Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN PEMASARAN PENDIDIKAN

DI SMA NEGERI 1 CEMPAGA

Disusun Oleh :

Monadia

1801160067

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

TAHUN 2021

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan lembaga pendidikan semakin ketat.

Persaingan tersebut muncul karena lembaga pendidikan semakin banyak, yang

membuat lembaga pendidikan negeri maupun swasta tidak mendapatkan peserta didik

baru sesuai dengan target. Hal ini memicu adanya suatu persaingan yang semakin kuat

untuk mendapatkan peserta didik. Kualitas sebuah lembaga pendidikan tentu

mempengaruhi eksistensi lembaga pendidikan tersebut, sebab semakin berkualitas

lembaga pendidikan tesebut, maka semakin banyak siswa yang ingin masuk ke

lembaga pendidikan tersebut. Terpenuhinya jumlah siswa yang bersekolah dapat

menjaga eksistensi suatu lembaga pendidikan.

Semakin tingginya kehidupan sosial masyarakat sejalan dengan perkembangan

ilmu pengetahun dan teknologi, maka berdampak pada kebutuahan kehidupan social

masyarakat yang semakin meningkat. Pada akhirnya tuntutan itu berdampak pada

pendidikan, karena masyarakat meyakini bawa pendidikan mampu menjawab dan

mengatisipasi berbagai tantangan tersebut. Pendidikan merupakan salah satu upaya

yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai institusi tempat masyarakat berharap

tentang kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Pendidikan perlu

perubahan yang dapat dilakukan melalui perubahan dan peningkatan dalam

pengelolaan atau menajemen pendidikan di sekolah.1

Dalam usaha untuk memajukan lembaga pendidikan, suatu lembaga pendidikan

harus memiliki manajeman pemasaran. Karena manajemen telah menempati

1
Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 37
1
kedudukan setara di lembaga pendidikan dalam upaya pembinaan dan pengembangan

kegiatan kerja sama kelompok manusia dengan maksud untuk mencapai tujuan

tertentu. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sebagai salah satu bentuk

pengelompokan manusia yang tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan manajemen.

Sebab, pendidikan merupakan proses didalamnya memfokuskan pada tujuan tertentu

sebagai akhir dari proses tersebut.2

Pada dasarnya pemasaran di sekolah merupakan proses manajemen yang bertujuan

untuk melakukan identifikasi dan memberikan kepuasan terhadap pelanggan dan

masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan. Dengan demikian, bahwa

pemasaran merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh sekolah untuk

memberikan keputusan pada stakeholder atau masyarakat. Penekanan kepada

pemberian keputusan kepada stakeholder merupakan hal yang harus dilakukan oleh

setiap lembaga, jika lembaga tersebut mengingikan untuk mempu bersaing. Pemberian

keputusan secara terus-menerus dan berkesinambungan mengindikasikan adanya

proses layanan yang harus selalu melakukan inovasi dan pengembangan karena

kepuasan stakeholder merupakan proses yang selalu berubah.3

Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan,

mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan mengorganisasikan, mengarahkan,

dan mengkoordinir) serta mengawasi atau mengedalikan kegiatan pemasaran dalam

suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efesien dan efektif. Di dalam

fungsi manajemen pemasaran ada kegiatan menganalisis yaitu analisis yang dilakukan

untuk mengetahui pasar dan lingkungan pemasaranya, sehingga dapat diperoleh

2
Sri Minarti, Manajemen Sekolah Mengelola Lambaga Pendidikan Secara Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), hlm. 157
3
Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan
Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 98.
2
seberapa besar peluang untuk merebut pasar dan seberapa besar ancaman yang harus

dihadapi.4

Adapun tujuan dari pemasaran adalah membantu pengelola suatu organisasi untuk

memutuskan produk apa yang mesti ditawarkan terlebih dahulu dan menghasikan

kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat. Dilembaga pendidikan pemasaran bertujuan

untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang produk sekolah,

meningkatkan minat dan ketertarikan masyarakat tentang produk sekolah,

membedakan produk sekolah dengan produk sekolah lainya, memberikan penekanan

nilai lebih yang diterima masyarakat atas produk yang ditawarkan, dan menstabilkan

eksistensi serta kebermaknaan sekolah di masyarakat.5

Pada era sekarang ini persaiangan antar lembaga pendidikan yang begitu ketat,

menuntut sekolah untuk bersunguh-sungguh mendapatkan peserta didik. Lembaga

pendidikan yang diibaratkan sebuah produk, tentunya akan terjual apabila dipasarkan

secara baik, dalam upaya meningkatkan pelayanan pendidikan sangat diperlukan

pemasaran jasa pendidikan untuk menarik peserta didik baru dan memberikan mutu

pendidikan yang bagus dari ouput hasil suatu lembaga pendidikan tersebut. Pemasaran

dilakukan agar masyarakat mengetahui keungggulan dan program-program yang

dimiliki oleh lembaga pendidikan tersebut. Pemasaran harus dilakukan dengan faktor

manajemen yang baik.

Selama saya bersekolah Di SMA Negeri 1 Cempaga, sebagian besar masuk ke

lembaga tersebut dikarenakan SMAN 1 Cempaga adalah sekolah satu-satunya sekolah

Negeri di kec. cempaga dan dikenal dengan sekolah terbaik di Cempaga. siswa yang

bersekolah di situ rata-rata siswa dari berbagai wilayah, desa dan kec. Lainya.

4
Agustina Shinta, Manajemen Pemasaran, (Malang: Universitas Barawijaya Press, 2011), hlm. 1
5
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 130
3
SMA Negeri 1 Cempaga banyak di minati oleh masyarakat karena dipengaruhi

oleh beberapa faktor, diantaranya karena tempatnya yang strategis atau tidak jauh dari

masyarakat desa lainya, sudah berakreditas A dan saat ini sekolah ini dijuluki sekolah

model , menyediakan berbagai macam ekstrakulikuler, dan kondisi fisik bangunan dari

tahun ketahun sebagai mana yang ada dalam program kerja tahunan menunjukan

perkembangan yang cukup pesat, Nampak seperti ruang laboratorium sains, lab

computer, ruang seni, ruang PMR, ruang dram band, musolah beserta wc dan tempat

wudhu, tempat parkir murid dan guru, kantin, perpustakaan, lapangan futsal, volley,

dan badminton, dan ruangan kelas yang sekian tahun bertambah, dengan taman

sekolah yang menamabah sejuk, nyaman, dan menyenagkan untuk belajar.

Ibarat sebuah bisnis yang bersaing untuk mendapatkan pelanggan, SMAN 1

Cempaga bersaing dengan sekolah Negeri lainya. SMAN 1 Cempaga harus mampu

bersaing mendapatkan input siswa yang baik, sehingga perlu melakukan usaha

pengenalan lembaga terhadap masyarakat. Diharapkan manajemen pemasaran

dilakukan agar masyarakat mengenal dan berminat memilih SMAN 1 Cempaga

sebagai lembaga pendidikan yang mencetak siswa yang berkualitas.

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Manajemen Pemasaran Pendidikan di SMA Negeri 1

Cempaga.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dibentuk rumusan masalah yang

akan diteliti :

1. Bagaimana Perencanaan Pemasaran Pendidikan di SMA Negeri 1 Cempaga?

2. Bagaimana Peleksanaan Pemasaran Pendidikan di SMA Negeri 1 Cempaga?

3. Bagaimana evaluasi Pemasaran Pendidikan di SMA Negeri 1 Cempaga?


4
BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian manajemen.

Pendapat-pendapat tersebut berbeda satu sama lain. perbedaan itu terjadi karena adanya

perbedaan tinjauan tentang manajemen itu sendiri. Berikut ini akan dikemukakan

pengertian manajemen yang ditinjau dari beberapa segi.

a. Pengertian Manajemen Ditinjau dari Segi Seni (ART)

Pengertian manajemen ditinjau dari segi seni dikemukakan oleh Mary Parker

Follett. Follett mengatakan bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan

pekerjaan melalui orang lain.

b. Pengertian Manajemen Ditinjau dari Segi Ilmu Pengetahuan

pengertian manajemen ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dikemukakan oleh

Luther Gulick. Gulick mengatakan bahwa manajemen adalah bidang pengetahuan

yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana

manusia bekerja sama untuk mengahasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi

kemanusiaan.

c. Pengertian Manajemen Ditinjau dari Segi Proses

pengertian manajemen ditinjau dari segi proses dikemukakan oleh James A.F.

Stoner. Stoner mengatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan kegiatan anggota dan tujuan

penggunaan organisasi yang sudah ditentukan.

5
Dari berbagai pengertian manajemen diatas, dapat dirumuskan bahwa manajemen

adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian

kegiatan organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi lainya untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.6

2. Fungsi Manajemen

Fungsi dalam hal ini adalah sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai jenis

pekerjaan yang dapat digolongkan dalam satu kelompok sehingga membentuk suatu

kesatuan administratif.

Sebagimana dikatakan oleh Louis A.Allen di dalam bukunya “The Profesional of

Management” manajemen adalah suatu jenis pekerjaan khusus yang mengkehendaki

usaha mental dan fisik yang diperlukan untuk memimpin, merencana, menyusun, dan

mengawasi.

Allen, Louis A., Pekerjaan manajer itu mencakup empat fungsi, yaitu:

1) Memimpin (Leading)

2) Merencanakan (Planning)

3) Menyusun (Organizing)

4) Mengawasi dan meneliti (Controlling), yaitu menentukan langkah-langkah yang

lebih baik

Koontz Harold dan O’Donel Cyril menyebutkan terdapat lima fungsi pokok dalam

manajemen, yaitu:

1) Planning

2) Organizing

3) Staffing

4) Directing and leading

6
Alam, Ekonomi untuk SMA dan MA, (Jakarta: Erlangga, 2007) Hal. 127
6
5) Controlling7

B. Pemasaran Jasa Pendidikan

1. Pengertian Pemasaran Jasa Pendidikan

Pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial di mana individu dan

kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,

menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini

berdasarkan pada konsep inti: permintaan, produk dan kepuasan pelanggan.8

Menurut John R. Silber yang dikutip Buchari Alma, menyatakan bahwa:

Etika marketing dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual

dan pembentukan watak secara menyeluruh. Sebuah lembaga pendidikan harus

menjaga nama baik dan menekankan pada mutu layanan yang harus diberikan kepada

para siswa.

Philip Kotler dan Gary Amstrong mendefinisikan pemasaran dari segi definisi

social, pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan

kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan

orang lain.9

Jasa merupakan suatu fenomena yang sangat rumit. Kata jasa mempunyai banyak

arti dan ruang lingkup, yaitu hanya berupa pelayanan dari seseorang kepada orang lain,

bisa juga diartikan sebagai mulai dari pelayanan yang diberikan oleh manusia, baik

yang dapat dilihat, yang bisa dirasakan, sampai pada fasilitas-fasilitas pendukung yang

harus tersedia dalam penjualan jada dan benda-benda lainya.

7
Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen, Hal. 17-18
8
Thamrin Abdullah & Farncis Tantri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm. 14
9
Philip Khoter dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 5
7
Sebagai salah satu bentuk produk, jasa dapat didefinisikan sebagai setiap tindakan

atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain yang pada dasarnya

bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak mengahasikan kepemilikan sesuatu.

Jasa adalah intangible (seperti kenyamanan, hiburan, kecepatan, kesenangan, dan

kesehatan) dan perishable (jasa tidak mungkin disimpan sebagai persediaan yang siap

dijual atau dikonsumsi pada saat diperlukan)10

Pendidikan sebagai produk jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud akan

tetapi memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses dengan menggunakan atau tidak

menggunakan bantuan produk fisik, dimana proses yang terjadi merupakan interaksi

antara penyediaan jasa dengan penggunaan jasa yang mempunyai sifat tidak

mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan.11

Pada dasarnya jasa pendidikan adalah sesuatu yang diberikan oleh satu pihak

kepada pihak lain yang bersifat tidak berwujud dan tidak memiliki dampak

perpindahan hak milik. Hal ini sangat erat kaitanya dengan karakteristik jasa yang

perlu dipertimbangkan dalam merancang program pemasarannya. Jasa pendidikan

secara umum memiliki karakteristik utama sebagai berikut:

a. Tidak Berwujud (intangibility), jasa tidak berwujud seperti produk jasa, yang

menyebabkan penggunaan jasa pendidikan tidak dapat melihat, mencium,

mendengar, dan merasakan hasilnya sebelum mereka mengomsumsinya (menjadi

subsistem lembaga pendidikan). Untuk menekankan ketidakpastian, penggunaan

jasa pendidikan akan mencari tanda atau informasi dapat diperoleh atas dasar letak

lokasi lembaga pendidikan, lembaga pendidikan penyelenggaraan, peralatan dan

alat komunikasi yang digunakan, serta besarnya biaya yang ditetapkan.

10
Fatkuroji, Desain Model Manajemen Pemasaran Berbasis Layanan Jasa Pendidikan pada MTs Swasta Se-
Kota Semarang, Nadwa Jurnal Pendidikan Islam, Vol.9, No, 1, 2015, hlm. 72-73
11
Yoyon Bahtiar Irianto dan Eka Prihati, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 1, hlm. 335
8
b. Tidak terpisah (inseparability), jasa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari

sumbernya, yaitu lembaga pendidikan yang menyediakan jasa tersebut. Artinya,

jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi secara serempak (simulta) pada waktu

yang sama. Jika peserta didik memberi jasa maka akan berhadapan langusng

dengan penyediaan jasa pendidikan. Dengan demikian, jasa lebih diutamakan

penjualanya secara langusung dengan sekala operasi yang terbatas. Oleh, karena

itu lembaga pendidikan dapat menggunakan strategi bekerja dalam kelompok yang

lebih besar, bekerja lebih cepat, atau melatih para penyaji jasa agar mereka mampu

membina kepercayaan pelannanya (Peserta didik).

c. Bervariasi (Variability), jasa bersifat sangat variabel karena merupakan

nonstandardized out-put, artinya banyak vasiasi bentuk, kualitas dan jenis,

tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada 3 faktor

yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa, yaitu:

1) Partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa

2) Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan

3) Bebean kerja perusahaan

d. Perishability, jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat

disimpan. Apabila diperhatikan batasan dan karakteristik yang duutarakan diatas,

ternyata dunia pendidikan merupakan bagian dari batasan tersebut. Dengan

demikian lembaga pendidikan termasuk dalam kategori sebagai lembaga pemberi

jasa para konsumen, dalam hal ini siswa dan orang tua siswa. Mereka inilah yang

berhak memberikan penilain bermutu tidaknya keluaran (output) suatu lembaga

pendidikan.12

12
Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus
pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 173-174
9
Pemasaran jasa pendidikan merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang

dilakukan organisasi pendidikan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Kegiatan pemasaran pendidikan harus dapat

juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika mengingikan usahanya berjalan

terus, atau konsumen mempunyai pendangan yang baik terhadap lembaga pendidikan.

Pemasaran dalam konteks jasa pendidikan adalah sebuah proses social dan

manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan

(cereation) penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain dala bidang

pendidikan.13

Dengan demikian pemasaran jasa pendidikan adalah suatu proses penewaran mutu

lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan

memberikan kepuasan kepada konsumen.

2. Unsur Pemasaran

Unsur utama dalam pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama,

yaitu:

a. Unsur strategi persaingan

1) Segmentasi pasar, yaitu tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok

pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing konsumen ini memiliki

karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran tersendiri.

2) Targeting, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan

dimasuki.

13
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola
Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), Hlm. 225
10
3) Positioning, penetapan posisi pasar. Tujuanya adalah untuk membangun dan

mengkomunikasikan keunggulan bersaing prosuk yang ada di pasar ke dalam

benak konsumen.

b. Unsur tarik pemasaran

1) Differensiasi, berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam

berbagai aspek di perusahaan.

2) Bauran pemasaran (marketing mix), berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

mengenai produk, harga, promosi, dan tempat.

c. Unsur nilai pemasaran

1) Merk (brand), yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki

dan melekat pada suatu perusahaan. Jika brandquity ini dikelola dengan baik,

perusahaan yang bersangkutan setidaknya akan mendapatkan dua hal. Pertama,

para konsumen akan menerima nilai produknya. Mereka dapat merasakan

semua manfaat yang diperoleh dari produk yang mereka beli dan merasa puas

karena itu sesuai dengan harapan mereka. Kedua, perusahaan itu sendiri

memperoleh nilai melalui loyalitas pelanggan terhadap merek, yaitu

peningkatan margin keuntungan, keunggulan bersaing dan efisiensi serta

efektifitas kerja khususnya pada program pemasaranya.

2) Pelayanan atau sevice, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa

pelayanan kepada konsumen.

3) Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membua

setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses

memuaskan konsumen, baik secara langusng maupun tidak langusng.14

14
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedakan Kasus Bisnis, Reorientasi Konsep Perencanaan
Strategi untuk Menghadapi abad 21, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005). Hlm. 48-51
11
3. Fungsi Pemasaran dalam Pendidikan

Fungsi pemasaran dilembaga pendidikan adalah untuk membentuk citra baik

terhadap lembaga dan menarik minat sejumlah calon siswa. Oleh karena itu, pemasaran

harus berorientasi kepada “Pelanggan” yang dalam konteks sekolah atau madrasah

disebut dengan siswa. Disinilah perlunya sekolah atau madrasah untuk mengetahui

bagaimana calon siswa melihat sekolah atau madrasah yang akan dipilihnya. 15

Untuk membentuk citra baik terhadap lembaga dan dalam menarik minat sejumlah

calon siswa, maka lembaga pendidikan telah menggunakan atau mengambangkan

berbagai upaya strategi yang dikenal dengan strategi pemasaran (strategi marketing

mix).

Elemen bauran pemasaran yang terdiri atas 4P (Promotoin, Place, Price, Product)

tradisional ditambah 3 elemen P lagi yaitu Physical evidence, People dan Process

mempengaruhi calon siswa, sehingga mereka mau mendaftarkan masuk ke lembaga

pendidikan tersebut. Bauran pemasaran 7P tersebut akan diperolah calon siswa dari

berbagai sumber seperti dari media massa, orang tua, familli, alumni, guru sekolah,

siswa yang masih aktif dan sebagainya. Disamping itu ada empat faktor lain yang turut

mempengaruhi pilihan siswa yaitu lingkungan sosio cultural, dari mana calon siswa

berasal, apakah dia cocok bergaul dilingkungan lembaga pendidikan yang akan ia

masuki. Lingkungan politik dan hukum, lingkungan ekonomi dan teknologi,

lingkungan kompetitif dan lingkungan sumber daya semuanya menjadi bahan

pertimbangan calon siswa untuk memasuki sebuah lembaga pendidikan.16

15
Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Konsep Rencana Pengembangan
Sekolah/Madrasah, (Jakarta:Kencana, 2011),hlm. 101
16
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung:Alfabeta, 2009), hlm.54
12
4. Citra Terhadap Lembaga

Para konsumen membeli sesuatu, bukan hanya sekedar membutuhkan barang itu,

tetapi ada sesuatu yang lain yang diharapkan. Sesuatu yang lain itu sesuai dengan citra

yang terbentuk dalam dirinya. Oleh sebab itu, penting sekali organisasi memberi

informasi kepada publik agar dapat membentuk citra yang baik.17

Citra ini tidak dapat dicetak seperti membuat barang di pabrik, akan tetapi citra ini

adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang

tentang sesuatu. Citra terbentuk dari bagaimana perusahaan meleksanakan kegiatan

sekolahnya, yang mempunyai landasan utama pada segi pelayanan.18

Mirror Image,(Citra Cermin) suatu lembaga pendidikan harus mampu melihat

sendiri bagaimana image yang mereka tampilkan dalam melayani publiknya. Lembaga

harus dapat mengevaluasi penampilan mereka apakah sudah maksimal dalam member

layanan atau masih dapat ditinggalkan.

Multife Image,(Citra serbaneka) adakalanya anggota masyarakat memiliki berbagai

image terhadap lembaga pendidikan misalnya sudah ada yang merasa puas, bagus, da

nada yang masih banyak kekurangan, dan perlu diperbaiki. Ada yang merasa puas

untuk sebagai layanan, dan tidak merasa puas dengan beberapa sektor layanan lain.

Current Image,(Cirta kini) bagaimana citra terhadap lembaga pendidikan pada

umumnya. Current Image ini perlu diketahui oleh seluruh karyawan lembaga

pendidikan, sehingga dimana ada kemungkinan image umum ini dapat diperbaiki.

Jadi, image ini akan diperhatikan publik dari waktu ke waktu dan akhirnya akan

membentuk suatu pandangan positif yang akan dikonsumsikan dari satu mulut ke

mulut lain. Dalam kesibukan kita sehari-hari jangan melupakan keadaan fisik bisnis,

17
Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus
pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 54
18
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung: CV Alfabeta, 2013),hlm. 375
13
penampilan, fasilitas, kantor dan karyawan yang melayani publik harus selalu dalam

garis dengan satu tujuan memuaskan konsumen. Katakana pada mereka apa yang kita

perbuat untuk menjaga agar meraka selalu puas, dan tanyakan lagi apa yang mereka

inginkan agar dapat diperbaiki di masa yang akan datang.19

C. Manajemen Pemasaran Pendidikan

Manajemen pemasaran pendidikan berasal dari istilah manajemen dan pemasaran

pendidikan, ini merupakan ilmu yang di padukan dalam satu kegiatan. Artinya, fungsi-

fungsi yang ada dalam kedua ilmu tersebut di gabung dalam satu bentuk kerja sama.

Sebagaimana dijelaskan diawal, manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian kegiatan organisasi dan proses

penggunaan sumber daya organisasi lainya untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan. Menurut Koontz Harold dan O’Donel Cyril menyebutkan terdapat

lima fungsi pokok dalam manajemen, yaitu: Planning, Organizing, Staffing, Directing

and leading dan Controlling.

Sedangkan pemasaran pendidikan ialah sebuah proses kemasyarakatan dimana

individu dan kelompok memperolah apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

bernilai dengan orang lain.20 Jadi, manajemen pemasaran pendidikan dapat diartikan

sebagai proses perencanaan, penggerakan atau pengarahan dan pengendalian

pendayagunaan sumber daya yang dilakukan secara efektif dan efisien guna

menawarkan jasa pendidikan.

19
Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus
pada Mutu dan Layanan Prima, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 55-56
20
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2009). Hal 5
14
Jadi manajemen pemasaran pendidikan harus difahami oleh segenap kompunen

lembaga pendidikan, agar penerapan pemasaran pendidikan berada pada posisi yang

tepat sesuai dengan nilai dan sifat dari pendidikan itu sendiri. Dengan pemasaran yang

bagus maka lembaga pendidikan akan menjadi sasaran bagi konsumen yaitu, calon

siswa, sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara efektif dan efisien.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, Metode penelitian kualitatif ini

sering disebut metedologi naturalistikan karena penelitian dilakukan dengan cara

alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya

metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya disebut

metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih bersifat kualitatif.

“Metode penelitian kualitatif adalah metodelogi penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah ekperimen)

dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data digunakan secara

triagulagi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif

adalah menekankan pada makna pada generalisasi.21

Kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti, data yang sebenarnya

terjadi sebagaimana adanya, bukan sekedar data yang terlihat, terucap tapi data yang

mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut. Untuk mendapatkan

data yang pasti maka diperlukan berbagai sumber data dan berbagai teknik

pengumpulan data, dua sumber yang memberikan data yang berbeda, maka data

tersebut belum pasti.

Dengan metode kualitatif peneliti akan melakukan wawancara mendalam dengan

narasumber nantinya dengan begitu akan didapatkan informasi yang akan diperlukan

untuk kepentingan penelitian. Dengan begitulah peneliti menganggap bahwa metode

kualitatif ini sesuai untuk digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini.

21
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 1
16
B. Tempat Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penelitian yang berjudul Manajemen Pemasaran di

SMA Negeri 1 Cempaga, yang beralamat di jalan Cilik Riwut km. 28 Desa Sungai

Paring, Kecamatan Cempaga, Kalimantan Tengah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. Dalam penelitian ini,

peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai pengumpul data. Prosedur yang

di pakai dalam pengumpulan data yaitu: (1) Observasi, (2) Wawancara, dan (3)

Dokumentasi, yaitu sebagai berikut:

1. Obsevasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan,

dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek

sasaran. Observasi yang akan dilakukan di SMAN 1 Cempaga sesuai dengan judul

penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung

(berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam berwawancara terdapat

proses interaksi antara pewawancara dengan informan. Wawancara secara garis

besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara

terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam,

wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (open ended

interview). Sedangkan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara


17
baku (standardized interview) yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan

sebelumnya biasanya tertulis. Melalui wawancara ini penulis mengharapkan bisa

menemukan informasi yang diperlukan untuk kepentingan penelitian ini.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk melengkapi sekaligus menambah

keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan

dokumentasi yang ada di lapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan

keabsahan data. Analisis dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip dan dokumen yang berada ditempat penelitian atau yang

berada diluar tempat penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam

catatan dokumen. Fungsinya sebagai pendukung dan pelengkap bagi data-data

yang diperoleh melui observasi dan wawancara.

D. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun social yang dialami.22 Sementara itu menurut Suharsimi

Arikunto instrument adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti, dalam

kegiatanya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya. Berdasarkan definisi tersebut maka dalam penelitian ini,

instrument yang digunakan adalah kuesioner atau angket, pedoman dokumentasi.

22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta 2009. Hlm.102
18
E. Teknik Pengabsahan Data

Trianglulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain diluar data ini untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu.23

Trianglulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksaan melalui

sumber lainya. Teknik triangluasi sumber dilakukan dengan cara melakukan

wawancara dengan kepala sekolah, ketua penerimaan peserta didik baru, peserta didik

baru dalam hal proses manajemen pemasaran pendidikan di SMA Negeri 1 Cempaga.

Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan dan memeriksa kepercayaan

informan terhadap manajemen Pemasaran. Lalu teknik triangluasi metode yaitu

menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dapat

dikategorikan absah apabila terdapat konsiten dan kesesuaian informasi antara subjek

penelitian yang satu dengan subjek penelitian lainya,dan kesesuaian informasi

antara hasil wawancara, observasi, dan juga dokementasi.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik

kualitatif, yaitu teknik analisis interaktif yang memiliki langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi merupakan

data mentah dari lapangan. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan data yang relevan

untuk disajikan dan dapat menjawab pertanyaan. Setelah melakukan pemilihan

23
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm. 330
19
data, selanjutnya data yang telah dipilih kemudian disederhanakan dengan mengambil

data yang pokok dan diperlukan dalam menjawab permasalahan yang diteliti.

b. Penyajian Data

Data yang telah disusun dari hasil reduksi data, kemudian disajikan dalam bentuk

narasi deskripsi. Data yang disajikan merupakan data yang dapat digunakan untuk

menjawab permasalahan yang diteliti. Setelah data disajikan secara rinci, maka

langkah selanjutnya adalah membahas data yang telah disajikan tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan

Setelah data yang disajikan tersebut dibahas secara rinci, maka selanjutnya data

tersebut diambil kesimpulannya. Kesimpulan digunakan sebagai jawaban dari

permasalahan yang diteliti.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fattah, Nanang. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2012

Minarti, Sri. Manajemen Sekolah Mengelola Lambaga Pendidikan Secara Mandiri,

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011

Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan

Sekolah/Madrasah, Jakarta: Kencana, 2011

Shinta, Agustina .Manajemen Pemasaran, Malang: Universitas Barawijaya Press, 2011

Alam, Ekonomi untuk SMA dan MA, Jakarta: Erlangga, 2007

Thamrin Abdullah & Farncis Tantri, Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012

Fatkuroji, Desain Model Manajemen Pemasaran Berbasis Layanan Jasa Pendidikan pada

MTs Swasta Se-Kota Semarang, Nadwa Jurnal Pendidikan Islam, Vol.9, No, 1, 2015

Yoyon Bahtiar Irianto dan Eka Prihati, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009

Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi

dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta: Kaukaba, 2012

Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membedakan Kasus Bisnis, Reorientasi Konsep

Perencanaan Strategi untuk Menghadapi abad 21, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2005

Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Konsep Rencana

Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta:Kencana, 2011

Alma, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: CV Alfabeta, 2013

Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa

Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan Prima, Bandung: Alfabeta, 2009

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Jilid I, Jakarta: Erlangga, 2009
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2007

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2014

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai