net/publication/341930671
AKUNTANSI KEUANGAN 2
CITATIONS
READS
0
18,876
2 authors, including:
Ni Kadek Sinarwati
Ganesha University of Education
21 PUBLICATIONS 13 CITATIONS
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ni Kadek Sinarwati on 05 June 2020.
ISBN 978-602-1213-52-0
AKUNTANSI KEUANGAN 2
EDISI 1
SINGARAJA
FEBRUARI 2014
NI KADEK SINARWATI,S.E.,M.Si.,Ak.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Asung Wara NugrahaNya penulisan buku Akuntansi Keuangan 2 ini
dapat diselesaikan. Buku Akuntansi Keuangan 2 ini membahas tentang: Utang
Jangka Pendek, Utang Jangka Panjang, Modal Saham, Modal Saham Lanjutan,
Laba Ditahan, Perubahan Metode Akuntansi dan Koreksi Kesalahan, Akuntansi
Leasing dan Akuntansi Joint Venture.
Buku ini ditujukan kepada mahasiswa, dosen dan siapa saja yang berminat
untuk mempelajari akuntansi keuangan 2. Penulis menyadari bahwa buku ini
masih jauh dari sempurna dan masih banyak mengandung kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat berterimakasih apabila pembaca bersedia memberikan
kritik saran, sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan pada edisi
berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ISI HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
Daftar Pustaka....................................................................................................163
BAB I
UTANG JANGKA PENDEK
Tujuan Pembelajaran
Menurut FASB, Concepts Nomor 3 (dalam Zaki Baridwan, 2004: 115) utang
didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang
yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa kini untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di masa yang
akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu.
Apabila utang-utang itu akan dibayar dalam jangka waktu siklus operasi
perusahaan atau dalam waktu satu tahun maka dikleompokkan sebagai utang
jangka pendek. Utang jangka pendek terdiri dari:
3. Utang dividen
Dividen yang dibagikan dalam bentuk uang atau aktiva (jika belum
dibayar) dicatat dengan mendebet rekening laba tidak dibagi atau
mengkredit utang dividen. Karena utang dividen ini segera akan dilunasi
maka termasuk dalam kelompok utang jangka pendek. Utang dividen
ini timbul pada saat pengumuman pembagian dividen oleh direksi dan
terutang sampai tanggal pembayaran. Dividen untuk saham prioritas,
walaupun jumlahnya sudah pasti, tetapi sebelum tanggal pengumunan,
belum merupakan utang. Utang dividen skrip akan dikelompokkan
sebagai utang jangka pendek jika segera akan dilunasi. Pembagian
dividen dalam bentuk saham (dividen saham) dicatat dengan debet
laba tidak dibagi. Kredit yang dibuat untuk mecatat dividen saham yang
akan dibagi tidak termasuk dalam kelompok utang jangka pendek
tetapi merupakan elemen modal.
Kas Rp 22.000.000
Penjualan Rp 20.000.000
Utang PPN Rp 2.000.000
6. Utang biaya
Utang biaya merupakan utang yang timbul dari pengakuan akuntansi
terhadap biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah utang yang timbul dari gaji, bonus,
biaya sewa dan lain-lain.
a. Utang bonus
Bonus yang diberikan pada karyawan-karyawan tertentu kadang-
kadang menimbulkan masalah tersendiri. Bonus itu dapat dihitung
dengan dasar penjualan atau laba, tergantung pada perjanjiannya.
Apabila bonus dihitung atas dasar laba, maka perhitungannya dapat
dilakukan dengan 3 cara sebagai berikut:
1). Bonus dijitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak
penghasilan (PPh)
2).Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPh sebelum
dikurangi bonus
3). Bonus dihitung dari laba sesudah dikurnagi bonus dan PPh
Penggunaan masing-masing cara di atas dapat dilihat dari contoh
berikut:
PT. WGAH memberikan bonus untuk kepala bagian penjualan
sebesar 10% dari laba. Laba tahun 2013 Rp 100.000.000. PPh 15%
dari laba bersih.
Misalnya B = bonus
P = pajak
B = 10.000.000
PPh = Rp 13.500.000
P = 0.15 ( 100.000.000-B)
B = Rp 10.000.000-0.1B-Rp 1.500.000+0.015B
B+0.1B-0.015B = Rp 8.500.000
1,085B = Rp 8.500.000
B = Rp 7.834.101
= Rp 13.824.885
b. Utang gaji
Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji, bunga,
sewa dan lain-lain dilakukan dengan dasar waktu terjadinya biaya
tersebut. Misalnya gaji pegawai dibayarkan tiap tanggal 5 bulan
berikutnya. Jika gaji bulan Desember sebesar Rp 15.000.000 maka
pada tanggal 31 Desember dibuat jurnal penyesuian sebagai berikut:
B. Taksiran utang
Biasanya jumlah kewajiban dari suatu utang sudah dapat ditentukan, baik
dari kontrak maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tarif tertentu. Akan
tetapi tidak semua utaang dapat ditentukan jumlahnya, kadang-kadang
terdapat utang-utang yang sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal
neraca jumlahnya masih belum pasti. Karena jumlahnya masih belum jelas,
tetapi kewajibannya sudah pasti, maka pada tanggal neraca dilakukan
perhitungan jumlah kewajiban dengan cara taksiran.
Taksiran utang ini mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka pendek
atau jangka panjang, tergantung pada saat pelunasan utang tersebut. Jika
pelunasannya segera, maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek,
tetapi jika pelunasannya akan dilakukan beberapa periode yang akan datang
maka dikelompokkkan sebagai utang jangka panjang.
Beberapa jenis taksiran utang jangka pendek yang nampak dalam neraca
adalah:
1. Taksiran Utang Pajak Penghasilan
Pada akhir periode sesudah diketahui laba yang diperoleh, diperlukan
untuk menaksir besarnya pajak penghasilan yang akan menjadi beban
tahun yang bersangkutan. Besarnya pajak penghasilan ditaksir dengan
cara mengalikan tariff pajak yang berlaku dengan jumlah laba. Sesudah
taksiran pajak ini dihitung, akan dicatat dengan jurnal yang mendebet
rekening pajak penghasilan dan dikreditkan ke rekening utang pajak
penghasilan.
Ada satu metode lain yang dapat digunakan untuk mencatat biaya
garansi. Metode lain ini disebut sales warranty treatment. Dalam
metode ini sebagian harga jual ditunda pengakuannya, sampai saat
terjadinya pengeluaran biaya garansi yang sesungguhnya. Karena cara
ini juga berdasar pada dasar accrual, makaa dapat digunakan.
Kelemahannya adalah dilihat dari prinsip mempertemukan. Dalam cara
ini, penghasilan ditunda menunggu sampai terjadinya biaya. Seharusnya
yang benar adalah biaya yang dibebankan sesuai dengan saat
pengakuan pendapatan. Oleh karena itu, cara pertama (expense
warranty treatment) sebaiknya digunakan.
C. Utang-utang bersyarat
Apabila pada tanggal penyusunan neraca masih ada pesanan obligasi yang
belum dilunasi maka saldo rekening utang obligasi dipesan dilaporkan di
dalam neraca menambah utang obligasi, sedangkan rekening piutang
pesanan obligasi dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar jika akan dilunasi
dalam waktu satu tahun. Apabila pelunasannya lebih dari satu tahun
dilaporkan dalam kelompok aktiva lain-lain.
C. Pencatatan utang obligasi
Transaksi Jurnal
1 Juli 2014 Kas Rp 130.666.667
Penjualan obligasi Utang obligasi Rp
Harga jual Rp 130.000.000 100.000.000 Agio obligasi Rp
Biaya-biaya penjualan Rp 1.000.000- 29.000.000 Biaya/utang bunga Rp
Penjualan bersih Rp 129.000.000 1.666.667
Bunga berjalan(1Mei-1Jun)
2/12x10%xRp100.000.000 Rp 1.666.667+
Uang yang diterima Rp 130.666.667
=============
Transaksi Jurnal
Pembayaran bunga 1 Mei sd 1 November Biaya bunga obligasi Rp 5.000.000*
6/12x10%xRp 100.000.000 Kas Rp 5.000.000
Jika bunga berjalan pada tanggal 1 Juli
dikredit ke rekening biaya bunga
Bunga berjalan dan amortisasi agio untuk tahun 2014 dicatat sbagai
berikut:
Transaksi Jurnal
Bunga berjalan (1 Nov- 31 Des) Biaya bunga obligasi Rp 1.666.667
2/12x10%xRp 100.000.000 = 1.666.667 Utang bunga obligasi Rp 1.666.667
Amortisasi agio (1 Juli-31 Des = 6 bulan) Agio obligasi Rp 3.000.000
6 x Rp 500.000 = Rp 3.000.000 Biaya bunga obligasi Rp 3.000.000
Transaksi Jurnal
Bunga berjalan (1 Nov- 31 Des) Biaya bunga obligasi Rp 1.666.667
2/12x10%xRp 100.000.000 = 1.666.667 Utang bunga obligasi Rp 1.666.667
Amortisasi agio (1 Jan - 31 Des = 12 bulan) Agio obligasi Rp 6.000.000
12 x Rp 500.000 = Rp 6.000.000 Biaya bunga obligasi Rp 6.000.000
E. Obligasi berseri
Obligasi yang pelunasannya dilakukan dalam satu seri disebut
obligasi berseri. Saat jatuh tempo obligasi tidak beraamaan, tetapi berurut
dalam jumlah-jumlah tertentu. Mungkin jumlah yang jatuh tempo selalu
sama, tetapi mungkin juga tidak sama. Masalah pencatatan obligasi berseri
timbul jika obligasi ini dijual dengan agio atau diagio. Perhitungan
amortisasi agio atau disagio setiap periode akan menurun sesuai dengan
penurunan jumlah utang obligasi. Amortisasi agio atau disagio dari obligasi
berseri bisa dilakukan dengan cara garis lurus. Metode garis lurus yang
dipakai untuk menghitung amortisasi agio atau disagio berseri disebut
Metode obligasi beredar (bonds outstanding method).
Di bawah ini adalah contoh amortisasi dengan metode obligasi
beredar. PT Gemilang pada tanggal 1 Januari 2014 mengeluarkan obligasi
sebesar Rp 200.000.000. Obligasi ini dijual dengan harga Rp 225.000.000.
Obligasi dengan nominal Rp 40.000.000 jatuh tempo tiap tanggal 1 Januari
mulai tahun 2015. Bunga obligasi sebesar 10% per tahun. Tahun buku
perusahaan sama dengan tahun kalender. Agio obligasi diamortisasi dengan
menggunakan suatu persentase yang dihitung sebagai berikut:
Nominal obligasi yang beredar dalam periode itu
Persentase amortisasi =
Jumlah nominal obligasi yang beredar seluruh periode
Perhitungan amortisasi agio setiap tahun dapat disusun dalam tabel
sebagai berikut
Tahun Nominal Obligasi Bagian Agio Agio Amortisasi
Yang Beredar Yang Agio Tiap
Diamortisasi Tahun
2014 Rp 200.000.000 200/600 Rp 25.000.000 Rp 8.333.333
2015 160.000.000 160/600 Rp 25.000.000 Rp 6.666.667
2016 120.000.000 120/600 Rp 25.000.000 Rp 5.000.000
2017 80.000.000 80/600 Rp 25.000.000 Rp 3.333.333
2018 40.000.000 40/600 Rp 25.000.000 Rp 1.666.667
Jumlah 600.000.000 600/600 Rp 25.000.000
Rp 200.000.000
2014=------------------------Rp 25.000.000 = Rp 8.333.333
Rp 600.000.000
Rp 160.000.000
2015= --------------------- x Rp 25 000.000 = Rp 6.666.667
Rp 600.000.000
Apabila obligasi berseri yang beredar ditarik untuk dilunasi sebelum tanggal
jatuh temponya maka agio atau disagio yang berhubungan dengan obligasi
yang ditarik tadi harus dibatalkan.
Contoh 1:
Misalnya dari contoh di muka, pada tanggal 1 Juli 2016 obligasi dengan
nominal Rp 20.000.000 yang jatuh temponya tanggal 1 Januari 2019 ditarik
dengan kurs 102 ditambah dengan bunga berjalan. Amortisasi agio yang
dibatalkan adalah mulai 1 Juli 2016 sampai dengan 31 Desember 2018.
Sedangkan amortisasi agio untuk periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni
2016 (6 bulan) akan dicatat dalam rekening biaya bunga obligasi. Agio yang
dibatalkan dihitung sebagai berikut:
20.000.000
Agio untuk tahun 2016 = ----------------- x 5.000.000 x 6/12 = 416.667
120.000.000
20.000.000
Agio untuk tahun 2017 = --------------- x 3.333.333 = 833.333
80.000.000
20.000.000
Agio untuk tahun 2018 = --------------- x 1.666.667 = 833.334
40.000.000 ---------- +
2.083.334
Sesudah diketahui jumlah agio yang dibatalkan, maka dapat dihitung laba
atau rugi yang timbul dari pelunasan obligasi tersebut. Laba-rugi dihitung
dengan membandingkan nilai buku obligasi dengan jumlah uang yang
dibayarkan (tidak termasuk bunga berjalan).
Laba-rugi penarikan dihitung sebagai berikut:
Nominal obligasi Rp 20.000.000
Agio yang dibatalkan Rp 2.083.334 +
Nilai buku obligasi Rp 22.083.334
Pelunasan (102/100)x 20.000.000 Rp 20.400.000 -
Laba pelunasan Rp 1.683.334
40.000.000
2017 = ---------------- x 3.333.333 = Rp 1.666.667
80.000.000
20.000.000
2018 =-------------------x 1.666.667 = Rp 833.334 +
40.000.000 Rp 4.166.668
Laba rugi pelunasan obligasi pada tanggal 1 Juli 2016 dihitung sebagai
berikut:
Nilai nominal Rp 40.000.000
Agio yang belum diamortisasi Rp 4.166.668 +
Nilai buku obligasi Rp 44.166.668
Harga kurs 102/100xRp 40.000.000 Rp 40.800.000 –
Laba pelunasan Rp 3.366.668
G. Prosedur amortisasi agio atau disagio obligasi berseri jika tahun buku
tidak sama dengan tahun obligasi
Jika obligasi berseri jatuh tempo pada tanggal yang berbeda dengan tahun
buku perusahaan, maka perhitungan amortisasi agio atau disagio harus
memperhatikan lamanya jangka waktu peredaran dalam tiap tahun. Dalam
setiap tahun akan terdapat 2 jumlah obligasi yang beredar, di mana masing-
masing-masing jumlah itu jangka waktu peredarannya juga berbeda. Oleh
karena itu dalam menghitung amortisasi tiap-tiap tahun perlu
dipertimbangkan hal-hal tersebut. Untuk menjelaskan cara perhitungan
amortisasi agio atau disagio, di bawah ini diberikan contoh berikut:
2014
Lamanya obligasi beredar 1 Juni 2014 sampai dengan 31 Desember 2014 =
7 bulan. Jumlah obligasi yang beredar = Rp 500.000.000
7 x Rp500.000.000
Amortisasi agio =-------------------------Rp 45.000.000
Rp 17.000.000.000
= Rp 9.264.706
2015
Lamanya peredaran = 12 bulan, tetapi jumlah obligasi yang beredar ada 2,
yaitu karena adanya pelunasan pada tanggal 1 April 2015 sebesar Rp
100.000.000. Oleh karena itu lamanya peredaran dan jumlah obligasi yang
beredar dipisahkan menjadi 2
Rp 5.100.000.000
Amortisasi agio = ---------------------- ----x Rp 45.000.000 = Rp 13.500.000
Rp 17.000.000.000
Untuk tahun 2016 dan seterusnya, sampai obligasi sudah dilunasi semua,
amortisasi agionya dihitung seperti diatas.
H. Pertukaran obligasi
Obligasi yang jatuh tempo bisa dilunasi dengan dana yang tersedia
dalam perusahaan. Dana ini sumbernya bisa bermacam-macam seperti:
Dari ketiga cara diatas, amortisasi selama umur obligasi baru (c)
adalah tidak layak, karena biaya obligasi lama dibebankan kepada
obligasi yang baru. Amortisasi selama sisa umur obigasi lama dapat
dibenarkan karena alasan sebagai berikut:
Disagio dan biaya penjualan yang belum diamortisasi hanya dapat
diamortisasi selama periode yang memperoleh manfaat dari disagio dan
biaya penjualan tersebut. Manfaat ini akan dirasakan paling lama selama
umur obligasi lama. Oleh karena itu amortisasinya paling lama juga
selama sisa umur obligasi yang lama. Sedangkan prosedur untuk
membebankan disagio dan biaya penjualan yang belum diamortisasi
sebagai kerugian pada saat pelunasan (a) dibenarkan karena disagio dan
biaya penjualan itu sudah tidak memberikan manfaat lagi, karena
obligasi sudah dilunasi.
Prosedur pencatatan terhadap disagio dan biaya penjualan bisa
dilihat dari contoh berikut:
Obligasi seri A dengan nominal Rp 75.000.000, bunga 12% dilunasi
dengan dana yang diterima dari pengeluaran obligasi seri B, nominal Rp
100.000.000 bunga 10%. Umur obligasi A masih selama 7 tahun dan
disagio yang belum diamortisasi sebesar Rp 1.400.000 dan ditarik
dengan kurs 103. Obligasi B umurnya 10 tahun dan dijual dengan kurs
99. Jurnal untuk mencatat transaksi diatas sebagai berikut:
1. Disagio yang belum diamortisasi dibebankan sebagai kerugian
Transaksi Jurnal
Pengeluaran Obligasi B Rp 100.000.000 Kas Rp 99.000.000
dengan kurs 99 Disagio obligasi B Rp 1.000.000
Utang Obligasi Rp 100.000.000
Pelunasan obligasi A Rp 75.000.000 dengan Utang obligasi A Rp 75.000.000
kurs 103, disagio yang belum diamortisasi Rp Rugi pelunasan obligasi Rp 3.650.000
1.400.000 Kas Rp 77.250.000
Disagio obliges A Rp 1.400.000
Pertanyaan
Soal Latihan
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi berikut bila bunga dan agio
diamortisasi dengan metode garil lurus:
B. Jenis-Jenis Saham
Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham-saham
itu disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang dikeluarkan
itu 2 macam, yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah saham
prioritas. Berikut ini diuraikan mengenai masing-masing jenis saham.
1. Saham biasa
Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan
yang paling akhir dalam hal perusahaan dilikuidasi, sehingga risikonya
adalah yang paling besar. Karena risikonya besar, biasanya jika usaha
perusahaan berjalan dengan baik maka dividen saham biasa akan lebih
besar dari pada saham prioritas. Dibandingkan dengan saham prioritas,
saham biasa tidak mempunyai preferensi, karena saham priritas juga
mempunyai hak yang sama dengan saham biasa seperti yang telah
diuraikan di muka. Kadang-kadang hak suara dalam rapat pemegang
saham hanya diberikan pada saham biasa, tetapi sering juga saham
prioritas mempunyai hak suara. Jika saham perusahaan yang
dikeluarkan hanya satu macam maka saham itu selalu saham biasa.
2. Sertifikat saham
Sertifikat saham ini dikeluarkan oleh PT Danareksa, yaitu suatu PT
yang didirikan oleh pemerintah. Republik Indonesia untuk membeli
saham perusahaan yang “go public” melalui pasar modal dan
menjualnya kembali kepada masyarakat umum dalam bentuk
sertifikat saham. Karena sahamnya dimiliki oleh PT Danareksa, maka
hak suara atas saham tersebut juga berada pada PT Danareksa.
Pemilik sertifikat saham tidak memiliki hak suara dalam PT.
3. Saham Prioritas
Saham prioritas merupakan saham yang mempunyai beberapa
kelebihan, biasanya kelebihan ini dihubungkan dengan pembagian
dividen atau pembagian aktiva pada saat likuidasi. Kelebihan dalam hal
pembagian dividen adalah bahwa dividen yang dibagi pertama kali harus
dibagikan untuk saham prioritas, kalau ada kelebihan, baru dibagikan
kepada pemegang saham biasa. Dividen saham prioritas tidak terutang
atas dasar waktu, tetapi baru terutang jika sudah diumumkan oleh
perusahaan. Dalam hal pimpinan perusahaan tidak mengumumkan
pembagian dividen dalam satu periode maka dividen tadi hilang.
Biasanya saham prioritas mempunyai nilai nominal dan dividennya
dinyatakan dalam persentase dari nilai nominal. Apabila saham priritas
tidak mempunyai nilai nominal maka dividennya dinyatakan dalam
bentuk rupiah dan bukan dalam bentuk persentase. Suatu perusahaan
dapat mengeluarkan lebih dari satu macam saham prioritas yang
disebut saham prioritas kesatu, saham priritas kedua dan seterusnya,
dimana saham prioritas kesatu mempunyai klaim yang pertama
terhadap laba dan saham priritas kedua mempunyai klaiim kedua dan
seterusnya. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki saham prioritas yaitu:
a. Saham prioritas kumulati dan tidak kumulatif
Saham priritas kumulatif adalah saham prioritas yang dividennya
setiap tahun harus dibayarkan kepada pemegang saham. Apabila
dalam suatu tahun dividen tidak dapat dibayarkan, maka pada tahun-
tahun berikutnya dividen yang belum dibayar tadi harus dilunasi dulu
sehingga dapat mengadakan pembagian dividen untuk saham biasa.
Kumulatif ini tidak berlaku pada saat perusahaan dilikuidasi jika tidak
terdapat saldo laba tidak dibagi. Jadi jika akan membagi dividen
untuk saham biasa, kewajiban yang ada hanyalah membayar dividen
saham prioritas untuk tahun tersebut.
b. Saham prioritas partisipasi dan tidak berpartisipasi
Saham prioritas mungkin berpartisipasi penuh atau sebagian.
Yang dimaksud dengan partisipasi penuh adalah jika saham prioritas
berhak atas dividen dengan jumlah yang sama besar dengan saham
biasa sesudah saham biasa mendapat dividen sebesar persentase
dividen saham prioritas. Partisipasi sebagian berarti saham prioritas
akan mendapat dividen sampai jumlah tertentu yang ditetapkan
sesudah saham biasa mendapat dividen dengan tarif yang sama
dengan saham prioritas. Jumlah tertentu yang akan diterima oleh
saham priritas biasanya dinyatakan dalam persentase.
Misalnya PT WGAH mempunyai saham yang beredar sebagai
berikut: saham prioritas, nominal Rp 100.000.000, 10% partisipasi
penuh, saham biasa, nominal Rp 200.000.000. Pada akhir tahun
2013, dibagi dividen sebesar Rp 54.000.000. Dividen ini dibagikan
kepada saham prioritas dan biasa dengan perhitungan sebagai
berikut:
Keterangan Saham Prioritas Saham
Biasa
Untuk saham prioritas
10% x Rp 100.000.000 Rp 10.000.000
Untuk saham biasa
10% x Rp 200.000.000 Rp 20.000.000
Untuk saham prioritas dan biasa Rp 8.000.000 Rp 16.000.000
Rp 24.000.000
x 100 % = 8%
Rp 300.000.000
Jumlah Rp 18.000.000 Rp 36.000.000
Rp 36.000.000
Saham biasa =----------------------x 100% = 18%
Rp 200.000.000
Perhitungan di atas dapat juga dilakukan sekaligus, yaitu sebagai
berikut:
Rp 54.0000.000
Persentase dividen untuk kedua jenis saham = -------------------- x 100% = 18%
Rp 300.000.000
Rp 39.000.000
Saham biasa =--------------------x 100% = 19,5%
Rp200.000.000
Apabila saham prioritas itu tidak berpartisipasi maka dividen yang
diterima setiap tahunnya terbatas sebesar tariff dividennya. Dalam
contoh di atas dividen saham prioritas setiap tahunnya 10%.
Kas Rp 38.500.000**
Piutang pesanan saham Rp 38.500.000
Diterima pelunasan sisa untuk 3.000 Kas Rp 9.900.000**
lembar saham. Saham 3.000 lembar Piutang pesanan saham Rp 9.900.000
diserahkan
Modal saham dipesan Rp 30.000.000
Modal saham Rp 30.000.000
*70% x 5.000 lembar x Rp 10.000 x 110/100
** 30% x 3.000 lembar x Rp 10.000x 110/100
Kas Rp 10.500.000
Modal saham Rp 10.000.000
Agio saham Rp 500.000
Kas Rp 10.500.000
Utang pada pemesan Rp 500.000
Modal saham Rp 10.000.000
Agio Rp 1.000.000
Kas Rp 3.150.000
Modal saham Rp 3.000.000
Agio saham Rp 150.000
Kas Rp 11.000
Dari contoh di atas bila diketahui harga pasar saham prioritas sebesar Rp
10.500, maka perhitungan harga pasar setiap saham dilakukan dengan
menggunakan metode proporsional sebagai berikut:
Rp 14.500
Rp 10.500
Rp 14.500
Kas Rp 11.000
2. Apabila harga pasar gedung tidak diketahui tetapi harga pasar saham
di ketahui sebesar Rp 220.000.000, maka jurnal yang dibuat adalah:
Gedung Rp 220.000.000
Modal saham Rp 200.000.000
Agio sahan Rp 20.000.000
Dalam hal penjualan saham dengan harga di atas atau di bawah nilai
nominal, maka selisih itu akan dicatat di dalam rekening agio atau disagio
saham. Rekening agio saham dipakai untuk mencatat kelebihan harga di
atas nilai nominalnya, sedangkan rekening disagio saham dipakai untuk
mencatat kekurangan dari nilai nilai nominal saham. Rekening-rekening
agio atau disagio saham adalah rekening yang menunjukkan modal yang
disetor dari pemegang saham, oleh karena itu selama saham-saham
tersebut masih beredar maka rekening itu juga akan Nampak dalam neraca.
Di dalam neraca rekening agio saham merupakan tambahan terhadap
rekening modal saham, dan rekening disagio saham merupakan pengurang
terhadap rekening modal saham. Apabila saham yang beredar ditarik, maka
rekening agio dan disagio saham yang berhubungan dengan saham
tersebut dibatalkan.
Kas xxx
Saham yang diterima oleh Firma G&A dibagikan untuk Ganendra sebanyak
50.000 lembar dan untuk Ananta sebanyak 100.000 lembar. Sisa uang
dibagikan kepada Ganendra dan ananta sesuai dengan sisa modal masing-
masing.
2. Jika buku perusahaan lama ditutup dan dibuatkan buku baru untuk
perusahaan baru.
Jika dibuat buku-buku baru untuk PT, maka semua rekening dalam buku
firma ditutup dan aktiva serta utang firma dicatat dalam buku PT. Pada
waktu mengadakan penutupan buku-buku firma, dibuat jurnal untuk
mencatat perpindahan aktiva dan utang-utang firma ke PT, penerimaan
saham dan pembagian saham serta utang kepada anggota firma. Jurnal
untuk menutup buku-buku firma adalah sebagai berikut:
Transaksi Jurnal (dlm Rp)
Perpindahan aktiva ke PT Piutang PT WGAH 1.500.000.000
Selisih antara tagihan kepada pembeli Utang lancar 150.000.000
(150.000 lbr @Rp 10.000) dengan nilai CKP 15.000.000
buku aktiva yang dipindahkan, Akm depresiasi 200.000.000
merupakan laba pejualan perusahaan Piutang 180.000.000
yang dibagi untuk G dan A dengan Pers.barang 200.000.000
perbadingan 2:3 Aktiva tetap 800.000.000
Ganendra = 2/5x Rp 685.000.000 Modal Ganendra 274.000.000
= Rp 274.000.000 Modal Ananta 411.000.000
Ananta = 3/5x Rp 685.000.000
= Rp 411.000.000
Mencatat penerimaan saham dari PT Saham PT WGAH 1.500.000.000
WGAH Piutang PT WGAH 1.500.000.000
Mencatat pembagian saham untuk Modal Ganendra 500.000.000
Ganendra dan Ananta Modal Ananta 1.000.000.000
Saham PT WGAH 1.500.000.000
Mencatat pembagian kas untuk Modal Ganendra 84.000.000
Ganendra dan Ananta Modal Ananta 11.000.000
Kas 95.000.000
Ada cara lain yang dapat digunakan dalam menutup buku-buku firma, yaitu
dengan menutup langsungrekening-rekening aktiva, utang dan modal Firma
G&A sebagai berikut:
Utang lancar Rp 150.000.000
CKP Rp 15.000.000
Kas Rp 95.000.000
Piutang Rp 180.000.000
Dalam jurnal di atas aktiva yang diterima oleh PT WGAH dicatat dengan
jumlah penilaian kembali dan cadangan kerugian piutang serta akumulasi
depresiasi di kredit. Alternatif lain yang dapat dilakukan yaitu, aktiva dicatat
dengan jumlah nilai sehat sesudah penilaian kembali. Sehingga dalam cara
ini tidak ada pencatatan untuk cadangan kerugian piutang dan akumulasi
depresiasi.
Pertanyaan
Soal Latihan
1. PT Hitankara pada tanggal 1 April 2013 menerima pesanan untuk saham
sebanyak 10.000 lembar, nominal Rp 2.000, dengan harga Rp 9.500 per
lembar. Pada saat pemesanan, diterima uang muka sebesar 50%. Sisanya
dilunasi pada 1 November 2013, kecuali dari pemesan A sebanyak 1.000
lembar saham. Pesanan yang batal ini oleh PT Hitankara dijual ke bursa
pada tanggal 15 Oktober 2013 dengan harga Rp 12.000 per lembar. Uang
muka pemesan A dikembalikan pada tanggal 1 Desember 2013.
Diminta: buatlah jurnal untuk mencatat semua transaksi di atas!
2. PT Wiweka mengeluarkan 150.000 lembar saham prioritas nominal Rp
5.000 untuk ditukarkan dengan tanah yang harga perolehan penjalannya
Rp 450.000.000.
Diminta buatlah jurnal untuk mencatat transaksi perolehan tanah dalam
kondisi berikut:
a. Harga pasar saham prioritas sebesar Rp 1.500 per lembar. Harga pasar
tanah tidak diketahui.
b. Harga pasar saham priritas tidak diketahui, tetapi tanah dinilai oleh
appraiser seharga Rp 600.000.000
c. Harga pasar saham prioritas sebesar Rp 1.500 per lembar dan harga
penilaian tanah sebesar Rp 600.000.000
A. Klasifikasi Modal PT
B. Treasury Stock
C. Pencatatan Transaksi Treasury Stock
D. Pembatasan Laba Tidak Dibagi Untuk Pemilikan Treasury Stock
E. Treasury Stock Diterima Sebagai Sumbangan
F. Hak Yang Diberikan Pada Pembeli Surat Berharga Jenis Lain
G. Hak Beli Saham Yang Diberikan Pada Pegawai Perusahaan
H. Pertukaran Saham
I. Perubahan Nilai Nominal (Rekapitalisasi)
J. Pemecahan Saham (Stock Split-Ups)
A. Klasifikasi Modal PT
Pada waktu berdirinya PT, modalnya diperoleh dari penjualan saham.
Modal saham ini tercantum dalam akta pendirian perusahaan. Walaupun
tercantum dalam akta, perusahaan masih dapat mengubah jumlah modal
sahamnya sesudah perusahaan itu berjalan. Perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi dalam modal saham adalah:
1. Pembelian kembali saham yang beredar, untuk sementara waktu atau
selamanya.
2. Penukaran saham yang beredar dengan jenis saham yang lain, atau
mungkin juga dilakukan reorganisasi yang menyeluruh terhadap
struktur modal dan,
3. Emisi saham baru.
Selain modal saham, di dalam PT terdapat juga elemen modal yang
lain yaitu laba tidak dibagi, modal penilaian kembali, dan modal
sumbangan. Laba tidak dibagi merupakan modal yang sumbernya
berasal dari dalam perusahaan, yaitu dari laba usaha yang tidak
dibagi sebagai dividen. Modal penilaian kembali merupakan modal
yang timbul dari adanya perubahan nilai aktiva yang diakui dalam
buku-buku. Modal sumbangan merupakan modal yang berasal dari
sumbangan yang diterima perusahaan.
Untuk dapat melakukan pencatatan modal dengan baik, ada
beberapa pedoman akuntansi modal sebagai berikut:
1. Akuntansi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga modal
dicatat dan dilaporkan berdasarkan pada sumbernya.
2. Transaksi-transaksi modal antara perusahaan dengan pemegang
saham dicatat dalam rekening-rekening modal saham, agio atau
disagio saham dan tidak mempengaruhi laba rugi perusahaan.
3. Apabila perusahaan menarik sahamnya yang beredar dengan
pembayaran yang lebih tinggi dari harga jualnya dulu maka
selisihnya dianggap sama dengan pembagian dividen (yang
dikeluarkan dari laba tidak dibagi)
B. Treasury Stock
Agar modal yang disetor tidak menjadi lebih kecil, maka pembelian treasury
stock harus mempertimbangkan saldo yang ada dalam rekening laba tidak
dibagi. Untuk menjaga supaya laba tidak dibagi tidak diminta oleh
pemegang saham (sebagai dividen), mka jika perusahaan membeli
sahamnya sebagai treasury stock, laba tidak dibagi akan dibatasi sebesar
treasury stock yang dibeli. Pembatasan laba tidak dibagi ini adalah untuk
menjaga agar modal yang disetor tidak berkurang, karena modal yang
disetor itu merupakan jaminan bagi kreditur. Ada beberapa prosedur yang
dapat digunakan untuk melaporkan pembatasan laba tidak dibagi dalam
neraca, seperti yang dijelaskan dalam contoh berikut ini.
Rekening-rekening modal PT Wiweka adalah sebagai berikut:
Modal saham biasa (100.000 lembar, nominal Rp 2.500) Rp 250.000.000
Agio saham Rp 15.000.000
Laba tidak dibagi Rp 55.000.000
PT Wiweka membeli 10.000 lembar sahamnya dengan harga @ Rp 3.000
per lembar. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembatasan laba tidak
dibagi sebagai berikut:
Laba tidak dibagi Rp 30.000.000
Laba tidak dibagi untuk pembelian treasury stock Rp 30.000.000
Prosedur-prosedur yang dapat digunakan untuk melaporkan pembatasan
laba tidak dibagi dalam neraca sebagai berikut (digunakan metode harga
perolehan untuk mencatat treasury stock).
1. Pembatasan laba tidak dibagi ditunjukkan terpisah dari laba tidak dibagi
yang masih bebas.
Modal
Modal saham biasa(100.000 lembar @ Rp 2.500, 100 lembar
dibeli sebagai treasury stock) Rp 250.000.000
Agio saham Rp 15.000.000
Laba tidak dibagi
Dibatasi pembelian treasury stock Rp 30.000.000
Bebas Rp25.000.000+
Jumlah laba tidak dibagi Rp 55.000.000
Jumlah modal Rp 320.000.000
Harga perolehan treasury stock Rp 30.000.000
Rp 290.000.000
2. Pembatasan laba tidak dibagi dijelaskan dengan keterangan.
Dalam cara ini, tidak ada jurnal yang dibuat untuk membatasai laba tidak
dibagi seperti diatas.
Modal saham biasa(100.000 lembar @ Rp 2.500, 100 lembar
dibeli sebagai treasury stock) Rp 250.000.000
Agio saham Rp 15.000.000
Laba tidak dibagi (Rp 30.000 dibatasi untuk pembelian
Treasury stock) Rp 55.000.000+
Jumlah modal Rp 320.000.000
Harga perolehan treasury stock Rp 30.000.000
Rp 290.000.000
3. Pembatasan laba tidak dibagi dijelaskan dengan footnote (catatan kaki).
Dalam cara ini, tidak ada jurnal yang dibuat untuk membatasi laba tidak
dibagi seperti dimuka.
Modal saham biasa(100.000 lembar @ Rp 2.500, 100 lembar
dibeli sebagai treasury stock) Rp 250.000.000
Agio saham Rp 15.000.000
Laba tidak dibagi* Rp 55.000.000+
Jumlah modal Rp 320.000.000
Harga perolehan treasury stock Rp 30.000.000
Rp 290.000.000
*Laba tidak dibagi dibatasi pengunaannya untuk pembelian treasury stock sebesar Rp
30.000.000. Yang tersedia untuk pembagian dividen sebesar Rp 25.000.000
E. Treasury Stock Diterima Sebagai Sumbangan
15 Oktober 2013
Kas Rp 21.000.000
Modal- sumbangan Rp 1.000.000
Treasury stock Rp 22.000.000
Misalnya:
1 Maret 2013
Modal-sumbangan Rp 30.000.000
1 April 2013
Kas Rp 32.500.000
Modal-sumbangan Rp 7.500.000
Kas Rp 10.000
Perhitungan:
Kas Rp 1.250
Dari jurnal di atas dapat dilihat bahwa saham yang dijual dicatat sebesar
harga pasarnya yaitu sebesar Rp 1.750. Cara ini sesuai dengan prinsip
pencatatan saham. Apabila sampai batas waktunya, pemegang saham tidak
menggunakan hak belinya untuk membeli saham baru maka rekening hak
beli saham yang beredar dihapuskan dan dicatat dalam rekening modal
dengan jurnal sebagai berikut:
Pada tanggal 31 Desember jika masih terdapat hak beli saham yang beredar
dilaporkan dalam neraca dalam kelompok modal saham seperti halnya
modal saham dipesan.
Apabila hak beli saham dipakai untuk membeli saham maka oleh
perusahaan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Kas (4.500 lbr x @Rp 3.000) Rp 13.500.000
Hak beli saham biasa yang beredar Rp 9.000.000
Modal saham (4.500 x Rp 4.000) Rp 18.000.000
Agio saham Rp 4.500.000
Kemungkinan 2:
Modal saham lama ditukar dengan saham baru yang nilai nominalnya Rp
600 per lembar. Jurnalnya sebagai berikut:
Modal saham (100.000 lembar @Rp 1.000) Rp 100.000.000
Agio saham Rp 10.000.000
Modal saham Rp 60.000.000
Agio saham-Perubahan nilai nominal Rp 50.000.000
Pertanyaan
Soal Latihan
1. Transaksi PT WGAH sebagai berikut:
a. Akta pendirian menunjukkan saham biasa 10.000 lembar, nominal Rp
1.000 dan 10.000 lembar saham prioritas, nominal Rp 2.000.
b. Dikeluarkan 1.000 lembar saham biasa untuk pendirian perusahaan
sebagai penukar tanah yang dinilai sebesar Rp 11.000.000. Harga jual
saham biasa sebesar Rp 10.000 per lembar.
c. Dijual 2.000 lembar saham prioritas dengan harga Rp Rp 18.000 per
lembar.
d. Di jual 500 lembar saham biasa pada para manajer dengan harga Rp
10.000 per lembar
e. Dibeli 500 lembar saham prioritas yang beredar dengan harga Rp
15.000 per lembar.
f. Dibeli 600 lembar saham prioritas yang beredar dengan harga Rp
14.000 per lembar.
g. Dibeli 400 lembar saham biasa (dari transaksi no b di atas) dengan
harga Rp 14.000 per lembar.
h. 400 lembar saham prioritas yang dibeli, dijual kembali dengan harga
Rp 16.000
i. Dikeluarkan 3.000 lembar saham prioritas dengan harga Rp 17.000
per lembar.
j. Dijual 300 lembar saham biasa yang dulu dibeli sebagai treasury
stock. Harga jual kembali sebesar Rp 12.000 per lembar.
k. Di beli kembali sebagai treasury stock, saham biasa yang dijual dalam
no k di atas dengan harga Rp 11.000 per lembar.
Diminta:
Diminta:
Laba ditahan merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu
kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi dividen
yang dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal.
1. Pembagian Dividen
4. Rekapitalisasi
5. Penyerapan kerugian.
B. KEBIJAKAN DIVIDEN
seperti hal dalam dividen kas, aktiva selain kas atau dividen likuidasi.
2. Timbulnya suatu utang dan suatu penurunan dalam jumlah modal PT seperti
dalam hal dividen hutang atau dividen kas yang sudah diumumkan tetapi
belum bayar.
3. Tidak ada perubahan dalam aktiva, utang atau jumlah modal PT, tetapi hanya
menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam modal PT
seperti dalam hal dividen.
Dalam rangka pembagian dividen dari suatu perusahaan ada 3 tanggal yang perlu
diperhatikan yaitu :
2. Tanggal pendaftaran, pada tanggal ini tidak ada jurnal yang dibuat. Pada
tanggal ini catatan mengenai nama-nama pemegang saham ditutup.
Pemegang saham yang namanya terdaftar dalam perusahaan berhak
menerima dividen. Apabila sesudah saham didaftarkan, kemudian dijual maka
pembeli tidak berhak menerima dividen yang dibagi itu karena yang terdaftar
adalah pemegang saham lama.
3. Tanggal pembayaran, pada tanggal ini dividen yang terutang dilunasi dan
dicatat dengan mendebit rekening utang dividen dan mengkredit rekening
aktiva.
C.JENIS-JENIS DIVIDEN
1. Dividen Kas/Tunai
Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalah dalam bentuk kas. Yang
dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk
pembagian dividen tersebut.
Contoh:
Kas Rp 1.000.000
Contoh:
15 Desember 2013
15 Januari 2014
pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga
pimpinan PT akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji tertulis untuk
membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Scrip dividends ini
bisa berbunga dan tidak berbunga. Jika mengandung bunga, bagian
bunga dari pembayaran tunai harus di debit ke biaya bunga dan tidak
diperlakukan sebagai bagian dari deviden.
Ayat jurnal:
Kas Rp 1.250.000
4. Dividen Likuidasi
Dalam perusahaan yang memiliki wasting assets yang tidak diganti, bisa
membagi dividen likuidasi secara periodik. Biasanya modal yang
dikembalikan adalah sebesar deplesi yang diperhitungkan untuk periode
tersebut. Apabila perusahaan membagi likuidasi, maka para pemegang
saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba dan
berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para pemegang
saham bisa mengurangi rekening investasinya.
Contoh:
Kas Rp 1.200.000
5. Dividen Saham
Contoh :
Jumlah Rp37.500.000
Contoh 1
Contoh 2 :
Diumumkan dividen saham biasa 20% dari saham yang beredar untuk
pemegang saham biasa dan prioritas.
Contoh 4.
2. Laba ditahan yang tidak dibatasi dikurangi dengan jumlah dividen yang
belum dibayar dengan cara sebagai berikut :
Laba ditahan:
Jumlah Rp600.000
Jika saham yang beredar ini tanpa nominal, maka dividen yang akan
dibagikan harus dinyatakan dalam rupiah dan bukan dalam persentase.
Laba ditahan berasal dari laba perusahaan, baik dividen yang dibagikan
dibebankan ke rekening laba ditahan. Sehingga dari waktu ke waktu dapat
dilakukan pembatasan terhadap laba ditahan dengan maksud untuk menjaga
agar semua saldo laba ditahan diminta sebagai dividen. Hal ini dapat
dilakukan dengan:
disetor.
Contoh 1:
Dividen saham prioritas yang belum dibayar adalah mulai 1 Juli 2013.
Nilai liuidasi saham prioritas Rp 1.100. Saham prioritas berhak atas
dividen yang belum diterima. Nilai buku saham pada tanggal 31
Desember 2013 dihitung sebagai berikut:
Jumlah modal Rp 675.000.000
Modal untuk saham prioritas:
Nilai likuidasi Rp 1.100x 100.000 lbr =Rp 110.000.000
Nilai dividen 6/12x10%x100.000.000=Rp 5.000.000+
Jumlah pengurang (Rp115.000.000)
Modal untuk saham biasa Rp 560.000.000
Nilai buku per lembar:
Prioritas = Rp 115.000.000/100.000 lembar = Rp 1.150
Biasa = Rp 560.000.000/1.000.000 lembar = Rp 560
Contoh 2:
Nilai likuidasi saham prioritas Rp 1.100. Saham prioritas adalah
kumulatif dan dividen yang belum dibayar selama 5 tahun. Perhitungan
nilai buku saham sebagai berikut:
Jumlah modal Rp 675.000.000
Modal untuk saham prioritas:
Nilai likuidasi Rp 1.100x 100.000 lbr =Rp 110.000.000
Nilai dividen 5 x10%x100.000.000 =Rp 50.000.000+
(Rp160.000.000)
Modal untuk saham biasa Rp 515.000.000
Nilai buku per lembar:
Prioritas = Rp 160.000.000/100.000 lembar = Rp 1.600
Biasa = Rp 515.000.000/1.000.000 lembar = Rp 515
Contoh 3:
Nilai likuidasi saham prioritas Rp 1.000. Saham prioritas adalah
kumulatif dan dividen yang belum dibayar selama 8 tahun. Dividen
selama 8 tahun ini tetap diperhitungkan walaupun akan mengurangi
modal untuk saham biasa sampai di bawah nilai nominalnya.
Perhitungan nilai buku saham sebagai berikut:
Jumlah modal Rp 675.000.000
Modal untuk saham prioritas:
Nilai likuidasi Rp 1.000x 100.000 lbr =Rp 100.000.000
Nilai dividen 8 x10%x100.000.000 =Rp 80.000.000+
(Rp180.000.000)
Modal untuk saham biasa Rp 495.000.000
Nilai buku per lembar:
Prioritas = Rp 180.000.000/100.000 lembar = Rp 1.800
Biasa = Rp 495.000.000/1.000.000 lembar = Rp 495
Contoh 4:
Misalnya nilai likuidasi saham prioritas Rp 10.000. Dividen saham
prioritas ½ tahun pertama tahun 2013 sudah dibayar. Saham prioritas
berpartisipasi penuh dengan saham biasa, sesudah saham biasa
menerima dividen dengan persentase yang sama dengan saham
prioritas. Laba tidak dibagi yang menjadi bagian saham prioritas dan
saham biasa dihitung sebagai berikut (dlm Rp):
Keterangan Jumlah Prioritas Biasa
Saldo laba tidak dibagi 750.000.000
Dividen prioritas 6/12x10%xRp 1.000.000.000 50.000.000 50.000.000
700.000.000
Dividen saham biasa 10%x5.000.000.000 500.000.000 500.000.000
Saldo laba tidak dibagi 200.000.000
Saldo dibagikan ke prioritas dan biasa dengan tarif
200.000.000
-----------------x100% = 3,33%
6.000.000.000 200.000.000 33.333.333 166.666.667
0 83.333.333 666.666.667
Nilai buku dihitung sebagai berikut:
Jumlah modal 6.750.000.000*
Modal untuk prioritas:
Nilai likuidasi= 100.000 x Rp 10.000 = Rp 1.000.000.000
Dividend an laba tidak dibagi = Rp 83.333.333
Modal untuk saham prioritas 1.083.333.333-
Modal untuk saham biasa 5.666.666.667
Nilai buku saham per lembar
Prioritas= Rp 1.083.333.333/1 000.000 lembar=Rp 1.083
Biasa = Rp 5.666.666.667/100.000 lembar = Rp 566,67
*6.750.000.000 =1.000.000.000+5.000.000.000+83.333.333+666.666.667
Pertanyaan
1. PT WGAH memiliki 4 juta lembar saham biasa yang beredar.Nilai nominal per
lembar Rp 1.000, nilai buku Rp 25.000 per lembar dan harga pasarnya Rp
30.000 per lembar.
Diminta:
Buatlah jurnal yang perlu untuk mencatat transaksi di bawah pada saat
pengumuman dan pembagian dividen:
a. Diumumkan dividen saham sebesar 20%
b. Diumumkan pemecahan saham 2:1
c. Bila PT ABC memiliki 1 juta lembar saham biasa dalam treasury, apakah
treasury stock juga mendapatkan dividen saham? Jelaskan!
d. Berapakah jumlah utang dividen PT WGAH pada bukti a diatas?
BAB VI
PERUBAHAN METODE AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN
Tujuan Pembelajaran
direct costing.
berikut :
dikoreksi.
dan,
c. Perubahan dari atau ke full costing method yang digunakan dalam industri
extractive.
Perubahan Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Ke LIFO
Contoh :
Perhitungannya
Rp 3.750.000 : 5 = Rp 750.000
D. Perubahan Kesatuan Usaha
E. Koreksi Kesalahan
pencatatan seperti :
1. Kesalahan membukukan ke rekening yang lain
F. Jenis-Jenis Kesalahan
Kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin hanya mempengaruhi
neraca saja atau mungkin hanya mempengaruhi laporan laba rugi saja.
Selain kesalahan-kesalahn itu ada juga kesalahan-kesalahan yang
mempengaruhi keduanya, baik neraca maupun laoran laba rugi.
Kesalahan-kesalahan jenis terakhir ini yaitu yang mempengaruhi neraca
dan laporan laba rugi dapat dipisahkan menjadi 2 yaitu:
1. Kesalahan-kesalahan yang bila tidak dibetulkan, akan betul sendiri
dalam periode berikutnya (counter balanced). Jika ada kesalahan-
kesalahan seperti ini maka laporan laba rugi untuk dua periode
berturut-berturut menjadi tidak benar. Neraca periode pertama tidak
benar, tetapi neraca periode berikutnya sudah menjadi benar sendiri.
Contoh kesalahan jenis ini adalah kesalahan dalam persediaan
barang, kesalahan tidak membuat penyesuaian untuk utang-utang
biaya dan pendapatan yang masih akan diterima, dan kesalahan tidak
membuat penyesuaian untuk biaya yang dibayar di muka dan
penghasilan yang diterima di muka.
2. Kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi neraca dan laporan laba
rugi tetapi tidak menjadi benar dengan sendirinya pada periode
berikutnya. Neraca yang disusun sesudah adanya kesalahan ini tidak
akan benar sampai dibuat koreksi yang perlu. Laporan laba rugi
tahun berjalan menjadi tidak benar tetapi tahun-tahun berikutnya
akan tergantung pada jenis kesalahan itu. Mungkin pengaruhnya
hanya dalam periode berjalan atau juga mempengaruhi periode-
periode yang akan datang. Contoh kesalahan jenis ini adalah
kesalahan dalam depresiasi dan kesalahan mencatat pengeluaran
modal sebagai pengeluaran penghasilan atau sebaliknya.
Apabila diketahui adanya keslahan, maka kesalahan itu harus dianalisis
dan dibuatkan koreksi yang diperlakukan sebagau koreksi periode
sebelumnya. Koreksi ini dicatat dalam periode ditemukannya kesalahan
dan dilaporkan dalam laporan keuangan periode tersebut sebagai koreksi
pada saldo awal rekening laba tidak dibagi. Dalam hal disusun laporan
keuangan yang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka
laporan keuangan periode sebelumnya tersebut juga harus dikoreksi.
G. Jurnal Koreksi
Jurnal koreksi yang dibuat akan tergantung pada bentuk laporan laba
rugi yang disusun. Terdapat dua bentuk laporan laba rugi yaitu:
1. Kesalahan dalam
persediaan Contoh :
Jika kesalahan diketahui pada tahun 2014 sebelum tutup buku maka
jurnal koreksinya
Jika kesalahan diketahui setelah tutup buku tahun 2014 maka tidak
ada jurnal koreksi karena kesalahan persediaan akhir 2013 yang terlalu
kecil sudah dibetulkan dengan kesalahan persediaan awal tahun 2014
yang terlalu besar.
- Jika kesalahan diketahui pada tahun 2014 sebelum tutup buku maka
jurnal koreksinya
Persediaan barang Rp
4.000.0000 Pembelian Rp
4.000.000
- Jika kesalahan diketahui setelah tutup buku tahun 2014 maka tidak
ada. Jurnal koreksi karena kesalahan persediaan akhir 2013 dan
pembelian sudah dibetulkan dengan kesalahan persediaan awal
dan pembelian tahun 2014.
Pembelian Rp 4.000.000
- Jika kesalahan diketahui setelah tutup buku tahun 2014 maka tidak
ada jurnal koreksi karena kesalahan pembelian tahun 2013 yang
terlalu kecil sudah dibetulkan dengan kesalahan pembelian tahun
2014 yang terlalu besar.
4. Kesalahan mencatat penjualan barang
Jika pada akhir tahun 2014 tidak dibuat jurnal untuk mencatat
biaya dibayar dimuka dan kesalahan ini baru diketahui sesudah
penutupan buku tahun 2014, maka jurnal koreksinya
Asuransi dibayar dimuka Rp3.000.000
Misalnya bunga yang masih akan dibaya pada akhir tahun 2013
sebesar Rp.1.000.000 tidak dicatat, maka akibat kesalahannya
adalah sebagai berikut :
Jika kesalahan ini diketahui sesudah penutupan buku tahun 2014 maka
tidak perlu dibuatkan koreksi karena kesalahan tahun 2013 sudah
dibetulkan oleh kesalahan tahun 2014. Kesalahan tahun 2014 yang
tidak mencatat pendapatan diterima dimuka belum menjadi benar
pada tahun 2015 sebelum buku-buku ditutup. Oleh karena itu perlu
dibuatkan koreksi untuk membetulkan kesalahan tahun 2014 sebagai
berikut :
Mesin Rp 2.750.000
Mesin Rp 2.750.000
= Rp 2.200.000
Pertanyaan
A. Dasar-Dasar Leasing
B. Keunggulan Leasing
C. Kelemahan Leasing
D. Klasifikasi Leasing
E. Akuntansi leasing
Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama leasing.
Kegiatan utama perusahaan leasing adalah bergerak dibidang pembiayaan untuk
keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan disini
dimaksudkan jika seorang nasabah memerlukan barang-barang modal seperti
peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit dapat
diperoleh dari perusahaan leasing.
A. Dasar-Dasar Leasing
Dalam menjalankan operasinya perusahaan membutuhkan aktiva tetap dan
untuk memperolehnya perusahaan dapat menggunakan cara yang
berbeda-beda. Salah satu yang paling mudah adalah dengan cara
membelinya. Memperoleh aktiva tetap dengan cara pembelian
menimbulkan berbagai keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dan
memerlukan berbagai pertimbangan. Perusahaan perlu memikirkan apakah
dana yang ada mencukupi atau diperlukan suatu pinjaman, dan resiko lain
seperti ketinggalan zaman sehingga tidak ekonomis lagi bila dipakai
ataupun ada resiko kegagalan memakai serta kemungkinan biaya
pemeliharaan yang terlalu tinggi. Cara lain dalam memperoleh aktiva yang
dapat diterapkan adalah dengan cara leasing.
Leasing berasal dari kata Lease yang berarti sewa atau lebih umum
diartikan sewa menyewa yaitu pembiayaan peralatan atau barang modal
untuk digunakan pada proses produksi suatu pernsahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Industri leasing menciptakan konsep baru
untuk mendapatkan barang modal serta menggunakannya sebaik mungkin
tanpa harus membeli atau memiliki barang tersebut.
Untuk lebih jelasnya, ada beberapa defenisi leasing yaitu sebagai berikut :
Selama periode yang dimaksud dalam perjanjian sebagai balas jasa dari hak
Defenisi dan pengertian leasing menurut IAS No. 17 hampir sama dengan
pengertian leasing yang didefinisikan oleh FASB No. 13, tetapi IASC
menambahkan dalam definisinya bahwa dalam pengertian leasing tersebut
terdapat hak opsi bagi lessee untuk membeli aktiva yang dileasekan atau
memperpanjang waktu leasing berdasarkan nilai yang disepakati bersama.
b. Financial lease adalah akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk
membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati
bersama.
B. Keunggulan Leasing
C. Kelemahan Leasing
4. Risiko yang lebih besarpada lessor, artinya adanya tanggung jawab yang
menuntut pihak ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas
barang orang lain yang disebabkan oleh "lease property" tersebut, dan
juga lessor belum tentu yakin bahwa barang lease tersebut bebas dari
berbagai ikatan seperti "liens" (gadai) "preferences", "priorities",
charges" atau kepentingan-kepentingan lainnya.
D. Klasifikasi Leasing
1. Capital Lease yaitu lease yang memenuhi satu atau lebih dari syarat-
syarat berikut ini :
d. The present value at the beginning of the lease term of the minimum
lease payment, excluding that portion of the payment reprenting
executory cost such as insurance, maintenace, and taxes to be paid
by lessor including any a profit there on, equalis or exceed 90 percent
of the excess of the fair value of the lease property to the lessor. At
the inception of lease over any relatid invesment tax credit retained
bay lessor and expected to be realizeed by aim."
Dari kriteria - kriteria yang diberikan oleh FASB tersebut diatas, terdapat
istilah yang perlu dijelaskan lebih lanjut, yaitu :
a. Lease term: Jangka waktu yang tetap dan tidak dapat dibatalkan
termasuk :
b. Bargian Purchase Option: Hak opsi yang diberikan kepada lessee untuk
membeli atau menolak "lease asset" setelah habis masa kontrak, yang
biasanya dinilai sebesar redidu.
c. Executory Cost: biaya yang terjadi pada lessor selama masa lease,
misalnya biaya pemeliharaan, biaya asuransi dan pajak. Umumnya
executory coxt ini ditanggung lessee dibayar kepada lessor secara
periodek bersamaan dengan pembayaran berkala, merupakan "Periode
Cost"
f. Fair Value of Lease Property: Taksiran nilai wajar aktiva yang dapat dijual
atas dasar transaksi yang normal diantara pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa (arms length transaction).
Sales type leases merupakan finacial lease, tetapi dalam hal ini leased
property pada saat permulaan lease mempunyai nilai yang berbeda
dengan cost yang ditanggung lessor. Lessor dalam hal ini bisa mempakan
suatu fabrikan atau dealer yang memakai metode leasing sebagai salah
satu jalur pemasarannya.
Direct Financing leases adalah salah satu bentuk financial leasing yang
dibiayai langsung oleh lessor. Ditinjau mengenai tarifnya, tiap
pembayaran leasse terdiri dari bagian pengembalian investasi lessor
dalam lease terdiri dari bagian pengambilan investasi di lessor dalam
leased property tersebut ditambah dengan komponen income
(keuntungan) yang diharapkan. Metode ini sering disebut full payout
leasing, yaitu menunjukkan bahwa lessor membiayai sepenuhnya
(100%) dari lease property yang bersangkutan.
Baik Sales Type maupun Direct Financial Lease harus memenuhi syarat
yang tersebut pada persyaratan-persyaratan capital lease, ditambah
dengan kedua syarat yang tercantum dibawah ini:
3. Leverage Leases
4. Operating Lease
Tidak
Ada kemungkinan untuk
membeli hak aktiva yang
Ya
disewa
Tidak
Jangka waktu sewa>75%
taksiran umur ekonomis Ya
Tidak
Nilai tunai
pembayaran>90% harga Ya
aktiva
Tidak
Operating lease Capital Lease
Selain klasifikasi lease yang diuraikan sebelumnya masih ada lagi jenis
lease lainnya yang perlu diketahui yaitu :
Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang yang
dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini kemudian
dilakukan suatu kontrak antara lessee dan lessor. Transaksi ini biasanya
timbul karena lessee membutuhkan kas untuk modal kerja atau
keperluan lainnya.
b. Sub Leases
Sub leases adalah sewa guna usaha dimana aktiva yang disewa oleh
lessee disewakan kembali kepada pihak ketiga. Transaksi sub lease ada
dua macam yaitu:
1). Aktiva yang disewa oleh lessee pertama disewakan kepada lessee
yang baru dimana perjanjian leasing antara lessee pertama dengan
lessor masih tetap berlaku.
Jenis leasing ini merupakan lease yang dilakukan antar negara. Adanya
suatu transaksi cross border murni untuk Indonesia saat ini belum
diperbolehkan. Dengan melakukan international leasing maka dapat
memberikan tambahan keuntungan bagi negara dalam rangka
memungkinakan investor lokal untuk melakukan investasi dalam
peralatan milik asing untuk memperoduksi barang dengan kualitas yang
lebih tinggi untuk memenuhi permintaan lokal maupun ekspor. Biasanya
suatu perusahaan leasing melakukan transaksi leasing di luar negaranya
melalui perusahaan yang dimiliki oleh suatu group yang sama.
- Barang modal yang akan dibeli, dipilih dan ditentukan sendiri oleh lessee
yang bersangkutan, jadi bukan oleh lessor. Lessor hanya menyediakan
dananya saja.
• Lessee : Lease modal jika salah satu dari kriteria umum terpenuhi.
• Lessor : Lease modal jika salah satu dari kriteria umum terpenuhi dan
E. Akuntansi Leasing
1. Aktiva
Jenis aktiva yang timbul pada saat terjadinya transaksi leasing adalah
aktiva tetap dan aktiva lancar. Aktiva tetap disini adalah barang atau
peralatan yang dileasing oleh penyewa guna usaha, sedangkan aktiva
lancar adalah berupaantara lain biaya yang dibayar dimuka, yaitu untuk
asuransi dibayar dimuka.
2. Kewajiban
Kewajiban yang terjadi akibat transaksi leasing antara lain hutang lease
bagi lessee.
3. Pendapatan
4. Beban
Dalam transaksi leasing beban yang timbul antara lain beban pelaksana
lease dan beban asuransi yang ditanggung oleh penyewa guna usaha
(lessee).
Lessee Lessor
Peralatan yang dilease xxx Piutang Lease(bersih) xxx
Kewajiban lease xxx Peralatan xxx
Kriteria Kapitalisasi
Untuk lease yang dicatat sebagai lease modal (capital lease), lease harus
dianggap tidak dapat dibatalkan, dan memenuhi satu atau lebih dari
empat kriteria berikut ini:
3). Jangka waktu lease sama dengan atau lebih 75% dari estimasi umur
ekonomis aktiva yang dilease
b) Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi)
dengan perolehan aktiva yang disewaguna usahakan diperlukan sebagai
pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease
income).
d) Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dijual maka perbedaan antara
nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai kerugian atau
keuntungan tahun berjalan.
CONTOH SOAL
1. Jangka waktu lease adalah 5 tahun, dan perjanjian lease tidak dapat dibatalkan,
yang mengharuskan pembayaran sewa yang sama sebesar $25.981,62 pada
awal setiap tahun (dasar anuitas jatuh tempo).
2. Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar $100.000
dengan estimasi umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
4. Lease ini tidak mencakup opsi pembaharuan, dan peralatan kembali menjadi
milik Lessor Company pada akhir masa lease.
5. Suku bunga pinjaman inkremental Lessee Company adalah 11% per tahun.
6. Lessee Company menyusutkan peralatan serupa miliknya atas dasar garis lurus.
7. Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat
pengembalian atas investasi sebesar 10% per tahun; hal ini diberitahu kepada
Lessee Company.
Jawab
Lease ini memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai lease modal dengan
alasan sebagai berikut:
(1) Jangka waktu lease selama 5 tahun yang sama dengan estimasi umur
ekonomis peralatan selama 5 tahun, memenuhi pengujian 75%.
= $23.981,62x4,16989
= $100.000
Suku bunga implisit lessor sebesar 10% yang digunakan, bukan suku bunga
pinjaman inkremental lessee sebesar 11% karena (1) nilainya lebih rendah dan (2)
lessee mengetahui suku bunga ini.
Ayat jurnal untuk mencatat lease modal pada pembukuan Lessee Company
Ayat jumal untuk mencatat pembayaran lease pertama per 1 Januari 2014
adalah:
Kas 25.981,62
Total biaya pendanaan (beban bunga) selama jangka waktu lease adalah
$19.908,10, yaitu perbedaan antara nilai sekarang pembayaran lease ($100.000)
dan kas aktual yang dikeluarkan, dikurangi biaya executor ($119.908,10).
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar Anuitas jatuh tempo)
Tanggal Pembayaran Biaya Bunga Pengurangan Kewajiban
Lease Exetory (10%) atas Kewajiban Lease
Tahunan kewajiban Lease
yang
belum
dibayar
(a) (b) (c) (d) (e)
1/1/02 100.000,00
1/1/02 25.981,62 2.000,00 23.981,62 76.018,38
1/1/03 25.981,62 2.000,00 7.601,84 16.379,78 59.638,60
1/1/04 25.981,62 2.000,00 5.963,86 18.017,76 41.620,84
1/1/05 25.981,62 2.000,00 4.162,08 19.819,54 21.801,30
1/1/06 25.981,62 2.000,00 2.180,13 21.801,30
129.908,10 10.000,00 19.907,91 100.000,00
Pada akhir tahun fiskal Lessee Company, 31 Desember 2014, bunga akrual
(accrued interest) dicatat sebagai berikut
Penyusutan atas peralatan yang dilease selama 5 tahun jangka waktu lease,
dengan menggunakan kebijakan penyusutan normal Lessee Company (metode
garis lurus), menghasilkan ayat jurnal berikut per 31 Desember 2014:
Biaya Penyusutan - Lease Modal 20.000
($100.000 : 5 tahun)
Pada tanggal 31 Desember 2014, aktiva yang dicatat menurut lease modal telah
diidentifikasi secara terpisah pada neraca lessee. Demikian juga kewajiban terkait
diidentifikasi secara terpisah. Bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun
atau siklus operasi, mana yang lebih lama, diklasifikasikan sebagai kewajiban
lancar dan sisanya sebagai kewajiban tidak lancar. Sebagai contoh, bagian lancar
dari total kewajiban per 31/12/14 sebesar $76.018,38 pada skedul amortisasi
lessee adalah jumlah pengurangan kewajiban pada tahun 2015, atau $16.379,78.
Bagian kewajiban yang berhubungan dengan transaksi lease pada tanggal 31
Desember 2014 akan disajikan sebagai berikut:
Kewajiban lancar
Kas 25,981,62
Ayat jurnal hingga tahun 2006 akan mengikuti pola di atas. Biaya executor lainnya
(asuransi dan pemeliharaan) yang dikeluarkan oleh Lessee Company akan dicatat
dengan pola yang sama seperti digunakan untuk mencatat setiap biaya operasi
lainnya yang terjadi atas aktiva yang dimiliki oleh Lessee Company.
Metode Lease Operasi (Lessee)
Dalam metode operasi, beban sewa (dan kewajiban yang berhubungan) harus
diakrualkan dari hari ke hari ke lesse ketika property digunakan. Lesse
membebankan sewa ke periode-periode yang memperoleh manfaat dari
penggunaan aktiva dan mengabaikan, dalam akuntansi, setiap komitmen untuk
melakukan pembayaran di masa depan. Akrual dan penangguhan (deferal) yang
tepat akan dilakukan jika akhir periode akuntasi terjadi antara tanggal-tanggal
pembayaran.
Sebagai contoh, misalkan bahwa lease modal pada contoh di depan tidak
memenuhi kriteria sebagai lease modal dan karenanya diperlakukan sebagai
lease operasi. Beban sewa tahun pertama ke operasi adalah $25.981.62 yaitu
jumlah pembayaran sewa. Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran ini pada
tanggal 1 Januari 2014 adalah sebagai berikut :
Kas 25.981,62
Aktiva yang disewa maupun setiap kewajiban jangka panjang untuk pembayaran
sewa dimasa depan, tidak dilaporkan di neraca. Beban sewa akan dilaporkan pada
laporan laba-rugi. Sebagai tambahan, catatan pengungkapan juga diwajibkan
untuk semua lease operasi yang memiliki jangka lease yang tidak dapat dibatalkan
melebihi satu tahun.
Jika lease diklasifikasikan sebagai lease operasi, maka beban tahun pertama akan
menjadi 25.981,92 yaitu jumlah pembayaran sewa, akan tetapi jika
diklasifikasikan sebagai lease modal, maka beban tahun pertama sebesar
29.601,84; penyusutan = 20.000(garis lurus); beban bunga =7.601,84 dan biaya
excetory =2.000. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun total beban operasi
selama jangka waktu lease adalah sama, namun menurut perlakuan lease modal
beban akan lebih besar ditahun-tahun awal dan lebih rendah ditahun-tahun
berikutnya.
Perbandingan Beban Operasi-Lease Modal vs. Operasi
Tahun Lease Modal Lease Perbedaan
Operasi
Peny. Biaya Bunga Total Beban
Excetory Beban lease
operasi
2014 20,000 2,000 7,601.84 29,601.84 25,981.62 3,620.22
2015 20,000 2,000 5,963.86 27,963.86 25,981.62 1,982.24
2016 20,000 2,000 4,162.08 26,162.08 25,981.62 180.46
2017 20,000 2,000 2,180.32 24,180.32 25,981.62 (1,801.30)
2018 20,000 2,000 22,000.00 25,981.62 (3,981.62)
100,000 10,000 19,908.10 129,908.10 129,908.10
Perbedaan-perbedaan berikut ini akan terjadi jika lease modal dan bukan lease
operasi yang digunakan:
1. Kenaikan jumlah hutang yang dilaporkan (baik jangka pendek maupun jangka
panjang).
3. Laba yang rendah pada awal masa lease dan karenanya, laba ditahan menjadi
lebih rendah.
Jadi, banyak perusahaan percaya bahwa lease modal memiliki dampak yang
merugikan terhadap posisi keuangan perusahaan karena rasio hutang terhadap
total ekuitas meningkat dan tingkat pengembalian atas total aktiva menurun.
Sebagai akibatnya, perusahaan cenderung menolak mengkapitalisasi lease.
Dari sudut pandang arus kas, perusahaan berada pada posisi yang sama baik
apakah lease diperlakukan sebagai lease modal maupun operasi. Alasan mengapa
manajer sering menentang kapitalisasi adalah bahwa kapitalisasi dapat
menyebabkan pelanggaran perjanjian pinjaman; mempengaruhi jumlah
kompensasi yang diterima oleh pemilik (sebagai contoh, program kompensasi
saham yang dihubungkan dengan laba) dan dapat menurunkan tingkat
pengembalian serta meningkatkan rasio hutang terhadap ekuitas, yang
mengakibatkan perusahaan menjadi kurang menarik bagi investor yang ada
sekarang maupun investor potensial.
Pertanyaan
Latihan Soal
Diminta:
a. Buatlah ayat jurnal, dengan penjelasan, yang harus dicatat oleh Brennan per 31
Desember 2013. (Asumsikan tidak ada nilai sisa)
b. Buatlah ayat jurnal, dengan penjelasan, yang harus dicatat oleh Brennan per
31 Desember 2014. (Buatlah skedul amortisasi lease untuk kelima
pembayaran)
c. Buatlah ayat jurnal, dengan penjelasan, yang harus dicatat oleh Brennan per 31
Desember 2015
d. Berapa jumlah yang akan muncul pada neraca Brennan per 31 Desember 2015
sehubungan dengan kesepakatan lease ini?
BAB VIII
AKUNTANSI JOINT VENTURE
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan memahami:
B. Bentuk-Bentuk Venture
Bentuk joint venture ada dua yakni:
1. Single venture
Adalah pengusahaan suatu proyek tertentu yang dilakukan oleh satu
unit tertentu. Dalam hal ini cukup dibentuk suatu rekening tersendiri
yang disebut “Venture Account”, dengan mendebet bila terjadi biaya
dan mengkredit bila diperoleh pendapatan atau keuntungan. Saldo
debet dan kredit pada akhir periode dipindahkan ke rekening modal.
2. Joint Venture
Adalah kerjasama diantara dua orang/badan usaha atau lebih untuk
mengusahakan usaha tertentu. Dalam joint venture ini waktunya
terbatas. Masing-masing pihak dapat menyerahkan barang atau uang
sebagai kontribusi terhadap usaha bersama itu. Keuntungan atau
kerugian dibagi bersama. Sebelum pembagian keuntungan biasanya
diperhitungkan terlebih dahulu bunga modal, komisi, bonus dan lain-
lain, untuk pihak-pihak yang telah berjasa.
Salah satu pihak yang bekerja sama itu biasanya ditunjuk sebagai
pimpinan usaha joint venture yang disebut juga sebagai “managing
partner”. Untuk managing partner ini biasanya diberikan balas jasa
tertentu untuk aktivitas dan kemampuan kerjanya. Managing partner
mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan pembukuan dan
menyajikan laporan-laporan keuangan yang berhubungan dengan
aktivitas joint venture.
Contoh 2:
Apabila usaha bersama Tuan Wiweka, Ganendra dan Ananta pada halaman
152, pembukuannya diselenggarakan dengan tidak menggunakan buku-
buku joint venture secara terpisah, dan setiap anggota mencatat semua
transaksi pada bukunya masing-masing, maka pencatatannya akan Nampak
sebagai berikut:
Pembukuan joint venture tidak diselenggarakan secara terpisah(dlm US $)
Transaksi-transaksi Buku-buku Tuan Buku-buku Tuan Buku-buku Tuan Ananta
Wiweka Ganendra (Managing partner)
1 Oktober Join Venture 7.500 Join Venture 7.500 Join Venture 7.500
1)Investasi oleh W &A masing-masing Brng2utk JV 3.000 Tuan W 3.000 Tuan W 3.000
30.000dan 45.000 Tuan A 4.500 Tuan A 4.500 Brng2utk JV 4.500
2)Investasi uang tunai oleh Tuan G 25.000 Tuan A 2.500 Tuan A 2.500 Kas join Vent 2.500
Tuan G 2.500 Kas 2.500 Tuan G 2.500
1 Okt s.d 31 Des 2013 Joint venture 10 Joint venture 10 Kas joint vent 990
3) Ditarik sebuah promes 1.000 dengan Tuan A 10 Tuan A 10 Joint venture 10
bunga 6% jw 60 hari Wesel bayar JV 1.000
4)Penjualan kredit barang dagangan Tuan A 16.000 Tuan A 16.000 Piutang JV 16.000
16.000 Joint venture 16.000 Joint venture 16.000 Joint venture 16.000
5)Penerimaan piutang 15.900 Kas Joint vent 15.900
Piutang Joint vent 15.900
6)Penghapusan piutang dagang 100 Joint venture 100 Joint venture 100 Joint venture 100
Tuan A 100 Tuan A 100 Piutang Joint vent 100
7)Pembayaran macam-macam biaya Joint venture 4.400 Joint venture 4.400 Joint venture 4.400
usaha 4.400 Tuan A 4.400 Tuan A 4.400 Kas Joint venture 4.400
8)Pembayaran/pelunasan wesel bayar Wesel byr JV 1.000
Kas joint venture 1.000
9) 31 Desember Joint venture 3.900 Joint venture 3.900 Joint venture 3.900
Pembagian R/L 3.990 Laba Joint vent Laba Joint vent Laba Joint vent 2.420
Ket W G A Total 790 Tuan G 780 780 Tuan W 790 Tuan W 790
Komisi 1.600 1.600 Tuan A 2.420 Tuan A 2.420 Tuan G 780
Bunga modal 60 50 90 200
Sisa dibagi
Sama 730 730730 2.190
Total 790 780 2.420 3.990
10)Pembubaran Join venture/ Kas 3.790 Kas 3.280 Kas 6.920
penyelesaian kpd anggota Tuan A 3.790 Tuan A 3.280 Tuan W 3.790
Pembayaran tunai kepada: Tuan G 3.280
W = 3.790 Kas JV 13.990
G = 3.280
A = 6.920 +
13.990
Contoh 3:
Misalnya joint venture antara Tuan Wiweka, Ganendra dan Ananta
tersebut di muka pada tanggal 31 Desember 2013 dinyatakan belum
selesai, sebab masih ada barang-barang yang belum terjual seharga 1.200
US $( at cost) dan asih dipegang oleh Tuan Ananta selaku managing
partner.
Dalam keadaan seperti ini, masing-masing partner memerlukan
adjustment dalam menghitung adanya laba/rugi joint venture. Apabila
diperhitungkan ternyata keuntungannya menjadi 5.190 US $(kelebihan
pendapatan di atas biaya-biaya sebesar 3.990 US $ ditambah 1.200 US $).
Dengan demikian maka perhitungan pembagian laba dan adjustment pada
pembukuan masing-masing prtner pada tanggal 31 Desember 2013 akan
tertera sebagai berikut (dalam US $):
Buku-buku Tuan Wiweka
Joint venture 5.190
Dalam hal pembukuan joint venture tidak diselenggarakan secara terpisah, maka
hak-hak para anggota di dalam joint venture pada setiap saat dapat ditentukan
(dihitung) dari saldo rekening-rekening yang menyangkut aktivitas joint venture.
Hak-hak para anggota adalah merupakan selisih antara jumlah kumulatif semua
rekening yang mempunyai saldo debet dengan jumlah kumulatif semua rekening
yang bersaldo kredit dari pembukuan yang diselenggarakan oleh anggota yang
bersangkutan. Rekening-rekening dengan saldo debet menunjukkan; Aktiva joint
venture (termasuk biaya dibayar di muka). Sedangkan rekening-rekening dengan
saldo kredit menunjukkan kewajiban-kewajiban joint venture kepada pihak ketiga
dan hak-hak anggota di dalam joint venture.
Contoh 4:
Apabila dari contoh soal no. 2 di atas ditentukan besarnya hak-hak para anggota
masing-masing sampai dengan transaksi no. (5) dan no. (9), maka berdasar
pembukuan yang diselenggarakan oleh anggota-anggota yang bersangkutan akan
ternyata dari selisih debet dari semua rekening-rekening yang ada sebagai
berikut:
Latihan Soal
Tuan Xena, Yosa dan Zaki bersepakat mengadakan suatu kerjasama dalam suatu
usaha joint venture dengan ketentuan sebagai berikut:
Pembagian Laba : Tuan Zaki diberikan komisi 20% dari penjualan. Bunga modal
diberikan kepada masing-masing anggota sebesar 10% dari
laba usaha dan sisanya dibagi dengan perbandingan 2:3:5.
Joint venture di mulai 1 September sampai dengan 31
Desember.
Hery dan Widyawati Lekok. 2011. Akuntansi Keuangan Menengah 2. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kasmir. 1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi keenam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
163