Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No.

2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN METRORAGIA
Mardiana Zakir*, Rosmadewi*
Metroragia merupakan gangguan menstruasi yang terjadi dengan interval atau jika terdapat insiden bercak darah
atau perdarahan diantara menstruasi. Masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya kejadian metroragia (39%)
di RSUD A.Yani Metro tahun 2012 dibandingkan dengan kasus gangguan sistim reproduksi yang lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian metroragia.
Rancangan penelitian menggunakan kasus kontrol. Populasi dalam penelitian semua pasien yang menderita
gangguan kesehatan reproduksi berjumlah 370 orang. Sampel dalam penelitian adalah kasus yaitu pasien yang
mengalami metroragia yang berjumlah 65 orang dan kontrol yaitu pasien yang mengalami gangguan kesehatan
reproduksi lainnya yang berjumlah 65 orang. Pengumpulan data menggunakan data sekunder. Analisa data
secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan variabel yang
berhubungan dengan kejadian metroragia yaitu endometriosis (pv=0,005;OR 3,005), polip serviks (pv=0,001;OR
4,461), servisitis (pv=0,001; OR 4,390), dan kontrasepsi hormonal (pv=0,034;OR 2,280). Kesimpulan dalam
penelitian ini ada hubungan antara endometriosis, polip serviks, servisitis dan kontrasepsi hormonal dengan
kejadian metroragia. Saran yang penulis ajukan, agar tenaga kesehatan menginformasikan kepada masyarakat
terutama kaum perempuan tentang gejala-gejala yang menunjukkan keadaan metroragia, sehingga dapat diatasi
dengan tuntas agar penyakitnya tidak bertambah berat.

Kata kunci: Kejadian Metroragia, Reproduksi

LATAR BELAKANG
ovarium, mioma uteri, karsinoma servix,
Para perempuan seyogyanya diberi endometriosis, infeksi panggul, hyperplasia
perhatian sebab perempuan menghadapi indometrium, polips servix, ITP, gagal hati
masalah kesehatan khusus yang tidak atau ginjal, hormonal (Varney, 2007).
dihadapi pria. Salah satu masalahnya Metroragia yang berlarut akan
adalah kesehatan reproduksi, dengan menyebabkan anemia dengan segala
adanya gangguan kesehatan reproduksi ini ikutannya terhadap berbagai sistem tubuh
akan mempengaruhi aktifitas perempuan, yang membahayakan jiwa, dan juga pada
yang mana salah satu gangguan kesehatan beberapa kasus metroragia akan
reproduksi perempuan adalah metroragia mempengaruhi kesuburan wanita (Varney,
(Creasoft, 2008 ). 2007).
Metroragia merupakan gangguan Rumah sakit umum kota Metro
menstruasi yang terjadi dengan interval merupakan pusat rujukan dari daerah
atau jika terdapat insiden bercak darah atau sekitarnya telah banyak menangani dan
perdarahan diantara menstruasi. Pada merawat pasien dengan kasus-kasus
bentuk pola perdarahan abnormal yang metroragia. Mulai dari tahun 2008 terjadi
bervariasi, dapat menjadi salah satu dari peningkatan 3 % kasus metroragia,
hal yang paling membingungkan karena kemudian tahun 2009 meningkat menjadi
waktu terjadinya bercak darah atau 4% kasus,dan sepanjang tahun 2010 terjadi
perdarahan tidak dapat di perkirakan. 3 % kasus metroragia.
Metroragia memiliki berbagai Kasus metroragia menempati
kemungkinan penyebab, diantaranya peringkat ketiga dalam urutan sepuluh
kehamilan intra uteri, kehamilan ektopik, besar kasus terbanyak di ruang bersalin
molla hidatidosa, pengguna AKDR, kista RSUD.A.Yani Metro tahun 2010.
(RSUD.A.Yani Metro, 2010).
[1]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

Pada tahun 2011 di Rumah Sakit ginekologi lainnya dan tidak dinyatakan
yang ada di Kota Metro angka kejadian metroragia sebanyak 65 orang. Sampel
metroragia pada tahun 2011 mencapai 538 kasus diambil melalui tehnik Simple
kasus, terdiri dari RSUD.A.Yani Metro Random Sampling.
39% (210 kasus), RS. Islam Metro 2% (12 Penelitian ini dilakukan di
kasus). RS. Ibu dan Anak AMC Metro RSUD.A.Yani Metro sejak bulan
11% (60 kasus), RS. Permata Hati 21% Nopember sampai dengan bulan Desember
(112 kasus), RS. Mardi Waluyo Metro tahun 2012
18% (98 kasus), Rumah Bersalin Asih 9% Adapun data yang digunakan dalam
(46 kasus) (Dinas Kesehatan Kota Metro, penelitian ini adalah data sekunder yaitu
2011) menggunakan dokumen rekam medik
Berdasarkan pre survey, dari bulan (MR) pasien dengan gangguan genekologi
Januari-September 2012 di RSUD A. Yani yang memeriksakan diri ke RSUD.A Yani
Kota Metro jumlah kasus metroragia Metro, dari bulan Januari sampai
sebanyak 39% (118 kasus), sedangkan September 2012.
kasus gangguan reproduksi yang lain Tehnik pengumpulan data yang
sebanyak 61% (185 kasus) yang terdiri dari digunakan dalam penelitian ini adalah
kasus kanker servik, kista ovarium, myoma pengamatan/observasi terhadap
uteri, dan infeksi. dokumentasi (studi dokumentasi) dengan
Berdasarkan data tersebut diatas menggunakan alat bantu check list.
penulis tertarik untuk melakukan penelitian Selanjutnya data diolah melalui
tentang faktor-faktor yang berhubungan proses Editing, Coding, Entering,
dengan kejadian metroragia di RSUD Cleaning dan kemudian dilakukan analisis
A.Yani Kota Metro tahun 2012, karena data dengan menggunakan analisis
RSUD.A.Yani Metro sebagai rumah sakit univariat dengan persentase, serta analisis
rujukan tingkat kabupaten dan kasus bivariat denangan menggunakan uji chi-
metroragia paling banyak ditemukan. square untuk melihat hubungan antara
variabel independen dan variabel
METODE dependen / untuk mengetahui hubungan
antara variable katagorik dengan variable
Pada penelitian ini, rancangan katagorik
penelitian yang digunakan adalah
penelitian analitik dengan pendekatan HASIL
kasus control.
Populasi pada penelitian ini adalah Analisis Univariat
semua pasien yang menderita penyakit
gangguan Ginekologi yang memeriksakan Tabel 1: Distribusi Responden Berdasar-
diri ke RSUD A.Yani Metro pada bulan kan Kejadian Endometriosis
Januari – Nopember tahun 2012, yaitu
berjumlah 370 orang.Dari populasi tersebut Endo Kasus Kontrol Jumlah
diambil sampel kasus pasien yang metriosis f % f % f %
menderita penyakit metroragia sebanyak 36 55,4 19 29,2 55 42,3
Endo-
65 orang. Untuk sampel kasus yang metriosis
ditetapkan harus memenuhi kriteria inklusi
Tdk Endo- 29 44,6 46 70,8 75 57,7
untuk dijadikan sampel, yaitu: bukan metriosis
kasus kanker serviks, kanker ovarium, Jumlah 65 100 65 100 130 100
abortus, kehamilan ektopik terganggu yang
juga ditandai dengan metroragia.
Berdasarkan tabel di atas, dari 55
Sedangkan untuk kasus kontrol adalah
responden yang didiagnosa endometriosis
pasien yang menderita penyakit gangguan
didapatkan 36 (55,4%) pada kelompok

[2]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

kasus dan 19 (29,2%) pada kelompok kelompok kontrol yang mengalami


kontrol yang mengalami metroragia. metroragia.
Tabel 2: Distribusi Responden Berdasar- Tabel 5: Distribusi Responden Berdasar-
kan Kejadian Polip Serviks kan Proporsi Penggunaan
AKDR
Polip Kasus Kontrol Jumlah
Serviks f % f % f % Penggunaan Kasus Kontrol Jumlah
Polip 41 63,1 18 27,7 59 45,4 AKDR f % f % f %
serviks Ya 42 64,6 37 56,9 79 60,8
Tidak polip 24 36,9 47 72,3 71 54,6 Tidak 23 35,4 28 43,1 51 39,2
serviks Jumlah 65 100 65 100 130 100
Jumlah 65 100 65 100 130 100
Berdasarkan tabel di atas, dari 79
Berdasarkan tabel di atas, dari 59 responden yang menggunakan AKDR
responden yang didiagnosa polip serviks didapatkan 42 (64,6%) pada kelompok
didapatkan 41 (63,1%) pada kelompok kasus dan 37 (56,9%) pada kelompok
kasus dan 18 (27,7%) pada kelompok kontrol yang mengalami metroragia.
kontrol yang mengalami metroragia.
Analisis Bivariat
Tabel 3: Distribusi Responden Berdasar-
kan Kejadian Servisitis Tabel 6: Distribusi Hubungan Antara
Endometriosis Dengan Kejadian
Kasus Kontrol Jumlah Metroragia
Servisitis f % f % f %
Ya 44 67,7 21 32,3 65 50,0 Kejadian
Tidak 21 32,3 44 67,7 65 50,0 Endo- Metroragia Total
Jumlah 65 100 65 100 130 100 metriosis Kasus Kontrol
f % f % f %
Berdasarkan tabel di atas, dari 65 Ya 36 55,4 19 29,2 55 42,3
responden yang didiagnosa servisitis Tidak 29 44,6 46 70,8 75 57,7
didapatkan 44 (67,7%) pada kelompok Jumlah 65 100 65 100 130 100
kasus dan 21 (32,3%) pada kelompok P Value= 0,005 OR = 3,005
kontrol yang mengalami metroragia.
Berdasarkan tabel di atas didapatkan
Tabel 4: Distribusi Responden Berdasar- bahwa pada kelompok kasus dari 65
kan Penggunaan Kontrasepsi responden, yang didiagnosa endometriosis
Hormonal sebanyak 36 (55,4%) responden
sedangkan pada kelompok kontrol dari 65
Kontrasepsi Kasus Kontrol Jumlah responden yang didiagnosa endometriosis
Hormonal f % f % f % sebanyak 19 (29,2%) responden. Hasil uji
Ya 35 53,8 22 33,8 57 43,8 statistik diperoleh nilai p value 0,005
Tidak 30 46,2 43 66,2 73 56,2 sehingga p value < α (0,05), maka Ho
Jumlah 65 100 65 100 130 100 ditolak, berarti secara statistik ada
hubungan antara endometriosis dengan
Berdasarkan tabel di atas, dari 57 kejadian metroragia. Secara statistik
responden yang menggunakan kontrasepsi diperoleh nilai OR = 3,005 yang berarti
hormonal didapatkan 35 (53,8%) pada pada keadaan endometriosis mempunyai
kelompok kasus dan 22 (33,8%) pada peluang 3,005 kali untuk terjadinya
metroragia bila dibandingkan dengan keadaan tidak endometriosis.
[3]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

responden pada kelompok kontrol, yang


Tabel 7: Distribusi Hubungan Polip didiagnosa polip serviks sebanyak 21
Serviks Dengan Kejadian (32,3%) responden. Hasil uji statistik
Metroragia diperoleh nilai p value 0,001 sehingga p
value < α (0,05), maka Ho ditolak, yang
Kejadian berarti secara statistik ada hubungan antara
Polip Metroragia Total servisitis dengan kejadian metroragia.
Serviks Kasus Kontrol Secara statistik diperoleh nilai OR = 4,390
f % f % f % yang berarti pada keadaan servisitis
Ya 41 63,1 18 27,7 59 45,4 mempunyai peluang 4,390 kali untuk
Tidak 24 36,9 47 72,3 71 54,6 terjadinya metroragia bila dibandingkan
Jumlah 65 100 65 100 130 100 dengan keadaan tidak servisitis.
P Value = 0,001 dan OR = 4,461
Tabel 9: Distribusi Hubungan Kontrasepsi
Berdasarkan tabel di atas didapatkan Hormonal Dengan Kejadian
bahwa, dari 65 responden pada kelompok Metroragia
kasus yang didiagnosa polip serviks
sebanyak 41 (63,1%) responden Kejadian
sedangkan pada kelompok kontrol, dari 65 Kontrasepsi Metroragia Total
responden yang didiagnosa polip serviks Hormonal Kasus Kontrol
sebanyak 18 (27,7%) responden. Hasil uji f % f % f %
statistik diperoleh nilai p value 0,001 Ya 35 53,8 22 33,8 57 43,8
sehingga p value < α (0,05), maka Ho Tidak 30 46,2 43 66,2 73 56,2
ditolak, yang berarti secara statistik ada Jumlah 65 100 65 100 130 100
hubungan antara polip serviks dengan P Value = 0,034 dan OR = 2,280
kejadian metroragia. Secara statistik
diperoleh nilai OR = 4,461 yang berarti Berdasarkan tabel di atas didapatkan
pada keadaan polip serviks mempunyai bahwa, dari 65 responden pada kelompok
peluang 4,461 kali untuk terjadinya kasus, yang menggunakan kontrasepsi
metroragia bila dibandingkan dengan hormonal sebanyak 35 (53,8%) responden,
keadaan tidak polip serviks. sedangkan dari 65 responden pada
kelompok kontrol yang menggunakan
Tabel 8: Distribusi Hubungan Servisitis kontrasepsi hormonal sebanyak 22 (33,8%)
Dengan Kejadian Metroragia responden. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p value 0,034 sehingga p value < α
Kejadian Metroragia (0,05), maka Ho ditolak, yang berarti
Total
Servisitis Kasus Kontrol secara statistik ada hubungan antara
f % f % f % kontrasepsi hormonal dengan kejadian
Ya 44 67,7 21 32,3 65 50,0 metroragia. Secara statistik diperoleh nilai
Tidak 21 32,3 44 67,7 65 50,0 OR = 2,280 yang berarti pada pengguna
Jumlah 65 100 65 100 130 100 kontrasepsi hormonal mempunyai peluang
P Value = 0,001 dan OR = 4,390 2,280 kali untuk terjadinya metroragia bila
dibandingkan dengan tidak menggunakan
Berdasarkan tabel diatas didapatkan kontrasepsi hormonal.
bahwa, dari 65 responden pada kelompok
kasus 44 responden (67,7%) yang
didiagnosa servisitis, sedangkan dari 65
Tabel 10: Distribusi Hubungan Antara
Penggunaan AKDR Dengan Kejadian
Metroragia Metroragia

[4]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

Pengguna- Kasus Kontrol Total lapisan endometrium hanya ditemukan


an AKDR f % f % f % pada permukaan cavum uteri. Pada
Ya 42 64,6 37 56,9 79 60,8 keadaan lapisan endometrium yang
Tidak 23 35,4 28 43,1 51 39,2 terdapat pada permukaan cavum uteri ini
Jumlah 65 100 65 100 130 100 setiap bulannya akan lepas karena
P Value = 0,472 menurunnya kadar hormon estrogen dan
progesterone. Setiap bulan ovarium
Berdasarkan tabel diatas didapatkan menghasilkan hormone yeng merangsang
bahwa, dari 65 responden pada kelompok sel-sel pada lapisan rahim untuk
kasus, 42 (64,6%) responden pengguna membengkak dan menebal (sebagai
AKDR, sedangkan dari 65 responden pada persiapan terhadap kemungkinan
kelompok kontrol yang menggunakan terjadinya kehamilan) apabila adanya
AKDR sebanyak 37(56,9%) responden. konsepsi. Sedangkan apabila tidak terjadi
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value konsepsi lapisan endometrium ini akan
0,472 sehingga p value > α (0,05), maka lepas dalam bentuk terjadinya menstruasi.
Ho gagal ditolak, yang berarti secara Pada endometriosis lapisan
statistic tidak ada hubungan antara endometriumnya berada diluar cavum
penggunaan AKDR dengan kejadian uteri, juga memberikan respon yang sama
metroragia. terhadap sinyal ini, tetapi mereka tidak
mampu memisahkan dirinya dari jaringan
PEMBAHASAN dan terlepas selama menstruasi sehingga
dapat menimbulkan terjadinya perdarahan
Hubungan Endometriosis dengan ringan yang akan membaik dan kembali
Kejadian Metroragia. dirangsang pada siklus menstruasi
berikutnya.lepasnya tidak terpengaruh oleh
Hasil penelitian ditemukan adanya hormonal, sehingga menyebabkan
hubungan antara endometriosis dengan terjadinya perdarahan diluar menstruasi
kejadin Metroragia di RSUD. A. Yani atau sering disebut dengan metroragia.
Metro tahun 2012, dengan nilai P value = Perolehan hasil penelitian yang telah
0,005. Secara statistic diperoleh nilai OR = dilakukan membuktikan bahwa antara teori
3,005 yang berarti pada keadaan sebelumnya dan penelitian yang dilakukan
endometriosis mempunyai peluang untuk oleh peneliti memiliki kesamaan hasil,
terjadinya metroragia sebesar 3,005 kali bahwa endometriosis merupakan salah satu
dibandingkan dengan tidak endometriosis. factor yang menyebabkan terjadinya
Penelitian ini sejalan dengan teori metroragia. Oleh karena itu peneliti
Helen Varney dkk. (2006) yang berpendapat bahwa endometriosis
mengatakan salah satu akibat terjadinya merupakan keadaan abnormal dari
endometriosis adalah terjadinya menstruasi keberadaan lapisan endometrium yang
yang tidak teratur yaitu sering adanya dapat menyebabkan timbulnya metroragia.
spotting diluar siklus haid. Selain itu juga keadaan endometriosis yang
Endometriosis merupakan suatu berlangsung terus menerus dapat
keadaan dimana adanya bercak-bercak menyebabkan pembentukan jaringan parut
jaringan endometrium yang tumbuh di luar dan perlengketan di dalam tuba dan
cavum uteri, yang dalam keadaan normal ovarium serta disekitar fimbriae tuba.
Perlengketan ini biasa menyebabkan
pelepasan sel telur dari ovarium kedalam
tuba falopii terganggu atau tidak
terlaksana. Selain itu perlengketan juga
bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan
sel telur yang telah dibuahi menuju rahim.

[5]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

Oleh karena itu, perlu adanya yang menyebabkan bercak, satu persen
peningkatan pengetahuan petugas tentang atau kurang berkembang menjadi
kesehatan reproduksi khususnya keganasan. Polip dapat menyebabkan os
metroragia yang diakibatkan karena servikal tetap terbuka sehingga
endometriosis, selain itu juga tenaga menyebabkan servisitis dan endometritis
kesehatan perlu memberikan pendidikan tingkat rendah (yang akan menyebar
kesehatan reproduksi kepada remaja dan setelah dilatasi dan kuretase).
calon ibu tentang factor-faktor resiko Perolehan hasil penelitian yang telah
terjadinya endometriosis serta dampak dilakukan membuktikan bahwa antara teori
yang ditimbulkannya sehingga remaja dan sebelumnya dan penelitian yang dilakukan
calon ibu yang mengalami gejala-gejala oleh peneliti memiliki kesamaan hasil,
yang mengarah ke endometriosis akan bahwa polip serviks merupakan salah satu
segera menemui tenaga kesehatan untuk factor yang menyebabkan terjadinya
berkonsultasi dan segera cepat ditangani. metroragia. Oleh karena itu peneliti
berpendapat bahwa polip serviks terjadi
Hubungan Polip Servik dengan karena pengaruh radang maupun virus.
Kejadian Metroragia. Selain itu juga perlu ketegasan dalam
mendiagnosa apakah polip itu juga
Hasil penelitian ditemukan adanya merupakan suatu adenoma, sarcoma,
hubungan antara polip serviks dengan adenokarsinoma serviks atau mioma yang
kejadin Metroragia di RSUD. A. Yani dikeluar dari uterus. Polip endoserviks
Metro tahun 2012, dengan nilai P value = diangkat dan perlu diperiksa secara
0,001. Secara statistic diperoleh nilai OR = histologik.
4,461 yang berarti pada keadaan polip Oleh karena itu, perlu adanya
serviks mempunyai peluang untuk peningkatan pengetahuan petugas tentang
terjadinya metroragia sebesar 4,461 kali kesehatan reproduksi khususnya
dibandingkan dengan tidak polip serviks. metroragia yang diakibatkan karena polip
Penelitian ini sesuai dengan teori serviks, selain itu juga tenaga kesehatan
yang mengatakan bahwa polip serviks perlu memberikan pendidikan kesehatan
adalah suatu adenoma maupun reproduksi kepada masyarakat terutama
adenofibroma yang berasal dari selaput kelompok kaum wanita/ibu tentang factor-
lendir endoserviks. Epitel yang melapisi faktor penyebab terjadinya polip serviks
biasanya epitel endoserviks yang dapat antara lain adalah akibat adanya infeksi
juga mengalami metaplasia menjadi lebih pada jalan lahir atau saluran reproduksi.
semakin kompleks. Bagian ujung polip
dapat mengalami nekrosis serta mudah Hubungan Servisitis dengan Kejadian
berdarah yang sering menimbulkan Metroragia.
terjadinya metroragia sampai
menometroragia. (Wiknjosastro, 2008). Hasil penelitian ditemukan adanya
Polip berasal dari ektoserviks, hubungan antara servisitis dengan kejadin
endoserviks, endometrium atau vagina Metroragia di RSUD. A. Yani Metro tahun
yang terjadi jika inflamasi lokal 2012, dengan nilai P value = 0,001. Secara
menyebabkan hyperplasia dan proliferasi statistic diperoleh nilai OR = 4,390 yang
selular. Pertumbuhannya dapat distimulasi berarti pada keadaan servisitis mempunyai
oleh penggunaan kontrasepsi oral. Wanita peluang untuk terjadinya metroragia
pra menopause paling banyak mengalami sebesar 4,390 kali dibandingkan dengan
polip endoserviks, sedangkan polip tidak servisitis.
ektoserviks terjadi lebih sering setelah Penelitian ini sejalan dengan teori
menopause. Polip dapat mengalami Helen Varney dkk. (2006) yaitu servisitis
ulserasi atau dapat muncul setelah infeksi adalah infeksi pada serviks uteri. Infeksi

[6]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

serviks sering terjadi karena luka kecil kontrasepsi hormonal mempunyai peluang
bekas persalinan yang tidak dirawat dan untuk terjadinya metroragia sebesar 2,280
infeksi karena hubungan seks. Servisitis kali dibandingkan dengan tidak
yang akut sering dijumpai pada infeksi menggunakan kontrasepsi hormonal.
hubungan seks sedangkan yang bersifat Penelitian ini sesuai dengan teori
menahun dijumpai pada sebagian besar yang mengatakan bahwa kontrasepsi
wanita yang pernah melahirkan. hormonal terdiri dari hormone estrogen
Pada keadaan servisitis yang sudah dan progesterone yang dapat
kronis sering terdapat erosi porsio sekitar menumbuhkan endometrium pada waktu
ostium uteri eksternum. Erosi ini nampak daur haid yang dalam keseimbangan
sebagai tempat yang merah menyala dan menyebabkan terjadinya ovulasi dan pada
agak mudah berdarah dan menimbulkan akhir penurunannya menyebabkan
perdarahan kontak atau metroragia seperti terjadinya menstruasi. Selain itu juga
carcinoma portionis. hormone estrogen dan progesterone dapat
Perolehan hasil penelitian yang telah mencegah terjadinya ovulasi. Hormon-
dilakukan membuktikan bahwa antara teori hormon dalam kontrasepsi harus cukup
sebelumnya dan penelitian yang dilakukan kuat untuk dapat mengubah proses
oleh peneliti memiliki kesamaan hasil, biologik, sehingga ovulasi tidak terjadi.
bahwa servisitis merupakan salah satu Oleh karena itu tidak mengherankan jika
faktor yang menyebabkan terjadinya kadang-kadang timbul efek sampingan.
metroragia. Oleh karena itu peneliti Efek tersebut pada umumnya ditemukan
berpendapat bahwa servisitis terjadi karena pada pil kombinasi dengan kelebihan
adanya infeksi yang diawali pada estrogen atau pada pil dengan kelebihan
endoserviks dan ditemukan pada kasus progesterone. Efek samping yang
dengan gonorrhoe dan pada infeksi post ditimbulkan karena kelebihan estrogen
abortum atau post partum yang disebabkan ialah rasa mual, retensi cairan, sakit kepala,
oleh streptokokus, stafilokokus dan lain- nyeri pada mammae dan flour albus,
lain. sedangkan dalam keadaan rendahnya dosis
Oleh karena itu, perlu adanya estrogen dalam pil dapat mengakibatkan
peningkatan pengetahuan petugas tentang spotting dan breakthrough bleeding dalam
kesehatan reproduksi khususnya masa intermenstruum. Efek samping yang
metroragia yang diakibatkan karena ditimbulkan progesterone dalam dosis
servisitis, selain itu juga tenaga kesehatan yang berlebihan dapat menyebabkan
perlu memberikan pendidikan kesehatan perdarahan tidak teratur, bertambahnya
reproduksi kepada masyarakat terutama nafsu makan disertai bertambah berat
kelompok kaum wanita/ibu tentang factor- badan, akne, alopesia, kadang-kadang
faktor penyebab terjadinya servisitis mammae mengecil, floer albus dan
antara lain adalah akibat adanya infeksi hipomenorrhea.(Wiknjosastro, 2008)
pada jalan lahir atau saluran reproduksi Perolehan hasil penelitian yang telah
yang tidak ditangani dengan tuntas. dilakukan membuktikan bahwa antara teori
sebelumnya dan penelitian yang dilakukan
Hubungan Kontrasepsi Hormonal oleh peneliti memiliki kesamaan hasil,
dengan Kejadian Metroragia. bahwa kontrasepsi hormonal merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan
Hasil penelitian ditemukan adanya terjadinya metroragia. Oleh karena itu
hubungan antara kontrasepsi hormonal peneliti berpendapat bahwa penggunaan
dengan kejadin Metroragia di RSUD. A. kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan
Yani Metro tahun 2012, dengan nilai P terjadinya metroragia pada keadaan
value = 0,034. Secara statistic diperoleh estrogen dengan kadar yang rendah dan
nilai OR = 2,280 yang berarti penggunaan progesterone dengan kadar yang tinggi.

[7]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

Oleh karena itu, tenaga kesehatan diganti dengan AKDR yang mempunyai
dalam memberikan pelayanan tentang ukuran kecil. Pada perdarahan yang tidak
keluarga berencana perlu melakukan berhenti dengan tindakan-tindakan tersebut
inform consen dan inform choice kepada di atas, sebaiknya AKDR diangkat dan
calon akseptor dan pasangannya agar dianjurkan untuk menggunakan alat
dalam memilih alat kontrasepsi hormonal kontrasepsi jenis lain.(Wiknjosastro, 2008)
yang akan digunakan disesuaikan dengan Oleh karena itu, tenaga kesehatan dalam
kondisi fisik dan kesehatannya agar efek memberikan pelayanan tentang
samping yang ditimbulkan terutama keluarga berencana perlu melakukan
metroragia dapat diminimalisasi. Untuk inform consen dan inform choice kepada
mengetahui kondisi fisik dan kesehatan calon akseptor dan pasangannya agar
calon akseptor perlu dilakukan anamnesa dalam memilih alat kontrasepsi AKDR
dan pemeriksaan fisik secara lengkap. yang akan digunakan disesuaikan dengan
kondisi uterusnya agar efek yang
Hubungan Penggunaan AKDR dengan ditimbulkan berupa perdarahan yang
Kejadian Metroragia. banyak (menoragia) dapat diminimalisasi.
Selain itu juga tenaga kesehatan dalam
Hasil penelitian ditemukan tidak ada memberikan pelayanan keluarga berencana
hubungan antara penggunaan AKDR yang memilih penggunaan AKDR harus
dengan kejadin Metroragia di RSUD. A. memiliki ketrampilan dalam melakukan
Yani Metro tahun 2012, dengan nilai P pemasangan AKDR.
value = 0,472.
Penelitian ini tidak sesuai dengan KESIMPULAN
teori yang mengatakan bahwa penggunaan
AKDR dapat menimbulkan efek samping Berdasarkan hasil penelitian dan
berupa perdarahan di luar haid. Perdarahan analisis data maka dapat disimpulkan
yang yang terjadi pada penggunaan AKDR bahwa faktor yang berhubungan dengan
biasanya terjadi setelah pemasangan, terjadinya metroragia adalah endometriosis
perdarahannya sedikit-sedikit dan cepat (p value 0,005), polip serviks (p value
berhenti. Apabila pemasangannya 0,001), servisitis (p value 0,001), dan
dilakukan sewaktu haid perdarahan sedikit- penggunaan kontrasepsi hormonal (p value
sedikit tersebut tidak diketahui oleh 0,001). Sedangkan faktor yang tidak
akseptor. Keluhan yang sering terdapat berhubungan adalah penggunaan AKDR.
pada pemakai AKDR ialah menoragia, Berdasarkan kesimpulan tersebut
spotting (metroragia). (Wiknjosastro, penulis menyarankan agar tenaga
2008) kesehatan menginformasikan kepada
Perolehan hasil penelitian yang telah masyarakat terutama kaum perempuan
dilakukan membuktikan bahwa antara teori tentang gejala-gejala yang menunjukkan
sebelumnya dan penelitian yang dilakukan keadaan metroragia, sehingga dapat diatasi
oleh peneliti memiliki hasil yang berbeda, dengan tuntas agar penyakitnya tidak
bahwa penggunaan AKDR tidak bertambah berat.
menyebabkan terjadinya metroragia pada
kasus-kasus penggunaan AKDR di RSUD
A. Yani Kota Metro lebih banyak berupa
menorrhagia yaitu jumlah perdarahannya
* Dosen Prodi Kebidanan
banyak pada masa haid atau lebih dari
Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes
normal. Terjadinya perdarahan ini karena
Tanjung karang
adanya benda asing di dalam uterus, bila
terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat
diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan

[8]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo, 2002, Buku Acuan


Nasional Pelayanan Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2009, Maternal dan Neonatal, YBP
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Lampung 2009, Dinkes Provinsi Prawirohardjo, 2005, Ilmu Kebidanan,
Lampung, Bandar Lampung. YBP Sarwono Prawirohardjo,
Manuaba IBG., 1998, Ilmu Kebidanan, Jakarta.
Penyakit Kandungan, dan Keluarga Sumapraja, S., 1999, Partograf WHO,
Berencana untuk Pendidikan Bidan, FKUI, Jakarta
EGC, Jakarta WordPress.com, Fadtastic, Andrew
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri Faulkner, 9 Apr 2008
Fisiologi dan Obstetri Patologi,

[9]

Anda mungkin juga menyukai