lebih besar dari beban tarih atau 8,3 T.
ir

II
,I
692 Bab 8. Sambungan Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia
693
..,1
|ika kapasitas baut relatifcukup besar sehingga kuat terhadap efek 8. 8. 6. Baut deng an Teg ang an Kombin asi
prying dan kekuatan sambungan ditentukan oleh leleh pada pelat tarik seperti profil tee, jika gaya tarik
Pada sambungan baut tipe
yang sifatnya daktail, maka tebal pelat minimumnya dapat dicari pelat ujung atau cr = 0", maka semua
konsentris bekerja tegak Iurus
sebagai berikut.
baut menerima tegangan tarik murni. Untuk cr = 90o maka semua
+'.fit
4.MTb, u ........ (AIsc Manual 13s Ed. - 2005)
baut akan menerima tegangan geser murni. Gambar 8.108.
lmln -
pr,(t+ 6a') A Nsina
I oaYa geser
-.,ilr
dimana
,,2* .**o€t'-
6 =l-dnlP (lihat Persamaan 8.3) f'
g

P:b'la' \
Ncosa
gaya tarik
o,=(
(o*!r\=(nsa*!n)
2/ \ 2)
O -)(?-r) iika p <1" maka a' :*(+)=1.0 lainnva a' :r.0 Gambar 8. 108 Baut de;rgan tegangan kombinasi (tarik dan geser)

B, = SA6F* adalah kuatbauttunggal terhadap tarik. Bila orientasi gaya konsentris antara sudut 0o < ct < 90" maka baut
)t < t*in jika mengalami kombinasi tegangan tarik dan tegangan geser'sekali-
lika to.,,, -, maka tebal ujung mencukupi, tetapi tp"tot
gus. Jika besar maka pengaruhnya harus dimasukkan dengan cara
maka pelat ujung perlu dipertebal. Jika ketebalan pelat tidak bisa
memakai tegangan tarik rrominal termodifikasi sebagai berikut'
dilakukan, maka konfigurasi geometri sambungan yang diubah
seperti mengganti parameter b atau p. E
Fl, =1'3F^, <F.
QF""
Rn=Fl,Ao ...........{13-2)

dimana
F,t tegangan tarik nominal, Tabel 8.5 atau J3.2 I,AISC 201"0)
Fnu tegangan geser nominal, Tabel 8.5 atau l3'2 (AISC 2010)
(b 0.75

f- tegangan geser perlu, sesuai kombinasi beban LRFD dan


besarnyaf,,,<<fiF,,.
Ab adalah luas penampang baut.
Catatan : |ika salah satu komponen tegangan kombinasi tersebut,
baik tegangan tarik ataupun tegangan geser ternyata kurang dari
O.3fF,,atau 0.3rpF,, maka tidak perlu dihitung sebagai tegangan
kombinasi (User Note -- AISC 20L0).ltu berarti interaksi tegangan
tarik dan tegangan geser dapat diabaikan. Tegangan baut cukup
dihitung secara mandiri yang saling terpisah'

694 Bab 8. Sambungan Struktur Wtryanto Dewobroto - Struktur Bara 695


Hasil uji empiris menunjukkan bahwa kuat baut dengan tegangan 8,8.7, Contoh Perencanqqn BautTipe Tarik
kombinasi berbentuk elips (Kulak et. al.7987), sesuai rumus ini : 8.8.7.L. Baut Tarik pada Pelat Sayap Lemah
(t\' *(t)':1 ... ... rArscc-,3-sar Sambungan tarik dengan profil fee potongan WF 350x150x6.5x9
\0F,, ) \0F,, ) dan 4 baut Q16. Mutu baja .{36 Fr= 250 MPa dan f" = 409 Mla.
Penelitian Carter et. al (L997) menyederhanakan rumusan elips di mutu barrt ASTM A325 dengan Fno= 620 MPa dan {, = 372 MPa.
atas dengan kurva sederhana dari tiga garis lurus sebagai berikut. Pertanyaannya:
a. Buktikan apakah ada efekprying pada sambungan tersebut.
( t\.( L-')= r.. .. ...... (ersc c-rs-e,) b. Hitung gaya N ultimate (maksimum) dan bagian komponen
\0p,, ) \iF* ) sambungan yang mana, yang menentukan kekuatannya'
Dari rumus itulah disusun rumus J3-3a (AISC 20L0), bahkan juga
dapat diberikan tinjauan dari sisi tegangan gese[ sebagai berikut.

Fl =r.3F,, -fu n { F,u .. (AISC c-f 3-7a)

Rumus kuat baut dengan tegangan kombinasi (tarik dan geser)


yang berbentuk elips maupun kurva tiga segmen garis lurus dapat
diperlihatkan pada satu gambar yang sama, yaitu Gambar 8.109.

5
o
-o
d
3
6
(al Tailpak Depil O) Tempak Samptrg
ID
t6 Gambar 8. 110 Sambungan dengan profil %WF350x150
a
Fo
fawab:
Dengan melihat aliran gaya-gaya internal yang ada, maka sistem
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) komponen penting. yaitu I
. Pelat badan, terhadap beban N bekerja seperti batang tarik'
Cambar 8.109 Kurva kuat baut dengan tegangan kombinasi (AISC 2010)
kekuatannya ditentukan luas penampang, yaitu 65x120 mm.
Dari kurva di atas dapat dipahami : mengapa jika salah satu kom- .
ponen tegangan kombinasi nilainya kurang 300/o kuat perlu, maka Pelat sayap, terhadap beban N bekerja seperti balok lentu{,
pengaruh tegangan kombinasi di baut dapat diabaikan. Dari kurva dipengaruhi tebal penampang, yang menentukan efek prying
pada baut akan terjadi atau tidak.
itu juga tentunya akan ada keinginan memakai rumus elips yang
lebih teliti, sehingga tegangan nominal modifikasinya jadi berikut' . AIat sambung baut terhadap beban N akan bekerja sebagai
t ;2 baut tarik, yang besarnya gaya dipengaruhi efek prying.
Fl"=4, ,-[ J'-1 (AISC C-]3-8a)
Oleh sebab itu kekuatan sambungannya ditentukan oleh kapasitas
\0F", )
terkecil dari komponen-komponen penyusun tersebut.

696 Bab 8. Sambungu Struktur Wiryanto Dewobroto - Strukur Baia 697


<< Pelat Badan >> sebagai batang tarik. fawab
Luas penampangA.= 6.5x12O = 780 mm2 Tinjau per-baris baut. lebar tributary p = 60 mm. Jika sambungan
N = tfAnFr= 0.9x780x250/LOOO=L7 5.5 kN <<govern>> ditentukan oleh kuat tarrk baut, dimana Fnr= 620 MPa, maka
<< Bauttarik >> kekuatan baut (4016 mutu ASTM A325) An=/qrr762 = 207 mmz
AfYanl62 =Z0Lmmz T= <pAuFor= 0.75x201x620/100C = 93.465 kN
N = 4QArF^r= 4x0.75x201x620/1000=373.9 kN
Profil baja mutu A,36 F..= 250lvlPa dan F..= 4O0 MPa. fika dimensi
Kapasitas batang tarik dari pelat badan, lebih kecil dari kapasitas lama masih akan dipakl i (b'= 40 mm), m&, dapat ditentukan tebal
tarik baut. fadi pelat badan menentukan. Selanjutnya akan ditinjau pelat sayap minimum agar tidak terjadi efek prying.
kekuatan pelat sayap memp erhitun gkan efek p ry in g.

"'--(o*!)<(t.zsa*!)
a'=25**=33 mm < 1.25*46.75+f =66 t rr, + ok Profil baja dengan tebal pelat sayap mendekati t-,, tentu cukup
jarang dijumpai. Untuk itu dipilih profil besar yang umum, yaitu
- * = 46.7 5 - + :38.75 mm
b' = b
profil %H5BBx300x'J.2x20. Tebal pelat sayap relatif lebih kecil dari
p=60 mm dan 5=1-drlp=t-(te *z)leo=o.l yang disyaratkan. Meskipun demikian, itu akan diantisipasi dengan
Sambungan profil tee dipikul oleh dua baris baut. Tiap barisnya memperbesar parameter lebar tributary, yaitu p = 110 mm. yang
memikul sebesar 2T Qihat notasi di Gambar 8.103). Jika tiap baris berarti susunan baut diubah. Selanjutnya akan dicheck lagi :
baut memikul N/2 maka 2T =N/2 atau T = 43.875 kN. f+tqrb'
-! t__-pFu
f-in - =l9.4mm <tr--2Omm.
4.44x43875 x 38.75
tmin - =17.7 mm

Karena t*,-
frth
> t" maka pelat sayap mengalami deformasi dan teriadi
efekprying pada baut. Untuk itu maka :

-r):a e

Karena a > 1 berarti pelat sayap mengalami leleh dan membatasi


I

kuat tarik baut yang dapat dimanfaatkan menjadi :


I

,i
r: (1*d)(, xFYxt1',- (t+o'z) 60x25ox92
tt 4x38.75 , =r3.325 kN
I 4b'\' 1000
fadi kapasitas sambungan profil tee ditentukan kapasitas pelat.
Beban batasnya adalah N = 2Tx2 = 2xL3.325x2 = 53 kN.

8.8.7.2. Baut Tarik pada Pelat Sayap Kuat


(a)TaepakDepah (blTampaksa
(bl Tampak Seping
Dari sambungan profil tee yang telah dibahas, dapat diketahui
bahwa kinerjanya dibatasi oleh tebal sayap. Untuk itu selanjutnya Gambar 8. 111 Sambungan dengan profil %WF588x300
dipilih profil tee yang lain agar kekuatan sambungan, khususnya Check
I
baut dapat bekerja secara maksimal.
lr
,t

I
.! Strukilr
i{
698 Bab 8. Sambungan Wiryanto Dewobroto - SEuktur Baia 699
ji
o'=(o+!)<(r.zsr+9)
a'=80+f =88 mm = L25x64+f =88 mm -+ ok
U =b-*=64-f =56 mm
p=1 10 mm dan 5 =t-dnl p=t-(to+2)/tto=o.a:e

. = !( +rt'--,.] : 4 xe3465 x56--


--i-f r'l = r.os
5
\oFrt',. J 0.836 \ ttox25}xZ}'. )
Karena a > 1 berarti pelat sayap mengalami leleh (Stield).

* u) (t * o.s:0)
, :(, ( o.' ,, 1_ *ttox25ox2o2 :90.2 kN [a) Taspak D.pan (b) Tampak Sreping
4b,\'vt/ 4x56 1000
Gambar 8. 112 Sambungan Baut dengan Kombinasi Tarik - Geser
Kapasitas tarik pelat badan 0.9x25oxl2x22o/7OOO = 594 kN lebih
besar dari kapasitas lentur pelat sayap, sehingga komponen ini Untuk beban konsentris F = 2OO kN maka tiap baut akan bekerja
yang menentukan, yaitu N = 2Tx2 = 2x9O.2x2 = 361 kN. gaya tarik T = 25 kN atau fn=, 1rn MPa < 0.30F^t = 139 MPa; dan
gaya geser V = 43.3 kN atau f",= 275,4 MPa < QF^,= 279 MPa.
Itu berarti terj adi peningkatan sebesar 3 6L / 53 x70 0o/o= 6870/0.
Check efekprying pada baut.
CATATAN:
. Pada kondisi jurnlah dan diameter baut yang sama, tetapi hanya "'=("+$)<(t.zsn+t;)
dengan mengganti ukuran profil tee yang lebih besa5, ternyata a':8O+*:88 mm = 1.25 *64+f =$S;prn --+ ok
dapat mengalami peningkatan kapasitas yang besar yaitu 680olo
dari kapasitas sambungan sebelumnya. - * : 46.7 5 - f : 56 11on
b' = b

. Hal lainnya, kekuatan sambungan ditentukan oleh komponen p=110 mm dan 5:t-dnf p=t-(te +2)/tto=o.a:e
pelat sayap yang mengalami leleh terlebih dahulu, oleh sebab
itu perilaku keruntuhannya bersifat daktail. Ini tentu sangat a=_lt( +rn' .) | ( 4x25ooox56_l.)l=-0.59
I _11-_r
6 0.836 \ I l0 x 250 xZO. )
baik untuk sistem struktur tahan gempa. \pFrti
Karena a < 0 maka' pelat sayapnya kaku dan tidak terjadi prying.
8.8.7.3. Baut vs Tegangan Kombinasi (Tarik & Geser) Berarti tegangan tarik baut tetap fn= 1"24 MPa < 0.3(PFn, sehingga
tidak perlu dihitung sebagai tegangan kombinasi. Beban F=200 kN
Konfigurasi sambungan profil tee dipilih sebagai sistem pemikul. yang membentuk sudut P = 3O ) aman.
Beban luar konsentris, N = 200 kN dan membentuk sudut F = 30"
terhadap bidang horizontal. Check apakah baut memenuhi syarat. Jika F ditambah dan tegangan geser menentukan maka maksimum
f"u= QFnu= 279 MPa ) V=Au'f- = 56 kN ) F=V/0.2L65 = 259 kN.
fawab Gaya tarik T = 0.125F = 32.375 kN ) /", = 161.1 MPa > 0.3rlF,r)adi
Detail sistem pemikul sambungan profil tee, khususnya konfigu- pengaruh tegangan kombinasi harus diperhitungkan.
rasi baut pada pelat sayapnya dapat dilihat pada Gambar 8-772. Check efekprying untuk tiap baris baut.
Tiap baris baut, lebar tributary p = 110 mm' Baut 016 mutu 4'325
=!( +rn'- I f 4*2375xs6.
6lnrrt', -,)=0.836\ttox250x20'-r'l:-0.+oz
dengan Ao= 2O7 mm', F,, = 620 MPa dan {, = 372 MPa. Gaya tiap o
baut: tarfu T = o.5F/4 = 0.125Fdan geser V= 0.866F/4 = a.2165F. ) )

Bab 8. Sambungan Strukhrr


700 Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 707
ii
Karena cr < 0 berarti pelat sayapnya kaku dan tidak terjadi prying. 8.9. Sambungan Momen End'Plate
FL=L.3x620-6ffix279= 186 MPa=0.34, ................ IAISC J3-3a) 8,9.7. Umum

SR,:QAuFir=0.75x20lxl86xrt1t=28 kN < T) Not OK. Ketentuan B3.6 (AISC 20fi) tentang perencanaan, dipersyaratkan
bahwa kekuatan dan deformasi suatu sambungan harus konsisten
Untuk beban F = 259 kN dengan sudut p = 30o ) tidak aman. antara perilaku real dan pemodelan analisa strukturnya. Maklum
perilaku sambungan momen struktur baja dapat dibagi dua, yaitu
Pada besaran beban sama tetapi sudut B diubah sedemikian se-
hingga T < 28 kN atau.fr, . 0.3F,, maka ketentuan tegangan kom- 11] FR atiu Fully Restrained atau sambungan rigid seperti profil
binasi dapat diabaikan. Sudut beban yang dimaksud adalah: utuh; dan [2] PR atau Fartially Restrained atau sambungan semi-
rigid atau elastis, dimana pada kondisi beban tertentu antara
arcsin(p)=#=0.l0et + F <#=6.2' <<geser dominan >> elemen-elemen sambungan bisa berotasi' Untuk memahami dapat
Untuk beban F = 259 kN dengan sudut p = 6.2" ) aman.
mempelajari Gambar 8.114 berikut.

8,8.8. Solusi Praktis Mengatasi Prying


Telah dipelajari bagaimana efek prying terjadi, yaitu karena pelat
berdeformasi. Solusi AISC (2010) umumnya penebalan pelat atau
(a). FR tb). PR
ubah konfigurasi. Tidak pernah dibahas tentang pelat pengaku.
Gambar 8.114 Perilaku sambungan momen pada struktur baia (AISC 1994J
Untuk kondisi Indonesia, yang lebih mengutamakan penghematan
biaya material dibanding biaya tenaga kerja, maka memberi pelat Sambungan momen tipe FR tidak perlu pemodelan khusus'untuk
pengaku setempat kadangkala menjadi solusi praktis yang efektif analisis strukturnya, karena dapat dianggap sebagai penampang
dibanding dengan menggantinya dengan pelat yang lebih tebal. utuh, yang merreruskan momen sekaligus gaya geser dan aksial.
Contoh penambahan pelat pengaku di sambungan %WF350x150, AISC (1994) memperlihatkan kurva perilaku sambungan tipe FR
untuk memperkuat pelat sayap yang lemah, sehingga kekuatan dari tiga detail berbeda, yang salah satunya sambungan end-plate.
sambungan secara keseluruhan akan meningkat secara efektif.
Sambungan FR
atau rigid
E-ry
I I .: j,,l
@ l*l" i.:?
1.1,.-"1
E**;J
f1 . ""1

@I :1, ,1 Sambungan PR
I+l,t. Y:1-ll atau semi-igid
u.l,r
Gads balok

W
@
Rotasi Simpl*Beam

(b) Tahpak Sanpidg Rotasi

Gambar 8. 115 Sambungan momen ienis rigid atau FR (AISC 1994)

702 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Ba,a 703


Dari ketiga detail sambungan momen tipe F& hanya sambungan
end-plate yang tidak memerlukan pengelasan di lapangan. Karena
itu untuk pemasangannya relatif cepat dan tidak terpengaruh oleh
kondisi cuaca. Metal Building Manufacturers Association IMBMA)
di Amerika mempopulerkan sistem sambungan ini pada bangunan
gedung [Murray et. al. 2003). Ini dimaklumi karena konfigurasi
sambungan memang relatif terbatas, hanya cocok untuk ukuran
,I
profil standar. Kekurangan yang lain, pabrikasi harus akurat. fadi
hanya kontraktor berpengalaman dan didukung teknologi tinggi,
yang sebaiknya mengerjakan. a) b)
Gambar 8. 117 Analogi profil untuk sambungan end-plate
Implementasi sambungan end-plate pada bangunan portal baja re- rce

latif sederhana, baik untuk kolom sisi kuat maupun sisi lemahnya' Dari berbagai studi, penelitian Kennedy et. al. (1981) banyak dipa-
Ilustrasi yang diambil dari AISC (1994) dapat memberikan ide kai sebagai acuan penelitian lainnya (Murray dan Sumner 2003).
bagaimana sistem tersebut digunakan pada konstruksi baja.
Penelitian Kennedy mengidentifikasi tiga tahapan perilaku pelat
sayap profil tee terhadap gaya tarik baut. Tahapan pertama terjadi
pada kondisi beban yang rendah, perilaku pelat masih elastis' Ini
perilaku "pelat tebal'l efek prying tidak terjadi (Gambar 8.118a).
|ika bautnya kecil, bisa timbul gap menyeluruh. Saat beban tarik
ditambahkan terus, maka sendi plastis bisa terbentuk pada bagian
tengah pelat sayap (Gambar 8.118b), Ini adalah tahapan ke-2 yang
disebut perilaku "pelat sedang". Pada kondisi tersebut timbul gaya
tambahan di baut, Q akibat efek prying oleh adanya deformasi pelat
sayap sebagian dan sebagian sisi lain masih terjepit baut.

Jika beban tarik masih saja dapat ditambahkan dan bautnya masih
cukup kuat, maka perilaku pelat akan masuk pada tahapan ke-3,
disebut perilaku "pelat tipis". Pada tahapan ini pelat mengalami
(a). Kolom sumbu kual (b). Kolom surnbu lemah sendi plastis ke-2, yang terjadi di barisan baut fGambar 8.118c).
Gambar 8. 116 Aplikasi sambungan end-plate pada portal baia (AISC 1994)
Pada kondisi ini, besarnya gaya tambahan pada baut akibat efek
prying adalah yang terbesar atau maksimum.
Detail sambungan end-plate pada Gambar 8.116 diperuntukkan
untuk memikul momen negatif, karena jumlah baut lebih banyak
di bagian atasnya. fika beban lateral yang dominan, maka bisa saja
jumlah baut di bagian bawahnya juga akan sama banyak. t" t'., t"
Perkembangan sambungan telah dimulai sejak era 50'an, dimulai
studi perilaku baut sambungan end-plate, khususnya memprediksi
gaya dan efek prying. Umumnya studi memakai analogi profil tee
yang dibebani gaya tarik seperti terlihat pada Gambat 8.117.
Digunakannya analogi profil-tee untuk studi sambungan end-plate (a) tebal (b) setlang (c) tipis
menghasilkan kondisi konservatif karena tidak memperhitungkan
Gambar 8.118 Perilaku pelat dan efekprying (Murray dan Sumner 2003).
pengaruh pelat badan yang menambah kekakuan pelat ujung.

704 Bab 8. Sambungan Stmktur WiDanto Dewobroto - Struktur Baia 705


8.9.2. Tebal PelatUjung dan Perilaku Sambungan
Perilaku pelat ujung sambungan end-plate atau split-tee ternyata
spesifik. Untuk keperluan perencanaan dapat diklasifikasikan ber-
perilaku sebagai pelat tebal, sedang atau tipis' Itu berpengaruh
pada kinerja sambungan. Klasifikasi pelat yang dimaksud, apakah
berperilaku tebal, sedang atau tipis, tidak hanya didasarkan pada
ukuran fisik semata, tetapi juga terkait konfigurasi geometri dan
besarnya beban yang bekerja.

(a). Perilaku N{-1 fueht tebal) (b). Perilaku M-1 gelat sedangy'tipis)

Gambar 8. 120 Pengaruh tebal pelat pada kinerja sambungan (Agerskov 1979J.

Gambar 8.120 adalah kurva perilaku balok dengan sambungan


end-plate yang diuji. Fokusnya adalah kurva No,3 yang memonitor
titik sambungan. Kurva lain rnewakili perilaku penampang utuh.
Sambungan end-plate dengan pelat tebal menunjukkan perilaku
seperti penampang utuh, khususnya kondisi beban dimana kurva
Gambar 8. 119 Deformasi pada sambungan end'plate fAgerskov 1979J.
No.3 berimpit dengan kurva lainnya, lihat Gambar 8.120a.'
Gambar 8.119 adalah pelat ujung pada sambungan end'plate yang
Memang, pada kondisi beban mendekati nraksimum, kurva No.3 di
tebalnya kurang lebih sama dengan tebal pelat sayap profil. Dari
bagian sambungan menunjukkan pelemahan, terjadi rotasi besar
tampilannya saja tidak mudah mengklasifikasi, apakah termasuk
dibanding bagian penampang utuh. Tetapi karena besarnya beban
pelat tebal, sedang atau tipis. Tetapi setelah dibebani dan terjadi
tidak berbeda jauh dan beban batas profil utuh, maka pengaruh-
deformasi [timbul celah), dapat dilihat bahwa kondisi plastis telah
nya tidak signifikan dibanding perilaku struktur keseluruhan.
terjadi. Itu berarti perilakunya tidak lagi seperti "pelat tebal".
Kondisi berbeda pada sambungan end-plafe dengan pelat sedang
Apa pengaruh ketebalan pelat terhadap kinerja sambungan. Untuk
atau tipis (Gambar 8.120b). Perilaku sambungan (kurva #3) pada
menjawabnya ada baiknya mengulas penelitian Agerskov (L979)
beban relatif rendah kelengkungannya lebih besar dibanding pe-
di Technical University of Denmark tentang perilaku keruntuhan nampang utuh akibat adanya deformasi pelat ujung sambungan.
sambungan end-plate yang mempunyai ketebalan pelat berbeda.
Secara umum dapat disampaikan bahwa dari segi kekuatan, tidak
Gambar 8.120 menunjukkan konfigurasi balok uji yang dimaksud.
ada perbedaan antara sambungan end-plate dengan pelat tebal,
Tebal pelat sayap dari profil balok uji adalah 18 mm. Konfigurasi
sedang atau tipis. Hasil uji menunjukkan bahwa kekuatan batas
sambungan end-plate keduanya sama, kecuali balok uji kiri tebal
masing-masing balok dapat tercapai dan relatif sama besarnya.
pelat ujung 25 mm, dan balok uji kanan tebalnya 18 mm. Berarti
Hanya saja jika ditiniau deformasinya, ada perbedaan mencolok,
sebenarnya pelat uiung yang dipakai juga tidak terlalu tipis. Balok
khususnya pada balok dengan sambungan end-plate dengan pelat
dibebani terhadap momen berdasarkan dua beban terpusat yang
lebih tipis, kelengkungan atau deformasinya relatif lebih besar.
ditempatkan simetri pada sambungan. Tiap balok uji dipasang 5
titik ukur memonitor deformasi sambungan dan penampang. |adi Perubahan kekakuan akibat perilaku sambungan mempengaruhi
perbedaan deformasi relatif sambungan terhadap bagian lainnya perilaku struktur secara keseluruhan, apalagi jika strukturnya
dapat diketahui. Hasil penguiian disajikan dalam kurva hubungan statis tak tentu atau termasuk bentang panjang. fadi sambungan
antara momen: kurvatur (kelengkungan) mulai kondisi beban kecil end-plate untuk tujuan kekuatan dan sekaligus kekakuan struktur
(elastis) sampai kondisi beban batas (inelastis)' maka klasifikasi pelat ujung yang ideal adalah "pelat tebal".

706 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 707


tutu
Kekakuan sambungan end-plate dengan pelat tebal bisa menyamai Jika kekuatan menjadi prioritas tetapi cukup ekonomis, maka tipe
penampang utuh, baut lebih efisien karena tidak ada efek prying. extended-end-plate [Gambar 8.122), adalah pilihan yang efektif.
Hanya saia, karena ditentukan baut maka perilaku keruntuhannya
relatif non-daktail, dibanding pelat yang leleh terlebih dahulu.
|adi meskipun sambungan end-plate dipakai untuk struktur tahan
gempa (AISC 2 0 1 1), tidak berarti sistem tersebut akan dikondisikan
mencapai kondisi inelastis. Maklum pada tahap perencanaan ada
prosedur yang memastikan bahwa kekuatan rencana sambungan
lebih besar dari bagian lainnya, sehingga ketika terjadi gempa maka
rru.)kJ
{aJ. Empat baut {bJ. Empatbaut + pengaku (c). Enam baut 1/2
kondisi inelastis akan terjadi di luar sambungan. Itu berarti sistem
sambungan tetap berperilaku elastis sehingga tidak ada masalah
terkait adanya kondisi daktilitas yang kurang baik.
8.9.3. Tipe dan Konfigurasi Sambungan
8.9.3.L. Sambungan End-Plqte Tipe MBMA
Klasifikasi pelat tebal adalah pilihan terbaik sambungan end-plate.
Klasifikasinya tergantung konfigurasi baut tarik. Itu menyebabkan
sambungan end-plate jadi spesifi[ tidak sembarangan. Untuk itu (d)-
(dl- Delapan baut 113
U3 [e). Delapan baut 1/3 a pengaku
akan dipilih rekomendasi dari Metal Building Manufacturers.Asso-
Gambar 8. 122 Konfigurasi sambungan tipe extended-end-plate [Murray et. al. 2003)
ciation (MBMA) dari USA' yang membagi menjadi dua tipe, flush-

ryry
end-plau dan extended-end-plate (Murray et' al' 2003)' Bentuk konfigurasi sambungan end-plate Gambar 8.727 dan 8.1,22
adalah untuk daerah momen negatif (baut tarik di sisi atas). Pem-
berian nama sambungan juga akan mengacu jumlah baut tarik yang
dipasang dan bukan jumlah baut secara keseluruhan.
Sistem sambungan end-plate pada dasarnya dapat dipasang dima-
napun, asalkan baut bagian tarik dapat ditempatkan secara benar.
(trJ. Empat baut
Kemampuan analisa struktur akan membantu. Contoh sambungan
(al. Dua baut
Iapangan tipe flush-end- plate d,an exten ded- end-plate.

\
(-, *)
ll|

t\*..-..-.,.\
(c), Empat
(c). atas
Empet baut - pengaku atas (dl' Empatbaut - pengaku bawah
bagian tarik
Gambar 8, 121 Konfigurasi sambungan tipe flush'end-plate (Murray et. al. 2003)
{a}. Flush-end-plate {b). Ext e n d e d- e n d-p Ia t e
Tipe/ush-end-plate (Gambar 8'121) cocok untuk elemen struktur Gambar 8.123 Sambungan end-plate padabalok fMurray-Shoemaker 2002)
dengan tampilan minimalis, rata luar dan tanpa tonfolan. Hanya
saja kapasitas momennya relatif lebih kecil, sehingga tidak efisien Untuk struktur portal, sambungan balok-kolom [momen negatif),
jika digunakan untuk sistem sambungan sekuat profil. maka kedua tipe sambungan end-plate masih dapat dipakai.

7o4 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia


709
Gambar 8.726 adalah contoh gambar detail sambungan end-plate
dengan profil WF25 Ox725x6x9 yang akan dievaluasi. Selanjutnya
dinanrakan sambungan end-plate tipe lokal, untuk membedakan
dari tipe MBMA fMurray et. al. 2003) yang dibahas secara detail.

F.G-1 -*"*-*:

(a\. Flush*nd-plxe (b). Ex te nded-end -d ate


rAc:
OETAIL REGEL RG-l
SKALA 1;25
Gambar 8. 124 Sambungan end-plate pada portal (Murray-Shoemaker 2002J

Aplikasi sambungan end-plate dapat dipakai untuk balok maupun SKALA lrlo
portal, sehingga cukup populer. Hanya saia ukuran profil yang di-
Gambar 8. 126 Detail sambungan end-plate tipe lokal (surnber : atapkubah.coml
sambung relatif terbatas, tergantung dari diameter ukuran baut
yang tersedia. Oleh sebab itu sistem sambungan end-plate lebih Pelat ujung sambungan end-plate tipe lokal relatif tipis, Ketebalan-
populer untuk konstruksi gedung daripada konstruksi jembatan' nya biasanya sama atau hanya sedikit lebih tebal dari pel4t sayap
8.9.3.2. Sambungan End-Plqte Tipe Lokal profil baja yang disambungnya. Hal itu umumnya hanya didasar-
kan pada kebiasaan praktis yang ada, yaitu jika digunakan dan tidak
Sambungan end'plate tipe MBMA telah dijelaskan' Hanya saja tipe ditemukan masalah sampai bangunan berhasil didirikan.
tersebut jarang ditemukan pada bangunan-bangunan konstruksi
di Indonesia. Adapun sambungan end-plate yang umum dijumpai Iumlah baut yang dipakai relatif banyak tetapi diameternya kecil.
adalah tipe-tipe yang terlihat pada Gambar 8'125 berikut. Penempatan baut dengan spasi merata tentunya hanya optimal
jika sambungannya adalah untuk batang tarik. Untuk balok yang
memikul momen lentur, pada sambungan tentunya akan ada baut
yang menerima gaya tarik, dan pelat yang menerima gaya tekan.
Pada kondisi tersebut hanya baut tarik yang bekerja secara efektif.
Baut di bagian desak tidak berfungsi, dan biasanya akan dipakai
untuk memikul gaya geser saja. ]adi sambungan end-plate dengan
baut yang dipasang merata di sepanjang ketinggian adalah cara
penempatan baut yang tidak efisien,

(a),balok-balok
IJntuk mengevaluasi efektif tidaknya sambungan end-plate tipe
[a).balok-kolom lokal terhadap sambungan end-plate tipe MBMA, akan dilakukan
Gambar 8. 125 Tipe sambungan end-plateyang banyak dijumpai di Indonesia
analisis kekuatan batas (ultima feJ masing-masing samb ungan'
fika diperhatikan, sambungan end-plate yang banyak dijumpai ter-
Selanjutnya kapasitas sambungan tersebut akan dibandingkan de-
sebut dibuatkan lebih tinggi dari profil baja yang disambungnya'
ngan kekuatan profil baja yang disambungnya. Banyaknya bahan
Caranya dengan menambahkan potongan profil sama, berbentuk
segi tiga yang di las pada bagian bawahnya. Baut-baut sambungan
material yang dibutuhkan juga akan dibandingkan' Sambungan
end-plate dengan volume material (baja atau baut) paling sedikit
akan dipasang kanan-kiri, di sepanjang ketinggiannya. Spasi atau
jarak vertikal antar bautnya dibuat sama merata, atau disesuaikan tetapi kapasitas momen yang paling besar adalah konfigurasi atau
tipe sambungan end-plate yang terbaik sehingga layak dipilih'
dengan ruang yang tersedia.

71,O
Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 7Ll
8,9.4, Perencanaan Pelat Ujung Murray-Shoemaker (2OOZ) yang merupakan hasil penelitian terkini
sehingga dipilih juga sebagai acuan dasar perencanaan sambungan
8.9.4.L. Pola Garis Leleh dan Kuat Batas Pelat
prakualifikasi pada struktur baja tahan gempa (AISC 2011).
Kapasitas sambungan end-plate tergantung tebal pelat ujung dan
Kapasitas momen sambungan end-plate berdasarkan terjadinya
baut tariknya. Untuk menghitung kapasitas pelat maka teori yang
leleh pada pelat ujung adalah sebagai berikut.
terbukti akurat, khususnya jika dibanding hasil uji empiris, adalah
teori garis leleh (Zoetemeijer 7974,Murray et. al. 2003). tb M-=$,
$, n tb M_,=
pt
(b,_F-..t-2
py p 'b
Y_
p ... (B.e-ol

Teori garis leleh pada dasarnya sama seperti teori analisis plastis dimana
portal baja, hanya saja diaplikasikan pada bidang pelat. Ini seperti Q, faktor ketahanan lentur terhadap leleh. <p, = 0.9
yang digunakan pada analisis kuat batas pelat beton bertulang. M. besarnya momen pada sambungarr agar penampang
pelat uiung mencapai kondisi plastis

\ w Fpv
tp
tegangan leleh dari material pelat ujung
tebal pelat ujung
tr
It
Yp parameter kuat batas pelat berdasarkan pola garis leleh
yang bisa berbeda untuk tiap-tiap konfigurasi geometri.
It.,
-.{ lt,l Parameter /, disusun mengacu konfigurasi geometri sambungan
1T end-plate, yang semuanya berjumlah 9 [Gambar 8.'J,28 dan 8.136).
tii Masing-masing akan dijabarkan satu per satu, sebagai berikut.

.:l -H
? '
il 8.9.4.2. Flush-End-Plafe Dua Baut
' I
It
i'..
l

ll
-\tL
) T

{a). Profil tee - pendek [bJ, Profil tee - paniang

Gambar 8, 127 Pola garis leleh (Morris 1988J

Pola garis leleh tergantung bentuk geometri. Pada Gambar 8.L27


dituniukkan bahwa untuk profrl tee yang sama, tetapi dimensinya
berbeda, maka pola garis leleh yang menjadi indikasi keruntuhan
pelat terhadap gaya tarik baut, ternyata berbeda hasilnya.
Dimensi
[a]. Dimensi (bJ. Pola garis leleh
Seperti analisis struktur non-linier lainnya, untuk mendapatkan
Gambar 8. L28.'fipe flush-end-plate duabaut
kondisi paling menentukan perlu ditinjau berbagai pola keruntuh-
an yang mungkin terjadi. Ini akan menjadi masalah jika bidang pe-
lat yang ditinjau berbeda-beda. Untunglah bentuk end-plate yang
dibahas adalah tertentu Qihat Gambar 8.L21 - 8.724) sehingga
Yp = ?lo(;- +)]. ;[a, (p, + s)] .. (8.e-u

pola garis leleh keruntuhan pelatyang akurat, dapat mengacu pada


bentuk pola yang sudah dibuat, dan telah teruji secara sukses. Catatan , s=|{nrg jikapr> s makapr= s
Formulasi pola garis leleh pelat untuk sambungan flush-end'plau
dan extended-end-plate (Gambar 8.121 dan 8.122) akan mengacu

7LiL Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 713


8.9.4. 3. Flush- End' Plafe Empat Baut 8.9.4.5. Flush-End-Plate Empat Baut + Pengaku Bawah

t--* Y
i
*,
r,e i
s
'f
ri
i --i-
hli
i h,
iii1 {} $
i:
s-
Dtmensi
(a). Dlmensi (b) Pola garis leleh
Dimensi
[a). O). Pola garis leleh

Gambar 8. !29. Tipe flush-end-plate empat baut Gambar 8. L31Tipe flush-end-plate empatbaut + pengaku bawah

xo=lltr(p, +0.75p6)+hr(s+o.zspu)] +l . .@.e-za) r,=tlq(oy +o.zspu)+hr(s+o.zspu)7-+ ..,.r8e-aar

,,=?lo,(t)-r,(+)]+xo (8e-2b) ,, :*ln,(t)-n(+)1. r, 18 e-4b)

Catatan r s :|,{iog ilka Pr>s maka Pr= s catatan , s:+\tbfr iika pr> s maka p, = s
jika p" < sr maka s = p"
8.9.4.4. Flush-End'Plate Empat Baut + Pengaku Atas
8, 9.4. 6. Extended - End- Plate Empat Baut
bp*.-""*

Fexr OD pro

Pn
{D {3-

Dtmenst
(a). Dtmensi
[a). (b)' Pola garisleleh $ *
I T
Gambar 8. 130 Tipe/ush-end'plate empatbaut + pengaku atas I
Dimensi
xr=1?t(pr+p-)+h,(s+p",)] .. .......(B.e-3al {al, Dimensi
{aJ, [b), Pola garis leleh
Gambar 8. 1,32 Tipe extended-end-plate crnpatbaut

,, =*lu,(t*;)*i,,(l**)].* rB e'3br
,,=+lu,(#.+).,r(;;)-+l*ilh,(pr*,)l ^ (Be-sl

catatan t s=\,[brg iikapr>s makapr=s Catatan, s:i,{aoo itkapr>s maka pn=s

Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia


714 71,5
8.9.4.7. Extended-End-Plate Empat Baut + Pengaku 8.9.4.8. Extended-End-Plate Enam Baut

-r
la
I -r,+

rl
I
t- q .a-

,1,
lh,
lih2
ll l
_dri $. _T"
I

Dimensi
(a). Dimensi (b). Pola garis leleh (s < del (cl. Pola garis leleh (s > d")
tlllll 1t
0 O

uimensi
ta;, Dimensi
{a), (b). poia garis leleh
Gambar 8. L33 Tipe extended-end'plate empat baut + pengaku
Gambar 8. 134 Tipe extended-end-plafe enam baut
Untukkondisi s<d"
,r:1lA(on +a.7spu)+hr(s+o.zsp))+g .. .(B.e.7a)
(pn+s)+4(s+pr,)]
xo:trln ......(8.e-6ar

,,=*lo,(*).n(*)*0,(dr)-+]-"0
,,=410{;r-*).o(i*-,r-)]*x. (8e-6b)
i'e.Tbl
catatan , s:iJbrs ilka pr,> s maka pr, = s
Untukkondisi s>d"
8.9.4.9. Extended-End-Plate Delapan Baut
xr:!ln (op+s)+4(4 *pr,)) .........(8.e-6c)

,,:*l,r{;;*t)*q(#"*)]- xo . (8e.6d)

Catatan, s =|rprS jika pr> s makapr= s


iikapn>s maka Pfi=s
jika pr, > s maka pr, = s

(a). r.rimenst
(aJ. Dimensi
ft), pola garis leleh

Gambar 8. L35 Extended-end-pldte ldpe g batttarik

struktur Wiryanto Dewobroto - Strukur Baia


716 Bab 8. Sambungan
747
8.9.4.1,L. Tebal Pelat Tanpa Efek Prying dan Kekakuan Sambungan
x, : filrt{o r+
1.sp, + fu (s + o.spo )] +
) { Sambungan end-plate ditentukan oleh kekuatan pelat ujung dan
baut. Padahal besarnya gaya tarik di baut dipengaruhi pelat ujung.
Yr=? ,, (#). q (+). a (;)- +].,, |ika pelat ujungnya berdeformasi akan menimbulkan efek prying,
yaitu adanya tambahan gaya reaksi pada baut akibat efek ungkit.
Catatan , s =i,[iog ilka Pn> s maka P, = s
fika deformasi pelat ujung relatif kecil, sehingga dapat diabaikan,
maka efek prying juga relatif kecil, bahkan bisa hilang sama sekali.
Prinsip ini didasarkan dari penelitian Kennedy (1981) yang dapat
8.9.4.10. Exunded-End-Plate Delapan Baut + Pengaku mengidentifikasi tiga tahapan perilaku pelat uiung akibat gaya re-
-r--
aksi baut tarik (Gambar 8.118J.
sl
t Dari tiga tahapan tersebut dapat dibuat batas, kapan berperilaku
sebagai "pelat tebal" sehingga tidak ada efek prying, dan kapan
telah dilewati sehingga efek prying harus dihitung. Borgsmiller
(1995J berdasarkan data-data uji empiris menyatakan bahwa
f, kapasitas pelat ujung sampai 9oo/o Mor akan berperilaku seperti
-r-
i
1 "pelat tebal". fika momen yang diberikhn melebihi batas tersebut,
maka defbrmasinya menjadi relatif besar sehingga efek prying di
I

lls baut harus diperhitungkan secara cermat.

a Ide pembatasan momen oleh Borgsmiller (1995) pada prinsipnya


bukan sesuatu yang baru. Cara tersebut efektif karena perilaku
sambungan, yang umumnya dinyatakan dalam kurva hubungan
rnsi
(a). Dimensi (b). Pota garis lateh (s < ds) (c)' Pola garis leleh (s > dq)
momen dan rotasi atau M-0, adalah bersifat non-linier. Kurva M-0
Gambar 8. 136Tipe extended-end-plate delapan baut tarik
diperoleh dari pengujian sambungan secara empiris di laborato-
Untukkondisi scd" rium. Tiap-tiap sambungan mempunyai perilaku M-0 yang khas.

xo =flUq(pn+1'spr)+ h, (s +0'5pr)+ ho (s *pp))** . .. .. . .. .(8.9-9a) AISC [1994) membagi perilaku sambungan baja menjadi tiga tipe
sambungan, yaitu FR (Fully Restrained atau sambungan rigid); PR
(Partially Restrained atau sambungan semi-rigid); dan sambung-
,, = +lo,(#). * (+) - q (+. f)] *,, an sederhana atau sambungan geser (lihat Gambar 8.1,37),
Definisi tipe FR berdasarkan besarnya M-0 adalah jika kapasitas
Untukkondisi sld, momen sambungan minimal 90o/o momen jepit balok teoritis dan
xo = (p r+ 1.spo) + fu (s + o.spr ) + fu (d" *pr")1*i berotasi tidak meleblht 70o/o rotasi balok tumpuan sederhana.
iln
Definisi tipe sambungan sederhana atau geser adalah sambungan
yang bisa berotasi paling sedikit 807o rotasi balok tumpuan se-
derhana. Kalaupun terjadi tahanan momen, maka besarnya tidak
Catatan' s=+W jikapr>s makaPr=s boleh melebihi20o/o momen jepit balok teoritis.
f ika pr, > s maka Pp= s Definisi tipe PR atau semi-rigid adalah sambungan yang perilaku
M-0 tidak termasuk tipe FR maupun tipe sambungan sederhana. Itu
berarti kapasitas momennya antara 2oo/o - 90olo momen jepit baloll
dan rotasinya antara 'Llo/o - B0o/o rotasi balok sederhana.

Mryanto Dewobroto - Struktur Baja


7A8,
Bab 8. Sambungan Strulitur 7L9
Ketentuan tentang tipe-tipe sambungan dan spesifikasinya dapat dimana
diungkapkan bersama dalam bentuk kurva M-0, di Gambar 8.L37. to tebal pelat ujung
y, faktor peningkatan kapasitas sarnbungan untuk
Sambungan Ff, memenuhi syarat sebagai sambungan rigid (FR)
atau rigid = 7.25 untuk sambungan flush-end-plate
M = O.9Mr = 1.00 untuk sambungan extended-end-plate
perilaku balok tipikal Mu momen terfaktor perlu
{ Qu = 0.9
Sambun8an Pi Fpv tegangan leleh dari material pelat ujung
=o atau semi-rlgid Yp parameter kuat batas pelat berdasarkan pola garis leleh
o yang bisa berbeda untuk tiap-tiap konfigurasi geometri.
=
Sambungan geser 8.9.4.1,2. Prosedur Pengelasan
, atau sederhana
Jarang dibahas kinerja las pada sambungan end-plate. Umumnya
dalam uji empiris, bentuk kegagalan adalah deformasi pelat ujung
atau baut putus. Untuk itu petunjuk Murray-Sumner [2003) pada
Rotasi,0 0s'Mr/{281,/Ll perencanaan bangunan tahan gempa akan dijadikan rujukan.

Gambar 8. 137 Kriteria M-0 terhadap perilaku sambungan

Dalam hal Mradalah momen jepit balok [teoritis). untuk beban


ini
terbagi merata q, maka M, = 1/72*qlz , sedangkan parameter 0"
adalah rotasi ujung balok jika berupa tumpuan sederhana'
Murray dan Shoemaker [2002) melakukan uji empiris beberapa
sambungan untuk mengevaluasi apakah kriteria sambungan rigid
goo/o momen kapasitas penuh empat
[FR) terpenuhi. Hasilnya ad,a
sambungan tipe flush-end-plate dan juga 100%o momen kapasitas
penuh lima sambungan tipe extended-end-plate dapat memenuhi Gambar 8. 138 Rekomendasi las pada sambungan end-plate (Murray-Sumner 2003)

persyaratan sebagai sambungan rfgid (FR). Penomoran las pada Gambar 8.138 menunjukkan tahap pekerjaan
Selanjutnya untuk menghindari efek prying ada reduksi kapasitas las yang diusulkan Murray-Sumner (2003) dengan detail berikut.
pelat [0.9Mr), dan agar persyaratan sebagai sambungan rlgid (FR) Pekerjaan persiapan, bevel pada pelat sayap secara penuh.
ierpenuhi a'lian disisipkan faktor 1, Pada momen rencananya, Mu'
'
. Pekerjaan persiapan pengelasan sesuai prosedur yang berlaku
|adi hubungan momen rencana, M, ; kapasitas sambungan tanpa !
efekprying, QMnoi dan kuat batas pelat Mo, berdasarkan pola garis Pertama, mulai dengan pengelasan pada pelat badan.
leleh, dapat diia6arkan dalam persamaan berikut' . Kedua, las sudutpenyangga 5/L6inpada sayap sisi badan.
y,Mu -- 4M,p =o.9hMpr =o'g4uFortf,Yo '.. .. .. ... (8.e-10)
r Ketiga dilanjutkan dengan las tumpul sekuat profil pelat sayap
[balok) dengan pelat ujungnya.
Sehingga tebal pelat untuk memenuhi kriteria tesebut adalah
Sambungan las untuk pelat pengaku kecuali jika tebalnya kurang
,-, tr;-t,*,
, l\tr huFrrYo
..... (8.e-111
dari 3/8 in (< 9.5 mm) boleh memakai las sudu! untuk ukuran
Iebih tebal sebaiknya memakai las tumpul penuh sekuat profil.

Bab 8. sambungan SEul(hrt Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja


720 727,
8,9.5, Perencanaan Baut Tarik Efek prying baut dapat diabaikan jika tebal pelat ujung memenuhi
kriteria "pelat tebal". Hal ini dipilih karena deformasi sambungan
Dengan membatasi momen yang bekerja pada sambungan, atau relatif kecil dan perhitungan lebih sederhana. Pada kondisi itu
menyediakan pelat ujung yang tebal, dapat dipastikan sistem pelat diameter baut, d, yang diperlukan dapat dihitung.
berperilaku sebagai pelat tebal. Oleh sebab itu gaya tarik baut
maksimum hanya ditentukan oleh kuat tarik baut itu sendiri, yaitu rr=f,ndfiF* . (B.e-141

Pr= Ar{., dengan {, ikuti Tabel 8.5 atau Tabel J3'2 IAISC 2070)'
P;da ;ambungan end'plate, setiap barisnya terdiri dari dua baut.
fzM
fika dibebani sampai kondisi batas lultimate), maka gaya reaksi
"
d,> l-------!- (8.e-1s)

setiap baris bautnya adalah2Pr. l'o',,i.,


dimana
---.. !'/""'v--/
ZPt j Pt gaya reaksi tarik baut
d. diameter baut tarik
2Pt dI jarak baris ke-i dari baut tarik terhadap titik berat
pelat sayap profil di zona tekan (lihat Gambar 8.139)
Fnt kuat tarik baut, Tabel 8.5 atau I3.2 (AISC 2010).

..-..'-. -,/.^" -/"' 8.9.6. Jarok Pasang Baut


L komPonen momen kopel
pada setiap barls baut brik Jarak penempatan baut tarik adalah sangat penting pada kinerja
komponen momen kopel sambungan end-plate. Ada perubahan sedikit saja, kinerjanya juga
resultan gaya-gaya tekan akan berubah. Kondisi idealnya baut dipasang sedekat mungkin
dengan pelat sayap tarik profil balok, Permasalahannya yang perlu
diperhatikan adalah detail dan cara instalasi baut. Petunjuk dari
Griffiths-Wooten (1979) dapat dijadikan pegangan perencanaan.
Gambar 8.139 Momen kopel baut tarik terhadap sayap tekan
Ccz,u*tar fipa,
Pada kondisi batas, berdasarkan kuat baut tarik tanpa efek prying d5
Sczrr<e7
maka momen kapasitas sambungan adalah jumlah kumulatif statis ao thn
momen gaya reaksi baut tarik ZPrterhadap titik resultan desak di Ta'l /w rL' a'
pusat berat pelat sayap profil, lihat Gambar 8.139. t? tzrd //e" 2
/b'l t'rr/' /8' L'
Jadi kuat sambungan didasarkan pada baut tanpa efek prying. dt rtt' /*" 2 4true.
i=n
.....'.. r* rb' ,2 vt'
M,o:ZPrld, (B.e'121 tbo
i=1 &? Z 2

M,sOM,e.... '........ [8.e-13) blauettT Etto Pt aTc

dimana Gambar B. 140 Rekomendasi jarak baut di pelat ujung (Griffiths-Wooten 1979)
M, momen Perlu
Pada perhitungan kapasitas pelat ujung, lebarnya ditentukan oleh
M,,
'
kapasitas sambungan end'plate didasarkan pada kuat lebar sayap tarik profii balok (b). Untuk itu lebar pelat ujung real
bauttariktanPaefekPrying minimum atau bisa juga lebar efektif maksimum untuk perhitung-
Pt gaYareaksitarikbaut an diambil tidak kurang dari b = 1.15 b, (Griffiths-Wooten L979).
Q = 0.ZS keruntuhan fraktur baut

Bab L Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 723


722
8.9.7, Analisis Sambungan End'Plate Tipe Lokal
8.9.7 .1. Strategi Analisis Sambungan

Untuk mengevaluasi kinerja sambungan end-plate tipe lokal dan


tipe MBMA maka akan dibandingkan kapasitasnya terhadap profil
baja WF250 x725x6x9 yang disambungnya' Tipe sambungan yang
memerlukan bahan material paling sedikit, tapi kapasitas momen-
nya paling besar, tentunya adalah sistem sambungan terbaik'
Untuk mendapatkan kapasitas sambungan yang maksimum maka
sambungan perlu dianalisis sampai kondisi inelastis. Karena tidak
memakai program FEM yang canggih, hanya cara manual, maka
dipakai dua cara, yaitu [1] analogi profil tee,yang pada dasarnya
aaitatr analisis pelat satu arah; dan [2] pola garis leleh yang adalah
analisis pelat dua arah. oleh sebab itu cara ke-1 tentunya akan lebih
konservatif hasilnya dibanding cara yang ke'2.
{8} (b)
Kedua cara tersebut perlu dijabarkan agar didapatkan feeling ba- Gambar B. 141 Analogi profil fee untuk anali.sis end-plate tipe lokal
gaimana perencanaan sambungan end-plate itu sebenarnya'
Kuat baut maksimum, dimana untuk A325 I',, = 620 MPa, maka
8.g.7.z.Analisis Sebagai Pelat Satu Arah - Analogi Ptofil Tee
Au:f,n162 =201 mm
Pelat ujung agar dapat dianalisis dengan analogi profil tee harus
T : B - OAbFnt :O.7 5x20lx62o / IOOO:93.465 kN
disederhanakan dengan membagi meniadi dua daerah, tarik dan
d.esak [Gambar 8.141b)' Analogi profil tee hanya berlaku untuk 4.44x93465x21.5
daerah tarik saja, baut bagian desak diabaikan' Selanjutnya bagian f*i, : =76.7 mm
tarik ditiniau sebagai kumpulan prohl tee yang tersusun vertikal.
Jadi baris bautnya ada pada arah horizontal, lihat Gambar
8.141a. Karena t^*, tr yaitu 1-0 mm, pelat akan berdeformasi dan terjadi
Antara profil tee satu dengan yang lain dianggap bekerja sendiri- efekprying. Terhadap kapasitas baut maka kondisi pelat adalah
sendiri, tidak ada interaksi satu dengan yang lainnya' Ini yang qr"a'
dimaksud sebagai sistem pelat satu arah. Kecuali itu, kekakuan o:!( --,.]:, [ 4xe3465x21.5-r)::.ss
dInxFrxt] ) 0.775l. s0"250x1O'z )
pelat sayap profil bala yang dilas pada pelat uiung, juga diabaikan
pengaruhnya. Ini menyebabkan kondisinya cukup konservatif' Nilai c > 1 pelat profil ree mencapai leleh. Itu berarti pelat lebih
lemah dari baut. Kapasitas tarik ditentukan oleh leleh pada pelat.
Baut baris pertama, tiniau baut paling atas, iarak 55 mm ke tepi
atas. Lebar iributary analogi ptofil tee adalah P, = 55+50/2 = 80
/r+a)
r =:
. (l+0.775) 80x250x102
=41.3 kN
mm, tiniau barisan baut arah horizontal dan diketahui a = 30 mm on loxFrxti ): d*--,oro
dan b = 29.5 mm $ihat Gambar 8'141J' fadi kuat tarik profil tee untuk baris pertama baut ditentukan oleh
kekuatan pelat. sebesar 2T = 2x4L.3 = 82.6 kN -+ F, = B2.O tN
o'=(o+$)<(r.zsa*$)
Baut baris kedua. lihat Gambar 8.L4L tinjau baut baris kedua
a'=3A**=38 mm < 1.25*29.5+$=44'9 mm -> ok sejarak 105 mm dari tepi atas. Lebar tributary analogi profil tee
b =b-*=29.5-+=21.5 mm adalalr p, = [50+50)/2= 50 mm. Parameter a dan D sama.

6 :r- dn I P :t - (to + z)lao : o.77 5 6 = 1 - do/p = 1, - (1,6+2)/5o = o.64

724
Bab 8. Sambungan Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 725
\t
N
o +Ett*sEgg$ggH H lr a

tg EtrEI [[g[ Ig *- f gg
E * E &3 *i Et *{ iliB + ri Y
Fs [ ;i3e +* +* Bg rF il$ El-
ili : $usi t.i +g s[ *ls rx =tI
[t [€i$E +Eir +[ i*B[ Fl5
E
N
d
;
'ii
sE ;
el*
E[f fl:H ;E +F Elx Er
fi;tq i32>
ir il ts
I"$H Y
p
If g[tz'i; yE-lX3 &

fiz
d

+E; ; ii =z;
@
D

[EEEI[F$EEIEI 2. P rr.EB E F
fl E
? 3
+


\c
hH H c)
0)
o
lo
OJE
o- il'
.,' 56D It lh 0lH
I *$g o o
o ilJ a' P -'oq P
.,
lt''/r.
U
ia
Y L)
o
plp
*=-l ll il rr 538
r. I
NJ

s t
il
<-all=-
g6
*'i* Pc) "o: F;'
d
A =sl
6
! calS''r: t\o
o oE 9 hl B r Eeo .9
ll "q1" ? :r -'o t.....--"- h
'g
h oqX
$=Ap
F o
.!- - t l"- Nl." - i.;-l N x
Sr
i.rl
*t*
ll {ie
# cro ! -
ru 95 cl!f Ev
a
.,1t,{,
''I''il*F' & I
xn3.
NL^1
x !r*
(Jll N) >t 'a4(DHa
='O
E
e. xl g (tji_ -- I* "l* e" \ I

st
Ir b
i,
qoSS
dd
5'c
9i-
l'rP
D + +
=[io *
d'* a-.
01

: lt I-l
-taE:Ecu .to J l
FN
*B olF
dDy
9H \ d 4.
ut ll Illll H U
L-l 6'cr
Ho'
iN O'(JtA
CJlOFA
"
H
D I- N)
-i ol-
+
ql.
+ )/:
-/!
a/:
G

3ul o N ?IIC> -. oo
333 ur &d EP t
a-

9z
iUT 3ts3 Ii dev "
H;iAF

uF{
!5
9.*= +$ !r +
14
+ ::6 *
eti\
N N goE
JO

5H i!(n N)
ul DP
oa
h )( D !., tJ !o
!^3; dc*
dP{
+ oIJ
J nJ-
HJU
osJ
+
-':.p
F
lt lt lt rr 8-
-l@ 4 9',J=
FTi
@HP N + oat
9. ur(^)@ (, r5|J +
o I{
H(.rI(JI ul o+ \ul !r6'i
C)
!)
o
p EN Lrt oq:.'a
g;
o ci H
5 5q)
orf
N) D!) T--J p
bO
{N J)
0) +io
co
+ o o
P

{ Do' , rulc ri *loe N


o o
Jr '.t
Adanya pelat sayap profil di bagian baris baut ke-4 dari atas, atau )ika pengakunya profil tee, maka resultan gaya tekan bisa nremakai
baris terbawah baut tarik tentu akan bekerja sebagai pelat pengaku. titikberat pelat sayap yang paling bawah [Gambar 8.144J.
Kondisi ini tentu berbeda dari konfigurasi Gambar 8.L42 terkait
pola keruntuhan tarik pelat' Oleh sebab itu parameter.s pada konfi-
gurasi tersebut perlu dievaluasi. Hasilnya, diambil t = Pr= 41 mm.

l_ II I
E

65
(e, tb) (cl

Gambar 8. 144 Pengaruh profil tee pad,a end-plate tipe lol<al

I(apasitas momen sambungan dapat dihitung lagi, dan hasilnya :

(e)

Gambar 8. 143 Pola garis leleh keruntuhan end-plafe tipe lokal ,.,:*.:::olfl-[zoo(;).110(-#)'1. l=52.3r<Nm
+2.2sxs0)+
L*lz;o(+t 110(41+ 0.75 x s0)l ++
Berdasarkan pola garis leleh sambungan flush-end-plate delapan ]
baut [Italiano 20OL),lihat Gambar 8.742 maka dapat disusun pola jika kapasitas WF250 adalah M,= QM,= 79.2 kNm, maka kapasitas
garis leleh sambungan end-plate tipe lokal, seperti Gambar 8'143' sambungan dengan pengaku berupa frofil tee adalah t 660/o M,.
yang sekaligus memperlihatkan parameter perencanaan yang akan
digunakan. Hitungan momen pelatnya adalah sebagai berikut. Pembahasan : Tebal pelat sangat penting, Meskipun baut relatif
banyak tetapi karena pelatny'a tipis, baut tidak bisa dimanfaatkan
^n' -n*u,,ol#lrss(f)*ss(f)]+
," pt
to'
l=nr.ru*- penuh. Kapasitas sambungan ditentukan oleh bagian yang paling
4L +2.25x50\+ Bs(41+ o.zs x so)] +
| ;[zss1 fl lemah, yaitu pelat. fadi perlu penebalan atau tambah pengaku.
*rrrO adalah M,= <pMo=79.2 kNm, maka kapasitas
Jika kapasitr, Tinggi pelat ujung yang lebih besar dari profil yang disambungnya
sambungan end-plate tipe lokal + peldt pengaku adalah ! 58o/o M, ternyata sangat efektif untuk meningkatkan kapasitas sambungan.
Bahkan inllah keunggulan tipe lokal dibanding tipe MBMA. Tetapi
cara ini hanya efektifuntukkondisi beban tetap atau gravitasi.
Pembahasan : analisis kapasitas dengan pola garis leleh hanya
menghasilkan peningkatan sebesar t 9o/o saja. Itu artinya analogi Kesimpulannya : sambungan end-plate tipe lokal (Gambar 8.143)
profil we untuk analisis sebelumnya, cukup teliti. Kata kuncinya tidak mampu memikul profil WF 250 secara penuh, sehingga tidak
adalah penetapan lebar tributary (p) profil tee yangtepat. bisa dikategorikan sebagai sambungan sekuat profil.
Terlepas dari analogi yang dipilih, sebenarnya yang menentukan Akhirnya dipahami mengapa sambungan end-plate tipe lokal tidak
kapasitas momen di sambungan end-plate adalah posisi resultan banyak dipilih untuk topik penelitian Iebih lanjut. Kondisi berbeda
gaya tekan. Pada sambungan end-plate tipe MBMA posisinya jelas' pada sambungan end-plate tipe MBMA yang ternyata telah banyak
yaitu pada titik berat pelat sayap desak, tetapi untuk sambungan diteliti sejak lama [Douty dan McGuire 7965, Krishnamurthy 7978
end-plate tipe lokal kondisinya tidak seperti itu. Jika dipilih ujung dan L999, Agerskov 1979 , Borgsmiller 1995, Murray dan Shoema-
dari pelat pengaku bawah, kondisinya diragukan karena terkesan ker 2002). Saat ini tipe ini juga menjadi pilihan alternatif sambu-
kurang kaku. Akhirnya dengan "feeling" dipilih baris baut desak' ngan pada struktur baja tahan gempa (AISC 2011).

Vy'iryanto Dewobroto - Struktur Bara


72B.
Bab L Sambungan Stmktur 729
8.9.8, Desain Sambungan End'Plate Tipe MBMA Pr:trdf;F,, =ftxL9z x62O / 1OO0=175.8 kN
i=n
8.9.8.1. Umum
dM,p = {zP,Zd t = o.7 5 x 2 x1 75.8 x (2 00.5 + 1 50. 5) x
l-l
ffi : 92.6 kNm
Analisis sambungan end-plate tipe lokal, kapasitasnya lebih kecil
dari profil bajanya.ladi bukan sambungan sekuat profil' Selanjut- Kekuatan baut mencukupi karena SM,r, M,
nya diperlihatkan desain sambungan end'plate tipe MBMA, yang
sangat mudah mendapatkan kondisi sambungan sekuat profil'
4. Checkpelatujung.

8.9. 8. 2. Flush- End- Plate Empat Baut xr=$ln (or +0.75pu)+hr(s+o.zspr)] +$.... ...... ...rs.e-2a)

Sambungan sekuat profil WF25 0xL25x6x9 mutu ! 250 MPa.


$.da$,,. ;' {xb;1!;xt' Berat Z, +M" 0M, BF L L I 6V ,,=*lo,(t)-r(+)]-r, (se-2b)
dxb- kc,/m mm ks./m cm3 kN-m kN-m KN m m m. KN
o1
?SOXLZS 29 H250x125x6x9 29,0 352 76 47 L.4 4.6 3.960 276
s=+Jbps =+Jt3s"?s:s0.3 mrn >p/

fawab:
1. Sambungan end-plqte sekuatprofil. yaitu:
x o = frlzoo.s(so + o.zs ,< so) + 1 s0.s(s0.3 + 0.2 s x s0)] + ! = oaz.s

Mu= SMo= QZ*Fr= 0.9x352000x250/186=79'2 kNm yo : fflzoo.s( 3f ) + 1so.s(;)l + oaz. s =7260


2. Usulan awal konfigurasi pelat berdasarkan baut $16
t
o
r
rTruffi = rf:r; W# = Le.7 mm

Pakai pelat ujung tebal 20 mm

l-\
I

I
5. Konfigurasi FINAL sambungan flush-end-plafe sekuat profil
,M untuk WF250x125x6x9 adalah sebagai berikut.

,r4
I

r*5
I
i

x
Gambar 8. 145 Usulan konfigurasi dengan baut $16
N
X r)
o,rW,=@=17.1mm N
&
a
-'-i-
Baut S16 tidak cukup, pakai $19' Check jarak minimum tepi J-,
pelatpr> Ls/r"= 33.34 mm' Konfigurasi baut disesuaikan lagi.
3. Konfigurasi baru untuk mengakomodasi baut $19. Gambar 8. 146 Sambungan flush-end-plate sekuat profil

Fo, = 250 MPa bo = 135 mm tt =75mm


Q, = 0.9 Py =36mm hr = 200'5 mm
Y, =1.25 Pr =50mm hz = 150'5 mm

Bab 8. smbungan Struktur


Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia
73L
730
8.9.8.3. Flush-End-PlateEmpat Baut + Pengaku Bawah 8.9.8.4. Flush-DnC-Plate Empat Baut + Pengaku Atas
Konfigurasi flush-end-plate empat baut (Gambat 8.147) dengan Konfigurasi flush-end-plate empat baut (Gambar 8.148) dengan
pelat pengaku 4 mm di bawah dari baris baut tarik terbawah' pelat pengaku f = 4 mm di antara baris baut tarik. Ini untuk meli-
|awab: hat pengaruh pelat pengaku terhadap ketebalan pelat uiung'
1. Penempatan pelat diusahakan tidak mengubah posisi baut' Ini
Jawab:
parameter Perencanaannya. 1. Meskipun diusahakan sama, tapi adanya pelat pengaku 4 mm
di antara baut tarik menyebabkan spasi baut perlu disesuaikan
Qu = 0.9 Py =36mm S =75mm
untuk syarat pemasangannya. Ini parameter barunya.
T, = 1'25 Pu =50mm hr = 200'5 mm
bp = 135 mm P" =36mm h, = 150'5 mm v = 7.25 P,, = 33 mm I =75mm
b =135mm
p
p,, = 33 mm h, :: lgg.5 *n,,
2. Check pelat ujung.
n- =36mm P,, = 7o mm h, = 130'5 mm
rr:trlor(p, +o.75pu)+t4(s+0.zspr)]+{ ...(B.e-aa) 2. Checkpelatujung.
xo=tln +p",)+hr(s+n,,)] .(8.e'3a)
,,=+lo,(;).r(+)].", (8e-4bJ
(pr

t=+Jbrs =+Jrs5r75 =s0.3 mm > p, dans > ps -+ s = ps ",:?l,rtt*;)*n,(***)].r. - r'e.3b)


! = ozs =+^l::,s;?s =s0.3 mm > p/
x, = frlzoo.s( ge + o.zs, so) + rso.s(s o+ o -zs x so)f + ':+$rs
xo : *lz\o.s(a o+ ::) + 130.s (s0.3 + 3 a)] = aso
vr=fflzoos(*).1s0.s(-#)]+625=7283 .......... (8e-4br

vo =fflzoo.s(+* *)* rso.s( ,j. + S)]* oso =78a7


t
r, ffffi = \8.111, ffiM = 1e.5 mm
,,,f.ruffi:$-;W=16mm
3. Konfigurasi sambungan tidak mengalami perubahan
adanya pelat pengaku bawah sebagai tambahannya' 3. Konfigurasi FINAL sambungan flush-end-plate pelat pengaku
atas sekuat profil WF25 Ox125x6x9 adalah sebagai berikut'
- l r<
45 ' .''15
,,1,,, - --' r*:
6 + lffi
x t
I
x I
a.t

ox ; M]
200.5 N
rL
:/
B
;A

Gambar 8. 147 Sambungan flush'end'plau dan pelat pengaku bawah


Gambar 8. 148 Sambungan Ilush-end-plate dan pelat pengaku atas

Bab 8. Sambungan Struktur


732 Wiryanto Dewobrcto - Struktur Baia 733
4. Konfigurasi FINAL sambungan extended-end-plate sekuat pro-
8.9.8.5. Extended-End-Plate Empat Baut fil untuk WF2S0x725x6x9 adalah sebagai berikut.
Sambungan sekuat profil WF25 0x125x6x9 mutu 4 250 MPa.
Notasl dt4xt*\tt Berat z, dM- 0M. BF L L I 6V'
dtD, Wm mm Y's/m m3 kN-m kN-m KN m m cm{ trN

25Ox72S 29 H250x125x6x9 29.O 352 76 47 9.2 L.4 4.6 3.960 2t6

fawab:
L. Sambungan end-plate sekuatprofil, yaitu:
= 6M - = gZ - F..= 0.9x 3 5 2 000 x250 / LE6=79.2
M..utptxy kNm
2. Usulan konfigurasi pelat dengan baut $16

Gambar 8. 150 Sambungan extended'end-plare sekuat profil

8.9.8.6. Extended-End-Plate Empat Baut + Pengaku


Untuk menunjukkan Dengaruh adanya pengaku. maka konfigurasi
Extended-end-plate polos akan dihitung ulang, sebagai berikut'

Oambar 8. 149 Rencana konfrg\rasi Extended-end-plate

3. Perhitungan tebal pelat minimum.


F, =25oMPa bp =135mm I =75mm
Q6 = o.9 Po =31mm ho =276mm
Y, = L'O Pr=30mm h, =206mm
,, = \lo,(i* *)* q (;) - +] . ;tir, (rr + s)l (8 e.s)
Gambar 8. 151 Rencana konfigrtrasi Extend.ed-end-plate dengan pengaku

1. Perhitungan tebal pelat minimum.


t:LrJips :+fiss*7s =s0.3 mm > pyry
Fp! = 250 MPa bp =135mm s =75mm
(b.
= 0.9 Pyi = 31 mm ho =277 mm
v, = ;) * (+ - 1] + frlzo o(z t + s0.3)] = 75e
fflzoa(; + z ?6
)
1
v, = 1.0 P, = 31mm h1 = 206 mm
d"=29mm
trrf.tnffi= 1.111xffiffi = 14.9 mm -+ t = 15 mm
Wiryanto Dewobroto - Struldur Baia 735
Bab 8. Sambungan SFuktur
zsi,*
Adapun tipe sambungan end-plate yang dievaluasi adalah :
t =+Jirn =+,lr:,s"?s=s0.3 mm > 4
Untukkondisi s>de
l. End-plate Iokal (Gambar 8.143J - analisis
2. Flush-end-plate (Gambar 8.1,46) - desain
xo:*ln tpn+s)+4(4 3. Flush-end-plate + pengaku bawah (Gambar 8.747) - desain
4. Flush-end-plate + pengaku atas (Gambar 8.148) - desain
5. Extended-end-plate [Gambar 8.150) - desain
,, : +lo,(;,- - *) - o, (; - *)] - r, 6. Extended-end-plate + pengaku (Gambar 8.752) - desain

xo =frlzoe(31+ 50.3)+ 2tz{ze+n)f =eoo Perbandingan akan diberikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 8.16 Kinerja berbagai sistem sambungan end-plate

v, : x,tlzo o(fi + fi) + zr ? (+ * r#r )f+ 8e 0 = 2a0a No Vp;M, ,,Eaqt alo Ao^", bxh penga:liu vblr.r.s. :o/a - XirCflai
1 t.\'io./i rin*':i l78o/o :1?.\ 7.5 10 LAA 5802:, :r'r:..851%"
'<:T\
7n? non: 'rritb0q/,r:
lo0a/i 1lio/" 26Ox 35 tOnW^
,orS.*ffi=,fu\;M=12.Bmm -+t= 13 mm
4
1.f)00/;i
l:A0,e/i
*p!
4g!
i1.6ll
1000/"
l OOo/n
260x 3S
26Ox 35
20
20
1,6
Ya
Ya
702.Ad'b
596:7:AO
{OAo/a:'
Aqr/":
Ij,i,o{lqyd,

5 r1009/o .6'd16 315x 35 15 561:6'0{)


2. Konfigurasi FINAL sambungan extended-end'plate dengan pe- 7 7o/o
1? <c? a?<: .7 l.V:At/^.
6 1O09/o 6d15.. 7to/o 315x 35 Q.O/.

ngaku yang sekuat profil adalah sebagai berikut. Catatan : M,, adalah kapasitas ultimate profil WF250x125x6x9.

Untuk mengukur kinerja sistem sambungan tentu tidaklah mudah,


apalagi jika faktor pelaksanaannya menjadi kriteria pertinibangan
juga. Oleh sebab itu, kinerja akan dibatasi pada kapasitas momen
sambungan dan pemakaian bahan (pelat ujung dan iuas area baut,
tapi pelat pengaku diabaikanJ. Agar dapat dibandingkan, kinerja
perlu diungkapkan secara numerik sebagai %oM" dibagi 7oo",n, dr.
dibagi lagi dengan o/oo^,r.Tipeflush-end-plate menjadi acuan dasar
*\ sehingga kinerjanya dianggap 700o/o agar dapat dibandingkan.

4 Dari Tabel 8.16 hanya sambungan end-plate tipe lokal, yang kapa-
sitasnya kurang dari kapasitas profil yang disambung. Jadi meski-
pun ada kesan sudah dipertinggi dengan pelat pengaku tetapi ter-
nyata tetap belum bisa dipakai sebagai sambungan sekuat profil.
Adapun end-plate tipe MBMA yang terlihat simpel, semuanya me-
Gambar 8. 152 Sambungan extended-end'plags + pengaku sekuat profil menrrhi kriteria sambungan sekuat profil, bahkan extended-end'
plate mempunyai kinerj a 'J.7 0o/o lebih tinggi dari flush-end-plate.
8.9.A.7 . Rangkuman Hasil Perencanaan E n d - P I ate Adanya kinerja yang tinggi menjadi alasan yang rasional mengapa
sambungan tipe extended-end-plate dijadikan pilihan untuk sistem
Telah dibuat analisis sambungan end-plate tipe lokal dan bebera- sambungan struktur baja tahan gempa AISC [2011).
pa desain untuk yang tipe MBMA. Semuanya memakai profil baja
WF250x125x5x9. fika semua sambungan mengacu pada kapasi- Akhirnya, mengingat bahwa sambungan ienis end-plafe pada prin-
tas profil baja tersebut, tentu dapat dibandingkan kinerja masing- sipnya perlu dikerjakan secara presisi agar tidal< susah dalam pe-
masing mulai kekuatan iuga pemakaian bahan fpelat ujung, baut masangannya, maka konfigurasi sambungan dengan jumlah baut
dan pelat pengaku). Ini jadi petunjuk bagaimana memilih sistem yang lebih sedikit dan bentuk relatif sederhana, tentunya lebih
sambungan baja, khususnya end-plate yang paling tepat. realistis untuk diwujudkan.

736 Bab 8. Smbungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struldur Baja 737


8,9,9. Sambungan End-Plate' Struktur Tahan Gempa 8,9.70. Check Kolom Terhadap Sambungan End-Plate
)ika aspek perencanaan tahan gempa menjadi hal yang penting, 8.9.10.1. Umum
maka unsur kekuatan tidak lagi jadi satu-satunya pertimbangan
tetapi juga kekakuan dan kemampuannya berotasi saat inelastis. Sambungan end-plate untuk balok-ke-balol<, prosedur analisis dan
Terkait hal itu, ternyata tipe sambungan end-plafe masih menjadi desain yang diuraikan telah cukup, tetapi untuk balok-ke-kolom
salah satu yang direkomendasikan sebagai sistem rangka khusus maka bagian kolom perlu dievaluasi. Umumnya untuk struktur di
atau menengah bangunan baja tahan gempa (AISC 20LL)- daerah rawan gempa, sistem kolom didesain memenuhi kriteria
strong-column-weak-beam. memastikan kondisi inelastis terjadi
pada balok. Jadi sistem sambungan end-plate yang diperlukan
adalah sistem sambungan sekuat profil, Hanya saja, untuk sistem
struktur daktail tahan gempa, kapasitas momen rencana harus di-
perbesar lagi untuk mengatasi variasi mutu bahan, sehingga dapat
dipastikan bahwa kondisi inelastis hanya terjadi pada balok.
Evaluasi kolom yang dibuat ini, tidak terkait langsung kriteria
strong-column-weak-beam. Hanya untuk memastikan secara lokal,
di bagian sambungan saja, bahwa kolom mampu menerima gaya-
(a) (b) b) gaya reaksi sambungan. fika hasil evaluasi tidak memenuhi syarat,
Gambar 8. 153 Sambungan end'plate uttukbangunan tahan gempa (AISC 2011J maka cara mengatasi dengan memberikan perkuatan setempat.

Gambar 8.153 memperlihatkan sistem sambungan end-plate yang 8.9.7O.2. Bagian-Bagian Kritis Kolom Tanpa Pelat Pengaku
direkomendasikan untuk bangunan tahan gempa (AISC 2011)' Keberadaan pelat pengaku pada kolom memang efektif mengatasi
Perbedaannya di sistem baut, yang dipasang di bagian sayap atas terjadinya kerusakan lokal. Hanya saja di sebagian negara, dimana
dan bawah sekaligus. ltu penting karena gempa bisa teriadi bolak- ongkos kerja tinggi, elemen struktur dengan banyak pelat pengaku
balik. Adapun untuk kondisi beban gravitasi, maka gaya tarik ha' relatif akan lebih mahal, sehingga sedapat mungkin dihindari.
nya terjadi pada bagian pelat sayap atas saia.
Terlepas dari biaya, penggurraan pelat pengaku kadang membuat
Sambungan end-plate pada struktur tahan gempa, prinsip peren- pemasangan di lapangan menjadi lebih rumit. Jadi tinjauan kolom
canaannya mirip, maklum banyak mengacu penelitian Murray polos tanpa pelat pengaku penting, kalaupun nanti tetap dipasang
et. al IAISC zOL1-). Memang ada juga persyaratan lain yang ketat, maka itu adalah karena memang diperlukan.
untuk memastikan perilaku inelastis terjadi sesuai rencana. Misal - t"i""-
sistem rangka pemikul momen khusus memakai pelat lantai beton
bertulang, maka tinggi profil baja sambungan tidak boleh kurang
dari 24 in atau 610 mm. fuga bagian pelat sambungan tidak boleh
dipasang sh eqr connector (AISC 20Lt).
fika diperhatikan, sistem sambungan end-plate dipilih sebagai ba-
gian sistem struktur tahan gempa bukan karena kemampuannya *r)
untuk berperilaku inelastis, tetapi karena kekuatan dan kekakuan
yang dihasilkan. Terbukti (AISC 2077) ada prosedur yang memas- /.7',

tikan bahwa sambungan end-plate yang direncanakan harus lebih


kuat dari bagian elemen balok, sehingga saat terjadi gempa, tetap F=M/d.
berperilaku elastis. Adapun bagian yang bekerja secara inelastis
terjadi pada bagian balok di luar sistem sambungan tersebut, Gambar 8. 154 Zona kritis kolom akibat gaya reaksi sambungan

Bab 8. Sambungan Struktur


734 Wiryauto Dewobroto - Struktur Baja 739
Gambar 8.154 memperlihatkan bagian kolom tanpa pengaku yang Pola garis leleh pelat sayap kolom polos
kritis untuk dilakukan evaluasi secara seksama, yaitu :
,, = 4lo,(+) - h (+)] -;[4 ('*i ) * ra(s + 1) + $7* + ... (8 e'17)
. Zonatarik: leleh pada [1] pelat sayap; [2] pelat badan.
. Zonatekan: pelatbadan [1] tekuk; 12)crippling; [3] leleh' Catatan : s=i,[i,rg
. Zonageser: leleh akibatgeser pada panel pelatbadan' Pola garis leleh pelat sayap kolom dengan pengaku tegak
Zonayang terbentuk tergantung bebannya. fika bebannya bolak-
baloh bisa saja bagian yang sama ditinjau sebagai zona berbeda' ," ,= Ylo,(+ - ,.,)* (+ - *)]-;t/r, (s + p,, )+ ho (s * p,, )l r8.e-18)

8.9.10.3. Leleh Pelat Sayap di Zona Tarik ^


catatan t s=|,,[t,rg jikapsr>,s makap,i=s
Pelat sayap kolom pemikul sambungan end-plate, akibat baut tarik
akan bekerja seperti pelat dengan pola garis lelehnya. Tebal pelat fika tebal pelat sayap minintum masih lebih besar dari pelat sayap
sayap minimum agar mencukupi dihitung sebagai berikut profil kolom tersedia, baik kondisi polos atau ada pelat pengaku,
maka pelat sayap perlu penebalan atau ganti yang lebih besar.
r-," >
lM ' (8'e-16)

{r.rrr E;I 8.9.10.4. Leleh Pelat Badan diZona Tarik dan Zona Desak
dimana fika kolom mempunyai pelat pengaku horizontal, maka evaluasi
t^in tebal minimum pelat sayap terhadap momen rencana leleh pelat badan tidak diperlukan. Hanya kolom polos atau tanpa
M; momen rencana atau kapasitas sambungan pengaku yang perlu dilakukan check seperti ini. Ini perilakunya
Qu = 0'9 seperti balok dengan tumpuan terpusat. Bahkan rumusnya juga
Fr" tegangan leleh pelat sayap kolom diturunkan dari rumus J10.2 (AISC 20L0). Hanya saja karena ada
f"' parameter kuat batas pelat sayap kolom berdasarkan penebalan dari pelat ujung maka bidang penyebaran beban pada
pola garis leleh sesuai konfigurasi di Gambar 8'155' pelat badan menjadi lebih besar, seperti pada Gambar 8.156.

,:1 610@

tn, N:
t- l
E +*i
li, +;
..< :

l--)
ti
t

z"s4
k

ia). Beban langsung (b). Beban lia pelal ujung

(a). {b}. Gambar 8. 156 Distribusi gaya [tekan dan tarrk) terhadap pelat badan

Gambar 8. 155 Pola garis leleh kolom (a) polos; [b) dengan pengaku (AISC 2011J Untuk sambungan end-plate, distribusi gaya tekan atau tarik $
Pola garis leleh berlaku untuk flush-end-plate maupun extended- pada pelat badan seperti di Gambar 8.156b harus lebih kecil dari
end-plate selama baut tarik berjumlah empat. Baut desak diabai- tahanan nominal pelat badan terhadap leleh, atau Fp < QuR^.Gaya
kan. farak fto dan h, adalah jarak baut tarik terhadap resultan gaya tekan atau tarik momen kopel sambungan adalah F,.= M,f d^,.. Lihat
tekan, ,r*,rrirny, tiiik berat pelat sayap tekan' Pola garis lelehnya Gambar 8.154. lika Fr, QuR^ maka pelat badan'perlu ditambah
dibagi dua, kolom polos dan kolom dengan pengaku tegak' pelat pengaku tegak atau pelat badan ganda.

740 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 74L


8.9.10.6. Tekuk Pelat Badan di Zona Tekan
Tahanan nominal pelat badan kolom polos terhadap leleh adalah
Gaya reaksi terpusatsambungan end-plate,!, harus lebih kecil dari
p, = c, (ok" +tbf +ltp)Fyct,, .... .... t8.e-1e)
tahanan pelat badan kolom polos terhadap tekuk {R,. Keduanya
dimana ditulis dalam persamaan Fto< OR,. fika tidak memenuhi, pada pelat
cr= 0.5 badan harus dipasang pelat pengaku.
dari L/2 tinggi kolom, kondisi lain C, = 1.0 IAISC 20LL).
Besarnya tahanan pelat badan terhadap tekuk, tergantung letak-
kc tinggi penebalan pelat badan ke pelat sayap nya terhadap uiung atas kolom (AISC 2011). fika gaya terpusat
tebal pelat sayap balok yang bertemu pelat ujung
t.-
tp
DJ

tebal pelat ujung sambungan end-plate


'
Fh, yang ditinjau berjarak > 0.5d maka

Fyc tegangan leleh pelat badan kolom


,Kn=---
-z+t\,JEG .........010-8)
tN tebal pelat badan kolom 0.5d maka
..... .......010.2) Jika gaya terpusat Fr, yang ditinjau berjarak <
Qo= 1.0
tzt'*rlE5
Rr= (8.e-23)
8.9.10.5. Crippling Pelat Badan diZona Tekan
dimana
Terhadap gaya tekan, pelat badan yang tebal akan leleh (nonlinier d" tinggi profil kolom
material), sedangkan pelat badan yang tipis (langsing) mengalami t,* tebal pelat badan kolom
crippling fnonlinier geometri)' Tahanan pelat badan kolom polos F* tegangan leleh Pelat badan kolom
terhadap bahaya crippling, R, dipengaruhi posisi gaya tekan ter- h tinggi bersih pelat badan kolom atau h x (d"- 2t)
hadap ujung kolom IAISC 2011), yang dikembangkan dari keten- 6u = 0.9 ..........010.s1
tuan f 10-4 (AISC 201-0), sebagai berikut:
)ika gaya terpusat F, beriarak > 0.5d" dari ujung kolom maka
-a

R, =0.8 tful r*a(-u\la)"


.r'l\'u ) l.lyt' . (8.e-20)
8.9.10.7. Leleh Panel Pelat Badan di Zona Geser

"- l! - Tegangan pada panel pelat badan kolom di zona geser bisa sangat
Jika gaya terpusat berjarak,< 0.5d. dari ujung kolom, perlu
fr rnenentukan untuk suatu sambungan portal rigid. Oleh karena itu
ditinjau pengaruh ra6io lebar bidang tumpu beban terhadap tinggi perlu dievaluasi secara seksama.
kolom, untuk N/d"< 0.2 maka Geser tingkal, V,
f , \t t1.51
R, =0.4'LLr.r(-+)(-) (8.e-2 1)
l
lika N/d"> 0.2 maka
Rn=04*ll.e-rrX*)"]rry {Bs.zz)

dimana
N tebal sayap balok pada sambungan end-plate ditambah
dua kali tebal las pada pelat ujungnya.
Gambar 8. 157 Pembebanan pada panel zona geser (AISC 2010J
d" tinggi profil kolom
Catatan: secara historis dan konservatif d^, = 0.95d (baca Com-
mentary AISC 2010). Tentu lebih teliti lagi jika diambil
Bahaya crippling dihindari jika F, 3 #uR,t Bila tidak memenuhi jarak as-ke-as antar pelat sayap atau d^, = ho.
persyaratan maka perlu dipasang lelat pengaku.
J
l.i
I

Bab 8. Sambungm Struktur


Wiryanto Dewobrcto - Struktur Baja 743
742
Gaya geser pada panel XR, adalah jumlah kumulatif gaya kopel Perkuatan dengan pelat pengaku tegak hanya efektif untuk zona
searah dari momen balok sambungan, dikurangi gaya geser perlu. tekan dan tarik, yaitu memperkuat pelat badan dan pelat sayap
Asumsinya di sini tentunya adalah terhadap gaya lateral / gempa. kolom. Adapun zona geser; perlu pengaku pelat badan ganda lagi.
zn,=4^-*!+-vu
" d^t d-z .... .. (c-l1o-3aJ pelat badan ganda da
b€vel dan dilas sudul

M
ke pelat sayap kolom

Tebal pelat badan panel mencukupi jika ,R, < 0R, bila tidak maka pelat badan ganda di-
dilas tumpul ke p€lal
perlu perkuatan khusus, /aitu pengaku pelat ganda. fika pengaruh Potongan fuA
sayap kolom

deformasi panel akan diabaikan, maka perilaku kerjanya dibatasi


pada kondisi elastis saja, dimana untuk { < 0.4 P" maka
Rn=o.6Frd,t., .. . ...' (l1o-el

sedangkan untuk > 0.4


{ maka
,{
pelat badan ganda dilaE
sudut ke pelal badan
lolom (atas da, beah)
Rn=0.6Frd,t,(1.+--,'\
) ....
p, .......0r0-r0J
dimana
Pc9y
=A F danPru=P
Qa= 0.9 . ........010.61
tfi
Potongan B-B

Gambar 8. 159 Detail pengaku pelat ganda (Carter 1999)

8.9.10.8. Perkuatan Kolom di Daerah Sambungan End-Plate


Catatan : sambungan end-plate maka tinggi pengaku pelat badan
ganda harus dapat dipasang sampai keluar dari tepi pelat sayap
fika evaluasi kekuatan di zona kritis tidak memenuhi syarat' dapat balok minimum sejarak 3k+tr, dengan k = tingBi penebalan pelat
dipasang pelat pengaku atau profilnya diperbesar. Ada tiga jenis badan untuk kolom dengan profil hot-rolled atau tebal las, adapun
pelat pengaku yang umum (Carter 7999), yaitu [1] pelat pengaku fo adalah tebal pelat ujung sambungan.
tegak; [2] pelatbadan ganda; dan [3] gabungan dari keduanya. p€ngaku pelat ganda ditewi dan dilas sudli ke
pslat syap kolom
Tebal dan lebar pelat pengaku tega[ secara konservatif diambil pengsku pelatgaf,da di-bewl dandilBs sudul ke
sama dengan dimensi pelat sayap balok. Contoh pemasangannya: palat sayap kotom (atas dao bawah)

Polongan A.A

H
PotonganA-A +
pelat pe(gaku ieqak
dllas sudut ke pelat
sayap kolom

lihal Gtolan
pelat penqaku tegak
dilas sudll k6
pangaku pelal ganda

{- pengsku pelat gsrda


Tf'\-n- p"rg"r, t g*l_l1,--T dil6
p"rrt peht pE Eaku legat
pelat !6ngaku teg6k
dilas sudut ke pelat

I
sudut badang kolom (at6s

li. /lg}iili*T#,:" |1/f dilas tumpul ke pelat

tF4t
ke pelat bsdar
saya! kdom

t+t
ll llffgl,,w:,tl,g*, I ll pelat
,+- dils t
p8qaku legak

kB@tbadan
mpul
pelat psgalu legak
dila! lumpul ke
pqrgaku p€lat badm

^dMlrl"-* l#i
ll^t l,l_l
PotongEn B4
Gambar 8. 160 Detail pelat pengaku tegak dan ganda (Carter 1999J

Pengaku pelat badan ganda dapat digantikan fungsinya oleh pelat


Potongan &B pengaku diagonal, hanlza saja detail ini kadangkala "mengganggu"
Gambar 8.158 Detail pelat pengaku tegak (Carter 1999) sehingga sudah jarang digunakan saat ini.

744 Bab 8. Sambungm Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Bara 745


8.9.10.9. Perencanaan Sambungan Rigid Balok-Kolom Parameterbaru pfi= P.fo= 31 mm dan pakai Persamaan 8,9-24,
Hasil desain sambungan extended-end-plate dari Bab 8.9.8.6. akan + zz s(fi ++)] + * 2 0s ( 6 | + 3 1') + 27 s(o r + : r)] = : 5 1 3
dipakai pada sambungan rigid suatu portal, Iihat Gambar 8.761'.
v" = # [2 os (
* +
$) [

Diminta desain kolomnya agar menjadi sambungan sekuat profil. r-,, >
/1.111 dm":10.6 mm << tt= 12 mm+ OK
i--'--- zoo ---**--i
rz i i* *; l-* rz +. Adanya pelat pengaku tegak, maka hanya zona geser yang per-
lu dievaluasi, untuk itu dianggap P, < 0 .4 P. sehingga
Rn= o.6Frd"t*= 0'6x250x200x8/1000=240 kN ..... (110-el
, r, = * ='n'3;lo' x
ffi : szo xtrt
|ika gaya geser 7, diabai[:an (kondisi konservatif) maka
lR,= 2F^=2x329=658 kN >> 0R,-' 276 kN -+ Not oK
Perkuatan dengan pengaku pelat badan ganda tebal 2xB mm.
0.6x250x200x8x3/100o=72o kN .........., 6ro-e1
Rn= 0.6Fnd"t*=

IR, = 658 kN = <pR, = 648 kN+ dianggap OK karena tanpaVu'


Detail final sambungan end-plate rigid adalah sebagai berikut.

Gambar 8. 161 Konfigurasi awal sambungan rigid

fawab r

7. Sambungan end-plate sekuat profil, WF250x125x6x9 yaitu :

M,= QMr= QZ*Fr= 79.2 kNm


i- - "" '-
2. Check pelat sayap, kolom polos [tanpa pengaku).
:00
(d). Potongrn C{l

u=Ylo,(+).4(*)].;[ir,(s+f;)+4(,*i)*f]* * (8e 17)

,^^.^Elir;'o
-mrn -
V-'--- htFy,y"...-...
.... r8.e-161

=trJ-zoo*s =61mm
'=+JnN
Parameter perencanaan

Fcy = 250 MPa .s


=61 mm ho = 275 mm
Qu = 0.9 c =70mm h1 = 205 mm
b-
CJ = 200 mm s =75mm
v = #l# * fff+ 4lzos(eu ry) + zz s(61 + +) +
+)- q
*lzzzoz .s + z t587 .5 + 2as 0) + 37 .5 = 2086
Y, = 7 86.9 +
(r), Ttmgrk Slmplng (b). Ifrrgin A-A (a). Potoogm B-B

t*" >a/f.f tt ffi=13.7 mm > tt= 12 mm -+ Not. OK Gambar 8. 162 Sambungan end-plate ti$d suatu portal

3. Check pelat sayap, kolom dengan pelat pengaku t"=t 6"1op. Catatan : Notasi pengelasan belum digambarkan.

Bab 8. Sambungan Struktur


746 Wiryanto Dewobrcto - Struktur Baia 747
8. 7 0. 2. Konfig ura si B as e - Plate
8.7O, Base-Plate - Sambungan Baia ke Beton
Base-plate yang biasa, umumnya terdiri dari pelat landasan dan
8.10,7, Pendahuluan
baut angkur. Adapuri pelat landasan tersambung ke kolom baja
Struktur baja umumnya untuk bangunan di bagian atas, di bagian dengan las. Agar terjadi kontak merata antara pelat landasan dan
bawah khususnya pondasi mengandalkan struktur beton. untuk struktur beton pondasi, diberi jarak dan diisikan semen grouttipe
menghubungkan keduanya perlu sambungan, yaitu base-plate' tidak susut (non shrink grout). Secara teoritis bisa saja baut ang-
kur tidak diperlukan, tetapi dalam pelaksanaan harus dipasang.
Detail base'plate tergantung gayayang dialihkan' Jika hanya gaya
Minimal dua buah, untuk antisipasi momen tidak terduga selama
tekan maka cukup terdiri dari pelat landasan saja. ukuran dipilih
masa konstruksi. Fungsi baut angkur bisa untuk leveling dan yang
sedemikian sehingga besarnya tegangan yang teriadi pada beton
pasti adalah untuk menahan gaya geser. Detail base-plate yang
tidak menimbulkan kerusakan' fika selain ada gaya tekan juga
standar adalah seperti Gambar 8.764.
terrlapat momen yang menyebabkan base-plate terangkat (up-hft)
maka baut angkur perlu ditambahkan' fika ada gaya geser maka ko;om baja

diatasi dengan gayafriksi padapelatlandasan, tetapi jika mencukupi


maka digunakan juga baut angku4, khususnya pada sisi desak' pelat landasan \
Pada prinsipnya pelat landasan dibuat untuk transfer gaya atau
mur & ring baut
semen grout
(non shrink grost)
momen dari struktur baja yang relatif lebih kuat ke struktur beton
struktur beton
yang lebih lemah tanpa menimbulkan kerusakan' pondasi
baut angkur
kopala angkur
Base-plate pada konstruksi berat, kadangkala memerlukan pelat berupa mur

landasan ying luas agar tegangan beton di bawahnya relatif kecil.


Itu menyebabkan perilakunya seperti pelat dengan beban terpusat
sehingga perlu pelat landasan yang tebal. Untuk menghindari pelat Gambar 8. 164 Konfigurasi base-plate kolom uhumnya (Fisher-Kloiber 2006J
yrt g t"U"l, dapat saja diberikan sirip-sirip pengaku seperti terlihat Base-plate dirancang untuk mengalihkan gaya geser IVJ, tekan (P)
pada Gambar 8.163 berikut. dan momen (M) dari kolom ke beton pondasi di bawahnya. Karena
mencakup dua bahan, maka r'rntuk perencanaannya selain menga-
cu AISC (2070) untuk baja, juga mengacu ACI (2011J untuk beton.
Tebal pelat landasan tninimum 12 mm untuk kolot,r HSS ringan,
atau 19 mm untuk kolom lainnya. Pengalaman dari mancatlegara,
dimana biaya pekerjanya relatif tinggi menyebabkan pelat yang
tebal menjadi pilihan terbaik, dibandingkan memasang sejumlah
pelat pengaku seperti terlihat pada Gambar 8.163'
Dari studi literatur ada dua cara pendekatan dalam memodelkan
tegangan beton di bawah pelat landasan yang memikul gaya tekan
dan momen. Satu adalah berdasarkan kondisi elastis, yaitu bentuk
tegangan beton segitiga; lainnya berdasarkan kondisi batas atau
ultimate, bentuk tegangan betonnya persegi. Perencanaan kondisi
Gambar 8.153 B ase-platekonslruksi berat (sumber : Paramita & MichaelJ
batas biasanya menghasilkan pelat landasan yang lebih tipis L 2/3
Pada kondisi normal atau umum, pemakaian sirip-sirip pengaku dari perencanaan kondisi elastis. Sebagai konsekuensi, keruntuh-
seperti di atas tentu tidak diperlukan. Untuk bangunan gedung' an base-plate terjadinya akibat lentur pada pelat yang relatif kecil
konstruksi base-plate biasanya cukup terdiri dari pelat landasan faktor keamauannya [DeWolf dan Bicker 1,990).
yang dilas dengan profil kolomnya dan baut angkur'
Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 749
Bab 8. Sambungan Struktur
748
f' kuat tekan beton yang disyaratkan, l4Pa
.d, luas beton yang dibebani gaya tekan konsentris, mm2
,A, luas bawah piramida terpancung dengan luas atasnya.4r,
dan sisi miringnya mempunyai rasio horizontal terhadap
vertikal sebesar 2:L, mm2 [lihat Gambar 8.1-56)

(a) Segitiga (bl Persegi


Gambar 8.165 Pendekatan terhadap bentuk distribusi tegangan beton

Pada uraian ini akan ditinjau cara perencanaan dua pendekatan


tersebut, baik bentuk segitiga (elastis) ataupun persegi [batasJ. fuga
akan diaplikasikan pada kasus yang sama agar diketahui perbedaan
di antara keduanya. Untuk base-plate terhadap beban tekan aksial
konsentris, kondisi tegangan merata (persegi) sehingga hanya ada
Tampak atas
satu cara saja. Itu yang akan dibahas pertama kali.
Format perencanaan yang dipilih adalah cara LRFD agar konsisten
dengan materi lain pada buku ini. Untuk itu kapasitas base-plate
z diukur pada bldang ini
harus lebih besar dari kuat perlu Vu, P, dan M, hasil kombinasi
beban. Notasi yang dipakai konsisten dengan manual AISC (1994).
8,70.3, Kaat Tumpu Beton Gambar 8.166 Piramida terpancung terkait A1 dan A" (Commentory ' ACIZOIL)

Gaya aksial tekan diteruskan base-plqte ke beton sesuai kriteria fika luas beton tumpuan >> luas pelat landasan secara merata.
AISC-JB [2010) atau ACI-10.74 (2071). Kuat tumpu rencana yaitu maka bagian beton tumpuan yang lebih besar dapat berfungsi
$"Po. d.engan 0. = 0.65. Adapun kuat tumpu nominal Po tergantung sebagai struktur pengekang untuk bagian beton yang dibebani. Itu
dari luasan beton tumpuan yang tersedia, sebagai berikut : mengapa kuat tumpunya bisa ditingkatkan (ACI 2011).
r Luas beton tumpuan.: luas pelat landasan, maka : 8.70,4, Tekqn Konsentris
Po=0.85f"41 ...... ....08-1)
Jika base-ptdfe bertumpu langsung pada permukaan beton ponda-
atau dalam format tegangan tumpu nominal maka si, maka dimensi pelat landasan [BxN) harus dipilih agar beton di
fp6^)= Q"o.Bsf"'. .. (8.10-u bawahnya tidak rusah dengan memenuhi ketentuan berikut :
r Luas beton tumpuan > luas pelat landasan yang besarnya fo=*=fr-.a) ..... ... (s.10-3)
merata pada semua sisi. Untuk itu kuat tumpu beton dapat
ditingkatkan maksimum sampai dua kalinya: fika permukaan beton pondasi lebih besar dari pelat landasannya,
......
Pp=o.85fJArlft<t'tt;,t1 ....u8-2) ketentuan I8-2 IAISC 20'J.0) dapat dipakai meningkatkan kuat
tumpu nominal. Umumnya, bagian bawah base-plate diisi dengan
fo6u1=O"o.}sf;E<L.7f; ..........:.... (8.10-2J grout. f ika ketentu an l8-2 akan digunakan maka mutu grout harus
dua kali lebih besar darif,'beton. Iika tidak mau repot maka lebih
dimana baik ambil nilai konservatif, yaitu J nrl e, = 1 (Drake-Elkin 1999).

Bab 8. Sambungan Struldur


7SO WirJanto Dewobrcto - Struktur Baia 7SL
Untuk kondisi minimum pelat landasan adalah.
,,W
-p-\ oF!
(8.10-8)

dimana
rp faktor ketahanan terhadap lentuf,, <b = 0.9
1 adalah nilai maksimum dari m, n dan )-n' , agar tebal pelat
Iandasannya ekonomis maka parameter tersebut dibuat
minimum, salah satunya adalah menetapkan m = n.

8.70.5. Tegangan Beton Segitigtt - Elastis


8.1-0.5.1. Momen Kecil Tanpa Angkur
(b) Anggapan garis l€fitur pelat
Pendekatan tegangan tumpu beton pada kondisi elastis (segitiga)
garis lentur pelat
\ +*-+1:99" sengaja dipilih karena memberi gambaran cukup rasional tentang
\l
Itt
t-,
.---+-i.-"|
efek eksentrisitas (e) gaya tekan { terhadap base-plate. Ini baik
r,t11l_l sekali untuk proses pembelajaran. Eksentrisitas mengakibatkan
tegangan tekan maksimum dan minimum. Untuk tegangarl negatif
{c) Menentukan momen pelat
atau tarik, beton dianggap tidak bekerja (diabaikanJ. Nilai e dise-
Gambar 8. t67 Base-plate terhadap beban tekan konsentris
but sedang jika tidak perlu baut angkur untuk keseimbangannya,
Akibat tegangan tumpu merata, dianggap tegangan kritis pelat Untuk formulasinya akan dibagi menjadi dua kondisi. yaitu :
terjadi pada garis lentur [Gambar 8.1,67b). Untuk kondisi beban
teftentu bisa terjadi pada pelat di antara profil (Thornton 1990). . Kecil jika e =**+
Ketiganya akan ditinjau sekaligus dengan prosedur berikut.
. Menengahjika t="=*
Kuat perlu pada pelat landasan dapat ditentukan berikut.
Mpt :* fef ....... (8.10-4) Variasi tegangan tekan pada beban dengan eksentrisitas kecil dan
menengah lihat Gambar 8.168, bagian bawah sekaligus diberikan
dimana l adalah nilai terbesar dari m, n dan L.n'.
rumus tegangan tekan maksimum yang terjadi.

f, .,
(8.10-sJ
MU
(8.10-6J

n'=f,2,{ao, (8.10-7a)
l.ll
l+.11-X

,=[ry+l+.......
" l(a*u,1')'"+""' ..... r8.10_7c) n=*F*#)
aD
rr=E:{f_a;
10

(b). Menengah
Cukup konservatif jika diambil )"=1. (a). Kecil
Gambar 8. 168 Distribusi tegalgan segitiga akibat eksentrisitas kecil

752 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 753


8.7 0.6, Tegangan Beton Persegi' Ultimate
8.1O.5.2. Momen Besar dengan Angkur
8.10.6.1. Momen Kecil Tanpa Angkur
Bila eksentrisitas gaya { besar maka base-plate dapat terguling.
Untuk menghindarinya harus dipasang baut angkur untuk mena- Perencarraan base-plate dengan beban eksentris sebelumnya ada-
han gaya tarik sebesar T, akibat momen guling tersebut. Ukuran lah didasarkan asumsi distribusi tegangan beton berbentuk segi-
pelat landasan dipilih sedemikian sehingga tegangan tekan beton, tiga atau kondisi tegangan elastis. Hasilnya relatif cukup konser-
f tidak melebihi tegangan tumpu nominal beton. Parameter yang vatif dan terbukti sukses digunakan selama ini. Bentuk segitiga te-
belum diketahui adalah T, dan panjang tumpu L tap dibahas karena cara tersebut memberi petunjuk secara visual
tentang bagaimana eksentrisitas dapat mengurangi bidang tumpu
pada pelat landasan dan sampai akhirnya baut angkur diperlukan.

|ika beban bertambah terus sampai kondisi batas, perilaku elastis


terlewati dan masuk kondisi inelastis, yaitu beton pada kondisi
batas (uttimate). Kasusnya seperti perencanaan penampang beton
bertulang, dimana bentuk tegangan beton dapat disederhanakan
menjadi bentuk persegi [Drake-Elkin 1999, Fisher-Kloiber 2006)'
Ini cocok untuk prosedur perencanaan cara LRFD yang dibahas.

Gambar 8. 159 Distribusi tegangan segitiga akibat eksentrisitas besar

Untuk mencari dua parameter tersebut (f" dan,4) dipergunakan


persamaan keseimbangan vertikal dan momen sebagai berikut. Gambar 8. 170 Distribusi tegangan persegi eksentrisitas kecil (Fisher-Kloiber 2006J

Notasi hitungan mengikuti Fisher-Kloiber [2006) dimana tegang-


an beton persegi diubah dalam format berikut.
Q**=fp1mo1xB.... .....(8.10-12)

Iika a'={- x dan 7' = f,g(N:*), dari persamaan di atas diperoleh Y*in

'*$" -|fir@,n * *) fika e jarak resultan tumpu beton Eerhadap pusat berat kolom
o- f
:
. (8.10.11)

*foB ^ ,lv rmm


€^u:i-t--t- -N
Pu

zn*, ,.......(8.10-14)
Nilai.4 < N', iika tidak memenuhi maka ukuran pelat landasan ti-
dak mencukupi, perlu ukuran lain. Gaya tarik baut angkur adalah : ^ * _N P,
Ykritis - o^ -T-6Iu (8.10-15J

Eksentrisitas beban S €k.,,,. maka baut angkur tidak diperlukan.


4
tt
t'.
ri
i Bab 8. Sambungan Struktur
Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 755
:i:
754
''\
8.10.6.2. Momen Besar dengan Angkur Untuk kondisi batas leleh, tebal minimum pelat landasan adalah

tika eksentrisitas beban tekan e=M,/Pu, €u,rr," maka baut angkur ,,b"-
'o'tlTq [8.10-20)
diperlukan untuk mencegah base'plate mengalami guling.
Pada sisi desak: momen terjadi akibat tegangan reaksi beton pada
kantilever m dari tumpuannya. Jika Y> m maka :

tp

I-lntuk

, _ t:r, _ l+(r,v(^-il) _... F,rfu-T


"o'! on, -V--.aq-:L't t\l-T;
dimana

Gambar 8. 171 Distribusi tegangan persegi eksentrisitas besar (Fisher-Kloiber 2006J r


rp --l-
By (8.10-23)

Ada dua parameter yang belum diketahui terkait keseimbangan Pada sisi tarik : momen terjadi akibat reaksi baut angkur yang
gaya-gayapad,abase plafe (lihat Gambar 8.771), yaitu T, dan Yatau bekerja seperti beban terpusat di pelat. Oleh sebab itu jumlah baut
gaya baut angkur dan jarak bidang kontak beton di bawah pelat. iuga berpengaruh, khususnya terhadap lebar efektifpelat. '
Tinjau keseimbangan gaya vertikal.
Tu+Pu--qY ...... (8.10-16)

fuga keseimbangan momen terhadap titik B pada Gambar 8.771.


lebal efektif
q*^*Y(+-r*f)-e,(e+S)=0.... "'(810-17) memikul
baut angkur

Setelah pengaturan diperoleh persamaan kuadrat berikut

v, _z({+ 7)v +2P"_9:r) _,


dan penyelesaian untuk Y adalah Gambar 8. 172 Lebar efektif pelat pemikul baut angkur (Fisher-Kloiber 2006)

Untuk setiap baut angku4, panjang kantilever adalah a = [rn - xJ. Jika
v =(!+ f)x gaya terdistribusi efektif sebesar 45" seperti Gambar 8.L72 maka
lebar efektif pelat yang memikul baut angkur adalah 2a. f adi tebal
Pada suatu kombinasi gaya, momen dan ukuran base plate tidak
pelat landasan ininimum untuk memikul baut angkur adalah
diperoleh penyelesaian, sehingga dimensi base-plate perlu diper-
besar. Agar persamaan bisa diselesaikan maka :

(** f)' 13# " ' (B'10-1er to2 = 1.5 E


V'r"s
., (8.10-24)

Gaya pada angkur adalah


dimana

Tu=qY-P, .....[8.10-15a)
n, jumlah baut angkur yang dipasang

Wiryanto Dewobroto - Struktur


756 Bab 8. Sambungan Struktur BaJa
757
8, 7 0, 7. Contoh Perencanaan Base- Plate Dimensi akhir b a se - pl ate:
8.1}.7.L.Tegangan Persegi i Pil= 400 kN; e = 0 mm
Base-plate kolom wF 250xL25x6x9 diberi beban tekan konsentris
P,= 4AO kN. Rencanakan dimensinya jika memakai material baja F
250 dan beton pondasi/"'35 MPa'
fawab:
Trial #1 : BxN = 175x350 (mm)
Ukuran awal didapat dari persyaratan pemasangan baut angkur'
Selanjutnya check daya dukung beton dan tebal pelat perlu'
* * :
fp6o1= d,O'85f = 6'65 9'85 35 19'3 MPa "' (8'10-1)

i 1- -'---- 250 - ---,


#=#ffi=6.5 MPa <41-*y -+ BxN is oK. . ........ (8.10-31 -.-'--- N=350 .''-'- -
Gambar 8. L73 Base plate untuk beban konsentris
Kuat perlu pelat landasan ditentukan sebagai berikut.
Catatan ; baut angkur hanya diperlukan untuk menahan gaya geser
Mo1=tfolz ""' (8'10-4) dan faktor keamanan saat masa konstruksi.
dimana I adalah nilai terbesar dari m, n dan\n'.
8.70.7.z,Tegangan Segitiga i Pu= 4O0kN; e = 120 mm
Base-plate kolom WF 250xL25x6x9 dengan beban tekan eksentris

,_B-o:abr _ tts-o,a*rzs =37.5 mm ......... (8.10-6)


Pu = 400 kN dan Mu = 48 kNm. Rencanakan dimensinya jika pakai
"22 material baia F" 250 dan beton pondasi.;f,'35 MPa.
* * *350 / 1000 = 1184'4 kN
d,Pp =O.65* 0.85 35 175 fawab:
Trial #1 : BxN = 175x350 (mm)
*r, \ +*zsotzs 400 = o.3 .. ....
", --l
(8.10-7cJ
', - (zsottzs)"
l1a*or1' J 6,eo
7784.4 (g = sa.i a) < (e = rzo) < (S = rt s) -> berarti tanpa baut angkur

A---&=-&=0.6<1 ...... ...... (8.10-7b) A 4(+ - e): 3(.,+ - 120) = 165 1.-
l+.J7-x l+V1-0.3
rnm hr =-2P,, - 27.7 r, f p(^r*) = 0c0.85 f; = 19.3 MPa -+ Not OK
:--++t::;: =
ai =-z*4oo,ooo.
tn,=f,tJ@ =i"o.alfio*fr =26.5 [8.10-7aJ
Trial #2: BxN = 200x380 [mm)
Mo1 --$*6.5*56-252 =L0283,2 Nmm/mm " (8 10-41
A 4(+ - e) =e(:reo - tzo) = 2 1o mm

untuk kondisi batas leleh maka tebal minimum yang diperlukan


hr _2P"
= af; _= ffi
2"400,000. _-
= 19.05 < -fp1^ *) = ilcl-8s f; = 19.3 MPa -+ OK
untuk pelat landasan adalah.
kantilever ujung pelat
,rrW=ffi= 73.5=74mm ... ..'." t8'10-8)
*- N-o.sld -seo-0.9s*zso =7l.Z1mm << menentUkan >>
B-o'abl
n:
,t----z------T-
- zoo-o.a*tzs = 50 mm

Bab 8. sambungan Struktur


7SA Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia
759
Distribusi tegangan di bawah pelat landasan' 8.1,0.7.3. Tegangan Segitiga : P, = 100 kN; e = 200 mm
Base-plate kolom wF 25oxL25x6x9 dengan beban tekan eksentris
Mu= 48 kl'lrn p" = 109 kN dan Mu= 20 kNm. Hitung
dimensi base-platejika pakai
Pu - 400 kN
material baja FrZ50 dan beton pondasi.;t, 35 Mpa.
Jawab:
Trial #1 : BxN = 200x380 [mm)
fp6^{ {c0.85f; = 19.3 MPa
= ... (8.10-1J

+_ A=210 _____l A, =*-x = sBo _25= 165 mm


Gambar 8. 174 Distribusi tegangan di bawah pelat landasan
f '=
+ feB (N- x) : f x 1e.3 x 200 x (380 * zs) = 6ss, 1s0.
Panjang kantilever yang menentukan adalah m = 71-.25 mm
gt!#E
M r, = E %E. = 42,eaL6 Nmm/mm maka
f'+ f '' -3 foe1n,,A' + Mu)
Untuk kondisi batas leleh, tebal minimum pelat landasan adalah.
-J*

t,rrw=lw=27.6=2Bmm 612.?A3_42

Dimensi akhir ba se-p I ate :


A=
P, = 400 kN
Check:

p"(+- x)+ M, =+fpAB(N-x


-+) .. (8.10_10)
LOOo/o

P,(+-x)+M,:@
o 36sAfioo.
99.995Vo
.
g. 3 x s o. z +-x z o o sa
,
o ! fo ea (x - x - $) =* x 1 ( o- zs - s6raJ
36,494,0L3.
i*- -1,1=399 - --j
--* Gaya tarik pada baut angkur dicari sebagai berikut.
Gambar 8. 175 Base platebeban sentris kecil - tegangan segitiga
T, :+ feAB - pu . ... .,. (8.10-eal
Catatan: baut angkur diperlukan untuk menahan gaya geser dan
untuk memenuhi persyaratan keselamatan pekerja dari ,, : (1 19.3 x s6.24 x200 - 100,000.) x ffi = B.s kN
"
OSHA (Occupational Safety qnd Health Administation),
minimum dipasang 4 baut angkur (Fisher-Kloiber 2006). Baut angkur 2f,12 mutu F"ZST Mpa

QTn =n6/A6F, >> T,

dTo:2x0.9xf,xL22 x250x1frO.=S0.9kN >> f, -+ OK

Bab 8. Smbungan Strukilr Wiqmto Dewobroto - Sfuktur Baia


764 761
Distribusi tegangan di bawah pelat landasan. 8.70.7.4. Tegangan Persegi ; P,= 400 kN; e = 120 mm
Base-plate kolom WF 250x1,25x6x9 dengan beban tekan eksentris
P,= 400 kN dan Mu= 48 kNm. Rencanakan dimensinya jika pakai
fi=71.25 rnaterial baia Fr 250 dan beton pondasif'35 MPa.
Jawab:
Trial #1 : BxN = 200x380 (mm)
Ukuran diambil dari kasus sebelumnya karena kolomnya sama.
--T-I

19.3 MPa
I fp6^4-ho.Bsf; . .....,. (s.10-1)
I
*
fp6*1 = O'65*0'85 35 = 19'3 MPa

Gambar 8. 176 Distribusi tegangan di bawah pelat landasan e* *=19jx200=3860 N/mm.. (8.10-12)

Sisi desak : m = 71.25 mm lengan kantilever terhadap tegangan


'u,uo
=* -*=ry-e#f =138'2 mm " " (8'10-1s)
tekan beton di bawah permukaan pelat landasan di bagian kanan.

M pt (u --
* Lg'3 * 5 6'24 * (7 L'2 5
- *#) = 28,49 4' N -m m/ m m ("=!=tzo*tn).(ru.,r," =138.2mm) -+ hnpa baut angkur
eton) *
Untuk kondisi batas leleh, tebal minimum pelat landasan adalah , =+= -g?:3"
= 103.6 mm .. ... (t.ro'trl

trrW=,{ffi=22.5=23mm <<govern>> ... [8.10-8] pelat iandasan

Sisi tarik: memikul baut angkur.


Tebal pelat landasan untuk memikul baut angkur adalah

to>*ffi=1.s@= 6.2mm ........ (B.to-24)

t
Dimensi al<hir base-plate ;
q=3860 N/mm
!_ P. * 100 kN
-T
e-20o
!
Y=103.63
i
I
I
Gambar 8. 178 Distribusi tegangan persegi tanpa baut angkur
;;;;;
Pada sisi desak : pelat kantilever m = 71-.25 mm < y = 103.63 mm.
|adi tebal pelat landasan akibat gaya reaksi beton adalah :
/- b6ut anolsr O 12mm

c P,, 4oo.ooo. MPa


fo:tir=##i=19.3 (8.10-23)

r;
te>L.5ml+ =1.s.7t.zsJ:i93 =2e.7 mm. ..... t8,10-21J

Catatan : lebih tebal daripada bentuk tegangan segitiga. (!!)


Gambar 8. 177 Base plate untuk beban sentris besar

Bab 8. Sambungan Struktur


Wirlanto Dewobroto - Srukur Baja
763
762
Dimensi akhir base-plate t

(" =
ff = tzo**)' (eu,,r," : 17 7 mm) + tanpa baut angkur

,=+='t?33'=25.emm ...""'(8'10-13)

Distribusi tegangan persegi di bawah pelat landasan


'-\'
1
,,,=,{,L
- i
*'l I !*l
| ', m=71.25
l

.uo

2A *;**;;*; ]l
l,l "E*l
I

Gambar 8. 179 Base platebeban sentrls kecil - tegangan persegi , ffii q=3860 Nrmm

Diskusi: Y=25.e ---ii-t*------l-


F-
Gambar 8. 180 Distribusi tegangan persegi tanpa baut angkur
Sering ditulis dalam literatur bahwa cara elastis (segitiga) meng-
hasilkan pelat yang lebih tebal dari cara batas (persegi)' Contoh Pada sisi desak : pelat kantilever m = 7 7.25 mm > y= 25.9 mm, tebal
yangada menunjukkan hal berbeda. Tebal pelat cara batas adalah pelat landasan untuk memikul gaya reaksi beton adalah :

30 mm, atau2 mm lebih tebal dari cara elastis (28 mmJ'


rf..
P BY 2O0x25.9 = 19,3 Mpa
=L=.1$$ .. rg.1o-23)
Ini terjadi karena kondisi elastis yang dimaksud hanya terbatas
pada distribusi tegangan beton di bawah pelat landasan saja. Ada- 716+)
pun yang lain tetap mengikuti ketentuan perencanaan kuat batas. tp > 2.11
Akibatnya untuk kasus dimana tebal pelat ditentukan oleh bagian
kantilever yang berukuran sama, jadi terpengaruh' Cara elastis tt .3"rt ,oLrs-;l!t
bidang kontaknya lebih luas, menyebabkan porsi beban di bagian
to>2.171# =22.8 mm
kantilever jadi kecil. Cara batas bidang kontaknya kecil, banyak
Dimensi base-plate final :
terkonsentrasi di bagian tepi (porsi kantilever) sehingga momen
yang ditimbulkan menjadi lebih besar, P, = 1oo kN

8.10.7.5. Tegangan Persegi :P,= 100 kN; e = 120 mm


Base-plate kolom WF 250x125x6x9 dengan beban tekan eksentris
P. = 100 kN dan M* = 12 kNm. Rencanakan dimensinya jika pakai
material baia FrZ50 dan beton pondasif'35 MPa.
|awab: I

Trial #1 : BxN = 200x380 (mm) diambil dari kasus sebelumnya. I

fp6o1=0"0.85f; =o'55*0'85*35=19'3 MPa "' """"' (8'10-1) 250

emat<:19.3x200:3860N/mm .......(8.10-12)

e**=*-*=ry-ffi =t7z mm (8.10-1sJ


Gambar 8. 181 Base plate beban sentris kecil - tegangan persegi

Bab 8. Sambungan Struktur


764 Wiryanto Dewobroto - Struktur Bala 765
Baut angkur 2S12 mutu Fr250 MPa
8.L0,7.6. Tegangan Persegi:P,= 100 kN; e = 200 mm
QT,=n6QAyF, >> T,
Base-plate kolom WF 25oxl25x6x9 dengan beban tekan eksentris
Pu= 700 kN dan M,= 20 kNm. Rencanakan dimensinya jika pakai QT, =2" 0.9* *'* 722 *250"
#= 50.9 kN,r, T,+ oK
malslial baja F" 250 dan beton pondasif'35 MPa. Sisi desak : pelat kantilever m = 7L.25 mm > I'= 27.7 mm, maka
fawab: tebal pelat landasan untuk memikrrl gaya reaksi beton adalah :
Trial #1 : BxN = 200x380 (mm) , _ Pu _ 100,000. _r
w-zootzzt -'8.0 It{Pa
(8'10-23)
tp-
Ukuran diambil dari kasus sebelumnya karena kolomnya sama.
4(**) =hA.85f;:0.55*0.85*35=19.3 MPa .. ...... (8,10-1) ,o.r.rr@ @.Lo-zz)

Qo,x=L9.3x200=3860N/mm ..,....(8.10-13) n82?.7WLrs-!41

"or,r,=*-*=ry-ffi =L77 mm ........ (8.10-1sl


Sisi tarik: memikul baut angkur.
mm) t (ro.,o, = t7z mm) -+ perlu baut angkur Tebal pelat landasan untuk memikul baut angkur adalah.
t" * =zo0
= !

f " fr
Iika/= 165 mm adalah jarak baut angkur ke as kolom, maka pe- to>t.51,,"7 = 1.5i#ih = 5.6 mm .. (8.10-24)

nyelesaian untuk mencari Y adalah :


Dimensi akhir base-plate :

v=($+f)x,f(+.r1'-"# "' (8'10-18)


-. e.m = 100 kN
427.3
t- z.roo'oqtLzloo*r0s)
r =(So+re s)t f(ry*r0512 - \-----------:-J :27.7 mm
{li-----_-_:-
355 I 126,025. 7A,9t2.

Gaya pada angkur adalah


Tr=qY-Pu ..[8.10-16a)
*
z; = (aeoo 27.72 - t}l,aao.) 7 rooo = z t<r.r
Distribusi tegangan persegi di bawah pelat landasan

Gambar 8. 783 Base plate tntuk beban sentris besar

Diskusi:
Untuk base-plate dengan ekstrisitas beban yang memerlukan baut
angkuq, perencanaan dengan cara elastis (segitiga) maupun cara
i* batas [persegi) ternyata menghasilkan dimensi yang sama. Hanya
Tu=?kN
i a.zs
saja, gaya baut angkur cara elastis (8.5 kN) lebih besar dari cara
batas (7 kN). Kebetulan keduanya di bawah daya dukung angkur
t yang disediakan (2 f, 12 mm) sehingga tidak terlihat berbeda.
Gambar 8. 182 Distribusi tegangan persegi tanpa baut angkur

Bab 8. Smbungan Strukur


Mryanto Dewobroto - Struktur Baia
767
766
.
8.11. Bautangkur ke beton Jenis angkur cor di tempat, sangat cocok untuk berbagai macam
8.77.7.Umum konstruksi, dari base-plate sampai penggantung, secara individu
maupun kelompok [grup), pada proyek kecil maupun besar. ]enis
Pemasangan baut angkur untuk base-plate adalah keharusan. Mes- itu menjadi pilihan karena tidak merujuk merk tertentu dan dapat
kipun teoritis tidak perlu, misalnya beban tekan konsentris, tetapi dibuat sendiri (bukan buatan pabrik).
baut angkur harus dipasang untuk antisipasi gaya tarik atau geser
tidak terduga selama konstruksi. Ketentuan OSHA (Occupational fenis angkur pasca pasang fGambar 8.185J banyak jenisnya. Seca-
Safety and Heqlth Administration) untuk memasang minimum em- ra umum terbagi dalam kelompok [a] angkur adesif; fb] angkur
pat [4) baut angkur (Fisher-Kloiber 2006). bertakik; [c] angkur ter]<ontrol puntir tipe selongsong; [d] angkur
terkontrol puntir tipe sfud; [e] angkur terkontrol perpindahan.
Selain untuk jaminan keselamatan konstruksi, jika ditelaah secara Maklurn, semuanya produk pabri[ yang dibuat berdasarkan riset
mendalam, maka pada baut angkurlah dapat diharapkan adanya atau paten yang mereka punyai,
kesatuan struktur baja dengan struktur beton pondasi di bawah-
nya. Kesatuan tersebut menjadi sangat penting khususnya ketika
terjadi beban Iateral besar akibat angin atau gempa. Saat itu terja-
dilah gaya geser atau gaya tarik pada kolom baja. fadi kepada baut
angkur itu jugalah maka keselamatan bangunan baja setelah masa
konstruksi berakhir, dapat diharapkau.
Pentingnya baut angkur pada konstruksi baja menyebabkan riset-
nya berkembang. Saat ini untuk perencanaan ternyata tidak cukup
sekedar menentukan panjang penyaluran atau panjang tertanam (a) (b) {c) (d) te)
di beton saja, karena sejak ACI 31,8-02 terdapat bab khusus yang Gambar 8. 185 Angltur pasca pasang (ACl 2011)
membahasnya, yaitu Appendix D Anchoring to Concrete.
- Karena produk pabrik, angkur tipe pasca pasang relatif mahal dan
Menurut Appendix D (ACI 2077) saat ini dikenal dua jenis angkur terbatas ukurannya. Keunggulan utama adalah fleksibilitas waktu
berdasarkan cara pemasangannya. yaitu [1] cor di tempat, dan [2] pemasangan sehingga memudahkan mengatur jadwal konstruksi.
pasca pasang seperti terlihat di Gambar 8.184 dan 8.185. Dengan angkur pasca pasang maka pekerjaan beton dan perenca-
naan baja dapat paralel. Konstruksi beton pondasi dicor tanpa
menunggu gambar layout baut angkur secara akurat. Karena spe-
sifikasi jenis ini sudah tertentu, maka pemakai cukup mengikuti
petunjuk pabrih menerirna kelebihan atau keterbatasannya saja.
Pada perencanaan struktur berbasis kuat batas, maka setiap pola
keruntuhan perlu ditinjau. Kekuatan terkecil yang menentukan.
(a) (b) (d)
Dengan konsep seperti itu, maka perilaku keruntuhan yang teriadi
dapat diprediksi terlebih dahulu dan dipastikan apakah keruntuh-
Gambar 8.184 Angkur cor di tempat (ACI 2011) annya bersifat getas atau daktail, sehingga fal<tor keamanan yang
sesuai dapat diberikan. Demikian juga dengan baut angkur yang
fenis baut angkur cor di tempat adalah [a] baut segi enam dan ring;
kinerjanya mencakup dua jenis material yang berbeda, baja yang
[b] baut-L; [c] baut-f; dan [d] sfud dilas ke base-plate. Angkur jenis
stud yang dilas banyak dipakai pada konstruksi beton pracetak. daktail dan mempunyai kekuatan yang sama terhadap tarik atau
Konstruksi baja umumnya banyak memakai baut angkur dengan tekan, serta beton yang bersifat getas dan hanya kuat menerima
kepala segi enam, yang berkapasitas lebih besar dibanding baut tegangan tekan saja. Pola keruntuhan baut angkur yang dimaksud
angkur dengan kait L atau | [Fisher dan Kloiber 2006). adalah terhadap gaya tarik dan gaya geser.

764 Bab 8. Sambungan Struktur WiryEnto Dewobroto - Struktur Baia 769


Iika ada dua atau lebih, baut angkur dipasang berdekatan dengan kuat nominal baut angkur ditentukan oleh elemen baja daktail.
jarak kurang dari spasi kritisnya, maka pengaruh kelompok harus
dan kompatibilitas deformasinya telah diperhitungkan. Petunjuk
diperhitungkan dalam memperhitungkan kekuatannya. perencanaan pada Appendix D IACI 2011) dapat dipakai jika mutu

st* Ai beton -< 70 MPa untuk angkur cor di tempat, atau < 55 MPa untuk
angkur pasca pasang. Iika mutu beton lebih dari itu maka kinerja
angkur pasca pasang perlu dibuktikan dengan uji empiris.
"[mt'
u
t:'-.'il;+
[.oUool
, I - .--, l-o'- lil[F-:.: Berdasarkan berbagai pola kenrntuhan yang terjadi maka kondisi
batas yang perlu dievaluasi untuk perencanaan baut angkur dapat
(a) Angkur pdnus (b)Angkurtercabut (c)
(c)Betonjebol(brel
Beton iebol (breakout) disarikan dalam tabulasi berikut.
obh:dtdrtk
{I rr'r lr Tabel 8.18 Kuat baut angkur berdasarkan pola keruntuhan (ACI 2011)

BautAngkur eruD BautAnskur ACI


Pola keruntuhati
Tunggal lndir;.idu Kdlompok Ref.

{d) Batonterbolah ffi


{e) Muka samping
batonambtol
lndiidu Kelampak
(OLekatanru$ak
Kuat baut angkur terhadap
tarik.
Kuat jebol (breakout) beton
terhadap tarik.
dIV >N

dA/, > iv
dN >tv
ffi#!!iiTn:t;::,:-
ffi;$s$**sh[+dfl
tq;*ry#* t; { flr;;t 1:
-::
dN.
I cbg
>]vuqg
D.5.1

D.5.2

Kuat cabut (pulloua) baut


Gambar 8. 186 Pola kerusakan baut angkur terhadap gaya tarik (ACI 2011J angkur dari betonnva.
dN >IV dN >N D.5.3

Kuat ambrol {blowout) muka


dN.>N 6N
t sbq >N uo,g D.5.4

ffi@
samping beton terhadap tarik.
Kuat lekat angkur adesif (bll > N 6N >N

mffi
D.s.5
terhadaD tarik.
ri:rl l.i
Kuat baut angkur terhadap (bV >V (bV >V
':.:irr: rlrl I
i_
ii:,r D6.1
Peser.
Kuat jebol {breakout) beton (bV. > V
;ifit{,l* Ia!!i&!.i !i1 lti
(bV >V D6.2
terhadap seser.
(a) Ar7q,kwtaeotong (b) Betu anpal Kuat ambrol fblowout] muka
otahgawges€r g@@rdibautangkur
aklbat
samDins beton terhadao seser.
6V >V ':,;..).:lt:
6V
t cpq >Vuo& D6.3

(c) Beton Jebd (beakout)


Untuk perencanaan tahan gempa, kuat baut angkur berdasarkan
Gambar 8. 187 Pola kerusakan baut angkur terhadap gaya geser IACI 2011)
pola keruntuhan beton harus direduksi sebesar 0.75, yaitu untuk
mengantisipasi retak sesuai ketentuan D.3.3.4.4 IACI 2011). fika
Spasi kritis pemasangan baut angkur untuk bekerja individu atau yang menentukan adalah terjadinya keruntuhan pada baut angkur
kelompok tergantung dari pola keruntuhan yang ditinjau, yaitu : yang daktail, maka reduksi tersebut tidak perlu. Itulah mengapa
Tabel 8. 17 Spasi kritis pengaruh kelompok baut angkur untuk perencanaan yang baik, konfigurasi pemasangannya dipilih
sehingga keruntuhannya akan terjadi pada baut angkur dan bukan
pada beton. Itupun dengan asumsi bahwa baut angkurnya terbuat
Beton jebol terhadap tarik dari baja yang berperilaku daktail.
Salah satu upaya agar tidak terjadi kerusakan pada beton, baut
angkur dipasang dengan jarak minimum 6d, dari angkur lain atau
Baut angkur individu atau kelompok harus didesain terhadap efek dari tepi beton, juga dipasang tulangan khusus disekitarnya.
terburuk beban terfaktor yang dihitung dari analisa struktur cara Kuat baut angkur berdasarkan berbagai kondisi batas dari pola
elastis. Pemakaian analisa struktur cara plastis tetap diizinkan jika keruntuhannya akan ditinjau secara terperinci sebagai berikut.

Strukur
770 Bab 8. Sambungan
Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 771
8.77.2. Kuat BautAnglrur Terhadap Thrik Mutu bahan material baja baut angkur bisa bervariasi, mulai dari
buatan sendiri yang sederhana sampai pabrik, yang didukung oleh
Kuat tarik rencana baut angkur; f N", ditentukan dari mutu bahan
riset yang khusus. Untuk jangka pendek dan beban tertentu, maka
material dan dimensi fisik, yang dihitung sebagai berikut: persyaratan daktail dari baut angkur tidak menjadi keharusan.
d["o 2 QAu,*f*o..... . tD-2 ACI) Petunjuk pada Appendix D (ACi 201.1) ditujuran untuk struktur
jangka panjang sehingga persyaratan daktilitas elemen menjadi
dimana
pertimbangan penting, selain kekuatan dan kekakuan. Untuk itu
N"..........kuat tarik nominal baut angkur. identifikasi tingkat daktilitas baut angkur adalah penting.
0...........faktor reduksi kuat baut angkur terhadap tarik. yaitu Bahan materiai baja baut angkur dianggap berperilaku daktail jika
0.75 (baja daktail), dan 0.65 (baja getas). akibat uji tarik dapat mengalami perpanjangan (elongasi) minimal
'l-4o/o dari panjang awal, dan reduksi luas penampang sedikitnya
Ann.......luas penampang efektif terhadap tarik. Untuk tipe
pasca pasan g, A,".nmengikuti spesifikasi pabrik' Untuk 30%o dari luas penarnpang awal.
angkur berulir dapat dihitung sebagai Baut angkur sesuai spesifJkasi ASTM A.307 adalah daktail. fika ba-
hannya dari baja tulangan yang memenuhi ASTM A615M, A706M
A,",* =i(d,-ry,"f ....... (A-3-6Arsc)
atau 4955M dapat dianggap berperilaku daktail juga.

A*,* :t(d, -os3B2P)2 .... (A-3-6M ArSCI


Tabel 8. 20 Properti material baut angkur (Lundin 2012).

Spesifikasi Grade Dia. F, desain F min. Fv min- Elongasl ReduksiA


nt..........jumlah ulir per mm (atau ulir per inch). material. Mufil tirl) ksi [MPa) tksil ksi (MPaJ min.o/i; mln.P/i
P . ... ......pitch, mm per ulir [atau lnch per ulir) . AWS D1.1 B 1/2. - 1 60 (4L4) 60 s0 (34s1 20 50

A <4 60 l4L4 60 1B
fu*.........kuat tarik baut angkur yang disyaratkan, tidak lebih ASTM 43O7
dari nilai terkecll L.9 fn, atau 860 MPa. c <4 sB (400 58-80 36 248) 23

BC <4 ).2s (862 L25 109 7s2) t6 50


fro ....kuat leleh baut angkur yang disyaratkan, MPa. ASTM 4354
BD <4 tzs (862) 150 130 8961 14 40
<1 720 (827) tzo 92 63+) t4 35
Tabel 8. 19 Properti baut angkur (Lundin 2012).
ASTM A449 1 1-1.5 Los {72+) 105 81 sssl L4 35

$ angkur A n Ar"*'A*i Luasan tumpu kepaia baut ata.u nut -.dr- (in'zJ > 1.5 e0 (620) 90 58 4o0J 14 40
-diitin] inz ulir /ln. in? SQuare Heavy Sq. Hex Heavy H. 36 <2 s8 [400] 58-80 36 248) L5 40
lt 0.049 20 0.032 0.t42 o.20t 0.1L7 0.t57
ASTM F1554 s5 <2 7s (s17) 75 -95 ss (37eJ 27 30
3
0.110 16 0.078 0.280 0.362 0.L64 o.299
105 sZ tzs (862) L25 150 Los 1724) 15 45
\, 0.195 13 0.t42 0.464 0.569 0.297 0.467
5
0.307 t1 o.226 0.693 0.422 0.454 0.67L
Catatan: l ksi = 6.895 MPa fN/mm'z)
3/a 0.442 10 0.334 o.824 L.L27 0.654 0.911
0.601 9 o.46? 1 '1-2L t.465 0.891 1.188
7 0.785 I 0.606 t.465 1.855 L.t63 1.501
1-1/" 0.994 7 o.763 1.854 2.29L L.472 1.851
L% L.227 7 0.969 2.228 2.773 1.4L7 2.237
13l" 1.485 6 1.160 2.769 3.300 2.799 2.659
tt5 t.767 6 1.410 3.295 3.A73 2.6L7 3.118
| 3/+ 2.405 5 1.900 4.144
2 3.142 4.5 2.500 5.316

Catatan : 1 in2 = 645.16 mm2.

772 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobrcto - Struktur Bara 773


Luas proyeksi kerusakan beton pada baut angkur tunggal atau
8.77.3. KuatJebol (Breakout) Beton Terhadap Tarik. kelompok untuk memperhitungkan kuat tarik. A*"(mm').

(a) (b) (c)

Gambar 8. 190 Luas kerusakan beton terproyeksi. /r. IACI 2011)

Gambar 8. 188 Beton iebol terhadap tarik (Lundin 2012J.


Baut angkur tunggal dengan co1< 1.5 h"rmaka
Kuat jebol beton rencana terhadap tarik dari baut angkur adalah A*"=(2xt.5h,r)x(c,r+7.5h"1) .... (8.10-2s)
0N", (tunggal) atau <pN.r, [kelompok)' Adapun kuat
jebol beton no-
minal terhadap tarik daii baut angkur dihitung tidak kurang dari : Baut angkur ganda dengan col< 7.5 h"rd,an s, < 3 h"rmaka
Baut angkur tunggal A*, =(z*t.sh"r) ,. (",, + r, + 7.5h"r) .. . (8.10-261
ruru =!tv ed,N
.y c,N
.y .Nu ..... (D-3 ACr)
ANco "p,w Baut angkur kelompok dengan col< 7.5 h"rd,an s, < 3 h"rmdka

Baut angkur kelompok A*"=("or+sr+1.5h,r)x(r"r+tr+7.5h"1) ....... (s.to-27)

r*=**ec'N'Yed'N'Y"'iv'Y"p'N'Nb " Luas proyeksi maksimum kerusakan angkur tunggal, .Ar"o [mm2).
"" ID-4ACI)
dipakai untuk membatasi ,4r, sehingga Ar,' n.Ar.o dengan n adalah
dimana jumlah angkur. Bentuk keruntuhan beton untuk perhitungan ber-
bentuk persegi, lihat Gambar 8.191.
0 . ... faktor reduksi kuat jebol beton baut angkur cor ditem-
pat adalah 0.75 untuk Kondisi-A fada tulangan); dan Ar,,=(zx1.sn"r)"(z"t.stt"r):rfr", ... (D-sAcr)
0.70 Kondisi-B (tanpa tulangan). Tak ada rincian
khusus terkait tulangan tersebut. Gambar 8.189 dari
Commentary ACI [2 0 1 1) memuat konfigurasi tulan gan
baja yang dimaksud.

Tampak atas Potoooafl molalui bagian kerusal€n beton


I

go.slk I Gambar 8. 191 Luas kerusakan beton terproyeksi.4r", (ACI 2011J


- i l*- !

A*r
T{hpek Oepm Potonoan AA Faktor modifikasi kuat tarik baut angkur kelompok dengan beban
yang eksentrisitas, Y".." dihitung sebagai berikut :
Gambar 8. 189 Konflgurasi baut angkur tarik dengan tulangan (ACI 2011)

Bab 8. Sambungan Struktur


Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 775
774
V*.rv =z-f r <1.0.......... (D-BAcr)

\'-#)
fika dalam suatu kelompok baut angku4, ada baut angkur tarik dan
juga tekan, maka yang dipakai mengevaluasi eksentritas e', dan N"o,
adalah baut angkur yang mengalami gaya tarik saja. Gambar 8. 193 Kerusakan pecah belah (splitting)

Baut angkur pasca pasang pada beton polos, tanpa tulangan kon-
disi tidak retak, maka perlu memperhitungkan adanya tegangan
tarik belah (splitting) saat pemasangannya. Untuk memperhitung-
kannya dipergunakan faktor modifikasi Y.-

'
Iikaco,mtn >cac rnaka
Y.r,r=1.0..... . (D-11ACI)

Iikaco,mln<coc maka
'
cn.*m 1 5h4
Elsvasi rlr .. _
ycp,N- 4 . ... (D-12 ACD
co" - co,
Elevasi
(a)|ika semua baut ang&ur mer€nma gaya hrik (b) iika tidak semua baut angkur meneilma gaya tarik Untuk kasus lain, juga baut angkur tipe cor ditempat, Y.o.*.= 1.0.
Gambar 8.192 Parameter e'N pada kelompok bautangkur (ACl 20111 Kuat dasar jebol (breakouf) beton angkur tunggal terhadap tarik
Faktor modifikasi untuk memperhitungkan pengaruh baut angkur
pada kondisi beton reta( N, dapat dihitung sebagai berikut.
di bagian pinggir pondasi, Y"o.* dan berlaku terhadap baut angkur Nb:k"l,^{It# ........ [D-6ACD
tunggal maupun baut angkur dalam kelompok.
dimana
Iikaca,mln
'
. > 1.5 lret-maka k"= 7O ...baut angkur tipe cor ditempat.
Y.a,r = 1.0 ............ .. (D-9 AcD
k,= 7 .....baut angkur tipe pasca pasang.
likacn^rn< 1.5 h.rmaka )uo .........faktor modifikasi untuk material beton ringan, untuk
r[,r,r:0.7+o3ffi (D-IoACD
angkur cor di tempat maka Xo= )". Beton normal l. = 1,
untukbeton ringan )"-0.75 - 0.85, lihatketentuan 8.6
ACr (201r.J.
Terjadinya keretakan beton pada beban kerja mempengaruhi kuat
tarik baut angkur. Retak adalah kondisi yang tidak ideal. Kondisi Alternatiflain khususnya untuk baut angkur kepala segi enam dan
itulah yang dipakai code untuk memperhitungkan kuat tarik baut sfudtipe cordi tempat, dimana 280 mm . hq 3635 mm, maka kuat
angkur agar konservatif. |ika terjadi retah maka Y..* = 1.0 karena dasar jebol beton angkur tunggai terhadap tarik, No dapat dihitung
memang sudah diperhitungkan oleh code' sebagai berikut.
Bila ternyata baut angkur dipasang pada elemen beton yang pada lvt=s.gt,\f(hyt ........ (D-7Acr)
kondisi beban kerjanya tidak rnengalami retak, maka kuat tarik
dapat ditingkatkan lagi dengan faktor modifikasi, yaitu Y.,* = L-25 Panjang baut angkur > 635 mm, berdasarkan hasil uji empiris atau
untuk baut angkur cor di tempat, dan Y"^ = 1.4 untuk baut angkur analisis memberikan hasil yang tidak konservatif IACI 20LL).
pasca pasang jika ( = 7 dipakai pada persamaan D-6 (ACI 201'1").

776 Bab 8. Sambungan Struktur Mryanto Dewobroto - Strukhrr Baia


777
8.77,4. KuatCabut (PuIIout) Anglanr dari Betonnya. baut angkur tidak berpengaruh. fadi kuat cabut baut angkur ter-
gantung dari besarnya kepala baut angkull mutu betonnya.
+ Baut angkur kepala segi enam atau sfud memanfaatkan mekanis-
I
me tumpu sehingga tidak perlu panjang lekatan atau ulir. Karena
itu pemakaian ring atau washer pada kepala baut untuk menam-
bah luasan bidang turnpu akan efektif' Pada code lama (ACI 2002)
usulan ring yang dimaksud belum tercantum, tetapi adapad'a code
terbaru (ACI 2011) telah disertakan,lihat Gambar 8.184a.
Kuat cabut terhadap tarik, N, baut angkur kait tipe cor di tempat
(baut-L atau baut-J]. dapat dihitung sebagai berikut

rl 4 = O.S f"' eodo ........ (D-1s ACI)

dengan 3do< ens 4 5 d" dimana


!\ -*l--]

.-.;-- eh .,.......jarak dari permukaan sebelah dalam bar-rt-J atau baut


:- L ke ujung luarrrya, mm.
Gambar 8. 194 Baut angkur tercabut dari betonnya (Lundin 2012J
do . "..diameter luar dari baut angkuS mm.
Kuat cabut rencana terhadap gaya tarik, 0N,, baut angkur tunggal
Angkur kait juga memakai mekanisme tumpu seperti baut tipe
cor di tempat atau pasca pasang bertakik tidak lebih besar dari :

kepala segi enam alau stud. dan tidak tergantung dari panjangnya.
QNrn=0Y*N; ""' [D-13ACD Untuk mutu beton sama, tentu dapat dibuat perbandingan antara
keduanya (data dari Tabel 8.21), sebagai berikut.
dimana
Tabel B. 21 Perbandingan kuat cabut baut angkur tipe cor di tempat
Nr, ........ k,rat cabut f,pullout) nominal baut angkur'
Tipe Kepala Segi Enam Tipe Kait
O ..........faktor reduksi kekuatan, yaitu 0.75 (Kondisi-AJ dan
0.7 (Kondisi-B). da = f-in
..
do= 1 in
Y".n .......faktor modifikasi untuk angkur pada daerah yang A.brg = L.'i.63 in2 eh'- 4.5 do = 4.5 in
secara analisis belum timbul retak pada kondisi beban
4 = B"t'to3 f"'=9.32 f,' No= 0.9 f"'x4.5x1 = 4.05f"'
kerja. fika telah retak maka Y..o = 1.0
230o/o 100o/o
Kuat cabut terhadap tarik, N, dari baut angkur cor di tempat tipe
kepala segi enam atau stud, dapat dihitung sebagai berikut
Informasi di atas menunjukkan bahwa baut angkur dengan kepala
No=BAu*f"'............. ..... [D-14ACD
segi enam, mempunyai kapasitas cabut yang lebih besar dibanding
dimana angkur kait. Apalagi jika ditambah dengan ring atau washer, Oleh
sebab itu jenis tersebut populer [Fisher dan Kloiber 2006).
Ar* .......Iuas tumpu neto dari baut angkur kepala segi enam'
atau angkur stud,mm2,
Kuat cabut tarih No adalah ketika terjadi kerusakan beton pada
bagian kepala bautLngkur akibat tumpu, meskipun baut angkur
belum tentu tercabut semua' fadi parameter panjang penyaluran

Bab 8. Sambungu Struktur


774 Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 779
8.77.6. Kuat Lekat Angkur Adesif Terhadap Tarik
8.77.5. KuatAmbrol Samping (Side Face Blowout)
Kuat lekat nominal angkur adesif terhadap tarik, N, (tunggal) atau
N,, (kelompok) tidak boleh melebihi nilai berikut.
*r=***,Na'Ycp,Na'Nba.. ........ (D-loAct)
N*=*yr",Na.yeti,Na.yrp,No Nao .... ... (D-19AcIl

dimana
A . ....faktor reduksi kekuatan angkur pasca pasang, nilainya
0.75 - 0.45 tergantung kategori sesuai ACI 355.2 atau
ACI 355.4M dan kondisi tulangan.
Ar,o .......luas proyeksi pengaruh angkur adesif tunggal untuk
jarak tepi > cn,o [mm). Lihat Gambar 8.195a.
Gambar 8. 195 Kuat ambrol muka tepi beton (Lundin 2012)
A*o...,....Iuas proyeksi pengaruh angkur adesif tunggal atau
Kuat ambrol muka samping (side face blowout) rencana beton ter- kelompo( untuk perhitungan kuat lekat terhadap
hadap tarik, f,N"u baut angkur yang dipasang di pinggir pondasi tarik (mm). Lihat Gambar 8.195b.
dengan h", > 2.5co, perlu dievaluasi. Besarnya N", diambil tidak
boleh lebih dari :
N,o:(rzc,r.!V*)^,"[I ...... (D-].6ACrJ

dimana
N"a .... kuat ambrol (blowout) nominal terhadap tarik'
0...........faktor reduksi kekuatan. yaitu 0.75 (Kondisi-A) dan (a)
0.7 (Kondisi-B). Gambar 8. 196 Luas proyeksi pengaruh angkur adesif (ACI 2011)

fika baut angkur di daerah pojok pinggir dan cor<3co, maka nilai Beberapa perhitungan terkait.Aroo dan A *,adalah sebagai berikut.
N", harus dikalikan dengan
*)+ dimana, = * =r.
{,. Aruoo:(kxo)', (D-20 ACD

Untuk baut angkur kelompok yang dipasang dipinggir pada keda- r:--
cr, =70d,r1ff (D-z1AcrJ
laman pasang h*> 2.5co, dan spasi antar angkur kurang dari 6cor,
maka kuat nomihal angkur kelompok yang aman terhadap ambrol lika c,, dan c,, < c No, i\gas, dan s, < 2c *,maka
muka samping, N,r, diambil tidak lebih dari : *r+ s, + co, )r. (c ro + s, + c or)
Aro = (,
r*, =(t+--s-)r", ... ........ (D-17ACD Faktor modifikasi beban tarik yang eksentris pada grup angkur.
ll -' \
dimana s adalah jarak antara angkur terluar ke bagian pinggir dan Y,,,N,=tf ..... (D-23ACII
\t+,*L)<1.0...
N"u diperoleh dari persamaan D-16 (ACI 20L1) tanpa modifikasi
Faktor modifikasi pengaruh tepi angkur tunggal atau grup angkur.
terhadap jarak tepi tegak lurus .
Jika co,^,n> cr, maka Y ea,tta = 1 .... ..... (D-24 Acl)

lika c,..*<cr, maka Y -a.7 +a ,(#) .... (D-2s Acr)


"o,ro

Bab 8. Sambungan Struktur


Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 741
7_A.O
Faktor modifikasi angkur yang didesain dengan beton tidak retak 8,77.7, Kuat BautAngkur Terhadap Geser
dan tanpa tulangan khusus.

lika co,^,n> cro maka U"p,ry = 1.0 ........ (D-26 ACo

lil<aco-^<crvo maka S"p,rv =S> * ...... (D-27ACI)

Kuat lekat dasar dari angkur adesif tunggal terhadap tarik pada
kondisi beton retah No, tidak boleh lebih besar nilai berikut :
Nu,=7"r;rdohrl .. ..... (D-zzAcl)

dimana rrtegangan lekat karateristik, yang diambil dari5o/ofrak' Gambar 8. 197 Kerusakan geser pada baut angkur (Lundin 2012J
tile hasil uji berdasarkan ACI 355.4M.
Kuat geser rencana baut angku6 tl V,o tergantung bahan material
Daripada membuat pengujian untuk mendapatkan t"" di atas maka dan dimensinya. Kuat geser angkur stud dicor di bagian pinggir :
angkur yang memenuhi kriteria [1] ACI 355.4M; [2] lubang dibuat
dengan bor jenis rotary-impact l3l mutu beton minimal 17 MPa; tPV*= Q A*.rf,tu ....., [D-28 AcD
[4] umur beton minimal 21 hari; [5] suhu waktu pemasangannya
minimal 10', maka Tabel D.5.5.2 (ACI 201,1) dapat dipakai. Baut angkur sfud mempunyai kuat geser lebih besar dibanding baut
Tabel 8. 22 Tegangan Iekat karateristik minimum IACI 2011J angkur kepala segi enam atau angkur kait. Itu dikarenakan adanya
efek jepit dari stud yang dilas ke pelat bajanya' Untuk baut angkur
Suhumeks t berkepala jenis cor di tempat maka :
..Eslernbhba.!ir beton oC r; (MPa) fMPa)

Outdoor Basah 79 1.4 4.5


QV,,= Q 0.60 A,",rfu,o . .. (D-29 ACI)
Indoor Kering 43 2.1 7.0
dimana
Catatan : Beban jangka panjang pakai 0,.4tu atau 0.4ru,... Angkur
terhadap beban gempa pakai 0.8r", atau 0.4 r,,... Parameter run"" V,o......, ..kuat geser nominal baut angkur.
dapat diambil jika dari analisis, daerah beton yang akan dipasang .....faktor reduksi kuat baut angkur terhadap gesex, yaitu
angkur pada kondisi beban layan tidak mengalami retak.
d
0.65 (baja daktail), dan 0.60 [baja getas).
Evaluasi kuat lekat nominal hanya diperlukan untuk angkur jenis .A""o.......Iuas penampang efektif terhadap geser. Untuk tipe
adesifsaja. Selanjutnya perlu diperhatikan juga karakter kerjanya. pasca pasan5, A,".n sesuai spesifikasi pabrik. Untuk
Angkur adesif dengan panjang tanam relatif pendek, iika dibebani angkur berulir dapat dihitung sebagai
tarik maka betonnya yang jebol (breakout). OIeh sebab itu peren-
canaan angkur tersebut juga perlu mengevaluasinya berdasarkan A".,n =*(d"--#)' ..... (A-3-6Arsc)
kuat jebol beton, memakai persamaan D-3 dan D-4 (ACI 20L7).
Angkur adesif yang panjang tanamnya relatif panjang [dalam), A,",, =t(do -0.g382P)2 (A-3-6M ArSCJ

kerusakannya ditentukan oleh kuat lekat. Bisa saja terjadi, angkur


adesif tunggal yang dipasang mengalami kerusakan lekat, tetapi nt..... ....jumlah ulir per mm (atau ulir per inch).
dengan panjang tanam sama, dipasang berkelompok atau diping-
P ..........pitch, mm per ulir (atau inch per ulir) .
gig ketika ditarik dapat mengalami kerusakan (jebol) di betonnya.
Oleh sebab itu kuat lekat angkur adesif terhadap tarik yang dapat L..........k at tarik baut angkur yang disyaratkan, tidak lebih
dipakai, tidak boleh lebih besar dari kuat jebol betounya. dari nilai terkecil 1.9 froatau 860 MPa.

Smbungm Struktur
7a2 Bab 8.
Wiryanto Dewobrcto - Struktur Bara 743
8.77.8, KuatJebol (Breakout) Beton Terhadap Geser Jarak tepi kritis baut a.gkur
kepala segienam, angkur stud,
angkur bartakik, angkur le*on-
trol perpindahan adalal' 1.5c,1
1
rMs
,5cr1

*T I v
I
Titik pusal baut angkur
$cn* yarg rnemotong permu-
L- kaan bebag

Bagian tepi
dari treton -/ IampakAtas

Gambar 8. 198 Beton jebol terhadap geser (Lundin 2012)

Kuat jebol beton rencana terhadap geser dari baut angkur adalah
QV"u ltunggal) atau
pv.r., fkelompok). Adapun kuat jebol beton no-
minal baut angkur dihitung dari persamaan berikut :
Ay"o = 2(1.5c,1) x (1.scal)
Baut angkur tunggal. = 4.5c*sz
Tampak Oepan Potongan Samping
u"u =** .y .y n., .vn ........ (D-30 ACI)
.\". (ACI 20111
"o,v ",v Gambar 8. 199 llustrasi luas proyeksi maksimum

lf cra < 1-5crl


Baut angkur kelompok. lf hd < 1.5ca1 and sl < 3cal
n
v*o=iJLvec,v.Yed,v.Yr,v.Ya,v.vb
Av",
.... .... (D-31ACD
i
,"_
dimana t
L5c"r 'l.5c"r c52 1,5cr,q

0... .... .faktor reduksi kuat rompal beton terhadap geser dari 4rc: 2(1.$ril)hr 4,. - 1-5c"r(1.5c., + cd) /qe.3 [2(1.Scd] + srlra
baut angku4, sebesar 0.75 untuk Kondisi-A (dipasang (a) Pinggir (b) Pojok (c) Pinggir angkur ganda

tulangan tambahan), dan 0'70 untuk Kondisi-B iika Gambar 8. 200 Luas proyeksi kerusakan dari baut angkur tunggal & (ACI 20111
hanya beton saja, tanPa tulangan'
Untuk memperhitungkan Au" dari baut angkur kelompok ada be-
Ar*........1uas proyeksi kerusakan beton terhadap geser dari
berapa skenario yang bisa terjadi (lihat Gambar 8.20!), yaitu :
baut angkur tunggal untuk perhitungan jika tidak
dibatasi oleh pengaruh posisi pinggir atau pojokan,
spasi dan ketebalan beton (mmz). c"r,t,
/-w---
Au".........1uas
-- proyeksi kerusakan beton terhadap geser dari , s".,,,7*t', u",,|
h'
1.5c,t.r
bautangkurtunggalataukelompok,untukperhitungan - 2(1.5c.r.1}h, C," = 2(1.5aa,rllto Avc= 2(1.5crt,1th,
kuat geser (mm')' ^r.
lfhq< 1,5c61 lf ,r, < 1.5c.! lf h" { 1.5c6r

(b). Kasw 2 (c). Kasus 3


{a). KarG 1

Gambar 8, 201 Luas proyeksi kerusakan dari baut angkur ganda A," (ACI 2011)

784 Bab 8. Sambungan Str!*tur Wiryanto Dewobroto - Strulftur Baia 7AS


_-j-J---r
Kasus 1 : Asumsi pertama, dianggap Yz gaya geser terdistribusi pa- ffi
lffi
rffio:ffi__,
rffio:ffi__,
i

da baut angkur paling depan pada luas bidang proyeksinya. Para-


|ilffiffi
i

meter kuat jebol beton terhadap geser diambil caLT= cal. lkffi___1'"i l"'I
Kasus 2 : Asumsi kedua. dianggap gaya geser total terdistribusi
sekaligus pada luas bidang proyeksinya, tetapi ini hanya berlaku
jika baut angkur dilas pada pelat penghubungnya secara kaku.
ffi=l-l
lampak Atas
Parameter kuat jebol beton terhadap geser diambil c.L1= co1.
Gambar 8. 203 Eksentrisitas geser pada grup baut angkur (ACl 2011)
Kasus 3 : fika s I cot.t maka semua gaya geser dipikul baut angkur
terdepan pada luas bidarig proyeksinya. Parameter kuat jebol be- Faktor modifikasi untuk memperhitungkan pengaruh baut angkur
ton terhadap geser diambil coLT= cal. Tetapi ini tidak berlaku jika di pinggir pondasi, Y"r.u dan berlaku unttrk nilai terkecil dari c,r.
baut angkur dilas kaku dengan pelat penghubungnya. lika c,, > 1.5 c", maka
Y"a,v = 1.0 .... (D-37 ACD

lika c,, < 1.5 c., maka

Vt *ea,v =0.7+A3& (D-38 ACrl

Gambar 8.202 Pengaruh orientasi gaya terhadap kuat jebol beton


Adanya retak beton pada beban kerja mempengaruhi kuat geser
Pada kasus dimana arah gaya geser terjadi paralel terhadap sisi baut angku4 dan retak adalah kondisi yang tidak ideal. Kondisi
pinggir beton sebagaimana terlihat pada Gambar 8.2O2 maka gaya itulah yang dipakai code untuk memperhitungkan kuat geser baut
geser maksimum sejajar Vll, yang ditentukan kuat jebol beton angkuq, sehingga Y..u = 1.0. Untuk baut angkur pada elemen beton
adalah dua kali lipat dari gaya geser maksimum tegak lurus, VJ-. yang belum retak saat kondisi beban kerja, maka kuat gesernya
dapat ditingkatkan dengan faktor modifikasi, Y ,., = L.4.
Kasus lain jika gaya geser paralel terjadi pada baut angkur bagian
pojok. Untuk itu maka perlu dievaluasi dalam dua kondisi, yaitu jika Untuk beton yang mengalami retak tapi disediakan tulangan mini-
dianggap terjadi pada arah tegak lurus dan pada arah paralel juga mum No.13 atau lebih besar dan tulangan sengkang yang rapat
seperti terlihat pada Gambar 8.203. (jarak sengkang kurang dari 100 mm) maka Y.u = 1.4 masih bisa
digunakan. fika tidak ada tulangan sengkang yang rapat [hanya
tulangan memanjang saja) maka Y,u= 7.2.
Faktor modifikasi kuat geser baut angku4, Ynu jika dipasang pada
elemen beton dengan tebal h,< 7.5 c", maka

*n,v = > 1.fl . .. (D-36 AcD

Gambar 8. 203 Kuat jebol beton terhadap geser di daerah pinggiran Kuat dasar jebol beton terhadap gaya geser dari baut angkur tung-
gal pada beton yang telah merrgalami retak adalah nilai terkecil dari
Faktor modifikasi kuat geser baut angkur kelompok dengan beban dua persamaan berikut :
eksentrisitaS, Y...v dihitung sebagai berikut : . o_2

1
1-)
Qn, =t----::-<1.0 ..' '...... (D-36ACD vu = o'6 gl

dr)
l'**)
Wiryanto Dewobroto - Sttuktur Baia 787
746 Bab 8. Sambungan Strulftur
atau k"r= 1.0 untuk h", < 65 mm
k"o= 2.0 untuk h", > 65 mm

dimana untuk baut angkur cor di tempat dan pasca pasang jenis mekanik
seperti tipe bertakik atau tipe terkontrol perpindahan, maka
1"...........panjang tumpu angkur terhadap gese4, 1"= /t", untuk
panjang dengan kekakuan konstan, atau 1"= 2d, untuk N* = N"a dari Pers. D-3 IACI 201,7).
angkur pasca pasang kontrol torsi, untuk semua kasus dari pers. D-4 (ACI201,7).
cpq N-,
N---= coq
l"< 8do.
Sedangkan untuk baut angkur pasca pasang tipe adesif, maka
Baut angkur tipe cor-di-tempat yang dilas menerus pada pelat
penghubung dengan tebal minimum 10 mm atau /z diameter baut N:cpg = N"undati pers. D-4 IACI 2011) atau
angkur maka persamaan D-33 (ACI 2011) dapat diganti dengan Ncpg = Ifos dari pers. D-19 (ACI 2011), pilih yang terkecil.
persamaan D-35 (ACI20L7) sebagai berikut.

8.77.70. Interaksi Gaya Torik dan Gaya Geser


Gaya tarik dan gaya geser bisa terjadi sekaligus. Jika salah satu gaya
8.77.9. Kuat Rompal (Pryout) Beton Terhadap Geser
tersebut mempunyai rasio gaya perlu dibanding kuat rencananya
lebih kecil dari 20%o maka gaya lain masih dapat bekerja secara
maksimum tanpa terjadi interaksi antara keduanya.
fika keduanya mempunyai rasio gaya perlu dibanding kuat rencana
lebih besar dari 20o/o maka akan tejadi interaksi keduanya dan
harus memenuhi kriteria D7 (ACI 2077), berikut
Nr,r,
*Vuo a1.z ..... (D-42 ACt)
dN, OV,

Daerah aman bekerjanya gaya tarik dan gaya geser sekaligus pada
1..',. ": ".i .* :. baut angkur dapat dilihat pada kurva interaksi berikut.
Gambar 8. 205 Kuat rompal @ryout) beton (Lundin 2012J

Kuat rompal beton rencana baut angkur tunggal, <p V,oatau kelom-
pok, QV"peterhadap gese4, dan kuat nominal baut angkur tunggal :
fftryli{fri'.=1
V*= k*N* .. (D-4oACD \-..
dan baut angkur kelompok:
V*n=k*nN*n .. (D-41ACI)

dengan o.2oNn

0...... . ...fal<tor reduksi kuat rompal beton terhadap gese4, 0.75


vn
untuk Kondisi-A (tulangan tambahan), dan 0.70 untuk o.zdu, ivn
Kondisi-B (tanpa tulangan beton).
Gambar 8. 205 Kurva interaksi gaya tarik dan gaya geser pada angkur

788 Bab 8. Sambungm Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Eaja 789


8, 7 7. 7 7, Contoh Perencanaan B aut Ang lanr 2. Kuatjebol (breakout) beton terhadap tarik
Contoh perencanaan ini mengacu pekerjaan Lundin (2012) hanya Posisi angkur tidak dibatasi tepi beton atau c,, > 1.5 h,, maka
unit satuan telah diubah dari satuan Imperial ke SL Ada lima [5J
contoh perencanaan yang ditinjau, yang diharapkan bisa meng- A*"/A*"o (D-5 ACD

eksplorasi tahap penting perilaku baut angkur tipe cor di tempat. Y"a.N= 1.0..... .,..... {c.^,,>7.5h)
Contoh yang dimaksud adalah :
Y".* = 1.0 .,.. (beton retak)
t. Bautangkurtunggalterhadap tarik.
Y"r.* = 1.0...... ........ [angkurcorditempat)
2. Baut angkur tunggal terhadap geser.
k"= 10 ... .. . (baut angkur tipe cor ditemPatJ
3. Baut angkur kelompok terhadap tarik dan geser : bagai-
Xo faktor modifikasi material beton ringan, untuk angkur cor
mana pengaruh baut angkur kelompok yang ditempatkan
di tempat maka I, = ). dan beton normal )" = L.
di bagian tepi atau pinggiran struktur beton.
4. Baut angkur kelompok terhadap tarik dan geser : masih
mengacu contoh sebelumnya, bagaimana jarak ke pinggir Nra=*Y"nrv.Y",rv .Y,p,w.Nt:54.8kN.... (D-3Acr)
menjadi berkurang.
Q= 0.7 (tanpatulangan,kondisi-B)
5. Perencanaan tulangan tambahan dari contoh sebelumnya.
QN"u= 0.7x54.8 = 38.4 kN

Soal 1: Baut angkur tunggal terhadap tarik. 3. Kuat cabut Qtullout) baut angkur dari beton
Baut angkur $16 mm mutu A36 Fy250 Y.,, = 1.0 .... (beton retak)
MPa dan F,4OO MPa. Panjang benam h",
Angkur hex $16 mm [5/S") dari Tabel 8.L9 -+ Ar,,(, = 292 mmz.
= 100 mm, beton{'30 MPa.
N-p = 8 A--^f-'=8x292x30/7000
Drg' c =70.'J' kN. ... ... (D-14ACl)
Note : tidak ada tulangan khusus, beton
retak dan bukan struktur tahan gempa. tpnc,pp-Y
6N N =1"x70.7=70.1kN.... ..... (D-13ACI]

Hitung kapasitas tarik batas N dari angkur cor di tempat, di atas. Q= 0.7 . . [tanpa tulangan, kondisi-BJ

fawab: QNon=O.7x70.1 = 49.7 kN .... ........ (D-13Acl)

1. Kuat baut angkur terhadap tarik 4. Kuat ambrol (blowout) muka tepi beton dari tarik.
Baut angkur S16 mm x 5/8 in dari Tabel 8.19 -+ kt= LL ulir/in Kondisi batas ini diperlukan iika h"r> 2.5co, karena posisi baut
atau 0.433 ulir/mm. Untukpltch P = 25.4/77= 2.309 mm/ulir. angkur tidak dibatasi oleh tepi beton (to, = -) sehingga tidak
:t(L6-ffi)':148.5 mm2... (A-3-6AISC) perlu ditinjau.
A*,N
5. Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap tarik.
A,",r =f;(L6-0.9382*2.30s)2 :rso.s mmz.,.. .... (A-3-6MAIscJ

Tabel 8.19 juga memberikan hasil yang mirip dari hitungan di


a. Kuattarikbautangkur = 43.6 kN
atas. untuk {16 mm x d"= $f g in makaA",, = 145.8 mmz.
b. Kuat jebol beton = 38.4 kN -+ menentukan.
c. Kuatcabutbeton = 49.1 kN
Q= 0.75... '..... .. (A36 -+ baja daktail terhadap tarikJ
d. Kuat ambrol muka tepi beton = N/A
LN*=Q'Au,"',f," =gEo+o*aru=43'6 kN @-2ACl)

Bab 8, Sambungan Struktur


790 Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 791
Soal 2: Baut angkur tunggal terhadap geser. SoaI 3: Baut angkur kelompok terhadap tarik dan geser'

Baut angkur S16 mm mutu 4.36 F-.250 Empat baut angkur Q19 mm mutu 4'36
MPa dan F,4OO MPa. Panjang benJm h., F" 250 MPa dan F, 4O0 MPa. Panjang
benam h"r= 3OO mm, beton{'30 MPa,
= 100 mm, betonf"'30 MPa.
N,, = 180 kN dan %" = 4o kN
Note : tidak ada tulangan khusus, beton
retak dan bukan struktur tahan gempa. Note : tanpa tulangan khusus, beton
retak, bukan struktur tahan gempa.
Hitung kapasitas geser batas V dari angkur cor di tempat, di atas.
Hitung kondisi baut angkur cor di tempat tersebut jika dianggap
fawab: base-plate mampu mendistribusikan beban yang diberikan.
1. Kuatbautangkurterhadap geser fawab:
Baut angkur $16 mm s 5/B in dari Tabel 8.19 + il,= 1L ulir/in 1. Kuat baut angkur terhadap gaya tarik
atau 0.433 ulir/mm. Untukpifch P = 25.4/1L= 2.309 mm/ulir,
Baut angkur $19 mm x 3 /4 in dari Tabel 8.19 -+ nr= !0 ulir/in
n"",, =ff(to-W)' :148.5 mm2... ....... (A-3-6 Arscl atau 0.394 ulir/mm. Untukpifch P = 25'4/10= 2.54 mm/ulir'
n"u,, =f,{16-0.9382*2.309)' = 1So.a mm2 ... .... [A-3-6M Arsc)
A,",N--t(7s*W#)' =274'5"'m2..'.'."". (A-3-5AIsc)

Tabel 8.19 juga memberikan hasil yang mirip dari hitungan di A"",r =f,(te*0.9382+2.54)' =2769 mmz .. ...... (A-3-6MAlsc)
atas, untuk f 16 rnm x
d,= $f $ in maka.A",u = 145.3 m1j,z. Tabel 8.19 juga memberikan hasil yang mirip dari hitungan di
Q= 0.65.. (A36+bajadaktail terhadapgeser) atas, untuk $ 19 rnm d, = 3 14 in maka ^A,"., = 2L4.8 mmz.
=
kN N",:A"",N.f*,=AW:B5.BkN .. (D-2ACD
OVsq = O.O.6As",v .
furu = 22.7 .... (D-ze ACI)

Q = 0.'/5 .. (A36 -+ baja daktail terhadap tarik)


2. Kuatjebol (breakout) beton terhadap geser
QN"o= 0.75x85.8 = 64.35 kN.... . ., ... .. (angkur tunggalJ
Posisi angkur ditengah-tengah, dapat dianggap c,t= oo. Dengan
demikian keruntuhan beton dianggap tidak ada sehingga kuat = 4x64.35 = 257.4 kN (angkur kelompok)
jebol beton tidak perlu ditinjau. Kuatjebol (breakout) beton terhadap tarik
J. Kuat rompal @ryout) beton terhadap geser Posisi angkur dipinggir co, = 360 mm < 1.5 h"r= 450 mm maka
Kuat rompal beton nominal baut angkur, V", terhadap geser pengaruh jebol beton perlu dievaluasi'
adalah tidak lebih besar dari : Ar*=9h!y =9x3002 =810,000. mm2... ....... [D-sAcD
k*= 2.0 .. [untuk /r", > 65 mm) Angkur kelompok o, c < L.5 h s, < 3 h d'an s, < 3 h

V*= k*N", ........ (D-4oACD "f ", "rmaka


nr, =(zxt.sn", + ,, )" (r,, + s, + 1.5h,, )
N N = 54,8 kN.. .. . (baut angkur cor di tempat)
"p= "t A = (2x7.5x 30 0+2 5 0) ( 3 6 O + 25 0 + 1,. 5x30 0) = 1, 2 1 9, 0 0 0. mm2
Q=0.7 ...... ftanpatulangan,kondisi-B) ^,
Au,
QV"r=0.7x2.0x54.8 =76.7 kN..... ........ (D-40ACI] ffi=1.5
-,
c ..... (D-sACI)

4. Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap geser. Untukc a.mtn


<1.5h"maka er

a. Kuat geser baut angkur = 22.7 kN -+ menentukan. tp,6,y=0.7+o.eff;=o.t+0.3rffi=0.94 .... ...... (D-1oACD
b. Kuat jebol beton = N/A.
c. Kuat rompal = 76.7 kN U",iv = 1'0 .''... ' (beton retak)

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia


792 Bab 8. Sambungil Struktur
V"o,r=1,0 ... . .........(angkurcorditempat) 7 . Kuat jebol (breakout) beton terhadap geser

4= tO [bautangkurtipecorditempat) Kasus 3 (Gambar 8.207) karena s = 250 mm < cor.r= 360 mm


)'o= I = 1.0 .. .. sehingga semua gaya geser dipikul baut angkur terdepan pada
'. .. .. .. . (beton normal angkur cor di tempat)
luas bidang proyeksinya. Parameter kuat jebol beton terhadap
=2725kN.......
Nb=3.7Xrd{hy;-3'7x1xtE0j3oos/3 .... (D-7A.D
geser diambil cor.r= c,1. Kasus ini dipilih juga karena baut ang-
N"u=*Y"a,r.Yc,,rr.Y"p,w.Nr ...... (D-3ACD kur tidak dilas secara kaku dengan pelat penghubungnya.
4, = (z t.scor,, +,, 1.5.or,,
= 1.5x 0.94x 1x\x272.5 =384.2 kN " )

Y 1.0.,..,..... .........fgayatarikdipusatberatkelompokangkur) = (z x r.s x ae 0 + 250)1.5 x 3 60 =702,0a0. mn:f


".w=
N"w=Y 384.2 kN Ay* = 4.5cf;1 = 4.5x3602 -- 583,200. mmz
""nN"r=
Q = 0.7 [tanpa tulangan, kondisi-B) ,\/c _7O2,O00. _11
kN. ....... e^ -EfiZdil- ''o
QN*n= O.7x384.2 = 269 ' (angkurkelompok)
Untuk co2> L.5 car maka Y 1.0 .. .. .. ... . (D-37 ACIJ
Kuat cabut (pullout) baut angkur dari beton "a.v=
Y.n= 1.0 .... (betonretak]
V r,o= L.0 ..... (beton retakJ
, ,0.2
Baut angkur Q19 mm (3/4") dari Tabel 8.L9 --> Ao,n= 422 mm2 vb:o6l+l Jq^,,[E(r,,)'''... ... (D-33ACr)
\uo )
No= 8 Au*f"' = 8x422x30/1'000 = 101 kN. ."""' (D-14AcD
hel >Bdamaka =9do:152 mm
le ........ {paniangtumpu angkur)
6N =Y N =1x10L=101kN ... [D-13ACD
tpnc,pp
4 = ) =L.0 . ....... (beton normal angkur cor ditempat)
0= 0.7 .. . (tanpa tulangan, kondisi-BJ
y, - o o'(#)o'"€,,','50^,tuo,'s =14g.3kN ....
QNon= 0.7x101 =70,7 kN..... .'.... (bautangkurtunggalJ . (D-33 ACI)
= 4x70.7 = 283 kN. ... .. [angkur kelompokJ V"r,v= 1.0.'... ' '(gayageserdipusatberatkelompokangkurJ
4. Kuat ambrol muka tepi (sideface blowout) beton dari tarik' Yo, = 1.0. '. ..'(h"' 1 5 c.r tidak dibatasi oleh ketebalan pondasiJ

Posisi angkur dipirtggir h"r= 300 mm < 2'5 co1 = 900 mm maka V,as =*Y u,vY ,,vY a,rV6:\'2x7x 1x l- x 1x1'48'3 = 178 kN
"a,vY
pengaruh ambrol muka tepi beton tidak perlu dievaluasi' . ... (tanpa tulangan, kondisi-BJ
Q= 0.7
). Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap tarik. ....... (angkurkelompok)
QV&s=0.7x178-124.6k1{....'
a. Kuattarikbautangkur;257 -) kN menentukan 8. Kuat rompal (pryout) beton terhadap geser
b. Kuatjebolbeton= 269 kN.
c. Kuatcabutbeton= 283 kN k"r= 2.0 (untuk /r", > 55 mm)

d. Kuat ambrol muka tepi beton = N/A Vro= k,o N., .. .... .. (D-40 ACI)

6. Kuat baut angkur kelompok terhadap geser N.o= N.r = 384.2 kN..... ....... (bautangkurcorditempat]

A"ru= A"",rr= 21,4.55 mm2 Q= 0,7 ... (tanpa tulangan, kondisi-B)


<[V"r= 0'7x2.0x384.2 = 537 .9 kN..... ........ (angkur kelompokJ
v*=o.6A,",y'f,*=94ffi;ff3!o=51.5 kN . (D-2eACD
9. Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap geser.
0 = 0.65... , .. .. .. (A36 -+ baia daktail terhadap geser)
a. Kuat geser baut angkur = 134 kN
kN
f I/", = 0.65x51.5 = 33.48 ..........(angkurtunggalJ b. Kuat jebol beton = 125 kN. -+ menentukan.
. c. Kuat rompal = 537.9 kN
= 4x33.48 = 134 kN .. (angkur kelompok)

794 Bab 8, Sambungan SEuktur


Wiryanto Dewobroto - Struldur Baia 795
10. Interaksi gaya tarik dan gaya geser yang terjadi bersamaan. Soal 4: Baut angkur kelompok terhadap tarik dan geser.
Interaksi gaya tarik dan gaya geser yang terjadi bersamaan Empat baut angkur Q19 mm mutu .436 {
perlu dicheck jika kedua gaya mempunyai rasio terhadap kuat 250 MPa dan { 400 MPa. Panjang benam
rencananya lebih besar dari 2oo/o. h.r= 300 mm, betonf'30 MPa. N,, = 18C
Rasio gaya tarik kN dan 7,, = 40 kN
N,o 180 Note : tidak ada tulangan khusus, beton
- 257
- o.z >> o.z
QNn retak dan bukan struktur tahan gempa.
Rasio gaya geser Kondisi sama hanya posisinya digeser lebih ke pinggir' Selanjutnya
hitung ulang kapasitasnya terhadap kombinasi beban yang sama'
Ln=.3L=0.32 >o.z
N, 725 Jawab:
1. Kuat baut angkur terhadap gaya tarik
Chek interaksi sesuai ketentuan D-7 (AIC zOL1-)
Detail perhitungan masih sama seperti sebelumnya, tidak ada
Nuo
*Vu, -g.7+A;;Z=112<1.2 -->ok .... (D-42ACIJ pengaruh meskipun posisi lebih ke pinggia dimana :
ON, OV,
kN
r[N,o= 0.75x85.8 = 64.35 ... fangkurtunggal)
11. Spasi untuk menghindari kerusakan pecah belah (splitting). =4x64.35=257.4kN..... ....... (anskurkelompok)

Salah satu upaya agar tidak terjadi rusak pecah belah saat 2. Kuat jebol (breakout)beton terhadap tarik
pemasangan maka spasi baut angkur minimum adalah 6d"(lt4
Posisi angkur dipinggir co, = 200 mm < 1.5 h"r= 450 mm maka
mm) dari angkur lain atau dari tepi beton'
pengaruh jebol beton perlu dievaluasi.
sr = sz = 250 mm dan co, = 360 mm semua lebih besar dari 6d"' Ar* =9tr =9x3002 :810,000. rnm2... .... ' " ' (D-s Acll
;idi risiko terjadi kerusakan pecah belah relatifkecil' Angkur kelompok c < 7.5 h s, < 3 h dan s, < 3 h
o, ", "rmaka
"f
,+r":(zrL.Shu, + sr)"(c,, +s, +1".5h,7)

Ar" = (2x1..5x300 + 250)x (200 + 250 + 1.5 x 300) = 1,035,000. mmz


!r, :t.ZlS ...... (D-s ACt)

Untuk c
o.^in
I 1.5 h,rmaka
r.fr,a,, =0.7+0 3W:0.7+0.3rffi:0.833 [D-10ACI]

Vr, = 1.0.. .... (beton retakl


V ro,r= 1.0..... ..:........ '..... ' fangkur cordi tempat)
k"=10 .....' [bautangkurtipecorditempat)
Ar= 7- 1.0.... . '[betonnormalangkurcorditempat)

Nu=3.7 lorfflpil3 -zJ"t€9or3003t3 =272.5kN ..... '... (D-7AcD

N"u-*y"a,ru.Yc,w'Yrp,w'Na ... (D-3ACI)

=1.278x0.833xLx1x272'5 = 290 kN

796 Bab 8. Sambungan Struldur Wiryanto Dewobrcto - Struktur Baia 797


Y"", = 1,0,.... .....(gaya tarik di pusatberatkelompokangkur) Untuk cor) 1,5 cormakaV"a,v= 1,0'.'.. ...'. (D-37ACD

N"ts=V"",NN"t= 299 kN V_,, = 1,0 ....... (beton diprediksi telah retak)


' / - \ltl

Q= 0.7 ... . (tanpa tulangan, kondisi-B)


vb=o6t+)"'J+t,,[r;ko,)" .. ... (D-33ACD

Q N"f O.7x29O = 203 kN.. ... fangkurkelompok) hqrS dmaka I"=8d,= 152 mm ....(panlangtumpuangkur)

3. Kuat cabut Qtullout) baut angkur dari beton ... ..


7,= | = 1.0 . . (beton normal angkur cor ditempat)
o.ex( g)0'?,'/rs,1, J3i *(zootr's
Detail perhitungan masih sama seperti sebelumnya, tidak ada vo:ff=61.4kN. ....... (D-33ACll
pengaruh meskipun posisi lebih ke pinggiS dimana:
V 1.0 .... ...... (gayageserdi pusatberatkelompokangkur)
kN..... ",,v=
{Nrn= 7O,7 (bautangkurtunggat) Y o,u= 7.0. .....(ft" t 1.5 c,, tidak dibatasi oleh ketebalan pondasi)

= 4x70.7=282.8 kN. .....,., (angkurkelompok) V"u,= 7.477xLx1x1x1x61.4 = 87 kN

4. Kuat ambrol muka tepi (sideface blowout) beton dari tarik. Q = 0.7 .. (tanpa tulangan, kondisi-B)
c[V,un= 0.7x87 = 60,9 kN ..... (angkur kelompokJ
Posisi angkur dipinggir h"r= 300 mm < 2.5 co, = 500 mm maka
pengaruh ambrol muka tepi beton tidak perlu dievaluasi. 8. Kuat rompal (pryout) beton terhadap geser
5. Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap gaya tarik. kro= 2,0 (untuk /r", > 65 mmJ

a. Kuattarikbautangkur= 257 kN Vro= k"rN., ... ..... . [D-40 AcD

b. Kuat jebol beton = 203 kN -+ menentukan N*=N*=290kN .,... (bautangkurcorditempatJ


c. Kuat cabut beton = 283 kN 4= 0.7 . .. (tanpa tulangan, kondisi-B)
d. Kuat ambrol muka tepi beton = N/A <pV,r= O.7x2.0x290 = 405 kN ....... (angkurkelompokJ
6. Kuatbautangkurkelompokterhadap geser
9. Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap geser.
Detail perhitungan masih sama seperti sebelumnya, tidak ada a. Kuatgeserbautangkur = 134 kN
pengaruh meskipun posisi lebih ke pinggia dimana : b. Kuat jebol beton = 60.9 kN. -) menentukan'
rpV",= 0.65x51.5 = 33.48 kN ..... ....... (anskurtunssar) c. Kuat rompal = 406 kN

= 4x33.48 = 134 kN .. 10. Interaksi gaya tarik dan gaya geser yang terjadi bersamaan.
.. [angkur ketompok]

7. Kuatjebol (breakout)beton terhadap geser Interaksi perlu dicheck karena rasionya lebih dari 20ol0.

Kasus 1 [Gambar 8.201) dimana st = 250 mm > cq].i = 200 mm Rasio gaya tarik Rasio gaya geser
dianggap Yz gaya geser dipikul ke-2 baut angkur paling depan Nu'
-
1Bo
- o.BB7 >>o.z Y*-= 40 =a.66>>a.2
pada luas bidang proyeksinya. Parameter kuat jebol beton oN, 203 dv, 60.9
terhadap geser diambTl cor.r= cor. Kasus ini dipilih juga karena
baut angkur tidak dilas secara kaku pada base-plate-nya. Chek interaksi sesuai ketentuan D-7 (AIC 201'1)

4, =(z"t.s,c,r,, + sr)!.lcor,, !:, * l* = o.BB7 + 0.66 = 7.5s >> 7.2 -+ Not oK. ., .... .. ... (D-42 ACrl
QN,, QV,
= (zx L.s xzoo + zs0)1.5 x 200 = 255,000. mmz
Ay,, = 4.5c2^ = 4.5x2O02 = 180,000. mm2 Diskusi : Konfigurasi base-plate ketika digeser ke pinggir pon-
+ _2SS,OOO. _1 L17 dasi menyebabkan kapasitasnya memikul beban iadi berku-
Av.. 180,000. rang secara drastis.

794 Bab 8. Sambungan Struldur Wiryanto Dewobroto - Struktur Bara 799


Soal 5: Baut angkur kelompok terhadap tarik dan geser. Dalam hal ini gaya geser <!V^ akan dipikul langsung oleh tulangan
baja dengan <p,= 0.75, ketentuan RD.6.2.9 (ACI 2011). fika dipakai
Kondisi base-plate masih sama seperti
baja ulir mutu BITD 40 (F,400 MPa) maka luas tulangan baja yang
soal terdahulu, terdiri dari empat baut
diperlukan adalah sebagai berikut.
angkur S19 mm mutu 4.36 F..250 MPa
aan r, ioo uPr. Panjang bdn"m ang- QV,=t1:,A,Fu --> e,= %--= ='39'o?9:
x 400
= 427 mmz
Q,Fn 0.75
kur h", = 300 mm, mutu beton f' 30
Pakai 2D19 dimana A"- 567 mrn2, sehingga kapasitas geser yang
MPa. Beban rencana yaitu lV," = 180 kN
danV,,= 40 kN dapat dipikul adalah $V,= QA"F"= 0'75x567x400/1000=170 kN'

Note : tidak ada tulangan khusus, beton Kondisi batas untuk geser hanya terjadi pada perilaku keruntuhan
retak dan bukan struktur tahan gempa. jebol beton terhadap geser yang diambil alih tulangan hairpin'

Rencanakan baja tulangan yang diper- Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap geser.
lukan agar base-plate dengan kondisi a. Kuat geser baut angkrtr = 134 kN -+ menentukan.
beban yang sama dapat dipindahkan ke b. Kuat jebol beton yang diambil alih tulangan = 170 kN.
bagian pinggir seperti Soal No.4. c. Kuat rompal = 406 kN
|awab: Interaksi perlu dicheck karena rasionya lebih dari 20%'
Baja tulangan yang direncanakan dapat meningkatkan kapasitas Rasio gaya tarik Rasio gaya geser
dukung baut angkur kelompok di atas, menurut ACI (2011J dise- N,, vuo 4o :0.3>>0.2'
but tulangan angkur hairpin. Tulangan tersebut harus dipasang -
1Bo
- o.BBT >>o.Z :
dN" 203 ov, 1-34
sedekat mungkin dengan permukaan beton, dan bagian tekukan
harus dapat menempel langsung dengan baut angkur agar terjadi Chek interaksi sesuai ketentuan D-7 (AIC 201L)
transfer gaya yang efektif. Karena tulangan angkur hairpin hanya N" *vu'
memikul gaya geser maka kapasitas terhadap gaya tarik angkur -g.BB7+0.3 =L.IBT <<l.z -+ oK ... ...... (D-42ACr)

tidak mengalami perubahan. dNn dv,


Rangkuman kuat batas baut angkur terhadap gaya tarik, sama Diskusi : Dengan penambahan tulangan angkur hairpin 2D79 m*
seperti sebelumnya, adalah sebagai berikut: ka kuat jebol beton akan diambil alih oleh kekuatan tulangan baja'
Karena kapasitas tulangan hairpin cukup besar akhirnya kuat baut
a. Kuattarikbautangkur= 257 kN angkurnya yang menentukan. Penambahan tulangan baja diseki-
b. Kuat jebol beton = 203 kN -+ menentukan tar baut angkur lebih disarankan daripada harus mendesain ulang
c. Kuatcabutbeton: 283 kN konfigurasi baut angkur atau base-plate-nya.
d. Kuat ambrol muka tepi beton = N/A
Mengacu pada kuat tarik baut angkur yang telah diprediksi di atas.
maka perlu dicari kapasitas gaya geser rencana yang diperlukan
agar memenuhi kriteria gaya gabungan.

* 4o - 180 * 4o a L.2 -+ dV^> 128 kN


N,o
LNn QV, 203 dVn
fika digunakan tulangan angkur hairpin yang dapat memikul gaya
geser maka perilaku keruntuhan jebol beton baut angkur terhadap
geser meniadi berbeda dari ketentuanD6.2 (ACI 2011).

800 Bab L Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 801


8.72. Gusset Plate atau Pelat Buhul Detail sambungan pelat buhul pada jembatan Transfield dianggap
8.72.7. Umum sesuai karena tinggi penampang profil H di antara elemen-elemen
Gusset plate atau pelat buhul adalah sistem sambungan dengan rangka tersebut, ukurannya tidak berbeda jauh. Selanjutnya hasil
pelat baja tunggal atau berpasangan yang berfungsi menyatukan analisis struktur menunjukkan bahwa elemen rangka horizontal
elemen-elemen struktur rangka batang (fruss). Umumnya jumlah memikul gaya yang lebih besar dari elemen diagonal. Kondisi itu
elemen struktur yang disambung berjumlah tiga atau lebih. dapat diamati dari dimensi elemen horizontal yang lebih besar.
Jika kurang jelas, dapat diperhatikan perbedaan lebar pelat sayap
Orientasi elemen-elemen baja pada suatu struktur bisa bervariasi. penampang elemen horizontal dan penampang elemen diagonal.
Oleh sebab itu bentuk pelat buhulnya juga bisa beraneka ragam, Adapun bentuk pelat buirul yang minimalis patut dipertanyakan'
Untuk memahami, ada baiknya dipelajari detail pelat buhul dari Bagaimana tidak, ketebalannya terlihat tidak berbeda jauh dari
jembatan Transfield, hasil desain dari Australia, yang populer dan ketebalan pelat sayap profil yang disambungnya. Keraguan timbul
banyak dijumpai di berbagai pelosok negeri ini, Indonesia. karena ada kesan bahwa porsi pelat buhul yang menyambung ke
bagian elemen batang diagonal, lebih besar dibanding porsi yang
menyambung ke elemen batang horizontal, Ini tentu tidak logis
jika membayangkan bahwa kekuatan sambungan elemen-elemen
tersebut semuanya tergantung pada pelat Lruhulnya saja'
Untuk menjawab keraguan yang ada, perlu dipelajari secara detail
susunan pelat-pelat baja di bagian pelat buhul. Tampak isometri
seperti Gambar 8.2087 di bawah ini tentu sangat membahtu.

Gambar 8. 207 Pelat buhul bawah ,embatan rangka Transfield (koleksi pribadil
Balok girder
Detail pelat buhul jembatan Transfield termasuk cukup sederhana melintang

dan dipakai secara berulang. Maklum, elemen strukturnya tipikal.


Kondisi tersebut memudahkannya dari segi pemasangan. Banyak- Pelat sambungan badan

nya pengulangan juga memungkinkan konsep belajar'bisa karena


biasa'akan berlaku. Itu sebabnya jembatan ini sejak tahun 1980 ''7
sukses dibangun sampai nun jauh di pelosok. Bayangkan di era Elemen
tahun itu tentunya infrastruktur pendukungnya masih terbatas. rangka Pelat sambungan sayap
horizontai
fika diamati lebih teliti, pelat buhul [Gambar 8.207) tidak hanya
Gambar 8. 208 Susunan elemen-elemen di bagian pelat buhul (koleksi pribadiJ
sederhana, tapi minimalis. Elemen struktur rangka diagonal yang
disambung terlihat ditempatkan agak jauh terpisah dari elemen Pelat buhul terdiri dari sepasang pelat baja yang menempel pada
struktur horizontal di bawah, hanya tersambung melalui pelat pelat sayap penampang profil H (elemen batang horizontal dan
buhul itu saja. Iika rusak dipastikan jembatan secara keseluruhan diagonal). Dari gambar isometri dapat ditemukan adanya pelat
akan rusak pula. Oleh sebab itu perencanaan pelat buhul yang benar sambung lain selain pelat buhul, yaitu pelat sarnbungan sayap
adalah salah satu kunci sukses jembatan tersebut. dan pelat sambungan badan dan adanya hanya di bagian elemen

802 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 803


batang horizontal. Itu menjelaskan bahwa pelat buhul bukan satu- Mempelajari pelat buhul dengan studi kasus jembatan Transfield
satunya media yang menyambungkan elemen-elemen struktur. fika membantu sekali untuk memaharni bahwa :
sebelumnya kuatir karena porsi pelat buhul yang relatif kecil untuk 7. Penyusunan elemen atau detail sambungan harus disesuaikan
elemen batang horizontal, sekarang tidak lagi. Porsi kecil pelat dengan aliran gaya'gaya internal pada titik buhul. Untuk itu
buhul tersebut akan diantisipasi oleh pelat penyambung sayap perlu analisa struktur yang tepat, agar elemen struktur dapat
dan pelat penyambung badan, sehingga elemen batan g h orizontal mengalirkan gaya-gaya tersebut sependek mungkin. Menghin-
dapat tersambung secara sempurna. dari konsentrasi tegangan tidak perlu, termasuk fenomena
Sampai tahap ini dapat dipahami, sistem sambungan yang terbaik shear-lag yang berpengaruh pada efisiensi batang tarik'
adalah jika setiap elemen-elemen batang dapat disambung penuh. 2. Mengetahui aliran gaya-gaya internal suatu sambungan adalah
Itu berarti juga, total ketebalan pelat penyambung yang dipilih tidak mudah. Kalau sekedar memprediksi berdasarkan anali-
tentunya tidak boleh lebih kecil dari elemen yang disambung, srs elastis linier, bisa terkecoh. Maklum sambungan berpotensi
Bagian yang paling lemah akan menentukan kekuatan sambungan. terjadi konsentrasi tegangan sehingga berperilaku non-liniex,
Mengapa bisa disebut terbaik, karena jika semua elemen-elemen seperti plastisitas, yang mengubah drastis perilaku elastisnya.
penampang dapat tersambung, maka reduksi kekuatan akibat Karena itu, cara sederhana tetapi efektif adalah meniru detail
fenomena shear-lag [U) menjadi tidak ada. Penjelasan fenomena sambungan yang terbukti sukses dipakai, misalnya detail
tersebut dapat dilihat pada perencanaan sambungan batang tarik titik buhul jembatan Transfield yang dibahas. Untuk detail
di Bab 4 dan sambungan baut di Bab 8 pada bagian depan. sambungan yang baru, yang belum pernah ada sebelumnya,
maka uji verifikasi secara empiris di laboratorium akan mem-
Dengan mengevaluasi sambungan titik buhul jembatan Transfield, bantu memprediksi perilakunya sehingga dapat direncanakan
dapat dipahami bahwa sistem tersebut tidak sekedar sambungan sistem sambungan secara andal.
pelat buhul semata. Ada dua mekanisme yang bekerja, yaitu [1]
sambungan baut tipe geser untuk batang tarik [lihat Gambar 3. Mekanisme kerja sambungan titik buhul iembatan Transfield,
8.43); dan [2] sambungan baut tipe geser yang menghubungkan tidak sepenuhnya baru. Sebagian sudah diketahui karena ana-
pelat buhul dengan elemen batang diagonal dan horizontal, serta logi dengan sambungan baut tipe geser untuk batang tarik,
balok girder yang melintang di sisi dalamnya. yaitu sambungan batang horizontal. Oleh sebab itu, semua
kondisi batas perencanaan sambungan baut juga berlaku.
Meskipun minimalis, tetapi begitu meyakinkan kinerjanya. Oleh Untuk menghindari perlunya evaluasi ulang penampang yang
sebab itu wajar jika sistem pelat buhul tersebut juga dipakai pada disambung, maka pilih total tebal pelat penyambung sama
sisi atas jembatan dengan sama baiknya, lihat Gambar 8.209. atau lebih besar dari tebal elemen pelat yang disambung'
4. Hal baru yang belum dibahas adalah pelat baja yang menem-
pel pelat sayap profil batang horizontal, yang menonjol keluar
menyambungkan elemen batang diagonal. Pelat itulah yang
disebut pelat buhul atau gusset plate. Dengan konfigurasi
seperti itu maka fungsinya hanya memikul sebagian saja
dari elemen-elemen rangka yang bertemu pada titik buhul,
yaitu elemen batang diagonal untuk disatukan dengan batang
horizontal. Adapun untuk elemen batang horizontal itu sendiri
masih perlu pelat penyambung sayap dan pelat penyambung
badan secara sekaligus.
Akhirnya, untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu, akan
Gambar 8. 209 Pelat buhul atas jembatan rangka Transfield (koleksi pribadi) dibahas hal-hal yang terkait perencanaan pelat buhul saja.

804 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobrcto - Struktur Baia 805


8.72.2. Rangka Batang (Truss) Tanpa Pelat Buhul kung fakta, banyak dijumpai rangka baja pada bangunan gedung
atau industri yang dapat berdiri baik, tanpa pelat buhul sekalipun.
Struktur rangka batang umumnya memerlukan pelat buhul untuk Elemen struktur hanya disambung dengan las pada elemen profil
menyatukan elemen-elemen struktur dengan baut. Tetapi adanya yang utama, lihat Gambar 8.2LL, dan ternyata aman-aman saja.
teknologi las dan pabrikasi yang semakin maju fpresisi), dapatlah
dibuat struktur rangka batang tanpa pelat buhul. Contohnya Jem-
batan Memorial antara Portsmouth dan Kittery [USA].

(a)" Gedung fsumber: wu,w.flicltr.com) (b).Pabrik (Sumber: Ign. Toto IsmintartoJ


Gambar 8. 2 1 I Struktur rangka batang tanpa pelat buhul

Adanya fakta-fakta di atas tentu mengamini pendapat bahwa pelat


buhul hanyalah masalah detail pabrikasi, yaitu agar elemen rangka
terpasang ditempatnya membentuk struktur secara keseluruhan.
Gambar 8. 210 f embatan rangka tanpa pelat buhul [ref. ww.cmrp.com)
Tanggal 1 Agustus 2007 dunia dikejutkan dengan runtuhnya jem-
Sambungan bautnya seperti yang biasa dipakai pada batang tarik
batan I-35W di sungai Mississippi, Minneapolis, Minnesota, USA.
atau balok, dimana semua elemen profil tersambung penuh. Oleh
sebab itu reduksi akibat shear-lag tidak diperlukan. Bandingkan
|embatan dibangun tahun L960, bentaug 7907 ft [tSB1 mJ, telah
sukses beroperasi lebih 45 tahun, runtuh. Korban 13 orang, L45
dengan sambungan batang diagonal di jembatan Transfield, yang
luka darr 111 mobil rusak, L7 diantaranya tenggelam' Sumber info
disambung hanya pada bagian pelat sayapnya saja.
dari NTSB atau National Transportation SafeSt Boctrd [2008).
8.72.3. Runtuhnya Jembatan I-35W dan Pelst Buhul
Sistem struktur rangka batang (truss) telah dikenal sangat efisien.
Kinerjanya pada bentang panjang hanya terkalahkan oleh struktur
kabel. Tidak heran jika banyak dijumpai pada konstruksi bentang
panjang. Terkait itu, pelat buhul juga telah dikenal sejak awal dan
dipakai pada struktur rangka batang. Umumnya kondisinya aman-
aman saja, kalaupun ada berita keruntuhan struktur rangka maka
penyebabnya adalah stabilitas elemen rangka, bukan pelat buhul.
Ada anggapan bahwa prosedur perencanaan pelat buhul secara
khusus adalah tidak urgent, yang penting telah dichek kekuatan
baut atau las di bagian pertemuan elemen batang dan pelat buhul.
Lalu dipastikan bahwa tebal pelat buhul yang dipakai lebih tebal (bl. Setelah 1 Agustus 2007
[a). 1960 - 30 Sept. 2007
atau minimal sama tebalnya dengan profil yang disambungnya,
maka dianggap memenuhi syarat. Tidak urgent'nya bahkan didu- Gambar 8. 212 Rekam jeiak iembatan l-35, Ivlinneapolis, USA

806 Bab B. Sambungan Struktur


Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia a07
Meskipun usia jembatan lebih dari 45 tahun, pihak berwenang Itu sebabnya riset di bidang ilmu rekayasa, relatif lemah. Topik
tidak tinggal diam. Dari identifikasi, awalnya diduga penyebabnya yang dibuat umumnya sekedar memenuhi persyaratan akademik
korosi. Itu tentu wajar mengingat usia jembatan, juga dukungan semata, mengacu publikasi luar negeri agar dianggap aktual. Sea-
dokumentasi sebagaimana terlihat pada Gambar 8.273. kan-akan maju sesuai perkembangan zaman, tetapi tidak mandiri.
Keruntuhan jembatan I-35W ternyata memicu banyak riset. Tidak
puas sekedar korosi penyebabnya. Tersedianya data-data dan juga
dokumentasi perawatan dari Mn/DOl maka dapat dibuat analisis
jembatan untuk berbagai kondisi. Analisis dikerjakan mulai dari
yang sederhana sampai yang rnemakai program FEM canggih.
Hasilnya, jembatan I-35W yang runtuh adalah dalam kondisi yang
terawat baik, dan dalam pengawasan rutin. Tahun 2003 atau lima
tahun sebelum runtuh, telah dilakukan pengambilan foto untuk
semua elemen struktur dan sambungan. fadi tim analisis sangat
terbantu sekali. Bahkan dari situ juga diperoleh hipotesis awal akan
adanya pelat buhul yang melengkung (Gambar 8.214).
[a). Bagian tumpuan (bJ. Bagian pelat buhul
Gambar 8. 213 Korosi yang diiumpai sebelum keruntuhan (sumber: internet)

Bagi suatu masyarakat yang "tertutup'; atau terbatas akan tenaga


ahlinya, adanya temuan logis yang dapat dibuat "kambing hitam"
memungkinkan untuk langsung diambil kesimpulan : "kerusakan
iembatan adalah akibat korosi, karena usia tua". Kasus ditutup
dan mulai lembaran baru tanpa mengambil hikmah dari kejadian.
Untung saja, keruntuhan terjadi di Amerika, negara yang terkenal
demokratis dan terbuka. Tidak hanya di dunia politik, tetapi juga (a). U10W looking north (b). UlOE looking north
dunia riset dan ilmu pengetahuan. Informasi dapat terbuka lebar;
termasuk data-data penting yang digunakan untuk evaluasi ulang.
fembatan I-35W yang roboh adalah jembatan Minnesota No. 9340,
direncanakan oleh konsultan struktur Sverdrup & Parcel (1960J,
berdasarkan AASHO "standard Specification for Highway Bridges",
edisi 1961, cara tegangan ijin. Hampir semua data terkait beban,
spesifikasi material dan gambar struktur; dapat disajikan ulang
oleh Mn/DOT (PU-nya negara bagian). Ini tentunya karena sistem
dokumentasi yang sangat baik. Hanya saja, data desain pelat buhul
{c). UIO'E looking south (d). U10'W looking south
struktur utama, tidak ada (Holt dan Hartmann 2008). Ini sesuai
hipotesis awal bahwa hitungan pelat buhul dianggap tidakurgent. Gambar 8. 214 Hipotesis awal ada pelat buhul yang melengkung (NTSB 2008)

Umumnya di Indonesia, jika suatu bangunan mengalami masalah, Ini menarih jika dianggap jembatan selalu dalam kondisi terawat,
sangat susah mendapat dokumentasi desain yang dibuat. Evaluasi mengapa kondisi melengkung tersebut tidak terdeteksi dari awal.
hanya didasarkan uji test langsung. Meskipun mengatasi masalah, Konfirmasi yang ada, kondisi melengkung dianggap terjadi sejak
tetapi tidak bisa mengevaluasi cara perencanaan yang digunakan. awal jembatan dibangun, dari masa konstruksi. Bukan kerusakan

808 Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobrcto - Sftuktur Baia 809


baru, yang umumnya ditandai dengan adanya retak-ratak pada cat 8. 7 2.4, Evaluasi Pelat-buhul J emb ata n I'3 5W
pelapis. Argumentasi yang cukup logis. Tetapi bagaimanapun juga,
Adanya dugaan bahwa pelat buhul menjadi penyebab keruntuhan
pelat buhul yang melengkung dapat diartikan sebagai terjadinya
jembatan I-35W adalah semakin kuat' Mula-mula ditemukan foto
tegangan yang besar pada bagian tersebut. Toh pelat buhul yang yang menunjukkan pelat buhulnya rnelengkung, dari temuan fakta
lain, tidak melengkung. Adanya dugaan kurang baik itu ditindak-
di lapangan pelat buhulnya putus sehingga elemen batang yang
Ianjuti dengan mengevaluasi bagian-bagian jembatan yang runtuh,
disambungnya juga lepas, dan terakhir dari dokumentasi gambar
khususnya pelatbuhul kode U10W dan U10E.
diketahui bahwa tebal pelat terpasang adalah yang paling tipis'
Dari temuan lapangan, kedua pelat di titik buhul U10 mengalami
Ada dugaan telah terjadi kesalahan pada perencanaan pelat buhul'
fraktur sehingga batang atas U9 dan batang diagonal L9, terputus' Hanya saja memang tidak diketemukan dokumen yang dimaksud'
Bagian batang yang lain masing tersambung pada titik buhul.
Bisa-bisa memang tidak ada hitungannya, seperti a-nggapan sebe-
North -* lumnl'a bahwa perencanaan pelat buhul itu tidak terlalu penting.
Untuk mendukung hipotesis di atas, bahwa penyebab keruntuhan
+Ug U11----r,
jembatan adalah pelat buhul, maka Holt dan Hartman [2008) me-
lakukan evaluasi sederhana yang dapat dikerjakan secara manual.
Srratu prosedur evaluasi yang sederhana, tapi dapat memprediksi
kinerja pelat buhul sesuai kondisi nyata, tentunya adalah hal yang
berharga untuk dipelajari. Langkah awal dimulai dari mempelajari
bentuk geometri pelat buhul pada titik nodal yang ditirijau. Titik

I
L10
nodal U10 dari rangka jembatan I-35W adalah berikut.

]
Gambar 8. 215 Keruntuhan pelat buhul yang teridentifikasi (NTSB 20081
t=1/2'1As)
Kerusakan titik buhul U10 terjadi pada kedua sisi rangka, polanya o =60>48 *NG
mirip satu sama lain. Kecurigaan terjadinya kerusakan adalah dari q-'I-
pelat buhul, didukung dengan kondisi tebalnya yang relatif lebih
q \ u,,-1,,

tipis dibanding tebal pelat buhul lainnya,lihat Gambar 8.276.


ri
g
d
o
o .t
q.
Gambar 8. 217 Detail titik buhul U1- jembatan I-35W (Holt-Harman 2008J

Belum dilakukan analisis khusus, hanya didasarkan geometri dan


I
U1,t
tebalnya, ternyata dapat ditemukan indikasi terjadinya kesalahan'
Perhatikan panjang bagian pelat buhul tepi, kiri dan kanan, yang
terbuka tanpa tahanan ujung. Spesifikasi AASHO 1961 sebenarnya
a I 3/8" thic* gusset Plab (100 ksi) telah mempersyaratkan bahwa panjang pelat buhul tak tertahan,
: '1" thick gus36t date (50 ksi) d > 48t ha-rus diberi pelat pengaku [Holt-Harman 2008J' Nyatanya
t 5l$'thl6k s$set plata (50 ksi) tidak ada pengaku meskipun d/t> 48.lni jelas tidak sesuai code.
tr I/2l ihbk gueset Plate (50 ksi) itu diperlu-
Selanjutnya perlu dilihat kondisi tegangannya. Untuk
Gambar 8. 216 Distribusi ketebalan pelat buhul (Holt dan Hartmann 2008) struktur menyeluruh terhadap kondisi beban yang
kan analisis
Akhirnya dilakukan studi lebih teliti pada bagian pelat buhul itu' dianggap menyebabkan keruntuhan. Termasuk beban konstruksi,

810
Bab 8. Sambungan Strulitur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 811
Kondisi tegangan pada Potongan B'B
sebab saat runtuh, jembatan sedang diperbaiki' Setelah diperoleh
gaya-gaya internal yang dianggap menentukan, ditinjau potongan Properti penampang, satu sisi pelat buhul saja (72 x 0.5 in).
A-A dan potongan B-B [lihat Gambar 8.278). Teori tegangan yang A-- bt =72x0.5:36 in2 ... (luas potongan)

dipakai adalah teori balok lentur. Meskipun tidak sepenuhnya valid, I* =$cb3 =5x0.5x723 =15552 in4........ ..... (inersiapotongan)
tetapi itu mencukupi untuk memeriksa apakah kondisi titik buhul L=
U10 adalah kritis, dibanding yang lainnva. S* = 1r / !=L5552 / 432 in3 . '... [nrodulus potongan)

Kondisi keseimbangan dititik o.

P = 2zilsx (#) - x+z@r, 1 = -17 3k (tarikJ


v =zz€,ax(#)=reso t
M = zt4z (#)(z o * u) - zzse (ffi )[a o - ( ra * o (93))] = raaze x-rn

(b]. Potongan B-8 Tegangan pada satu sisi potongan.


Gambar 8. 218 Diagram benda bebas potongan pelat buhul [Holt-Harman 2008) 1 = p I n = $x tn F6 = - 2.4 ksi (tarikJ
Kondisi tegangan pada Potongan A-A h = Mls* =lxt+826f 432=77.2ksi
Properti penampang, satu sisi pelat buhul saja (100 x 0.5 in). f,*o,s =V f A = +x18ts9 P6:25.5 ksi
A=bt=t0ox0.5=50 inz .... ....'. [luasPotonsan)
ksi
..'... [inersiapotonganJ f, =trf,*,n =tx25.5-38.3
t*={tb3-f,x0.5x1003 =4L667in4.".
Tegangan utama pada sumbu netral.
S" =I* /$=+tOeZ /#=AZZin3..... (moduluspotonsan)
n-J t. .1
- = +(f,)' : "
$+f +(aa.a)' =38.3 ksi
Kondisi keseimbangan di titik o. il(+) -
p = 22ss x(# - s+o - toz s(*?) = -130 k [tarikJ r .. : f"2 - "-R ::2.4
Jtarik- z -
3g.3 = -39.5 ksi

v= 2288x(#) + tozs(ffi) = 27 23 k fn*,u = S* R=


S + 38.3= 37.1 ksi

M =2288x(#)"r+"(ffi)+1e7s(**)x 1+"(ffi) = :4118 k-in Selanjutnya tegangan yang terjadi pada potongan pelat buhul ter-
sebut dibandingkan dengan kapasitas pelat buhul berdasarkan
Tegangan pada satu sisi Potongan.
tegangan izin yang ditentukan AASHO 1961. Hasilnya berupa rasio
7o = ef A=!x130f50:1.3 ksi ftarik] tegangan yang terjadi terhadap kapasitasnya. )ika lebih dari satu
fa = M I s * = ! x 2s718 f 833 =22.9 ksi berarti overstress atau tidak mencukupi. fika kurang dari satu, ber-
arti OK atau tebal pelat buhul telah mencukupi'
fu-*n = v f A = + x27 n f 50 =27.2 ksi
Tabel 8. 23 Rasio kapasitas (R) pada potongan pelat buhul (Holt-Harman 2008J
f, =$ f,-*n = $x27 -2 = 40.8 ksi
Tegangan utama pada sumbu netral.

*=,m(r)' =Gf-(-*f = 40.8 ksi


27 ksi {0.54F

f*,,* ! - R = -L3 - 4o.B =-41.5 ksi


=
27 ksi (0.54F,

fauox = ! + R= -1'3 + 40.8 = 40.2 ksi

Bab 8. Sambungan Struktur


Wiryanto Dewobrcto - Struktur Baja 813
8L2
Dengan cara yang sama, tentunya semua bagian pelat buhul yang Dengan berjalannya waktu, dapat dibuat simulasi numerik yang
ada di jembatan, dapat dievaluasi secara cepat. fika tegangan hasil lebih teliti memprediksi penyebab keruntuhan. Hao (2010J mem-
dibandingkan satu dengan lainnya, maka sangat mudah dilihat buat simulasi numerik, dalam dua bagian, yaitu [1] makro analisis
kondisi kinerja masing-masing pelat buhul relatif terhadap kinerja struktur secara keseluruhan; dan [3] mikro analisis secara detail,
pelat buhul lainnya, sebagaimana terlihat di Gambar 8.279' tetapi hanya di bagian elemen struktur yang dianggap runtuh saja.

(a) view alor€ dircction'A'

(aJ. pada potongan A-A

{b) 3D view
Prrebd-6*s
C F rrcbdcohpr.sb-
- (c) stres3 contour

Gambar 8. 220 Analisis makro struktur iembatan I-35W (Hao 20101

Tujuan analisis makro adalah mempelajari perilaku struktur yang


menyeluruh, termasuk juga simulasi penempatan beban terburuk
yang mungkin menyebabkan runtuh. Pada pemodelan tersebut
komponen struktur jembatan dibagi jadi tiga, yaitu [1] komponen
struktur yang relatif panjang (truss dan balok girder); [2] kom-
ponen pengaku [pelat buhul, pelat pengaku dan strut); [3] pelat
beton untuk lantai jembatan. Uutuk ketiga kelompok komponen
(b). pada potongan B-B tersebut selanjutnya pada program FEM dipilih formulasi element
Gambar 8. 219 Evaluasi kineria pelat buhul jembatan I-35W (Holt-Harman 2008)
beam, thin-shell dan thick-shell. Penjelasan lebih detail mengenai
formulasi element silahkan baca buku Flnite Element Method.
Kondisi tegangan hasil analisis di atas, bukan tegangan maksimum
di saat runtuh. Maklum analisisnya elastis linier sehingga tak bisa Hasil simulasi analisis secara makro memberikan hasil yang sama
memperhitungkan perilaku non-liniec yang umumnya mengikuti seperti hasil analisis sederhana Holt-Harman (2008), yaitu terjadi
fenomena keruntuhan struktur. fuga teori tegangan balok lentur kondisi over-stress pada pelat buhul U10. Berarti strategi yang
yang dipakai untuk mengevaluasi, tidak sesuai untuk penampang digunakan sebelumnya terbukti tepat dan efektif, waktu pendek
pelat buhul (baca Bab 6 tentang balok tinggi). Meskipun demikian, tetapi dapat mengalokasi sumber masalah, tanpa perlu analisis
diperoleh alasan penting mengapa analisis berikutnya yang lebih FEM yang rnemakan waktu dan biaya tidak sedikit. Dari temuan ini
teliti akan berfokus pada titik buhul U10 dan bukan titik lainnya. selanjutnya Hao (2010) nrembuat analisis makro yang detail.

Bab 8. Sambungan Struktur


a14 Wiryanto Dewobrcto - Struktur Bara 815
Sk
l&$lfulr *ii6n poitk
(Aw ?51&l
, EO.A?

Ir!;tr
F!$ 5l tO
a,l:* 4e.35
l;";.rr,20
i; 3ao5
*I** 341.90
Brst 15,73
w 20w
u,E 154S
,f#
E

Gambar 8. 221 Analisis makro titik buhul U10 (Hao 2010) Gusset plate

Meskipun hanya satu titik nodal, U10 tetapi analisis makro dengan
FEM adalah cukup kompleks. Gambar 8'221 sebelah kiri memper-
lihatkan kondisi real titik buhul, adapun yang sebelah kanannya Gambar 8. 223 Deformasi pelat buhul hasil simulasi FEM INTSB 2008)
adalah model FEM yang detail.
Simulasi FEM memungkinkan melihat kondisi deformasi inelastis
Zone (i) bendinginduced [permanen), bahkan bisa diperbesar 5 kali sekedar mendapatkan
compression dominates: pemahaman lebih baik (Gambar 8.223)^ jika kemudian dibanding-
kan dengan foto di Gambar 8.2L4 yang dibuat jauh hari sebelum
LI' bovring & buckling

runtuh. Tentunya diperoleh benang merah, bahwa bentuk $eometri


"aneh" bisa meniadi pertanda awal untuk tindakan yang tepat. Jika
Zone (ii) cofipr€ssion
dominates: buckling itu dilakukan tentu mengurangi potensi bahaya di masa datang.
Akibat runtuhnya jembatan I-35W maka Nalional Transportation
Safety Board merekomendasikan banyak hal terkait perencanaan
jembatan yang lebih teliti untuk memastikan tegangan di bagian-
bagian elemen, khususnya pelat buhul harus dalam batas-batas
terkontrol. Adapun untuk kondisi jembatan eksisting maka perlu
n+.S dilakukan evaluasi atau rating tentang kondisi pelat buhul yang
ada. f ika perlu dibuat juga uji tidak merusak di bagian tersebut.
Gambar 8.222 Identifikasi perilaku pelat buhul pada kondisi batas (Hao 201 0)
Intinya, sejak peristiwa keruntuhan jembatan I-35W pada tanggal
Simulasi numerik FEM untuk memprediksi perilaku keruntuhan 1 Agustus 2007 maka perencanaan pelat buhul jembatan rangka
pelat buhul memerlukan analisis non-linier material dan geometri adalah sangat penting. Kata kuncinya, memastikan tegangan yang
sekaligus. Untuk itu, tidak setiap program komputer berbasis FEM terjadi di dalamnya, relatif kecil' Ini tentunya akan berimbas, tidak
mempunyai fasilitas mendukung. Piranti lunak untuk simulasi ini hanya struktur jembatan saja, tetapi juga struktur-stuktur lainnya
adalah memakai ABAQUS dari Simulia (NTSB 2008). yang memakai sistem pelat buhul serupa.
Karena pembebanan simulasi numerik diberikan secara bertahap, Keruntuhan struktur akibat sambungan mengingatkan lagi bahwa
maka lokasi adanya konsentrasi tegangan yang memicu kerun- pada dasarnya semua sistem sambungan pada stuktur baja adalah
tuhan dapat teridentifikasi sejak awal, sekaligus juga diketahui riskan, perlu direncanakan dan dievaluasi secara lebih seksama.
bentuk deformasi yang terjadi. Hal itu memungkinan untuk meng- Pada sambungan akan terjadi korisentrasi tegangan sehingga akan
alokasi bagian yang kritis di pelat buhul yang memicu kerusakan, berperilaku non-linier; lebih dari bagian lainnya. Banyak hal yang
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8.222 d'an8.223. tidak bisa diprediksi dengan analisis elastis linier biasa. Hati-hati.

Bab 8. Sambungm Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia BL7


815
I Model pelat buhul pada Gambar 8.224 adalah LA model jembatan
8. 7 2, 5, Distrlbusi Teg ang an Pelat- b uhu Wh itm or e
Warren yang asli. Karena berfokus pada pelat buhul, maka batang-
Perilaku pelat buhul sebelum terjadi keruntuhan jembatan I-35W batang yang disambung penampang persegi, ukuran tidak diteliti.
sangat jarang dibahas. Kalaupun ada pembahasannya tentu akan Sambungannya dibuat agar berperilalu mekanisme friksi, seperti
melibatkan hasil penelitian R.E Whitmore (L952), di Universitas perilaku sambungan paku keling. Hasil pertama yang didapat dari
Tennessee, yang dianggap sebagai penelitian eksperimen pertama pengujian eksperimen adalah traj ektori tegangan.
tentang distribusi tegangan pada pelat buhul rangka jembatan.
Dengan uji sampel model dari aluminium, masonite dan bakelite,
Whitmore (1,952) berhasil mendapatkan pemahaman distribusi
tegangan maksimum pada pelat buhul. Saat ini, meskipun banyak
dibuat penelitian yang lebih maju, ternyata tidak ada perubahan
berarti. Kalaupun ada, sekedar modifikasi. Oleh karena itu hasil
penelitian \Mhitmore tentang pelat buhul masih relevan dipelajari.
Sadar bahwa konfigurasi pelat buhul sangat bervariasi, dipilihlah
yang ada di jembatan rangka tipe Warren, yang dianggap populer
masa tahun L952.Lihat Gambar 8.224, yaitu titik buhul L, dimana
batang horizontalnya menerus tanpa sambungan' fadi pelat buhul
hanya untuk menyambungkan dua batang diagonal, satu vertikal ke Gambar 8. 225 Traiel<tori tegangan pada pelat bunul (Whitmore 1952J
batang horizontal yang dianggap sebagai batang utamanya'.
Gambar trajektori tegangan di atas merupakan kumpuian garis
gaya internal
)rang menunjukkan arah tegangan utamanya. Karena
batang yang disambung adalah gaya aksial, yang searah batangnya
LE6ET{D
LOto frgasgirf,o oleea
maka garis trajektori Gambar 8.225 menunjukkan bahwa aliran
tRU33 OUTLINE
moffi stoE +
6adx &DE -F
gaya pada pelat buhul tetap terkonsentrasi di daerah sekitar ujung
batang, atau daerah pelat buhul di sekitar garis titik berat batang'
Itu berarti, pelat buhul yang relatif kecil (sempit) dan tebal, lebih
baik dari pelat buhul yang melebar tetapi tipis. Itu dibuktikan lagi
jika melihat kontur tegangan [Gambar 8'226) yang menunjukkan
konsentrasi tegangan paling banyak adanya di bagian ujung dari
batang-batang diagonal. Bagian pinggir atau sisi terjauh dari ujung
batang, tegangannya relatif kecil.
+t -t
+ l,-?
+ li-S

Gambar 8. 224 Model titik buhul L, rangka Warren [Whitmore 1952)

Informasi bahwa batang horizontalnya menerus adalah penting'


Karena jika tidak menerus, dan diperlukan sambungan memakai
pelat buhul juga, dapat dipastikan distribusi tegangan akan berbe-
da, ada tambahan tegangan. Kasusnya seperti titik buhul jembatan (a) iarlk {b) ielcn

Transfield yang dibahas sebelumnya, dimana diperlukan pelat pe- Gambar 8. 226 Distribusi tegangan maksimum (psi) pada pelat buhul (whitmore 1952J
nyambung tambahan untuk bagian pelat badan dan pelat sayap.

Bab 8. Sambungan Struktur


Wiryanto Dewobroto - Struktur Baja 819
818
Hal penting yang perlu dipahami, meskipun pelat buhul dibebani Whitmore (L952) membandingkan daerah tegangan maksimum
oleh batang-batang dengan gaya aksial, tapi karena orientasinya pelat buhul yang diperoleh dari cara uji lain, yaitu Photoelasticity,
maka terjadi juga tegangan geser. Ini terlihat dari kontur tegangan hasil penelitian tingkat master f.A Sandel, Universitas Tennessee'
geser di pelat buhul,yang terkonsentrasi pada bagian pertemuan
9os
batang diagonal dan batang horizontal, sebagai berikut,

.tgstua.
*@StM BmffiY
llug&
-*M8trfl

Gambar 8. 229 Konsentrasi tegangan dengan alat uii berbeda (Whitmore 19521
Gambar 8.227 Distribusi tegangan geser (psiJ pada pelat buhul (Whitmore 1952J
Hasilnya tidak berbeda jauh, tegangan tarik/tekan maksimum ter-
Model pelat buhul yang diuji diberi lapisan cat khusus (stresscoat). jadi di ujung-ujung batang diagonal, tegangan geser di pertemuan
Ketika terjadi tegangan tarik akan memperlihatkan jumlah retak batang horizontal-diagonal. Selanj utnya Whitmo re (79 52) menga-
sesuai dengan besarnya tegangan. Terhadap tegangan tarik, retak- jukan usulan, yang melambungkan namanya, dalam memperkira-
nya adalah tegak lurus arah gaya. Gambar 8.228 memperlihatkan kan tegangan maksimum pada pelat buhul, sebagai berikut.
retak pada pelat buhul yang dapat menunjukkan aliran gaya dari
batang diagonal kiri menuju batang horizontal sebelah kanannya.
Pelat buhul yang menempel batang horizontal sebelah kiri, tidak
memperlihatkan retak. Itu menunjukkan bahwa aliran gaya pada
batang horizontal adalah tidak melalui pelat buhul, tetapi batang
itu sendiri. Kondisi berbeda tentunya jika ada sambungan. Intensi-
tas retak begitu rapat di ujung batang diagonal sebagai bukti bah-
wa konsentrasi tegangan maksimum di daerah tersebut'

BsNorilG srRessEs or,.",, =T.**H"*$. a.zat:.q:' 'a;?Bo es.r.

sHsaRrHG srEEssEs ,* * '#lLor*,. 3.5ot q" '3.3oo F.*r.


"rr,"*,
onoct reNsten (.i.-rE;#A1g.,' 4'!trr'o.. 4,31s pg,.

oraEor couP*Esslor c,f , *.ze!..;' 4,760 esr.


-ffir'
Gambar 8. 230 Usulan tegangan nraksimum pelat buhul dari Whitmore (1952J

Perlu dicatat, semua distribusi tegangan yang ditampilkan adalah


yang diamati pada pelat buhul. Adapun tegangan di alat sambung
Gambar 8. 228 Kontur retak lapisan cat (Whitrnore 1952J paku keling pada model tidak ikut terekam (Whitmore 1'952).

Bab 8. Sambungan Struktur wlryanto Dewobroto - struktur Baia B2A


820
Oleh sebab itu untuk memakai hasil penelitian ini perlu dipastikan Asesmen dari Berman et. al. [2010,20L2) dinamakan metode TEP
terlebih dahulu bahwa tegangan akibat alat sambung telah me- (Triage Evqluation Procedure). A.da tiga yang dievaluasi, yaitu [1].
menuhi persyaratan yang ada. fika tidak, maka bisa saja kerusa- leleh; [2] tekuk, semuanya di pelat buhul; dan [3] alat sambung
kan akan terjadi pada lubang atau alat sambungnya itu sendiri. |adi (baut atau paku kelingJ. Selanjutnyahanya dibahas dua item yang
penelitian Whitmore hanya berfokus pada tegangan di pelat buhul pertama saja karena untuk alat sambung telah dibahas detail.
saja, bagian lain sambungan harus dichek tersendiri.
[1]. Leleh (yielding) Pelat Buhul'
8,72.6, Asesmen Cepat Kondisi Kekuatqn Pelat'buhul Kondisi leleh di pelat buhul tidak langsung menyebabkan struktur
Terbukti bahwa keruntuhan jembatan I-35W adalah karena pelat jembatan runtuh. Tetapi leleh mernicu risiko kerttsakan lebih fatal.
buhul yang mengalami overstress. Oleh sebab itu jika dapat diteliti Ingat, jembatan I-35W yang dianggap salah dalam desainnya, baru
kondisi pelat buhul untuk setiap jembatan, dan dibuat asesmen mengalami keruntuhan setelah 45 tahun sukses dipakai' Tentu ini
mencari yang berpotensi oversfrest maka risiko serupa tentunya suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh semua pihak'
dapat dicegah. Beberapa metode asesmen telah dibuat, oleh pihak Asesmen terhadap leleh dikembangkan berdasarkan kriteria leleh
resmi IFHWA 2}Og),atau peneliti lain, Berman et. al. (20L0,20LZ) Von Mises pada tegangan bidang (plane'stressl, sebagai berikut,
dan Hill et. al. (2074).
d-oror+fi=oy ...... (8. 12-1)
Dapat dibayangkan untuk satu jembatan saja bisa terdiri beberapa
puluh atau bahkan ratusan pelat buhul' fika asesmen pelat buhul dimana o', dan o", adalah tegangan prinsipal (utama), adapun o,
begitu kompleks [lama), tentu akan kesulitan memeriksa banyak adalah tegangan leleh bahan materialnya.
jembatan. Itu pentingnya metode asesmen yang sederhana tetapi Persamaan 8.1,Z-lmenunjukkan bahwa kondisi maksimurir jika ke-
dapat dipertanggung-jawabkan' Dalam hal ini metode Berman et' dua tegangan utama, sama besar dan berlawanan tanda. Skenario
al. (2010, 2012) relatif lebih sederhana dibanding FHWA (2009)' terburuk adalah 6, = - 6, sehingga untuk menghindari leleh, maka
|adi dapat dipilih untuk memetakan pelat-buhul yang bermasalah' pelat buhul harus dicheck agar tegangan maksimumnya adalah:
fika tidak puas, dapat ditindak-lanjuti dengan metode lain yang o^*sorl6 ,. $.tz-z)
lebih teliti, seperti FHWA (2009), Hill et. al. (2074) atau simulasi
numerik berbasis FEM dengan program komputer non-linier' Untuk chek tegangan maksimum di pelat buhul, digunakan usulan
*Lcoqto qocoo,o oo o o oo o ooooo oo o Whitmore (L952) dengan lebar efektifnya. Pelajari Gambar 8.230,
d p q o oo0o oo 0 a .p Q o o
Gambar 8.237 danjuga Gambar 8.232 sebagai berikut.
o,.dao0gaso0oa'o:oo
u, lo o a o q o o o o o o o o o
u o o o aIsq qo I o o o o
*,6+-€*+l*:<<'+9re 6 o o o o o o o o 9 o o o o o

?oo
ioo
d
i""
+

loo
l"o

Gambar 8. 232 Evaluasi tegangan pada pelat buhul [Berman et.al.2072)


Gambar 8, 231 Parameter asesmen pelat buhul

Bab 8. Sambungan Struktur Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia 423


a22
Gambar 8.232 memperlihatkan batang diagonal yang tersambung Sedangkan panjang l<olom, ada beberapa pendapat, yaitu :
di pelat buhul dan distribusi tegangan yang dihasilkan. Tegangan 1,. Panjang kritis kolom adalah nilai rata-rata panjang L, L, dan
normal pada pelat buhul akan berinteraksi satu dengan lainnya Lr, dari Garnbar 8.231. Adapun faktor panjang efektif, k diper-
menghasilkan tegangan geser arah horizontal. Skenario di gambar
lukan untuk memperhitungkan kondisi tumpuan. Untuk itu
dengan distribusi tegangan Whitmore di ujung batang o, ddtr orr, perlu engineering judgemenf, untuk menentukan kondisi apa-
sama besar dan berlawananan tanda, adalah ekuivalen dengan te-
kah tertahan atau tidak. Kondisi ideal adalah jika kedua ujung
gangan utama o, dan o, dengan 0, + 0, = 90o. Gaya geser maksimum
pelat buhul terjepit dan tidak bergoyang, maka nilai k = 0.65.
terjadi di sudut 45o terhadap batang diagonal, sesuai lingkaran
Mohr. Kondisi real akan sedikit berbeda, tegangan von Misses fika kondisinya diragukan pilih kondisi jepit-jepit tetapi tidak
tertahan atau bisa bergoyang, nilai k = 1.2 (FHWA 2009).
ternyata sedikit lebih kecil dari prediksi teoritis, sehingga hasilnya
konservatif. Adapun Gambar 8.232 adalah konfigurasi pelat buhul 2. Panjang kritis kolom diambil sebagai nilai maksimum panjang
yang menyebabkan kondisi tegangan von-Misses men-capai Lr, L, dan I, berdasarkan Gambar 8.231-. Adapun faktor pan-
maksimum, yang akan diantisipasi oleh Persamaan8.1,2-2. jang efektif yang direkomendasikan adalah k = 0.65 [Yam-
Cheng 2002).
Untuk konfigurasi pelat buhul lain, dimana nilai 0, + 0z < 90", atau
tidak saling ortogonal, atau tegangannya tidak sama besal dan Hitungan selanjutnya adalah seperti kolom biasa (Bab 5) dengan
tidak saling berlawanan tanda, maka hasilnya akan konservatif. beban terfaktor (cara LRFD). Pelat buhul cukup (tidak mengalami
tekukJ jika gaya beban terfaktor lebih kecil dari kapasitas tekan
fadi chektegangan dengan Persamaan 8.1,2-1, jika memenuhi syarat tersedia. Ini tentu berbeda dari metode TEP untuk mengevaluasi
adalah konservatif hasilnya dan bisa digunakan untuk memasti- terjadinya leleh pada pelat buhul yang didasarkan pada kondisi
kan tidak terjadi leleh pada kondisi layan atau beban keria atau tegangan kerja atau beban tanpa terfaktor.
beban tanpa faktor beban.
Penelitian Yam-Cheng (2002) yang mengevaluasi kekuatan pelat
[2].Tekuk (buckling) Pelat Buhul. buhul secara eksperimental, menjelaskan bahwa tekuk pada pelat
Untuk pelat buhul yang memikul batang tekan dan relatif langsing, buhul didahului dengan adanya leleh. Rasio kapasitas tekuk real
berisiko terjadi tekuk arah tegak lurus pelat, lihat Gambar 8.233. dibanding teoritis antara 7.57 - 1.87 dan nilai rata-rata 1.67.
Karena leleh terjadi terlebih dahulu sebelum tekuh Yam-Cheng
(2002) mengusulkan untuk memperbesar lebar efektif Whitmore.
Jika semula lebar kolom didasarkan pada penyebaran sudut 30"
maka berikutnya diusulkan srrdut 45". Akibatnya rasio kapasitas
tekuk real dibanding kapasitas teoritis semakin mendekati, yaitu
antara 0.92 - 1.19, dengan nilai rata-rata 1.06.
Jika usulan Yam-Cheng {2002) diikuti, berarti asumsi yang dipakai
pada perencanaan pelat buhul ini menjadi tidak konsisten. Ingat,
alasan untuk memakai asesmen TEP adalah memastikan tidak akan
terjadi leleh pada pelat buhul. Sedanglan tekuk pada penelitian
Yang-Cheng (2002) didal-rului dengan terjadinya leleh. Itu berarti
Gambar 8. 233 Tekuk pada pelat buhul (Albert 2008) jika telah lolos dari asesmen TEP maka dapat dipastikan bahwa
pelat buhul pada kondisi beban rencana tidak mengalami leleh.
Untuk mengatasi tekuk, Thornton (Berman et. al.2072) mengatasi
Oleh sebab itu kondisi tekuk yang didahului oleh leleh, tentunya
dengan merencanakan pelat buhul di ujung batang untuk bekerja
tidak akan terjadi. fadi pelat buhul yang lolos asesmen TEP adalah
sebagai kolom. Ukuran penampangnya : "lebar efektif Whitmore" x
pada kondisi AMAN.
"tebal pelat buhulnya". Notasinya, perhatikan Gambar 8.231.

Wiryanto Dewobroto - Struktur Baia


a24 Bab 8. Sambungan Struktur
a2s

Anda mungkin juga menyukai