Anda di halaman 1dari 4

1. Sejarah polistyrene.

Eduard Simon & Hermann Staudinger Polymer Research

Apoteker Jerman Eduard Simon menemukan polystyrene pada tahun 1839 ketika ia
mengisolasi substansi dari resin alami. Namun, dia tidak tahu apa yang dia temukan. Butuh
ahli kimia organik lain bernama Hermann Staudinger untuk menyadari bahwa penemuan
Simon, yang terdiri dari rantai panjang molekul styrene, adalah polimer plastik.

Pada 1922, Staudinger menerbitkan teorinya tentang polimer. Mereka menyatakan bahwa
karet alam terbuat dari rantai monomer berulang panjang yang memberi karet elastisitasnya.
Dia melanjutkan dengan menulis bahwa bahan yang diproduksi oleh proses termal styrene
mirip dengan karet. Mereka adalah polimer tinggi, termasuk polystyrene. Pada tahun 1953,
Staudinger memenangkan Hadiah Nobel Kimia untuk penelitiannya.

2. Sumber bahan baku.

Polystyrene foam atau yang lebih dikenal styrofoam banyak digunakan untuk


kemasan, bahan kerajinan, dekorasi, bahan bangunan, dan sebagainya. Namun
penggunaan polystyrene foam  untuk kemasan masih menimbulkan beberapa
kontroversi. Beberapa pandangan negatif muncul mengenai penggunaan polystyrene
foam seperti menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan. Menurut aspek
lingkungan, polystyrene foam merupakan material yang sulit terurai secara alami oleh
alam. Penanganan sampah polystyrene foam yang sebatas pembuangan saja akan
membebani alam dalam penguraiannya. Oleh karena itu kegiatan pengelolaan
sampah polystyrene foam perlu dilakukan. Salah satu metode pengelolaan
sampah polystyrene foam  untuk dijadikan suatu produk yang lebih berguna dan
bermanfaat bagi masyarakat pada masa yang akan datang adalah mengkonversi
sampah polystyrene foam menjadi bahan bakar. Bagaimanapun juga dilihat dari
bahan dasarnya sampah polystyrene foam  berpotensi mempunyai nilai ekonomis
sebagai sumber bahan baku jika diolah dengan cara yang tepat yaitu akan
menghasilkan hidrokarbon sebagai bahan dasar energi. Konversi sampah polystyrene
foam menjadi bahan bakar adalah dengan cara perengkahan sampah polystyrene
foam menggunakan katalis (catalytic cracking) yang dijalankan pada suhu lebih
rendah daripada thermal cracking. Pada penelitian ini, sampah polystyrene
foam direngkah menggunakan katalis H-Zeolit pada suhu 360 oC. Hasil perengkahan
sampah polystyrene foam dianalisa menggunakan alat GC-MS. Hasil perengkahan
sampah polystyrene foam pada suhu 360oC dengan katalis H-Zeolit menghasilkan
85,52% fraksi gasoline dan 7,4% fraksi kerosin dan diesel dengan komposisi
fraksi gasoline 100% golongan aromatik. Kandungan senyawa aromatik yang tinggi
dalam gasoline bersifat karsinogen, sebagai pembentuk deposit dan penyumbang
emisi gas buang berbahaya.
3. Kebutuhan Polistyrene di Indonesia.

Perkembangan akan kebutuhan polistirena di Indonesia untuk beberapa tahun


mendatang, diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 1. Data kebutuhan monomer dan polimer di Indonesia berikut ini.

Tabel 1. data Kebutuhan monomer dan polimer di Indonesia (1000 Ton/Thn)


No Produk 2003 2004 2005 2006 2011* 2015*
1. Ethylene 1197 1314 1432 1561 2147 2609
2. Propylene 750 818 892 972 1337 1625
3. Styrene Monomer 220 242 265 302 443 581
4. VinylChlorideMonomer 348 376 406 438 572 722
5. Polyethylene 783 861 947 1023 1421 1795
6. Polypropylene 720 792 871 958 1378 1703
7. Polystyrene 128 141 155 170 246 305
8. Poly Vinyl Chloride 375 413 454 499 745 1024

Tingginya kebutuhan polistirena di Indonesia berdampak pada jumlah impor


polistirena yang terus meningkat tiap tahunnya.

Tabel 2. Data Impor Polistirena di Indonesia


Tahun Kapasitas(Ton)
2002 6.182,44
2003 6.928,98
2004 7.393,503
2005 6.446,801
2006 5.532,667

4. Fungsi/kegunaan polistyrene.

Kegunaan Polistirena
1. Manufaktur

Peralatan makan sekali pakai memiliki nilai praktis yang tinggi. Keberadaan alat

makan sekali pakai memungkinkan Anda untuk tidak membawa alat makan logam

jika berencana makan di luar. Produksi peralatan makan tersebut dimungkinkan

dengan adanya polimer polistirena. Polistirena berbentuk lembaran atau cetakan


banyak digunakan untuk memproduksi peralatan makan plastik yang didesain untuk

penggunaan sekali pakai.

2. Pengemasan

Terdapat banyak produk makanan di supermarket yang dikemas menggunakan

kemasan plastik polistirena. Kemasan berbahan plastik polistirena biasanya

digunakan untuk membungkus produk makanan yang mudah rusak seperti daging,

ikan, telur, buah, dan sayuran, karena dapat mencegah bahan makanan tersebut

cepat busuk. Maka dari itu, pengemasan menggunakan plastik polistirena menjadi

salah satu cara paling efektif dan rendah biaya untuk menjaga produk makanan

tetap segar.

3. Konstruksi Bangunan

Plastik polistirena memiliki sifat isolasi yang baik sehingga dapat diaplikasikan pada

proses konstruksi sebagai bahan penyekat plafon, dinding, lantai, dan sebagainya.

Penyekatan menggunakan polistirena dapat menjaga ruangan dari fluktuasi suhu

dan kelembapan. Polimer yang satu ini juga sering diaplikasikan pada bagungan

dengan dinding kedap suara.

4. Peralatan Medis

Karena karakteristiknya yang memiliki tampilan bening dan tahan proses sterilisasi,

polistirena juga digunakan untuk memproduksi berbagai peralatan medis. Beberapa

diantaranya seperti tabung tes, cawan petri, dan gelas medis.

5. Kerajinan

Polistirena ekstrusi berbentuk foam sangat mudah untuk dipotong dan dipangkas

menjadi berbagai macam bentuk dan ukuran. Atas alasan tersebut, polistirena jenis

tersebut sering digunakan untuk membuat kerajinan seperti tatakan lilin, atau

ornamen pohon natal.

Anda mungkin juga menyukai