2. Apa saja Jenis hewan endemik dari zona Indonesia bagian barat?
1. Fauna Indonesia bagian barat
Fauna Indonesia bagian Barat atau tipe asiatis mencakup wilayah Sumatra,
Jawa, Bali, dan Kalimantan.
Hewan berukuran besar banyak ditemui di wilayah ini seperti gajah, macan,
tapir, badak bercula satu, banteng, kerbau, rusa, babi hutan, orang utan,
monyet, bekantan, dan lain-lain.
Di wilayah itu banyak pula ditemui reptil seperti ular, buaya, tokek, kadal,
biawak, bunglon, kura-kura, dan trenggiling.
Berbagai jenis burung yang dapat ditemui seperti burung hantu, gagak, jalak,
elang, merak, kutilang, dan berbagai macam unggas.
Berbagai macam ikan air tawar seperti pesut (sejenis lumba-lumba di Sungai
Mahakam) bisa ditemui di wilayah ini.
Terdapat juga reptil, amfibi, dan berbagai jenis burung. Repil yang terdapat di
wilayah ini antara lain, biawak, komodo, buaya, dan ular.
Sedangkan, berbagai jenis burung yang ada di wilayah ini antara lain, maleo,
kakatua nuri, rangkong, dan burung dewata.
Ada juga reptil seperti biawak, buaya, ular, dan kadal. Sementara, berbagai
jenis burung ditemui di wilayah ini antara lain burung cendrawasih, nuri, raja
udang, kasuari, dan namudur. Sedangkan jenis ikan air tawar yang ada
Keterangan:
KP = kepadatan penduduk kasar dengan satuan orang/ha atau orang/km2
P = jumlah penduduk
L = luas lahan
2. Fisiologis
Merupakan angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya penduduk
dengan luas sebuah lahan pertanian. Rumus untuk menghitungnya serupa
dengan aritmatika, Quipperian. Bedanya, pembandingnya secara spesifik
adalah lahan pertanian, bukan wilayah secara umum.
Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
KP = kepadatan penduduk kasar dengan satuan orang/ha atau orang/km2
P = jumlah penduduk
Lt = luas lahan pertanian
3. Agraris
Merupakan angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya penduduk
petani dengan luas lahan pertanian. Masih sama dengan jenis sebelumnya di
atas, hanya berbeda di jumlah penduduk yang spesifik mengacu kepada
petani.
Rumus yang digunakan untuk menghitung kepadatan penduduk agraris adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
KPa = kepadatan penduduk agraris dengan satuan orang/ha atau orang/km2
Pt = jumlah penduduk petani
Lt = luas lahan pertanian
2. Dampak Negatif
a. Adanya ketergantungan suatu negara terhadap negara lain.
b. Penggunaan teknologi tinggi dapat menimbulkan pengangguran.
c. Adanya kompetensi tenaga kerja pun dapat menciptakan pengangguran.
d. Pasar dalam negeri cenderung dikuasai produk asing
e. Perusahaan dalam negeri yang tidak mampu bersaing akan mengalami
kebangkrutan.
e. Berubahnya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang
lebih maju, yang umumnya berpola konsumtif.
( Faktor Pendorong)
a. Kesamaan sejarah dan nasib yang pernah dijajah.
b. Letak lokasi geografis yang sebagian besarnya sama dan saling
berdekatan.
c. Kebudayaannya yang masih sama.
d. Faktor sama – sama ingin menjadi negara maju.
e. Faktor posisi wilayah yang strategis sebagai jalur lintas perdagangan
internasional
b. Keanekaragaman hayati
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Sepuluh persen
dari spesies tumbuhan berbunga, 12% spesies mamalia, 16% reptil dan amfibi
serta 17% burung di dunia terdapat di Indonesia. Potensi sumberhayati yang
berasal dari tumbuhan terdiri dari 400 jenis tanaman penghasil buah, 370 jenis
tanaman penghasil sayuran, 70 jenis tanaman berumbi, dan 55 jenis tanaman
rempah. Potensi keberagaman hayati ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pangan, sumber pakan ternak, bahan baku farmasi, bahan baku industri dan
bahan obat-obatan.
c. Lahan pertanian
Total daratan di Indonesia 40 %-nya berpotensi untuk dijadikan sebuah lahan
pertanian. Selain itu, jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau
serta curah hujan cukup tinggi merupakan potensi yang dapat menunjang
pertanian. Meskipun demikian, potensi ketersediaan lahan pertanian di
Indonesia belum dimanfaarkan secara maksimal.
d. Tenaga Kerja
Saat ini, ada 35 juta tenaga kerja di sektor agrikultur. Sayangnya,
pesebarannya belum merata dengan pesebaran lahan sehingga, ada daerah
yang kelebihan tenaga kerja dan ada pula yang kekurangan tenaga kerja.
Selain itu, jika kemampuan dan ketrampilan tenaga kerja ditingkatkan maka
tingkat produksi juga akan meningkat.
e. Pasar
Bahan pangan hasil dari olahan sektor agrikultur mempunyai potensi besar
untuk dimanfaatkan lebih dari 230 juta penduduk Indonesia. Jumlah
konsumen yang besar merupakan potensi pasar yang sangat besar dalam
sektor agrikultur. Oleh karena itu, bahan pangan hasil olahan tersebut harus
terus dikembangkan guna memaksimalkan potensi pasar.
Pembahasan:
Tanam paksa atau dalam bahasa Belanda disebut “cultuurstelsel” adalah
sistem yang diterapkan penjajah Belanda agar dapat mendapatkan penghasilan
sebesar-besarnya dari wilayah jajahannya di Hindia Belanda.
Pada sistem ini 20% (1/5) dari tanah pertanian dipaksa digunakan utnutk
menanam tanaman untuk ekspor, dan dimana petani dipaksa untuk bekerja di
perkebunan milik Belanda selama 60 hari. Hasil tanam ini harus diserahkan
kepada pemerintah Belanda.
Pemerintah Belanda menerapkan sistem ini karena mengalami krisis
keuangan akibat biaya besar yang harus dikeluarkan dalam mengatasi
pemberontakan oleh Pangeran Diponegoro di Jawa pada tahun 1825-1830.
Pemberontakan ini mengancam kekuasaan Belanda di Indonesia, yang harus
mendatangkan pasukan tambahan dari Eropa dan dari pulau luar Jawa
sebelum bisa mengalahkan Pangeran Diponegoro.
Besarnya beban keuangan pemerintah Belanda ini dapat diukur dari
anggaran Hindia Belanda yang memiliki hutang sebesar 30 juta florin, dan
harus membayar bunga sebesar 2 juta florin setiap tahunnya.
Selain itu, pemerintah Belanda di Eropa juga mengalami masalah keuangan
akibat pemberontakan Belgia yang membuat lepasnya negara Belgia dari
Belanda pada tahun 1830.
Kedua faktor ini membuat Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu,
Johannes van den Bosch untuk menerapkan metode yang dapat meningkatkan
pendapatan pemerintah Belanda dari wilayah jajahanya.
Sistem tanam paksa membuat para penduduk di Hindia Belanda harus
menanam tanaman produksi untuk ekspor seperti kopi, karet, teh dan
tembakau. Tanaman ini memiliki nilai jual tinggi, dan diekspor oleh
pemerintah Belanda untuk menghasilkan pendapatan besar.
Sistem ini sangat berhasil membuat Belanda meraup keuntungan besar,
sehingga Hindia Belanda bisa mengirim keuntungan sebesar 15 juta florin
pada tahun 1851 ke pemerintah Belanda di Eropa.
Namun sistem ini menimbulkan penderitaan bagi warga asli yang harus
bekerja paksa di perkebunan milik Belanda. Sistem ini membuat produksi
tanaman pangan terbengkalai dan tanah yang dapat digunakan untuk
menanam pangan seperti padi dipaksa dipakai untuk menanam tanaman
produksi.
20. Latar belakang terhadap pecahnya perang di Bali pada tahun 1846
antara Belanda dengan kerajaan Buleleng
Perang Bali merupakan ekspedisi milter pertama yang dilakukan oleh
Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger terhadap kerajaan Buleleng yang
berada di Bali pada tahun 1846. Tujuan Belanda mengirimkan ekspedisi
mileternya yaitu untuk menyampaikan ultimatum yang berisi keharusan pihak
Buleleng untuk menghapus hak tawan Karang dan juga mengakui kedaulatan
Belanda. Akan tetapi kerajaan Buleleng yang kala itu dipimpin oleh raja dan
patihnya Gusti Jelantik tidak mempedulikan ultimatum Belanda tersebut.
Peperangan yang terjadi antara rakyat Bali dan Belanda dipicu oleh masalah ...
“Hak Tawan karang”, yaitu hak raja-raja Bali atas kapal yang karam di
wilayahnya.
Pembahasan:
Pada tahun 1846, I Gusti Ketut Jelantik, patih (perdana menteri) dari Kerajaan
Buleleng di pulau Bali, memimpin upaya melawan upaya Belanda
menaklukkan pulau Bali.
Perlawanan Bali berakhir setelah Ketut Jelantik kalah perang, akibat serangan
Belanda berikutnya yang terjadi pada tahun 1849. Kali ini, pasukan Belanda
dibantu oleh tembakan meriam dari kapal-kapal laut. Ketut Jelantik akhirnya
tewas saat diserang saat mengungsi ke Kintamani di Gunung Batur, di wilayah
Kerajaan Karangasem pada tahun 1849.
Dalam penerapan One-child Policy ini, pemerintah China kala itu ikut
mengatur secara detil mengenai masalah perkawinan, seperti; usia
perkawinan, waktu kehamilan, metode pengendalian kehamilan, dan lain-
lain
Suku
Anak Dalam (sumber: egindo.co)
2. Perubahan Sosial Cepat (Revolusi)
Sementara itu, revolusi adalah sebutan bagi perubahan yang berlangsung
dengan sangat cepat. Revolusi mengubah dasar dari kehidupan pokok di
masyarakat. Salah satu contohnya yang pernah mengubah dunia adalah
Revolusi Industri di Eropa, saat itu pabrik yang bekerja dengan alat tradisional
digantikan dengan mesin-mesin besar. Syarat terjadinya evolusi harus ada
tujuan konkret yang dapat dicapai. Artinya, tujuan itu dapat dilihat oleh
masyarakat dan dilengkapi oleh suatu ideologi tertentu.
Seranga
n bom di Damaskus, Suriah yang menimbulkan kerusakan infrstruktur dan
korban jiwa (sumber: panjimas.com)
31. Factor pendorong terhadap perubahan social
Awal proses perubahan sosial adalah adanya kontak dari seseorang atau kelompok
kepada orang atau kelompok lain. Melalui kontak sosial terjadilah proses
penyampaian informasi tentang gagasan, ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya
yang berupa fisik.
Dua kebudayaan yang saling bertemu akan saling memengaruhi yang akhirnya
membawa perubahan. Dengan demikian, berhubungan dengan budaya lain dapat
mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
Hubungan atau kontak dengan kebudayaan lain dapat dilakukan secara difusi,
akulturasi, asimilasi, dan akomodasi.
Selain itu, pendidikan sekolah mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara
ilmiah dan objektif. Dengan pengetahuan itu, seorang individu dapat menilai
apakah kebudayaan masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman
atau tidak.
Selain itu, adanya keinginan untuk maju dalam diri seseorang memicu munculnya
perubahan-perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya terjadi karena ada
rasa tidak puas terhadap situasi dan kondisi saat itu.
Jadi, semakin terbuka sistem lapisan masyarakat semakin besar peluang untuk
melakukan perubahan-perubahan yang tentunya menuju ke arah yang lebih baik.
Apabila perasaan itu terjadi dalam waktu yang lama akan menimbulkan tekanan-
tekanan yang disertai dengan kekecewaan hingga pada suatu waktu memunculkan
revolusi dalam tubuh masyarakat tersebut.
PEMBAHASAN
Isi tuntutan reformasi pada dasaranya adalah permintaan mahasiswa yang
melakukan demonstrasi besar-besaran pada tahun 1998 untuk usaha
mengakhiri masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Terdapat enam tuntutan reformasi yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Menegakkan supremasi hukum > Pemerintahan pada masa Orde Baru
dianggap sebagai pemerintahan yang korup. Hal ini dikarenakan pemimpin
negara dianggap mempermainkan hukum sehingga pelaku KKN di
pemerintahan masih dapat menikmati kebebasan. Supremasi hukum sendiri
ialah pernyataan bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama di mata
hukum. Oleh karena korupnya pemerintahan pada masa Orde Baru,
dituntutlah penegakkan supremasi hukum ini.
2. Memberantas KKN (Koropsi, Kolusi, dan Nepotisme) > KKN adalah hal
yang dianggap sangat marak dilakukan oleh oknum eksekutif dan yuridikatif
pada masa Orde Baru. Demi membersihkan praktik tidak terpuji ini,
pemberantasan KKN dijadikan sebagai salah satu tuntutan reformasi.
3. Mengadili Presiden Soeharto beserta kroninya > Praktik KKN yang
dilakukan pada masa Orde Baru meningkatkan kecurigaan masyarakat atas
adanya hubungan praktik KKN di pemerintahan Orde Baru dengan Presiden
Soeharto beserta kroninya. Oleh karena itu, masyarakat menuntut Soeharto
untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden dan diadili beserta kroninya.
Sayangnya setelah Soeharto mundur dari jabatan presiden, ia tidak pernah
diadili hingga akhir hayatnya.
4. Melakukan amandemen UUD > Rezim Orde Baru yang dianggap
menafsirkan hukum sendiri demi kepentingan golongan sendiri. Hal ini
dengan demikian dapat menguntungkan kelompok tertentu untuk menempati
jabatan penting di pemerintahan. Oleh karena hal terdapat tuntutan
dilakukannya amandemen pada UUD.
5. Mencabut dwifungsi ABRI > Adanya berbagai campur tangan ABRI dalam
bidang pemerintahan Orde Baru membuat masyarakat resah karena
menganggap ABRI sudah melenceng dari tugas dasarnya sebagai pelindung
negara. Hal ini menyebabkan masyarakat menuntut agar dwifungsi ABRI
(menjaga negara dan memegang kekuasaan negara) dicabut.
6. Memberi otonomi daerah > Tuntutan ini adalah untuk dilakukannya
desentralisasi (memberi otonomi pada daerah) oleh karena adanya sentralisasi
pada pemerintahan Orde Baru. Hal ini dianggap dapat lebih mengembangkan
berbagai daerah yang ada di Indonesia.