Anda di halaman 1dari 193

RAMP ACTIVITY HANDLING PT.

GAPURA ANGKASA
DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA
DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL KUALANAMU KELAS I,
DELI SERDANG

TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat- Syarat Guna Penulisan Tugas Sarjana

Oleh

Rinta R. Chaidir

110403069

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

No. Dok.: FM-GKM-TI-KP-01-06A; Tgl. Efektif : 2 Juli 2012; Edisi : 2; Universitas


Rev : 0; HlmSumatera
: 1 dari 1Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrah matullaihi Wabarukatu,

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhhanawat’ala atas

berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada saya sehingga dapat

menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Penulisan Tugas Sarjana ini adalah bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat akademis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini juga merupakan

sarana bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan nyata yang

ada di perusahaan. Tugas Sarjana ini berjudul RAMP ACTIVITY HANDLING PT.

GAPURA ANGKASA DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DI

BANDAR UDARA INTERNASIONAL KUALANAMU KELAS I, DELI

SERDANG.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

untuk melengkapi Tugas Sarjana ini. Semeoga penelitian berkelajutan dan

bermanfaat bagi pihak terkait.

SEMANGAT PAGI …..

Medan, Januari 2018

Penulis

iv
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Sarjana yang ditulis ini telah mendapatkan bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan hati yang tulus

penulis mengucapkan terima kasih:

1. Kedua Orang tua yang selalu mendoakan saya.

2. Saudara Kandung

Kakak : Riri R. Chaidir, BSc., MSc.

Abang : Reza T. Chaidir, ST.

Adik : R. Chansa Chaidir

Mereka yang telah memberikan batuan semangat dan harapan untuk

menyelesaikan pendidikan tinggi sebagaimana baiknya.

3. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT., selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan nasehat selama

penyusunan Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ing. Ir. Yohanes Tarigan., selaku Wakil Dekan I

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

arahan melalui Ikatan Alumni USU dan motivasi dalam pelaksanan

tugas akhir.

5. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST., MT., Selaku Ketua Departemen

Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Buchari, ST., M.Kes. Selaku Serketaris Departemen Teknik

Industri Universitas Sumatera Utara.

v
Universitas Sumatera Utara
7. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan

sebagai bekal untuk penulisan tugas sarjana ini.

8. Kepada keluarga besar yang berada di medan maupun berada diluar

kota, kita yang telah memiliki kesempatan untuk bertemu agar tetap

saling membantu dalam mencapai kehidupan yang lebih baik.

Terkhusus saya ucapkan kepada:

- Oppung Ondi Simatupang (/dan keluarga) selaku pensiunan

Kementrian Perhubungan Udara RI. Dahulu menjabat sebagai

Kepala Radar Bandar Udara Internasional Polonia Kelas I Medan.

- Tulang Doni Simatupang, SSi., MSc.

- Tulang Ir. M. Said Rambe (/dan keluarga)

- Tulang M. Ali Rambe, ST. (/dan keluarga)

9. Kepada pihak perusahaan:

- Pak Mardiono (/dan staff) selaku deputi bandar udara PT.

Angkasapura-II di Bandar Udara Internasional Kualanamu Kelas-I,

Deli Serdang yang telah memberikan arahan dan masukan dalam

pelaksanaan tugas akhir.

- Pak Ufnizar (/dan staff) selaku manager operasi bandar udara PT.

Angkasapura-II di Bandar Udara Internasional Kualanamu Kelas-I,

Deli Serdang.

vi
Universitas Sumatera Utara
- Pak Faisal, Pak Wisnu, dan Ibu Yoana (/dan staff) selaku rekan kerja

di kantor cabang PT. Angkasapura-II di Bandar Udara Internasional

Kualanamu Kelas-I, Deli Serdang.

- Pak Nur Hassan (/dan keluarga) selaku general manager PT. Airnav

Indonesia (Perum) di Bandar Udara Internasional Kualanamu Kelas-

I, Deli Serdang.

- Pak Ahmad Ashari (/dan staff) selaku general manager PT. Gapura

Angkasa Cabang Kualanamu, Deli Serdang.

- Pak Irwansyah selaku manager operasi PT. Gapura Angkasa Cabang

Kualanamu, Deli Serdang. Dan staff operasi ground handling di

Bandar Udara Internasional Kualanamu Kelas-I, Deli Serdang.

- Staff operasi PT. Garuda Indonesia (Persero) di Bandar Udara

Internasional Kualanamu Kelas-I, Deli Serdang.

- Staff operasi PT. ACS Aerofood di Bandar Udara Internasional

Kualanamu Kelas-I, Deli Serdang.

- Staff operasi PT. Pertamina Aviation di Bandar Udara Internasional

Kualanamu Kelas-I, Deli Serdang.

- Staff operasi PT. GMF AeroAsia di Bandar Udara Internasional

Kualanamu Kelas-I, Deli Serdang.

10. Kepada sahabat KU yang “keringetnya” pernah sama-sama nguap:

- Yang spesial dari Angkatan Fajar MOA

- Rekan-rekan angota muda dan anggota biasa KOMPAS-USU

- Sesepuh dan angota luar biasa KOMPAS-USU

vii
Universitas Sumatera Utara
- Dan juga Abangda Bardianto KOMPAS-USU (Angkatan Geram)

selaku Inspektorat Bandar Udara Kemetrian Perhubungan RI yang

telah memberikan arahan dan motivasi.

11. Rekan XM Veteran Squad Club; Taufik, Ghaleb, Kahfi, Immanuel, Evan,

Dean, Kiswanto, Haga, dan teman-teman lain. Mereka yang telah

membantu dengan kebinalannya masing-masing dalam penyelesaian

laporan tugas Akhir ini.

12. Teman-teman di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU.

Khususnya stambuk 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang

telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian laporan

tugas akhir ini.

13. Seluruh staf dan pegawai Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan dukungan kepada

penulis.

Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam

menyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, saya

mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2018

Penulis

viii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Industri yang ada bandar udara di dalamnya sangatlah dinamis, dimulai dari
tingkat pelayan dan kualitas yang sesuikan dengan permintaan penumpang, aircraft
sevice untuk maskapai, maupun pengguna jasa bandar udara. Keberagaman kegiatan
managemen operasi bandar udara yang dikombinasikan dengan pengaruh budaya dan
lingkungan dimana lokasi bandar udara itu berada. Hal tersebut mengakibatkan
kepemilikan dan struktur organisasi yang kompleks. Efisiensi sangatlah perlu
diperhatikan dikarenakan banyak level dan keberagaman. Sebagai contoh, ada bandar
udara memberikan ground handling service yang diharuskan kepada maskapai, dan
menerima keuntungan dari seluruh operasi pengelolahan masakapai. Ada juga bandar
udara yang harus menyediakan ground handling service dari pihak maskapai sendiri
atau pihak swasta lain.
Dinamika yang terjadi di bandar udara berpotensi dapat mengakibatkan
kejenuhan waktu operasi ramp activity handling. Hal itu dikarenakan Ramp activity
handling adalah muara dari seluruh ground handling services. Kejenuhan waktu
operasi dapat mempengaruhi pelayanan terhadap konsumen dan waktu kedatangan/
keberangkatan pesawat di bandar udara (Slot Time Airport) yang sudah terbatas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meminimalkan ground time maskapai
untuk dengan jenis narror body aircraft di bandar udara. Metode penyelesaian masalah
dilakukan dengan pendekatan lean six-sigma (DMAIC). Analisis penyebab masalah
dilakukan untuk menemukan rekomendasi perbaikan kualitas dengan menggunakan
konsep Kaizen yaitu analisis dengan menggunakan Five M Checklist dan penetapan
saran Five Step Plan terhadap perbaikan dari lima faktor penyebab masalah yaitu man
(manusia), methods (metode), machine (mesin/ peralatan), material (yakni: dokumen
dan Informasi), dan environment (lingkungan kerja).

Kata Kunci : DMAIC, Ramp Activity Handling, Economical Air Transport,


Produktivitas.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL .................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................... ii

SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA .... iii

KATA PENGANTAR .............................................................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH.................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................. viii

DAFTAR TABEL .................................................................... xix

DAFTAR GAMBAR ............................................................... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xxv

I PENDAHULUAN ...................................................................... I-1

1.1. Latar Belakang .................................................................. I-1

1.2. Perumusan Masalah........................................................... I-5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... I-6

1.3.1. Tujuan Penelitian.................................................... I-6

1.3.2. Manfaat Penelitian.................................................. I-7

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ......................................... I-7

1.4.1. Batasan Penelitian .................................................. I-7

1.4.2. Asumsi Penelitian................................................... I-8

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

1.5. Sistematika Penulisan Laporan .......................................... I-9

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................. II-1

2.1. Sejarah Perusahaan............................................................. II-1

2.2. Visi, Misi, dan Motto Perusahaan PT Gapura Agkasa ...... II-4

2.2.1. Visi PT Gapura Angkasa ........................................ II-4

2.2.2. Misi PT Gapura Angkasa ....................................... II-4

2.2.3. Motto PT Gapura Angkasa..................................... II-5

2.3. Nilai Inti Budaya Perusahaan PT Gapura Angkasa ........... II-5

2.4. Ruang Lingkup Bidang Usaha ........................................... II-7

2.5. Organisasi dan Manajemen ................................................ II-10

2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ............................. II-10

2.5.2. Pembagian Tugas, Wewenang, dan Tanggung

Jawab ...................................................................... II-13

2.5.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja .................................. II-25

2.5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja............................... II-25

2.5.3.2. Jam Kerja Kerja....................................... II-26

2.5.3.3. Sistem Pengupahan dan Insentif ............. II-28

2.5.4. Fasilitas dan Peralatan ............................................ II-30

2.5.4.1. Fasilitas Terminal .................................... II-31

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.5.4.2. Fasilitas Kantor Operasional ................... II-31

2.5.4.3. Fasilitas Operasional/ Lapangan ............. II-32

2.6. Ramp Activity Handling ..................................................... II-35

2.6.1. Pengertian Ramp Activity handling ........................ II-35

2.6.2. Uraian Proses Ramp Activity Handling (Narrow

Body Aircraft: Boing 737-800 NG/ Series dan

Bombardier CRJ-1000 NG/ Series) ...................... II-36

III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ III-1

3.1. Jasa ..................................................................................... III-1

3.1.1. Defenisi Jasa........................................................... III-1

3.1.2. Karakteristik Jasa .................................................. III-2

3.1.3. Operasi Jasa............................................................ III-4

3.1.4. Penyampaian Jasa................................................... III-5

3.1.5. Kualitas Jasa ........................................................... III-7

3.1.6. Dimensi Kualitas Jasa ............................................ III-8

3.2. Kualitas .............................................................................. III-9

3.3. Pengendalian Kualitas ........................................................ III-12

3.4. Variabilitas Proses Produksi .............................................. III-14

3.5. Penentuan Jumlah Sempel dan Teknik Sampling ............ III-15

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5.1. Penentuan Jumlah Sempel...................................... III-15

3.5.2. Teknik Sampling .................................................... III-17

3.6. Lean dan Six-Sigma............................................................ III-18

3.6.1. Pendekatan Lean .................................................... III-18

3.6.2 Six Sigma ................................................................ III-21

3.7. Lean Six-Sigma (DMAIC) .................................................. III-24

3.8. Manageman Kualitas Jasa .................................................. III-38

3.8.1. Kaizen..................................................................... III-38

3.8.1.1. Defenisi Kaizen ......................................... III-38

3.8.1.2. Konsep Budaya Kaizen ............................. III-38

3.8.1.3. Prinsip Budaya Kaizen .............................. III-42

3.8.2. Implementasi Kualitas Jasa .................................... III-45

3.9. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................. III-46

3.9.1. Proyek Six Sigma (DMAIC) Sebagai Perbaikan

Waktu Silkus untuk Peningkatan Akun Bisnis

yang Baru ............................................................... III-46

3.9.2. Optimalisasi dan Pengurangan Waktu Siklus

Proses Pelayanan Pasinen di Sebuah Rumah Sakit

dengan Pedekatan Lean Six Sigma (DMAIC)........ III-47

IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................. IV-1

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ IV-1

4.2. Jenis Penelitian ................................................................... IV-1

4.3. Objek Penelitian ................................................................. IV-1

4.4. Variabel Penelitian ............................................................. IV-2

4.4.1. Variabel Independen .............................................. IV-2

4.4.2. Variabel Dependen ................................................. IV-2

4.5. Kerangka Konseptual ......................................................... IV-3

4.6. Pengumpulan Data ............................................................. IV-6

4.7. Instrumen Penelitian........................................................... IV-7

4.8. Rancangan Penelitian ......................................................... IV-8

4.9. Metode Pengumpulan Data ................................................ IV-10

4.10. Metode Pengolahan Data ................................................... IV-11

4.11. Analisis Pemecahan Masalah ............................................. IV-11

4.12. Kesimpulan dan Saran........................................................ IV-12

V PENGUMPULAN DAN PENGELOHAN DATA .................. V-1

5.1. Pengumpulan Data ............................................................ V-1

5.1.1. Data Ground Time Narrow Body Aircraft ............. V-1

5.1.2. Pengelompokan Data (Stratifikasi) ........................ V-12

5.2. Pengolahan Data................................................................. V-21

5.2.1. Metode Six-Sigma .................................................. V-21

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1.1. Define........................................................ V-21

5.2.1.2. Measure .................................................... V-25

5.2.1.3. Analyze...................................................... V-45

5.2.1.4. Improvement ............................................. V-61

VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH........................ VI-1

6.1. Analisis Pengendalian Kualitas dengan Six Sigma ........... VI-1

6.2. Pembahasan Perbaikan Kesinambungan dengan Metode

Kaizen Five Step Plan ........................................................ VI-2

VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. VII-1

7.1. Kesimpulan ........................................................................ VII-1

7.2. Saran................................................................................... VI-6

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Kecacatan Penggunaan Parking Stand di Bandar Udara

(Ground Time Frekwensi (> 45’), Loss Time (> 45'), dan

Keterlambatan) pada Tahun 2016 ....................................... I-3

2.1. Jumlah Tenaga Kerja Tetap PT Gapura Angkasa Medan

Tahun 2016 .......................................................................... II-26

2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Adminstrasi dan

Kantor .................................................................................. II-27

2.3. Sistem Pembagian Jam Kerja Departemen Operasional,

Teknik, dan AVSEC ............................................................ II-27

2.4. Gaji Pokok PT Gapura Angkasa Medan ............................. II-28

2.5. Tunjangan Jabatan PT Gapura Angkasa Medan ................. II-28

3.1. Dimensi Kualitas Jasa Menurut Gronroos ........................... III-8

3.2. Jenis-Jenis Pemborosan/ Waste ........................................... III-21

3.3. Manfaat dari Pencapaian Beberapa Tingkat Sigma ............. III-24

3.4. COPQ (Cost of Poor Quality) Tingkat Sigma ..................... III-30

3.5. Penggunaan Metode 5W+2H Untuk Pengembangan

Rencana Tindakan ............................................................... III-35

5.1. Ground Time Boing 737-800 NG PT. Garuda Indonesia

(Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016 ........... V-2

xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.2. Ground Time Bombardier CRJ-1000 NG PT. Garuda

Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun

2016 ..................................................................................... V-7

5.3. Frekwensi Narrow Body Aircraft pada Tahun 2016 ........... V-13

5.4. Loss Time (> 45') Narrow Body Aircraft pada Tahun 2016 V-15

5.5. Keterlambatan Narrow Body Aircraft pada Tahun 2016 .... V-17

5.6. Kecacatan Penggunaan Parking Stand di Bandar Udara

(Ground Time Frekwensi (> 45’), Loss Time (> 45'), dan

Keterlambatan) pada Tahun 2016 ....................................... V-19

5.7. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Ramp Activity

Handling pada Tahun 2016 (Boing 737-800 NG/ Series) ... V-30

5.8. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Ramp Activity

Handling pada Tahun 2016 (Bombardier CRJ-1000 NG/

Series) .................................................................................. V-33

5.9. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Ramp Activity

Handling yang Mempengaruhi Ground Time (Boing 737-

800 NG/ Series) pada Tahun 2016 Revisi IV ...................... V-39

5.10. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Ramp Activity

Handling yang Mempengaruhi Ground Time (Bombardier

CRJ-1000 NG/ Series) pada Tahun 2016 Revisi III ............ V-41

xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.11. Rekapitulasi Nilai Uji Keseragaman Data Ground Time

Ramp Activity Handling (Boing 737-800 NG/ Series) pada

Tahun 2016 .......................................................................... V-44

5.12. Rekapitulasi Nilai Uji Keseragaman Data Ground Time

Ramp Activity Handling (Bombardier CRJ 1000 NG/

Series) pada Tahun 2016 ..................................................... V-44

5.13. Lampiran Jawaban Kuesioner Semi Terbuka ...................... V-46

5.14. Penjumlahan Kategori Faktor dari Kuesioner Semi

Terbuka ................................................................................ V-46

5.15. Jumlah Kumulatif Faktor Utama yang Mempengaruh

Ground Time dan Pesentasenya........................................... V-47

5.16. Faktor Utama dan Turunan Faktor yang Mempengaruhi

Ground Time ........................................................................ V-50

5.17. Rekapitulasi Faktor Utama dan Turunan Faktor yang

Mempengaruhi Ground Time .............................................. V-54

5.18. Rating Severity pada FMEA ................................................ V-56

5.19. Rating Occurance pada FMEA............................................ V-58

5.20. Rating Detection pada FMEA.............................................. V-59

5.21. Failure and Mode Effect Analysis (FMEA) yang

Mempengaruhi Ground Time .............................................. V-60

xvii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.22. Rekapitulasi Nilai RPN ....................................................... V-61

5.23. Kumulatif Turunan Faktor yang Mempengaruhi Ground

Time dan Pesentasenya. ....................................................... V-62

5.24. Analisis Masalah dengan Five-M Checklist yang

Mempengaruhi Ground Time .............................................. V-64

7.1. Potensi Perbaikan Ground Time Ramp Activity Handling

Narrow Body Aircraft (Boing 737-800 NG/ Series) PT

Garuda Indonesia (Persero) ................................................. VII-4

7.2. Potensi Perbaiaknan Ground Time Ramp Activity

Handling Narrow Body Aircraft (Bombardier CRJ-1000

NG/ Series) PT Garuda Indonesia (Persero) ........................ VII-5

xviii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT Gapura Angkasa Medan Tahun

2016 ..................................................................................... II-12

3.1. Jasa Sebagai Sebuah Sistem ................................................ III-2

3.2. Cetak Biru Jasa dalam Penyampaiaan Jasa ......................... III-7

3.3. Lean Six Sigma (DMAIC) Tools .......................................... III-26

3.4. Diagram SIPOC ................................................................... III-27

3.5. FMEA Form......................................................................... III-28

3.6. Contoh Peta Kendali ............................................................ III-29

3.7. Contoh Diagram Tulang Ikan .............................................. III-32

3.8. Siklus PDCA ....................................................................... III-40

3.9. Siklus SDCA ....................................................................... III-41

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ......................................... IV-6

4.2. Blok Diagram Proses Penelitian .......................................... IV-9

4.3. Metode Pengolahan Data ..................................................... IV-11

5.1. Cetak Biru Jasa Ramp Activity Handling (Narrow Body

Aircraft) PT Gapura Angkasa Medan di Bandar Udara

Internasional Kualanamu ..................................................... V-22

5.2. Diagram SIPOC Ramp Activity Handling ........................... V-24

5.3. Peta Kendali Waktu Siklus Ramp Activity Handling pada

Tahun 2016 (Boing 737-800 NG/ Series) ............................ V-28

xix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

5.4. Peta Kendali Waktu Siklus Ramp Activity Handling pada

Tahun 2016 (Bombardier CRJ 1000 NG/ Series) ............... V-29

5.5. Revisi IV Peta Kendali Waktu Siklus Ramp Activity

Handling yang Mempengaruhi Ground Time (Boing 737-

800 NG/ Series) pada Tahun 2016....................................... V-37

5.6. Revisi III Peta Kendali Waktu Siklus Ramp Activity

Handling yang Mempengaruhi Ground Time (Bombardier

CRJ-1000 NG/ Series) pada Tahun 2016 ............................ V-38

5.7. Diagram Pareto Faktor yang Mempengaruhi Ground Time V-48

5.8. Diagram Sebab-Akibat Faktor Keterlambatan yang

Mempengaruhi Ground Time .............................................. V-55

5.9. Diagram Pareto Turunan Faktor yang Mempengaruhi

Ground Time ........................................................................ V-63

xx
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Formulir Penetapan Tugas Sarjana ...................................... L-1

2. Riset Tugas Sarjana ............................................................. L-2

3. Surat Balasan Pra-Observasi Tugas Akhir PT Angkasa

Pura II Kantor Cabang Bandar Udara Internasional

Kualanamu, Deli Serdang .................................................... L-3

4. Surat Balasan Riset Tugas Sarjana PT Angkasa Pura II

Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Kualanamu,

Deli Serdang ........................................................................ L-4

5. Surat Balasan Konfirmasi On Job Training PT Gapura

Angkasa Kantor Cabang Bandar Udara Internasional

Kualanamu, Deli Serdang .................................................... L-5

6. Penempatan Siswa On Job Training PT Gapura Angkasa

Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Kualanamu,

Deli Serdang ........................................................................ L-6

7. Surat Keputusan Tentang Tugas Sarjana Mahasiswa .......... L-7

8. Ramp Activity Checklist ....................................................... L-8

9. (GIA) Ground Operation Manual: ...................................... L-9

- (GIA) Ground Time Wide Body Aircraft .......................

- (GIA) Ground Time Narrow Body Aircraft ...................

xxi
Universitas Sumatera Utara
10. Kuesioner Semi Terbuka Riset Ramp Activity Handling

(Penyebab Lamanya Ground Time) ..................................... L-10

11. Layout (Airport Platform) Ramp Activity Handling

(Narrow Body Aircraft Boeing 737-800 NG/ Series) PT

Gapura Angkasa di Bandar Udara Internasional

Kualanamu, Deli Serdang .................................................... L-11

12. Cetak Biru Jasa Ramp Activity Handling (Narrow Body

Aircraft) PT Gapura Angkasa di Bandar Udara

Internasional Kualanamu, Deli Serdang .............................. L-12

13. Berita Acara Laporan Tugas Sarjana ................................... L-13

xxii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri bandar udara di dalamnya sangatlah beragam, dimulai dari

tingkat pelayan dan kualitas yang sesuikan dengan permintaan penumpang,

aircraft sevice untuk maskapai, maupun pengguna jasa bandar udara.

Keberagaman kegiatan managemen operasi bandar udara yang dikombinasikan

dengan pengaruh budaya dan lingkungan dimana lokasi bandar udara itu berada.

Hal tersebut mengakibatkan kepemilikan dan struktur organisasi yang kompleks.

Efisiensi sangatlah perlu diperhatikan dikarenakan banyak level dan

keberagaman. Sebagai contoh, ada bandar udara memberikan ground handling

service yang diharuskan kepada maskapai, dan menerima keuntungan dari seluruh

operasi pengelolahan masakapai. Ada juga bandar udara yang harus menyediakan

ground handling service dari pihak maskapai sendiri atau pihak swasta lain

(Pruzinsky, Michal dan Bohuslava Mihalcova. 2015).

Bandar Udara Internasional Kelas I Kualanamu (IATA code: KNO/

ICAO Code: WIMM) PT. Angkasa Pura II, adalah bandar udara yang berlokasi di

Kabupaten Deli Serdang (Koordinat: 3°38'32" LU/ 98°53'7" BT), memiliki kerja

sama Groun handling yang dilakukan oleh pihak swasta salah satunya adalah PT.

Gapura Angkasa.

PT. Gapura Angkasa memberikan pelayanan ground handling dari/

menuju Bandara Internasional Kelas I Kulanamu kepada dua maskapai

I-1

Universitas Sumatera Utara


I-2

penerbangan yakni PT. Garuda Indonesia (Persero) dan anak perusahaannya PT.

City Link.

PT. Garuda Indonesia (Persero) (IATA code: GA/ ICAO code: GIA)

adalah maskapai penerbangan dengan pelayanan bisnis Full Sevice Carriers.

Dalam pelaksanaan oprasional bisnisnya PT. Garuda Indonesia (Persero) banyak

menggunakan jenis pesawat yang memiliki satu lorong kabin pesawat (Narrow

Body Aircraft) yakni pesawat Boing 737-800 NG/ Series dan Bombardier CRJ

1000 NG/ Series.

Efisensi waktu dan ketepatan pelayanan merupakan hal yang sangat

dibutuhkan PT. Garuda Indonesia (Persero) dari pihak ground handling service

terutama di airside dalam bongkar muat pesawat (Ramp Activity Handling) yang

tidak lain adalah bagian dari aircaft sevices. Ramp activity handling adalah muara

dari semua ground hadling services.,-

Pengendalian kualitas terhadap waktu operasi ramp activity handling

sangat penting. PT. Garuda Indonesia (Persero) telah menetapkan kepada pihak

PT. Gapura Angkasa bahwa lamanya waktu siklus/ operasi (Ground Time) ramp

Activity Handling untuk pesawat narrow body adalah sebesar 45 menit (GOM PT.

Garuda ndonesia (Persero), 2016). Tetapi dalam pelaksanaanya masih ada ramp

activity handling yang melewati waktu yang telah disepakati.

Berikut adalah Tabel 1.1. kecacatan penggunaan parking stand di bandar

udara yang tidak lain adalah ground time dari kegiatan ramp activity handling

PT. Garuda ndonesia (Persero) di Bandar Udara Interbasional Kualanamu pada

tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


I-3

Tabel 1.1. Kecacatan Penggunaan Parking Stand di Bandar Udara (Ground Time Frekwensi (> 45’),

Loss Time (> 45'), dan Keterlambatan) pada Tahun 2016

Aircraft Ground Time


No. Bulan Type Aircraft Frekwensi (> 45') Loss Time (> 45') Keterlambatan
n Jumlah n (') Jumlah (') (') Jumlah (')
Boing 737-800 NG 106 2031 1955
1. Januari 176 3113 2877
Bombardier CRJ 1000 NG 70 1082 922
Boing 737-800 NG 99 1553 1494
2. Februari 167 2370 2245
Bombardier CRJ 1000 NG 68 817 751
Boing 737-800 NG 108 1802 1716
3. Maret 181 2602 2421
Bombardier CRJ 1000 NG 73 800 705
Boing 737-800 NG 99 1679 1577
4. April 176 2786 2621
Bombardier CRJ 1000 NG 77 1107 1044
Boing 737-800 NG 110 2296 2235
5. Mey 189 3182 3077
Bombardier CRJ 1000 NG 79 886 842
Boing 737-800 NG 107 2150 2105
6. Juni 187 2963 2879
Bombardier CRJ 1000 NG 80 813 774
Boing 737-800 NG 105 2013 1952
7. Juli 187 2886 2785
Bombardier CRJ 1000 NG 82 873 833
Boing 737-800 NG 110 2139 2113
8. Agustus 197 3186 3144
Bombardier CRJ 1000 NG 87 1047 1031
Boing 737-800 NG 105 1823 1794
9. September 185 2904 2845
Bombardier CRJ 1000 NG 80 1081 1051

Universitas Sumatera Utara


I-4

Tabel 1.1. Kecacatan Penggunaan Parking Stand di Bandar Udara (Ground Time Frekwensi (> 45’),

Loss Time (> 45'), dan Keterlambatan) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time


No. Bulan Type Aircraft Frekwensi (> 45') Loss Time (> 45') Keterlambatan
n Jumlah n (') Jumlah (') (') Jumlah (')
Boing 737-800 NG 111 1694 1674
10. Oktober 196 2681 2639
Bombardier CRJ 1000 NG 85 987 965
Boing 737-800 NG 107 1850 1829
11. November 184 2848 2769
Bombardier CRJ 1000 NG 77 998 940
Boing 737-800 NG 111 1744 1719
12. Desember 192 2722 2643
Bombardier CRJ 1000 NG 81 978 924
Total 2217 34243 32945
Sumber: Pengelolahan Data

Universitas Sumatera Utara


I-5

Sebagai contoh yang terjadi selama di Bulan Desember dari 217 rata-rata

kedatangan/ keberangatan pesawat terdapat 192 (frekwensi >45’) pesawat yang

memiliki ground time > 45’. hal tersebut mengakibatkan kehilangan waktu

produktif sebesar 2722’ dari selisih ground time 45’ dengan ground time >45’.

Dan total kerugian keterlambatan yang diperoleh adalah 2643’ dari selisih

keseluluhan groun time aktual penerbangan dengan sejumlah n (45’).

Kejenuhan waktu operasi dapat mempengaruhi waktu kedatangan/

keberangkatan pesawat di bandar udara (Slot Time Airport) di kemudian hari,

kualitas pelayanan terhadap konsumen (penumpang pesawat/ maskapai

penebangan) dan peningkatan biaya operasioal aircraft services yang rata-rata

mencapai Rp 2.621.600/ jam

Pengendalian kualitas sangat dibutuhkan agar memperoleh on time

performance dari ground time. Sehingga nantinya dapat mengurangi biaya

operasional aircraft services dan sekaligus dapat meningkatkan kepuasan

konsumen/ pelanggan. maka oleh sebab itu dibutuhkan pendekatan Six-Sigma

dalam pendekatan perbaiakan waktu siklus operasi ramp activity handling.

1.2. Perumusan Masalah

Terjadinya loss dan allowance waktu penggunaan parkir peswat (apron)

dikarenakan berbagai hal salah satunya adalah peningkatnya jumlah pesawat

udara yang lalu-lalang di bandar udara seiring dengan meningkatnya jumlah

penggunan jasa transportasi udara.

Universitas Sumatera Utara


I-6

Apron merupakan bagian dari aerodom yang dipergunakan untuk parkir

pesawat serta ramp activity handling sebagai muara dari seluruh ground handling

service. Ramp activity handling harus dapat mengurai penggunaan apron yang

berakibat peningkatan resiko kecelakaan kerja di apron area itu sendiri,

kejunuhan pelayan kepada penumpang pesawat, peningkatan biaya operasi, dan

biaya penggunaan apron. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan secara

sistematik dan berkesinambungan yang dapat digunakan untuk memperbaiki

kecacatan pelayanan ramp activity handling dengan tujuan untuk memperkecil

groud time.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pelayanan

ramp actvity handling berdasarkan ground time saat penggunaan parking stand di

bandar udara. Selanjutnya, dengan menggunakan metode Six Sigma dan metode

Kaizen yang digunakan diharapkan dapat memperbaiki kejenuhan waktu operasi /

kecacatan pelayanan ramp activity handling PT. Gapura Angkasa di Bandar

Udara Internasional Kualnamu Kelas Satu, Deli Derdang.

Universitas Sumatera Utara


I-7

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Secara Ilmiah

Dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh

selama di bangku perkuliahan dengan melakukan analisis terhadap

permasalahan dan fenomena yang ada di perusahaan.

2. Secara Aplikasi

Dapat menerapkan teori dan metode yang diperoleh di bangku kuliah di

perusahaan.

3. Departemen Teknik Industri dapat meningkatkan hubungan kerjasama

dengan perusahaan.

4. Perusahaan mendapat alternatif perbaikan dalam pelayanan jasa ramp

activity handling.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

1.4.1. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan di PT. Gapura Angkasa di wilayah kerja Bandar

Udara Internasional Kelas I Deli serdang.

2. Penelitian dilakukan terhadap perbaikan ramp activity handling dengan

metode Lean Six-Sigma.

Universitas Sumatera Utara


I-8

3. Ground hadling service diberikan oleh PT. Gapura Angkasa kepada

perusaaan maskapai adalah perusahaan maskapai dengan full service

carries.

4. Pesawat yang dijadikan objek penelitian untuk perbaikan ramp activity

handling adalah Boing 737-800 NG/Series dan Bombardier CRJ-1000

NG/ Series (Narror Body) milik maskapai PT. Garuda Indonesia.

5. Faktor-faktor yang digunakan adalah faktor-faktor yang dapat terukur

dan disetujui oleh pihak manajemen perusahaan.

6. Penelitian menggunakan data perusahaan pada periode Januari 2016

hingga Desember 2016.

7. Ramp activity handling adalah jenis pesawat yang tidak sedang

menginap (Remaind on night)

8. Teknik sampling menggunakan systemaic sampling.

9. Biaya-biaya yang dibutuhkan tidak dibahas selama proses penelitian.

1.4.2. Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kegiatan ramp activity handling berjalan dengan normal sesuai

prosedur operasional.

2. ramp activity handling dan situasi kerja dalam keadaan normal.

3. Peralatan yang digunakan selama ground hadling service kondisinya

baik.

Universitas Sumatera Utara


I-9

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang

mendasari penelitian dilakukan, perumusan permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan

dalam penelitian dan sistematika penulisan tugas sarjana.

2. Bab II Gambaran umum PT. Gapura Angkasa, ruang lingkup

perusahaan, lokasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab,

jumlah tenaga kerja dan jam kerja karyawan, dan sistem pengupahan,

3. Bab III Tinjauan Pustaka, berisi teori mengenai Metode Six Sigma.

4. Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan

dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi

penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka berpikir,

identifikasi variabel penelitian, pengumpulan data primer dan sekunder,

metode pengolahan data, blok diagram prosedur penelitian, pengolahan

data, analisis pemecahan masalah sampai kesimpulan dan saran.

5. Bab V Pengumpulan Dan Pengolahan Data, dalam bab ini menjelaskan

tentang jenis-jenis data, baik data primer maupun data sekunder yang

perlu dikumpulkan, lokasi data dan metode pengumpulan data. Data

primer pada umumnya dikumpulkan melalui observasi dan wawancara

yang dilakukan secara langsung. Data sekunder dikumpulkan dengan

mencatat data yang sudah tersedia.

Universitas Sumatera Utara


I-10

6. Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, dalam bab ini menjelaskan tentang

analisa yang dilakukan terhadap data termasuk pengoperasian konsep

ilmiah yang digunakan dalam metode pendekatan serta teori-teori yang

dijadikan landasan dalam pemecahan masalah.

7. Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari

hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi

perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT Gapura Angkasa adalah salah satu perusahaan Ground Handling

hasil patungan antara tiga perusahaan BUMN, yaitu PT. Garuda Indonesia, PT

Angkasa Pura I, dan PT Angkasa Pura II, yang 100% sahamnya dimiliki oleh

pemerintah hanya statusnya bukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pada mulanya PT Garuda Indonesia melaksanakan kegiatan secara

keseluruhan mulai dari tiket, pelayanan penumpang, pelayanan pesawat serta

penanganan kargo. PT Garuda Indonesia selaku airlines melaksanakan kegiatan

pelayanan darat (Ground Handling) untuk keperluan perusahaan sendiri. Namun

mengingat kebutuhan akan pelayanan yang profesional dan tuntutan hasil kerja

yang optimal dengan tanpa mengabaikan unsur keselamatan (safety), kehandalan

(reliability), ketepatan waktu (punctuality) dan kepuasan pelanggan (costumer

satisfaction), maka PT Garuda Indonesia mempertimbangkan untuk menyerahkan

kegiatan pelaksanaan Ground Handling untuk semua pesawat yang dimilikinya

kepada pihak yang berkompeten, dengan tujuan agar mereka bisa berkonsentrasi

pada operasional pesawat saja

Setelah dirasakan perlu adanya profesionalisme dalam pelayanan

Ground Handling maka PT Garuda Indonesia, PT Angkasa Pura I, dan PT

Angkasa Pura II memutuskan mendirikan perusahaan baru. Dengan menempatkan

beberapa tim kerja dari PT Garuda Indonesia untuk berkarir di anak perusahaan

II-1
Universitas Sumatera Utara
II-2

dengan tujuan untuk menjaga kepercayaan publik bahwa anak perusahaan ini

dipegang oleh tim yang profesional dibidangnya.

PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II (sebagai pemegang otoritas

di hampir seluruh bandar udara di Indonesia). Pada tanggal 26 Januari 1998 dan

bersamaan dengan ulang tahun ke-49 PT Garuda Indonesia maka komisaris dari

ketiga perusahaan negara tersebut memutuskan untuk mendirikan PT Gapura

Angkasa sebagai perusahaan pelayanan darat (Ground Handling) yang melayani

penerbangan domestik dan internasional di pelabuhan udara.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No: SR-

04/MK/016/1998 dan akte pendirian Nomor 32 tanggal 26 Januari 1998, bukti

bahwa kerja sama antara PT Garuda Indonesia dengan PT Angkasa Pura I dan II

melahirkan perusahaan baru yakni PT Gapura Angkasa. Pendirian PT Gapura

Angkasa ini diharapkan mampu menciptakan sinergi kuat hingga tercapainya

kinerja perusahaan yang sehat, profesionalisme yang pada akhirnya mampu

mengembangkan misi perusahaan untuk menjadi perusahaan Ground Handling

yang terbaik di Asia.

PT Gapura Angkasa terus menerus belajar dari pengalaman dan menjaga

kualitas pelayanan kepada pelanggan. Tanggung jawab dan kewajiban PT Gapura

Angkasa untuk menjadi pelengkap dan bekerja sama dalam melayani operasional

penerbangan di Indonesia serta memberikan kecakapan dan ketepatan pelayanan

yang hanya dapat diraih dengan mengembangkan sistem manajemen, peralatan

yang layak dipakai dan memiliki motivasi tinggi merupakan kunci dari perjalanan

perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


II-3

PT Gapura Angkasa mulai dikenal di dunia internasional melalui

pertemuan IATA (International Air Transport Association) di Kuala Lumpur

Bulan April 1998 dan PT Gapura Angkasa mulai dikenal dunia (khususnya bagi

International Airlines dan perusahaan Ground Handling). Ground Handling

International Magazine vol.3 issue may 1 june 1998 (page.2) yang dipublikasikan

oleh Ground Handling International Publication & Exhibition of The Stable

(UK). Iklan tersebut mengukuhkan keanggotaan PT Gapura Angkasa dalam IATA.

Disaat yang sama PT Gapura Angkasa Cabang Medan berdiri, sekarang

ini PT Gapura Angkasa Cabang Medan berlokasi di Ruko Pagar Ruyung Jl.

Batang Kuis KM 19,5 No. 84A, Desa Tegal Sari, Kecamatan Tanjung Morawa,

Kabupaten Deli Serdang. PT Gapura Angkasa Medan saat ini melayani dua

maskapai yakni PT Garuda Indonesia (Persero) dan PT Citylink Indonesia.

Secara keseluruhan PT Gapura Angkasa telah mempunyai 51 klien yaitu

Air China, Aeroflot Russian Airlines, Aviastar, China Airlines, China Southern

Airlines, Continental Airlines, Air Asia, Japan Airlines, Air North, Korean Air,

Airfast Indonesia, Airfrance KLM, Asialink Cargo Airlines, Malaysian Airlines,

Batavia Air, Cardigair, Pacific Royale, Cathay Pacific, Qantas, Royal Brunei,

Silk Air, Thai Airways, Lion Air, Vietnam Airlines, Wings Air, Citilink,

Expressair, Firefly, Air New Zealand, Hainan Airlines, Kalstar Aviation,

Hongkong Airlines, Skywest, Nordwind Airlines, MAI, Garuda Indonesia,

Nusantara, Qatar Airways, RPX One Stop Logistics, Shanghai Airlines, Shenzhen

Airlines, Sky Aviation, Sichuan Airlines Co. Ltd., Sriwijaya Air, Transmile,

Travira Air, Tri-M.G. Airlines, Jetstar, Eastindo.com, dan Chartered, VVIP,

Universitas Sumatera Utara


II-4

Military Flights. Khusus untuk PT Gapura Angkasa cabang Denpasar di tahun

2013 ini memiliki 15 klien baik airlines internasional ataupun domestik, yaitu :

Garuda Indonesia, Malaysia Airlines, Thai Airways, China Airlines, Korean Air,

Air France KLM, Qatar Airways, Hong Kong Airlines, Skywest Airlines, Cathay

Pacific, Nord Wind, Jetstar, Batavia Air, Air New Zealand, dan Citilink.

Sebagai perusahaan yang berdiri sendiri yang diakui oleh pemerintah

Indonesia dan IATA, PT Gapura Angkasa bertujuan untuk menjaga industri pasar

dalam negeri yang tidak menunjukkan keadaan yang berat sebelah dalam

peralatan dan kerahasiaan yang tinggi untuk semua pelanggan dan menjamin

mereka untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dengan harga yang sesuai.

2.2. Visi, Misi, dan Motto Perusahaan PT Gapura Agkasa

2.2.1. Visi PT Gapura Angkasa

Visi PT Gapura Angkasa adalah:

“TO PROVIDE WORLD CLASS AIRPORT SERVICE”

Dengan tujuan PT Gapura Angkasa menjadi penyedia jasa ground

handling dan jasa terkait lainnya di bandara udara dengan kualitas layanan kelas

dunia.

2.2.2. Misi PT Gapura Angkasa

Sebagai perusahaan penyedia jasa ground handling dan jasa terkait

lainnya di bandara udara, serta berkontribusi positif bagi integrasi bisnis jasa

penerbangan nasional, selalu berupaya meraih laba dan pertumbuhan untuk

Universitas Sumatera Utara


II-5

meningkatkan kesejahteraan seluruh stakeholder yang diantaranya otoritas bandar

udara (API dan AP II), maskapai penerbangan, Regulate Agent, pemerintah, mitra

bisnis dan lainya.

2.2.3. Motto PT Gapura Angkasa

Motto PT Gapura Angkasa adalah:

“EARNING A REPUTATION FOR EXCELLENCE“

yang artinya “Reputasi kita peroleh, karena bekerja dengan kualitas

terbaik”.

PT Gapura Angkasa adalah perusahaan yang memperoleh profit melalui

profesionalis dalam bisnis pelayanan tanpa mengabaikan unsur keselamatan

(safety), kehandalan (reliability), ketepatan waktu (punctuality) dan kepuasan

pelanggan (costumer satisfaction).

2.3. Nilai Inti Budaya Perusahaan PT Gapura Angkasa

Nilai Inti Budaya Perusahaan PT Gapura Angkasa adalah:

1. Utamakan Keselmatan & Keamanan

Menyadari dan memahami bahwa bekerja di dalam industri penerbangan

sarat dengan peraturan/regulasi, standar keselamatan dan keamanan yang

tinggi (highly regulated industry) sehingga di dalam memberikan pelayanan

terhadap pelanggan kami mengedepankan faktor keselamatan dan keamanan

dengan tetap memperhatikan etika dan kepentingan ekonomi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


II-6

2. Fokus Pada Pelanggan

Mengutamakan kepentingan pelanggan yang akan menikmati setiap

upaya kerja yang dihasilkan dengan dilandasi sikap saling menghargai dalam

hubungan sebagai mitra bisnis.

3. Integritas

Senatiasa berpedoman kepada Ketuhana Yang Maha Esa dengan

menerapkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, kehormatan, tanggungjawab,

keteladanan, menyatukan pikiran, kata dan perbuatan, berani mengambil risiko

selalu profesional dengan mengikuti kode etik dan norma-norma yang berlaku

dalam menjalankan organisasi sehingga tercapai tata kelola perusahaan yang

baik dan benar.

4. Kinerja Optimal

Bekerja secara profesional dengan mengutamakan efektivitas dan

efisiensi dalam kesatuan tim kerja perusahaan yang solid dan senantiasa

melakukan pebaikan secara berkelanjutan

5. Peduli Pada Sumber Daya Manusia (SDM)

Menghargai sumber daya manusia sebagai modal manusia (Human

Capital) perusahaan dengan membangun SDM yang berkualitas, sejahtera,

dan bermartabat.

Universitas Sumatera Utara


II-7

2.4. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Bidang usaha utama PT Gapura Angkasa adalah ground handling dan

airport services, sebagai pelaksana dan pendukung kegiatan penerbangan di

kawasan bandar udara. Sesuai dengan standar pelayanan ground handling yang

dikeluarkan oleh IATA. PT Gapura Angkasa menangani kegiatan ground

handling dan airport services yang dibagi atas bisnis dan pelayanan baik untuk

perusahaan penerbangan domestik maupun perusahaan internasional.

Bisnis yang dijalankan oleh PT Gapura Angkasa meliputi:

1. Representation and accommodation

2. Load control and communication

3. Unit load device control

4. Passenger and baggage

5. Cargo and mail

6. Flight operations and crew administration

7. Surface transport

8. Supervision and administration

9. Security

10. Ramp handling

Universitas Sumatera Utara


II-8

Sedangkan jenis pelayanan yang diberikan PT Gapura Angkasa antara

lain :

1. Check-in Counter

Check-in counter merupakan suatu service atau pelayanan yang

diberikan kepada penumpang pada saat check-in. Check-in counter terdiri atas

pengecekan terhadap ticket, passport, visa, pengambilan flight coupon,

pemeriksaan terhadap bagasi, dan tentunya juga pemberian label-label pada

bagasi penumpang, pemberian boarding pass, dan tidak lupa pemberian

informasi mengenai pembayaran lokasi gate dan schedule keberangkatan

pesawat yang akan dinaiki.

2. Gate and Services

Gate and services merupakan suatu pelayanan terhadap penumpang yang

meliputi pengecekan seat number dan flight number pada boarding pass dan

pengambilan immigration card pada saat boarding, swepping bagasi,

penjemputan penumpang dari pintu pesawat sampai ruang tunggu kedatangan,

memberikan pelayanan kepada penumpang yang membutuhkan whealchair.

3. Aircraft Document

Aircraft document yaitu pengurusan dokumen yang diperlukan selama

melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang meliputi

General Declaration (GENDEC), pengetikan daftar penumpang (Passenger

Manifest), mengambil Flight Bag yang datang, dan menyerahkan Flight Bag

Universitas Sumatera Utara


II-9

yang berangkat. Selain itu membuat file untuk setiap flight yang berangkat dan

mengurus perlengkapan yang diperlukan untuk penerbangan yang berupa label

bagasi, Boarding Pass, dan Immigration Card.

4. Baggage Handling Unit

Baggage handling unit yaitu penanganan bagasi penumpang mulai dari

keberangkatan hingga bagasi penumpang tersebut tiba di negara tujuan

keberangkatan. Dalam hal ini, Baggage Handling Unit dibagi menjadi dua sub

unit kerja yaitu Aircraft Baggage yang terdapat di terminal keberangkatan

penumpang yang mengurus semua bagasi penumpang yang akan dimuat ke

dalam pesawat.

Dan Lost and Found yang terdapat di terminal kedatangan penumpang

yang menangani bagasi penumpang yang hilang, rusak, atau terlambat tiba di

negara tujuan keberangkatan.

5. Operation

Operation merupakan suatu unit yang mengatur segala kegiatan yang

berkenaan dengan keberangkatan dan kedatangan pesawat yang terkait dalam

hal pengontrolan masing-masing unit dan sub unit, menerima informasi

kedatangan pesawat, membuat loadsheet, dan juga bertugas sebagai flight

coordinator dan load control.

Universitas Sumatera Utara


II-10

6. Line Maintenance

Line maintenance merupakan suatu unit yang bertugas mengadakan

pengecekan dan perawatan terhadap pesawat yang mengalami kerusakan yang

dilakukan oleh pihak PT Garuda Mantenance Federation. PT Gapura

Angkasa juga memberikan ground power terhadap pesawat yang

memerlukannya perlatan ground handling support, hingga sampai pada

pengecekan bahan bakar pesawat.

7. Ramp Activity Handling

Ramp handling merupakan suatu unit yang memberikan pelayanan di

apron (Apron Service) yang meliputi pelayanan loading dan unloading, cargo

and mail di pesawat berdasarkan load instruction, mencatat stock terhadap

pemeliharaan unit load device (ULD) milik airlines, dan memberikan

pelayanan dalam penjemputan yang menggunakan bus.

2.5. Organisasi dan Manajemen.

2.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerjasama untuk

mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan struktur organisasi adalah kerangka

antar hubungan dari orang-orang atau unit-unit organisasi yang masing-masing

memiliki tugas dan tanggung jawab dan wewenang tertentu.

Pengorganisasian dan bagian yang berbeda-beda diperlukan struktur

organisasi yang akan memberikan pengertian yang mudah mengenai organisasi

Universitas Sumatera Utara


II-11

yang bersangkutan. Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap karyawan dan

pimpinan akan mengetahui batas kewajibannya, wewenangnya serta tanggung

jawab yang dilimpahkan kepadanya.

Di dalam perusahaan terdapat beberapa unit kerja yang masing- masing

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda, sehingga dibentuklah sebuah

struktur organisasi.

Struktur organisasi PT Gapura Angkasa menggunakan bentuk organisasi

lini dan fungsional. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya

pemisahan/ pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan

tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang yaitu Supervisor ramp and

dispatch, Supervisor PAX and BAG handling, Ledaer cargo and mail,

Supervisor GSE operation, dan Supervisor Teknik berdasarkan fungsinya

masing-masing dalam struktur organisasinya. Hal ini dibuat sesuai dengan

kebutuhan serta kelancaran dan kemajuan usaha organisasi dalam mencapai tujuan

perusahaan.

Struktur organisasi PT Gapura Angkasa dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


II-12

General Manager
Head of Safety, Security
Qualitay Assurance

Safety, Services, and


Quality Inspector

Supervisior AVSEC

Manager Administrasi dan Kepala Operasi Kepala Operasi Kepala Operasi Kepala Operasi Kepala Operasi
Manager Keuangan Manager Operasi Manager Teknik
Umum Gunung Sitoli Pinang Sori Silangit Sabang Lhoksemawe

Supervisior Supervisior PAX Ledaer Supervisior Supervisior


Ramp and Dispatch and BAG Handling Cargo and Mail GSE Operation Teknik

Load Control and Supervision and


Flight Oficer Order Surface Transport
Device Control Administration

Keterangan:
Hububungan tugas dan tanggung jawab
Hububungan koordinasi

Sumber: Manager Administrasi dan Umum, PT Gapura Angkasa Medan

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Gapura Angkasa Medan Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


II-13

2.5.2. Pembagian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab

Dengan mempelajari struktur organisasi, maka dapat diperoleh gambaran

mengenai bagian-bagian yang ada di dalam perusahaan tersebut, beserta tugas,

wewenang, dan tanggung jawab serta koordinasi antar bagian-bagian yang

bersangkutan.

Berikut adalah pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab PT

Gapura Angkasa Medan:

1. General Manager

General Manager merupakan pimpinan puncak dari PT. Gapura

Angkasa Medan. Dalam melaksanakan tugasnya General Manager dibantu

oleh Sekertaris yakni Manager Administrasi dan Umum, dan General

Manager harus berkoordinasi penuh dengan Safety, Services, and Quality

Inspector yang dibawahi oleh Head of Safety, Security Qualitay Assurance.

Berikut merupakan tugas dari General Manager:

- Bertanggung jawab dengan Direktur Utama atas keberlangsungan

perusahaan.

- Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari para menager

bagian, Kepala operasi, dan Supervisor Avition Security.

- Mengarahkan dan meneliti kegiatan perusahan.

- Menyebarkan dan menerapkan kebijakan yang berhubungan dengan

bisnis dan pelayanan serta mengawasi pelaksanannya.

- Merencanakan dan mengatur anggaran modal kerja dan modal

investasi perusahaan.

- Melaksanakan kontrak kerja dengan pihak luar

Universitas Sumatera Utara


II-14

2. Head of Safety, Security Qualitay Assurance

Head of Safety, Security Qualitay Assurance merupakan pihak yang

bertugas melakukan pengawasan dalam keamanan dan keselamatan

operasional ground handling.

Berikut merupakan tugas dari Head of Safety, Security Qualitay

Assurance:

- Bertanggung jawab dengan Direktur Utama atas keselatan dan

keamanan.

- Mengawasi operasional serta berkoordinasi langsung dengan General

Manager.

- Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari operasi

ground handling diseluruh wilayah operasi dan melakukan evaluasi.

- Mengarahkan dan meneliti kegiatan perusahan agar aman dan

selamat.

- Memberikan masukan dalam pelayanan khusus kepada pihak yang

berkepantingan, VIP, dan VVIP. Serta berkoordinasi dengan seluruh

steakholder dalam pencapaian kualitas pelayanan.

3. Safety, Services, and Quality Inspector

Safety, Services, and Quality Inspector merupakan pihak yang bertugas

melakukan pengawasan dalam keamanan dan keselamatan operasional ground

handling.

Berikut merupakan tugas dari Safety, Services, and Quality Inspector:

Universitas Sumatera Utara


II-15

- Bertanggung jawab langsung dengan Head of Safety, Security

Qualitay Assurance atas keselatan dan keamanan.

- Mengawasi operasional serta berkoordinasi langsung dengan

General Manager, pihak Karantina (makanan, hewan, dan

tumbuhan), Dokter dan Karantina kesehatan, Bea Cukai, dan

Imigrasi yang bertugas di bandar udara.

- Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari operasi

ground handling diseluruh wilayah operasi dan melakukan evaluasi.

- Memberikan masukan dalam pelayanan khusus kepada pihak yang

berkepantingan, VIP, dan VVIP. Serta berkoordinasi dengan seluruh

steakholder dalam pencapaian kualitas pelayanan.

- Turut serta langusng dalam memberikan pelayanan khusus kepada

pihak yang berkepantingan, VIP, dan VVIP.

4. Supervisor AVSEC

Berikut tugas Supervisor AVSEC:

- Bertanggung jawab langsung kepada General Manager

- Mengawasi operasional serta berkoordinasi langsung dengan General

Manager, Polisi, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Bea Cukai,

Pemadam, dan Imigrasi yang bertugas di bandar udara.

- Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari operasi

ground handling diseluruh wilayah operasi dan melakukan evaluasi.

Universitas Sumatera Utara


II-16

- Memberikan masukan dalam pelayanan khusus kepada pihak yang

berkepantingan, VIP, dan VVIP. Serta berkoordinasi dengan seluruh

steakholder dalam pencapaian kualitas pelayanan.

- Turut serta langusng dalam memberikan pelayanan khusus kepada

pihak yang berkepantingan, VIP, dan VVIP.

- Bertanggung jawab langsung dengan General Manager atas

keselamatan dan keamanan.

5. Manager Keuangan

Berikut tugas Manager Keuangan:

- bertanggung jawab langsung kepada General Manager

- Merencanakan dan mengawasi perencanaan kegiatan akuntansi dari

keuangan perusahaan.

- Membantu General Manager dalam melaksanakan anggaran

perusahaan.

- Memastikan bahwa semua transaksi keuangan dilakukan dengan

benar.

- Memeriksa dan menganalisa data, laporan aliran dana, dan biaya

perusahaan.

- Bertanggung jawab atas dana dokumen-dokumen penting yang

disimpan dalam perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


II-17

6. Manager Administrasi dan Umum

Berikut tugas Manager Administrasi dan Umum:

- Bertanggung jawab langsung kepada General Manager

- Mengawasi dan evaluasi terhadap legal permit

- Merencanakan dan mengkoodinir kegiatan perencanaan

kepegawaian.

- Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan

mutu pegawai.

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pengamana perusahaan.

7. Manager Operasi

Berikut tugas Manager Operasi:

- Bertanggung jawab langsung kepada General Manager

- Mengawasi dan evaluasi terhadap operasi ground handling di

seluruh wilayah kerja agar memperoleh ketepatan waktu (on time

performance)

- Merencanakan dan mengkoodinir kegiatan perencanaan pembagian

jadwal kerja operasi ground handling.

- Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan

mutu pegawai.

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pengamanan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


II-18

Manager Operasi membawahi tiga bidang yakni:

a. Supervisior Ramp and Dispatch

Berikut tugas Supervisior Ramp and Dispatch:

- Bertanggung jawab langsung kepada Manager Operasi

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan ramp activity handling

yang merupakan muara dari seluh kegiatan ground handling

Supervisior Ramp and Dispatch membawahi tiga bidang yakni:

a. Flight Operation Officer

Berikut tugas Flight operation officer:

- Bertanggung jawab langsung kepada Supervisior Ramp and

Dispatch

- Mempersipakan Flight Document yang menjelaskan

informasi tentang notoc (notification to captain): Surat

pemberitahuan kepada captain pesawat mengenai muatan

khusus dalam suatu penerbangan, notam (notification to

airman): Surat pemberitahuan / informasi / larangan

berkenaan dengan penerbangan yang dikeluarkan oleh Dirjen

Perhubungan Udara, Slot Time bandar udara, Slot Time

penerbangan, load sheet, data manifestasi penerbangan,

jumlah bahan bakar, prakiraan cuaca dan informasi bencana

alam, dan jalur penerbangan yang telah disepakati oleh

Universitas Sumatera Utara


II-19

otoritas penerbangan sipil (Kementrian Perhubungan, IATA,

dan ICAO).

- Menjelasakan flight document dan load control /briefing

sebelum keberangkatan dengan Capten Pesawat dan co-Pilot.

b. Load Control and Device Control

- Bertanggung jawab langsung kepada Supervisior Ramp and

Dispatch.

- Mempersipakan load control yang menjelaskan informasi

tentang pembagian compartment pesawat diantaranya jumlah

beban (bagasi dan cargo), beban seluruh penumpang penumpang,

Jumlah bahan bakar. Load control juga berisikan informasi

tentang nilai grafitasi, tekanan udara serta perencanaan

kemiringan sayap/ sirip pesawat agar memproleh daya angkat

yang sempurna dan menghindari turbulensi pada saat take off/

touch down landasan pacu.

c. Supervision and Administration

- Bertanggung jawab langsung kepada Supervisior Ramp and

Dispatch.

- Mempersipakan data manifestasi penerbangan.

- Mencatan dan melaporkan Ground Time Activity, tagihan GMF

Services and Maintenance, tagihan ACS foods, dan tagihan

Pertamina Aviation.

Universitas Sumatera Utara


II-20

b. Supervisior PAX and BAG Handling

Berikut tugas Supervisior Ramp and Dispatch:

- Bertanggung jawab langsung kepada Manager Operasi

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan passangers handling

dan baggage handling mulai dari gate open sampai gate closed.

- Memberikan pelayanan khusus bagi pihak yang berkepentingan,

VIP, dan VVIP.

Supervisior PAX and BAG Handling membawahi bidang:

a. Surface Transport

Berikut tugas Surface Transport:

- Bertanggung jawab langsung kepada Supervisior PAX and

BAG Handling

- Mempersipakan kendaraan kepada penumpang apabila

Aviobridge telah penuh.

c. Ledaer Cargo and Mail

Berikut tugas Ledaer Cargo and Mail:

- Bertanggung jawab langsung kepada Manager Operasi

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan cargo handling dan mail

handling mulai dari gate open sampai gate closed.

- Memberikan pelayanan khusus bagi pihak yang berkepentingan,

VIP, dan VVIP.

Universitas Sumatera Utara


II-21

8. Manager Teknik

Berikut tugas Manager Teknik:

- Bertanggung jawab langsung kepada General Manager

- Mengawasi dan evaluasi terhadap operasi ground handling di

seluruh wilayah kerja agar memperoleh ketepatan waktu (on time

performance)

- Merencanakan dan mengkoodinir kegiatan perencanaan pembagian

jadwal kerja mesin, karyawan, dan peralatan (Ground Support

Equipment) operasi ground handling.

- Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan

mutu pegawai.

Manager Teknik membawahi bidag:

a. Supervisor GSE Operation

Berikut tugas Supervisor GSE Operation:

- Bertanggung jawab langsung kepada Manager Teknik

- Mempersipakan dan mengoperasikan kendaraan, mesin, dan

peralatan ramp activity handling.

b. Supervisor Teknik

Berikut tugas Supervisor Teknik:

- Bertanggung jawab langsung kepada Manager Teknik

Universitas Sumatera Utara


II-22

- Merawat dan memperbaiki kendaraan, mesin, dan peralatan ramp

activity handling/ fasilitas operasional baik di make-up area

ataupun terminal kargo.

9. Kepala Operasi Gunung Sitoli

Berikut tugas Kepala Operasi Gunung Sitoli:

- Bertanggung jawab langsung kepada General Manager

- Mengawasi dan evaluasi terhadap operasi ground handling di Bandar

Udara Binaka, Gunung Sitoli, Nias agar memperoleh ketepatan

waktu (on time performance)

- Merencanakan dan mengkoodinir kegiatan perencanaan pembagian

jadwal kerja operasi ground handling.

- Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan

mutu pegawai.

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pengamana perusahaan.

10. Kepala Operasi Pinang Sori

Berikut tugas Kepala Operasi Pinang Sori:

- Bertanggung jawab langsung kepada General Manager

- Mengawasi dan evaluasi terhadap operasi ground handling di Bandar

Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing, Kecamatan Pinang Sori,

Tapanuli Tengah agar memperoleh ketepatan waktu (on time

performance)

Universitas Sumatera Utara


II-23

- Merencanakan dan mengkoodinir kegiatan perencanaan pembagian

jadwal kerja operasi ground handling.

- Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan

mutu pegawai.

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pengamana perusahaan.

11. Kepala Operasi Silangit

Berikut tugas Kepala Operasi Silangit:

- Bertanggung jawab langsung kepada General Manager

- Mengawasi dan evaluasi terhadap operasi ground handling di Bandar

Udara Internasional Silangait, Kecamatan Siborong-borong,

Tapanuli Utara agar memperoleh ketepatan waktu (on time

performance)

- Merencanakan dan mengkoodinir kegiatan perencanaan pembagian

jadwal kerja operasi ground handling.

- Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan

mutu pegawai.

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pengamana perusahaan.

12. Kepala Operasi Sabang

Berikut tugas Kepala Operasi Sabang:

- Bertanggung jawab langsung kepada General Manager

Universitas Sumatera Utara


II-24

- Mengawasi dan evaluasi terhadap operasi ground handling di Bandar

Udara Maimun Saleh, Kota Sabang agar memperoleh ketepatan

waktu (on time performance)

- Merencanakan dan mengkoodinir kegiatan perencanaan pembagian

jadwal kerja operasi ground handling.

- Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan

mutu pegawai.

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pengamana perusahaan.

13. Kepala Operasi Lhoksemawe

Berikut tugas Kepala Operasi Lhoksemawe:

- Bertanggung jawab langsung kepada General Manager

- Mengawasi dan evaluasi terhadap operasi ground handling di Bandar

Udara Malikus Saleh, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara agar

memperoleh ketepatan waktu (on time performance)

- Merencanakan dan mengkoodinir kegiatan perencanaan pembagian

jadwal kerja operasi ground handling.

- Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan

mutu pegawai.

- Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pengamana perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


II-25

2.5.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja

PT Gapura Angkasa Medan mempekerjakan sejumlah tenaga kerja

dengan formasi tenaga kerja tetap dan tenaga kerja kontrak. Jumlah tenaga kerja

tetap PT Gapura Angkasa Medan adalah 40 orang. Sedangkan tenaga kerja

kontrak jumlahnya tidak tetap, yang diperolah dari pihak jasa jawatan tenaga

kerja, yakni PT Seuci Mas Medan.

Berikut Tabel 2.1. yang merincikan jumlah karyawan tetap PT Gapura

Angkasa Medan di Tahun 2017

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Tetap PT Gapura Angkasa Medan


Tahun 2016
No. Jabatan Jumlah (Orang)
1. General Manager 1
2. Head of Safety, Security Qualitay Assurance 1
3. Safety, Services, and Quality Inspector 2
4. Supervisor AVSEC 13
5. Manager Keuangan 1
6. Manager Administrasi dan Umum 1
Manager Operasi: 1
a. Supervisior Ramp and Dispatch 13
- Load Control and Device Control 13
- Flight Operation Officer 13
7.
- Supervision and Administration 13
b. Supervisior PAX and BAG Handling 13
- Surface Transport 7
c. Ledaer Cargo and Mail 13

Universitas Sumatera Utara


II-26

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Tetap PT Gapura Angkasa Medan


Tahun 2016
(Lanjutan)
No. Jabatan Jumlah (Orang)
Manager Teknik 1
8. - Supervisior Teknik 13
- Supervisior GSE Operation 13
9. Kepala Operasi Gunung Sitoli 1
10. Kepala Operasi Pinang Sori 1
11. Kepala Operasi Silangit 1
12. Kepala Operasi Sabang 1
13. Kepala Operasi Lhoksemawe 1
Total 137
Sumber: Manager Administrasi dan Umum, PT Gapura Angkasa Medan

2.5.3.2. Jam Kerja Kerja

Setiap perusahaan mengeluarkan tata tertib/ peraturan kerja yang harus

dipatuhi oleh setiap karyawan perusahaan, termasuk penetapan jam kerja.

PT. Gapura Angkasa Medan membagi jam kerja karyawannya

berdasarkan peratuan perundang-undangan dan/ fungsi dan kepentingan karyawan

terhadap perusahaan.

Berikut ketentuan jam kerja di PT. Gapura Angkasa Medan:

a. Jam Kerja Bagian Administrasi dan Kantor Opersional

Berikut adalah Tabel 2.2. yang menjelaskan sistem pembagian jam kerja

bagian administrasi dan kantot

Universitas Sumatera Utara


II-27

Tabel 2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Adminstrasi dan Kantor

Hari Jam Kerja (WIB) Istirahat (WIB)


Senin-Jum’at 08.00-17.00 12.00-13.00
Sabtu-Minggu Libur
Sumber: Manager Operasional, PT Gapura Angkasa Medan

b. Jam Kerja Departemen Operasional, Teknik, dan AVSEC

Berikut adalah Tabel 2.3. yang menjelaskan sistem pembagian jam kerja

bagian departeman operasional, teknik, dan AVSEC

Tabel 2.3. Sistem Pembagian Jam Kerja Departemen Operasional, Teknik,

dan AVSEC

Hari Shift Jam Kerja (WIB) Istirahat(WIB)


I 08.00-17.00 12.00-13.00
Senin-Minggu II 17.00-01.00 20.00-21.00
III 01.00-08.00 04.00-05.00
Sumber: Manager Operasional, PT Gapura Angkasa Medan

2.5.3.3. Sistem Pengupahan dan Insentif

Upah adalah suatu imbalan atas kerja/ jasa yang telah dilakukan oleh

karyawan kepada perusahaan. Upah berfungsi sebagai keberlangsungan hidup

yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan dalam bentuk uang yang

telah ditetapkan oleh perundang-undangan dan peraturan perusahaan setelah

adanya perjanjiaan antara pihak karyawan dengan perusahaan.

Gaji adalah upah dasar yang diberikan perusahaan kepada karyawan atas

pekerjaan/ jasanya kepada perusahaan. Ukuran waktu pemberian gaji tergantung

Universitas Sumatera Utara


II-28

perusahaan tetapi umumnya gaji diberikan untuk setiap satu hari kerja ataupun

untuk satu bulan kerja yang dilakukan perusahaan. Gaji tersebut biasa disebut gaji

pokok yang jumlahnya tetap tetapi pada periode tertentu nilainya akan mengalami

kenaikan disesuaikan dengan jabatan dan prestasi pihak penerima kerja.

Berikut Tabel 2.4. dan Tabel 2.5. yang menjelaskan rincian gaji dan

tunjangan jabatan PT Gapura Angkasa Medan:

a. Gaji Pokok

Tabel 2.4. Gaji Pokok PT Gapura Angkasa Medan

No. Golongan Gaji (Rp/ bulan)


1. Grade IIA-IIF 1.800.000,- s/d 2.200.000,-
2. Grade IIIA-IIIF 2.220.000,- s/d 2.800.000,-
3. Grade IVA-IVF 2.850.000,- s/d 3.500.000,-
4. Grade VA-VF 3.580.000,- s/d 5.200.000,-
Sumber: Manager Keuangan, PT Gapura Angkasa Medan

b. Tunjangan Jabatan

Tabel 2.5. Tunjangan Jabatan PT Gapura Angkasa Medan

No. Jabatan Insentif (Rp/ bulan)


1. General Manager 8.000.000,-
2. Manager 4.500.000,-
3. Inpector 4.000.000,-
4. Kepala Operasi 3.800.000,-
5. Supervisior 2.200.000,-
6. Staff 1.275.000,-
Sumber: Manager Keuangan, PT Gapura Angkasa Medan

Universitas Sumatera Utara


II-29

c. Tunjangan Sosial dan Kesejahtraan

Selain gaji pokok tersebut dan tunjangan Jabatan, perusahaan juga

memberikan tunjangan Kesejahtraan, yaitu berupa:

- Upah lembur

Diberikan apabila pekerja harus bekerja melebihi jam kerja yang

telah ditetapkan.

- Tunjangan hari besar keagamaan (THR)

Besarnya tunjangan ditentukan berdasarkan ketentuan dari

perusahaan.

- Tunjangan santunan sosial

Berupa pemberian sewa rumah, air, listrik dan transport dengan

jumlah berdasarkan ketentuan dari perusahaan.

- Tunjangan dinas

Diberikan kepada karyawan yang melakukan dinas demi kemajuan

perusahaan atau karena ditugaskan ke luar kota untuk jangka waktu

tertentu.

- Tunjangan anak sekolah

Tunjangan ini diberikan kepada karyawan yang memiliki anak yang

sedang melaksanakan pendidikan.

- Bonus

Diberikan akhir tahun tergantung kepada tingkat keuntungan

perusahaan. Di samping pemberian gaji pokok dan tunjangan-

Universitas Sumatera Utara


II-30

tunjangan tersebut, usaha-usaha lain yang dilakukan perusahaan

untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja yaitu:

- Badan Penjamin Jasa Kesehatan (BPJS)

Diberikan kepada seluruh pekerja berupa, jaminan pemeliharaan

kesehatan, jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan

hari tua

- Cuti

Cuti diberikan perusahaan kepada pekerja berupa cuti tahunan, cuti

hamil, dan melahirkan

- Dispensasi

Diberikan kepada semua pekerja untuk kepentingan tertentu,

misalnya adanya tugas khusus, menikahkan anak, kemalangan dan

lain-lain.

2.5.4. Fasilitas dan Peralatan

Segala hal yang terkait dalam suatu aktivitas sangatlah diperlukan

fasilitas yang mendukung kegiatan tersebut, apalagi pada suatu perusahaan

dimana fasilitas sangatlah penting guna mendukung dan memperlancar segala

aktivitas dikerjakan agar dapat berjalan dengan efisien.

PT Gapura Angkasa sebagai suatu perusahaan yang bergerak dalam

bidang Ground Handling, memiliki fasilitas pendukung baik di terminal, di

kantor, maupun di lapangan guna mencapai profesionalitas yang diharapkan.

Universitas Sumatera Utara


II-31

2.5.4.1. Fasilitas Terminal

Fasilitas terminal merupakan bagian wilayah darat (landside) dan secara

kepentingan bersifat umum/ public area dari sebuah bandar udara. Fasilitas

terminal dimiliki oleh pengelola bandar udara (PT Angkasa Pura II) dan dengan

fungsi bisnis, pihak maskapai menyewanya agar dapat melayani penumpang.

Berikut contoh adalah operasional pendukung kerja di terminal antara

lain:

1. Check-in counter adalah suatu tempat di area terminal bagi penumpang

untuk melakukan formalitasnya sebelum berangkat.

2. Komputer digunakan untuk melaksanakan kegiatan check-in.

3. Mesin photocopy yang digunakan untuk memperbanyak dokumen untuk

administrasi atau keperluan lainnya.

2.5.4.2. Fasilitas Kantor Operasional

Fasilitas kantor operasional berada di make-up area (kode PAS: U) dan

secara kepentingan merupakan wilayah tertutup sebagian (diperbolehkan hanyak

kepada pihak yang berkepentingan) dari landside bandar udara. Properti ruangan

kantor dimiliki oleh pengelola bandar udara dan dengan fungsi bisnis, pihak PT

Gapura Angkasa menyewanya.

Berikut adalah contoh operasional pendukung kerja di kantor oprasional

antara lain:

Universitas Sumatera Utara


II-32

1. Komputer yang dipergunakan untuk pembuatan dokumen-dokumen

yang diperlukan dan laporan pengiriman telex serta kegiatan operasional

lainnya.

2. Telephone, facsimile, dan telex yang dipergunakan sebagai alat

komunikasi secara lisan maupun tertulis, baik antara bagian maupun

departemen, dan staf di lingkungan airport maupun antar instansi yang

terkait dalam perusahaan.

3. Handly talky (HT) yaitu alat komunikasi jarak dekat yang dipergunakan

oleh staf area di bandara dalam penanganan kedatangan maupun

keberangkatan pesawat dan penumpang.

4. Mesin photocopy yaitu alat yang dipergunakan untuk memperbanyak

dokumen-dokumen yang diperlukan dan laporan-laporan penting yang

dipergunakan oleh perusahaan.

2.5.4.3. Fasilitas Operasional/ Lapangan

Operasional groundhadling secara umum berada di apron (kode PAS: P)

dan secara kepentingan merupakan wilayah tertutup penuh (diperbolehkan hanyak

kepada pihak tertentu) dari sisi udara (airside) bandar udara. Maskapai

penerbangan yang memarkirkan pesawatnya akan dikenakan biaya parkir dari

pengelola bandar udara dan secara bersamaan pihak PT Gapura Angkasa akan

menberikan pelayanan ramp activity handling kepada pihak maskapai.

Universitas Sumatera Utara


II-33

Berikut adalah contoh operasional pendukung antara lain:

1. High Lift Loader (HLL) yaitu alat yang dipergunakan pada wide body

aircraft untuk menaikkan dan menurunkan pallet dan container.

2. Baggage Conveyor Belt Loader (BCBL) yaitu alat yang dipergunakan

pada narrow body aircraft untuk menaikkan serta menerunkan bagasi,

cargo, mail.

3. Baggage Towing Tractor yaitu mobil yang dipergunakan untuk

menaikkan container, dollies, pallet, dan baggage cart (gerobak).

4. Pax Step Car yaitu mobil yang pada bagian atasnya memuat tangga

sebagai tempat naik dan turunnya penumpang dari dan ke dalam cabin

pesawat. Alat ini digunakan untuk pesawat yang mendapat tempat parkir

yang tidak dilengkapi dengan Aviobridge.

5. Push Back Car yaitu mobil yang mempunyai kekuatan untuk mendorong

pesawat dari tempat parkir pesawat (apron) ke taxi way.

6. Towing Bar yaitu alat penghubung push back car dengan pesawat pada

saat mendorong dari tempat parkir pesawat (apron) ke taxi way.

7. Container yaitu tempat bagasi berbentuk kotak yang di dalamnya

ditempatkan bagasi, cargo, dan benda-benda pos.

8. Pallet yaitu tempat barang-barang cargo yang berbentuk segi empat

panjang seperti lempengan logam.

9. Baggage Car yaitu mobil yang digunakan untuk mengangkut bagasi

penumpang dari pesawat ke baggage claim area dan make up ke

pesawat.

Universitas Sumatera Utara


II-34

10. Baggage Cart yaitu alat yang menampung bagasi, cargo, dan benda-

benda pos.

11. Lavatory Truck yaitu mobil yang digunakan untuk membersihkan atau

menyedot lavatory ke pesawat.

12. Water Service Truck yaitu mobil yang digunakan untuk menyediakan

dan membawa air bersih ke pesawat.

13. Bus dan VIP coach yaitu kendaraan yang digunakan untuk mengangkut

penumpang dari pesawat menuju terminal kedatangan dan dari terminal

keberangkatan menuju ke pesawat.

14. Handly Talky (HT) yaitu alat komunikasi jarak dekat yang dipergunakan

oleh staf area di bandara di dalam penanganan kedatangan maupun

keberangkatan pesawat dan penumpang.

15. Mobil yaitu kendaraan yang digunakan untuk mengangkut petugas ramp

handling, loading master, dan porter dari bagian operasi ke tempat

parkir pesawat.

16. Ground Power Unit (GPU) yaitu alat yang digunakan untuk membantu

electrical pesawat pada saat berada di apron dalam menyediakan tenaga

listrik untuk menghidupkan AC.

17. AC Car yaitu alat yang digunakan untuk menambahkan gas Freon pada

AC pesawat.

18. Ground Turbine Compressor (GTC) yaitu alat yang digunakan untuk

membantu starting engine bila terjadi kerusakan pada saat starting

engine pesawat.

Universitas Sumatera Utara


II-35

2.6. Ramp Activity Handling

2.6.1. Pengertian Ramp Activity handling

Ramp activity handling adalah kegiatan penanganan pesawat yang

terkait bongkar-muat cargo/ penumpang, perawatan, pengisan bahan bakar, dan

dokumen pendukung penerbangan, selama di darat dan disesuiakan dengan jadwal

slot time (jadwal waktu kedatangan dan keberangkatan) bandar udara agar

pesawat dapat layak mengudara (airbone) kembali. Wilarah kerja ramp handling

berada di parkiran pesawat (apron) yang merupakan airside dari bandar udara.

Ramp activity handling adalah muara dari seluruh kegiatan ground

handling. Dan untuk menghindari potensi pengingkatan bahaya di ramp area

maka tujuan dan prinsip operasional harus berjalan dengan baik. PT. Gapura

Angkasa sebagai ground handling memiliki ramp handling yang akan

memberikan pelayanan semaksimal mungkin.

Tujuan yang ingin dicapai ramp activity handling diantaranya:

- Safety (Keselamatan)

- Reguler (Teratur)

- Economical Air Transport (Tidak menimbulkan biaya yang tidak perlu

tanpa mengabaikan aspek keamanan dan keselamatan dalam bisis

transportasi udara)

- On Time Performance (Ketepatan waktu)

Universitas Sumatera Utara


II-36

Prinsip ramp activity handling:

- Closed communication (Komunikasi yang terus menerus)

- Watch was going on (Amati apa yang terjadi)

- If goes wrong put it right (Jika ada kesalahan/ penyimpangan tolong

diperbaiki agar benar)

- "DO NOT LEARN SAFETY BY ACCIDENT" (Hindari kesalahan tanpa

ada kecelakaan)

2.6.2. Uraian Proses Ramp Activity Handling (Narrow Body Aircraft: Boing

737-800 NG/ Series dan Bombardier CRJ-1000 NG/ Series)

Berikut adalah uraian proses ramp activity handling:

- 30 menit sebelum pesawat mendarat (landing) pilot pesawat akan

memberikan laporan perkembangan penerbangan (airbone). Selanjutnya

pilot akan memberitahukan kebutuahan yang dilperlukan penumpang

(penumpang yang berkebutuhan khusus, VIP, dan VVIP) melalui radio

company canel PT Gapura Angkasa.

PT Gapura Angkasa akan melaksakan permintaan pilot, disaat yang

sama para staf akan mempersiapkan cargo/ bagasi penumpang di ramp

area, document control (menghitung pembangian beban pesawat), flight

document (manifestasi penerbangan), dan load control (data kebutuhan/

kerusakan pesawat melalui SAP Garuda Indonesia) agar layak

mengudara kembali.

Universitas Sumatera Utara


II-37

- Pilot meminta izin untuk mendarat kepada pihak Air Trafic Controler

(ATC/ Perum AirNav Cab. Kualanmu).

Di Negara Indonesia pihak yang memberikan pemantauan dan pelayanan

lalu lintas udara untuk penerbangan sipil dilaksanakan oleh Perum

AirNav Indonesia.

- Setelah mendapat izin, pilot memberitahukan pramugari bahwa mereka

akan melakukan pendaratan (landing).

- Begitu selesai tuch down pilot akan melaporkan perkembangan pesawat

dan pesawat bergerak agar taxi in. Perum AirNav Indonesia akan

memberitahukan kepada pilot lokasi parking stand dan slot time bandar

udara yang diperbolehkan oleh pengelola bandar udara (PT. Angkasa

Pura II).

Kecepatan pesawat, peralatan, ground services equipment (GSE), dan

mesin oprasional di darat (landasan pacu, tax away, apron) telah diatur

oleh Perum AirNav Indonesia.

- Bigitu taxi in maseler PT Gapura Angkasa akan memantau pegerakan

pesawat dan memberikan aba-aba apabila terjadi kekeliruan instruksi.

Ketika pesawat bermanuver darat untuk apron in, marseler akan

memberkan panduan parking stand sampai pesawat berhenti. Ramp

dispatcher dan avition security akan mengamankan ramp area.

Universitas Sumatera Utara


II-38

PT GMF Aeroasia, PT Pertamina Aviation, dan PT Aerofood ACS juga

bersiap di remp area.

- ACTF Released/ Block On

PT GMF Aeroasia akan memberikan bantalan pengaman pada roda

pesawat (active ramp area), mengecek kondisi terkini pesawat secara

keseluruhan.

Pilot mematikan mesin pesawat dan mengalihkannya dengan EPU unit

agar kondisi di kabin pesawat pada kondisi ideal.

Setelah selesai, PT GMF Aeroasia menyerahkan tagihan kepada flight

operation officer sebagai dokumen penerbangan yang akan di tanda

tangani oleh pilot pesawat.

- PAX Step/ Aviobridge

PT Gapura Angkasa akan mengoprasikan aviobridge agar penumpang

pesawat dapat berjalan dengan aman untuk turun dari pesawat. Setelah

menempelnya aviobridge di pintu pesawat, pramugari akan membuka

pintu pesawat dari dalam. Avition security mengamankan lokasi.

PT GMF Aeroasia akan membuka pintu compartment pesawat dan fuel

tank.

Universitas Sumatera Utara


II-39

- PAX Disembark

Penumpang keluar dari pesawat satu persatu, dengan komposisi urutan:

1. Penumpang yang berkebutuhan khusus yang pertama turun.

2. Penumpang VVIP

3. Penumpang VIP

4. Penumpang sipil kelas bisnis

5. Penumpang sipil kelas ekonomi

- Belt Loader

PT Gapura Angkasa mengoperasikan Baggage Conveyor Belt Loader

yang dapat membantu membongkar-muat compartment.

Avition security mengeledah dan mengamankan operator satu-persatu

yang membongkar-muat compartment.

- Unloading

Operator PT Gapura Angkasa membongkar compartment dan

memindahkannya sementara ke baggage cart. Setelah selesai baggage

cart akan dikirim menuju make-up area untuk selanjutnya akan

dilakukan baggage claim dengan baggage car/ Baggage Towing

Tractor.

Universitas Sumatera Utara


II-40

- Refueling

PT Pertamina Aviation mengisi bahan bakar atas instruksi PT GMF

Aeroasia. PT Pertamina Aviation mengambil bahan bakar melalui pipa

pertamian yang ditanam di apron dengan mengunakan Mini Hydrant

Dispensers Vehicle.

Setelah selesai refueling, PT Pertamina Aviation menyerahkan tagihan

bahan bakar kepada flight operation officer sebagai dokumen

penerbangan yang akan di tanda tangani oleh pilot pesawat.

- Water Services

Operator PT Gapura Angkasa menyedot air dan menggantinya dengan

air bersih yang baru.

- Lavatory Services

Operator PT Gapura Angkasa menyedot isi lavatory tank dan

membuangnya ke pengelolahan limbah.

- Cleannig

Setelah penumpang keluar dari kabin pesawat, operator PT Gapura

Angkasa digeledah dan diamankan oleh aviation security. Operator PT

Gapura Angkasa masuk kedalam kabin pesawat ,membersihkan dan

menata ulang pesawat seluruh ruangan (cabin dan kamar mandi) dengan

Universitas Sumatera Utara


II-41

cabin crew. Setelah selesai, operator PT Gapura Angkasa digeledah dan

diamankan kembali oleh aviation security.

- Loading

Operator PT Gapura Angkasa memuat cargo/ bagasi penumpang untuk

disimpan kedalam compartment. Supervisor baggage handling

menghitung beban cargo/ bagasi penumpang dan menyesuaikannya

dengan data manifestasi penerbangan. Dokumen penerbangan ini akan

diserahkan kepada flight operation officer untuk di tanda tangani oleh

pilot pesawat.

Operator PT Gapura Angkasa digeledah dan diamankan kembali oleh

aviation security Setelah selesai aviation security mengcek keamanan

dan keselamatan cargo/ bagasi penumpang didalam compartment.

Operator PT Gapura Angkasa digeledah dan diamankan kembali oleh

aviation security.

- Catering

PT Aerofood ACS diberikan isntruksi oleh ramp dispatcher untuk

mengisi bahan makanan dengan Narrow-Body Aircraft Catering.

Setelah selesai mengisi bahan makanan, PT Aerofood ACS menyerahkan

tagihan bahan bakar kepada flight operation officer sebagai dokumen

penerbangan yang akan di tanda tangani oleh pilot pesawat.

Universitas Sumatera Utara


II-42

- Load Sheet

Ramp dispatcher bertemu dengan manager crew cabin untuk melakukan

briefing tentang kondisi seluruh ruangan (cabin dan kamar mandi)

pesawat.

PT GMF Aeroasia bertemu dengan pilot pesawat dan melakukan brifing

tentang kondisi perkembangan pesawat.

Flight operation officer bertemu dengan pilot pesawat dan melakukan

briefing kesiapan penerbangan diantaranya informasi perkembangan

traffic udara, manifestasi pesawat, dan jumlah bahan bakar.

- Call Boarding

Setelah load sheet selesai, Supervisor PAX handling diinstruksikan oleh

ramp dispatcher agar memandu penumpang memasuki pesawat.

- PAX Boarding

Penumpang memasuki pesawat satu persatu, dengan komposisi urutan:

1. Penumpang yang berkebutuhan khusus yang pertama masuk.

2. Penumpang sipil kelas ekonomi

3. Penumpang sipil kelas bisnis

4. Penumpang VIP

5. Penumpang VVIP

Universitas Sumatera Utara


II-43

- Document Complate

Setelah PAX boarding selesai, Flight operation officer bertemu degan

pilot kembali dan meminta izin kepada pilot untuk menyetujui dokumen

penerbagan.

Ramp dispatcher akan memberikan instruksi kepada PT GMF Aeroasia

agar mengcek kembali keamanan dan keselamatan pesawat, menutup

pintu compartment, dan menutup fuel tank.

- PAX Door Close

Pintu kabin pesawat ditutup oleh pramugari dari dalam pesawat.

Operator PT Gapura Angkasa menarik aviobridge.

- Pramugari memberikan instruksi keselamatan penerbangan kepada

penumpang.

- P/B Car Attached

Ramp dispatcher memberikan instruski untuk memasang towing bar

kepada operator push back car.

Ramp dispatcher mencatan ground time pesawat.

- ACTF Block Off

PT GMF Aeroasia akan mencabut bantalan pengaman pada roda

pesawat dan menginstruksikan pilot untuk menghidupkan mesin

pesawat.

Universitas Sumatera Utara


II-44

Operator PT GMF Aeroasia dan operator push back car memandu pilot

untuk manuver darat pesawat agar amam untuk taxi in.

- Pilot meminta izin kepada Perum AirNav Indonesia untuk memasuki

taxi away. Setelah mendapatkan izin dari Perum AirNav Indonesia, pilot

memberi instruksi kepada Operator PT GMF Aeroasia dan operator push

back car untuk mencabut towing bar.

Operator PT GMF Aeroasia memastikan kemanan pesawat.

- Pilot segera bermanufer darat untuk memasuki taxi away. Setelah di taxi

away pilot meminta izin untuk memasuki landasan pacu dan izin take off

kepada Perum AirNav Indonesia.

- Setelah mendapat izin, pilot melaksanakan take off agar dapat

mengudara (airbone).

- Apabila take off sukses, pilot memastikan keamana dan keselamatan

penerbangan, serta memastikan pesawat dalam keadaan stabil

mengudara.

Pilot melaporkan keadaan pesawat kepada Perum AirNav Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Jasa

3.1.1. Defenisi Jasa

Kotler (2000) mendefenisikan jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan

yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya

bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan

sesuatu. Pendapat Gronroos (2000) mendefenisikan jasa adalah proses yang

terdiri dari atas serangkaian tidakan intangible yang biasanya (namun tidak harsu

selalu) terjadi interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa ada/ atau sumberdaya

fisik atau barang adan/ atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi

atas masalah pelanggan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan kerap kali

terjadi dalam aktifitas pleksanaan jasa, sekalipun pihak-pihak yang terlibat tidak

menyadarinya. Dan selain itu ada situasi yang memungkinkan interaksi antara

individu dengan perusahaan jasa.

Lovelock, Patterson & Walker (2004) mengemukanan jasa adalah

sebuah sistem. Dalam perspektif ini jasa memiliki dua komponen utama yaitu

komponen operasi jasa (service opration), dimana masukan (input) diproses dan

elemen produk jasa diciptakan. Dan komponen penyampaian jasa (service

delivery), dimana elemen-elemen jasa tersebut dirakit, dirampungkan dan

disampaikan kepada pelanggan. Sebagian dari sistem ini tampak (visible) atau

diketahui pelangan (sering disebut pula front office atau frontstage), semantara

III-1
Universitas Sumatera Utara
III-2

ada bagian yang tak tampak atau bahkan tidak diketahui pelanggan (back office

atau backstage).

Berikut adalah Gambar 3.1. yang menjelaskan jasa sebagai sebuah

sistem.

Sistem Operasi Jasa Sistem Penyampaian Jasa


(service operation) (service delivery)

Fasilitas
Jasa A Pelanggan A
fisik

Technical
Core

Personil
Jasa B Pelanggan B
kontak

Tidak bisa dilihat Bisa dilihat


penglihatan penglihatan

Keterangan:
Interaksi Langsung Interaksi Sekunder

Sumber: Tjiptono, Ph.D Fandi dan Gregorius Chandra (2011: 14) Service, Quality & Satisfaction.
Gambar 3.1. Jasa Sebagai Sebuah Sistem

3.1.2. Karakteristik Jasa

Jasa memilki empat karaktersitik unik yang membeadakannya dengan

barang dan berdampak pada strategi pengelolahan dan pemasarannya. Keempat

karakteristik jasa dinamakan Paradigma IHIP (Intangibility, Heterogenety,

Inseparability, dan Perishability)

Universitas Sumatera Utara


III-3

1. Intangibility

Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat,

materila ataupun benda, maka jasa justru merupakan perbuatan,

tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance). Jasa hanya dapat

dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki (non-ownweship).

2. Heterogenety

Jasa bersifat sangat variabel karena bukan merupakan non-standardized

output, yang artinya terdapat banyak variansi bentuk, kualitas, dan jenis

tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi.

3. Inseparability

Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, baru

kemudian dikonsumsi. Sedangkan jasa dijual terlebih dahulu, baru

kemudian diprodukksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang

sama.

4. Perishability

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan

untuk pemakaiaan ulang diwaktu yang akan datang, dijual kembali

ataupun dikembalikan.

Universitas Sumatera Utara


III-4

3.1.3. Operasi Jasa

Operasi jasa secara garis besar dikelompokkan menjadi empat jenis,

yakni:

1. Proyek

Dalam tipe ini sejumlah aktifitas yang saling terkait dan dirumuskan

dengan jelas, serta diselesaikan dalam tahap-tahap tertentu. Umumnya

aktifitas-aktifitas tersebut dikerjakan delam jangka waktu yang relatif

lama dan volumenya kecil/ sedikit. Apabila semua aktifitas selesai maka

dengan sendirinya proyek tersebut selesai.

2. Batch (Job Shop)

Jasa disesuiakan dengan spesifikasi dan kebutuhan spesifk pelanggan.

Untuk merealisasikannya hal tersebut dibutuhkan berbagai kemampuan

dalam melaksanakan sejumlah kombinasi tahapan/ rangkaiaan aktifitas

yang berbeda bagi setia konsumen. Dengan kata lain fleksibilitas

merupakan faktor dominan dalam pelaksanaan pelayanan.

3. Lini (Flow Shop)

Kegiatan pelaksanaan jasa yang relatif sama (seperti aliran perakitan

atau assembling), Contok jasa perpanjangan Pasport.

4. Proses Berkesinambungan (On-Going Process)

Jasa yang berkesinambungan adalah jasa yang beoperasi 24 jam dalam

tujuh hasi seminggu. Contoh jasa keamanan dari polisi.

Universitas Sumatera Utara


III-5

3.1.4. Penyampaian Jasa

Penyampaiaan jasa merupakan proses kreatif yang diawali dengan

menetapakan tujuan jasa. Tujuan akan menjadi pemandu utama dalam

mengidentifikasi dan memganalisis semua alternatif yang bisa digunakan dalam

mewujudkannya.

Zeithamal & Bitner (2003) mendisain sistem penyampain jasa menjadi

cetak biru jasa (service blueprint). Cetak biru jasa merupakan suatu gambar atau

peta yang secara akurat menggambarkan sistem jasa sedemikian rupa sehingga

setiap orang yang terlibat dalam penyediaan jasa tersebut mampu memahami dan

melaksanakan secara objektif, terlepas dari apapun peranannya maupun sudut

pandang individualnya.

Cetak biru jasa dipandang dari dua dimensi, dimana sumbu horizontal

mencerminkan kronologis tindakan yang dilakukan pelanggan jasa dengan

penyedia jasa. Sedangkan sumbu vertikal menunjukkan bidang tindakan yang

berbeda. Bagian paling atas cetak biru adalah bukti fisik (Physical evidence) jasa,

yang menunjukkan fisik aktual jasa. Keempat komponen cetak biru jasa

dipisahkan dalam tiga garis horizontal.

1. Line of Interaction

Garis yang menjelaskan bentuk hubungan langsung antara pelanggan

dan organisasi jasa.

Universitas Sumatera Utara


III-6

2. Line of Visibility

Garis yang memisahkan antara semua aktifitas jasa yang tampak dan

tidak tampak bagi pelanggan. Garis ini juga memisahkan antara apa yang

dilakukan karyawan kontak onstage dan backstage.

3. Line of Internal Interacttion

Garis yang memisahkan antara aktifitas karyawan kontak dengan jasa

pendukung lainnya.

Berikut adalah Gambar 3.2. yang menjelaskan cetak biru jasa dalam

penyampaian jasa.

BUKTI FISIK

Tindakan Pelanggan

Line of Interaction

Onstage Contact
Employe Actions

Line of Vsibility

Backstage Contact
Employe Actions

Line of Internal Interaction

Proses Pendukung

Sumber: Tjiptono, Ph.D Fandi dan Gregorius Chandra (2011: 116) Service, Quality &
Satisfaction.

Gambar 3.2. Cetak Biru Jasa dalam Penyampaiaan Jasa

Universitas Sumatera Utara


III-7

3.1.5. Kualitas Jasa

Pakar yang pertama kali mendefeniskan kualitas jasa adalah Lewis &

Booms (1983), mereka mendefenikan jasa adalah ukuran seberapa bagus tingkatan

layanan yang mampu diberika sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Kualitas jasa

dapat diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta ketepatan

penyampaian untuk megimbangi harapa pelanggan. Parasuraman (1985)

mejelaskan bahwa ada dua hal yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu jasa yang

diharapkan (expected sevice) dan jasa yang dirasakan (perceived service). apabila

perceived service sesuai dengan expedted service maka kualitas jasa kersangkutan

diapresiasi positif dan sebaliknya. Jika perceived service yang diperoleh melebihi

expected serviced, maka kualitas jasa bersangkutan diapresiasi kualitas ideal.

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan di akhiri dengan

kepuasan pelannggan dan persepsi positif terhadap kulaitas jasa. Sebagai pihak

yang membeli dan mengkonsumsi jasa (dan bukan penyedia jasa) maka konsumen

berhak menilai tingkat kualitas jasa. Harapan/ ekspektasi pelanggan merupakan

keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau memberi suatu produk, yang

dijadikan standart atau acauan dalam menilai produk yang bersangkutan. Kendati

demikian, konseptualisasi dan oprasionalisasi harapan pelanggan mesih menjadi

kontroversial, terutaman yang menyangkut standart ekspektasi spesifik, jumah

standart yang digunakan dan sumber ekspektasi.

Universitas Sumatera Utara


III-8

3.1.6. Dimensi Kualitas Jasa

Lehtinen & Lehtinen (1991) mengajukan dua dimensi kualitas jasa,

yakni faktor yang dievaluasi pelanggan selama jasa disampaikan (proses quality)

dan faktor yang dievaluasi setelah jasa disampaikan (output quality). Mereka juga

membedakan antara physical quality (berhubungan produk dan pendukungnya),

interactive quality (berkaitan dengan interaksi antara pnyedia jasa dengan

pelanggan), dan corporate quality (berhubungan demgan citra perusahaan).

Gronroos (1990 & 2000) memaparkan tiga dimensi kualitas jasa yang hampir

seruapa, yakni outcome-related dimension (tecnical quality), image-related

dimension, dan process-related dimension (functional quality).

Lehtinen & Lehtinen dan Gronroos menekankan evaluasi kualitas jasa

dari aspek output, proses, dan citra (result adn process-oriented). Gronroos

menjabarkan dimensi kualitas kedalam tujuh kriteria penilaian kualitas jasa.

Berikut Tabel 3.1. yang menjelaskan dimensi kualitas jasa menurut

Gronoos.

Tabel 3.1. Dimensi Kualitas Jasa Menurut Gronroos

No. Dimensi Kriteria Deskripsi


Pelanggan menganggap bahwa penyedia
jasa, para karyawan, sistem operasional, dan
Outcome-related Profesionalism sumber daya fisiknya memiliki pengetahuan
1.
(Tecnical Quality) & Skills dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
memcahkan masalah pelanggan secara
profesional.

Pelanggan meyakini bahwa bisnis penyedia


Reputation jasa dapat dipercaya, memberikan value for
2. Image-related
& Credibility money yang selayaknya, dan mencerminkan
kinerja dengan positif.

Universitas Sumatera Utara


III-9

Tabel 3.1. Dimensi Kualitas Jasa Menurut Gronroos

(Lanjutan)

No. Dimensi Kriteria Deskripsi


Pelanggan merasa bahwa para karyawan
Attiudes kontak memperhatikan merka dan berusaha
& Behavior mampu memecahkan masalah pelelangan
secara spontan dan senang hati.

Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa ,


lokasi, jam kerja, karyawan, dan sistem
operasionalnya dirancang dan
dioprasionalkan sedemikian rupa sehingga
Accessibility
pelanggan dapat mudah mengaksesnya
& Flexibility
dengan mudah. Selain itu juga dirancang
dengan maksud agar bersifat fleksibel dalam
menyesuaikan permintaan dan keinginan
pelanggan.
Process-related
3. Pelanggan meyakini bahwa apapun yang
(Functional Quality)
terjadi atau telah disepakati, mereka bisa
Reliability &
mengandalkan penyedia jasa, karyawan dan
Trustworthiness
sistemnya dalam memenuhi janji-janjinya
dan bertindak demi kepentingan pelanggan.

Pelanggan meyakini biahwa bila ada


kesalahan atau bila terjadi yang tidak
Services Recovery diharapkan, penyedia jasa segera dan aktif
mengambil tindakan untuk mengendalikan
situasi dan menemukan solusi yang tepat.

Pelanggan merasa bahwa kondisi fisik dan


aspek lingkungan services encounter lainnya
Serviscape
mendukung pengalaman yang positif dalam
proses jasa.
Sumber: Tjiptono, Ph.D Fandi dan Gregorius Chandra (2011: 202) Service, Quality & Satisfaction.

3.2. Kualitas

Kualitas bertujuan untuk mencapai ekspektasi kepuasan yang diharapkan

oleh konsumen terhadap produk ataupun jasa yang telah diberkan kepada mereka.

Ekspektasi ini dapat ditentukan dari kegunaan barang/ jasa dan harga jualnya.

Apabila suatu produk dapat memenuhi keinginan pelanggan, dapat disadari

Universitas Sumatera Utara


III-10

bahwa hal tersebut merupakan kualitas dari produk (Besterfield, Dale H. 1987).

Kualitas dapat di kuantisifikasikan dengan menggunakan perhitungan:

P
Q=
E

Dimana:

Q = Kualitas

P = Performansi

E = Ekspektasi Pelanggan

Apabila nilai Q lebih besar dari 1, maka pelanggan memiliki rasa yang

baik tentang produk atau pelayanan yang diberikan. Ekspektasi dari pelanggan

secara berkelanjuatan mengikuti permintaan yang meningkat.

Garvin mendefenisaikan delapan dimensi dari kulitas yang digunakan

untuk menganalisis karakteristik produk yaitu:

1. Performa (Performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari produk

dan merupakann karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan

ketika ingin membeli produk.

2. Fitur (Features) merupakan aspek kedua bari performa yang menambah

fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.

3. Keadaan (Realibility) berkaitan dengan kemungkinan suatu produk

berfungsi secara berhasil dengan periode waktu tertentu di bawah

kondisi tertentu.

Universitas Sumatera Utara


III-11

4. Konformitas (Conformance) berkaitan dengan tingkat kesesuian produk

terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan

keinginan pelanggan.

5. Daya tahan (Durability) merupakan ukuran masa pakai suatu produk.

6. Kemampuan pelayanan (Service ability) merupakan karakteristik yang

berkaitan dengan kecepatan, kesopanan, kompetensi, kemudahan serta

akurasi dalam perbaikan.

7. Estetika (Aesthetics) merupakan karakteristik mengenai keinginan yang

bersifat subjentif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan

refleksi dari preferensi atau pilihan individual.

8. Daya tarik (Respons) merupakan hubungan antara manusia dengan

manusia yang lain dengan perasaan dalam mengkonsumsi produk,

seperti pembicaraan mengenai produsen.

9. Reputasi terhadap terhadap kualitas (Reputation) bersifat subjektif,

berkaitan dengan perasaaan pelanggan dalam emngkonsumsi produk,

seperti meningkatkan harga diri.

Kepedulian akan tersedianya pelayanan yang baik bagi konsumen yang

disesuaikan dengan biaya yang dikorbankan konsumen. Menurut Valerie

Zeithmal, A. Parasuman dan Leonard Berry (1990) mendefenisikan dimensi

kualitas jasa SERVQUAL, yaitu:

1. Terukur (Tangibles), Penampilan fisik personalia, peralatan yang

digunakan, dan cara berkomunikasi kepada pelanggan.

Universitas Sumatera Utara


III-12

2. Keandalan (Reliability), kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

dijanjikan secara akurat dan tepat dengan harapan konsumen.

3. Daya tangkap (Responsiveness), kesediaan memberikan bantuan serta

perhatian yang tepat kepada pelanggan.

4. Jaminan (Assurance), Sopan dan berpengetahuan luas sehingga pelangan

merasa percaya dan yakin akan pelayanan yang diberikan.

5. Empati (Emphaty), kepedulian dan perhatian kepada individual

pelanggan.

3.3. Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas adalah kombinasi semua alat dan teknik yang

digunakan untuk mengontrol kualitas suatu produk dengan biaya seekonomis

mungkin dan memenuhi syarat pemesanan. Pengendalian kualitas adalah aktifitas

keteknikan dan manajemen, yang dengan aktifitas tersebut diukur ciri-ciri kualitas

produk/ jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengendalian kualitas

antara lain:

1. Keterampilan dan keahlian operator yang menangani produk.

2. Bahan baku yang dipasok oleh penjual

3. Jenis mesin, elemen-elemen mesin dan peralatan yang digunakan

operator selama proses produksi.

Tujuan pengendalian kualitas adalah menyelidiki dengan cepat sebab-

sebab terduga atau pergeseran proses (variabilitas proses produksi). Penyelidikan

Universitas Sumatera Utara


III-13

terhadap permasalahan proses nantinya akan menjadi antispasi perbaikan sebelum

banyak unit produksi lain yang rusak. Rendahnya variansi produk yang

bermasalah dapat diperoleh melalui pengendalian kualitas.

Pengendalian kulitas dilakukan mulai dari proses input informasi, bahan

baku dari pihak suplier, marketing dan purchasing dan dilanjukan dengan proses

transformasi bahan baku hingga produk jadi yang sampai ditangan konsumen.

Pemenuhan kebutuhan pelanggan dilakukan dengan berbagai macam tools yang

mampu mempresentasikan data yang dibutuhkan dan menganalisi data tersebut

hingga diperoleh suatu kesimpulan.

Pengendalian kualitas dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:

1. On-Line Quality Control adalah kegiatan pengendalian kualitas yang

dilakukan selama proses pabrikasi berlangsung dengan menggunakan

Statistical Process Control (SPC). Statistical Process Control meliputi

kegiatan pengamatan, pengendalian, dan pengujian data pada tiap data

dan proses produksi agar tidak dapat terjadi penyimpangan yang cukup

besar. Jika produk yang dihasilkan tidak memenuhi spesifikasi yang

diharapkan, tindakan perbaikan perlu dilakukan saat proses produksi

berlangsung dengan tujuan meminimalkan cacat produk.

2. Off-Line Quality Control adalah kegitan pengendalian kualitas yang

dilakukan sebelum proses produksi berlangsung atau pengendalian

kualitas yang besifat preventif. Kemungkianan adanya cacat produk dan

masalah kualitas produk dapat diatasi sebelum proses produksi berjalan.

Universitas Sumatera Utara


III-14

Pengurangan cacat produk akan mengurangi scrap dan produk gagal.

Optimalisai desai produk dan desain proses sangat membantu kegiaatan

On-Line Quality Control agar mencapai tujuannya.

3.4. Variabilitas Proses Produksi

Variabilitas atau ganguan dasar yang mengakibatkan pergeseran ke

keadaan yang tidak terkendali atau dapat dikatakan hasil proses yang tidak

memenuhi persyaratan dan harapan yang telah ditentukan perusahaan.

Penyebab terjadinya variabilitas antara lain:

1. Common Cause/ Change Cause

Variansibilitas terjadi karena faktor-faktor yang sulit dikendalikan,

dikarenakan hal ini terjadi secara normal, maka bila variansi proses

termasuk dalam tipe ini akan dikategorikan dalam batas kendali statistik.

Contohnya adalah sebuah variabel kualitas seperti diameter yang

disebabkan karena kemampuan proses yang melekat dari alat khusus

yang digunakan.

2. Special Cause/ Assignable Cause

Variansibilitas terjadi disebabkan oleh special cause bakan merupakan

bagian dari sutu proses Special cause dapat terjadi dikarenakan peralatan

yang tidak tepat, kelelahan operator dan penggunaan bahan baku yang

tidak baik. Jika titik pengamatan jatuh diluar batas kendali, maka

diasumsikan telah terjadi assignable cause dan proses out of control.

Universitas Sumatera Utara


III-15

3.5. Penentuan Jumlah Sempel dan Teknik Sampling

3.5.1. Penentuan Jumlah Sempel

Pada dasarnya penentuan jumlah sempel tergantung pada kondisi

secukupnya saja. Apabila populasinya sangat heterogen, maka pengambilan

sempelnya harus memperhatikan bahwa tiap tingkat populasi harus terwakili.

Perlu diperhatikan bahwa pengambilan sempel harus melebihi

banyaknya variabel yang dapat diukur pada populasi tersebut. Beberapa macan

cara untuk mengetahui ukuran sempel yang diambil sebagai perwakilan dari suatu

populasi, yaitu:

1. Pendapat Slovin

Menurut Slovin, jumlah sempel yang dapat diambil adalah:

N
n=
1  Ne 2

Dimana:

n = Ukuran sempel

N = Populasi

e = Eror (0,02), persentasi kolonggaran ketidaktelitian karena

alasan pengambilan sempel yang masih dapat ditolerin.

2. Pendapat Gay

Menurut Gay, ukuran minimum sempel yang dapat diterima berdasarkan

pada desain penelitian yang digunakan. Metode deskriptif minimal 10%

dari populasi, motode eksperimental 15 objek tiap kelompok percobaan.

Universitas Sumatera Utara


III-16

3. Interval Taksiran

Jumlah sempel yang dapat diambil dengan metode interval taksiran

adalah:

N 2
n=
( N  1) D   2

Dimana:

n = Ukuran sempel

N = Populasi

 = Standart deviasi

B2
D =
4

= B adalah nilai tetapan

4. Pendapat Bernaulli

Menurut Bernaulli, ukuran minimum sempel yang daperoleh

diasumsikan bahwa populasi berdistribusi normal.

Z 2 (1   )
n=
e2

Dimana:

n = Ukuran sempel

Z = Nilai Z (1 / 2)

 =

 = Probability of sampling success

e = Sampling eror, toleransi ketidaktelitian yang masih dapat

ditolerin.

Universitas Sumatera Utara


III-17

3.5.2. Teknik Sampling

Populasi adalah keseluhan anggota atau kelompok yang membentuk

objek yang berkenaan dengan investifigasi oleh peneliti. Elemen adalah setiap

anggota dari populasi. Seluruh elemen yang membentuk suatu keasatuan

karakteristik adalah populasi dan setiap dari unit populasi tersebut adalah elemen

dari populasi.

Sempel adalah sebuah sunset dari populasi. Sebuah subset terdiri dari

sejumlah elemen dari populasi yang ditarik sebagai semple dengan mekanisme

tertentu dan dengan tujuan tertentu. Elemen yang ditarik dari populasi disebut

sebagai sebuah sempel apabila karakteristik yang dimiliki oleh gabungan seluruh

elemen-elemen yang ditarik tersebut mempresentasikan karakteristik dari

populasi.

Sampling adalah proses penarikan sempel dari populasi melalui

mekanisme tertentu. Melalui makna karakteristik populasi dapat diketahui atau

didekati. Mekanisme tertentu mengandung makna bahwa baik jumlah elemen

yang ditarik maupun cara penarikan harus mengikuti atau memenuhi aturan

tertentu agar sempel yang diperoleh mampu mempresentasikan karakteristik

populasi dari mana sempel tersebut diambil atau ditarik. Sampling adalah metode

pengumpulan data yang sengat populer karena manfaatnya yang sedemikian besar

dalam penghematan sumber daya, waktu, dan biaya dalam kegiatan pengumpulan

data. Sampling sering dibandingkan dengan sensus yaitu pengumpulan data secara

menyeluruh yaitu seluruh sumber data ditelusuri dan setiap elemen data yang

butuh diambil.

Universitas Sumatera Utara


III-18

Secara garis besar metode penarikan sempel dapat diklarifikasi atas dua

bagian yaitu probability sampling (penarikan sampel yang terkait dengan faktor

probabilitas) dan non-probability sampling (penarikan sempel yang tidak terkait

dengan faktor probabilitas). Perbedaan antara dua prinsip penarikan sampel ini

selain dalam hal teknis/ mekanisme pelaksanaan, juga dari sasaran pokok yaitu

probability sampling lebih melihat kemungkinan area baru untuki diteliti,

sedangkan non-probability sampling lebih ditekankan pada eksplorasi dan

kelayakan penerapan suatu ide.

3.6. Lean dan Six-Sigma

3.6.1. Pendekatan Lean

Lean adalah suatu upaya turus menerus untuk menghilangkan

pemborosan (Waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (atau

jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan (costumers value).

Lean berfokus pada identifikasi dan eliminasi aktifitas-aktifitas yang

tidak bernilai tambah (non-value adding activities) dalam desain, produksi (untuk

bidang manufaktur atau operasi (untuk bidang jasa), dan supply chain

management, yang berkaitan langsung dengan pelanggan (Gazperrsz,

Vincent.2008). Terdapat lima prinsip lean, yaitu:

1. Mengidentifkasi nilai produk (barang/jasa) berdasarkan persepsi

pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk (barang/jasa)

berkualitas superior, dengan haega yang kompetitf dan penyerahan yang

tepat waktu.

Universitas Sumatera Utara


III-19

2. Mengidentifkasi value stream process mapping (pemetaan proses pada

value stream) unyuk setiap produk (barang/ jasa).

3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua

aktifitas sepanjang proses value stream.

4. Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk itu mengalir

secaralancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan

sistem tarik (pull system).

5. Terus mencari berbagai teknik dan alat peningkatan (improvement tools

and techniques) untuk mencapai keunggulan (excellence) dan

peningkatan terus-menerus (conutinuous improvement).

Terdapat dua jenis pemborosan, yaitu type one waste dan type two waste.

Type one waste adalah aktifitas kerja yang tidak menciptakan nilai tambah dalam

proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream, akan tetapi

aktivitaf tersebut tidak dapat dihindarkan pada saat ini karena berbagai alasan.

Type two waste merupakan aktvitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan

dapat dihindarkan dengan segera.

Pemborosan merupakan aktifitas yang tidak memberikan nilai

tambah (non-value added activities) dan dikenal dalam kalangan praktisi lean

manufacturing sebagai “delapan pemborosan”.

Berikut adalah Tabel 3.2. yang menjelaskan jenis-jenis pemborosan/

waste pada sebuah kegiatan operasi di bidang manufaktur.

Universitas Sumatera Utara


III-20

Tabel 3.2. Jenis-Jenis Pemborosan/ Waste

No. Waste Akar Penyebab


Over Production: - Ketiadaan komunikasi
Memproduksi lebih dari pada kebutuhan - Sistem balas dan penghargaan yang tidak
pelanggan internal dan eksternal, atau tepat.
1. memproduksi lebih cepat atau lebih awal - Hanya berfokus pada kesibukan kerja
daripada waktu kebutuhan pelanggan bukan memenuhi kebutuhan pelanggan
internal dan eksternal internal dan eksternal.
Delays (Waiting Time):
Keterlamabatan tampak dari orang-orang
yang menunggu mesin, peralatan, bahan - Inkonsistensi metode kerja
baku, supplers, perawatan/ pemeliharaan - Waktu penggantian produk yang panjang
2.
(maintenance), atau mesin-mesin yang (Long changover time)
sedang menunggu peralatan, orang-orang,
dan lainya.
- Tata letak fasilitas yang kurang tepat
Transportation: - Kurang koordinasi dalam proses operasi
Memindahkan material atau orang yang - Poor housekeeping
3. sangat jauh dari suatu proses ke proses - Organisasi tempat yang jelek (Poor work
berikutnya yang dapat mengakibatkan place organization)
waktu penanganan material bertambah. - Lokasi penyimpanan material yang
bayak dan saling berjauhan.
- Ketidaktepatan penggunaan peralatan.
- Pemeliharaan peralatan yang jelek (poor
tooling maintenance).
Process:
- Gagal mengkobinasikan operasi-operasi
Mencakup proses-proses tambahan atau
4. kerja
aktivtas kerja yang tidak dibutuhkan dan
- Proses dibuat secara serial, padahal
tidak efisien.
proses-proses itu tidak saling tergantung
satu sama lain yang seyogyanya dapat
dibuat pararel.
- Peralatan yang tidak handal (unraliable
equipment)
Inventories:
- Aliran kerja yang tidak seimbang.
Pada dasarnya menimbulkan masalah dan
- Kemampuan pemasok yang kurang baik.
menambah aktifitas penanganan
5. - Peramalan kebutuahan yang kurang
seharusnya tidak perlu dilakukan,
akurat.
Inventories juga mengakibatkan extra
- Ukuran batc yang besar
paper work, extra space, extra cost.
- Waktu penggantian yang panjang (long
change- over time)
Motion Movement :
Setiap gerakan karyawan yang mubajir - Organisasi tempat kerja yang jelek (poor
saat melakukan pekerjaan seperti work place organization)
6. mancari, menumpuk komponen/ alat dan - Tata letak yang jelek (poor layout)
berjalan merupakan kegiatan yang harus - Metode kerja yang tidak konsisten
dihindari - Poor machine design

Universitas Sumatera Utara


III-21

Tabel 3.2. Jenis-Jenis Pemborosan/ Waste

(Lanjutan)

No. Waste Akar Penyebab


Defactive Products:
Memproduksi komponen cacat atau yang
- Incapable processes
memerlukan perbaikan. Perbaikann atau
- Insufficient planning
7. pengerjaan ulang, scrap, memproduksi
- Ketidakadaan prosedur-prosedur operasi
barang pengganti, dan inspeksi yang
(SOP).
merupakan tambahan penanganan, biaya,
waktu dan upah yang sia-sia
Defactive Design:
Desain yang tidak memenuhi kebutuhan - Lack of costumer input indesign
8. pelanggan, penambahan features yang - Overdesign
tidak perlu.
Sumber: Vincent Gaperrsz dan Avanti Fontana (2011:4) Lean Six Sigma.

3.6.2 Six Sigma

Six Sigma Motorola merupakan suatu metode atau teknik

pengendalian kualitas dan peningkatan kualitas dramatis yang diterapkan oleh

perusahaan Motorola sejak tahun 1986, yang merupakan terobosan baru

dalam bidang manajemen kualitas. Banyak ahli manajemen kualitas

menyatakan bahwa metode Six Sigma Motorola dikembangkan dan diterima

secara luas oleh dunia industri, karena manajemen industri frustasi terhadap

sistem-sistem manajemen kualitas yang ada, yang tidak mampu melakukan

peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan nol (zero

defect).

Banyak sistem manajemen kualitas, seperti: Malcolm Baldrige

National Quality Award (MBNQA), ISO 9000 dan lain-lain, hanya

menekankan pada upaya peningkatan terus-menerus berdasarkan kesadaran

mandiri dari manajemen, tanpa memberikan solusi yang ampuh dalam hal

Universitas Sumatera Utara


III-22

terobosan-terobosan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas

secara dramatic menuju tingkat kegagalan nol.

Prinsip-prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas six sigma

Motorola mampu menjawab tantangan ini, dan terbukti perusahaan Motorola

selama kurang lebih 10 tahun setelah implementasi konsep six sigma telah

mampu mencapai tingka 3,4 DPMO (Defect Per Million Opportunies/

kegagalan per sejuta kesempatan).

Setelah Motorola memenangi penghargaan MBNQA ( the Malcolm

Baldrige National Quality Award) pada tahun 1988, rahasia kesuksesan

mereka menjadi pengetahuan publik, dan sejak saat itu program six sigma

yang diterapkan Motorola menjadi sangat terkenal di Amerika Serikat.

Banyak perusahaan- perusahaan kelas dunia, seperti : General Electric, Allied

Signal, Dupont Chemical, Kodak, Texas Instruments, dan lain-lain, mulai

melakukan revolusi dalam sistem manajemen kualitas mereka mengikuti

prinsip-prinsip Six Sigma.

Pengalaman di Amerika Serikat menunjukan bahwa apabila

perusahaan mulai menerapkan dan memfokuskan seluruh sumber daya pada

konsep Six Sigma, perusahaan tersebut akan memperoleh hasil-hasil berikut:

1. Terjadi peningkatakn 1-sigma dari 3-sigma menjadi 4-sigma pada

tahun pertama.

2. Pada tahun kedua, peningkatan akan terjadi dari 4-sigma

menjadi 4,7 sigma.

Universitas Sumatera Utara


III-23

3. Pada tahun ketiga, peningkatan akan terjadi dari 4,7 sigma

menjadi 5-sigma.

4. Pada tahun keempat, peningkatan akan terjadi dari 5-sigma menjadi

5,1-sigma.

5. Pada tahun selanjutnya, peningkatan rata-rata adalah 0,1-sigma

sampai maksimum 0,15-sigma setiap tahun.

Perusahaan kelas dunia yang sangat peduli terhadap kualitas

membutuhkan waktu rata-rata 10 tahun untuk beralih dari tingkat operasional

3-sigma (66.810 DPMO – kegagalan per sejuta kesempatan) menjadi tingkat

operasional 6-sigma (3,4 DPMO) – kegagalan per sejuta kesempatan), yang

berarti harus menjadi peningkatan sekitar 66.810/3.4 = 19.650 kali selama 10

tahun atau secara rata-rata sekitar 1965 “peningkatan” setiap tahun. Suatu

peningkatan dramatik.

Peningkatan dari 3-sigma sampai 4,7-sigma memberikan hasil

mengikuti kuva eksponensial (mengikuti deret ukur), sedangkan peningkatan

4,7- sigma sampai 6-sigma mengikuti kurva linier (mengikuti deret hitung).

Hasil-hasil dari peningkatan kualitas dramatis diatas, yang diukur

berdasarkan presentasi COPQ (Cost Of Poor Quality) terhadap penjualan

ditunjukan dalam Table 3.3. (Gaspersz,2002).

Universitas Sumatera Utara


III-24

Tabel 3.3. Manfaat dari Pencapaian Beberapa Tingkat Sigma

COPQ (Cost of Poor Quality)


Tingkat
pencapaian DPMO COPQ
sigma
1-Sigma 691.642 (Sangat tidak kompetitif) Tidak dapat dihitung
2- Sigma 308.538 (Rata-rata industri Indonesia) Tidak dapat dihitung
3-Sigma 66.807 25-40% dari penjualan
4-Sigma 6.210 (Rata-rata industry USA) 15-25% dari penjualan
5-Sigma 233 5-15% dari penjualan
6-Sigma 3.4 (Rata-rata Industri Kelas Dunia) <1% dari penjualan
Setiap Peningkatan atau pergeseran 1-sigma akan memberikan peningkatan
keuntungan sekitar 10% dari penjualan .
Sumber: Vincent Gaperrsz (2002:3) Pedoman Implemetasi Six Sigma.

3.7. Lean Six-Sigma (DMAIC)

Ada banyak strategi yang diterapkan pada proses selama bertahun-tahun

sejak gerakan kualitas dimulai. Sebagian besar dari model tersebut didasarkan

pada langkah-langkah yang diperkenalkan oleh W. Edwards Deming, yaitu Plan-

Do-Check- Action, atau PDCA-menggambarkan logika dasar dari perbaikan

proses berbasis data (George, Micahel L. 2003). Namun selain itu terdapat juga

beberapa model struktur dalam peningkatan kualitas Six Sigma.

Berikut adalah Gambar 3.3. yang menjelaskan tahapan-tahapan

perbaikan dan alat bantu metode DMAIC secara umum.

Universitas Sumatera Utara


III-25

Sumber: George, Micahel L (2003: 274) Lean Six Sigma for Service.

Gambar 3.3. Lean Six Sigma (DMAIC) Tools

Salah satu yang paling banyak dipakai adalah model D-M-A-I-C

(Define-Measure-Analyze-Improve-Control). DMAIC adalah proses untuk

peningkatan terus menerus menuju target Six Sigma. Proses closed-loop ini

menghilangkan langkah-langkah proses yang tidak produktif, sering berfokus

pada pengukuran-pengukuran baru, dan menerapkan teknologi untuk peningkatan

kualitas menuju target Six Sigma. Adapun langkah - langkah operasional DMAIC

adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


III-26

1. Define

Define (D) merupakan langkah operasional pertama dalam program

peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu mendefinisikan

beberapa hal yang terkait dengan: (1) kriteria pemilihan proyek Six Sigma,

(2) peran dan tanggung jawab dari orang-orang yang akan terlibat dalam

proyek Six Sigma, (3) kebutuhan pelatihan untuk orang-orang yang terlibat

dalam proyek Six Sigma, (4) proses- proses kunci dalam proyek Six Sigma

beserta pelanggannya, dan (5) kebutuhan spesifik dari pelanggan, dan (6)

pernyataan tujuan proyek Six Sigma.

Mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan dari proyek six sigma

terhadap setiap proses sigma yang telah dipilih, harus didefinisikan proses-

proses kunci, sekuens proses beserta interaksinya, serta pelanggan yang

terlibat dalam setiap proses itu. Diagram SIPOC adalah salah satu diagram

yang sangat penting dalam fungsi-fungsi operasional bisnis. Diagram

SIPOC juga dapat dimanfaatkan ke dalam model proses manufaktur.

Adapun elemen dari diagram SIPOC adalah sebagai berikut :

a. Suppliers merupakan orang atau kelompok yang memberikan

informasi kunci, material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika

suatu proses terdiri dari beberapa sub-proses, maka sub-proses

sebelumnya dapat dianggap sebagai pemasok internal (internal

suppliers).

b. Inputs adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok (suppliers)

kepada proses.

Universitas Sumatera Utara


III-27

c. Processes merupakan sekumpulan langkah yang mentransformasi

dan secara ideal, menambah nilai kepada inputs (proses transformasi

nilai tambah kepada input). Suatu proses biasanya terdiri dari

beberapa sub-proses.

d. Outputs merupakan produk (barang dan/atau jasa) dari suatu proses.

Dalam industry manufaktur outputs dapat berupa barang barang

setengah jadi maupun barang jadi (final product). Termasuk kedalam

ouputs adalah informasi-informasi kunci dari proses.

e. Customers merupakan orang atau kelompok orang, atau sub-proses

yang menerima ouputs. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub-

proses, maka sub-proses sesudahnya dapat dianggap sebagai

pelanggan internal (internal customers). Proses berikut merupakan

pelanggan anda (the next process is your customers).

Berikut adalah Gambar 3.4. yang menjelaskan diagram SPOC

Sumber: George, Micahel L (2003: 279) Lean Six Sigma for Service.

Gambar 3.4. Diagram SIPOC

Universitas Sumatera Utara


III-28

2. Measure (M)

Merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan kualitas

Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam tahap

Measure (M) yaitu:

a. Memilih atau menentukan karakteristik kualitas (CTQ) kunci yang

berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan.

b. Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui pengukuran

yang dapat dilakukan pada tingkat proses, output, dan outcome.

Berikut adalah Gamabar 3.5. yang menjelaskan lembar kerja penilaiaan

FMEA.

Sumber: George, Micahel L (2003: 287) Lean Six Sigma for Service.

Gambar 3.5. FMEA Form

Universitas Sumatera Utara


III-29

c. Mengukurkinerja sekarang (current performance) pada tingkat

proses, output, dan outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja

(performance baseline) pada awal proyek Six Sigma.

Berikut adalah Gambar 3.6. yang menjelaskan peta kendali dalam

pengendalian kuliatas.

Sumber: George, Micahel L (2003: 289) Lean Six Sigma for Service.

Gambar 3.6. Contoh Peta Kendali

3. Analyze (A)

Merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan kualitas

Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu melakukan beberapa hal berikut:

a. Menentukan stabilitas (stability) dan kapabilitas/ kemampuan

(capability) dari proses.

b. Menetapkan target-target kinerja dari karakteristik kunci (CTQ) yang

akan ditingkatkan dalam proyek Six Sigma.

Universitas Sumatera Utara


III-30

c. Mengidentifikasi sumber - sumber dan akar penyebab kegagalan atau

kecacatan.

c. Mengkonversikan banyak kegagalan ke dalam biaya kegagalan kualitas

(cost of poor quality)

Defect per Million Opportunities (DPMO) merupakan ukuran kegagalan

dalam program peningkatan Six Sigma, yang menunjukkan kegagalan per satu

juta kesempatan. Target dari pengendalian kualitas Six Sigma Motorola

sebesar 3,4 DPMO seharusnya tidak diinterpretasikan sebagai 3,4 unit output

yang cacat dari satu juta unit output yang diproduksi, tetapi diinterpretasikan

sebagai dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan gagal

dari suatu karakteristik CTQ adalah hanya 3,4 kegagalan per satu juta

kesempatan. Tingkat sigma sering dihubungkan dengan kapabilitas proses,

yang dihitung dalam defect per milion opportunities.

Beberapa tingkat pencapaian sigma dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. COPQ (Cost of Poor Quality) Tingkat Sigma

COPQ (Cost of Poor Quality)


Tingkat
pencapaian DPMO COPQ
sigma
1-Sigma 691.642 (Sangat tidak kompetitif) Tidak dapat dihitung
2- Sigma 308.538 (Rata-rata industri Indonesia) Tidak dapat dihitung
3-Sigma 66.807 25-40% dari penjualan
4-Sigma 6.210 (Rata-rata industry USA) 15-25% dari penjualan
5-Sigma 233 5-15% dari penjualan
6-Sigma 3.4 (Rata-rata Industri Kelas Dunia) <1% dari penjualan
Setiap Peningkatan atau pergeseran 1-sigma akan memberikan peningkatan
keuntungan sekitar 10% dari penjualan .
Sumber: Vincent Gaperrsz (2002:3) Pedoman Implemetasi Six Sigma.

Universitas Sumatera Utara


III-31

Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram /Diagram Sebab Akibat)

Diagram ini merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mencari unsur

penyebab yang diduga dapat menimbulkan masalah tersebut. Diagram ini

seringdisebut dengan diagram tulang ikan karena menyerupai bentuk susunan

tulang ikan. Bagian kanan dari diagram biasanya menggambarkan akibat atau

permasalahan sedangkan cabang-cabang tulang ikannya menggambarkan

penyebabnya. Pada umumnya bagian akibat pada diagram ini berkaitan

dengan masalah kualitas. Sedangkan unsur-unsur penyebab biasanya terdiri

dari faktor-faktor manusia, material, mesin, metode, dan lingkungan.

Komposisi bahan mentah dapat sedikit berbeda dengan sumber pasokan dan

mungkin terdapat perbedaan ukuran dalam batas yang diijinkan. Mesin

kelihatannya berfungsi dengan cara yang sama, tetapi dispersi dapat muncul

dari sebuah mesin bila beroperasi optimal hanya sebagian dari sebagian waktu

kerja. Metode kerja yang samapun dapat menunjukkan perbedaan dalam hasil

prosesnya.

Kegunaan dari diagram ini adalah untuk menemukan faktor-faktor yang

merupakan sebab pada suatu masalah . Untuk menentukan faktor-faktor yang

berpengaruh, ada lima faktor utama yang harus diperhatikan yaitu manusia,

bahan, metode, mesin dan lingkungan, diagram ini berfungsi:

1. Menemukan faktor yang berpengaruh pada karakteristik kualitas

2. Prinsip bebas, penyebab yang berdiri sendiri

3. Untuk pengisian digunakan metode sumbang saran

Universitas Sumatera Utara


III-32

4. Menggunakan metode pendekatan Kaizen, 5 W 1 H dan 5-M (Man /

operator (orang), Machine (mesin), Material (material), Methods (metode),

dan Measurement (pengukuran).

Bila terdapat sedikit perbedaan dalam bahan mentah, peralatan dan metoda

kerja, dispersi produk dalam histogram akan bertambah besar. Faktor

penyebab sebaran adalah bahan mentah, peralatan, metode kerja dan

sebagainya, perbedaan ini menghasilkan dispersi mutu produk.

Mutu yang ingin kita perbaiki dan kendalikan disebut “karakteristik mutu”.

Yang dapat menyebabkan penyebaran disebut faktor. Untuk mengilustrasikan

pada sebuah diagram hubungan antara sebab dan akibat kita ingin mengetahui

sebab dan akibat dalam bentuk yang nyata. Oleh karenanya, akibat =

karakteristik mutu, dan sebab = faktor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :

Sumber: unikom.ac.id

Gambar 3.7. Contoh Diagram Tulang Ikan

Universitas Sumatera Utara


III-33

Langkah–langkah Membuat Diagram Sebab Akibat

Pembuatan diagram sebab akibat diuraikan sebagai berikut :

Langkah 1: Tentukan karakteristik mutu. Seperti telah diuraikan diatas

karakteristik mutu adalah suatu akibat yang terjadi yang perlu

diperbaiki dan dikendalikan. Untuk melakukan hal tersebut,

maka perlu diketahui penyebabnya.

Langkah 2: Tulislah karakteristik mutu pada sisi kanan. Gambarlah panah

besar dari sisi kiri ke sisi kanan.

Langkah 3: Tulislah faktor utama yang mungkin menyebabkan cacat,

dengan mengarahkan panah cabang ke panah utama. Faktor

penyebab yang mempunyai kemungkinan besar terhadap

dispersi sebaiknya dikelompokkan kedalam item–item seperti

bahan, peralatan (mesin), metode kerja dan metode

pengukuran. Setiap grup individu akan membentuk sebuah

cabang.

Langkah 4: Selanjutnya pada setiap cabang, tulislah kedalamnya faktor

rinci yang dapat dianggap sebagai penyebab, yang menyerupai

ranting. Dan pada setiap ranting tulislah faktor yang lebih rinci,

membuat cabang yang lebih kecil.

Langkah 5: Akhirnya, periksalah apakah semua item yang menjadi

penyebab dispersi telah masuk kedalam diagram. Bila

semuanya telah tercantum dan hubungan sebab akibat telah

Universitas Sumatera Utara


III-34

digambarkan dengan tepat, maka diagram tersebut telah

lengkap.

4. Improve (I)

Merupakan langkah operasional keempat dalam program peningkatan kualitas

Six Sigma. Pada tahap ini kita menetapkan suatu rencana tindakan (action

plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six Sigma. Setelah sumber-

sumber dan akar penyebab dari masalah kualitas teridentifikasi, maka perlu

dilakukan penetapan rencana tindakan (actionplan) untuk melaksanakan

peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat suatu ungkapan dalam perncanaan,

yaitu: ”jika anda gagal dalam perencanaan. Maka sesungguhnya anda sedang

merencanakan kegagalan”. Pada dasarnya rencana- rencana tindakan

(actionplan) akan mendisikripsikan tentang alokasi sumber sumber daya

serta prioritas dan alternatif yang dilakukan dalam implementasi dari rencana

itu. Bentuk-bentuk pengawasan dan usaha-usaha untuk mempelajari melalui

pengumpulan data dan analisis ketika implementasi dari suatu rencana, juga

harus direncanakan pada tahap ini. Pengembangan rencana tindakan

merupakan salah satu aktivitas yang penting dalam program peningkatan

kualitas Six Sigma, yang berarti bahwa dalam tahap ini tim peningkatan

kualitas Six Sigma harus memutuskan apa yang harus dicapai (berkaitan

dengan target yang diterapkan), alas an kegunaan (mengapa) rencana tindakan

itu harus dilakukan, dimana rencan tindakan itu akan diterapkan atau

dilakukan, bilamana rencana tindakan itu akan dilakukan, siapa yang akan

Universitas Sumatera Utara


III-35

menjadi penanggung jawab dari renacana tindakan itu, bagaimana

melaksanakan rencana tindakan itu, dan berapa besar biaya untuk

melaksanakan rencana tindakan itu serta manfaat positif yang diterima dari

implementasi rencana tindakan itu. Analisis menggunakan metode 5w+2H

dapat digunakan pada tahap pengembangan rencana tindakan ini. Dalam tahap

ini tim peningkatan kualitas Six Sigma dapat menggunakan metoda 5W+2H

dalam pengembangan rencana tindakan. 5W+2H adalah what (apa), why

(mengapa), where (dimana), when (bilamana), who (siapa), how

(bagaimana), dan how much (berapa). Contoh petunujuk penggunaan metode

5w + 2H untuk pengembangan rencana tindakan dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Penggunaan Metode 5W+2H Untuk Pengembangan Rencana

Tindakan

Jenis 5W2H Deskripsi Tindakan


Tujuan Apa yang menjadi target utama dari
What
Utama perbaikan/ peningkatan kualitas ? Melakukan target
Mengapa rencana tindakan itu diperlukan ? sesuai dengan
Alasan
Why penjelasan tentang kegunaan dari rencana kebutuhan pelanggan
Kegunaan
yang dilakukan
Lokasi Where Dimana rencana tindakan itu diperlukan? Mengubah urutan
Bilamana aktivitas rencana tindakan itu akan aktivitas atau
Urutan When
terbaik untuk dilaksanakan? mengkombinasikan
aktivitas aktivitas yang
Siapa yang akan mengerjakan aktivitas
Orang Who dapat dilaksanakan
rencana tindakan itu?
bersama
Menyederhanakan
Bagaimana mengerjakan aktivitas rencana aktivitas aktivitas
Metode How
tindakan itu? rencana tindakan yang
ada
Memilih rencana
Biaya/ How Berapa biaya yang dikeluarkan untuk
tindakan yang paling
Manfaat much mengerjakan aktivitas rencana tindakan itu?
efektif dan efisien
Sumber: Vincent Gaperrsz (2002:283) Pedoman Implemetasi Six Sigma.

Universitas Sumatera Utara


III-36

5. Control (C)

Merupakan tahap operasional terakhir dalam program peningkatan kualitas Six

Sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan

disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan

proses distandarisasikan dan disebarluaskan, prosedur prosedur

didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan

atau tanggung jawab ditransfer dari tim Six Sigma kepada pemilik atau

penanggung jawab proses, yang berarti proyek Six Sigma berakhir pada tahap

ini. Tujuan dari institusionalisasi adalah mentransformasi bagaimana praktek

organisasi terbaik itu dilakukan mengikuti prinsip-prinsip Six Sigma.Dengan

kata lain tujuan dari institusionalisasi adalah mengintegrasikan Six Sigma ke

dalam cara-cara praktek organisasi itu dikelola sehari-hari. Six Sigma tidak

hanya berfokus pada penyelesaian proyek, tetapi juga menawarkan bagaimana

kumpulan dari hasil-hasil proyek itu mempengaruhi tingkat kinerja yang lebih

besar terutama agar mencapai kapabilitas 6-Sigma (zero defect/error), proses

tingkat tinggi yang berlangsung dari hari ke hari. Tujuan dari standardisasi

adalah menstandardisasikan sistem manajemen Six Sigma yang telah terbukti

menjadi terbaik dalam organisasi kelas dunia. Hasil-hasil yang memuaskan

dari proyek peningkatan kinerja Six Sigma harus distandardisasikan, dan

selanjutnya kita melakukan peningkatan terus-menerus pada jenis masalah

kinerja yang lain melalui proyek-proyek Six Sigma yang lain mengikuti

konsep DMAIC. Dengan demikian setelah sasaran proyek Six Sigma tercapai,

maka harus dipromosikan ke seluruh organisasi melalui manajemen dan

Universitas Sumatera Utara


III-37

sponsor yang kemudian akan menstandardisasikan metode-metode Six Sigma

yang telah memberikan hasil-hasil optimum itu. Standardisasi dimaksudkan

untuk mencegah masalah yang sama atau praktek-praktek lama terulang

kembali. Terdapat dua alasan melakukan standardisasi, yaitu:

a. Apabila tindakan peningkatan kinerja atau solusi masalah itu tidak

distandardisasikan, maka terdapat kemungkinan setelah periode waktu

tertentu manajemen dan karyawan akan kembali menggunakan cara-cara

kerja lama sehingga memunculkan kembali masalah yang telah pernah

diselesaikan itu.

b. Apabila tindakan peningkatan kinerja atau solusi masalah itu tidak

distandardisasikan dan didokumentasikan, maka terdapat kemungkinan

setelah periode waktu tertentu apabila terjadi pergantian manajemen dan

karyawan, maka orang-orang baru akan menggunakan cara-cara kerja

yang memunculkan kembali masalah yang telah pernah diselesaikan oleh

manajemen dan karyawan terdahulu itu.

Berdasarkan uraian di atas, standardisasi sangat diperlukan sebagai tindakan

pencegahan untuk memunculkan kembali masalah-masalah yang pernah ada

dan telah diselesaikan itu. Hal ini sesuai dengan konsep pengendalian kualitas

berdasarkan sistem manajemen kualitas ISO 9001:200 yang berorientasi pada

strategi pendektesian saja. Integrasi program peningkatan kualitas Six Sigma

akan dengan ISO 9001:2000 akan dibahas dalam bab VII pada buku ini.

Pendekomuentasian praktek-praktek kerja standar juga bermanfaat sebagai

Universitas Sumatera Utara


III-38

bahan dalam proses belajar terus menurus, baik bagi karyawan baru maupun

karyawan lama. Demikian pula dokumentasi tentang praktek praktek standard

an solusi masalah yang pernah dilakukan akan merupakan sumbeer informasi

yang berguna untuk mempelajari masalah masalah kualitas di mana

mendatang sehingga tindakan peningkatan yang efektif dapat dilakukan.

3.8. Manageman Kualitas Jasa

3.8.1. Kaizen

3.8.1.1. Defenisi Kaizen

Dalam bahasa Jepang Kaizen berarti perbaikan berkesinambungan.

Istilah ini mencakup pengertian perbaikan yang melibatkan semua orang baik

manajer dan karyawan dan melibatkan biaya dalam jumlah tak seberapa. Filsafat

kaizen berpandangan bahwa cara hidup kita apakah itu kehidupan kerja atau

kehidupan social maupun kehidupan rumah tangga hendaknya berfokus pada

upaya perbaikan terus menerus. Meski perbaikan dalam kaizen bersifat kecil dan

berangsur, namun proses kaizen mampu membawa hasil yang dramatis mengikuti

waktu (Ginting, Rosnani. 2007).

3.8.1.2. Konsep Budaya Kaizen

Manajemen harus belajar untuk menerapkan konsep dan sistem yang

mendasar tertentu dalam rangka mewujudkan strategi kaizen (Imai, 1999) :

Universitas Sumatera Utara


III-39

1. Kaizen dan Manajemen

Dalam konteks kaizen, manajemen memiliki dua fungsi utama :

pemeliharaan dan perbaikan. Pemeliharaan berkaitan dengan kegiatan

untuk memelihara teknologi, sistem manajerial, standar operasional yang

ada, dan menjaga standar tersebut melalui pelatigan serta disiplin. Di

bawah fungsi pemeliharaan ini, manajemen mengerjakan tugas-tugasnya

sehingga semua orang dapat mematuhi prosedur pengoperasian standar

(standard opertional procedure - SOP). Perbaikan, pada sisi lain,

berkaitan dengan kegiatan yang diarahkan pada peningkatan standar

yang ada. Pandangan manajemen Jepang terhadap manajemen dalam hal

ini dapat disimpulkan secara singkat sebagai Pemeliharaan dan

Perbaikan Standar.

2. Proses versus Hasil

Kaizen menekankan pola pikir berorientasi proses, karena proses harus

disempurnakan agar hasil dapat meningkat. Kegagalan mencapai hasil

yang direncanakan merupakan cermin dari kegagalan proses.

Manajemen harus menemukan dan mengenali serta memperbaiki

kesalahan pada proses tersebut. Kaizen berfokus pada upaya manusia –

suatu orientasi yang sangat berbeda dengan orientasi hasil yang

diterapkan di Barat.

3. Siklus PDCA / SDCA

Langkah pertama dalam kaizen adalah menerapkan siklus PDCA (plan-

do-check-act) sebagai sarana yang menjamin terlaksananya

Universitas Sumatera Utara


III-40

kesinambungan dari kaizen guna mewujudkan kebijakan untuk

memelihara dan memperbaiki/meningkatkan standar. Pada Gambar 3.6.

dapat dilihat bahwa, siklus ini merupakan konsep yang terpenting dari

proses kaizen.

PERBAIKAN

ACT PLAN

A P

C D

CHECK DO

Sumber : Masaaki Imai (1997:4) Gemba Kaizen

Gambar 3.8. Siklus PDCA

Siklus PDCA berputar secara berkesinambungan, segera setelah suatu

perbaikan dicapai, keadaan perbaikan tersebut dapat memberikan

inspirasi untuk perbaikan selanjutnya. Karena karyawan umumnya lebih

suka dengan kemapanan dan mereka jarang memiliki prakarsa sendiri

untuk meningkatkan keadaan, manajemen harus secara terus-menerus

merumuskan sasaran dan target perbaikan yang memberikan tantangan.

Pada awalnya, setiap proses kerja baru belum cukup stabil. Sebelum kita

mengerjakan siklus PDCA berikutnya, proses tersebut harus distabilkan

Universitas Sumatera Utara


III-41

melalui siklus SDCA (standardize-do-check-act) seperti pada Gambar

3.8.

PEMELIHARAAN

ACT STANDARDIZE

A S

C D

CHECK DO

Sumber : Masaaki Imai (1997:4) Gemba Kaizen

Gambar 3.9. Siklus SDCA

Setiap kali ketidakwajaran timbul dalam suatu proses, pertanyaan-

pertanyaan berikut hendaknya diajukan sebagai bahan koreksi : Apakah

hal itu terjadi karena kita tidak memiliki standar? Atau apakah hal itu

terjadi karena standar yang tidak cukup rinci atau kurang memadai?

Hanya setelah standar ditetapkan dan dipetuhi serta membawa kestabilan

pada proses, kita dapat beralih ke PDCA berikutnya.

4. Mengutamakan Kualitas

Tujuan utama dari kualitas, biaya, dan penyerahan (QCD) adalah

menempatkan kualitas pada prioritas tertinggi. Tidak jadi soal

bagaimana menariknya harga dan penyerahan yang ditawarkan pada

konsumen, perusahaan tidak akan mampu bersaing jika kualitas produk

dan pelayanannya tidak memadai.

Universitas Sumatera Utara


III-42

5. Berbicara Dengan Data

Kaizen adalah proses pemecahan masalah. Agar suatu masalah dapat

dipahami secara benar dan dipecahkan, masalah itu harus ditemukan dan

dikenali untuk kemudian data yang relevan dikumpulkan serta ditelaah.

Mencoba menyelesaikan masalah tanpa data adalah pemecahan masalah

berdasarkan selera dan perasaan – seuatu pendekatan yang tidak ilmiah

dan tidak objektif.

6. Proses Berikut Adalah Konsumen

Kebanyakan orang dalam bekerja selalu berhubungan dengan konsumen

internal. Kenyataan ini hendaknya dipakai sebagai dasar komitmen

untuk tidak pernah meneruskan produk cacat ataupun butiran infrmasi

yang salah kepada proses berikutnya. Bila semua orang di dalam

perusahaan mempraktekkan aksioma ini, konsumen yang sesungguhnya

konsumen eksternal di pasar dapat dipastikan akan menerima produk

atau jasa layanan berkualitas tinggi sebagai akibatnya.

3.8.1.3. Prinsip Budaya Kaizen

Prinsip Budaya Kaizen menurut Imai (3008 : 35) terdiri dari:

1. Orientasi Pelanggan

2. PMT (Pengendalian Mutu Terpadu)

3. Robotik

4. Gugus Kendali Mutu

5. Sistem Saran

Universitas Sumatera Utara


III-43

6. Otomatisasi atau Fleksibel

7. Disiplin di tempat kerja

8. Pemeliharaan Produktivitas Terpadu

9. Kamban (tepat waktu)

10. Penyempurnaan Mutu

11. Tepat Waktu

12. Tanpa Cacat

13. Aktivitas Kelompok Kecil

14. Hubungan Kooperatif Karyawan-manajemen

15. Pengembangan produk baru

Pelaksanaan implementasi (Tjiptono F. & Diana. A, 2001) kaizen

dilakukan dengan menggunakan empat alat yang terdiri dari :

1. Kaizen Checklist

Salah satu cara untuk mengidentifikasimasalah yang dapat

menggambarkan peluang bagi perbaikan adalah denganmenggunakan

suatu daftar pemeriksaan (Checklist) terhadap faktor-faktor yang besar

kemungkinannya membutuhkan perbaikan.

2. Kaizen five step plan

Rencana lima langkah ini merupakan pendekatan dalam implementasi

kaizen yang digunakan perusahaanperusahaan Jepang. Langkah ini

sering disebut gerakan 5-S yang merupakan inisial kata Jepang yang

dimulai dengan huruf S.

Universitas Sumatera Utara


III-44

Adapun langkah-langkah tersebut yaitu : Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,

Shitsuke.

a. Seiri atau pemilihan.

Berarti memilah dan mengelompokkan barang - barang sesuai

dengan jenis dan fungsinya, sehingga jelas mana yang diperlukan

dan mana yang tidak diperlukan.

b. Seiton atau penataaan.

Berarti menata, meletakkan dan menyususn bahan dan barang sesuai

dengan tempatnya agar mudah ditemukan kembali atau mudah

dijangkau bila diperlukan.

c. Seiso atau Pembersihan.

Dimaksudkan untuk menjaga kebersihan di lingkungan produksi.

d. Seiketsu atau pemantapan.

Merupakan usaha untuk terus-menerus mempertahankan 3S

sebelumnya (seiri, seiton, dan seiso) tetap terlaksana dengan baik.

e. Shitsuke atau pembiasaan

Merupakan saran yang bertujuan untuk membudayakan dan

membiasakan para pekerja dengan budaya 5S yang telah ditetapkan.

3. Lima W dan satu H

Lima W dan satu H digunakan secara luas sebagai alat manajemen

dalam berbagai lingkungan. Lima W dan satu H yaitu Who (siapa), What

Universitas Sumatera Utara


III-45

(apa), Where (dimana), When (kapan), Why (mengapa), dan How

(bagaimana).

4. Five M Checklist

Alat ini berfokus pada lima faktor kunci yang terlibat dalam setiap

proses, yaitu Man (operator atau orang), Machine (mesin), Material

(material), Methods (metode) dan Measurement (pengukuran). Dalam

setiap proses, perbaikan dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aspek-

aspek proses tersebut

3.8.2. Implementasi Kualitas Jasa

Kesalahan dalam mendefenisikan kualitas adalah melihatnya hanya dari

porsi pembagian implemetasi, padahal seharusnya implementasi kualitas harus

dapat terintergrasi kepada seluruh bagian organisasi. Sebagai contoh pendekatan

yang temasuk didalamnya quality circle, keterlibatan karyawan, memberdayakan

pekerja, statistical process control, parcipative management, design of

experiments, quality function deployment, failure mode and affect analysis, just in

time, preventive mentenence dan lain sebaginya. Mereka semua dalam

implementasinya seharusnya terintegrasi dalam mencapai fungsi dan tujuan

kualitas (Singapore: S.S. Mubaruk & Brothers Pte. Ltd., 1996).

Pelaksanaan implementasi perbaikan diharapkan oleh pihak menagemen

perusahaan. Managemen proyek bisa menjadi solusi dalam pelaksanaan

implementasi perbaikan kualitas dikarenakan proses pencapaiannya yang saling

Universitas Sumatera Utara


III-46

memotong fungsi organisasi dan multidisplin. Sangtlah penting menjadikan

kualitas sebagai management proyek perusahaan dengan hasil bahwa qualitas

adalah philosophi dalam melakukan perbuatan.

Stamtis (1992) mendefenisikan implementsi perbaikan kualitas dalam 7

tahap, yakni:

1. Memberikan semangat kepada organisasi perusahaan tentang hasil dari

atas perbaikan kualitas.

2. Mengubah lingkungan dan budaya organisasi.

3. Mendefenisikan batasan serata komitmen organisasi secara keseluruhan.

4. Identifikasi kunci dari proses yang akan dilaksanakan dan varibelnya

5. Implementasi statistical quality control.

6. Menerima masukan dan gagasan yang bersumber dari aktifitas di

lingkungan organisasi.

7. Memperkirakan hasil yang diperoleh untuk perbaikan selanjunya.

3.9. Hasil Penelitian Terdahulu

3.9.1. Proyek Six Sigma (DMAIC) Sebagai Perbaikan Waktu Silkus

untuk Peningkatan Akun Bisnis yang Baru

Pengendaian kualitas dengan pendekatan Six-Sigma terhadap siklus

waktu pelayanan telah dilakukan di sejumlah perusahaan. Sebagai contoh di

sebuah perusahaan perkreditaan, dalam penelitian ini apabila penerapan Six-Sigma

dapat terlaksana oleh managemen perusahan maka potensi perbaikan yang

diperoleh adalah mampu mengurangi rata-rata 49-30 hari satu silkus pelayanan.

Universitas Sumatera Utara


III-47

Selain itu mereka akan memperoleh peningkatan potensi nasabah dan laba sebesar

$25.000,00 dalam setiap tahunya, menghemat biaya pelatihan sember daya

manusia sampai $30.000,00 serta penghematan biaya operasional pegawai sebesar

10% setiap tahunnya (White, M .dkk, 2015).

3.9.2. Optimalisasi dan Pengurangan Waktu Siklus Proses Pelayanan

Pasinen di Sebuah Rumah Sakit dengan Pedekatan Lean Six Sigma

(DMAIC)

Penelitian lain dengan pendekatan Six-Sigma terhadap pengendalian

kualitas waktu siklus pelayanan telah dilakukan disebuah rumah sakit. Kepusan

pasien di rumah sakit meningkat dikarenakan berkurangnya waktu pleayanan.

Apabila Six-sigma terlaksanan dengan baik maka siklus pelayanan pasien rata-rata

dapat berkurang dari 234-143 menit atau berkurang sampai 61% (Vijay, S. Arun,

2015).

Penelitian pengendalian kualitas waktu pelayanan juga telah dilakukan

kepada perusahaan Ground handling servces dengan pendekatan total quality

management. Objek penelitian adalah keseluruhan operasi ramp activity handling

yang berada di wilayah udara (airside) bandar udara. Keterlambatan ramp activity

handling dapat mengakibatkan peningkatan biaya operasional perusahaan Ground

handling servces dan konsumen utamnya yakni perusahaan maskapai

penerbangan. Selain itu bila terjadi keterlambatan maskapai akan kehilangan slot

time bandar udara dan penurunan kualitas pelayanan penumpang. Penelitian ini

menghasilkan, bahwa kepuasan pelayanan Ground handling servces diperoleh

Universitas Sumatera Utara


III-48

dengan peningkatan keterampilan pegawai perusahaan dalam melayani

permintaan maskapai penerbangan dan penumpangnya dengan tujuan memperoleh

ketepatan waktu pelayanan (Mitreva, Elizabeta. 2015).

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
fBAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Gapura Angkasa wilayah kerja Bandar Udara

Internasional Kelas I Kualanamu, Deli Serdang yang bergerak di bidang jasa

ground handling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai

Januari 2018.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yang dilakukan adalah penelitian sebab-

akibat (causal research) yang menyelidiki hubungan kemungkinan faktor (sebab)

yang menimbulkan keterlambatan (akibat) (Sinulingga,2011). Penelitian dilakukan

dengan mengumpulkan data dan informasi secara langsung dari orang-orang

tertentu yang dijadikan subjek penelitian.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah hal-hal yang menjadi objek atau titik perhatian

dalam suatu penelitian yaitu pengendalian dan kualitas waktu operasi ramp

activity handling.

IV-1
Universitas Sumatera Utara
IV-2

4.4. Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen yaitu variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini

antara lain:

a. Manusia/ operator adalah sumber daya yang terlibat dalam proses ramp

activity handling.

b. Metode kerja adalah tata cara dalam melaksanakan suatu proses ramp

activity handling.

c. Mesin dan peralatan berfungsi untuk memindahkan, membersihkan dan

mengarahkan pesawat udara selama kegiatan ramp activity handling.

d. Mateial adalah seswatu yang bersifat abstrak dan medukung kegiatan

ramp activity handling yang terdiri dari informasi dan dokumen.

e. Lingkungan kerja adalah lokasi dan kondisi yang tidak/ mendukung

sehingga ramp activity handling dapat terlaksanan dengan baik.

4.4.2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kualitas waktu

pelayanan ramp activity handling.

Universitas Sumatera Utara


IV-3

4.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara

panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Tujuan kerangka konseptual

untuk memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah

penelitian. Peneliti akan menggunakan kerangka konseptual yang telah disusun

untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab oleh

penelitian dan bagaimana prosedur empiris yang digunakan sebagai alat untuk

menemukan jawaban terhadap pertanyaan tersebut.

Kualitas merupakan bagian komperhensif atau holistik dalam industri

jasa, dimana bukan aspek hasil saja yang menjadi perhatian. Melainkan juga

kegitan yang meliputi proses, lingkungan, dan sumber daya manusia (Tjiptono,

Ph.D Fandi dan Gregorius Chandra, 2011). Perspektif ini dirumukan secara rinci

oleh (Goetsch and Davis, 1994) yang mendefenisikan kualitas sebagai kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses,

dan lingkungan dalam memenuhi ataupun melebihi harapan.

Secara umum faktor penyebab buruknya kualitas jasa dapat dijabarkan

menjadi:

1. Jasa kadang diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, hal ini

mengakibatkan dibutuhkan kehadiran penyedia jasa dalam interaksi

dengan pelanggan. Beberapa kelemahan yang mungkin terjadi

Universitas Sumatera Utara


IV-4

diantaranya adalah keterampilan dalam melayani, cara berpakaian

ataupun tutur kata yang kurang baik. (Manusia/ operator)

2. Keterlibatan karyawan yang intensif dalam memenuhi variansi

pelayanan yang diinginkan konsumen dapat menimbulkan permasalahan

dalam kualitas pelayanan. Beberapa kelemahan yang mungkin terjadi

diantaranya adalah kurang terampil dalam melayani dikarenkan

kurangnya pelatihan. (Metode kerja)

3. Agar pelaksanaan jasa dapat berjalan efektif maka karyawan

membutuhkan dukungan dari internal perusahaan. Dukungan itu berupa

peralatan, perkakas ataupun mesin dalam pelaksanaan ground handling

service. (Mesin dan peralatan)

4. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi merupakan hal yang sangat

esensial dalam menjalin kotak dengan pelanggan. Bila terjadi gap

komunikasi maka timbul penilaian negatif terhadap penyedia jasa. Gap

komunikasi bukan hanya terjadi antara pelanggan dengan penyedia jasa

tetapi juga dapat terjadi di internal penyedia jasa sendiri. Kesalahan

mendefenisikan permintaan pelanggan dapat mengakibatkan

permasalahan yang berujung pada keterlambatan pemenuhan

permintaan. (Komunikasi). Komunkasi yang tersaji dalam bentuk betuk

abstrak yakni informasi dan dokumen pendukung operasi jasa tidak lain

adalah material dalam operasi jasa (White, M. dkk. 2009)

5. Pelanggan merupakan individu yang unik dengan preferensi, perasaan,

dan emosi masing-masing. Tidak semua pelangga bersedia menerima

Universitas Sumatera Utara


IV-5

jasa yang seragam (Standardized service). Penyedia jasa harus

mempertimbangkan budaya, lingkungan kerja dan nilai philosofi yang

dianut oleh masing-masing individu ataupun organisasi.

6. Pengambangan jasa baru ataupun penyempurnaan jasa lama diharapkan

dapat meningkatkan peluang bisnis dan menghindari pelayanan yang

buruk. Banyaknya aktiftas pelayananan malah mengakibatkan masalah

seputar standar kualitas jasa.

7. Visi jangka pendek (misalnya berorientasi target punjualan dan laba

tahunan, penghematan biaya yang sebesar-besarnya, ataupun

peningkatan produktifitas) bisa merusak kualitas jasa dalam jangka

panjang. Sebagai contoh, kebijakan bank yang ingin menekan biaya

operasional dengan menutup beberapa cabang milik mereka malah

merugikan perusahaan dalam tingkat nasabah yang kesulitan dalam

akses pelayanan bank.

Berdasarkan ketujuh faktor penyebab buruknya kualitas pelayanan.

Penelitian ini dibatasi dengan empat bidang secara umum. Empat bidang itu

diantaranya adalah mansia/ operator, metode kerja, mesin dan peralatan, serta

lingkungan kerja. Maka disusun kerangka berfikir penurunan kualitas pelayanan

dikarenkan keterlambatan ramp activity handling.

Berikut adalah Gambar 4.1. yang menjelaskan kerangka konseptual

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


IV-6

Perbaikan
(Six-Sigma dan Kaizen)

Manusia/ operator
Kecacatan Kualitas dan Waktu
Ramp Activity Handling
Peningkatan Kualitas dan Efiseiensi Waktu
(Ground Time >45')
Metode kerja Ramp Activity Handling
yang Mendekati On Time Performance
- Ground Time Frekwensi (> 45’)
(Ground Time ≤ 45')
- Loss Time (> 45')
Kulitas dan Ketepatan Waktu - Keterlambatan
Mesin dan peralatan
Ramp Activity Handling

On Time Performance
Material
(Ground Time ≤ 45')

Lingkungan Kerja

Sumber: Pengelolahan Data

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung didapatkan dari hasil observasi

pada bagian lantai produksi dan wawancara langsung dengan

pembimbing lapangan. Data primer yang dibutuhkan peneliti adalah:

a. Urutan proses ramp activity handling.

b. Cara kerja mesin ramp activity handling.

c. Penyebab keterlambatan ramp activity handling.

Universitas Sumatera Utara


IV-7

2. Data sekunder

Data sekunder data yang tidak diamati secara langsung dan diperoleh

dalam bentuk yang sudah jadi serta dijadikan dokumentasi oleh

perusahaan. Adapun data sekunder meliputi:

a. Data jumlah keterlambatan ramp activity handling berasal dari

dokumentasi perusahaan.

b. Data jenis keterlambatan ramp activity handling berasal dari

dokumentasi perusahaan.

4.7. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini adalah :

1. Ramp activity checklist untuk merekam kegiatan ramp activity handling

2. Handphone sebagai instrument dokumentasi, yang digunakan dalam

pengambilan berupa gambar maupun video selama penelitian

dilapangan.

3. Pulpen, pensil dan lembar pengamatan digunakan sebagai alat

pengambilan data selama berada dilapangan.

4. Wawancara yang dilakukan kepada pihak perusahaan dengan

memberikan beberapa pertanyaan.

Universitas Sumatera Utara


IV-8

4.8. Rancangan Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan metodologi

penelitian. Penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan,

proses pelayanan, dan informasi-informasi lainnya yang diperlukan serta

studi literatur mengenai metode pemecahan masalah dan teori

pendukung lainnya.

2. Merumuskan permasalahan berdasarkan kondisi perusahaan dan

menetapkan tujuan penelitian.

3. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian.

4. Melakukan pengumpulan data ground time. Data yang dikumpulkan

antara lain kecacatan pelayanan ramp activity handing berdasarkan

ground time selama tahun 2016.

5. Dari pengumpulan data dipilih proses pelayanan ramp activity handing

yang menjadi objek penelitian.

6. Dilakukan analisis faktor penyebab kecacatan pelayanan ramp activity

handing.

7. Menganalisis hasil pengolahan data.

8. Menarik kesimpulan dan memberi saran untuk penelitian.

Universitas Sumatera Utara


IV-9

Berikur adalah Gambar 4.2. menunjukkan blok diagram proses

penelitian.

Mulai
Mulai

Studi
Studi Lapangan
Lapangan

Identifikasi
Identifikasi Masalah
Masalah
Keterlambatan
Keterlambatan Waktu
Waktu Pelayanan
Pelayanan

Perumusan
Perumusan Masalah
Masalah
Persentase
Persentase keterlambatan
keterlambatan yang
yang >5%
>5%

Studi
Studi Pustaka
Pustaka

Penetapan
Penetapan Tujuan:
Tujuan:
·· Menganalisis
Menganalisis faktor
faktor yang
yang
mempengaruhi
mempengaruhi kualitas
kualitas pelayanan
pelayanan
·· Mengusulkan
Mengusulkan nilai
nilai level
level dari
dari faktor-
faktor-
faktor
faktor untuk
untuk menurunkan
menurunkan presentase
presentase
Keterlambatan
Keterlambatan pelayanan
pelayanan

Pengumpulan Data:
· Data Primer
Urutan proses, cara kerja mesin,
penyebab Keterlambatan
pelayanan
· Data Sekunder
Data jumlah keterlambatan, data
jenis keterlambatan pelayanan
ramp activity handling

Pengolahan
Pengolahan Data
Data
·· Penggunaan
Penggunaan Metode
Metode Six
Six Sigma
Sigma
·· Identifikasi
Identifikasi faktor
faktor dominan
dominan keterlambatan
keterlambatan
dengan
dengan Six
Six Sigma
Sigma
·· Penggunaan
Penggunaan Metode
Metode Kaizen
Kaizen
·· Perbaikan
Perbaikan

Analisis
Analisis Pemecahan
Pemecahan Masalah:
Masalah:
·· Analisis
Analisis hasil
hasil Six
Six Sigma
Sigma
·· Analisis
Analisis hasil
hasil Kaizen
Kaizen

Kesimpulan
Kesimpulan dan
dan Saran
Saran

Selesai
Selesai

Sumber: Pengelolahan Data

Gambar 4.2. Blok Diagram Proses Penelitian

Universitas Sumatera Utara


IV-10

4.9. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek

penelitian serta melihat buku-buku laporan administrasi serta catatan -

catatan atau dokumentasi dari perusahaan yang berhubungan dengan

kegiatan penelitian

2. Teknik wawancara, yaitu melakukan wawancara kepada pihak

perusahaan dan brainstorming mengenai permasalahan dan pemecahan

permasalahan yang ada.

3. Teknik survey, yaitu teknik untuk mendapatkan data yang dibutuhkan

dengan melakukan observasi langsung di lapangan.

4. Studi kepustakaan, yaitu mencatat dan mempelajari data-data yang

berasal dari perusahaan serta teori-teori yang berhubungan dengan

pemecahan masalah dari berbagai buku yang sesuai dengan

permasalahan yang diamati.

Universitas Sumatera Utara


IV-11

4.10. Metode Pengolahan Data

Berikut adalah Gambar 4.3 yang menjelaskan metode pengelolahan data.

Mendefinisikan
Mendefinisikan masalah
masalah

Mengumpulkan
Mengumpulkan data
data keterlambatan
keterlambatan ramp
ramp activity
activity handling
handling
11 tahun
tahun terakhir.
terakhir.

Define
Define :: Membuat
Membuat diagram
diagram SIPOC
SIPOC

Tahap
Tahap Pengukuran
Pengukuran ::
Measure
Measure :: Menentukan
Menentukan Critical
Critical to
to Quality
Quality
Membuat
Membuat peta
peta Control
Control
Pengukuran
Pengukuran Level
Level Sigma
Sigma
Analayze
Analayze :: Startifikasi
Startifikasi
Diagram
Diagram Pareto
Pareto
Diagram
Diagram Sebab
Sebab Akibat
Akibat

Improve
Improve :: Kaizen
Kaizen Five
Five M
M Checklist
Checklist
Perbaikan
Perbaikan 5W
5W ++ 1H
1H
Kaizen
Kaizen Five
Five Step
Step Plan
Plan

Control
Control :: Melakukan
Melakukan tindakan
tindakan Perbaikan
Perbaikan

Sumber: Pengelolahan Data

Gambar 4.3. Metode Pengolahan Data

4.11. Analisis Pemecahan Masalah

Pada bagian ini dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data dan

dibandingkan dengan teori yang mendasari dan yang diterapkan perusahaan

kemudian dievaluasi.

Universitas Sumatera Utara


IV-12

4.12. Kesimpulan dan Saran

Langkah terakhir yang dilakukan dalam penelitian adalah penarikan

kesimpulan yang berisi hal-hal penting dalam penelitian tersebut. Selain itu,

peneliti akan memberikan saran yang bermanfaat bagi perusahaan untuk dapat

meningkatan kualitas produk dengan menggunakan metode Lean Six-Sigma dan

Kaizen.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGELOHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Data Ground Time Narrow Body Aircraft

Ground time adalah lama waktu yang dipergunakan oleh pesawat/

aircraft saat didarat demi kepentingan bisnis pelayanan kepada penumpang/ cargo

pesawat itu sendiri di apron bandar udara. Pelayanan terhadap pesawat sendiri

dibantu oleh pihak ketiga.

Ramp activity handling merupakan rantaiaan kegiatan yang bertujuan

menekan ground time sekecil mungkin sehingga dapat meningkatkan kuliatas

pelayanan serta menghindari kejenuhan waktu pelayanan yang dapar berakibat

pada penigkatan potensi bahaya dan biaya operasional (air economic transport)

maskapai penerbangan di apron bandar udara.

Berikut adalah data ground time ramp activity handling untuk narrow

body aircraft PT Garuda Indonesia (Persero) pada tahun 2016.

Table 5.1. ground time Boing 737-800 NG PT Garuda Indonesia

(Persero) (narrow body aircraft) pada tahun 2016 dan Tabel 5.2. Bombardier

CRJ-1000 NG PT Garuda Indonesia (Persero) (narrow body aircraft) pada tahun

2016.

V-1
Universitas Sumatera Utara
V-2

Tabel 5.1. Ground Time Boing 737-800 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

Aircraft Ground Time Boing 737-800 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
- - - - (68'), (78'), (72'), (47') (68'), (78'), (42'), (77') (83'), (38'), (47'), (64') 762
(43'), (58'), (57'), (44') (63'), (54'), (55'), (43') (53'), (59'), (47'), (64) (34'), (78'), (67'), (49') (64'), (89'), (66'), (52') (66'), (84'), (63'), (59') (82'), (61'), (78'), (49') 1681
Januari (42'), (59'), (50'), (48') (60'), (52'), (57'), (44') (83'), (58'), (49'), (43') (83'), (38'), (47'), (64') (76'), (40'), (64'), (79') (46'), (50'), (54'), (69') (63'), (56'), (53'), (47') 1574
1 (44'), (57'), (63'), (49') (41'), (59'), (67'), (54') (64'), (55'), (77'), (61') (92'), (81'), (68'), (59') (46'), (72'), (59'), (69') (46'), (62'), (79'), (79') (83'), (29'), (67'), (74') 1756
(43'), (58'), (60'), (62') (70'), (65'), (63'), (56') (71'), (70'), (67'), (58') (64'), (58'), (59'), (44') (68'), (80'), (67'), (45') (83'), (60'), (37'), (65') (73'), (92'), (59'), (65') 1762
Jumlah Aircraft 124 7535
Loss/ Allowance** 2031 Keterlambatan 1955
(64'), (77'), (53'), (69') (46), (68), (74'), (55') (44'), (45'), (67'), (51') (82'), (71'), (58'), (55') (83'), (38'), (47'), (64') (66'), (40'), (64'), (79') (46'), (50'), (54'), (69') 1679
(61'), (83'), (68'), (66') (63'), (80'), (47'), (55') (69'), (56'), (77'), (71') (44'), (57'), (63'), (49') (41'), (60'), (77'), (54') (64'), (55'), (78'), (61') (53'), (49'), (67'), (64') 1732
Februari (54'), (65'), (87'), (51') (43'), (58'), (57'), (46') (50'), (51'), (54'), (46') (53'), (59'), (67'), (64) (53'), (58'), (57'), (44') (53'), (54'), (45'), (43') (53'), (49'), (47'), (64') 1525
2 (41'), (60'), (81'), (68') (54'), (68'), (69'), (54') (72'), (60'), (36'), (35') (63'), (58'), (49'), (43') (42'), (59'), (50'), (48') (66'), (52'), (57'), (54') (69'), (38'), (47'), (63') 1556
(44'), (72'), (60'), (46') - - - - - - 222
Jumlah Aircraft 116 6714
Loss/ Allowance** 1553 Keterlambatan 1494
- (51'), (63'), (58'), (56') (73'), (80'), (47'), (55') (52'), (60'), (63'), (58') (90'), (22'), (47'), (44') (83'), (58'), (49'), (43') (83'), (38'), (47'), (64') 1384
(51'), (63'), (58'), (96') (53'), (64'), (86'), (50') (54'), (64'), (57'), (53') (51'), (80'), (67'), (63') (54'), (68'), (69'), (54') (43'), (58'), (60'), (62') (92'), (81'), (68'), (59') 1778
Maret (52'), (58'), (54'), (49') (51'), (54'), (59'), (43') (33'), (52'), (59'), (43') (81'), (39'), (51'), (68') (76'), (40'), (64'), (79') (53'), (48'), (67'), (54') (64'), (58'), (49'), (54') 1552
3 (64'), (46'), (83'), (49') (61'), (89'), (77'), (44') (54'), (65'), (55'), (41') (72'), (71'), (68'), (59') (46'), (72'), (59'), (69') (63'), (58'), (49'), (43') (63'), (56'), (53'), (47') 1676
(47'), (71'), (58'), (48') (74'), (58'), (89'), (34') (62'), (40'), (46'), (65') (61'), (57'), (48'), (44') - - - 902
Jumlah Aircraft 124 7296
Loss/ Allowance** 1802 Keterlambatan 1716

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Ground Time Boing 737-800 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time Boing 737-800 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
- - - - (68'), (77'), (70'), (47') (53'), (59'), (47'), (64) (83'), (38'), (47'), (44') 697
(62'), (38'), (54'), (49') (51'), (50'), (39'), (43') (33'), (42'), (59'), (73') (71'), (69'), (51'), (68') (76'), (45'), (64'), (79') (63'), (59'), (49'), (44') (64'), (58'), (49'), (54') 1556
April (42'), (39'), (60'), (48') (50'), (52'), (57'), (54') (83'), (38'), (69'), (43') (73'), (48'), (57'), (74') (47'), (40'), (64'), (79') (64'), (59'), (77'), (51') (63'), (56'), (63'), (47') 1597
4 (54'), (74'), (53'), (69') (46), (68), (34'), (55') (40'), (45'), (67'), (54') (82'), (71'), (48'), (55') (33'), (38'), (47'), (64') (61'), (60'), (67'), (58') (76'), (50'), (54'), (69') 1592
(61'), (80'), (88'), (66') (63'), (60'), (47'), (65') (69'), (56'), (77'), (71') (44'), (57'), (73'), (69') (41'), (60'), (66'), (54') (64'), (65'), (78'), (61') - 1535
Jumlah Aircraft 120 6977
Loss/ Allowance** 1679 Keterlambatan 1577
- - - - - - (50'), (62'), (57'), (54') 223
(62'), (85'), (38'), (67') (63'), (80'), (47'), (55') (70'), (86'), (77'), (71') (44'), (57'), (63'), (49') (83'), (38'), (47'), (64') (76'), (40'), (64'), (79') (46'), (50'), (84'), (69') 1754
(52'), (68'), (64'), (50') (51'), (84'), (59'), (43') (33'), (52'), (59'), (43') (81'), (39'), (51'), (68') (92'), (41'), (68'), (89') (56'), (72'), (59'), (69') (46'), (80), (79'), (79') 1727
Mei
(66'), 48'), (85'), (69') (61'), (89'), (77'), (74') (54'), (75'), (55'), (44') (92'), (51'), (68'), (59') (64'), (88'), (59'), (44') (68'), (70'), (67'), (45') (83'), (45'), (47'), (65') 1812
5
(61'), (63'), (68'), (60') (63'), (70'), (47'), (59') (70'), (56'), (77'), (71') (67'), (78'), (47'), (49') (64'), (79'), (76'), (52') (76'), (74'), (63'), (59') (62'), (61'), (82'), (59') 1813
(64'), (32'), (70'), (59') (59'), (78'), (69'), (54') - - - - - 485
Jumlah Aircraft 124 7815
Loss/ Allowance** 2296 Keterlambatan 2235
- - (60'), (56'), (78'), (71') (68'), (78'), (50'), (49') (63'), (70'), (46'), (55') (53'), (69'), (63'), (58') (68'), (78'), (44'), (43') 1220
(62'), (48'), (54'), (89') (61'), (70'), (38'), (52') (43'), (54'), (44'), (63') (70'), (69'), (51'), (68') (64'), (74'), (77'), (54') (65'), (80'), (67'), (73') (64'), (68'), (79'), (54') 1717
6 Juni
(53'), (49'), (65'), (59') (70'), (62'), (55'), (44') (72'), (48'), (69'), (43') (73'), (50'), (57'), (74') (57'), (47'), (84'), (59') (74'), (59'), (67'), (53') (63'), (56'), (83'), (37') 1682
(42'), (68'), (57'), (54') (52'), (74'), (69'), (52') (33'), (52'), (59'), (43') (80'), (49'), (61'), (84') (42'), (81'), (88'), (62') (56'), (82'), (79'), (70') (66'), (80'), (69'), (79') 1750

Universitas Sumatera Utara


V-4

Tabel 5.1. Ground Time Boing 737-800 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time Boing 737-800 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
Juni (76'), 50'), (73'), (68') (71'), (80'), (67'), (83') (64'), (82'), (55'), (44') (72'), (51'), (70'), (59') - - - 1841
6 Jumlah Aircraft 120 7505
Loss/ Allowance** 2150 Keterlambatan 2105
- - - - (61'), (79'), (87'), (54') (54'), (75'), (65'), (44') (72'), (51'), (68'), (59') 769
(60'), (86'), (77'), (71') (43'), (57'), (63'), (49') (33'), (48'), (47'), (64') (76'), (60'), (54'), (79') (46'), (50'), (44'), (69') (86'), (84'), (63'), (59') (82'), (63'), (78'), (49') 1740
Juli (42'), (59'), (50'), (88') (60'), (44'), (57'), (44') (83'), (58'), (49'), (43') (73'), (38'), (47'), (64') (66'), (60'), (64'), (79') (46'), (40'), (44'), (69') (63'), (56'), (53'), (57') 1596
7 (44'), (87'), (63'), (50') (41'), (60'), (67'), (54') (64'), (55'), (87'), (61') (82'), (81'), (88'), (59') (40'), (45'), (77'), (54') (82'), (71'), (48'), (65') (43'), (38'), (47'), (64') 1717
(43'), (58'), (50'), (62') (80'), (65'), (63'), (56') (71'), (70'), (47'), (58') (54'), (58'), (59'), (64') (69'), (56'), (73'), (71') (64'), (57'), (73'), (69') (41'), (60'), (65'), (54') 1710
Jumlah Aircraft 124 7532
Loss/ Allowance** 2013 Keterlambatan 1952
(66'), 48'), (85'), (79') (61'), (89'), (67'), (53') (64'), (55'), (55'), (44') (82'), (51'), (78'), (55') (64'), (68'), (79'), (46') (81'), (73'), (72'), (45') (73'), (45'), (45'), (65') 1788
(61'), (43'), (68'), (60') (63'), (70'), (46'), (59') (74'), (56'), (72'), (71') (87'), (75'), (47'), (49') (54'), (69'), (76'), (52') (74'), (72'), (60'), (59') (62'), (61'), (82'), (59') 1781
Agustus (62'), (48'), (54'), (79') (66'), (70'), (48'), (52') (43'), (64'), (44'), (61') (71'), (66'), (58'), (68') (44'), (74'), (77'), (54') (65'), (80'), (61'), (72') (64'), (66'), (69'), (54') 1734
8 (53'), (69'), (65'), (69') (80'), (52'), (55'), (45') (72'), (58'), (64'), (43') (73'), (50'), (57'), (74') (57'), (43'), (84'), (59') (72'), (59'), (68'), (53') (63'), (56'), (82'), (37') 1712
(40'), (52'), (77'), (54') (63'), (48'), (69'), (43') (63'), (48'), (57'), (64') - - - - 678
Jumlah Aircraft 124 7693
Loss/ Allowance** 2139 Keterlambatan 2113
- - - (62'), (38'), (54'), (79') (66'), (63'), (48'), (52') (53'), (46'), (44'), (61') (71'), (56'), (48'), (68') 909
9 September
(66'), 48'), (45'), (79') (61'), (79'), (67'), (53') (64'), (55'), (55'), (54') (52'), (51'), (88'), (55') (64'), (68'), (72'), (46') (71'), (70'), (72'), (45') (63'), (45'), (45'), (61') 1694

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Ground Time Boing 737-800 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time Boing 737-800 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
(52'), (58'), (54'), (69') (52'), (54'), (59'), (43') (83'), (52'), (59'), (43') (81'), (49'), (51'), (78') (56'), (40'), (64'), (79') (73'), (42'), (67'), (54') (44'), (58'), (49'), (54') 1617
September (61'), (43'), (68'), (66') (63'), (80'), (47'), (56') (69'), (86'), (77'), (61') (64'), (47'), (43'), (49') (41'), (60'), (73'), (54') (64'), (55'), (68'), (61') (53'), (50'), (68'), (64) 1691
9 (64'), (87'), (63'), (50') (47'), (64'), (67'), (54') (64'), (55'), (87'), (51') (82'), (81'), (82'), (59') (50'), (45'), (77'), (54') - - 1283
Jumlah Aircraft 120 7194
Loss/ Allowance** 1823 Keterlambatan 1794
- - - - - (63'), (69'), (47'), (55') (83'), (69'), (43'), (58') 487
(43'), (59'), (58'), (46') (60'), (56'), (55'), (43') (73'), (60'), (47'), (64) (44'), (77'), (67'), (49') (64'), (85'), (66'), (52') (56'), (83'), (63'), (59') (81'), (61'), (75'), (49') 1695
(42'), (59'), (53'), (48') (60'), (50'), (57'), (47') (53'), (50'), (49'), (43') (53'), (48'), (47'), (63') (76'), (45'), (64'), (69') (48'), (52'), (54'), (69') (63'), (57'), (59'), (47') 1525
Oktober
(46'), (57'), (60'), (49') (45'), (59'), (67'), (64') (64'), (50'), (70'), (61') (82'), (80'), (58'), (57') (46'), (71'), (59'), (68') (47'), (62'), (69'), (79') (83'), (69'), (67'), (44) 1733
10
(53'), (65'), (86'), (51') (63'), (58'), (67'), (46') (60'), (61'), (54'), (46') (54'), (59'), (67'), (58') (63'), (57'), (67'), (44') (63'), (54'), (46'), (43') (43'), (49'), (57'), (64) 1598
(43'), (59'), (61'), (63') - - - - - - 226
Jumlah Aircraft 124 7254
Loss/ Allowance** 1694 Keterlambatan 1674
- (60'), (55'), (54'), (43') (83'), (62'), (47'), (64) (54'), (77'), (47'), (49') (64'), (75'), (66'), (51') (56'), (73'), (63'), (69') (83'), (61'), (76'), (49') 1481
(64'), (56'), (55'), (54') (56'), (80'), (63'), (58') (64'), (56'), (71'), (70') (61'), (44'), (58'), (44') (73'), (58'), (50'), (43') (73'), (48'), (46'), (64') (66'), (67'), (64'), (70') 1676
11 November
(73'), (52'), (58'), (43') (49'), (52'), (64'), (69') (43'), (54'), (44'), (61') (71'), (66'), (67'), (54') (54'), (55'), (47'), (61') (62'), (81'), (83'), (59') (45'), (46'), (77'), (54') 1644
(67'), (76'), (77'), (61') (57'), (62'), (68'), (79') (62'), (58'), (44'), (63') (80'), (61'), (48'), (52') (63'), (38'), (45'), (64') (65'), (60'), (64'), (58') (73'), (50'), (54'), (68') 1717

Universitas Sumatera Utara


V-6

Tabel 5.1. Ground Time Boing 737-800 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time Boing 737-800 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
November (64'), (45'), (87'), (52') (66'), (54'), (66'), (43') (63'), (58'), (47'), (64') - - - - 709
11 Jumlah Aircraft 120 7229
Loss/ Allowance** 1850 Keterlambatan 1829
- - - (52'), (50'), (63'), (58') (80'), (42'), (47'), (44') (83'), (58'), (49'), (43') (83'), (68'), (44'), (64') 928
(44'), (75'), (47'), (49') (64'), (85'), (65'), (52') (56'), (73'), (53'), (58') (53'), (59'), (58'), (46') (60'), (56'), (46'), (43') (73'), (60'), (48'), (54') (91'), (61'), (75'), (49') 1653
Desember (71'), (49'), (52'), (78') (56'), (43'), (64'), (49') (63'), (44'), (67'), (54') (52'), (56'), (54'), (69') (51'), (54'), (59'), (53') (73'), (52'), (58'), (43') (44'), (50'), (49'), (54') 1561
12 (52'), (80'), (67'), (63') (54'), (58'), (39'), (54') (43'), (57'), (59'), (62') (52'), (63'), (58'), (96') (52'), (64'), (86'), (50') (64'), (63'), (57'), (53') (72'), (62), (68'), (59') 1707
(69'), (67'), (73'), (71') (54'), (57'), (62), (69') (51'), (60'), (55'), (56') (70'), (65'), (63'), (56') (61'), (70'), (48'), (58') (54'), (58'), (49'), (44') - 1440
Jumlah Aircraft 124 7299
Loss/ Allowance** 1744 Keterlambatan 1719

Sumber: Pengelolahan Data (AMC Bandar Udara Internasional Kelas I Kualanamu PT. Angkasa Pura II, Deli Serdang)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Ground Time Bombardier CRJ-1000 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

Aircraft Ground Time Bombardier CRJ 1000 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
- - - - (62'), (53'), (47') (68'), (68'), (67') (43'), (38'), (64') 510
(43'), (58'), (44') (63'), (54'), (43') (53'), (47'), (64) (34'), (67'), (49') (49'), (66'), (52') (66'), (63'), (59') (42'), (61'), (78') 1155
Januari (42'), (59'), (48') (60'), (52'), (44') (43'), (49'), (43') (43'), (47'), (64') (40'), (64'), (71') (46'), (50'), (54') (63'), (56'), (53') 1091
1 (44'), (57'), (49') (41'), (59'), (54') (64'), (77'), (61') (52'), (68'), (59') (62'), (49'), (69') (62'), (49'), (59') (29'), (67'), (44') 1175
(43'), (58'), (62') (40'), (65'), (56') (41'), (67'), (58') (64'), (59'), (44') (68'), (67'), (45') (60'), (47'), (65') (43'), (59'), (65') 1176
Jumlah Aircraft 93 5107
Loss/ Allowance** 1082 Keterlambatan 922
(44'), (53'), (69') (45'), (68'), (55') (44'), (45'), (51') (71'), (59'), (57') (38'), (46'), (64') (60'), (40'), (64') (46'), (50'), (44') 1113
(61'), (58'), (66') (63'), (47'), (53') (69'), (56'), (63') (44'), (57'), (63') (44'), (60'), (54') (64'), (57'), (78') (53'), (49'), (68') 1227
Februari (54'), (60'), (51') (43'), (56'), (46') (70'), (54'), (46') (53'), (49'), (67') (53'), (56'), (57') (53'), (54'), (49') (53'), (41'), (47') 1112
2 (41'), (60'), (47') (54'), (68'), (67') (60'), (38'), (35') (68'), (49'), (43') (42'), (57'), (50') (52'), (57'), (54') (61'), (35'), (47') 1085
(43'), (40'), (46') - - - - - - 129
Jumlah Aircraft 87 4666
Loss/ Allowance** 817 Keterlambatan 751
- (44'), (58'), (56') (33'), (47'), (55') (52'), (40'), (61') (42'), (47'), (44') (58'), (47'), (43') (38'), (47'), (63') 875
(51'), (43'), (58') (53'), (60'), (50') (54'), (64'), (53') (51'), (30'), (67') (54'), (61'), (51') (48'), (60'), (42') (71'), (68'), (59') 1105
Maret (52'), (53'), (49') (55'), (54'), (59') (33'), (52'), (43') (39'), (51'), (71') (40'), (64'), (69') (53'), (48'), (54') (63'), (49'), (51') 1063
3 (54'), (46'), (49') (61'), (57'), (44') (54'), (61'), (55') (57), (68'), (59') (45'), (59'), (69') (58'), (49'), (43') (56'), (41'), (47') 1132
(47'), (58'), (47') (74'), (58'), (34') (47'), (46'), (65') (55'), (48'), (44') - - - 623
Jumlah Aircraft 93 4890
Loss/ Allowance** 800 Keterlambatan 705

Universitas Sumatera Utara


V-8

Tabel 5.2. Ground Time Bombardier CRJ-1000 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time Bombardier CRJ 1000 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
- - - - (68'), (73'), (53') (56'), (49'), (48') (41'), (48'), (44') 480
(39'), (59'), (69') (71'), (60'), (46') (53'), (49'), (63') (66'), (51'), (68') (45'), (51'), (77') (72'), (61'), (46') (67'), (50'), (46') 1209
April (42'), (65'), (60') (50'), (52'), (57') (73'), (48'), (39') (73'), (58'), (73') (45'), (40'), (64') (64'), (71'), (53') (54'), (66'), (51') 1198
4 (34'), (57'), (68') (44), (49'), (58') (50'), (71'), (63') (63'), (48'), (54') (35'), (47'), (48') (63'), (49'), (63') (60'), (57'), (69') 1150
(60'), (75'), (62') (48'), (59'), (65') (69'), (76'), (71') (46'), (56'), (29') (45'), (50'), (61') (52'), (65'), (59') - 1048
Jumlah Aircraft 90 5094
Loss/ Allowance** 1107 Keterlambatan 1044
- - - - - - (50'), (58'), (55') 163
(63'), (47'), (67') (53'), (48'), (54') (60'), (70'), (59') (53'), (43'), (52') (48'), (47'), (55') (68'), (50'), (44') (49'), (53'), (46') 1129
(48'), (44'), (60') (52'), (60'), (48') (49'), (39'), (45') (61'), (51'), (66') (41'), (57'), (58') (46'), (70'), (67'), (46'), (39'), (59') 1106
Mei
(69'), (50'), (62') (60'), (72'), (65') (53'), (61'), (46') (49'), (68'), (53') (54'), (43'), (46') (61'), (60'), (45') (46'), (52'), (51') 1166
5
(63'), (53'), (38') (60'), (40'), (59') (50'), (66'), (59') (46'), (59'), (48') (67'), (55'), (51') (54'), (63'), (42') (62'), (60'), (54') 1149
(44'), (39'), (60') (59'), (55'), (57') - - - - - 314
Jumlah Aircraft 93 5027
Loss/ Allowance** 886 Keterlambatan 842
- - (54'), (56'), (47') (63'), (49'), (49') (51'), (46'), (57') (49'), (58'), (53') (47'), (48'), (54') 781
(60'), (48'), (54') (41'), (48'), (53') (43'), (54'), (44') (66'), (51'), (68') (64'), (46'), (59') (64'), (47'), (43') (59'), (50'), (54') 1029
6 Juni
(50'), (49'), (59') (52'), (55'), (44') (48'), (62'), (43') (50'), (54'), (34') (52'), (37'), (59') (55'), (61'), (58') (43'), (46'), (49') 1060
(52'), (54'), (54') (50'), (67'), (48') (52'), (39'), (46') (49'), (61'), (60') (49'), (61'), (62') (56'), (62'), (68') (56'), (68'), (64') 1178

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Ground Time Bombardier CRJ-1000 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time Bombardier CRJ 1000 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
Juni (66'), (51'), (68') (51'), (65'), (63') (48'), (55'), (56') (51'), (56'), (59') - - - 689
6 Jumlah Aircraft 90 4824
Loss/ Allowance** 813 Keterlambatan 774
- - - - (61'), (65'), (54') (62'), (56'), (53') (53'), (58'), (49') 511
(46'), (55'), (65') (72'), (71'), (59') (40'), (45'), (59') (71'), (48'), (65') (49'), (47'), (62') (46'), (50'), (47') (62'), (60'), (55') 1174
Juli (50'), (47'), (57') (58'), (59'), (44') (60'), (56'), (68') (64'), (57'), (69') (50'), (65'), (52') (46'), (40'), (61') (53'), (44'), (48') 1148
7 (46'), (63'), (53') (50'), (61'), (49') (60'), (33'), (71') (55'), (57'), (49') (39'), (48'), (47') (46'), (60'), (53') (67'), (62'), (58') 1127
(42'), (49'), (62') (56'), (53'), (50') (48'), (58'), (50') (40'), (44'), (57') (54'), (49'), (48') (48'), (49'), (54') (49'), (54'), (44') 1058
Jumlah Aircraft 93 5018
Loss/ Allowance** 873 Keterlambatan 833
(64'), (56'), (55') (51'), (57'), (55') (63'), (49'), (63') (62'), (46'), (51') (64'), (67'), (46') (63'), (52'), (46') (63'), (47'), (45') 1165
(56'), (42'), (61') (59'), (47'), (49') (61'), (48'), (52') (65'), (48'), (51') (54'), (65'), (42') (51'), (63'), (59') (62'), (61'), (59') 1155
Agustus (46'), (64'), (48') (66'), (58'), (63') (52'), (69'), (65') (52'), (53'), (49') (49'), (57'), (40') (64'), (64'), (71') (64'), (56'), (54') 1204
8 (71'), (58'), (63') (46'), (57'), (48') (48'), (51'), (52') (63'), (60'), (69') (47'), (53'), (41') (49'), (65'), (53') (63'), (56'), (71') 1184
(62'), (48'), (50') (53'), (44'), (66') (62'), (64'), (59') - - - - 508
Jumlah Aircraft 93 5216
Loss/ Allowance** 1047 Keterlambatan 1031
- - - (61'), (60'), (66') (64'), (70'), (54') (50'), (52'), (59') (83'), (52'), (59') 730
9 September (52'), (52'), (58') (64'), (67'), (56') (70'), (69'), (46') (69'), (63'), (50') (44'), (55'), (51') (63'), (39'), (66') (69'), (47'), (61') 1211
(56'), (58'), (44') (62'), (48'), (41') (56), (48'), (58') (49'), (41'), (72') (56'), (64'), (62') (43'), (63'), (54') (55'), (49'), (54') 1133

Universitas Sumatera Utara


V-10

Tabel 5.2. Ground Time Bombardier CRJ-1000 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time Bombardier CRJ 1000 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
(66'), (48'), (55') (62'), (69'), (53') (55'), (53'), (54') (64'), (55'), (47') (60'), (69'), (54') (64'), (53'), (51') (35'), (50'), (68') 1185
September
(52'), (46'), (71') (66'), (45'), (68') (43'), (45'), (61') (61'), (72'), (59') (52'), (47'), (54') - - 842
9
Jumlah Aircraft 90 5101
Loss/ Allowance** 1081 Keterlambatan 1051
- - - - - (63'), (48'), (47') (66'), (42'), (65') 331
(63'), (68'), (47') (69'), (43'), (58') (60'), (44'), (63) (44'), (69'), (49') (61'), (69'), (52') (72'), (58'), (56') (51'), (59'), (63') 1218
(46'), (63'), (59') (61'), (75'), (49') (53'), (40'), (46') (59'), (51'), (46') (61'), (56'), (49') (54'), (59'), (55') (62'), (57'), (67') 1168
Oktober
(47'), (52'), (53') (63'), (47'), (55') (54'), (50'), (63') (54'), (48'), (48') (60'), (50'), (57') (47'), (62'), (62') (69'), (67'), (48) 1156
10
(52'), (65'), (41') (48'), (69'), (46') (54'), (54'), (47') (49'), (57'), (40') (59'), (67'), (64') (63'), (52'), (46') (47'), (49'), (44') 1113
(53'), (50'), (61') - - - - - - 164
Jumlah Aircraft 93 5150
Loss/ Allowance** 987 Keterlambatan 965
- (67'), (51'), (53') (42'), (49'), (67') (66'), (67'), (54') (54'), (55'), (64') (61'), (77'), (59') (45'), (46'), (52') 1029
(59'), (40'), (47') (45'), (46'), (52') (39'), (56'), (46') (66'), (55'), (37') (59'), (67'), (44') (56'), (66'), (38') (64'), (56'), (60') 1127
November (47'), (56'), (63') (54'), (65'), (41') (56'), (63'), (59') (41'), (46'), (49') (60'), (55'), (47') (62'), (49'), (40) (54'), (37'), (49') 1093
11 (66'), (64'), (58') (70'), (62'), (69') (62'), (58'), (67') (61'), (48'), (54') (63'), (47'), (64') (38'), (60'), (64') (50'), (51'), (69') 1245
(63'), (48'), (71') (49'), (52'), (58') (67'), (56'), (61') - - - - 525
Jumlah Aircraft 90 4990
Loss/ Allowance** 998 Keterlambatan 940

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Ground Time Bombardier CRJ-1000 NG PT. Garuda Indonesia (Persero) (Narrow Body Aircraft) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time Bombardier CRJ 1000 NG Total*


No.
2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu (Menit)
- - - (54'), (48'), (54') (42'), (63'), (58') (32'), (68'), (60') (57'), (49'), (61') 646
(51'), (59'), (43') (43'), (52'), (56') (60'), (49'), (58') (50'), (56'), (46') (61'), (72'), (49') (53'), (59'), (58') (66'), (60'), (54') 1155
Desember (40'), (52'), (72') (56'), (41'), (53') (39'), (67'), (54') (52'), (56'), (51') (48'), (44'), (49') (69'), (65'), (52') (56'), (35'), (58') 1109
12 (62'), (50'), (57') (46'), (59'), (46') (58'), (50'), (43') (68'), (40'), (64') (52'), (44'), (50') (50'), (57'), (56') (62), (68'), (58') 1140
(66'), (67'), (71') (54'), (53'), (62) (60'), (67'), (56') (56'), (63'), (58') (60'), (48'), (58') (54'), (58'), (48') - 1059
Jumlah Aircraft 93 5109
Loss/ Allowance** 978 Keterlambatan 924

Sumber: Pengelolahan Data (AMC Bandar Udara Internasional Kelas I Kualanamu PT. Angkasa Pura II, Deli Serdang)

Universitas Sumatera Utara


V-12

Dari kedua jenis data ground time tersebut dapat dilihat ada sebaran data

yang melebihi kesepakan waktu yang telah ditetapkan oleh PT Gapura Angkasa

Medan kepada pihak PT Garuda Indonesia (Persero). Adapun ground time yang

telah disepakati oleh kedua belah pihak adalah harus (pada table tulisan cetak

biru) dibawah 45 menit (≤ 45’).

5.1.2. Pengelompokan Data (Stratifikasi)

Stratifikasi merupakan proses pengelompokkan data yang terjadi selama

menggunakan parking stand di bandar udara dalam satu tahun periode. Adapun

stratifikasi data kecacatan ketika penggunaan parking stand bandar udara yakni

ground time frekwensi (> 45’), loss time (> 45'), dan keterlambatan.

Berikut adalah defenisi kecacatan penggunaan parking stand di bandar

udara:

1. Ground Time Frekwensi (> 45’)

Ground time frekwensi (> 45’) adalah banyaknya jumlah pesawat

dengan lama waktu parking stand lebih dari 45 menit.

Berikut adalah Tabel 5.3. yang menjelaskan frekwensi narrow body

aircraft ≤45’/ >45’ PT. Garuda Indonesia pada tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3. Frekwensi Narrow Body Aircraft pada Tahun 2016

Frekensi (Ground Time)


No. Bulan
Jumlah
Type Aircraft
Jumlah/ ≤ 45' > 45'
Hari Hari Jumlah Jumlah
n n
n n
Boing 737-800 NG 4 18 106
1. Januari 31 41 176
Bombardier CRJ 1000 NG 3 23 70
Boing 737-800 NG 4 17 99
2. Februari 29 36 167
Bombardier CRJ 1000 NG 3 19 68
Boing 737-800 NG 4 16 108
3. Maret 31 36 181
Bombardier CRJ 1000 NG 3 20 73
Boing 737-800 NG 4 21 99
4. April 30 34 176
Bombardier CRJ 1000 NG 3 13 77
Boing 737-800 NG 4 14 110
5. Mey 31 28 189
Bombardier CRJ 1000 NG 3 14 79
Boing 737-800 NG 4 13 107
6. Juni 30 23 187
Bombardier CRJ 1000 NG 3 10 80
Boing 737-800 NG 4 19 105
7. Juli 31 30 187
Bombardier CRJ 1000 NG 3 11 82
Boing 737-800 NG 4 14 110
8. Agustus 31 20 197
Bombardier CRJ 1000 NG 3 6 87
Boing 737-800 NG 4 15 105
9. September 30 25 185
Bombardier CRJ 1000 NG 3 10 80
Boing 737-800 NG 4 13 111
10. Oktober 31 21 196
Bombardier CRJ 1000 NG 3 8 85

Universitas Sumatera Utara


V-14

Tabel 5.3. Frekwensi Narrow Body Aircraft pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Frekensi (Ground Time)


No. Bulan
Jumlah
Type Aircraft
Jumlah/ ≤ 45' > 45'
Hari Hari Jumlah Jumlah
n n
n n
Boing 737-800 NG 4 13 107
11. November 30 26 184
Bombardier CRJ 1000 NG 3 13 77
Boing 737-800 NG 4 13 111
12. Desember 31 25 192
Bombardier CRJ 1000 NG 3 12 81
345 2217
Total 366 Hari
2562 Narrow body aircraft
Sumber: Pengelolahan Data

2. Loss Time (> 45')

Loss Time (> 45') adalah selisih antara waktu Aircraft Ground Time (> 45') dengan banyaknya waktu fekwensi (n)45’

Loss Time (> 45') = Aircraft Ground Time (> 45') - (n) 45’

Berikut adalah Tabel 5.4. yang menjelaskan loss time (>45’) narrow body aircraft PT. Garuda Indonesia pada tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Loss Time (> 45') Narrow Body Aircraft pada Tahun 2016

Frekwensi > Ground Time>


Loss Time (> 45')
Jumlah Jumlah/ 45' 45'
No. Bulan Type Aircraft
Hari Hari Jumlah Jumlah
n (') Jumlah (') (')
n (')
Boing 737-800 NG 4 106 6801 2031
1. Januari 31 176 11033 3113
Bombardier CRJ 1000 NG 3 70 4232 1082
Boing 737-800 NG 4 99 6008 1553
2. Februari 29 167 9885 2370
Bombardier CRJ 1000 NG 3 68 3877 817
Boing 737-800 NG 4 108 6662 1802
3. Maret 31 181 10747 2602
Bombardier CRJ 1000 NG 3 73 4085 800
Boing 737-800 NG 4 99 6134 1679
4. April 30 176 10706 2786
Bombardier CRJ 1000 NG 3 77 4572 1107
Boing 737-800 NG 4 110 7246 2296
5. Mey 31 189 11687 3182
Bombardier CRJ 1000 NG 3 79 4441 886
Boing 737-800 NG 4 107 6965 2150
6. Juni 30 187 11378 2963
Bombardier CRJ 1000 NG 3 80 4413 813
Boing 737-800 NG 4 105 6738 2013
7. Juli 31 187 11301 2886
Bombardier CRJ 1000 NG 3 82 4563 873
Boing 737-800 NG 4 110 7089 2139
8. Agustus 31 197 12051 3186
Bombardier CRJ 1000 NG 3 87 4962 1047
Boing 737-800 NG 4 105 6548 1823
9. September 30 185 11229 2904
Bombardier CRJ 1000 NG 3 80 4681 1081
Boing 737-800 NG 4 111 6689 1694
10. Oktober 31 196 11501 2681
Bombardier CRJ 1000 NG 3 85 4812 987

Universitas Sumatera Utara


V-16

Tabel 5.4. Loss Time (> 45') Narrow Body Aircraft pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Frekwensi > 45' Ground Time> 45' Loss Time (> 45')
Jumlah Jumlah/
No. Bulan Type Aircraft Jumlah Jumlah
Hari Hari n (') Jumlah (') (')
n (')
Boing 737-800 NG 4 107 6665 1850
11. November 30 184 11128 2848
Bombardier CRJ 1000 NG 3 77 4463 998
Boing 737-800 NG 4 111 6739 1744
12. Desember 31 192 11362 2722
Bombardier CRJ 1000 NG 3 81 4623 978
Total 366 Hari 2217 134008 34243
Sumber: Pengelolahan Data

3. Keterlambatan

Keterlambatan adalah selisih antara waktu Aircraft Ground Time dengan banyaknya waktu fekwensi dari seluruh periode

(n) 45’.

Keterlambatan = { Ʃ Aircraft Ground Time } - (n) 45’

Berikut adalah Tabel 5.5. yang menjelaskan keterlambatan narrow body aircraft PT. Garuda Indonesia pada tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5. Keterlambatan Narrow Body Aircraft pada Tahun 2016

Jumlah Jumlah/ Aircraft Ground Time Keterlambatan


No. Bulan Type Aircraft
Hari Hari (') Jumlah (') (') Jumlah (')
Boing 737-800 NG 4 7535 1955
1. Januari 31 12642 2877
Bombardier CRJ 1000 NG 3 5107 922
Boing 737-800 NG 4 6714 1494
2. Februari 29 11380 2245
Bombardier CRJ 1000 NG 3 4666 751
Boing 737-800 NG 4 7296 1716
3. Maret 31 12186 2421
Bombardier CRJ 1000 NG 3 4890 705
Boing 737-800 NG 4 6977 1577
4. April 30 12071 2621
Bombardier CRJ 1000 NG 3 5094 1044
Boing 737-800 NG 4 7815 2235
5. Mey 31 12842 3077
Bombardier CRJ 1000 NG 3 5027 842
Boing 737-800 NG 4 7505 2105
6. Juni 30 12329 2879
Bombardier CRJ 1000 NG 3 4824 774
Boing 737-800 NG 4 7532 1952
7. Juli 31 12550 2785
Bombardier CRJ 1000 NG 3 5018 833
Boing 737-800 NG 4 7693 2113
8. Agustus 31 12909 3144
Bombardier CRJ 1000 NG 3 5216 1031
Boing 737-800 NG 4 7194 1794
9. September 30 12295 2845
Bombardier CRJ 1000 NG 3 5101 1051

Universitas Sumatera Utara


V-18

Tabel 5.5. Keterlambatan Narrow Body Aircraft pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Jumlah Jumlah/ Aircraft Ground Time Keterlambatan


No. Bulan Type Aircraft
Hari Hari (') Jumlah (') (') Jumlah (')
Boing 737-800 NG 4 7254 1674
10. Oktober 31 12404 2639
Bombardier CRJ 1000 NG 3 5150 965
Boing 737-800 NG 4 7229 1829
11. November 30 12219 2769
Bombardier CRJ 1000 NG 3 4990 940
Boing 737-800 NG 4 7299 1719
12. Desember 31 12408 2643
Bombardier CRJ 1000 NG 3 5109 924
Total 366 Hari 148316 32945

Sumber: Pengelolahan Data

Objek penelitian adalah hal-hal yang menjadi objek atau titik perhatian dalam suatu penelitian yaitu pengendalian dan

kualitas waktu operasi ramp activity handling. Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa yang menjadi perhatian penelitian adalah tiga

jenis kecacatan penggunaan parking stand di bandar udara, yakni frekwensi (> 45’), loss time (> 45'), dan keterlambatan.

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah Tabel 5.6. yang menjelaskan kecacatan penggunaan parking stand di bandar udara (ground time frekwensi

(> 45’), loss time (> 45'), dan keterlambatan) pada tahun 2016.

Tabel 5.6. Kecacatan Penggunaan Parking Stand di Bandar Udara (Ground Time Frekwensi (> 45’),

Loss Time (> 45'), dan Keterlambatan) pada Tahun 2016

Aircraft Ground Time


No. Bulan Type Aircraft Frekwensi (> 45') Loss Time (> 45') Keterlambatan
n Jumlah n (') Jumlah (') (') Jumlah (')
Boing 737-800 NG 106 2031 1955
1. Januari 176 3113 2877
Bombardier CRJ 1000 NG 70 1082 922
Boing 737-800 NG 99 1553 1494
2. Februari 167 2370 2245
Bombardier CRJ 1000 NG 68 817 751
Boing 737-800 NG 108 1802 1716
3. Maret 181 2602 2421
Bombardier CRJ 1000 NG 73 800 705
Boing 737-800 NG 99 1679 1577
4. April 176 2786 2621
Bombardier CRJ 1000 NG 77 1107 1044
Boing 737-800 NG 110 2296 2235
5. Mey 189 3182 3077
Bombardier CRJ 1000 NG 79 886 842
Boing 737-800 NG 107 2150 2105
6. Juni 187 2963 2879
Bombardier CRJ 1000 NG 80 813 774

Universitas Sumatera Utara


V-20

Tabel 5.6. Kecacatan Penggunaan Parking Stand di Bandar Udara (Ground Time Frekwensi (> 45’),

Loss Time (> 45'), dan Keterlambatan) pada Tahun 2016

(Lanjutan)

Aircraft Ground Time


No. Bulan Type Aircraft Frekwensi (> 45') Loss Time (> 45') Keterlambatan
n Jumlah n (') Jumlah (') (') Jumlah (')
Boing 737-800 NG 105 2013 1952
7. Juli 187 2886 2785
Bombardier CRJ 1000 NG 82 873 833
Boing 737-800 NG 110 2139 2113
8. Agustus 197 3186 3144
Bombardier CRJ 1000 NG 87 1047 1031
Boing 737-800 NG 105 1823 1794
9. September 185 2904 2845
Bombardier CRJ 1000 NG 80 1081 1051
Boing 737-800 NG 111 1694 1674
10. Oktober 196 2681 2639
Bombardier CRJ 1000 NG 85 987 965
Boing 737-800 NG 107 1850 1829
11. November 184 2848 2769
Bombardier CRJ 1000 NG 77 998 940
Boing 737-800 NG 111 1744 1719
12. Desember 192 2722 2643
Bombardier CRJ 1000 NG 81 978 924
Total 2217 34243 32945

Sumber: Pengelolahan Data

Universitas Sumatera Utara


5.2. Pengolahan Data

Dari data yang diperoleh selanjutnya lakukan pengolahan data sesuai

prinsip-prinsip metode yang terdapat dalam Six Sigma.

5.2.1. Metode Six-Sigma

Six Sigma adalah metode yang bertujuan untuk melakukan upaya terus

menerus agar meningkatkan kapabilitas proses dalam menghasilkan (zero defects)

dan memberikan nilai kepada pelanggan (customer value)

5.2.1.1. Define

Pada tahap ini dilakukan pendefinisian atau penjelasan proses yang akan

diukur kualitasnya dengan membuat urutan-urutan prosesnya. Pada bidang

operasional, sasaran tersebut dapat berupa penurunan tingkat kecacatan dan biaya

operasional serta peningkatan output berupa penambahan nilai kepada pelanggan

(customer value).

1. Cetak Biru Jasa

Pada tahap awal ini dilakukan pendefinisian proses dengan mengunakan

Cetak Biru Jasa. Cetak Biru Jasa berfungsi untuk menjelasakan

bagaimana pelaksanaan pelayanan operasi ramp activity handling

dilingkungan yang sangat dinamis di airside bandar udara.

Universitas Sumatera Utara


V-22

Beriku adalah lampiran Gambar 5.1. Cetak Biru Jasa Ramp Activity Handling (Narrow Body Aircraft) PT Gapura Angkasa

di bandar Udara Internasional Kualanamu.


Cargo/ bagasi penumpang, penumpang
dokumen penerbangan untuk barang/ cargo dari
keberangkatan, ruang tunggu keberangkatan, Cargo Bisnis Claim
perusahaan ekspedisi
Baggage Cart, Baggage Towing Tractor

Dokumen slot time bandar udara, informasi Make up area, baggage claim conveyor belt,
SAP Bandar Udara, Kamera Pengawas ATC Radio, ATK SAP Bandar Udara, Kamera Pengawas
parking stand Kamera Pengawas

dokumen penumpang penerbangan, dokumen


Cargo bisnis, dokumen penerbangan cargo Make up area, baggage claim conveyor belt, Company Radio Chanel, ATK,
pendukung, daftar permintaan/ kebutuhan Company Radio Chanel, ATK ATC Radio, dokumen Ground Time
bisnis, dokumen pendukung Cargo/ Bagasi penumpang yang datang dokumen Ground Time
penumpang

Dokumen salot time bandar udara, cargo bisnis, Radio Campany Canel, perhitungan terhadap
ATK, APD, Handy Talky, GSE, GPU, Cargo make up area, baggage claim conveyor belt,
dokumen penerbangan cargo bisnis, dokumen ramp area, document control, flight document, ATK, APD, Handy Talky Flight Document lengkap (harus sudah lengkap)
bisnis/ Bagasi penumpang, Baggage cart Cargo/ Bagasi penumpang yang datang
pendukung peberbangan load contro, kebutuhan penerbangan selanjutnya

BUKTI FISIK Hydrant Dispenser, Pertamina pipe line

Aviobridge, Cargo/ bagasi penumpang, baggage Catring Services car, Makanan dan minuman,
APD, Marseler Tools, Parking Stand compartment dan fuel tank pesawat membuka Push Back Car, Towing Bar PT Gapura Angkasa Ground Time Document
cart Kebutuhan kamar mandi

ATK, Papan jalan, dokumen Loading Master,


ATK, Jam/ Jam tangan, Ramp Handling APD, Headphone, bantalan pada roda pesawat, Peralatan dan pelayanan pendukung yang telah Air bersih, Water Services Car, Lavatory Aviobridge tidak menempel lagi dengan pintu
ATC Radio Dokumen Slot Time bandar udara baggage conveyor belt, Cargo/ Bagasi Peralatan kebersihan Cabin Pesawat Gate Open compartment dan fuel tank pesawat menutup bantalan pada roda pesawat dicabut ATC Radio ATC Radio
Document, Papan Jalan, APD, Handy Talky tagihan Services Handling diminta penumpang Services Car, pesawat
penumpang yang datang

Cargo Bisnis, dokumen Cargo Bisnis, dokumen


karantina dari kementrian yang terkait

Dokumen Slot Time bandar udara, dokumen Apron, Parking Stand, Aircraft Arrival, Black Apron, Ramp Handling Document, Flight Make up Area (Banggage Claim Area), cargo/
Aircraft Radio Contact Landasan Udara (Air Field) Taxy-away Terminal Cargo, Cargo Bisnis Claim Flight Document di tanda tangani Black Box On Aircraft Radio Contact Landasan Udara (Air Field) Air Radio Contact Taxi-away
pemesanan penerbangan, tiket penerbangan Box Off Document bagasi penumpang, Baggage Conveyor Belt

TINDAKAN PELANGGAN

- PT Garuda Indonesia (Persero), 30 menit


- PT Garuda Indonesia (Persero), Menerima - Pesawat di Apron, Pilot meminta izin Taxi-
sebelum pesawat mendarat (landing) pilot - Pesawat di Apron, pilot melakukan - Pilot breifing dengan Ramp Dispatcher/
slot time bandar udara dan: - Pilot memerintahkan Cabin Crew untuk in
melaporkan perkembangan penerbangan. - Pesawat mendarat (touch down) di - Pesawat di Taxy-away, pilot melakukan manuver darat, dan Block on. - Pesawat parkir di Parking Stand, pilot PT GMF Aeroasia tentang kondisi seluruh - Pilot bertemu kembali dengan FOO untuk - Take-off sukses
1. Penumpang yang berkebutuhan khusus menginformasikan kepada penumpang - Pilot mematikan EPU dan menghidupkan - Pilot memerintahkan Pramugari agar - Pesawat di Taxi-away, pilot meminta izin - Pesawat di landasan pacu bandar udara,
- Pilot akan memberitahukan kebutuahan landasan, pilot melakukan manuver darat, manuver darat, dan minta izin untuk Pilot mematikan mesin pesawat dan memberi instruksi kepada Pramugari untuk keadaan pesawat. menanda tangani Flight Document yang - Pilot melaporkan perkembangan
2. Penumpang VVIP bahwa pesawat yang mereka tumpangai mesin pesawat penumpang menggunkan sabuk pengaman memasuki landasan pacu bandar udara pilot meminta izin untuk Take-off
yang diperlukan penumpang (penumpang dan meminta izin untuk Taxi-in. Apron-in menggantinya dengan EPU agar kondisi membuka pintu cabin pesawat. - Pilot breifing dengan Ramp Dispatcher/ disaksikan oleh Ramp Dispatcher penerbangan.
3. Penumpang VIP akan segera mendarat. - Pilot memerintahkan mencabut Towing
yang berkebutuhan khusus, VIP, dan cabin pesawat ideal. FOO tentang manifestasi penerbangan dan
Penumpang Bisnis dan Ekonomi Bar dari ban pesawat
VVIP) dan minta izin pendaratan. gambaran/ tantangan penerbangan
selanjutnya.

- Pramugari membuka pintu cabin pesawat. - Pramugari menyambut kedatangan


- PT Garuda Indonesia (Persero) - Perusahaan Regurate Angent mengirim - Penumpang keluar dari cabin pesawat satu penumpang. - Pramugari menutup pintu cabin pesawat
persatu dengan urutan: - Perusahaan Ekspedisi berada di Carco - Penumpang masuk ke cabin pesawat satu dari dalam.
Pilot, Cabin Crew, Cargo/ Perusahaan Ekspedisi, cargo bisnisnya ke PT Gapura Angkasa - Seluruh penumpang sudah turun dari - Penumpang berada di Banggage Claim
Terminal Area untuk mengambil Cargo
- Seluruh penumpang sudah berada didalam
- Pramugari memberikan instruksi rekayasa
dan meminta pengiriman melalui 1. Penumpang yang berkebutuhan khusus pesawat turun Area untuk mengambil bagasi/ cargo persatu dengan urutan: pesawat
Bagasi, dan Penumpang pesawat. 2. Penumpang VVIP Binsnis 1. Penumpang yang berkebutuhan khusus keselamatan penerbagan kepada
penerbagan cargo bisnis.
- Perusahaan Regulate Angent 3. Penumpang VIP 2. Penumpang Ekonimi penumpang
4. Penumpang kelas bisnis 3. Penumpang bisnis
5. Penumpang kelas ekonomi 4. Penumpang VIP
5. Penumpang VVIP

- Manager Crew breifing dengan Ramp


Dispatcher/ PT Aerofood ACS, Operator
Kebersihan tentang kondisi seluruh
ruangan pesawat.

ONSTAGE CONTACT

- PT GMF Aeroasia, memberikan bantalan - PT Gapura Angkasa, Loading Master


- Menerima/ memberikan pelayanan bagasi/ - PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher
- Perum AirNav Indonesia memberikan izin pada roda pesawat dan memperbaiki/ mengoperasikan baggage conveyor belt - PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher - PT Gapura Angkasa, Mengoperasikan - Perum AirNav Indonesia mencatat Ground
- Perum AirNav Indonesia memberikan izin, penumpang khusus kepada: - PT Gapura Angkasa mengoperasikan memberikan instruski boarding gate
- Perum AirNav Indonesia mengawasi - Ramp Dishacher, mencatat waktu mengecek keseluruhan kondisi pesawat. untuk membongkar isi compartment. mendatangi manager crew - PT GMF Aeroasia, menutup seluruh aviobridge menariknya sebagai pintu Time pesawat.
selanjutnya memberikan informasi lokasi 1. Penumpang yang berkebutuhan khusus water services car untuk menyedot air dan kepada PAX and Baggage Handling, - Perum AirNav Indonesia memberikan izin
seluruh kegiatan dan lamanya waktu kedatangan Setelah selesai, PT GMF Aeroasia Isi compartment dipindahkan ke Baggage - PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher compartment dan fuel tank pesawat penyebrangan antara pesawat udara dengan - Perum AirNav Indonesia melakukan
parking stand dan slot time bandar udara 2. Penumpang VVIP menggantinya dengan air yang baru penumpang sudah diperbolehkan
kegiatan di Airside bandar udara menyerahkan tagihan kepada FOO sebagai Cart/ Cargo Terminal mendatangi Pilot bangunan bandar udara. konfirmasi take-off
3. Penumpang VIP memasuki pesawat
Flight Document - AVSEC PT Gapura Angkasa, megeledah
dan mengamankan operator Loading
Dibantu oleh: Master sebelum/ sesudah bertugas.
Polisi, TNI, dan Avsec

- PT Gapura Angkasa membersihkan/ - PT GMF Aeroasia, diinstruksikan oleh - PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher
- PT Gapura Angkasa mengoperasikan menata ulang cabin pesawat dan seuruh Ramp Dispatcer untuk memcabut bantalan mencatat Ground Time pesawat.
lavatory services car untuk menyedot ruangan komesil - PT GMF Aeroasia, Bersiap menunggu pada roda pesawat. - Ground Time diserahkan kepada
lavatory tank dan membuangnya ke - AVSEC PT Gapura Angkasa, Megeledah instrusksi ramp dispatcher PT GMF Aeroasia memandu pilot untuk Department Quality Control
- PT Gapura Angkasa, Mengoperasikan
pembuang/ pengelolahan limbah dan mengamankan operator cleaner manuver darat, meninggalkan Parking - Ground Time diserahkan kepada Perum
- PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher aviobridge agar penumpang dapat keluar
sebelum/ sesudah bertugas. Stand untuk dapat Taxi-in AirNav Indonesia
dengan aman dari pesawat. - PT GMF Aeroasia, membuka seluruh
- PT Gapura Angkasa sudah berada di Ramp Active Area, bersiap
- AVSEC mengamankan penumpang di compartment dan fuel tank pesawat
memberikan istruksi.
- PT GMF Aeroasia lokasi aviobridge
- PT Aerofood ACS - Karyawan/ operator telah siap sedia
memberikan pelayanan khusus kepada:
- PT Pertamina Aviation 1. Penumpang yang berkebutuhan khusus
- PT Angkasa Pura II (AMC dan 2. Penumpang VVIP
Avsec) 3. Penumpang VIP

- PT Aerofood ACS, diinstrusksi oleh ramp


- Cargo/ bagasi penumpang sudah tersusun - PT Pertamina Aviation, diinstruksikan
- PT Gapura Angkasa, Marsheler dispathcher untuk mengisi bahan makanan
rapi di baggage cart, mereka berada di untuk mengisi bahan bakar pesawat. - PT Gapura Angkasa mengoperasikan
memberikan aba-aba/ panduan agar tidak dan keperluan lainnya. - Ramp Dispatcher bertemu kembali dengan - PT Gapura Angkasa, Operator Push Back
ramp area. Setelah selesai PT Pertamina Aviation baggage conveyor belt untuk muat kembali
terjadi kekeliruan instruksi dimana lokasi Setelah selesai, PT Aerofood ACS pilot Car mendorong mundur pesawat
- Loading master bertugas memasukkan menyerahkan tagihan kepada FOO sebagai compartment
parking stand. menyerahkan tagihan kepada FOO sebagai
mereka kedalam commpartment pesawat Flight Document.
Flight Document.

- PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher


- PT Aerofood ACS, Bersiap menunggu memberikan instrusi kepada operator Push
instrusksi ramp dispatcher Back Car untuk memesang Towing Bar
pada roda depan pesawat

TINDAKAN
PETUGAS
BACKSTAGE CONTACT
- PT Gapura Angkasa, Para staf dan operator
- PT Gapura Angkasa, Para staf dan operator mempersiapkan kebutuhan yang diminta
menerima salot time bandar udara/ cargo oleh pilot saat pendaratan. - FOO Bersiap menunggu instrusksi ramp
- Ramp Dishacher mengkoordinir kebutuhan
bisnis dan mempersiapkan penerbangan Para staf (FOO dan Load Cotroler) dan dispatcher
Ramp Handling
sipil baik untuk cargo bisnis/ penumpang operator mempersiapkan dukumen dan FOO melengkapi Flight Document
komersil memperhitungkan (ramp area, document
control, flight document, load control)
kebutuhan penerbangan selanjutnya.

- Otoritas Bandar Udara (Dirjen


Perhubungan Udara RI) - PT GMF Aeroasia, Bersiap menunggu
- PT Gapura Angkasa instrusksi ramp dispatcher
- PT Angkasa Pura II (AMC dan
Avsec, Pemadan Kebakaran)
- Perusahaan Regulare Angent
- Polisi dan TNI
- Imirasi, Kementrian Hukum dan - PT. Gapura Angkasa, Cargo Handling
Ham mengirim cargo bisnis ke lokasi parking
- Balai Karantina (hewan, stand/ ramp area dengan baggage car/
baggage towing tractor dan baggage cart
tumuhan, makanan),
Kementerian Pertanian
- Karantina manusia dan penyakit,
Kementrian Kesehatan RI
- PT. Gapura Angkasa, Pax and Baggage
- Bea Cukai, Kementrian Handling mengirim
Keuangan RI cargo, barang bawaan/ bagasi penumpang
ke lokasi parking stand/ ramp area dengan
baggage car/ baggage towing tractor dan
baggage cart

- Baggage Cart dikirim menuju make-up


area/ Carco Terminal dengan Baggage
Car/ Baggage Towing Tractor, agar
- PT Pertamina Aviation, Bersiap/ penumpang/ perusahaan ekspedisi dapat
menunggu instrusksi Ramp Dispatcher melakukan Baggage Calim/ Cargo Claim

PROSES PENDUKUNG
- PT. Gapura Angkasa melakukan
koordinasi untuk pelayanan bagasi/ - Bagasi/ Penumpang Khusus terlayani - Baggage Cart di make-up area untuk - PT Angkasa Pura II, AMC mencatat
- PT. Gapura Angkasa, Cargo handling
penumpang khusus kepada: - PT Angkasa Pura II, AMC mencatat waktu 1. Penumpang yang berkebutuhan khusus dipindahkan ke Baggage Conveyor Belt, Ground Time pesawat.
mengecek keamanan/keselamatan dan
1. Penumpang yang berkebutuhan khusus kedatangan 2. Penumpang VVIP agar penumpang dapat melakukan - Ground Time diserahkan kepada Perum
dokumen penerbangan dari cargo bisnis
2. Penumpang VVIP 3. Penumpang VIP Baggage Claim. AirNav Indonesia
3. Penumpang VIP

- PT Angkasa Pura II, Mengelola dan


- PT Angkasa Pura II, AVSEC mengawasi - PT Angkasa Pura II, memberikan
membagikan slot time bandar udara kepada - PT Angkasa Pura II, Memantau pergerakan - Perum AirNav Indonesia, mencatat waktu
dan mengamankan cargo/ penumpang pelayanan Baggage Claim kepada
pihak maskapai serta memberikan pesawat sesuai informasi parking stand kedatangan
yang keluar. penumpang
informasi parking stand yang layak.

- PT. Gapura Angkasa, Pax and Baggage


- Perusahaan Regurate Angent Handling: - Baggage Cart di Cargo Terminal agar
mempersiapkan, mengecek, kelayaan dan Cargo, barang bawaan/ bagasi perusahaan ekspedisi dapat melakukan
keamanan, dan dokumen penerbangan penumpang keberangkatan diamankan Cargo Claim
untuk barang/ cargo dari perusahaan oleh operator.
ekspedisi

- Perum AirNav Indonesia, memberikan


- PT. Gapura Angkasa, Pax and Baggage pandaun lalu lintas udara.
Handling: - Perum AirNav Indonesia, mengkonfirmasi
Penumpang kenerangkatan diinstruksikan Ground Time Pesawat
- Perusahaan Regulate Angent untuk menunggu di ruang tunggu
terminal keberangkatan.

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


- PT Angkasa Pura II, AVSEC mengawasi
dan mengamankan penumpang yang
datang/ pergi. F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
CETAK BIRU JASA
Pengawasan dan Pengaman oleh: RAMP ACTIVITY HANDLING (NARROW BODY AIRCRAFT)
- Otoritas Bandar Udara (Kementrian PT GAPURA ANGKASA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL KUALANAMU, DELI SERDANG
Perhubungan Udara RI)
- Polisi dan TNI
SKALA NAMA TANGGAL TANDA TANGAN
- Imirasi, Kementrian Hukum dan Ham
- Balai Karantina (hewan, tumuhan dan DIGAMBAR RINTA R. CHAIDIR 110403069 20-12-2017
makanan), Kementerian Pertanian
- Karantina Manusia dan Penyakit, DIPERIKSA Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT
Kementrian Kesehatan RI
- Bea Cukai, Kementrian Keuangan RI DISETUJUI Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT

Sumber: Pengelolahan Data

Gambar 5.1. Cetak Biru Jasa Ramp Activity Handling (Narrow Body Aircraft)

PT Gapura Angkasa Medan di Bandar Udara Internasional Kualanamu

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB VI

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Pengendalian Kualitas dengan Six-Sigma

Penelitian ini menggunakan metode Six Sigma yang disertai dengan 5

(lima) langkah yang disebut sebagai DMAIC yaitu Define, Measure, Analyze,

Improve, dan Control.

Adapun analisis beserta pembahasan yang didapat dari penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Dilakukan penentuan Critical to Quality dari pada ramp activity

handling untuk mengurangi ground time. Jenis dari kecacatan yang

terjadi pada proses ramp activity handling adalah :

- Ground Time Frekwensi (> 45’)

Ground time frekwensi (> 45’) adalah banyaknya jumlah pesawat

dengan lama waktu parking stand lebih dari 45 menit. Ini disebabkan

oleh banyak hal/ kegiatan yang terjadi di ramp area sangat kompleks,

dari keseluruhan satu silklus ramp handling.

- Loss Time (> 45')

Loss Time (> 45') adalah selisih antara waktu Aircraft Ground Time (>

45') dengan banyaknya waktu fekwensi n45’. Penuruann loss time

penting untuk capai karena berhubungan kemampuan perusahan dalam

melakukan pelayanan di siklus ground time selanjunya. Hal ini juga

VI-1
Universitas Sumatera Utara
VI-2

penting untuk mengurangi potensi bahaya di apron yang dapat berakibat

kecelakaan kerja.

- Keterlambatan

Keterlambatan adalah selisih antara waktu Aircraft Ground Time dengan

banyaknya waktu fekwensi dari seluruh periode (n)45’. Keterlambatan

merupakan hal yang paling penting untuk diperhitungkan dalam

pelayanan hal ini dapat merugikan semua pihak tanpa terkecuali.

Purunan keterlambatan dapat menurukan biaya operasional, menambah

nilai pelayanan dan peningkatan kepercayaan dari penumpang

penerbagan.

2. Dari perhitungan peta kontrol yang dilakukan, didapatkanlah hasil yang

menunjukkan bahwa dalam proses pelayanan nilai ground time diluar

batas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan peningkatan

kemampuan perusahaan dalam pelayanan ramp activity handling dan

selanjutnya memperoleh on time performance.

6.2. Pembahasan Perbaikan Kesinambungan dengan Metode Kaizen

Five Step Plan

Penerapkan metode Kizen ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pelayanan yang dibuat oleh perusahaan secara signifikan, oleh karena itu

diperlukan kerjasama dalam penerapan metode ini.

Universitas Sumatera Utara


VI-3

Adapun langkah perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan

melakukan metode kaizen five step plan yaitu meliputi:

1. Seiri (Pemilahan)

Dalam hal ini semua barang dan bahan-bahan yang berantakan dan telah

bercampur aduk, sehingga pekerja tidak mengetahui mana barang-

barang yang penting dan mana yang sudak tidak layak pakai.

Pelaksanaan pemilahan yaitu :

- Memisahkan barang-barang yang diperlukan dengan yang tidak

diperlukan.

- Memisahkan dan mengelompokkan barang sesuai dengan

kepentingannya.

- Barang-barang yang diperlukan sebaiknya disimpan sesuai dengan

tempatnya dan barang yang sudah tidak diperlukan sebaiknya

dibuang saja.

Contoh barang yang tidak diperlukan antara lain :

- Mesin atau alat-alat yang sudah rusak.

- Mesin atau alat-alat yang sudah tidak sesuai dengan pekerjaan yang

dilakukan.

- Alat-alat ataupun bahan-bahan yang tidak ada hubungannya dengan

pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


VI-4

2. Seiton (Penataan)

Pada kondisi ini, hal yang terjadi adalah semua barang-barang ataupun

bahan-bahan pengerjaan ditumpuk disembarang tempat dan tidak tertata

rapi.

Tindakan-tindakan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu :

- Menyiapkan tempat beserta fasilitasnya.

- Barang-barang yang penting diberi label dan kemudian disusun pada

tempat yang telah ditentukan.

- Barang dan bahan yang telah tersusun, diatur sesuai dengan jenis dan

fungsinya.

- Melakukan inspeksi berkala pada kondisi kerapian ini agar selalu

terjaga.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengerjaan kegiatan ini

adalah :

- Peta peletakan barang.

- Tanda pengenal barang

- Tanda batas

- Persiapan tempat

- Pengelompokan barang

Universitas Sumatera Utara


VI-5

3. Seiso (Kebersihan)

Pada kegiatan ini yang terjadi pada kondisi ruangang kerja adalah

sampah ataupu debu sisa pengerjaan masih ada selama aktivitas kerja,

hal tersebut dibiarkan begitu saja, misalnya oli-oli bekas masih

menempel pada mesin ataupun pada peralatan kerja, dan ruangan kerja

hanya dibersihkan seadanya saja.

Kegiatan pembersihan ini dapat dilakukan dengan cara:

- Membuang dan membersihkan semua sampah, debu dan kotoran

yang menempel pada peralatan, mesin dan tempat kerja yang telah

disediakan

- Menemukenali sumber kotoran dan debu, kemudian melakukan

tindakan pencegahan timbulnya kembali kotoran ataupun debu

tersebut.

- Membiasakan diri menyediakan waktu untuk melakukan kebersihkan

dan perawatan mesin, peralatan dan tempat kerja.

- Menyediakan alat ataupun fasilitas yang memadai untuk

membersihkan kotoran ataupun debu-debu halus.

- Membuat jadwal kebersihan dan orang-orang khusus yang

bertanggung jawab dalam hal tersebut.

Universitas Sumatera Utara


VI-6

4. Seiketsu (Pemantapan)

Dalam hal pemantapan ini, akan terdapat standarisasi dari pemilahan,

penataan, dan kebersihan.

Tindakan-tindakan dalam pelaksanaan pemantapan adalah :

- Memberikan tanda daerah berbahaya

- Membuat tanda ataupun label setiap stasiusn kerja.

- Membuat Petunjuk SOP pada setiap stasiun kerja.

- Membuat petunjuk arah.

- Membuat tanda-tanda peringatan.

- Menyiapkan alat-alat pengamanan.

- Membuat petunjuk ataupun SOP pada saat terjadi kebakaran.

- Membuat daftar tanggung jawab bagi setiap karyawan.

- Membuat peraturan kedisplinan pada setiap karyawan.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam hal menuju

pemantapan adalah sebagai beriku :

- Pemeriksaan.

- Kegiatan menindak lanjuti

- Melakukan pemantauan berkala

- Penetapan kondisi tidak wajar

- Penentuan kualitas kendali

Universitas Sumatera Utara


VI-7

5. Shitsuke (Pembiasaan)

Hal yang ingin didapatkan dalam kegiatan pembiasaan ini adalah

pembentukan sikap mandiri, sistem pengakuan terhadap kerja yang telah

berhasil melaksanakan 4S dengan baik.

Adapun beberapa hal yang dapat membantu dapat terlaksananya

pembiasaan ini adalah :

- Menyediakan waktu untuk latihan.

- Menyediakan waktu untuk melakukan brieffing secara rutin.

- Membiasakan diri untuk menggunakan peralatan pengaman.

- Melaksanakan kegiatan secara bersama-sama.

- Melakukan simulasi keadaan gawat darurat.

- Menetapkan tanggung jawab secara individual.

- Melakukan evaluasi secara berkala.

Adapun faktor-faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan

pembiasaan ini adalah :

- Teladan dari atasan.

- Hubungan karyawan

- Mempunyai kesadaran bahwa ini merupakan kesempatan belajar

karyawan.

- Merupakan target dari setiap individu yang bekerja pada perusahaan

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


VI-8

Konsep Kaizen merupakan metode yang harus dilaksanakan pada suatu

perusahaan dan sangat bermanfaat bagi perusahaan, hal ini dikarenakan metode

ini merupakan metode continious inprovement. Metode ini akan sangat

berpengaruh terhadap watak para pekerja dan juga hasil yang berorinetasi proses

dimana pekerja akan semakin bijaksana dalam hal tanggung jawab terhadap

perusahaan sehingga menghasilkan hal lebih berkualitas, dan produktivitas akan

meningkat. Hal ini dapat terjadi apabila seluruh pihak yang terlibat dalam

perusahaan tersebut menajalankan dengan sebagaiman baiknya.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Dari penentuan critical to quality didapatkan hasil bahwa dalam proses

pelayanan ramp activity handling terdapat 3 jenis kecacatan yaitu

Ground Time Frekwensi (> 45’), Loss Time (> 45'), dan Keterlambatan.

Ketiga hal tersebut merupakan hal yang saling terkait dalam pemecahan

permaslahan. Tahapan pertama dalam perbaikan adalah dengan

menurunkan keterlambatan, selanjutnya Loss Time (> 45'), dan Ground

Time Frekwensi (> 45’).

2. Pada peta kontrol menunjukkan bahwa ground time ramp activity

handling masih banyak berada diluar kendali. Dalam hal ini perusahaan

harus mampu menerapkan prinsip zero defect, hal yang dapat dilakukan

adalah dengan cara melakukan mengurangi critical to quality dan

melakukan kerjasama terhadap peningkatkan sistem quality control

ramp activity handling.

3. Pada tahap analize dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner semi terbuka. Dalam keuseioner semi terbuka tersebut faktor

utama diturunkan untuk memperoleh turunan faktor utama yang

selanjutnya diterjemahkan kedalam diagram pareto. Turunan faktor

VII-1
Universitas Sumatera Utara
VII-2

utama yang paling banyak mempengaruhi adalah gerakan yang tidak

ergonomis dan termasuk didalam faktor metode kerja. Tetapi dalam

proses perbaikan turunan faktor utama dipengaruhi oleh penilaian dari

kusioner semi terbuka. Sehingga kebisingan merupakan faktor turunan

utama lingkungan kerja yang paling banyak mempengaruhi lamanya

ground time. Secara umum faktor utama yang paling banyak

mempengaruhi adalah faktor material.

4. Penggunaan Metode Kaizen 5S dapat membantu perusahaan untuk

mencapai prinsip zero defect, metode ini mempunyai langkah-langkah

yaitu :

- Seiri (Pemilahan)

Masalah yang terjadi adalah barang-barang dan bahan-bahan berantakan

sehingga pekerja sulit mengetahui mana barang-barang dan bahan-bahan

yang penting, sehingga perlu dilakukan pemilahan seperti memisahkan

barang-barang dan bahan-bahan yang masih layak pakai dan meletakkan

pada tempat yang telah ditentukan.

- Seiton (Penataan)

Masalah yang terjadi adalah barang-barang ditumpuk pada sembarang

tempat sehingga tidak rapi, sehingga perlu dilakukan penataan ruangan

dengan mengatur letak barang-barang yang akan dipakai ataupun yang

barang yang tidak layak untuk dipakai lagi dan selalu melakukan

inspeksi terhadap kondisi kerapian ruang.

Universitas Sumatera Utara


VII-3

- Seiso (Kebersihan)

Masalah yang terjadi adalah kondisi ruang kerja masih menumpuk

sampah dan debu-debu sisa pengerjaan dan terdapat oli-oli bekas yang

masih menempel pada mesin kerja, hal yang perlu dilakukan adalah

seperti memberikan arahan kepada setiap pekerja untuk melakukan

kebersihan secara rutin dan menyediakan alat-alat yang mendukung

untuk melakukan tindakan kebersihan.

- Seiketsu (Pemantapan)

Kegiatan untuk mendukung langkah-langkah kaizen adalah pemantapan

yaitu berupa pemberian standarisasi dari setiap langkah 3S, seperti

pemberian SOP pada setiap stasiun kerja, membuat tanda-tanda

peringatan serta membuat peratura kedisplinan terhadap pekerja.

- Shitsuke (Pembiasaan)

Pada langkah ini yang ingin didapatkan adalah membentuk sikap

mandiri karyawan terhadap tugas yang diberikan serta membuat sistem

pengakuan terhadap pekerja yang telah berhasil melaksanakan 4S

dengan baik.

5. Apabila pelaksanaan perbaiakan dilakukan dengan baik maka harapan

akan diperoleh nilai perbaikan.

Berikut Table 7.1. potensi perbaiaknan ground time ramp activity

handling narrow body aircraft (Boing 737-800 NG/ Series) PT Garuda

Indonesia (Persero).

Universitas Sumatera Utara


VII-4

Table 7.1. Potensi Perbaikan Ground Time

Ramp Activity Handling Narrow Body Aircraft

(Boing 737-800 NG/ Series) PT Garuda Indonesia (Persero)

Rata-rata Penurunan Waktu (Harian)/ Menit 31,87

Nilai Sebelum Sesudah


Max/ BKA 92,00 60,13
Min 45,00
Range 47,00 15,13
Efisiensi 48,91% 74,84%
Potensi Peningkatan Perbaiakan 34,64%

Rata-rata Penurunan Waktu (Mingguan)/ Menit 11,73

Nilai Sebelum Sesudah


Max/ BKA 71,86 60,13
Min 51,14
Range 20,71 8,99
Efisiensi 71,17% 85,06%
Potensi Peningkatan Perbaiakan 16,32%

Rata-rata Penurunan Waktu (Tahunan)/ Menit 5,51

Nilai Sebelum Sesudah


BKA 65,63 60,13
Xbar 61,46 58,22
BKB 57,28 55,92
Range 8,35 4,21
Efisiensi 87,27% 93,00%
Potensi Peningkatan Perbaiakan 6,32%

Sumber: Pengelolahan Data

Universitas Sumatera Utara


VII-5

Berikut Table 7.2. potensi perbaikan ground time ramp activity handling

narrow body aircraft (Bombardier CRJ-1000 NG/ Series) PT Garuda

Indonesia (Persero).

Table 7.2. Potensi Perbaiaknan Ground Time

Ramp Activity Handling Narrow Body Aircraft

(Bombardier CRJ-1000 NG/ Series) PT Garuda Indonesia (Persero)

Rata-rata Penurunan Waktu (Harian)/ Menit 26,64

Nilai Sebelum Sesudah


Max/ BKA 83,00 56,36
Min 45,00
Range 38,00 11,36
Efisiensi 54,22% 79,84%
Potensi Peningkatan Perbaiakan 32,10%

Rata-rata Penurunan Waktu (Mingguan)/ Menit 12,21

Nilai Sebelum Sesudah


Max/ BKA 71,86 60,13
Min 51,14
Range 20,71 8,99
Efisiensi 71,17% 85,06%
Potensi Peningkatan Perbaiakan 16,32%

Rata-rata Penurunan Waktu (Tahunan)/ Menit 2,93

Nilai Sebelum Sesudah


BKA 59,29 56,36
Xbar 54,55 52,73
BKB 49,81 49,09
Range 9,48 7,26
Efisiensi 84,01% 87,11%
Potensi Peningkatan Perbaiakan 3,73%

Sumber: Pengelolahan Data

Universitas Sumatera Utara


VII-6

7.2. Saran.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan

adalah:

1. Diperlukannya ketelitian yang cukup tinggi dalam mengelompokkan

jenis kecacatan dan pengumpulan data kecacatan yang terjadi pada

ground time ramp activity handling sehingga data yang diperoleh akurat

digunakan dalam pengolahan data.

2. Dari hasil perolehan maka perencanaan perbaikan sebaiknya dimulai dari

pengembangan sumber daya manusia yang dapat dilakukan dengan cara

yakni:

- Mendefiniskan tugas yang diberikan.

Pada bagian ini perusahaan harus dapat dengan jelas dalam memberikan

tugas dan tanggung jawab pekerja sehingga pekerja dapat mengetahui

dengan jelas posisi dan tugas mereka dengan baik.

- Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja.

Pelatihan yang dilakukan sebaiknya bersifat kontinu dimana terdapat

evaluasi akan apa yang dilakukan dan akan yang dilakukan untuk

selanjutnya sehingga dapat dilihat perkembangan dari pelatihan.

- Adanya pengendalian dan evaluasi.

Adanya penilaian terhadap performasi kinerja dan pemberian reward

bagi para pekerja dapat memotivasi pekerja untuk menjadi lebih baik

lagi

Universitas Sumatera Utara


VII-7

3. Iklim (panas/ hujan) dan kebisingan merupakan hal yang sangat perlu

diperhatikan, nilai sebesar 16 dari 1 sampai 20 skala penilaian. Dari

diagram pareto ini merupakan turunan faktor utama yang sering

dikeluhkan oleh pekerja. Terkhusus untuk suhu lingkungan yang panas,

mungkin dikarenkan lokasi apron di wilayah terbuka dari bandar udara

dan terletak diwilayah katulistiwa dari bumi. Oleh sebab itu fluktuasi

suhu di apron area dan di make-up area harus di perhatikan oleh pihak

terkait karena berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja di

bandar udara.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Tjiptono, Ph.D Fandi dan Gregorius Chandra. Service, Quality & Satisfaction. Edisi

3. 2011. Yogyakarta: Penerbit Andi.

McDermott, Robin E. dkk. The Basic of FMEA. 2sd Edition. 2009. New York: Taylor

& Francis Group.

George, Michael L. Lean Six Sigma for Service How to Use Lean Speed and Six

Sigma Quality to Improve Services and Transaction. 2003. Amerika Serikat:

McGraw-Hill.

Gaspersz, Vincent. dkk. The Executive Guide to Implementing Lean Six Sigma

Strategi Dramatis Reduksi Cacat/ Kesalahan, Biaya, Inventori, dan Lead

Time dalam Waktu Kurang dari 6 Bulan. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Sinulingga, Sukaria. Metode Penelitian. Edisi 3. 2015. Medan: USU Press.

_______________. Rekayasa Produktivitas. 2014. Medan: USU Press.

Besterfield, Dale. H. Quality Control, Fifth Edition. 1998. United States Of America:

Preatice Hall Inc.

Salvendy, Gavriel. Handbook of Industrial Engineering: Technology and Operations

Management, Third Edition. 2008. Canada: Jhon Wiley & Sons Inc.

Universitas Sumatera Utara


Nasution, Arman H. Manajemen Industri. 2006. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sumanth, D.J. Productivity Engineering and Management. 1984. United States Of

America: McGraw Hill Book Company.

International Air Transport Association. IATA Ground Operation Manual (IGOM)

Suplement to Airport Handling Manual 2sd Edition. 2013. Montreal-

Geneva.

The Convention on International Civil Aviation. Annexes 1 to 18. 2008. New York.

United Nation.

PT Angkas Pura II (Persero). Standard Operating Procedures Apron Movement

Control. 2017. Deli Serdang: Bandar Udara Internasional Kualanamu.

PT Garuda Indonesia (Persero). Garuda Indoneisa Ground Operation Manual

(GOM). 2016. Jakarta: Bandar Udara Internasional Sukarno-Hatta.

PT Gapura Angkasa. Ground Operation Manual (GOM). 2016. Jakarta: Kota Baru

Bandar Kemayoran.

Ginting, Rosnani. Sistem Produksi. 2007. Yogyakarta: PT Graha Ilmu.

Hidayat Anang. Strategi Six Sigma “Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja”.

2006. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Bateh, Justin dan Jim Farah. Reducing Call Center Wait Times Trough Six Sigma.

The Journal of Business Inquiry. Volume 17, Issu XX-XX. 2017.

Universitas Sumatera Utara


Dewiyani, Loela dan Umi Marfuah. 2017. Improving the Quality of Costomers

Services System At Shariah Bank Using SERVQUAL and Six Sigma

Methods. Jakarta, Departemen Teknik Industri, Universitas Muhamadiah

Jakarta.

Studic, Milena. 2017. A Systemic Modelling of Ground Handling Services Using The

Functional Resonance Analysis Methode. London: Departemen Teknik Sipil

dan Lingkungan, Studi Transportas. Imperial Collage London.

Bulut, Emrah. 2016. A Multidimensional QFD Design for The Services Quality

Assessment of Kansai International Airport, Japan. Istanbul, Departemen

Administrasi Bisnis, Yaldiz Technical University.

Mitreva, Elizabeta. dkk. 2015. Application of The Methidodology For Improving The

Business Processes for The Company for Air Services TAV Airport Holding,

Mecedonia. Mecedonia: Fakultas Bisnis Pariwisata dan Logistik, University

Goce Delcev.

Guimarans, Daniel. 2015. Scheduling Ground Handling Services: bi-Odjective

Approach. Autralia, Optimisation Research group, National ICT Autralia.

Lupo, Tony. 2015. Benchmarking at Airport Services Quality by A New Fuzzy

MCDM Approach. Palermo, Departemen Kimia, Manageman, Informasi

dan Teknik Mesin. Università degli Studio di Palermo.

Universitas Sumatera Utara


Setiawan, Indra. dkk. Airport Factor in Flight Delays in Indonesia. Jurnal

Management Transport dan Logistik. Volume 02, Nomor 2, November-

2015.

Hidayatno, Akhmad. Designing Gate Assignment Model to Find The Optimum

Airport Gate Assignment Order. Jurnal Teknik Industri, Volume 17, Nomor

1, Juni-2015.

Sari, Mustika. Airport Ramp Analisis at Halim Perdanakusuma. Jurnal Management

Transport dan Logistik. Volume 02, Nomor 3, November-2015.

Al-Dhaferi dan Parminder Singh Kang. Using Lean Philosophy to Improve Passenger

Departure in Abu Dhabi Airport. International Journal of Scienctific and

Engineering. Volume 6, Issue 7, July-2015.

Akstinaite, Viktirija dan Arnildina Pabedinskaite. 2014. Evaluation of The Airport

Services Quality. Vilnius, Fakultas bisnis Managemen, Vilnius Gediminas

Technical University.

Peng, Yang. dkk. 2014. Evaluation of Airport Capacity Thrugh Agent Based

Sumulation. China, Sekolah Komputer dan Teknologi, Tianjin University of

Techlology.

Joko Susetyo, Hartanto. 2014. Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas

Dengan Pendekatan Six Sigma Dan Kaizen. Indonesia: Institut Sains &

Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Vijay, S. Arun. Reducing and Optimizing The Cycle Time of Patients Discharge

Process in A Hospital Using Six Sigma DMAIC Approach. International

Journal for Quality reasech 8(2) 169-182. May-2014.

Fituri-Trabelsi, Salma. dkk. 2013. An Operational Approach for Ground Handling

Management at Airport with Imperfect Information. Touluse. Ecole

Nationale d l’Aviation Civile.

_____________________. 2013. Ground Handling Management at Airport with

Fuzzy Information. Touluse. Ecole Nationale d l’Aviation Civile.

_____________________. 2013. Managing Uncertain at Airport Ground Handling.

Touluse. Ecole Nationale d l’Aviation Civile.

Leonard, T dan J. Bakker. 2013. Apron Layout Design and Flight-to-Gate Assigment

At Lanseria International Airport. Afrika Selatan, Departemen Teknik

Industri. Stellenbosch University.

White, M. dkk. 2008. Cycle Time Improvement by a Six Sigma Project for The

Increase of New Business Accounts. Brazil, Autonomous University of

Claudia Juarez.

http://www.iata.org/publications/Pages/code-search.aspx. diakses tanggal 10 Oktober

2017 Pukul 11.00 WIB.

https://www.icao.int/publications/Pages/default.aspx. diakses tanggal 10 Oktober

2017 Pukul 12.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


http://gapura.co.id/id/corporate/who-we-are/128/tentang-kami. diakses tanggal 10

Oktober 2017 Pukul 13.00 WIB.

https://www.garuda-indonesia.com/id/en/garuda-indonesia-experience/fleets/fleet-

revitalization.page?. diakses tanggal 10 Oktober 2017 Pukul 14.00 WIB.

http://www.aertecsolutions.com/2014/05/05/what-is-ground-handling/?lang=en.

diakses tanggal 10 Oktober 2017 Pukul 15.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


L
A
M
P
I
R
A
N

Universitas Sumatera Utara


dokumen penerbangan untuk barang/ cargo dari
Cargo/ bagasi penumpang, penumpang L-12
keberangkatan, ruang tunggu keberangkatan, Cargo Bisnis Claim
perusahaan ekspedisi
Baggage Cart, Baggage Towing Tractor

Dokumen slot time bandar udara, informasi Make up area, baggage claim conveyor belt,
SAP Bandar Udara, Kamera Pengawas ATC Radio, ATK SAP Bandar Udara, Kamera Pengawas
parking stand Kamera Pengawas

dokumen penumpang penerbangan, dokumen


Cargo bisnis, dokumen penerbangan cargo Make up area, baggage claim conveyor belt, Company Radio Chanel, ATK,
pendukung, daftar permintaan/ kebutuhan Company Radio Chanel, ATK ATC Radio, dokumen Ground Time
bisnis, dokumen pendukung Cargo/ Bagasi penumpang yang datang dokumen Ground Time
penumpang

Dokumen salot time bandar udara, cargo bisnis, Radio Campany Canel, perhitungan terhadap
ATK, APD, Handy Talky, GSE, GPU, Cargo make up area, baggage claim conveyor belt,
dokumen penerbangan cargo bisnis, dokumen ramp area, document control, flight document, ATK, APD, Handy Talky, Jam/ Jam Tangan Flight Document lengkap (harus sudah lengkap)
bisnis/ Bagasi penumpang, Baggage cart Cargo/ Bagasi penumpang yang datang
pendukung peberbangan load contro, kebutuhan penerbangan selanjutnya

BUKTI FISIK Hydrant Dispenser, Pertamina pipe line

Aviobridge, Cargo/ bagasi penumpang, baggage Catring Services car, Makanan dan minuman,
APD, Marseler Tools, Parking Stand compartment dan fuel tank pesawat membuka Push Back Car, Towing Bar PT Gapura Angkasa Ground Time Document
cart Kebutuhan kamar mandi

ATK, Papan jalan, dokumen Loading Master,


ATK, Jam/ Jam tangan, Ramp Handling APD, Headphone, bantalan pada roda pesawat, Peralatan dan pelayanan pendukung yang telah Air bersih, Water Services Car, Lavatory Aviobridge tidak menempel lagi dengan pintu
ATC Radio Dokumen Slot Time bandar udara baggage conveyor belt, Cargo/ Bagasi Peralatan kebersihan Cabin Pesawat Gate Open compartment dan fuel tank pesawat menutup bantalan pada roda pesawat dicabut ATC Radio ATC Radio
Document, Papan Jalan, APD, Handy Talky tagihan Services Handling diminta penumpang Services Car, pesawat
penumpang yang datang

Cargo Bisnis, dokumen Cargo Bisnis, dokumen


karantina dari kementrian yang terkait

Dokumen Slot Time bandar udara, dokumen Apron, Parking Stand, Aircraft Arrival, Black Apron, Ramp Handling Document, Flight Make up Area (Banggage Claim Area), cargo/
Aircraft Radio Contact Landasan Udara (Air Field) Taxy-away Terminal Cargo, Cargo Bisnis Claim Flight Document di tanda tangani Black Box On Aircraft Radio Contact Landasan Udara (Air Field) Air Radio Contact Taxi-away
pemesanan penerbangan, tiket penerbangan Box Off Document bagasi penumpang, Baggage Conveyor Belt

TINDAKAN PELANGGAN

- PT Garuda Indonesia (Persero), 30 menit


- PT Garuda Indonesia (Persero), Menerima - Pesawat di Apron, Pilot meminta izin Taxi-
sebelum pesawat mendarat (landing) pilot - Pesawat di Apron, pilot melakukan - Pilot breifing dengan Ramp Dispatcher/
slot time bandar udara dan: - Pilot memerintahkan Cabin Crew untuk in
melaporkan perkembangan penerbangan. - Pesawat mendarat (touch down) di - Pesawat di Taxy-away, pilot melakukan manuver darat, dan Block on. - Pesawat parkir di Parking Stand, pilot PT GMF Aeroasia tentang kondisi seluruh - Pilot bertemu kembali dengan FOO untuk - Take-off sukses
1. Penumpang yang berkebutuhan khusus menginformasikan kepada penumpang - Pilot mematikan EPU dan menghidupkan - Pilot memerintahkan Pramugari agar - Pesawat di Taxi-away, pilot meminta izin - Pesawat di landasan pacu bandar udara,
- Pilot akan memberitahukan kebutuahan landasan, pilot melakukan manuver darat, manuver darat, dan minta izin untuk Pilot mematikan mesin pesawat dan memberi instruksi kepada Pramugari untuk keadaan pesawat. menanda tangani Flight Document yang - Pilot melaporkan perkembangan
2. Penumpang VVIP bahwa pesawat yang mereka tumpangai mesin pesawat penumpang menggunkan sabuk pengaman memasuki landasan pacu bandar udara pilot meminta izin untuk Take-off
yang diperlukan penumpang (penumpang dan meminta izin untuk Taxi-in. Apron-in menggantinya dengan EPU agar kondisi membuka pintu cabin pesawat. - Pilot breifing dengan Ramp Dispatcher/ disaksikan oleh Ramp Dispatcher penerbangan.
3. Penumpang VIP akan segera mendarat. - Pilot memerintahkan mencabut Towing
yang berkebutuhan khusus, VIP, dan cabin pesawat ideal. FOO tentang manifestasi penerbangan dan
Penumpang Bisnis dan Ekonomi Bar dari ban pesawat
VVIP) dan minta izin pendaratan. gambaran/ tantangan penerbangan
selanjutnya.

- Pramugari membuka pintu cabin pesawat. - Pramugari menyambut kedatangan


- PT Garuda Indonesia (Persero) - Perusahaan Regurate Angent mengirim - Penumpang keluar dari cabin pesawat satu penumpang. - Pramugari menutup pintu cabin pesawat
persatu dengan urutan: - Perusahaan Ekspedisi berada di Carco - Penumpang masuk ke cabin pesawat satu dari dalam.
Pilot, Cabin Crew, Cargo/ Perusahaan Ekspedisi, cargo bisnisnya ke PT Gapura Angkasa - Seluruh penumpang sudah turun dari - Penumpang berada di Banggage Claim - Seluruh penumpang sudah berada didalam
1. Penumpang yang berkebutuhan khusus Terminal Area untuk mengambil Cargo persatu dengan urutan: - Pramugari memberikan instruksi rekayasa
Bagasi, dan Penumpang pesawat. dan meminta pengiriman melalui pesawat turun Area untuk mengambil bagasi/ cargo pesawat
2. Penumpang VVIP Binsnis 1. Penumpang yang berkebutuhan khusus keselamatan penerbagan kepada
penerbagan cargo bisnis.
- Perusahaan Regulate Angent 3. Penumpang VIP 2. Penumpang Ekonimi penumpang
4. Penumpang kelas bisnis 3. Penumpang bisnis
5. Penumpang kelas ekonomi 4. Penumpang VIP
5. Penumpang VVIP

- Manager Crew breifing dengan Ramp


Dispatcher/ PT Aerofood ACS, Operator
Kebersihan tentang kondisi seluruh
ruangan pesawat.

ONSTAGE CONTACT

- PT GMF Aeroasia, memberikan bantalan - PT Gapura Angkasa, Loading Master


- Menerima/ memberikan pelayanan bagasi/ - PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher
- Perum AirNav Indonesia memberikan izin pada roda pesawat dan memperbaiki/ mengoperasikan baggage conveyor belt - PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher - PT Gapura Angkasa, Mengoperasikan - Perum AirNav Indonesia mencatat Ground
- Perum AirNav Indonesia memberikan izin, penumpang khusus kepada: - PT Gapura Angkasa mengoperasikan memberikan instruski boarding gate
- Perum AirNav Indonesia mengawasi - Ramp Dishacher, mencatat waktu mengecek keseluruhan kondisi pesawat. untuk membongkar isi compartment. mendatangi manager crew - PT GMF Aeroasia, menutup seluruh aviobridge menariknya sebagai pintu Time pesawat.
selanjutnya memberikan informasi lokasi 1. Penumpang yang berkebutuhan khusus water services car untuk menyedot air dan kepada PAX and Baggage Handling, - Perum AirNav Indonesia memberikan izin
seluruh kegiatan dan lamanya waktu kedatangan Setelah selesai, PT GMF Aeroasia Isi compartment dipindahkan ke Baggage - PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher compartment dan fuel tank pesawat penyebrangan antara pesawat udara dengan - Perum AirNav Indonesia melakukan
parking stand dan slot time bandar udara 2. Penumpang VVIP menggantinya dengan air yang baru penumpang sudah diperbolehkan
kegiatan di Airside bandar udara menyerahkan tagihan kepada FOO sebagai Cart/ Cargo Terminal mendatangi Pilot bangunan bandar udara. konfirmasi take-off
3. Penumpang VIP memasuki pesawat
Flight Document - AVSEC PT Gapura Angkasa, megeledah
dan mengamankan operator Loading
Dibantu oleh: Master sebelum/ sesudah bertugas.
Polisi, TNI, dan Avsec

- PT Gapura Angkasa membersihkan/ - PT GMF Aeroasia, diinstruksikan oleh - PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher
- PT Gapura Angkasa mengoperasikan menata ulang cabin pesawat dan seuruh Ramp Dispatcer untuk memcabut bantalan mencatat Ground Time pesawat.
lavatory services car untuk menyedot ruangan komesil - PT GMF Aeroasia, Bersiap menunggu pada roda pesawat. - Ground Time diserahkan kepada
lavatory tank dan membuangnya ke - AVSEC PT Gapura Angkasa, Megeledah instrusksi ramp dispatcher PT GMF Aeroasia memandu pilot untuk Department Quality Control
- PT Gapura Angkasa, Mengoperasikan
pembuang/ pengelolahan limbah dan mengamankan operator cleaner manuver darat, meninggalkan Parking - Ground Time diserahkan kepada Perum
- PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher aviobridge agar penumpang dapat keluar
sebelum/ sesudah bertugas. Stand untuk dapat Taxi-in AirNav Indonesia
dengan aman dari pesawat. - PT GMF Aeroasia, membuka seluruh
- PT Gapura Angkasa sudah berada di Ramp Active Area, bersiap
- AVSEC mengamankan penumpang di compartment dan fuel tank pesawat
memberikan istruksi.
- PT GMF Aeroasia lokasi aviobridge
- PT Aerofood ACS - Karyawan/ operator telah siap sedia
memberikan pelayanan khusus kepada:
- PT Pertamina Aviation 1. Penumpang yang berkebutuhan khusus
- PT Angkasa Pura II (AMC dan 2. Penumpang VVIP
Avsec) 3. Penumpang VIP

- PT Aerofood ACS, diinstrusksi oleh ramp


- Cargo/ bagasi penumpang sudah tersusun - PT Pertamina Aviation, diinstruksikan
- PT Gapura Angkasa, Marsheler dispathcher untuk mengisi bahan makanan
rapi di baggage cart, mereka berada di untuk mengisi bahan bakar pesawat. - PT Gapura Angkasa mengoperasikan
memberikan aba-aba/ panduan agar tidak dan keperluan lainnya. - Ramp Dispatcher bertemu kembali dengan - PT Gapura Angkasa, Operator Push Back
ramp area. Setelah selesai PT Pertamina Aviation baggage conveyor belt untuk muat kembali
terjadi kekeliruan instruksi dimana lokasi Setelah selesai, PT Aerofood ACS pilot Car mendorong mundur pesawat
- Loading master bertugas memasukkan menyerahkan tagihan kepada FOO sebagai compartment
parking stand. menyerahkan tagihan kepada FOO sebagai
mereka kedalam commpartment pesawat Flight Document.
Flight Document.

- PT Gapura Angkasa, Ramp Dispatcher


- PT Aerofood ACS, Bersiap menunggu memberikan instrusi kepada operator Push
instrusksi ramp dispatcher Back Car untuk memesang Towing Bar
pada roda depan pesawat

TINDAKAN
PETUGAS
BACKSTAGE CONTACT
- PT Gapura Angkasa, Para staf dan operator
- PT Gapura Angkasa, Para staf dan operator mempersiapkan kebutuhan yang diminta
menerima salot time bandar udara/ cargo oleh pilot saat pendaratan. - FOO Bersiap menunggu instrusksi ramp
- Ramp Dishacher mengkoordinir kebutuhan
bisnis dan mempersiapkan penerbangan Para staf (FOO dan Load Cotroler) dan dispatcher
Ramp Handling
sipil baik untuk cargo bisnis/ penumpang operator mempersiapkan dukumen dan FOO melengkapi Flight Document
komersil memperhitungkan (ramp area, document
control, flight document, load control)
kebutuhan penerbangan selanjutnya.

- Otoritas Bandar Udara (Dirjen


Perhubungan Udara RI) - PT GMF Aeroasia, Bersiap menunggu
- PT Gapura Angkasa instrusksi ramp dispatcher
- PT Angkasa Pura II (AMC dan
Avsec, Pemadan Kebakaran)
- Perusahaan Regulare Angent
- Polisi dan TNI
- Imirasi, Kementrian Hukum dan - PT. Gapura Angkasa, Cargo Handling
Ham mengirim cargo bisnis ke lokasi parking
- Balai Karantina (hewan, stand/ ramp area dengan baggage car/
baggage towing tractor dan baggage cart
tumuhan, makanan),
Kementerian Pertanian
- Karantina manusia dan penyakit,
Kementrian Kesehatan RI
- PT. Gapura Angkasa, Pax and Baggage
- Bea Cukai, Kementrian Handling mengirim
Keuangan RI cargo, barang bawaan/ bagasi penumpang
ke lokasi parking stand/ ramp area dengan
baggage car/ baggage towing tractor dan
baggage cart

- Baggage Cart dikirim menuju make-up


area/ Carco Terminal dengan Baggage
Car/ Baggage Towing Tractor, agar
- PT Pertamina Aviation, Bersiap/ penumpang/ perusahaan ekspedisi dapat
menunggu instrusksi Ramp Dispatcher melakukan Baggage Calim/ Cargo Claim

PROSES PENDUKUNG
- PT. Gapura Angkasa melakukan
koordinasi untuk pelayanan bagasi/ - Bagasi/ Penumpang Khusus terlayani - Baggage Cart di make-up area untuk - PT Angkasa Pura II, AMC mencatat
- PT. Gapura Angkasa, Cargo handling
penumpang khusus kepada: - PT Angkasa Pura II, AMC mencatat waktu 1. Penumpang yang berkebutuhan khusus dipindahkan ke Baggage Conveyor Belt, Ground Time pesawat.
mengecek keamanan/keselamatan dan
1. Penumpang yang berkebutuhan khusus kedatangan 2. Penumpang VVIP agar penumpang dapat melakukan - Ground Time diserahkan kepada Perum
dokumen penerbangan dari cargo bisnis
2. Penumpang VVIP 3. Penumpang VIP Baggage Claim. AirNav Indonesia
3. Penumpang VIP

- PT Angkasa Pura II, Mengelola dan


- PT Angkasa Pura II, AVSEC mengawasi - PT Angkasa Pura II, memberikan
membagikan slot time bandar udara kepada - PT Angkasa Pura II, Memantau pergerakan - Perum AirNav Indonesia, mencatat waktu
dan mengamankan cargo/ penumpang pelayanan Baggage Claim kepada
pihak maskapai serta memberikan pesawat sesuai informasi parking stand kedatangan
yang keluar. penumpang
informasi parking stand yang layak.

- PT. Gapura Angkasa, Pax and Baggage


- Perusahaan Regurate Angent Handling: - Baggage Cart di Cargo Terminal agar
mempersiapkan, mengecek, kelayaan dan Cargo, barang bawaan/ bagasi perusahaan ekspedisi dapat melakukan
keamanan, dan dokumen penerbangan penumpang keberangkatan diamankan Cargo Claim
untuk barang/ cargo dari perusahaan oleh operator.
ekspedisi

- Perum AirNav Indonesia, memberikan


- PT. Gapura Angkasa, Pax and Baggage pandaun lalu lintas udara.
Handling: - Perum AirNav Indonesia, mengkonfirmasi
Penumpang kenerangkatan diinstruksikan Ground Time Pesawat
- Perusahaan Regulate Angent untuk menunggu di ruang tunggu
terminal keberangkatan.

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
- PT Angkasa Pura II, AVSEC mengawasi
F A K U L T A S T E K N I K
dan mengamankan penumpang yang
datang/ pergi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
CETAK BIRU JASA
Pengawasan dan Pengaman oleh: RAMP ACTIVITY HANDLING (NARROW BODY AIRCRAFT)
- Otoritas Bandar Udara (Kementrian PT GAPURA ANGKASA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL KUALANAMU, DELI SERDANG
Perhubungan Udara RI)
- Polisi dan TNI
SKALA NAMA TANGGAL TANDA TANGAN
- Imirasi, Kementrian Hukum dan Ham
- Balai Karantina (hewan, tumuhan dan DIGAMBAR RINTA R. CHAIDIR 110403069 20-01-2018
makanan), Kementerian Pertanian
- Karantina Manusia dan Penyakit, DIPERIKSA Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT
Kementrian Kesehatan RI
- Bea Cukai, Kementrian Keuangan RI DISETUJUI Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT
Universitas Sumatera Utara
L-11

BTT

LV

WS

CsN
BL

FUEL

BC

GPU

CAT

PBB

TOW

KETERANGAN
A R E A K E D A T A N G A N D .A N K E B E R A N G A K A T A N
No. KODE
Kode NAMA
NAMA
BANDAR UDARA INTERNASIONAL KUALANAMU
1. Kode
BC NAMA
Baggage Chart
2. BL Baggage Loader
3. Kode
BTT NAMA
Baggage Trailer Truck DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
F A K U L T A S T E K N I K
4. CAT Catering Equiment UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Kode
CsN Cone Sign MEDAN
6. FUEL Fueling Truck 2018
7. Kode
GPU NAMA
Ground Power Unit LAYOUT (AIRPORT PLATFORM)
RAMP ACTIVITY HANDLING (NARROW BODY AIRCRAF BOIENG 737-800 NG/ SERIES)
8. Kode
LV NAMA
Lavatory Service PT. GAPURA ANGKASA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL KUALANAMU, DELI SERDANG
9. PBB Passenger Loading Bridge SKALA 1: 140 NAMA TANGGAL TANDA TANGAN
10. TOW Push Back Car
DIGAMBAR RINTA R. CHAIDIR 110403069 20-01-2018
11. WS Water Service
DIPERIKSA Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT.
Idle Engine Power Danger Areas
Ramp Active Safety Areas DISETUJUI Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT.
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai