Anda di halaman 1dari 47

POLYETHYLENE

TEREPHTHALATE
Presented by
Kelompok 7
Proses Petrokimia 2024
Anggota Kelompok 7

Angeline Widjaja Albert Mustika Anindha Tirta Paramastri Hanifah Fadhillah Afraa
2206028743 2206028472 2206028301 2206028781
Outline
Pembahasan

01 PENDAHULUAN 04 ALUR DAN DIAGRAM


PROSES PRODUKSI (TPA)

REAKSI
02 PEMINATAN DAN
KETERSEDIAAN PRODUK 05 TERMODINAMIKA,
KINETIK DAN KATALIS
PENGOLAHAN LIMBAH
BAHAN BAKU DAN
03 MANFAAT 06 DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
Pendahuluan
01 Definisi dan
karakteristik PET

02 Kegunaan PET

03 Posisi PET dalam


pohon petrokimia
Apa itu
Polyetylene
terephtalene?
PET merupakan polimer rantai panjang berbentuk serat
sintesis polyester yang transparan dengan daya tahan kuat,
tahan terhadap asam, kedap udara, fleksibel, dan tidak rapuh.

PET diciptakan dari polimerisasi etilen glikol (EG) dan asam


tereftalat (TPA). Etilen glikol diekstraksi dari etilen dalam
wujud cairan tidak berwarna sedangkan asam tereftalat
didapatkan dari xyilena dalam bentuk kristal padat. PET
merupakan bentuk poliester paling murni dengan rumus
kimia (C10H8O4)n.
Karakteristik PET
Massa jenis 192 g/mol

Berat molekul 104.14 g/mol

Densitas 1,3 - 1,4 g/cm^3

Titik lebur 250-260 °C

Konduktivitas termal 0,15-0,4 W/mK

Specific heat
1000-1350 J/KgK
capacity
Sejarah
PET
J. Rex Whinfield dan James T. Dickson

PET pertama kali dibuat di Inggris oleh J. Rex Whinfield dan


James T. Dickson dari Asosiasi Percetakan Calico saat
penelitian asam phthalic dimulai pada tahun 1940. Pada
saat itu ada pembatasan masa perang sehingga pematenan
senyawa baru tidak dapat segera dipublikasikan.
Sejarah PET
1941 1946 1950-an 1960-an 1970-an

DuPont di Amerika Serikat mematenkan PET mulai digunakan untuk


PET dipatenkan oleh John PET mulai diproduksi PET mulai digunakan
PET dengan nama dagang "Dacron". wadah makanan dan
Rex Whinfield dan James secara komersial untuk film plastik dan
ICI di Inggris mematenkan PET dengan minuman dan aplikasi
Tennant DIckson di untuk serat tekstil lembaran.
nama dagang "Terylene" otomotif dan elektronik.
Inggris

2020-an 2010-an 2000-an 1990-an 1980-an

PET masih menjadi PET menjadi salah satu bahan plastik Penggunaan PET untuk botol PET mulai digunakan
PET mulai digunakan untuk
salah satu bahan yang paling banyak digunakan di minuman terus meningkat dan untuk daur ulang.
aplikasi energi terbarukan.
plastik yang paling dunia. Penelitian dan pengembangan PET mulai digunakan untuk
banyak digunakan di terus dilakukan untuk meningkatkan aplikasi medis.
dunia. sifat dan aplikasi PET.
KEGUNAAN PET
Kemasan pangan Produk tekstil (serat) Komponen otomotif

Film dan lembaran Kemasan blister Bahan periklanan


(spanduk)
POSISI DALAM POHON PETROKIMIA
Bahan Dasar Bahan Baku Produk Dasar Produk Antara Produk Akhir

Polietilen
Gas Alam Propana Etilena Etilen Oksida Etilen Glikol
Tereftalat

Etilen glikol merupakan


bahan baku pembuatan
polietilen tereftalat
(PET). PET diciptakan
dari polimerisasi etilen
glikol (EG) dan asam
tereftalat.
Peminatan dan 01 Komoditas Impor dan
Ekspor
Ketersediaan
produk
02 Perusahaan penghasil
PET di Indonesia

03 Produksi Polietilena
Tereftalat secara umum
Industri plastik di Indonesia terus
mengalami peningkatan seiring dengan

Bagaimana? meningkatnya industri plastik, kebutuhan


bahan baku polietilena tereftalat (PET)
Komoditas Impor tentu akan meningkat menyesuaikan
kebutuhan konsumen. Namun, adanya
dan Ekspor PET keterbatasan jumlah bahan baku plastik
menyebabkan Indonesia masih bergantung
dengan impor ke luar negeri

Berdasarkan tabel disamping, dapat


disimpulkan bahwa kebutuhan PET di
Indonesia pada setiap tahunnya meningkat
seiring berjalannya waktu. Maka dari itu,
Badan Pusat Statistika Indonesia (2023). dibutuhkan adanya peningkatan produksi
PET dalam negeri untuk mengurangi nilai
impor.
PERUSAHAAN PENGHASIL PET DI INDONESIA

PT. Petnesia Resindo PT. Polypet Karya Persada PT. Indorama Ventures Indonesia
PT. Petnesia Resindo memproduksi PT. Polypet Karya Persada memproduksi PT. Indorama Ventures Indonesia
Polyethylene Terephthalate (PET). Polyethylene Terephtalate (PET). memproduksi Polyethylene Terephtalate
Perusahaan ini beroperasi sejak 1996 di Perusahaan ini sudah beroperasi sejka 1994. (PET). Perusahaan ini sudah beroperasi sejka
Tangerang. Pabrik ini mampu menghasilkan Saat ini perusahaan ini memiliki 3 plant 1996. Saat ini perusahaan ini mampu
PET dengan kapasitas produksi 85.000 dengan total kapasitas produksi 147.000 memproduksi Benang Filamen 82000
metrik ton per tahun. metrik ton per tahun. Ton/tahunResin PET 9700 Ton/tahun

Perusahaan ini memiliki pabrik dengan lahan Perusahaan ini memiliki pabrik di JL. Raya Perusahaan ini memiliki pabrik di DESA
seluas 3 Ha yang terletak di Jl. Mohammad Anyer, Km. 121, Ciwandan, Kepuh, Kec. CIHUNI PAGEDANGAN KAB. TANGERANG
Toha Km 1, Tangerang Indonesia. Ciwandan, Kota Cilegon, Banten 42446 BANTEN 15332 INDONESIAJL. Raya Anyer,
Km. 121, Ciwandan, Kepuh, Kec. Ciwandan,
Kota Cilegon, Banten 42446
Bagaimana?
Kebutuhan terhadap
PET di Indonesia
Berdasarkan data yang didapatkan dari
angka ekspor dan impor PET, dapat
disimpulkan bahwa

Kebutuhan impor PET di Indonesia pada


tahun 2022 sebesar 81,807.81 ton/tahun

Dan diperkirakan kebutuhan impor PET pada


tahun 2035 adalah 519,496 ton/tahun
Bahan Baku
dan Manfaat
01 Bahan Baku dalam
proses produksi PET

02 Kegunaan dan
pemanfaatan PET
Bahan Baku dalam Produksi PET
BAHAN BAKU UTAMA BAHAN BAKU
PENUNJANG
Asam Tereftalat (TPA)
Asam Tereftalat memiliki rumus molekul C6H6(COOH)2. Dalam suhu
ruang dan tekanan normal TPA berwujud padat (bubuk berwarna putih), Ethlylene Glycol
dengan berat molekul 166,13 g/mol, densitasnya sebesar 1,522 g/cm3 dan Stabilizer
kelarutan dalam airnya senilai 1.7 g/ 100 mL pada suhu ruang (25 °C). Inhibitor phosphorus
Etilen Glikol (alkil fosfat atau asam
Etilen Glikol memiliki rumus molekul C2H6O2. Dalam suhu ruang dan fosfat)
tekanan normal etilen glikol berwujud liquid tak berwarna, dengan berat Titanium (IV) oxide
molekul 62,07 g/mol, densitasnya sebesar 1,11 g/cm³ degan kelarutan Potassium hydroxide
dalam air, dapat bercampur dengan sampurna Nitrogen dioxide Gas
Antimony Trioksida Zinc Acetate
Antimony Trioksida memiliki rumus molekul Sb2O2. Dalam suhu ruang
Magnesium acetate
dan tekanan normal Antimony Trioksida berwujud kristal padat (bubuk
berwarna putih) dengan berat molekul 291.52 g/cm3, densitasnya sebesar
5.2 g/cm3 dengan kelarutan dalam airnya sebesar 1.4 mg/100 ml pada
suhu (30°C)
BLOCK FLOW DIAGRAM PET PRODUCTION
Proses ini dibagi dalam 4 tahap, yaitu
Proses Pencampuran umpan
Etilen glikol, TPA, dan katalis dicampur
hingga membentuk paste atau slurry
Proses Esterifikasi
Pasta ynag terbentuk akan diesterifikasi
untuk membentuk BHET
Proses Pre-kondensasi
Pre-treatment untuk BHET sebelum
memasuki proses polikondesasi
Block flow diagram proses produksi polietilena tereftalat Proses Polikondensasi
dengan bahan TPA (asam tereftalat) Menyatukan monomer BHET menjadi
polimer polietilena tereftalat
BLOCK FLOW DIAGRAM PET PRODUCTION
Proses ini dibagi dalam 4 tahap, yaitu
Proses Pencampuran umpan
Etilen glikol, DMT, dan katalis dicampur hingga
membentuk paste atau slurry
Proses Esterifikasi
Pasta ynag terbentuk akan diesterifikasi untuk
membentuk BHET, kemudian etilen glikol dan MeOH
yang tidak bereaksi dialirkan menuju kolom distilasi
untuk dipisahkan dan di recycle sebagai umpan
Proses Pre-kondensasi
Pre-treatment untuk BHET sebelum memasuki proses
polikondesasi
Proses Polikondensasi
Block flow diagram proses produksi polietilena tereftalat Menyatukan monomer BHET menjadi polimer

dengan bahan DMT (dimeteil tereftalat) polietilena tereftalat, etilen glikol yang tidak berekasi di
umpan kembali ke mixing tank
Alur dan Diagram
Proses Produksi Proses flow diagram
dengan PTA 01 produksi PET dengan
Asam Tereftalat

02 Uraian proses produksi


PET
PROCESS FLOW
DIAGRAM PET
DENGAN TPA
(ASAM
TEREFTALAT)

Polietilena Tereftalat diproduksi dengan bahan baku utama yaitu,


Mono Ethylene Glycol (C2H6O2) dan Purified Terephthalic Acid
(C6H4(COOH)2) dengan katalis Antimony Trioxide (Sb2O3).

Secara umum proses yang terjadi dapat dibagi menjadi 3 proses,


yaitu esterifikasi, dan polikondensasi, dan kristalisasi
PRE-TREATMENT (UMPAN)
Pada proses ini umpan berupa Mono Ethylene Glycol
(C2H6O2) Mono Ethylene Glycol (C2H6O2) dan
Purified Terephthalic Acid (C6H4(COOH)2)
diumpankan ke dalam Slurry Mix Tank bersama
dengan katalis dan zat tambahan seperti stabilizer
(jika diperlukan) dll..

Terepthalate acid (TPA) dan ethylene glycol (EG) dari


tangki penyimpanan dialirkan dengan menggunakan
pompa dengan rasio molar 1:2. Selanjutnya Sistem pada Slurry Mix Tank merupakan
ditambahkan katalis antimony trioxide (Sb2O3) ke sistem terbuka dengan tanpa reaksi.
dalam mix tank. Untuk menyatukan umpan Etilen
Glikol dengan fasa liqiud dan TPA dengan fasa padat
Keadaan dalam reaktor berjalan pada
diaduk dengan metode paste preparation, sehingga
suhu ruang dan tekanan atmosfer
menghasilkan campuran Etilen Glikol dan TPA dengan
fasa semi-padat atau bisa juga disebut paste.
ESTERIFIKASI TPA DAN EG
Campuran Semi-Padat dari Slurry Mic Tank dilirkan ke
ke reaktor esterifier dimana merupakan alat dengan
kombinasi fungsi heat exchanger dan vapour separator
untuk dilakukan proses esterifikasi menghasilkan BHET
(Bis(2-Hydroxyethyl) terephthalate)

BHET yang dihasilkan pada reaktor 1 memiliki nilai


konversi hingga 90%, sedangkan pada reaktor ke 2 nilai
konversinya mencapai 96%. Produk samping (air) dan
etilen glikol yang tidak berekasi akan dialirkan menuju
REAKSI ESTERIFIKASI
distilasi, etilen glikol akan di recycle kembali menuju
Slurry Mix Tank, dan air akan dialirkan menuju Water
Treatment System.
etilen glikol asam tereftalat monomer BHET

Kondisi reaktor
Reaktor yang digunakan merupakan sistem terbuka
temperatur berkisar 260-270°C
dengan reaksi, dimana reaksi yang berlangsung adalah
tekanan berkisar 760-1520 torr
reaksi esterifikasi. Reaksi merupakan reaksi eksotermis.
POLIKONDESASI MONOMER BHET
Pada polymerizer, terjadi reaksi polimerisasi, yakni
menggabungkan monomer-monomer etilen tereftalat
menjadi satu dengan pengikat gugus ester (CO-O) sebagai
rantai kimianya menjadi rantai polimer yang panjang dimana
konversi reaksi adalah mencapai 99%.

Dalam reaktor Low Polymizer reaksi ini dipicu oleh hilangnya


EG pada esterifikasi. Prepolimerasi terjadi pada kondisi 0,01-
0,05 atm dan 270-300°C bergantung pada viskositas PET.
Sedangkan dalam reaktor High Polymizer Rantai polimer
pendek dari prepolimerisasi dipanjangkan disini, pada REAKSI POLIKONDENSASI BHET
kondisi 0,0001-0,001 atm dan 280-300°C bergantung pada
viskositas PET. Proses ini membutuhkan hasil recycle glikol.

Reaktor yang digunakan adalah Disk Ring Reactor dengan


sistem terbuka, reaksi yang terjadi adalah polimerisasi
dengan kondensasi yang merupakan reaksi eksotermis pada
tekanan rendah
PEMBENTUKAN PET
Lelehan PET output dari high polimerizer diteruskan
menuju shaping machine menjadi bentuk produk dua
produk. Apabila lelehan tersebut dipompa dengan
tekanan tinggi (100-200 bar), selanjutnya polietilen
dialirkan menuju filter untuk menyaring impurities,
kemudian dengan spinneret di regangkan menjadi
bentuk filamen, maka terbentuk polyester filamen
yang didinginkan dengan udara dingin. Dari filamen
ini, poetilen dapat diproses kembali dengan di pintal PEMBENTUKAN FIBER PET
dan digulung sehingga menghasilkan serat PET

Apabila ingin mendapatkan produk berupa chip atau


pellet, maka lelehan PET dipompa dengan tekanan
rendah dan melalui proses quenching dengan
bantuan gas NO2, selanjutnya dilanjutkan ke mesin
pelletizer/chipper.
ANALISIS PRODUK PET BERDASARKAN PERSENTASE MPA
YANG DIGUNAKAN DALAM BAHAN BAKU PET DENGAN
SPEKTROFOTOMETRI FT-IR
Berdasarkan hasil spektogram pada produk
hasil PET dengan proses dan waktu yanng
sama. Pada setiap persentase penggunaan
MPA (moderately purifed terephthalic acid)
tidak terlihat perubahan yag signifikan pada
setiap gugus pembentuk.

Namun pada gugus-COOH dengan panjang


gelombang 1712 menunjukkan bahwa
semakin tingginya persentase MPA dalam
bahan baku semakin tinggi gugus-COOH
MENGAPA DIGUNAKAN 2 REAKTOR UNTUK ESTERIFIKASI SEMENTARA
KENAIKAN KONVERSI NYA HANYA 6% DARI 90% MENJADI 96% ?
Dalam skala manufaktur, proses produksi dapat berbasis
ratusan sampai ribuan kilogram per-hari dengan sistem
continue, sehingga diperlukannya konversi yang besar
untuk menghasilkan produk yang diinginkan, sehingga
dalam skala tersebut 6% etien glikol dan TPA yang tidak
bereaksi juga diperhitungkan.

Dan apabila kita melihat pada PFD produksi PET


sebelumnya umpan yang tidak berekasi direcycle menuju
mix tank, hal ini merupakan salah satu upaya untuk
meminimalisir residu atau limbah yang harus diolah
sebelum dilepaskan ke lingkungan. Alih-alih mendapatkan
residu atau limbah, kita justru dapat menghasilkan
konversi produk yang lebih tinggi dengan cara ini.
Reaksi
Termodinamika, 01 Reaksi pembentukan
Polietilen Tereftalat
Kinetik dan
katalis
02 Katalis yang digunakan

03 Reaksi Termodinamika
REAKSI PEMBENTUKAN PET
Sintesis Monomer

Etilen Glikol : Proses pembuatannya


melibatkan etilen yang awalnya berinteraksi
dan bereaksi dengan udara sehingga
membentuk etilen oksida, selanjutnya etilen
oksida akan bereaksi dengan air agar
membentuk etilen glikol.

Asam tereftalat : Proses pembentukannya


melibatkan oksidasi p-xilena oleh oksigen
dalam udara.
REAKSI PEMBENTUKAN PET
Sintesis DMT
Proses sintesis dimetil tereftalat (DMT)
melibatkan proses esterifikasi asam tereftalat
dengan metanol.

Sintesis PET (esterifikasi TPA)


Proses pembuatan PET dilakukan antara asam
tereftalat (TPA) dengan Etilen Glikol (EG) melalui
proses esterifikasi. Dalam reaksi ini digunakan
katalis berupa Sb2O3 untuk mempermudah
reaksi esterifikasi dan meningkatkan efisiensi
dan efektivitas proses.
REAKSI PEMBENTUKAN PET
Sintesis PET (poliesterifikasi DMT)
Esterifikasi: DMT dan etilen glikol direaksikan bersama
dengan katalis, biasanya Sb2O3, untuk membentuk
monomer bis(2-hidroksietil) tereftalat (BHET).
Polikondensasi: BHET kemudian mengalami proses
distilasi vakum suhu tinggi untuk menghilangkan sisa air
dan kotoran lainnya. BHET kemudian dipanaskan
dengan adanya katalis,untuk memulai reaksi
polikondensasi. Reaksi ini melibatkan eliminasi
metanol.
Polimerisasi: Rantai polimer PET terus tumbuh karena
lebih
banyak BHET ditambahkan ke dalam campuran reaksi.
Reaksi biasanya dilakukan pada suhu tinggi dan tekanan
rendah untuk mendorong pembentukan rantai polimer
dengan berat molekul tinggi.
KATALIS YANG DIGUNAKAN
Katalis memainkan peran penting dalam sintesis PET (polyethylene terephthalate), karena
membantu mempercepat reaksi polimerisasi antara monomer, dimetil tereftalat (DMT)
atau asam tereftalat (TPA), dan etilen glikol. Katalis yang digunakan untuk memproduksi
PET umumnya adalah senyawa logam, seperti:

1. Antimon Trioksida (Sb203)


Katalis tersebut efektif dalam mempercepat
reaksi polimerisasi antara DMT atau TPA dengan
etilen glikol,serta membantu meningkatkan laju
dan hasil produksi PET.
2. Zink Asetat dan Magnesium Asetat
Katalis tersebut digunakan dalam sintesis DMT,
karena dapat membantu mempercepat reaksi
esterifikasi antara asam tereftalat dan metanol
untuk membentuk DMT.
Berikut data kinetika hasil transesterifikasi PET.

Sumber : K. Ravindranath, R. Mashelkar. (1986)

Dilihat pada tabel diatas penggunaan katalis yang berbeda akan mempengaruhi
temperatur, energi aktivasi, dan konstanta laju reaksi dalam sintesis PET
INHIBITOR YANG DIGUNAKAN
Dalam pembentukan rantai polimer, dibutuhkan inhibitor untuk menghentikan
pembentukan rantai polimer, dalam proses polimerisasi terbagi menjadi 3 tahap, yaitu
inisiasi, propagasi, dan terminasi. Inhibitor diperlukan untuk tahap terminasi sehingga
reaksi pembentukan rantai dapat berhenti

Senyawa Penstabil Fosfor


Aditif tersebut dapat membantu menstabilkan
polimer selama pemrosesan. Diameter partikel
antimoni fosfat yang lebih besar dapat
menyebabkan penurunan aktivitas katalitik
antimon, sehingga memperlambat laju produksi
polimer.
Senyawa yang sering digunakan: Alkil fosfat Asam fosfat

Alkil fosfat
Asam fosfat
ASPEK TERMODINAMIKA
Reaksi Esterifikasi Asam Tereftalat + Etilen Glikol : Reaksi Poliesterifikasi Dimetil Tereftalat + Etilen Glikol :
nC8H6O4 (TPA) + 2nC2H6O2 (EG) → (C10H804)n + nC10H10O4 (DMT) + 2nC2H6O2 (EG) → (C10H804)n +
2nH20 2nCH3OH

Entalpi pembentukan standar yang digunakan : Entalpi pembentukan standar yang digunakan :
C8H6O4 = - 770,7 kJ/mol C10H10O4 = - 344,7 kJ/mol
C2H602 = - 235,5 kJ/mol C2H602 = - 235,5 kJ/mol
C10H804 = 101,2 kJ/mol C10H804 = 101,2 kJ/mol
H20 = - 285,8 kJ/mol H20 = - 238,6 kJ/mol
Menggunakan hukum Hess, kita dapat menghitung Menggunakan hukum Hess, kita dapat menghitung
entalpi esterifikasi (ΔH = ΔHproduk - ΔHreaktan) entalpi esterifikasi (ΔH = ΔHproduk - ΔHreaktan)

ΔH = [(n*101,2)+(2n*-285,8)] - [(n*-770,7)+(2n*-235,5)] ΔH = [(n*101,2)+(2n*-238,6)] - [(n*-344,7)+(2n*-235,5)]


ΔH = -n*191,4 kJ/mol ΔH = -n*157,2 kJ/mol

Maka, reaksi bersifat eksotermis dan memiliki nilai Maka, reaksi bersifat eksotermis dan memiliki nilai
-191,4 kJ/mol per mol PET yang dihasilkan. -157,2 kJ/mol per mol PET yang dihasilkan.
ASPEK TERMODINAMIKA
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, proses pembentukan
polietilena tereftalat,
Kapasitas panas PET (Cp) tergantung oleh beberapa
faktor seperti temperatur, tekanan, dan kristalinitas
material. Umumnya, Cp PET berkisar pada angka 1.1 –
1.4 J/g.K.
Titik Didih: 260-265°C.
Reaksi Eksotermis
Pengolahan
Limbah dan
Dampak
terhadap
lingkungn 01 Pengolahan Limbah

02 Dampak industri
terhdap lingkungan
Pengolahan
Limbah
Limbah Produksi PET
Limbah Cair Limbah Gas Limbah Padat
Air Pendingin sisa Etilen Glikol dari esterifikasi Sisa monomer yang tidak
Air Limbah dan polimerisasi bereaksi
Tereftalat dari depolimerisasi Katalis bekas
Metanol dari transesterifikasi Polimer tidak sempurna
Karbon dioksida pembakaran Gumpalan PET dari
pemotongan dan
pencetakan
Pengolahan Limbah Cair
Mengandung kontaminan: COD, BOD, TSS, minyak dan lemak

Pengolahan Kimia
Elektro-Fenton: Teknologi ini menggunakan arus listrik dan Fenton's reagent
untuk mengoksidasi dan mendegradasi senyawa organik dalam limbah.
Koagulasi-flokulasi: Proses ini menambahkan bahan kimia untuk
menggumpalkan dan mengendapkan partikel-partikel tersuspensi dalam
limbah.
Pengolahan Limbah Cair
Mengandung kontaminan: COD, BOD, TSS, minyak dan lemak

Pengolahan Fisik
Penyaringan: Menghilangkan padatan tersuspensi dari air.
Sedimentasi: Membiarkan padatan tersuspensi mengendap di dasar tangki.
Flotasi: Mengangkat padatan tersuspensi ke permukaan air dengan menggunakan
gelembung udara.
Pengolahan Limbah Cair
Mengandung kontaminan: COD, BOD, TSS, minyak dan lemak

Pengolahan Biologis
SBR (Sequencing Batch Reactor): Sistem ini menggunakan lumpur aktif
untuk mengolah limbah cair secara biologis.
Pengolahan Biologis: Mikroorganisme digunakan untuk mendegradasi
senyawa organik dalam limbah.
Pengolahan Limbah Gas
CO2 (Karbon Dioksida), NOx (Nitrogen Oksida), SOx (Sulfur Oksida)
Perangkat Pengendalian Pencemar Udara (Air Pollution Control Device - APCD):
Scrubber: Menyerap gas polutan seperti SOx dan NOx menggunakan cairan tertentu.
Selective Catalytic Reduction (SCR): Mengurangi emisi NOx dengan menggunakan katalis.
Filter Kain (Fabric Filter): Menangkap partikulat padat hasil pembakaran.

Metanol (CH3OH)
Kondensasi: Mengembunkan gas metanol menjadi cairan melalui pendinginan.
Adsorpsi: Menyerap methanol pada bahan penyerap seperti karbon aktif.
Pengolahan Limbah Padat
(gumpalan PET)
Daur ulang PET secara kimiawi
Polimer dari limbah PET dipecah
menjadi bahan kimia yang berguna
dalam bentuk oligomer dan monomer
yang melibatkan berbagai teknik
depolimeriasi. Teknik-teknik ini
meliputi metanolisis, hidrolisis,
glikolisis, aminolisis, dan ammonolisis.
Dampak terhadap
Lingkungan
Pemborosan Energi
Dampak 01 Proses produksi PET memerlukan energi

Industri PET dalam jumlah besar, yang berkontribusi pada


tekanan terhadap sumber daya energi

Emisi Gas Rumah Kaca


02 Pembakaran bahan bakar fosil
menghasilkan emisi gas rumah kaca,
seperti karbon dioksida (CO2)

Pencemaran Lingkungan
03 Produk PET setelah dipakai sering kali
dibuang secara tidak tepat, menyebabkan
polusi plastik di lingkungan.
Referensi
Anggraini, L. (n.d.). PRA RANCANGAN PABRIK. URL:
http://repository.ubharajaya.ac.id/2965/2/201510235001_Lusi%20Anggraini_BAB%20I.pdf. Diakses tanggal 21 Februari 2024
Badan Pusat Statistika Indonesia (2023). Data Ekspor Impor - Badan Pusat Statistik Indonesia. www.bps.go.id. URL:
https://www.bps.go.id/id/exim.
Ecology Center (2019). PTF: ENVIRONMENTAL IMPACTS | Ecology Center. Ecologycenter.org. URL:
https://ecologycenter.org/plastics/ptf/report3/.
Made Safe (2019). MADE SAFE Viewpoint | Chemical Profile: Polyethylene Terephthalate (PET / PETE). [online] MADE SAFE a program of
Nontoxic Certified. URL: https://madesafe.org/blogs/viewpoint/chemical-profile-polyethylene-terephthalate-
pete#:~:text=Because%20PET%20doesn.
Rohman, M.A. (no date) Prarancangan Pabrik Polietilen tereftalat Dari Asam Tereftalat Dan Etilen Gikol Dengan kapasitas 175.000 ton/Tahun,
Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada. URL: http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/86186. Diakses tanggal 22
Februari 2024.
Sinha, V.K. and Patel, M.R. (no date) Pet waste management by Chemical Recycling: A review - researchgate, Pet Waste Management by
Chemical Recycling. URL: https://www.researchgate.net/publication/225472325_Pet_Waste_Management_by_Chemical_Recycling_A_Review.
Diakses tanggal 22 Februari 2024
Sinha, V., Patel, M.R. and Patel, J.V. (2008). Pet Waste Management by Chemical Recycling: A Review. Journal of Polymers and the
Environment, [online] 18(1), pp.8–25. doi:https://doi.org/10.1007/s10924-008-0106-7.
Thachnatharen, N., Shahabuddin, S. and Sridewi, N. (2021). The Waste Management of Polyethylene Terephthalate (PET) Plastic Waste: A
Review. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 1127(1), p.012002. doi:https://doi.org/10.1088/1757-899x/1127/1/012002.
Wythers, M.C. (2019). Advances in Materials Science Research. Nova Science Publishers.
Yau, C.C. (1998). US Patent for High clarity polyester containing sub-visual antimony phosphate derivatives particles Patent (Patent #
5,962,625 issued October 5, 1999) - Justia Patents Search. [online] patents.justia.com. Available at:
https://patents.justia.com/patent/5962625
Thank You

Anda mungkin juga menyukai