Anda di halaman 1dari 117

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN


KLINIS RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI
RUMKITAL DR. MINTOHARDJO PADA BULAN
JANUARI 2015

SKRIPSI

SITI ULFAH BILQIS


1111102000018

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
MEI 2015
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN


KLINIS RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI
RUMKITAL DR. MINTOHARDJO PADA BULAN
JANUARI 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

SITI ULFAH BILQIS


1111102000018

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
MEI 2015
ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK

Nama : Siti Ulfah Bilqis


Program Studi : Strata-1 Farmasi
Judul : Kajian resep rawat jalan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo
pada Bulan Januari 2015

Kajian resep merupakan aspek yang sangat penting dalam peresepan karena dapat
membantu mengurangi terjadinya medication error. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persentase kelengkapan resep dan kejelasan penulisan terkait obat
serta gambaran terkait interaksi obat pada resep rawat jalan di Instalasi Apotek
RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015. Penelitian yang dilakukan
bersifat deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Metode
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode random sampling,
didapatkan sebanyak 400 resep. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
kelengkapan resep secara administrasi yaitu: data pasien 12%, paraf dokter 100%,
tidak ada resep yang mengandung narkotik dan kesesuaian dengan formularium
88,2%. Secara farmasetik didapatkan kejelasan penulisan bentuk sediaan 27% dan
adanya obat puyer 3,5%. Sedangkan secara klinis didapatkan kejelasan penulisan
nama obat 95,2%, signa 96,2% dan rute pemberian 32%. Ketepatan dosis obat
67,2% dan frekuensi pemberian obat 91,5%. Adanya interaksi obat sebanyak
49,2% dengan mekanisme secara farmakodinamik sebesar 50,8% dan secara
farmakokinetik sebesar 18,5%. Adanya hubungan yang bermakna terjadi antara
jumlah jenis obat dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat (p =
0,000). Hasil pengkajian kelengkapan dan analisis resep ini diharapkan dapat
membantu meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan dapat mencegah
terjadinya medication error pada fase prescribing.

Kata Kunci : Kajian resep, kelengkapan resep, interaksi obat.

vi UIN
UINSyarif
SyarifHidayatullah
HidayatullahJakarta
Jakarta
ABSTRACT

Name : Siti Ulfah Bilqis


Program Study : Strata-1 Pharmacy
Title : Analysis of Prescribing in Naval Hospital Dr.
Mintohardjo in Januari 2015

The analysis of prescribing is a very important aspect in the prescription because


it can help to reduce the occurrence of medication errors. This study aimed to
determine the percentage of the completeness of prescriptions and the writing
clarity related to medicines, and a description related to the prescription drug
interaction outpatient in pharmacy installation Naval Hospital Dr. Mintohardjo in
Januari 2015. This is a descriptive research where the data has been retrieved
retrospectively. The sampling method that has been used in this research was the
random sampling method, with a total of 400 prescriptions. The result showed that
the completeness of prescription in the administration were: 12% of patient data,
100% of the doctor’s initials, no prescriptions containing narcotics and suitability
with the formularium was 88,2%. Pharmaceutically, the clarity of the writing
dosage form and the presence of medication pulveres were obtained at 27% and
3,5%. While clinically, the clarity of the writing name of the medicine was
obtained at 95,2%, signa 96,2% and route of drug administration at 32%. The
result of drug interaction was 49,2% with the pharmacodynamic mechanism at
50,8% and the pharmacokinetics at 18,5%. Significant correlation occured
between the number of drugs in one prescription to the incidence of potential drug
interaction (p = 0.000). The assessment results of completeness and prescription
analysis is expected to help improve the quality of care for patients and prevent
the occurrence of medication errors in prescribing phase

Keywords: Analysis of prescription, completeness of prescription, drug


interaction

vii UIN
UINSyarif
SyarifHidayatullah
HidayatullahJakarta
Jakarta
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha pengasih dan
Maha penyayang, yang telah member kekuatan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan
kepada Baginda Rasul, Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan
bagi umatnya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
melaksanakan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penyusunan ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt sebagai Pembimbing I dan Ibu Ingrid Green
Nego, S.Si., Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu, nasehat,
waktu, tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitan Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Yardi, Ph.D., Apt selaku Pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan selama masa perkuliahan.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kedua orang tua tercinta, Abi H. Drs. Wahruddin dan Ummi Hj. Dra.
Mu’izzah yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang,
dukungan moral, materil, nasehat-nasehat, serta lantunan do’a di setiap waktu.
6. Adik-adik tercinta, Iin Inayatul Maula, Aat Syafa’atul Udzma, Hikmatun Nisa
dan Aghni Nurul Azizah yang sudah memberikan semangat dan do’a.

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7. Kakanda Muhammad Samad (Madun) yang selalu memberikan semangat,
dukungan, doa, tenaga, waktu selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi
ini.
8. Ibu dan Bapak Apoteker di RUMKITAL Dr. Mintohardjo yang telah
memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.
9. Teman-teman seperjuangan selama penelitian di RUMKITAL Dr.
Mintohardjo: Athirotin Halawiyah, Khabbatun Ni’mah dan Dana
Yusshiammanti F, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
10. Teman-teman di Program Studi Farmasi: Fifi Zuliyanti, Erlin Febriyanti, Rizki
Hidayanti Rambe, Intan Rumaisha, Arumpuspa Azizah, Qurry Mawaddana,
Fathiyah serta teman-teman Farmasi 2011 atas semangat dan kebersamaan
kita selama perkuliahan berlangsung. Semoga ukhuwah yang telah terjalin
tidak pernah putus dan akan terus berlanjut.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan
penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari


Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Mei 2015

Penulis

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….…….. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS…………………………….…... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………... iv
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….… v
ABSTRAK……………………………………………………………………...… vi
ABSTRACT………………………………………………………………….….... vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………... x
DAFTAR ISI…………………………………………………………..……….… xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...… xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..….... xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...... xv
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….…………... 4
1.3 Tujuan................................................................................................. 4
1.4 Manfaat............................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 5
2.1 Depo Farmasi..................................................................................... 5
2.1.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit……….. 5
2.1.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit…….....….. 6
2.1.3 Tim Farmasi dan Terapi……………..……………….......… 8
2.2 Obat………………………………………………………..……....… 10
2.3 Resep………………………………………….……………….…….. 10
2.3.1 Definisi Resep…………………………………………….. 10
2.3.2 Jenis-jenis Resep…………………...…………….……… 11
2.3.3 Penulisan Resep…………………………………………… 11
2.3.4 Penulis Resep…………………………………………….. 11
2.3.5 Tujuan Penulisan Resep……………………………………12
2.3.6 Format Penulisan Resep…………………………………. 12
2.3.7 Kerahasiaan dalam Penulisan Resep……………………… 13
2.3.8 Pola Penulisan Resep……………………………………. 14
2.3.9 Contoh Resep……………………………………..…....... 15
2.3.10 Tanda-tanda pada Resep........…………………….…..…. 16
2.3.11 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya…….………… 16
2.3.12 Menulis Resep……………………………………….….… 17
2.3.13 Prinsip Penulisan Resep di Indonesia…………….……..... 19
2.4 Skrining Resep…………………………..…………………..…...…. 20
2.4.1 Penulisan Resep Obat yang Rasional……………………. 21
2.4.2 Permasalahan dalam Menulis Resep…...………………… 23
2.4.3 Medication Error……………………..……....………..... 24
2.5 Interaksi Obat……….………….…………………………………… 25

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2.5.1 Pengertian Interaksi Obat……………..……..…….......... 25
2.5.2 Mekanisme Interaksi Obat……………………………… 25
2.5.3 Tingkat Keparahan Interaksi Obat………………..……... 29
BAB 3 METODEPENELITIAN…………………………………………..….… 31
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….. 31
3.2 Rancangan Penelitian…...…………..…….……..……………….… 31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………………..………….……….. 31
3.3.1 Populasi…………….………………..………….………... 31
3.3.2 Sampel ……………..………….......……….…..……….. 31
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi………………..…..……………….…..… 32
3.4.1 Kriteria Inklusi……….……………..…………………… 32
3.4.2 Kriteria Ekslusi….………………..….…………..……… 32
3.5 Kerangka Konsep………………...…………..………..…………….. 33
3.6 Definisi Operasional………………………………………………… 33
3.7 Tata Cara Penelitian…………………………………………………. 35
3.8 Cara Kerja…………………………………………………………… 36
3.9 Analisis Data…………………………………………………………..37
BAB 4 PEMBAHASAN……………………………………………………..…… 38
4.1 Hasil Penelitian………………………………………........................ 38
4.1.1 Analisis Kelengkapan Resep……………………………. 38
4.1.2 Analisis Penulisan Terkait Obat…………….………….... 40
4.1.3 Analisis Terkait Interaksi Obat……………………..……. 42
4.2 Pembahasan Penelitian……………………………………………… 44
4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian………….............................. 44
4.2.1.1 Analisis Kelengkapan Resep………............... 44
4.2.1.2 Analisis Penulisan Terkait Obat………........... 47
4.2.1.3 Analisis Terkait Interaksi Obat………............. 49
4.2.2 Keterbatasan Penelitian…………………………………….51
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………... 53
5.1 Kesimpulan…………………..……….……………………………… 53
5.2 Saran………………………………………………………………… 54
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..…………... 55
LAMPIRAN………………………………………………………………………. 58

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1 Data Analisis Kelengkapan Resep………………………..………………….……39
4.2 Profil Resep terhadap Legalitas Narkotik…………………………………………40
4.3 Data Analisis Ketepatan Dosis Sediaan dan Frekwensi Pemberian Obat............. 40
4.4 Data Analisis Kejelasan Penulisan Terkait Obat……………………….……...… 41
4.5 Profil Resep……………………………………………………………............... 41
4.6 Potensi Terjadinya Interaksi Obat Berdasarkan Literatur…………….............… 41
4.7 Gambaran Jumlah Obat Berdasarkan Ada Tidaknya Potensi Interaksi Obat
Berdasarkan Literatur…………………………………………………………….. 42
4.8 Data Distribusi Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan dan
Tipe Mekanisme Interaksi Obat…………………………………………………. 43
4.9 Gambaran Distribusi Jumlah Jenis Obat yang di Resepkan dalam Lembar
Resep dengan Kejadian Potensi Interaksi Obat………………………………… 43

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Pola penulisan resep……………………………………...……………14
Gambar 2.2 Contoh resep………………………………………………..…………15
Gambar 1 Grafik persentase jumlah kelengkapan data pasien…………………...58
Gambar 2 Grafik persentase jumlah kejelasan penulisan nama obat……………..58
Gambar 3 Grafik persentase jumlah kejelasan penulisan signa………………… 58
Gambar 4 Grafik persentase jumlah pencantuman paraf dokter………………….58
Gambar 5 Grafik persentase jumlah resep yang mengandung narkotik…...……..58
Gambar 6 Grafik persentase kesesuaian obat dengan formularium………………58
Gambar 7 Grafik persentase kejelasan penulisan dan ketepatan dosis obat……...59
Gambar 8 Grafik persentase kejelasan penulisan bentuk sediaan……………… 59
Gambar 9 Grafik persentase kejelasan penulisan rute pemberian obat…………..59
Gambar 10 Grafik persentase kejelasan penulisan dan ketepatan frekuensi
pemberian……………………………………………………….…… 59
Gambar 11 Grafik persentase jumlah ketercampuran obat (puyer) pada resep 59
Gambar 12 Grafik persentase jumlah terjadinya interaksi obat pada resep………. 59

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Grafik Persentase Analisis Univariat……………………..….............. 58
Lampiran 2 Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian di RUMKITAL Dr.
Mintohardjo………………………………………............................ 60
Lampiran 3 Data Kelengkapan Resep……….…………..………........................... 61
Lampiran 4 Data Distribusi Interaksi Obat……………………..…...……………. 79
Lampiran 5 Output SPSS Analisis Univariat…………………………………..... 98
Lampiran 6 Output SPSS Analisis Bivariat…………………………….………… 101

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, Bab I, Pasal 1(4)
menyebutkan bahwa “Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter
gigi, kepada Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku”.
Katzung 2009 dalam Sandy (2010), resep yang baik harus memuat cukup
informasi yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan mengerti obat apa
yang akan diberikan kepada pasien. Namun pada kenyataannya, masih banyak
permasalahan yang ditemui dalam peresepan. Beberapa contoh permasalahan
dalam peresepan adalah kurang lengkapnya informasi pasien, penulisan resep
yang tidak jelas atau tidak terbaca, kesalahan penulisan dosis, tidak
dicantumkannya aturan pemakaian obat, tidak menuliskan rute pemberian obat,
dan tidak mencantumkan tanda tangan atau paraf penulis resep (Cahyono, 2008).
Banyak faktor yang mempengaruhi permasalahan dalam peresepan, sehingga
diperlukan kepatuhan dokter dalam melaksanakan aturan-aturan dalam penulisan
resep sesuai undang-undang yang berlaku (Gibson et al (1996) dalam Sandy
(2010)).
Permasalahan dalam peresepan merupakan salah satu kejadian medication
error. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa medication error adalah
kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk medication error yang
terjadi adalah pada fase prescribing (error terjadi pada penulisan resep) yaitu
kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat atau penulisan resep.
Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam, mulai yang tidak memberi resiko
sama sekali hingga terjadinya kecacatan atau bahkan kematian (Dwiprahasto dan
Kristin, 2008). Selain itu, dalam (Hartayu dan Aris, 2005) menyebutkan bahwa

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2

medication error yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan terapi, bahkan dapat
timbul efek obat yang tidak diharapkan seperti terjadinya interaksi obat.
Interaksi obat didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi antara obat dengan
senyawa kimia (obat lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan
tubuh yang dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi
peningkatan/pengurangan kerja obat atau bahkan obat sama sekali tidak
menimbulkan efek. Definisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing satu
dengan yang lainnya atau yang terjadi ketika satu obat hadir bersama dengan obat
yang lainnya (Stockley, 2008). Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi
interaksi yang melibatkan aspek farmakokinetik obat dan interaksi yang
mempengaruhi respon farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik dapat
terjadi pada beberapa tahap, meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau
ekskresi. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat
diubah oleh obat lain pada tempat aksi (Fradgley, 2003).
Hasil penelitian dari Prawitosari (2009) menemukan bahwa dalam
peresepan ditemukan ketidakjelasan penulisan signa sebanyak 50,8%, kesalahan
penulisan dosis obat sebanyak 50,8%, dan paraf dokter sebanyak 6,8%. Selain itu,
penelitian oleh Octavia (2011) medapatkan kesalahan penulisan bentuk sediaan
sebanyak 60,2%, rute pemberian 84,2% dan frekwensi penggunaan obat 75,5%.
Studi lain yang dilakukan oleh Mayasari (2015) yang melibatkan 240 lembar
resep, 107 lembar resep mengalami interaksi obat dengan mekanisme interaksi
farmakokinetik sebanyak 3,74%, farmakodinamik 59,81% dan unknown 36,45%.
Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah medication error
oleh seorang farmasis adalah melakukan skrining resep atau pengkajian resep.
Pengkajian resep dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelalaian
pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang
tidak tepat. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan dalam proses pelayanan. Hal ini dapat dihindari apabila
apoteker dalam menjalankan prakteknya sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Standar tersebut merupakan refleksi pengalaman klinik dari staf medik
dirumah sakit yang dibuat oleh panitia farmasi dan terapi yang didasarkan pada
pustaka yang mutakhir (Anonim, 2008).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

Standar yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Peraturan


Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, dimana kegiatan pengkajian resep dimulai
dari persyaratan administrasi (nama pasien, nama dokter, alamat, paraf dokter,
umur, berat badan, jenis kelamin), persyaratan farmasetik (bentuk sediaan,
kekuatan sediaan, stabilitas dan kompatibilitas) dan persyaratan klinis (ketepatan
indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan/atau
polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain), kontraindikasi dan interaksi obat).
Rumah sakit didaerah Bendungan Hilir Jakarta Pusat yaitu RUMKITAL
Dr. Mintohardjo ini memiliki jumlah peresepan yang banyak dan untuk peresepan
tiap harinya ini mencapai kira-kira 200-300 resep. Banyaknya resep yang masuk
ke unit farmasi di RUMKITAL Dr. Mintohardjo ini memerlukan waktu proses
pengolahan resep yang cepat. Kondisi yang terjadi seperti ini memerlukan
penanganan khusus, sehingga medication error yang mungkin terjadi dapat
dicegah.
Instalasi farmasi Rumah Sakit sebagai satu-satunya bagian dalam Rumah
Sakit yang berwenang menyelenggarkan pelayanan kefarmasian, harus dapat
menjamin bahwa pelayanan yang dilakukannya tepat dan sesuai dengan ketentuan
standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan. Pelayanan kefarmasian ini
harus dapat mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah-masalah
kesehatan terutama yang berkaitan dengan obat.
Dari uraian di atas dapat di usulkan penelitian yang berjudul Kajian
Administrasi, Farmasetik dan Klinis Resep Pasien Rawat Jalan di RUMKITAL
Dr. Mintohardjo pada Bulan Januari 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
menggunakan data resep yang diterima oleh unit farmasi RUMKITAL Dr.
Mintohardjo pada bulan Januari 2015. Dari data resep tersebut dapat dianalisis
kelengkapan resep dan diidentifikasi ada tidaknya efek yang tidak diinginkan
seperti interaksi obat, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan
kualitas pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan outcome terapi yang
optimal serta mendukung pelaksanaan patient safety di rumah sakit tersebut.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari uraian di atas menunjukkan bahwa masih banyak terdapat penulisan
resep yang tidak lengkap di berbagai Rumah Sakit di Indonesia.
Ketidaklengkapan tersebut ditemukan pada bagian administrasi, farmasetik dan
klinis. RUMKITAL Dr. Mintohardjo memiliki peresepan yang sangat banyak
dengan waktu pelayanan yang terbatas dan belum diketahui berapa banyak resep
yang tidak lengkap

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji peresepan pasien
rawat jalan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui kelengkapan resep pasien rawat jalan di RUMKITAL Dr.
Mintohardjo pada bulan Januari 2015 ditinjau dari persyaratan administrasi,
farmasetik dan klinis.
b. Mendapatkan gambaran interaksi obat yang terdapat pada resep di apotek
rawat jalan RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan dalam bidang kefarmasian khususnya pada penulisan resep yang
baik yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan dalam peresepan di
RUMKITAL Dr. Mintohardjo sehingga dapat mendukung upaya pelaksanaan
patient safety di RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depo Farmasi


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56 tahun
2014, Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Tugas rumah sakit umum adalah
melaksanakan upaya kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit.
Instalasi farmasi di rumah sakit adalah instalasi di rumah sakit yang
dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker, tenaga
ahli madya farmasi (D-3) dan tenaga menengah farmasi (AA) yang memenuhi
persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat
atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan,
dispensing obat, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik
(Menkes RI, 2014)

2.1.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
standar pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit, Pengorganisasian Instalasi
Farmasi Rumah Sakit harus mencakup penyelenggaraan pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik
dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan
dengan tetap menjaga mutu.

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

2.1.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, tugas Instalasi Farmasi Rumah
Sakit yaitu:
1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan farmasi klinis yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi.
2. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.
3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi
dan keamanan serta meminimalkan risiko.
4. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.
5. Berperan aktif dalam tim farmasi dan terapi.
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan
farmasi klinis
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:


1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
a. memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b. Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai secara efektif, efisien dan optimal.
c. Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang
berlaku.
d. Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

e. Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.
i. Melaksanakan pelayanan obat “unit dose”/dosis sehari.
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai (apabila sudah memungkinkan).
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.
m. Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
n. Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai
2. Pelayanan farmasi klinik.
a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.
b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
c. Melaksanakan rekonsiliasi obat.
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan
resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga pasien.
e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.
g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.
h. Melaksanakan pemantauan terapi obat (PTO).
- Pemantauan efek terapi obat.
- Pemantauan efek samping obat.
- Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

i. Melaksanakan evaluasi penggunaan obat (EPO).


j. Melaksanakan dispensing sediaan steril.
- Melakukan pencampuran obat suntik.
- Menyiapkan nutrisi parenteral.
- Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik.
- Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil.
k. Melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) kepada tenaga kesehatan
lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit.
l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

2.1.3 Tim Farmasi dan Terapi


Tim farmasi dan terapi (TFT) merupakan unit kerja dalam memberikan
rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat
di rumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua
spesialisasi yang ada di rumah sakit, Apoteker instalasi farmasi, serta tenaga
kesehatan lainnya apabila diperlukan (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58
tahun 2014).
Tugas tim farmasi dan terapi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, tugas
panitia farmasi dan terapi yaitu:
1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit.
2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium
rumah sakit.
3. Mengembangkan standar terapi.
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat.
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
6. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki.
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error.
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah
sakit.
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari
suatu rumah sakit yang bekerja melalui TFT, mengevaluasi, menilai, dan memilih

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling
berguna dalam perawatan penderita. Jadi, sistem formularium adalah sarana
penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya.
Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan
pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik
apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut. Formularium adalah dokumen
berisi kumpulan produk obat yang dipilih TFT disertai informasi tambahan
penting tentang penggunaan obat tersebut, serta kebijakan dan prosedur berkaitan
obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut, yang terus menerus direvisi agar
selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayan
kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan
klinik staf medik rumah sakit (Lia, 2007).
Kesalahan obat adalah pemberian suatu obat yang menyimpang dari resep
atau order dokter yang tertulis dalam kartu pengobatan penderita atau
menyimpang dari kebijakan, prosedur, dan standar rumah sakit. Kecuali kesalahan
karena kelalaian memberikan dosis obat kepada penderita, yang dimaksud
kesalahan obat adalah jika dosis obat telah benar-benar sampai pada penderita.
Misalnya, suatu kesalahan dosis yang terdeteksi dan diperbaiki sebelum
pemberian kepada penderita, bukan suatu kesalahan obat.
Secara umum kesalahan pengobatan penyebabnya adalah kekuatan obat
pada etiket atau dalam kemasan membingungkan; nomenklatur sediaan obat
(nama obat kelihatan mirip atau bunyi nama obat mirip); kegagalan atau gagal
fungsi peralatan; tulisan tangan tidak terbaca; penulisan kembali resep / order
dokter yang tidak tepat; perhitungan dosis yang tidak teliti; personel terlatih tidak
mencukupi; menggunakan singkatan yang tidak tepat dalam penulisan resep;
kesalahan etiket; beban kerja berlebihan; konsentrasi hilang dalam unjuk kerja
individu; serta obat-obatan yang tidak tersedia.
Kesalahan pengobatan mencakup kesalahan administratif yang disebabkan
ketidakjelasan tulisan, ketidaklengkapan resep, keaslian resep, ketidakjelasan
instruksi. Kesalahan farmasetik seperti dosis, bentuk sediaan, stabilitas,
inkompatibilitas, dan lama pemberian. Serta kesalahan klinis seperti alergi, reaksi
obat yang tidak sesuai, interaksi yang meliputi obat dengan penyakit, obat dengan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

obat lain dalam hal lama terapi, dosis, cara pemberian dan jumlah obat. (Tatro,
2009)

2.2 OBAT
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
193/KabB.VII/71 memberikan definisi berikut untuk obat: “Obat ialah suatu
bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah
badan atau bagian badan manusia”.

2.3 RESEP
2.3.1 Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Peraturan Menteri
Kesehatan No. 35 tahun 2014). Resep ditulis diatas kertas dengan ukuran 10-12
cm dan panjang 15-18 cm, hal tersebut digunakan karena resep merupakan
dokumen pemberian/penyerahan obat kepada pasien, dan diharapkan tidak
menerima permintaan resep melalui telepon
Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa golongan.
Secara garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas (OTC =
Other of the counter) dan Ethical (obat narkotika, psikotropika, dan keras), harus
dilayani dengan resep dokter. Jadi sebagian obat tidak bisa diserahkan langsung
pada pasien atau masyarakat tetapi harus melalui resep dokter (on medical
prescription only). Dalam sistem distribusi obat nasional, peran dokter sebagai
“medical care” dan alat kesehatan ikut mengawasi penggunaan obat oleh
masyarakat, apotek sebagai organ distributor terdepan berhadapan langsung
dengan masyarakat atau pasien, dan apoteker berperan sebagai “pharmaceutical
care” dan informan obat, serta melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek. Di
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, kedua profesi ini harus berada

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

dalam satu tim yang solid dengan tujuan yang sama yaitu melayani kesehatan dan
menyembuhkan pasien (Jas, 2009).

2.3.2 Jenis-jenis Resep


Dalam (Wibowo, 2010) disebutkan jenis-jenis resep terdiri dari:
1. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang obatnya/komposisi telah
tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan standar.
2. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu resep formula obatrnya disusun
sendiri oleh dokter penulis resep dan menentukan dosis serta bentuk sediaan
obat sendiri sesuai penderita yang dihadapi.
Jas 2009 dalam Amira (2011) menyebutkan jenis-jenis resep yaitu:
3. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang
maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan.
4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam
bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak
mengalami peracikan.

2.3.3 Penulisan Resep


Jas (2009) dalam Amira (2011) disebutkan bahwa penulisan resep artinya
pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan
pada kop resmi kepada pasien, format dan kaidah penulisan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana permintaan tersebut
disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar diberikan obat dalam
bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak.

2.3.4 Penulis Resep


Menurut Syamsuni (2006) yang berhak menulis resep adalah :
- Dokter Umum.
- Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.
- Dokter hewan, terbatas pada pengobatan pada hewan/pasien hanya hewan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

2.3.5 Tujuan Penulisan Resep


1. memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi / obat
2. Meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat
3. Terjadi kontrol silang (cross check) dalam pelayanan kesehatan dibidang
farmasi / obat.
4. Instalasi farmasi / apotek waktu bukanya lebih panjang dalam pelayanan
dibandingkan praktik dokter.
5. Dituntut peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi obat
kepada masyarakat.
6. Pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing.
7. Pelayanan lebih berorientasi kepada pasien (patient oriented) dan
menghindarkan material oriented.
Wibowo (2010)

2.3.6 Format Penulisan Resep


Menurut Jas (2009) dalam Amira (2011), resep terdiri dari 6 bagian :
1. Inscriptio : Nama dokter, no. SIP, alamat/telepon/HP/kota/tempat, tanggal
penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi.
Sebagai identitas dokter penulis resep, format inscription suatu resep dari
rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.
2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”
artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan
apoteker di apotek.
3. Prescriptio atau Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang
diinginkan.
4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval
waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan
keberhasilan terapi.
5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

6. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan tanggal lahir pasien.


Teristimewa untuk obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat pasien
(untuk pelaporan ke Dinkes setempat).

2.3.7 Kerahasiaan dalam Penulisan Resep


Resep merupakan sarana komunikasi professional antara dokter (penulis
resep), APA (penyedia/pembuat obat) dan penderita (yang menggunakan obat)
(Lestari, 2002). Oleh karena itu, resep tidak boleh diberikan atau diperlihatkan
kepada yang tidak berhak karena resep bersifat rahasia. Rahasia dokter dengan
apoteker menyangkut penyakit penderita, khusus beberapa penyakit, dimana
penderita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Oleh karena itu kerahasiaannya
dijaga, kode etik dan tata cara (kaidah) penulisan resep (Jas, 2009).
Menurut Syamsuni (2007) dan Jas (2009) dalam Amira (2011), resep asli
harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kecuali oleh yang berhak,
yaitu :
a. Dokter yang menulis atau merawatnya.
b. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan.
c. Paramedis yang merawat pasien.
d. Apoteker yang mengelola apotek bersangkutan.
e. Aparat pemerintah serta pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang
ditugaskan untuk memeriksa.
f. Petugas asuransi untuk kepentingan klem pembayaran.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

2.3.8 Pola Penulisan Resep


Gambar 2.1 Pola Penulisan Resep

RUMAH SAKIT SUMBER BAHAGIA


Jalan Tendean, Astanajapura No. 134 Jakarta Barat
Telp : 5703081-45 / 574903740

No. Resep S/K/M :

Tanggal :
Dr : No

R/ nama obat, bentuk sediaan obat, wadah obat, jumlah wadah,


aturan pakai, regimen dosis, rute, interval waktu, paraf dokter.

Pro : Nama Pasien Alamat / No. Tlp : ..……


Tanggal lahir : ……… No. RM : …………….

Yang Menyerahkan Yang Dilegalisir Yang Menerima

(……………………..) (…………………) (…….…………..)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

2.3.9 Contoh Resep


Gambar 2.2 Contoh resep

RUMAH SAKIT SUMBER BAHAGIA


Jalan Tendean, Astanajapura No. 134 Jakarta Barat
Telp : 5703081-45 / 574903740

No. Resep S/K/M :

Tanggal :
INVOCATIO Dr : No

R/ Claneksi Forte Syr. Fls I


S 3 dd. Cth I PRESCRIPTIO
SIGNATURA
……… paraf

R/ Toplexil elixir Fls. I


S 3 dd. Cth II
……... paraf SUBSCRIPTIO

R/ Curcuma plus Syr. Fls I


S 3 dd. Cth I
…….. paraf

PRO

Pro : Nn, Tiara Alamat : Jakarta Barat


Tanggal lahir : 22 Februari 1995 No. RM : 123678

Yang Menyerahkan Yang Dilegalisir Yang Menerima

(……………………..) (………….……) (…….…….......)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

2.3.10 Tanda-tanda pada resep


Menurut Jas (2009) dalam Amira (2011) :
1. Tanda Segera, diberikan untuk pasien yang harus segera memerlukan obat,
tanda segera atau peringatan dapat ditulis sebelah kanan atas atau bawah
blanko resep, yaitu: Cito! = segera, Urgent = penting, Statim = penting sekali
dan PIM (Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda. Urutan yang
didahulukan adalah PIM, Statim, dan Cito!.
2. Tanda tidak dapat diulang, Ne iteratie (N.I). Apabila dokter tidak ingin
resepnya diulang, maka tanda N.I ditulis di sebelah atas blanko resep. Resep
yang tidak boleh diulang adalah resep yang mengandung obat-obatan narkotik,
psikotropik dan obat keras yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau Menteri
kesehatan Republik Indonesia.
3. Tanda resep dapat diulang, Iteratie (Iter). Apabila dokter menginginkan agar
resepnya dapat diulang, dapat ditulis dalam resep di sebelah kanan atas dengan
tulisan iter (Iteratie) dan berapa kali boleh diulang. Misal, iter 3x, artinya
resep dapat dilayani 4x (1 + 3x ulangan). Untuk resep yang mengandung
narkotika, tidak dapat diulang (N.I) tetapi harus dengan resep baru.
4. Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru dan paraf dokter diberi di belakang
nama obatnya jika dokter sengaja member obat dosis maksimum dilampaui.
5. Resep yang mengandung narkotik, tidak boleh ada iterasi yang artinya dapat
diulang, aturan pakai jelas yaitu tidak boleh ada tulisan u.c. (usus cognitus)
yang berarti pemakaiannya diketahui, tidak boleh ada m.i. (mihipsi) yang
berarti untuk dipakai sendiri tetapi obat narkotik di dalam resep diberi garis
bawah tinta merah. Selain itu, resep yang mengandung narkotik harus
disimpan terpisah dengan resep obat lainnya.

2.3.11 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya


Jas 2009 dalam Amira (2011) disebutkan bahwa syarat-syarat dalam penulisan
resep mencakup :
1. Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop resep, tidak ada keraguan
dalam pelayanannya dan pemberian obat kepada pasien.
2. Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

3. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran sendok
dengan signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angka pecahan ditulis
arabik.
4. Menulis jumlah wadah atau numero (No.) selalu genap, walaupun kita butuh
satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls. II saja.
5. Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh dokter bersangkutan,
menunjukkan keabsahan atau legalitas dari resep tersebut terjamin.
6. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.
7. Nama pasien dan umur harus jelas.
8. Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus ditandatangani oleh dokter
bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak boleh diulangi
tanpa resep dokter.
9. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum (singkatan
sendiri), karena menghindari material oriented.
10. Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit pelayanan.
11. Resep merupakan medical record dokter dalam praktik dan bukti pemberian
obat kepada pasien yang diketahui oleh farmasi di apotek, kerahasiaannya
dijaga.

2.3.12 Menulis Resep


Pedoman cara penulisan resep dokter harus menepati ciri-ciri :
1. Ukuran blanko resep (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat (Bagian Inscriptio):
a. Dimulai dengan huruf besar
b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope
Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: ac. Salic; acetosal
c. Tidak ditulis dengan nama kimia (misal: kalium chloride dengan KCl)
atau singkatan lain dengan huruf capital (missal clorpromazin dengan
CPZ)
3. Penulisan jumlah obat
a. Satuan berat: mg (milligram), g, G (gram)
b. Sataun volume: ml (mililiter), l (liter)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

c. Satuan unit: IU/IU (Internasional Unit)


d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi.
Misal: - Tab Novalgin no. XII
- Tab Stesolid 5 mg no. X (decem)
- m.fl.a.pulv. dt.d.no. X
e. Penulisan alat penakar, dalam singkatan bahasa latin dikenal:
- C. = sendok makan (volume 15 ml)
- Cth. = sendok teh (volume 5 ml)
- Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)
Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan senok makan rumah
tangga karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan
5 ml untuk sendok teh. Gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat lain
(volume 5, 10, 15 ml) yang disertakan dalam sediaaan cair paten.
f. Arti presentase (%)
- 0,5% (b/b) → 0,5 gram dalam 100 gram sediaan
- 0,5% (b/v) → 0,5 gram dalam 100 ml sediaan
- 0,5% (v/v) → 0,5 ml dalam 100 ml sediaan
g. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0....; 0,00..)
4. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang
beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta
harus ditulis, misalkan Tab. Primperan 5 mg atau Tab. Primperan 10 mg.
Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube
dari sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis,
misal:
- Allerin exp. Yang volume 60 ml atau 120 ml
- Garamycin cream yang 5 mg/tube atau 15mg/tube
5. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan
tidak hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officialis
dan spesialistis.
Misal: m.f.l.a.pulv. No. X
Tab Antangin mg 250 X
Tab Novalgin mg 250 X

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

6. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian signatura)


a. Harus ditulis dengan benar. Misal: s.t.d.d. pulv. I.p.c atau
s.p.r.n.t.d.d.tab.I
b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down”
gunakan tanda s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah tahu). Penjelasan
kepada pasien ditulis pada kertas dengan bahasa yang dipahami.
7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup
(untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda
tangan pada setiap R/.
8. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan
tindasan.
9. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak
boleh diulang).
- Resep yang memerlukan pengulanagan dapat diberi tanda: Iter (n)X di
sebelah kanan atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila
tidak semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.
- Resep yang tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: N.I di sebelah
kanan atas dari resep untuk seluruh resep yang tidak boleh diulang.
Bila tidak semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang
diulang.
10. Penulisan tanda Cito atau PIM. Apabila diperlukan agar resep segera
dilayani karena obat sangat diperlukan bagi penderita, maka resep dapat
diberi tanda Cito atau PIM dan harus ditulis di sebelah kanan atas resep.

2.3.13 Prinsip penulisan resep di Indonesia adalah :


Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang informasi apa yang
harus tercantum dalam sebuah resep (WHO, 1994). Berikut ini prinsip penulisan
resep yang berlaku di Indonesia (Jas, 2009) dalam Amira (2011):
1. Obat ditulis dengan nama paten/dagang, generik, resmi atau kimia
2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantun di label
kemasan.
3. Resep ditulis dengan jelas di kop resep resmi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

4. Bentuk sediaan dan jumlah obat ditentukan dokter penulis resep.


5. Signatura ditulis dalam singkatan bahasa latin.
6. Pro atau peruntukan dinyatakan umur pasien.

2.4 SKRINING RESEP


Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (PerMenKes No. 35
tahun 2014). Apotek wajib melayani resep dokter dan dokter gigi karena
pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek
(Lestari, 2010)
Menurut Lia (2007), Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan
dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi cara
penggunaan obat, dosis dan frekuensi pemakaian, lamanya obat digunakan
indikasi, kontra indikasi, kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang
diperhatikan pasien. Apabila apoteker menganggap dalam resep terdapat
kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, harus diberitahukan kepada
dokter penulis resep. Bila karena pertimbangannya dokter tetap pada
pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda tangan atas resep. Salinan resep
harus ditanda tangani oleh apoteker
Pelayanan resep didahului dengan proses skrining resep yang dapat
ditinjau dari 3 aspek kelengkapan resep yang mencakup persyaratan administrasi
(nama pasien, nama dokter, alamat, paraf dokter, umur, berat badan, jenis
kelamin), persyaratan farmasetik (bentuk sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas dan
kompatibilitas) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan,
cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang
tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain), kontraindikasi
dan interaksi obat). (Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014).
Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek
dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri untuk tiap penulisan
resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

lain yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf
dokter (Syamsuri, 2006)
Menurut Lestari (2002) tinjauan kelengkapan obat meliputi :
a. Pemeriksaan dosis
b. Frekuensi pemberian
c. Adanya polifarmasi
d. Interaksi obat yaitu reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia
(obat lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang
dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi
peningkatan/pengurangan kerja obat atau bahkan obat sama sekali tidak
menimbulkan efek
e. Karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien
menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, mencampur, mengemas dan


memberi etiket pada wadah. Pada waktu menyiapkan obat harus melakukan
perhitungan dosis, jumlah obat dan penulisan etiket yang benar. Sebelum obat
diserahkan kepada penderita perlu dilakukan pemeriksaan akhir dari resep
meliputi tanggal, kebenaran jumlah obat dan cara pemakaian. Penyerahan obat
disertai pemberian informasi dan konseling untuk penderita beberapa penyakit
tertentu (Lestari, 2002).

2.4.1 Penulisan Resep Obat Yang Rasional


Penulisan resep yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai
ilmu, karena begitu banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun
variabel unsur obat dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel
penderitanya secara individual. Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca.
Misalnya nama obatnya ditulis secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat
harus ditulis dengan betul, hal ini perlu mendapat perhatian karena banyak obat
yang tulisannya atau bunyinya hampir sama, sedangkan khasiatnya berbeda.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

Resep yang tepat, aman dan rasional adalah resep yang memenuhi lima
tepat, ialah sebagai berikut:
1. Tepat obat; obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan resiko, rasio
antara manfaat dan harga, dan rasio terapi.
2. Tepat dosis; dosis ditentukan oleh factor obat (sifat kimia, fisika dan
toksisitas), cara pemberian obat (oral, parenteral, rektal, lokal), faktor
penderita (umur, berat badan, jenis kelamin, ras, toleransi, obesitas,
sensitivitas individu dan patofisiologi).
3. Tepat bentuk sediaan obat; menentukan bentuk sediaan berdasarkan efek
terapi maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok, mudah, praktis dan
harga murah.
4. Tepat cara dan waktu penggunaan obat; obat dipilih berdasarkan daya kerja
obat, bioavailabilitas, serta pola hidup penderita (pola makan, tidur, defekasi
dan lain-lainnya).
5. Tepat penderita; obat disesuaikan dengan keadaan penderita yaitu bayi, anak-
anak, dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas, dan malnutrisi.

Beberapa kebiasaan peresepan yang tidak rasional akan mempengaruhi


mutu pengobatan dan pelayanan secara langsung atau tidak langsung. Secara luas
mempunyai pengaruh terhadap upaya penurunan mortalitas dan morbiditas
penyakit-penyakit tertentu, misalnya kebiasaan selalu memberikan antibiotik dan
antidiare terhadap kasus-kasus diare akut, dengan melupakan pemberian oralit
akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas dari setiap kasus diare dengan
penanganan tersebut.
Evaluasi penulisan resep bertujuan untuk mencegah kesalahan penulisan
resep dan ketidaksesuaian pemilihan obat bagi individu tertentu. Kesalahan
penulisan dan ketidaksesuaian pemilihan obat untuk penderita tertentu dapat
menimbulkan ketidaktepatan dosis, interaksi obat yang merugikan, kombinasi
antagonis dan duplikasi penggunaan. Penyampaian obat untuk penderita biasanya
dengan cara penulisan resep. Resep atau order tersebut sebelum disiapkan harus
dikaji terlebih dahulu oleh apoteker. Pengkajian resep obat oleh apoteker sebelum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

disiapkan merupakan salah satu kunci keterlibatan apoteker dalam proses


penggunaan obat (Lia, 2007).
Pengkajian ketepatan atau evaluasi penulisan obat dalam resep, dilakukan
dengan mengacu pada kriteria atau standar penggunaan obat yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Kriteria tersebut pada umumnya dibuat oleh panitia farmasi dan
terapi didasarkan pada pustaka mutakhir dan refleksi pengalaman klinik dari staf
medik di rumah sakit. Kriteria ini digunakan oleh apoteker untuk mengevaluasi
resep atau order dokter.
Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi 6
(enam) tepat, ialah setelah diagnosanya tepat maka kemudian :
1. Memilih obatnya tepat sesuai dengan penyakitnya
2. Dosis yang tepat
3. Bentuk sediaan yang tepat
4. Waktu yang tepat
5. Cara yang tepat
6. Penderita yang tepat (Lestari, 2002).

2.4.2 Permasalahan Dalam Menulis Resep


Banyak permasalahan yang timbul dalam penulisan resep, karena hal ini
menyangkut dengan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik. Kesalahan yang
dapat timbul berupa :
1. Kesalahan dalam penulisan resep, dimana dokter gagal untuk
mengkomunikasikan info yang penting, seperti :
- Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan.
- Menulis resep dengan tidak jelas atau tidak terbaca
- Menulis nama obat dengan menggunakan singkatan atau nomenklatur
yang tidak terstandarisasi
- Menulis instruksi obat yang ambigu
- Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan obat tersebut
- Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan lebih
dari satu rute.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

- Meresepka obat untuk diberikan melalui infus intavena intermitten tanpa


menspesifikasi durasi penginfusan.
- Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.
2. Kesalahan dalam transkripsi
- Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan obat
yang digunakan pasien sebelum ke rumah sakit.
- Meneruskan kesalahan penulisan resep dari dokter yang sebelumnya
ketika menuliskan resep obat untuk pasien saat datang ke rumah sakit.
- Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di daftar
obat pasien.
- Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda dengan daftar obat
yang diresepkan untuk pasien rawat inap (Cahyono, 2008).

2.4.3 Medication Error


Dalam Charles dan Endang, (2006) menyebutkan bahwa medication error
adalah kejadian merugikan pasien akibat penanganan tenaga kesehatan yang
sebetulnya dapat dicegah. Hasil dari medication error ini biasanya menyebabkan
terjadinya pemakaian obat yang tidak tepat.
Kejadian medication error dapat terjadi dalam 4 bentuk yaitu:
1. Prescribing error : Kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat atau
penulisan resep. Dalam penulisan resep yang biasanya terjadi adalah
kesalahan penulisan dosis, lupa menulis kadar obat, tulisan tangan pada resep
yang tidak terbaca, tidak adanya aturan pakai, tidak jelas nama obat
2. Transcribing error : Kesalahan yang terjadi pada saat membaca resep
3. Dispensing error : Kesalahan yang terjadi selama proses peracikan obat
meliputi content errors dan labelling errors. Jenis dispensing error ini dapat
berupa pemberian obat yang tidak tepat dan obat tidak sesuai dengan resep.
4. Administration error : Kesalahan yang terjadi selama proses pemberian obat
kepada pasien, meliputi kesalahan teknik pemberian, rute, waktu, salah pasien.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

2.5 INTERAKSI OBAT


2.5.1 Pengertian Interaksi Obat
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat
(drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi
obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat
terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah
oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005). Definisi
lain dalam Baxter (2008), interaksi obat dikatakan terjadi ketika efek suatu obat
berubah karena keberadaan suatu obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau
karena adanya agen kimia lingkungan.

2.5.2 Mekanisme Interaksi Obat


Mekanisme interaksi obat pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi
aksi obat lainnya (B) dengan satu dari dua mekanisme berikut:
1. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di
cairan jaringan (interaksi farmakodinamik).
2. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi
farmakokinetik).
- Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B
sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan
kehilangan efikasi dan atau peningkatan sedikit saja efek akan
menyebabkan toksisitas).
- Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon
curam (sehingga perubahan sedikit saja konsentrasi plasma akan
menyebabkan perubahan efek secara substansial).
- Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang
sedikit besar konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik seperti
penisilin hampir tidak menyebabkan peningkatan masalah klinis karena
batas keamanannya lebar.
- Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas
terapi yang sempit, interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

sebagai contohnya obat antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium,


sejumlah antineoplastik dan obat-obat imunosupresan
(Hashem, 2005)

Mekanisme interaksi obat dapat terjadi secara farmaseutik atau


inkompatibilitas, farmakokinetik dan farmakodinamik.
2.5.2.1 Interaksi Farmaseutik
Interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas terjadi diluar tubuh sebelum
obat diberikan antara obat yang tidak dapat bercampur (inkompatibel).
Pencampuran obat tersebut menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara
fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,
perubahan warna dan mungkin juga tidak terlihat secara visual. Interaksi ini
biasanya mengakibatkan inaktivasi obat (Setiawati 2007).

2.5.2.2 Interaksi Farmakokinetik


Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat kedua, sehingga kadar plasma
obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau
penurunan efektivitas obat tersebut.
a. Mempengaruhi absorpsi
Kebanyakan interaksi yang dapat mengubah absorpsi obat terjadi di
saluran cerna. Terdapat banyak mekanisme dimana suatu obat secara teori
dapat mengubah absorpsi dari obat lain. Termasuk di dalamnya mengubah
aliran darah splanchnic, motilitas saluran cerna, pH saluran cerna, kelarutan
obat, metabolism di saluran cerna, flora saluran cerna ataupun mukosa saluran
cerna. Namun sebagian besar interaksi yang penting secara klinis melibatkan
pembentukan dari complex yang tidak dapat diabsorpsi (Tatro, 2009)
b. Mempengaruhi distribusi
Ikatan dengan protein: setelah diserap, obat dibawa oleh darah ke
jaringan dan reseptor. Jumlah obat yang berikatan dengan reseptor ditentukan
oleh absorpsi, metabolisme, ekskresi dan ikatan dengan situs yang tidak aktif,
serta afinitas obat terhadap reseptor dan aktivitas intrinsic obat. Yang perlu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

diperhatikan adalah obat yang terikat kuat pada albumin plasma dan potensi
perpindahan obat dari situs ikatan dengan albumin karena adanya pemberian
obat lain yang juga berikatan kuat dengan albumin. Mekanisme inilah yang
banyak digunakan untuk menjelaskan banyak interaksi. Perpindahan obat dari
ikatan dengan situs yang tidak aktif dapat meningkatkan konsentrasi serum
dari obat aktif tanpa adanya perubahan yang nyata pada konsentrasi total
serum. Namun interaksi ini tidak terlalu penting secara klinis karena cepatnya
pencapaian kesetimbangan yang baru (Tatro, 2009)
Ikatan dengan reseptor: situs ikatan dengan selain albumin terkadang
penting dalam interaksi obat. Sebagai contoh, penggantian tempat digoxin
oleh quinidine dari situs ikatan di otot rangka dapat meningkatkan konsentrasi
serum digoksin (Tatro, 2009)
c. Mempengaruhi metabolisme (Tatro, 2009)
Untuk mencapai efek sistemik, obat harus mencapai situs reseptor, yang
berarti obat tersebut harus mampu melintasi membrane plasma lipid. Oleh
karena itu, obat tersebut setidaknya harus larut di dalam lipid. Peran
metabolisme adalah mengubah senyawa aktif yang larut di dalam lipid
menjadi senyawa tidak aktif yang larut di dalam air sehingga dapat
diekskresikan secara efisien. Sebagian besar enzim terdapat di permukaan
endotelium hati. Suatu enzim mikrosomal hati yang penting yaitu isoenzim
sitokrom p-450 yang bertanggung jawab dalam oksidasi kebanyakan obat dan
merupakan enzim yang paling sering di induksi oleh suatu obat lain.
Induksi enzim adalah merangsang peningkatan aktivitas enzim.
Peningkatan aktivitas enzim disebabkan karena peningkatan jumlah
keberadaan enzim. Terdapat sekitar 400 obat dan bahan kimia yang
merupakan agen penginduksi enzim pada hewan. Secara klinis, fenobarbital,
fenitoin, karbamazepin dan rifampisin merupakan obat penginduksi enzim
terbesar. Untuk obat yang dimetabolisme oleh enzim yang diinduksi,
diperlukan peningkatan dosis saat digunakan bersamaan dengan obat
penginduksi enzim dan dosis diturunkan ketika obat tersebut dihentikan.
Sedangkan penghambatan enzim metabolisme obat umumnya dapat
mengurangi laju metabolisme suatu obat. Hal ini dapat mengakibatkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

peningkatan konsentrasi serum obat tersebut dan terutama jika obat tersebut
memiliki indeks terapi sempit maka dapat berpotensi toksis.
d. Mempengaruhi ekskresi
Interaksi yang mempengaruhi ekskresi umumnya mempengaruhi
transport aktif di dalam tubulus ataupun efek pH pada transport pasif dari
asam lemah dan basa lemah. Dalam kasus terbaru, ada sedikit obat yang
secara klinis dipengaruhi oleh perubahan pH urin, seperti fenobarbital dan
salisilat. Perubahan presentasi sodium pada ginjal mempengaruhi ekskresi dan
level serum lithium (Tatro, 2009).

2.5.2.3 Interaksi Farmakodinamik


Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang
memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-
obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat
diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi
(Tatro, 2009).
a. Interaksi aditif atau sinergis
Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan
bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol menekan SSP,
jika diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah besar obat
(misalnya ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat menyebabkan mengantuk
berlebihan. Kadang-kadang efek aditif menyebabkan toksik (misalnya aditif
ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan perpanjangan
interval QT) (Stockley, 2008).
b. Interaksi antagonis atau berlawanan
Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa pasang obat dengan
kegiatan yang bertentangan satu sama lain. Misalnya kumarin dapat
memperpanjang waktu pembekuan darah yang secara kompetitif menghambat
efek vitamin K. Jika asupan vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan oral
dihambat dan waktu protrombin dapat kembali normal, sehingga
menggagalkan manfaat terapi pengobatan antikoagulan (Stockley, 2008).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

c. Sindrom serotonin (Thanacoody, 2012)


Menurut Boyer dan Shannon (2005) sindrom serotonin berhubungan
dengan kelebihan serotonin yang disebabkan oleh penggunaan suatu obat,
overdosis atau adanya interaksi antar obat. Meskipun kasus yang parah jarang
terjadi, kasus ini menjadi semakin mudah dikenali pada pasien yang menerima
kombinasi obat serotonergik.
Sindrom serotonin dapat terjadi ketika dua atau lebih obat yang
mempengaruhi serotonin diberikan pada saat bersamaan atau penggunaan obat
serotonergik lain setelah penghentian salah satu obat serotonergik. Sindrom ini
ditandai dengan gejala termasuk kebingungan, disorientasi, gerakan yang
abnormal, refleks berlebih, demam, berkeringat, diare, hipotensi ataupun
hipertensi. Diagnosis ditegakkan jika tiga atau lebih gejala tersebut muncul
dan tidak ditemukannya penyebab lain.
d. Interaksi obat atau uptake neurotransmitter
Aksi sejumlah obat untuk mencapai situs aksi pada neuron adrenergic
dapat dicegah dengan adanya obat lain. Antidepresan trisiklik mencegah
reuptake noradrenalin ke neuren adrenergik perifer. Pasien yang menggunakan
antidepresan trisiklik dan diberi noradrenalin secara parenteral menunjukkan
peningkatan respon seperti hipertensi dan takikardi. Efek antihipertensi dari
klonidin juga dapat dihambat oleh antidepresan trisiklik, salah satu
penyebabnya yaitu terjadinya penghambatan uptake klonidin pada SSP
(Baxter, 2008).

2.5.3 Tingkat Keparahan Interaksi Obat


Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga level : minor, moderate, atau major.
1. Keparahan minor
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika interaksi
mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya
terhadap pasien jika terjadi kelalaian. Contohnya adalah penurunan absorbsi
ciprofloxacin oleh antasida ketika dosis diberikan kurang dari dua jam
setelahnya (Bailie, 2004).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

2. Keparahan moderate
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari
bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe
intervensi/monitor sering diperlukan. Efek interaksi moderate mungkin
menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan
tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di
rumah sakit. Contohnya adalah dalam kombinasi vankomisin dan gentamisin
perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas (Bailie, 2004).

3. Keparahan major
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat
probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk
kejadian yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen
(Bailie, 2004). Contohnya adalah perkembangan aritmia yang terjadi karena
pemberian eritromisin dan terfenadin (Piscitelii, 2005).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo dan waktu
pengumpulan data dilakukan bulan Februari-Maret 2015

3.2 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan
rancangan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Penelitian deskriptif
berarti data yang telah didapatkan dideskripsikan secara objektif dengan
memaparkan fenomena yang terjadi dengan bantuan tabel atau gambar. Penelitian
ini bersifat retrospektif dengan melakukan pengamatan terhadap kelengkapan
resep bulan Januari 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian
yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.
Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian adalah seluruh resep rawat jalan
yang masuk ke unit farmasi RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari
2015 yaitu sebanyak 6.937 lembar resep.
3.3.2 Sampel
Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak, yang dimana
diasumsikan populasi yang diambil homogen, jadi setiap anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel
(Notoadmodjo, 2010). Adapun caranya adalah dengan mengambil secara acak,
tanpa memperlihatkan tingkatan yang ada dalam populasi. Jumlah sampel yang
diambil ditentukan dengan Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikan α
adalah :

n =

n = = 378
( )

Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapat hasil 378 lembar resep sebagai
jumlah sampel minimal yang diperoleh dalam penelitian. Jumlah tersebut adalah
jumlah resep yang diambil selama bulan Januari 2015. Untuk meningkatkan
validasi hasil penelitian, maka jumlah lembar resep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 400 lembar resep.

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi


3.4.1 Kriteria inklusi :
Kriteria inklusi yang digunakan yaitu resep pasien rawat jalan di
RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015 yang belum dilakukan
analisa.

3.4.2 Kriteria ekslusi :


Kriteria ekslusi yang digunakan yaitu resep pasien rawat jalan di
RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015 yang sudah dilakukan
analisa oleh Apoteker RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33

3.5 Kerangka Konsep

Resep rawat jalan yang masuk ke apotek rawat jalan Memenuhi kriteria
RUMKITAL Dr. Mintohardjo bulan Januari 2015 inklusi dan ekslusi

Memenuhi kriteria inklusi

Pengkajian resep

Analisis Administrasi Analisis Farmasetik Analisis Klinis


- Data Pasien - Bentuk Sediaan - Nama Obat
- Paraf Dokter - Ketercampuran - Ketepatan Dosis
- Legalitas Narkotik Obat - Signa
- Kesesuaian dengan - Rute pemberian
Formularium Obat - Frekuensi Pemberian
- Interaksi Obat

Kelengkapan
Kejelasan
Ketepatan

Terpenuhi Tidak Terpenuhi

3.6 Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Ukuran Skala
1. Kelengkapan - Lengkap secara Menilai / melihat / - Lengkap bila secara Nominal
administrasi (data pasien, mengobservasi administrasi,
paraf dokter, legalitas resep pasien rawat farmasetik dan klinis
narkotik dan kesesuaian jalan di terpenuhi
dengan formularium) RUMKITAL Dr. - Tidak lengkap bila
- Lengkap secara Farmasetik Mintohardjo secara administrasi,
(bentuk sediaan dan farmasetik dan klinis
ketercampuran obat) tidak terpenuhi
- Lengkap secara Klinis
(nama obat, ketepatan
dosis, signa, rute
pemberian, frekuensi
pemberian dan interaksi
obat)
2. Data pasien Informasi utama mengenai Menilai / melihat - Lengkap bila data Nominal
pasien seperti: nama, alamat, kelengkapan data pasien terpenuhi
tanggal lahir dan no rekam pasien (nama, - Tidak lengkap bila

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


34

medis pasein. alamat, tanggal data pasien tidak


lahir dan no terpenuhi
rekam medis
pasein)
3. Paraf dokter Tanda tangan atau stempel Menilai / melihat - Lengkap bila paraf Nominal
nama dokter penulis resep kelengkapan paraf dokter terpenuhi
yang berguna sebagai dokter penulis - Tidak lengkap bila
legalitas resep tersebut resep paraf dokter tidak
terpenuhi
4. Legalitas Keabsahan atau keaslian Menilai / melihat / - Legal bila resep yang Nominal
narkotik resep pasien yang mengobservasi mengandung narkotik
mengandung obat narkotik kelengkapan dari disertai fotokopi KTP
legalitas narkotik pasien
dengan - Tidak legal bila resep
melampirkan yang mengandung
fotokopi KTP narkotik tidak disertai
pasien fotokopi KTP pasien
5. Formularium Kompilasi nama obat yang Menilai / melihat / - Sesuai bila tidak ada Nominal
obat telah disepakati untuk mengobservasi keterangan ne det / nd
digunakan di Rumah Sakit kesesuaian resep pada resep
beserta informai dosis, dengan - Tidak sesuai bila ada
indikasi, kontraindikasi, formularium obat. keterangan ne det / nd
peringatan, efek samping, pada resep
toksisitas, dll.
6. Bentuk Bentuk tertentu sesuai Menilai / melihat / - Jelas bila penulisan Nominal
sediaan kebutuhan, mengandung mengobservasi bentuk sediaan ditulis
suatu zat aktif atau lebih kejelasan dengan jelas
dalam pembawa yang penulisan bentuk - Tidak jelas bila
digunakan sebagai obat sediaan penulisan bentuk
dalam atau obat luar sediaan ditulis dengan
tidak jelas
7. Ketercampur- Salah satu bentuk sediaan Menilai / melihat / - Kompatibel bila resep Nominal
an obat obat yang biasanya didapat mengobservasi yang dibuat puyer
(puyer) dengan menghaluskan atau kompatibilitas kompatibel
menghancurkan sediaan obat dari resep yang - Tidak kompatibel bila
tablet atau kaplet yang terdiri dibuat puyer resep yang dibuat
atas sedikitnya dua macam puyer tidak kompatibel
obat
8. Nama obat Label atau sebutan yang Menilai / melihat / - Jelas bila penulisan Nominal
diberikan pada obat mengobservasi nama obat ditulis
kejelasan dengan jelas dan
penulisan nama terang
obat - Tidak jelas bila
penulisan nama obat
ditulis dengan tidak
jelas.
9. Dosis obat Takaran obat yang diberikan Menilai / melihat / - Tepat bila dosis yang Nominal
kepada pasien yang mengobservasi diberikan sesuai
mendapat terapi, tercantum kejelasan dengan yang
pada resep. penulisan dan dibutuhkan pasien
ketepatan dosis - Tidak tepat bila dosis
obat yang diberikan tidak
sesuai dengan yang
dibutuhkan pasien
10. Signa Petunjuk penggunaan obat Menilai / melihat / - Jelas bila penulisan nominal
bagi pasien pada bagian mengobservasi signa obat ditulis
resep yang ditulis oleh dokter kejelasan dengan jelas.
penulis resep penulisan signa - Tidak jelas bila

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

penulisan signa obat


ditulis dengan tidak
jelas.
11. Rute Jalur obat masuk ke dalam Menilai / melihat / - Jelas bila penulisan Nominal
pemberian tubuh mengobservasi rute pemberian ditulis
kejelasan dengan jelas.
penulisan rute - Tidak jelas bila
pemberian obat penulisan rute
pemberian ditulis
dengan tidak jelas.
12. Frekuensi Jangka waktu pemberian Menilai / melihat / - Tepat bila frekuensi Nominal
pemberian obat yang tercantum pada mengobservasi pemberian obat yang
resep kejelasan diberikan sesuai
penulisan dan dengan yang
ketepatan dibutuhkan pasien
frekuensi - Tidak tepat bila dosis
pemberian obat yang diberikan tidak
sesuai dengan yang
dibutuhkan pasien
13. Interaksi obat Situasi dimana suatu zat Menilai / melihat / - Ada, bila dalam Nominal
memengaruhi aktivitas suatu mengobservasi peresepan berpotensi
obat, yaitu meningkatkan kemungkinan mengalami interaksi
atau menurunkan efeknya, terjadinya obat
atau menghasilkan efek baru interaksi obat - Tidak ada bila dalam
yang tidak diinginkan atau peresepan tidak
direncanakan berpotensi mengalami
interaksi obat

3.7 Tata Cara Penelitian


Terdapat tiga tahapan penelitian yaitu tahap perencanaan, tahap
pengambilan data dan tahap penyelesaian data.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dimulai dengan penentuan masalah dan analisis
situasi. Di dalam penentuan masalah ditetapkan masalah yang akan diteliti.
Sedangkan yang termasuk di dalam analisis situasi adalah perijinan dan
diskusi dengan pihak mitra dalam hal ini RUMKITAL Dr. mintohardjo.
2. Tahap pengambilan data
Setelah berdiskusi dengan pihak rumah sakit dan mendapat ijin
penelitian, maka dilakukan pengambilan data secara retrospektif dengan
melihat resep pasien bulan Januari 2015 yang dilakukan adalah mengamati
dan mencatat semua bentuk-bentuk kelengkapan resep dan terkait obat dari
formulir yang telah dibuat.
a. Proses pengambilan data dilakukan dengan mengambil resep bulan Januari
2015 di unit Farmasi RUMKITAL Dr. mintohardjo.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

b. Kemudian dilakukan random sampling menggunakan rumus slovin


dengan ukuran sampel minimal yang dihasilkan adalah 378 lembar resep.
Untuk meningkatkan validasi hasil penelitian, maka jumlah lembar resep
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 400 lembar resep.
3. Tahap pengolahan data
Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, maka dilakukan
pengolahan data. Proses pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Analisa kelengkapan resep
Setelah dilakukan sampling, selanjutnya resep tersebut dilakukan
pengamatan satu persatu dengan cara mencatat semua bentuk-bentuk
kelengkapan resep dan diamati dari formulir yang telah dibuat.
b. Data yang telah diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam komputer
untuk melihat presentase kelengkapan resep yang sudah diamati.
c. Selanjutnya dilakukan analisa dari hasil pengamatan.

3.8 Cara Kerja


1. Alat pengumpulan data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari
resep rawat jalan yang masuk di unit farmasi RUMKITAL Dr. Mintohardjo
bulan Januari 2015 yang telah dilakukan random sampling sebanyak 600
lembar resep.
2. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berupa kelengkapan resep yang meliputi:
a. Keabsahan resep :
- Data pasien
- Penulisan obat
- Signa obat
- Paraf dokter
- Legalitas narkotik
- Formularium obat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

b. Terkait obat :
- Dosis sediaan
- Bentuk sediaan
- Rute pemberian
- Frekuensi pemberian
- Ketercampuran obat
- Efek samping obat : untuk efek samping obat peneliti menganggap
100%, karena dalam setiap obat pasti mempunyai efek samping yang
mungkin muncul pada pasien atau bahkan tidak muncul
- Interaksi obat

3.9 Analisis Data


Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan dilakukan analisis.
Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dan
program SPSS (Stastistical Package for The Social Science) 16.0.
Pengolahan data yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat.
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis setiap
variabel yang ada secara deskriptif (Notoatmojo, 2003).
Adapun pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat ialah
kelengkapan resep pada bulan Januari 2015 di RUMKITAL Dr. Mintohardjo.
Analisis yang dilakukan didasarkan dari pengamatan satu persatu dengan cara
mencatat semua bentuk-bentuk kelengkapan resep dengan menggunakan formulir
yang telah dibuat.
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan / berkolerasi. Adapun pengolahan data menggunakan
analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara jumlah jenis obat dalam
satu resep dengan banyaknya kejadian interaksi obat yang ada. Dalam penelitian
ini menggunakan uji chi-square atau uji kai kuadrat dengan interpretasi hasil p
value < 0,05.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


Penelitian tentang kajian resep ini dilakukan terhadap 400 lembar resep
rawat jalan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015, dengan
mengamati kelengkapan resep, kejelasan penulisan terkait obat, dan gambaran
terkait interaksi obat pada peresepan. Dalam pengkajian resep ini digunakan
parameter berupa pedoman penulisan resep yaitu PERMENKES RI No. 35 tahun
2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek. Melalui hasil pengamatan
dari 400 lembar resep rawat jalan, diketahui masih banyak terdapat
ketidaklengkapan penulisan resep setiap harinya.

4.1.1 Analisis Kelengkapan Resep


Pada penelitian ini, sekitar lebih dari sembilan ribu lembar resep pada
bulan Januari 2015 masuk ke Instalasi Apotek RUMKITAL Dr. Mintohardjo.
Berdasarkan perhitungan, sampel minimal yang dapat dijadikan sampel adalah
sebanyak 378. Untuk meningkatkan validasi hasil penelitian, maka jumlah lembar
resep yang digunakan dalam penelitian ini adalah 400 lembar resep. Resep
tersebut diamati kelengkapan resep yang mencakup; kelengkapan data pasien,
kejelasan penulisan nama obat, kejelasan penulisan signa, adanya paraf dokter,
dan kesesuaian obat pada formularium. Data kelengkapan resep tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.1

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

Tabel 4.1
Data Analisis Kelengkapan Resep
Jumlah Resep
No. Kelengkapan Resep Ya Tidak
(%) (%)
1. Kelengkapan Data Pasien 48 352
(12) (88)
Nama Pasien 400 -
(100)
Alamat 48 352
(12) (88)
Tanggal Lahir 68 332
(17) (83)
No. Rekam Medis 348 52
(87) (13)
2. Kejelasan Penulisan Nama Obat 381 19
(95,2) (4,8)
3. Kejelasan Penulisan Signa Obat 385 15
(96,2) (3,8)
4. Adanya Paraf Dokter 400 -
(100)
5. Kesesuaian Formularium 353 47
(88,2) (11,8)

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui hasil analisis ketidaklengkapan


resep yang ditulis oleh dokter terbanyak pada kelengkapan data pasien yaitu 88%
(352 lembar resep), dimana kelengkapan data pasien ini mencakup; penulisan
nama pasien 100%, penulisan alamat 12%, penulisan tanggal lahir 17% dan
penulisan no rekam medis 87%. Selanjutnya, ketidaklengkapan resep yang ditulis
oleh dokter terbanyak kedua adalah pada kesesuaian formularium yaitu 11,8% (47
lembar resep). Ketidakjelasan penulisan nama obat dengan 4,8% (19 lembar
resep) sebagai ketidaklengkapan resep terbanyak ketiga dan ketidakjelasan
penulisan signa obat dengan 3,8% (15 lembar resep).
Analisis kelengkapan resep selanjutnya adalah analisis terhadap legalitas
obat narkotik. Dimana, legalitas narkotik berperan penting dalam menjamin
keaslian resep. Data hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


40

Tabel 4.2
Profil Resep terhadap Legalitas Narkotik
No. Resep Jumlah Resep
(%)
1. Non Narkotik 400
(100)
2. Narkotik -

Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan hasil bahwa pada penelitian ini tidak
ditemui adanya resep yang mengandung narkotik. Sehingga untuk analisis
legalitas narkotik tidak dapat dilakukan.

4.1.2 Analisis Penulisan Terkait Obat


Pada penelitian ini selanjutnya resep dilakukan analisis terhadap kejelasan
penulisan terkait obat. Analisis penulisan terkait obat pada resep ini meliputi;
kejelasan penulisan dosis sediaan dan ketepatan dosis, kejelasan penulisan
frekwensi pemberiaan obat dan ketepatan frekwensi pemberian, kejelasan
penulisan bentuk sediaan dan kejelasan penulisan rute pemberian. Data hasil
analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4
Tabel 4.3
Data Analisis Ketepatan Dosis Sediaan dan Frekwensi Pemberian Obat
Tepat Tidak Tepat
Dosis Sediaan 269 131
(67,2) (32,8)
Frekuensi Pemberian Obat 366 34
(91,5) (8,5)

Hasil analisis pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa ketidakjelasan penulisan


dosis sediaan lebih besar dibanding dengan ketidakjelasan penulisan frekuensi
pemberian obat. Hasil penulisan dosis sediaan yang ditulis dengan jelas adalah
sebanyak 67,2% (269 lembar resep). Hasil 269 lembar resep dengan penulisan
dosis sediaan yang ditulis dengan jelas tersebut diketahui bahwa dosis sediaan
yang diberikan sudah tepat. Sedangkan penulisan frekuensi pemberian obat yang
ditulis dengan jelas adalah sebanyak 91,5% (366 lembar resep). Berdasarkan
literatur, hasil frekuensi pemberian obat pada 366 lembar resep tersebut sudah
tepat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

Tabel 4.4
Data Analisis Kejelasan Penulisan Terkait Obat
Jumlah Resep
No. Kejelasan Penulisan Terkait Obat Ya Tidak
(%) (%)
1. Bentuk Sediaan 108 292
(27) (73)
2. Rute Pemberian Obat 128 272
(32) (68)

Hasil analisis terhadap kejelasan penulisan terkait obat menunjukkan


bahwa masih terdapat ketidakjelasan dalam penulisan terkait obat. Seperti pada
tabel 4.4 dapat diketahui ketidakjelasan penulisan bentuk sediaan yaitu 73% (292
lembar resep) lebih besar dibanding dengan ketidakjelasan penulisan rute
pemberian obat dengan hasil sebanyak 68% (272 lembar resep).
Analisis penulisan terkait obat selanjutnya adalah analisis terhadap
ketercampuran obat yang dibuat puyer dan mengamati potensi terjadinya interaksi
obat. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6.

Tabel 4.5 Profil Resep


Jumlah Resep
(%)
Puyer 14
(3,5)
Non puyer 386
(96,5)

Dari tabel 4.5, diketahui profil resep yang dibuat puyer lebih sedikit
dibanding resep yang tidak dibuat puyer. Hal ini diketahui dari 400 lembar resep,
hanya 3,5% (14 lembar resep) yang dibuat puyer, sedangkan sisanya 96,5% (386
lembar resep) tidak dibuat puyer.
Tabel 4.6
Potensi Terjadinya Interaksi Obat Berdasarkan Literatur
Jumlah Resep
(%)
Ada Interaksi Obat 197
(49,2)
Tidak Ada Interaksi Obat 203
(50,8)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

Pada tabel 4.6 diketahui bahwa dari 400 lembar resep yang dianalisis,
resep yang tidak berpotensi mengalami interaksi obat lebih besar dibandingkan
dengan resep yang berpotensi mengalami interaksi obat. Hal ini diketahui dari
hasil analisis yaitu sebanyak 50,8% (203 lembar resep) tidak berpotensi
mengalami interaksi obat, sedangkan sebanyak 49,2% (197 lembar resep)
berpotensi mengalami interaksi obat.
Untuk distribusi data kejelasan penulisan terkait obat selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 3.

4.1.3 Analisis Terkait Interaksi Obat


Pada penelitian ini, selanjutnya dilakukan analisis terhadap gambaran
jumlah obat yang berpotensi mengalami interaksi obat. Dimana resep
dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok resep yang mempunyai
jumlah obat dua hingga kurang dari lima macam obat dan resep yang mempunyai
jumlah obat lebih atau sama dengan lima. Dari kelompok-kelompok resep tersebut
didapat gambaran jumlah obat yang berpotensi mengakibatkan interaksi obat yang
terdapat pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Gambaran Jumlah Obat Berdasarkan Ada Tidaknya Potensi Interaksi
Obat Berdasarkan Literatur
Potensi Interaksi Obat
Kategori Ada Interaksi Tidak Ada Interaksi Total
Jenis obat <5 obat N 132 200 332
% 39,8 60,2 100
≥5 obat N 65 3 68
% 95,6 4,4 100
N 197 203 400
Total % 49,2 50,8 100

Berdasarkan hasil analisis lembar resep tersebut, sebanyak 197 lembar


resep (49,2%) berpotensi mengalami interaksi obat dan sebanyak 203 lembar
resep (50,8%) tidak berpotensi mengalami interaksi obat. Dari tabel 4.3 diatas
dapat dilihat bahwa potensi interaksi obat lebih banyak terjadi pada lembar resep
dengan jumlah obat lebih atau sama dengan lima, yaitu sebanyak 65 lembar resep
(95,6%) dari total resep 68 lembar. Sedangkan yang potensi interaksi obat lebih

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43

sedikit terjadi pada lembar resep dengan jenis obat kurang dari lima, yaitu
sebanyak 132 lembar resep (39,8%) dari total resep 332 lembar.
Dalam penelitian ini, selanjutnya potensi interaksi obat diamati dari
tingkat keparahan dan tipe mekanisme interaksi obat. Dari analisis menggunakan
literatur, potensi interaksi obat berdasarkan tingkat keparahan dan mekanisme
interaksi obat dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Data Distribusi Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan
dan Tipe Mekanisme Interaksi Obat
Potensi Interaksi Kategori Jumlah Presentase (%)
Farmakokinetik 71 18,5
Mekanisme Interaksi Farmakodinamik 195 50,8
Tidak diketahui 118 30,7
Total 384 100
Ringan 123 32
Tingkat Keparahan Sedang 46 12
Berat 215 56
Total 384 100

Hasil analisis terhadap 197 lembar resep yang berpotensi mengalami


interaksi obat, diperoleh hasil bahwa terdapat total potensi kejadian interaksi obat
adalah sebanyak 384 kasus yang terdiri dari interaksi farmakodinamik dengan 195
kasus (50,8%) sebagai tipe mekanisme interaksi obat terbanyak, kemudian
interaksi farmakokinetik dengan 71 kasus (18,5%) dan interaksi lainnya dengan
118 kasus (30,7%). Hasil analisis tingkat keparahan potensi interaksi obat pada
lembar resep yang diperoleh dari tingkat keparahan ringan sebanyak 123 (32%),
tingkat keparahan sedang 46 (12%) dan tingkat keparahan berat 215 (56%). Untuk
distribusi data potensi dari tiap resep selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 4.9
Gambaran Distribusi Jumlah Jenis Obat yang Di Resepkan dalam Lembar
Resep dengan Kejadian Potensi Interaksi Obat
Ada Potensi Tidak Berpotensi Total
Kriteria Kategori Interaksi Interaksi P
N % N % N % Value
2-<5 Obat 132 39,8 200 60,2 332 100
Jenis Obat 0,000
≥5 Obat 65 95,6 3 4,4 68 100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

Berdasarkan tabel 4.9, hasil analisis hubungan antara jumlah jenis obat
dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat menggunakan uji chi-
square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah
jenis obat dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat. Hal ini
ditunjukkan dari nilai probabilitas sebesar 0,000 (P value <0,05).

4.2 PEMBAHASAN PENELITIAN


4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1.1 Analisis Kelengkapan Resep
Penelitian tentang analisis resep ini dilakukan di apotek rawat jalan
RUMKITAL Dr. Mintohardjo menggunakan lembar resep periode bulan Januari
2015, hasil inklusi didapatkan sebanyak 9.237 dan sampel yang diambil
menggunakan teknik random sampling sebanyak 400 lembar resep. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masih banyak ketidaklengkapan pada resep.
Pada tabel 4.1 diketahui hasil dari analisis kelengkapan resep. Untuk
ketidaklengkapan data pasien pada resep didapatkan hasil sebanyak 88% (352
lembar resep) yang mencakup; nama 0%, alamat 88%, tanggal lahir 83% dan no
rekam medis 13%. Hasil ketidaklengkapan data pasien tersebut cukup tinggi yaitu
lebih dari 50%. Hasil ketidaklengkapan data pasien ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Prawitosari (2009) yang mendapatkan hasil ketidaklengkapan
penulisan data pasien sebanyak 39% umur pasien, 36,4% alamat pasien dan 2,6%
nama pasien. Data pasien dalam penulisan resep cukup penting, hal ini sangat
diperlukan dalam proses pelayanan peresepan sebagai pembeda ketika ada nama
pasien yang sama agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien. Seperti
contohnya umur dan no rekam medis pasien sangatlah penting dan harus
dicantumkan dalam resep. Bentuk ketidaklengkapan data pasien dalam resep yang
diamati ini beragam, yaitu karena tidak dituliskannya tanggal lahir atau umur
pasien, alamat, no rekam medis pasien, atau bahkan tidak dicantumkan ketiganya.
Selanjutnya hasil ketidakjelasanan penulisan nama obat pada resep
sebanyak 4,8% (19 lembar resep). Penulisan nama obat sangat penting dalam
resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan pemberian obat,
karena banyak obat yang tulisannya hampir sama atau penyebutannya sama.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga terhindar
dari kesalahan pemberian obat.
Pada tabel 4.1 diketahui juga hasil dari ketidakjelasanan penulisan signa
obat yaitu sebanyak 3,8% (15 lembar resep). Dalam resep, penulisan signa obat
sangat penting agar dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan dalam
pembacaan pemakaian obat, sehingga pasien dapat meminum obat sesuai dengan
cara dan aturan pemakaian. Dengan demikian, seharusnya dokter menuliskan
signa obat dengan jelas sehingga terhindar dari kesalahan pemakaian obat. Hasil
ketidakjelasan penulisan signa obat ini sesuai dengan penelitian Prawitosari
(2009) yang mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan signa obat sebanyak
50,8%.
Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya resep tanpa tanda tangan
atau stempel nama dokter. Dimana resep yang tidak mencantumkan tanda tangan
diganti dengan stempel nama dokter. Paraf atau tanda tangan dokter juga berperan
penting dalam resep agar dapat menjamin keaslian resep dan berfungsi sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian
Prawitosari (2009) yang mendapatkan hasil ketidaklengkapan pencantuman paraf
dokter sebanyak 6,8%. Pada kasus pencantuman tanda tangan/paraf dokter ini
hasil yang didapatkan sangat bagus karena 100% resep yang dikaji mencantumkan
stempel nama dokter sebagai pengganti tanda tangan. Dengan ini berarti, resep
yang diberikan pasien merupakan resep yang sah yang diberikan oleh dokter yang
bersangkutan.
Nama dokter, SIP, alamat, telepon, paraf atau tanda tangan dokter serta
tanggal penulisan resep sangat penting dalam penulisan resep agar ketika
Apoteker Pengelola Apotek melakukan skrining resep kemudian terjadi kesalahan
mengenai kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian, dokter penulis resep tersebut
bisa dapat langsung dihubungi untuk melalukan pemeriksaan kembali.
Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep
pada praktik pribadi. Resep di RUMKITAL Dr. Mintohardjo tidak tercantum
Surat Izin Praktek (SIP), hal ini dikarenakan dokter-dokter yang bekerja atau
melakukan praktek di rumah sakit tersebut bernaung di bawah izin operasional

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

rumah sakit dimana menurut PERMENKES RI No. 56 tahun 2014 izin


operasional rumah sakit adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang bernaung
sesuai kelas rumah sakit kepada penyelenggara/pengelola rumah sakit untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di rumah sakit setelah memenuhi
persyaratan dan standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Jadi
berbeda dengan resep dokter yang membuka praktik sendiri di luar rumah sakit
dimana resep dokter yang membuka praktik sendiri harus mencantumkan Surat
Izin Praktek (SIP) agar dapat memberikan perlindungan kepada pasien dan
memberikan kepastian hukum serta jaminan kepada masyarakat bahwa dokter
tersebut benar-benar layak dan telah memenuhi syarat untuk menjalankan praktik
seperti yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Akan tetapi pada penelitian
ini, paraf dokter dalam resep yang diterima di Apotek RUMKITAL Dr.
Mintohardjo diganti dengan stempel dokter dimana didalamnya terdapat nama
dokter dan SIP.
Selanjutnya untuk hasil ketidakkesesuaian obat dengan formularium
didapatkan sebanyak 11,8% (47 lembar resep). Resep yang tidak sesuai dengan
formularium ini akhirnya dilakukan perubahan agar sesuai dengan formularium.
Formularium dalam hal ini adalah formularium rumah sakit tempat dilakukannya
penelitian yang mengacu dari formularium nasional.
Formularium disusun dengan tujuan untuk penyempurnaan efektifitas,
penurunan resiko, penurunan biaya, dan penyempurnaan pengadaan obat,
sehingga formularium rumah sakit yang digunakan dengan baik dapat
membimbing dokter dalam peresepan obat yang paling aman dan paling efektif
untuk mengobati masalah medis tertentu (Siregar 2004).
Formularium rumah sakit yang telah disusun bersama harus dipatuhi oleh
seluruh praktisi rumah sakit sebagai pedoman yang digunakan dalam pemberian
terapi, hal ini seperti dijelaskan oleh Menteri Kesehatan RI dalam buku Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, tercapainya suatu pelayanan farmasi rumah
sakit dapat dilihat dari penulisan resep yang sesuai dengan formularium, dimana
standar kesesuaiannya adalah 100% (Menteri Kesehatan RI, 2008).
Pada tabel 4.2 didapatkan hasil pengamatan terhadap legalitas narkotik 0%.
Hasil ini diperoleh karena dari jumlah 400 lembar resep yang digunakan tidak ada

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

satu resep yang menggunakan atau mengandung obat narkotik. Sehingga untuk
analisis legalitas narkotik tidak dapat dilakukan oleh peneliti. Legalitas terhadap
obat narkotik berperan penting dalam resep agar dapat menjamin keaslian resep
tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat oleh
masyarakat.
Untuk distribusi data kelengkapan resep selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 3.

4.2.1.2 Analisis Penulisan Terkait Obat


Pada penelitian selanjutnya (tabel 4.3), resep dianalisis terhadap
kejelasan penulisan dosis sediaan dan ketepatan dosis serta kejelasan penulisan
frekwensi pemberian obat beserta ketepatan frekwensi pemberian obat. Analisis
ketidakjelasan penulisan dosis sediaan pada resep didapatkan hasil sebanyak
32,8% (131 lembar resep). Dengan ini, diketahui bahwa hanya 67,2% (269 lembar
resep) yang ditulis dengan jelas. Dari 269 lembar resep yang ditulis dengan jelas
tersebut setelah dilakukan analisis berdasarkan literatur, dosis sediaan yang
diberikan sudah tepat. Penulisan dosis sediaan obat harus ditulis dengan jelas agar
terhindar dari kesalahan pemberian jumlah dosis mengingat adanya obat-obat
yang memiliki dosis lebih dari satu. Dimana dosis obat itu sendiri adalah jumlah
atau ukuran yang diharapkan dapat menghasilkan efek terapi pada fungsi tubuh
yang mengalami gangguan. Misalnya Amoxan 500 mg dan Amoxan 250 mg,
maka dosis obat perlu ditulis dengan jelas dalam peresepan. Tetapi biasanya ada
kesepakatan tidak tertulis dalam pelayanan obat tersebut bahwa jika kekuatan obat
tidak tertulis maka diberikan obat dengan kekuatan kecil. Oleh karena itu, dosis
sediaan harus ditulis dengan jelas dan harus sesuai/tepat. Hasil ketidakjelasan
penulisan kekuatan sediaan obat ini sesuai dengan penelitian Prawitosari (2009)
yang mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan kekuatan sediaan sebanyak
50,8%.
Selanjutnya untuk hasil ketidakjelasan penulisan frekuensi obat didapatkan
hasil sebanyak 8,5% (34 lembar resep). Hasil ketidakjelasan penulisan frekuensi
pemberian obat ini sesuai dengan penelitian Octavia (2011) yang mendapatkan
hasil ketidakjelasan penulisan frekuensi pemberian obat sebanyak 75,5%. Pada

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

resep seharusnya frekuensi pemberian ditulis dengan jelas dan lengkap. Penulisan
frekuensi pemberian obat sangat penting dalam resep agar ketika dalam proses
pelayanan tidak terjadi kesalahan informasi penggunaan obat, karena keadaan dan
kondisi pasien menentukan frekuensi penggunaan obat yang tepat. Misalnya obat
diminum 3 kali 1sehari dan diminum 1 jam sebelum makan, atau 2 jam sesudah
makan dan sebagainya. Dengan informasi tersebut, maka diharapkan pasien akan
dapat menggunakan obat dengan benar. Sedangkan untuk hasil ketepatan
frekuensi pemberian obat berdasarkan literatur terhadap 91,5% (366 lembar resep)
yang ditulis dengan jelas, didapatkan hasil bahwa frekuensi pemberian obat sudah
tepa.
Selanjutnya pada tabel 4.4, penulisan bentuk sediaan obat yang tidak jelas
didapatkan hasil sebanyak 73% (292 lembar resep). Pada resep, seharusnya
penulisan bentuk sediaan harus ditulis dengan jelas agar tidak memicu terjadinya
kesalahan pemberian bentuk sediaan obat yang akan digunakan oleh pasien sesuai
dengan kebutuhan, keadaan dan kondisi pasien. Misalnya Paracetamol, dimana
paracetamol memiliki bentuk sediaan lebih dari satu. Maka dalam resep perlu
dituliskan bentuk sediaan tablet atau syrup. Hasil ketidaklengkapan penulisan
bentuk sediaan ini sesuai dengan penelitian Octavia (2011) yang mendapatkan
hasil ketidakjelasan penulisan bentuk sediaan sebanyak 60,2%.
Ketidakjelasan penulisan rute pemberian obat juga didapatkan sebanyak
68% (272 lembar resep). Penulisan rute pemberian obat sangat penting dalam
resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan pemberian obat,
karena banyak sediaan obat yang memiliki beberapa bentuk rute pemberian.
Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga terhindar
dari kesalahan rute pemberian obat. Hasil ketidaklengkapan penulisan rute
pemberian obat ini sesuai dengan penelitian Octavia (2011) yang mendapatkan
hasil ketidakjelasan penulisan rute pemberian obat sebanyak 84,2%.
Analisis penulisan terkait obat selanjutnya adalah analisis terhadap
ketercampuran obat yang dibuat puyer (tabel 4.5). Dimana pada profil resep
terhadap ketercampuran obat yang dibuat puyer didapatkan hasil 3,5% (14 lembar
resep). Penulisan nama obat racikan/campuran sangat penting dalam resep agar
ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

pencampuran obat, karena tidak semua obat dapat bercampur dengan baik
(kompatibel). Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas dengan
melihat kompatibilitas dari masing-masing obat sehingga terhindar dari kesalahan
pemberian obat. Dari 3,5% tersebut menunjukkan hasil bahwa obat kompatibel
dan dapat digunakan oleh pasien. Hasil tersebut menandakan bahwa pembuatan
obat dengan cara racikan (puyer) ini turun dari jumlah peresepan di Indonesia
yang hampir 60%.
Selain itu pada tabel 4.6, berdasarkan literatur diketahui adanya interaksi
obat dengan obat pada resep yang diamati yaitu sebanyak 49,2% (197 lembar
resep). Analisis interaksi obat ini berperan penting dalam terapi pengobatan agar
ketika dalam proses pengobatan tidak terjadi hal yang dapat merugikan pasien dan
terjadinya interaksi obat dapat dihindarkan.

4.2.1.3 Analisis Terkait Interaksi Obat


Hasil terhadap 400 lembar resep, diperoleh bahwa terdapat interaksi obat
pada 197 lembar resep (49,2%) dan sebanyak 203 lembar resep (50,8%) tidak
mengalami interaksi obat. Dari data tersebut diketahui bahwa interaksi lebih
banyak terjadi pada pasien yang menerima obat ≥5 macam obat dibandingkan
dengan pasien yang menerima obat <5 macam obat. Hal ini sesuai dengan
penelitian Mega (2013) bahwa resiko terjadinya interaksi obat meningkat sejalan
dengan jumlah obat yang diresepkan. (Thanacody, 2012).
Berdasarkan hasil analisis terhadap 197 resep yang berinteraksi (tabel 4.3),
diperoleh hasil bahwa terdapat total kejadian interaksi obat sebanyak 384 kejadian
(tabel 4.8) yang terdiri dari interakdi farmakodinamik 50,8% dengan mekanisme
interaksi obat yang paling banyak terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa obat-
obat yang diberikan saling berinteraksi pada sistem reseptor, tempat kerja atau
sistem fisiologi yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergis (saling
memperkuat), dan antagonis (saling meniadakan). Beberapa alternatif
penatalaksanaan interaksi obat adalah menghindari kombinasi obat dengan
memilih obat pengganti yang tidak berinteraksi, penyesuaian dosis obat,
pemantauan pasien atau meneruskan pengobatan seperti sebelumnya jika

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang optimal


atau bila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis (Fradgley, 2003).
Mekanisme interaksi obat terbanyak kedua adalah interaksi obat yang
bersifat unknown yaitu sebesar 30,7%, dimana mekanisme interaksi obat jenis ini
belum diketahui secara jelas mekanismenya yakni tidak termasuk kedalam
mekanisme farmakodinamik maupun farmakokinetik. Sedangkan mekanisme
interaksi obat secara farmakokinetik terjadi sebesar 18,5%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi,
metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma kedua obat
meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan
efektifitas obat tersebut (Fradgley, 2003)
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat keparahan interaksi obat yang paling
banyak terjadi adalah pada interaksi obat secara mayor yaitu sebanyak 215 kasus
(56%). Interaksi obat secara mayor ini seharusnya diprioritaskan untuk dicegah
dan diatasi karena efek potensial membahayakan jiwa atau menyebabkan
kerusakan permanen. Dari 215 kasus interaksi mayor ini, hanya 46 kasus (21,4%)
yang menyatakan bahwa interaksi tersebut dapat berdampak secara klinis.
Selanjutnya interaksi obat terbanyak kedua adalah secara minor yaitu sebanyak
123 kasus (32%). Interaksi obat ini mungkin mengganggu atau tidak disadari
(interaksi obat diduga terjadi), tetapi tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap efek obat yang diinginkan, dan bentuk interaksi obat yang paling sedikit
terjadi adalah interaksi obat secara moderet yaitu sebanyak 46 kasus (12%).
Interaksi obat secara moderet ini termasuk jenis interaksi obat yang seharusnya
diprioritaskan untuk dicegah dan diatasi karena mempunyai bukti yang cukup
rasional untuk kemungkinan terjadinya interaksi obat. Ketiga bentuk interaksi ini
terjadi pada 197 lembar resep yang mengalami interaksi obat. Jumlah interaksi
obat dalam 1 resep ini dapat ditemukan bentuk interaksi lebih dari 1 macam
bentuk interaksi obat.
Hasil analisis dengan uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam satu resep dengan kejadian
interaksi obat. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Nilai ini
lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

bermakna antara jumlah obat dalam satu resep dengan kejadian interaksi obat.
Hasil yang didapatkankan ini sesuai dengan penelitian Mega (2013) dengan nilai
probabilitas α = 0,000. Hasil analisis menggunakan odds ratio menunjukkan
bahwa pasien yang menerima jumlah jenis obat ≥5 beresiko 0,030 kali lebih tinggi
mengalami potensi interaksi obat (95% Cl, 0,009-0,099) dibandingkan dengan
pasien yang menerima obat <5 macam obat. Hal ini membuktikan teori dimana
resiko terjadinya interaksi obat meningkat sejalan dengan jumlah obat yang
diresepkan. (Thanacody, 2012)
Dari data di atas, maka dapat diketahui bahwa kesalahan dalam penulisan
resep masih sering terjadi dalam praktek sehari-hari baik dalam satu wilayah
tertentu maupun wilayah lain. Seperti data pasien yang tidak lengkap, hal ini
menyebabkan adanya hambatan ketika resep tersebut akan diberikan kepada
pasien. Tulisan tangan yang tidak jelas dari nama obat yang membingungkan,
dapat mengakibatkan kesalahan pengambilan obat sehingga berakibat fatal bagi
pasien bila sampai pada tahap pemberian karena obat yang diberikan tidak sesuai
dengan penyakitnya. Frekwensi pemberian obat yang tidak jelas sehingga aturan
obat yang diberikan melenceng dari jam dan waktu yang seharusnya. Penulisan
signa obat yang tidak jelas, pemberian bentuk sediaan obat yang tidak tepat,
jumlah obat yang tidak tepat sehingga dapat mengakibatkan kegagalan terapi pada
saat penggunaan obat oleh pasien. Jenis prescribing error lain adalah peresepan
beberapa obat yang dapat mengakibatkan interaksi obat sehingga tujuan terapi
tidak dapat diperoleh dengan maksimal.
Hasil pengamatan pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi kepada dokter dan farmasis RUMKITAL Dr. Mintohardjo mengenai
adanya kejadian dalam penulisan resep yang tidak sesuai dengan PERMENKES
RI No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek dan
adanya kejadian interaksi obat dengan obat pada resep rawat jalan, dan beberapa
dari interaksi tersebut memerlukan perhatian khusus karena pasien tidak mendapat
perawatan atau pemantauan yang tepat dari tenaga medis, sehingga upaya patient
safety di RUMKITAL Dr. Mintohardjo dapat ditegakkan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

4.2.2 Keterbatasan Penelitian


1. Dalam penelitian ini masih banyak variabel yang belum diukur dan tidak
semua resep dalam bulan Januari 2015 dapat diamati oleh penulis. Hal ini
karena adanya keterbatasan waktu penelitian, keterbatasan dana dan
keterbatasan pengetahuan penulis.
2. Penelitian ini bersifat retrospektif sehingga tidak dapat memonitoring
pasien mengenai akibat interaksi obat secara aktual, terhadap penggunaan
obat atau adanya pengungganaan obat lain diluar resep.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Pada penelitian ini, masih banyak ditemukan adanya kejadian
ketidaksesuaian dalam penulisan resep menurut PERMENKES RI No. 35 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Apotek.
1. Hasil kelengkapan resep rawat jalan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada
bulan Januari 2015 menunjukkan bahwa:
a. Secara administrasi :
- Data pasien 12%
- Paraf dokter 100%
- Tidak ada resep yang mengandung narkotik
- Kesesuaian dengan formularium 88,2%
b. Secara farmasetik :
- Bentuk sediaan 27%.
- Adanya obat puyer 3,5% dan semuanya kompatibel.
c. Secara klinis :
- Penulisan nama obat 95,2%
- Ketepatan dosis obat 67,2%
- Penulisan signa 96,2%
- Penulisan rute pemberian 32%
- Ketepatan frekuensi pemberian 91,5%
- Adanya interaksi obat 49,2%
2. Hasil pengamatan mengenai interaksi obat dengan obat menunjukkan bahwa:
a. Interaksi obat yang terjadi sebanyak 49.2% ini, 32% secara minor, 12%
secara moderet dan 56% terjadi secara mayor.
b. Mekanisme interaksi obat yang paling banyak terjadi yaitu secara
farmakodinamik sebanyak 195 kasus (50,8%), selanjutnya mekanisme
interaksi yang lain sebanyak 118 kasus (30,7%) dengan mekanisme

53 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

terbanyak kedua dan mekanisme interaksi secara farmakokinetik sebanyak


71 kasus (18,5%).
c. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam satu resep
dengan kejadian interaksi obat. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai
probabilitas sebesar 0,000.

5.2 SARAN
1. Kepada dokter, dalam penulisan resep diharapkan dapat menerapkan
PERMENKES RI No. 35 tahun 2014 sehingga resiko kesalahan pada resep
dapat dihindari.
2. Kepada apoteker, dalam melayani resep perlu mengacu pada PERMENKES
RI No. 35 tahun 2014 sehingga terapi obat yang diberikan dapat maksimal.
3. Perlu ditingkatkan komunikasi antara apoteker dan dokter dalam menentukan
terapi untuk mencegah terjadinya interaksi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

DAFTAR PUSTAKA

Amira, A. 2011. Skripsi: Penulisan Resep Askes di Apotek RSUP Haji Adam
Malik Periode Mei 2011. Medan
Anonim. 2004. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004
Anonim. 2008. Pedoman Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen kesehatan RI
Anonim. 2010. ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 46. Jakarta:
Ikatan Apoteker Indonesia
Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieka Cipta
Aslam, Mohammed, dkk. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Bailie, G. R dkk. 2004. Medfact Pocket Guide of Drug Interaction Second
Edition. Middleton: Bone Care International, Nephrology Pharmacy
Associated, Inc
Baxter, Editor. 2008. Stockley’s Drug Interaction. Eighth Edition. London:
Pharmaceutical Press
Cahyono, J.B.S.B, 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius
Charles J. P,. dan Endang Kumolosari. 2006. Farmasi Klinik Teori dan
Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang
Dwiprahasto Iwan, Erna Kristin. 2008. Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan
Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal
Berkala Ilmu Kedokteran
Fradgley, S. 2003. Interaksi Obat, Dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy)
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo Gramedia
Hashem. 2005. Drug-Drug, Herb-Drug & Food-Drug Interaction. Kairo: Faculty
of Medicine Cairo University

55 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

Hartayu, T.S., dan Widayati, A. Kajian Kelengkapan Resep Pediatri yang


Berpotensi Menimbulkan Medication Error di Rumah Sakit dan 10 Apotek
di Yogyakarta. Yogyakarta
Iskandar, H. D. 1998. Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien. Jakarta: Sinar
Grafika
Jas, A., 2007. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep Edisi 1.
Medan: Universitas Sumatera Utara Press
Jas, A., 2009. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep Edisi 2.
Medan: Universitas Sumatera Utara Press
Katzung, Bertram G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Medika
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2014
Lestari, C. S. 2002. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Perca
Lestari, A. 2010. Skripsi: Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan Ibu
Hamil tentang Preeklampsia di RSUD Kota Semarang Tahun 2010.
Semarang
Lia, Amalia. 2007. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Mayasari Erlisa. 2015. Skripsi: Analisis Potensi Interaksi Antidiabetik Injeksi
Insulin pada Peresepan Pasien Rawat Jalan Peserta Askes Rumah Sakit
DR. SOEDARSO Pontianak Periode April-Juni 2013. Pontianak
Medscape.com. Drug interaction Checker. Available:
http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker
Mega. 2013. Skripsi: Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral Pada
Pasien di Instalasi Rawat Jalan Askes Rumah Sakit DR. SOEDARSO
Pontianak Periode Januari-Maret 2013. Pontianak
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rieka Cipta
Octavia, Hanna. 2011. Skripsi: Analisis Kelengkapan Peresepan di Apotek KPRI
RSUD DR. SOETOMO Bulan Desember 2010. Surabaya
Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014
Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

Piscitelli, S. C., and Rodvold, K. A. 2005. Drug Interaction in Infection Disease


Second Edition. New Jersey: Humana Press
Praktiknya, A.W. 2001. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Prawitasari, Diah. 2009. Skripsi: Tinjauan Aspek Legalitas dan Kelengkapan
Resep di 5 Apotek Kabupaten Klaten Tahun 2007. Surakarta
Rahmawati, F. 2002. Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek Legalitas dan
Kelengkapan Resep di Apotek-apotek Kotamadya Yogyakarta.
Yogyakarta: Majalah Farmasi Indonesia
Sandy, 2010. Skripsi: Studi kelengkapan Resep Obat Untuk Pasien Anak di
Apotek Wilayah Kecamatan Kartasura Bulan Oktober-Desember 2008.
Surakarta
Setiawati, A. 2007. Interaksi Obat, dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: Gaya Baru
Siregar, C.J.P,. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Stockley, I. H. 2008. Stockley’s Drug Interaction Edisi Kedelapan. Great Britain:
Pharmaceutical Press
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Syamsuni, H.A. 2007. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tatro, Editor, 2009. Drug Interaction Facts Fifth Edition. United States of
America: Wolters Kluwer Company
Thanacoody. 2012. Drug Interactions. Dalam Buku: Walker R dan Whittlesea,
Editor. Clinical Pharmacyand Therapeutics. Fifth Edition. London:
Churchill Livingstone Elsevier.
Wibowo, A. 2010. Skripsi: Analisis Kelengkapan Resep di Apotek Wilayah
Lamongan Bulan Februari2010. Surabaya
World Health Organization. 1994. The Contribution of the Family Doctor, WHO-
WONCA Conference 1994.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

Lampiran 1. Grafik Persentase Analisis Univariat

4,8%
12%

88% 95,2%

Gambar 1. Grafik persentase jumlah Gambar 2. Grafik persentase jumlah


kelengkapan data pasien kejelasan penulisan nama obat

3,8%

96,2%
100%

Gambar 3. Grafik persentase jumlah Gambar 4. Grafik persentase jumlah


kejelasan penulisan signa adanya paraf dokter dalam resep

11,8%

0%
88,2%

Gambar 5. Grafik persentase Gambar 6. Grafik persentase


adanya resep yang kesesuaian obat dengan formularium
mengandung narkotik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

(Lanjutan…)

27%
32,8%

67,2% 73%

Gambar 7. Grafik persentase kejelasan Gambar 8. Grafik persentase


penulisan dan ketepatan dosis obat kejelasan penulisan bentuk sediaan

8,5%

32%

68% 91,5%

Gambar 9. Grafik persentase kejelasan Gambar 10. Grafik persentase kejelasan


penulisan rute pemberian obat penulisan dan ketepatan frekuensi
pemberian obat

3,5%

49,2%
50,8%

96,5%

Gambar 11. Grafik persentase jumlah Gambar 12. Grafik persentase terjadinya
ketercampuran obat (puyer) pada resep interaksi obat pada resep

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

Lampiran 2. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian di RUMKITAL


Dr. Mintohardjo

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

Lampiran 3. Data Kelengkapan Resep

No NAMA NO KEABSAHAN RESEP TERKAIT OBAT


PASIEN RM Obat Frekwensi Keter-
Data Pasien Nama Signa Tanda Legalitas Dosis Bentuk Rute Efek Interaksi
Obat Tangan Sediaan Sediaan Pemberian Pemberian campuran Samping Obat
Narkotik Sesuai
Obat
Formularium
Lengkap Tidak Jelas Tidak Jelas Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ya Tidak Jelas Tidak Jelas Tidak Jelas Tidak Jelas Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak
Lengkap Jelas Jelas ada ada Jelas Jelas Jelas Jelas Ada Ada Ada

1 Ny. TK 111068 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
2 Ny. S 124525 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
3 Tn. BS 124524 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
4 Ny. H 119420 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
5 Tn. S 059291 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
6 Ny. M 116163 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
7 Ny. W 006389 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
8 Tn. M 124500 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
9 Tn. H 071845 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
10 Ny. J 012290 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
11 Ny. R 123637 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
12 Ny. S 020187 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
13 Ny. T 002917 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
14 Ny. R 110061 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
15 M. H 118606 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
16 Tn. H 123162 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
17 Ny. S 124321 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61
62

18 Ny. M 009820 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
19 YY 124586 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
20 Ny. H 119420 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
21 Ny. S 115990 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
22 Ny. TS 120260 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
23 Tn. E 004337 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
24 Tn.K 122125 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 Ny. RR 119427 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
26 A 006533 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
27 Ny. R 007487 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
28 Ny. TD 003885 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
29 SW 116621 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
30 Ny. K 124117 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
31 TY 122047 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
32 Ny. J 026957 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
33 Ny. OL 122174 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
34 A 000007 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
35 R 124120 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
36 F 124223 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
37 Tn. MR 109507 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
38 Ny. S 114826 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
39 AD 074535 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
40 Ny. M 100104 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63

41 Ny. HU 125061 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
42 Ny. H 073947 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
43 AAH 026326 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
44 Tn. S 005889 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
45 Ny. SS 001508 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
46 Ny. R 125489 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
47 Ny. WM 117531 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
48 Ny. G 053384 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
49 Ny. SB 008024 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
50 Ny. SH 013429 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
51 Tn. S 121348 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
52 Tn M 008467 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
53 Tn. S 122928 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
54 Tn. D 020181 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
55 Ny. S 117137 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
56 Ny. Y 119042 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
57 Tn. S 000688 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
58 E 005948 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
59 Tn. I 004814 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
60 Ny. M 101670 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
61 Tn. G 002423 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
62 Ny. F 082442 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
63 Ny. M 088430 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64

64 Tn. L 115383 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
65 Ny. MH 121191 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
66 Ny. M 023282 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
67 Tn. S 028212 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
68 Ny. S 115587 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
69 Tn. Y 112652 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
70 Ny. Y 016380 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
71 Tn. E 125374 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
72 SL 079759 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
73 DS 110182 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
74 Ny. R 118277 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
75 WM 117128 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
76 Tn. T 000670 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
77 Tn. T 116678 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
78 Ny. SS 117014 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
79 Ny. SS 122113 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
80 M 108910 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
81 Tn. VL 116402 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
82 Ny. II 085538 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
83 SS 085945 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
84 Ny. S 122440 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
85 Tn. BP 000197 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
86 Nn. TH 124981 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64
65

87 Tn. J 124635 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
88 Tn. M 018093 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
89 Ny. DI 123659 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
90 Tn. EE 124984 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
91 Ny. SE 079161 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
92 R 118228 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
93 Ny. Z 116100 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
94 Tn. AS 108001 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
95 Tn. BS 050641 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
96 Tn. S 119333 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
97 Ny. H 124048 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
98 Tn. MM 007600 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
99 Ny. S 008920 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
100 Tn. BB 007877 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
101 Ny. KM 115827 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
102 Nn. LS 117812 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
103 Tn. HD 014390 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
104 Ny. H 000593 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
105 Ny. K 115104 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
106 Ny. S 093027 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
107 Ny. A 124971 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
108 Ny. N 124889 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
109 Ny. L 124982 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66

110 Ny. S 124286 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


111 Ny. M 117354 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
112 Tn. P 005741 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
113 Ny. N 124787 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
114 Ny. JM 061580 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
115 Ny. S 021880 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
116 Ny. E 091677 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
117 Tn. SL 104013 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
118 Ny. A 007054 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
119 Tn. T 094558 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
120 Tn. S 103232 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
121 Tn. B 116970 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
122 Ny. E 086713 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
123 Tn. NS 004481 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
124 Ny. S 124995 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
125 Tn. M 108618 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
126 Ny. Y 124570 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
127 Tn. YH 004840 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
128 Tn. R 124028 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
129 Ny. N 006358 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
130 Tn. I 123486 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
131 Ny. DS 116839 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
132 Ny. TS 104889 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67

133 Ny. E 121128 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


134 Tn. H 121139 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
135 Ny. H 125027 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
136 Ny. SS 012764 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
137 Nn. A 118417 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
138 Tn. R 016033 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
139 Tn. M 001852 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
140 Tn. B 025751 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
141 Tn. D 050863 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
142 Ny. SN 109662 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
143 Tn. AA 123553 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
144 Tn. F 000105 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
145 Tn. I 116148 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
146 AW 018762 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
147 Ny. R 121274 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
148 AB 080255 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
149 Ny. A 001920 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
150 Ny. M 124146 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
151 Ny. RR 124163 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
152 Ny. AA 018856 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
153 Ny. U 124394 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
154 Ny. M 118429 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
155 LPS 122111 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68

156 Ny. R 016127 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


157 Tn. M 110717 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
158 Ny. S 123737 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
159 Ny. R 118413 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
160 Ny. EP 010716 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
161 Ny. K 057915 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
162 Tn. W 121654 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
163 Ny. ES 004257 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
164 Tn. M 124500 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
165 Tn. W 020128 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
166 Tn. PS 115110 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
167 Ny. E 000899 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
168 Ny. JM 061580 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
169 Ny. N 124787 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
170 Ny. M 117354 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
171 Tn. P 005741 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
172 Ny. W 004397 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
173 Tn. TW 074272 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
174 Ny. Ma 116693 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
175 Ny. NZ 071791 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
176 Ny. M 122355 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
177 Ny. N 059151 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
178 Ny. NM 075957 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69

179 Ny. AS 104939 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


180 Nn. I 115186 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
181 Ny. YR 119112 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
182 Ny. DM 123359 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
183 Ny. FJ 086504 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
184 Nn. MF 123323 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
185 Ny. W 009102 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
186 Ny. SE 108573 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
187 Tn. GG 125003 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
188 Ny. SS 005681 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
189 IB 123362 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
190 Tn. S 051677 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
191 Tn. M 084641 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
192 Ny. N 124572 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
193 Tn. ES 120292 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
194 Tn. AS 123308 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
195 Ny. SR 119807 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
196 Tn. MI 018093 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
197 Ny. L 124492 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
198 Ny. S 121394 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
199 Ny. S 007992 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
200 Ny. F 116440 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
201 Ny.TF 100188 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70

202 Ny. T 085358 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


203 Ny. J 016854 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
204 Tn. S 066861 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
205 Ny. PS 002641 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
206 Ny. M 000255 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
207 Ny. BS 007083 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
208 Tn. DP 005955 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
209 Ny. AM 000194 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
210 Ny. SF 000690 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
211 Tn. I 115184 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
212 Ny. S 117857 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
213 Ny. CB 007481 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
214 Tn. R 115218 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
215 Ny. S 105932 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
216 Ny. S 004016 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
217 Tn. U 052495 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
218 Ny. HF 122126 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
219 Tn. W 054573 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
220 Tn. I 118063 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
221 Tn. L 051929 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
222 Tn. SS 116424 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
223 Ny. SH 057790 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
224 Ny. II 002437 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71

225 Tn. D 116840 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


226 Ny. H 115211 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
227 Tn. AK 117678 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
228 Ny. S 107925 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
229 Ny. T 123988 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
230 Ny. D 021483 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
231 Tn. AN 125181 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
232 Ny. K 014743 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
233 Tn. B 118970 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
234 Ny. S 113481 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
235 Tn. ES 107926 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
236 Ny. S 004622 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
237 Ny. C 115269 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
238 Tn. SL 104015 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
239 Ny. A 014636 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
240 Tn. OP 013823 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
241 Ny. N 124556 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
242 Tn. H 123195 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
243 Ny. A 007064 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
244 Ny. LZ 005927 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
245 Tn. A 008166 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
246 Tn. W 020128 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
247 Ny. TM 050340 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72

248 Ny. EN 000001 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


249 Ny. H 103022 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
250 Tn. J 116952 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
251 Ny. LD 087649 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
252 Ny. S 111250 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
253 Tn. A 064793 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
254 Ny. EP 010756 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
255 Ny. Y 108402 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
256 Ny. S 124109 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
257 Ny. S 000373 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
258 Ny. N 105402 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
259 Tn. S 121926 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
260 Tn. H 05905 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
261 Ny. P 112541 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
262 An. K 085533 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
263 Tn. S 009491 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
264 Ny. K 110223 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
265 Tn. AM 123946 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
266 Tn. DZ 116614 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
267 Ny. R 006666 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
268 Ny. SS 003076 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
269 Tn. HS 006669 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
270 Tn. AT 008892 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
73

271 Tn. S 004427 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


272 Ny. K 124605 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
273 Ny. Y 123678 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
274 Tn. I 116148 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
275 Ny. S 001315 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
276 Ny. E 091677 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
277 Ny. F 024900 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
278 Ny. TS 013936 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
279 Ny. EM 009686 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
280 Ny. Y 115720 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
281 Tn. A 123906 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
282 Tn. K 079412 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
283 Ny. TK 008836 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
284 Tn. B 010515 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
285 Tn. AM 106634 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
286 Ny. R 123659 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
287 An. L 074201 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
288 Ny. GK 124404 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
289 Tn. M 024140 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
290 Tn. S 099795 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
291 Tn. S 008145 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
292 Tn. SW 055760 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
293 Ny. S 050684 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74

294 Ny. W 012494 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


295 Ny. SS 124403 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √
296 Ny. C 095112 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
297 An. R 115870 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
298 Ny. S 081002 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
299 Ny. LL 124247 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
300 Ny. SY 110040 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
301 Tn. M 122885 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
302 Ny. SW 102198 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
303 Tn. N 097272 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
304 Ny. M 002408 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
305 Ny. SH 088932 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
306 Tn. T 000817 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
307 Tn. L 116958 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
308 Ny. M 093018 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
309 Ny. P 103409 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
310 Ny. SS 124387 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
311 Tn. BN 117812 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
312 Ny. D 102310 √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
313 Ny. S 5137 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
314 Ny. Z 092191 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
315 Ny. RI 111068 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
316 Tn. G 109335 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
75

317 Ny. S 009733 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


318 Tn. S 115923 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
319 Tn. T 006443 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
320 Ny. S 008271 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
321 Ny. ID 112714 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
322 Tn. S 003017 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
323 Tn. B 021341 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
324 Tn. AT 017855 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
325 Tn. S 116505 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
326 Tn. RY 014377 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
327 Tn. RL 105673 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
328 Tn. SR 075907 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
329 Ny. S 124159 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
330 Tn. S 002887 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √
331 Ny. M 123680 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
332 Tn. M 124655 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
333 Tn. HM 123918 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
334 Ny. S 004206 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
335 Ny. IP 116902 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
336 Ny. M 108811 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
337 Ny. S 106558 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
338 Tn. L 008838 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
339 Ny. I 084079 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
76

340 A 119694 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
341 Tn. MA 013388 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
342 Tn. TR 121609 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
343 Ny. V 124383 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
344 Ny. II 119125 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
345 Ny. TI 108893 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
346 Tn. AN 125019 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
347 Nn. NK 083964 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
348 Ny. SA 067873 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
349 Ny. SS 124419 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
350 Ny. F 125018 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
351 Ny. A 090596 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
352 Tn. M 112516 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
353 Tn. IP 047181 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
354 Tn. HF 108196 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
355 Tn. IF 125016 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
356 Tn. W 124183 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
357 Nn. S 124995 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
358 Ny. MS 117545 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
359 B 124169 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
360 An. MZ 117974 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
361 Tn. EC 119144 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
362 Tn. S 008589 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77

363 Ny. JP 110213 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


364 Ny. N 115665 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
365 Tn. M 094052 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
366 Tn. W 003243 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
367 Tn. AF 087157 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
368 Tn. R 118338 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
369 Ny. K 003481 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
370 Ny. AA 061793 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
371 Ny. I 095524 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
372 Tn. AR 115054 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
373 Tn. SS 019356 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
374 Tn. H 018000 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
375 Tn. D 116042 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
376 Tn. NS 091171 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
377 Tn. S 002985 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
378 Tn. W 086745 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
379 Tn. S 115923 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
380 Tn. MN 125300 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
381 Ny. N 122895 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
382 Tn. SI 006072 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
383 Ny. S 122854 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
384 Tn. PS 005110 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
385 Tn. IS 111669 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
78

386 Tn. M 011278 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √


387 Ny. SR 006747 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
388 Ny. A 002713 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
389 Tn. CS 123002 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
390 Tn. K 110714 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
391 Tn. D 121153 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
392 Ny. M 124189 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
393 Ny. M 122944 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
394 Ny. S 029650 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
395 Ny. R 055133 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
396 Ny. IW 005186 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
397 Ny. M 123216 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
398 Ny. TS 124260 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
399 Ny. S 116437 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
400 Tn. S 001883 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
79

Lampiran 4. Data Distribusi Interaksi Obat


Kategori Interaksi Obat Efek Tingkat Mekanisme Jumlah
Obat Keparahan Interaksi Resep
Kombinasi Cefadroxil + Ka. Diklofenak Cefadroxil meningkatkan efek Ka. Minor Tidak diketahui 3
2 Obat Diklofenak
Ciprofloxacin + Asam Meningkatkan resiko stimulasi Moderat Tidak diketahui 7
Mefenamat SSP dan kejang dengan dosis
tinggi
Methyl Prednisolon + Loratadin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 2
Loratadin methyl prednisolon. Sedangkan
Methyl prednisolon menurunkan
efek loratadin
Amlodipin + Bisoprolol Concor dan amlodipin Moderat Farmakodinamik 3
meningkatkan kanal bloking anti
hipertensi
Bisoprolol + Valsartan Bisoprolol dan Valsartan Moderat Farmakodinamik 1
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium dan jika digunakan pada
wanita hamil maka dapat
memberikan resiko terhadap
janin
Risperidon + Trihexipenidil Risperidon meningkatkan efek Moderat Farmakodinamik 1
trihexipenidil secara sinergis (Sinergis)
Cefadroxil + Asam Cefadroxil meningkatkan efek Minor Tidak diketahui 4
Mefenamat Asam mefenamat
Novomix + Metformin Novomix dan metformin, salah Mayor Farmakodinamik 1
satunya meningkatkan efek obat (sinergis)
lain
Candesartan + Bisoprolol Candesartan dan Bisoprolol, Mayor Farmakodinamik 1
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Risperidon + Trihexypenidil Risperidon meningkatkan efek Moderat Farmakodinamik 1
Trihexyfenidil (sinergis)
Lansoprazol + Sukralfat Sukralfat menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Lansoprazol dengan menginhibisi
absorbs GI
Asam Mefenamat + Na. Asam Mefenamat dan Na. Minor Farmakodinamik 1
Diklofenak Diklofenak, keduanya
meningkatkan antikoagulan dan
serum potasium
Levofloxacin + Asam Meningkatkan resiko stimulasi Mayor Tidak diketahui 1
Mefenamat CNS dan kejang
Levodopa + Trihexypenidil Dalam dosis yang tinggi, Minor Tidak diketahui 1
terjadinya penurunan
antikolinergik pada absorpsi GI
Candesartan + Aspirin Candesartan dan Aspirin, Mayor Tidak diketahui 1
keduanya meningkatkan serum
potasium
Kombinasi Methyl Prednisolon + Na. Natrium diklofenak dan Methyl Mayor Farmakodinamik 1
3 Obat Diklofenak + Ketese prednisolon, salah satunya (Sinergis)
meningkatkan toksisitas obat lain
80

INH + Rifampin + Rifampin meningkatkan toksisitas Mayor Tidak diketahui 1


Ethambutol dari INH dengan meningkatkan
metabolisme
Methyl Prednisolon + Na. Natrium diklofenak dan Methyl Moderat Farmakodinamik 1
Diklofenak+Cyanocobalamin prednisolon, salah satunya (Sinergis)
meningkatkan toksisitas obat lain
Diklofenak + Tramadol + Tramadol dan Diazepam Moderat Tidak diketahui 2
Diazepam keduanya meningkatkan efek
sedasi
Ciprofloxacin + C. Xytrol + Ciprofloxacin dan asam Moderat Tidak diketahui 1
Asam Mefenamat mefenamat keduanya
Meningkatkan resiko stimulasi
SSP dan kejang dengan dosis
tinggi
Candesartan + Meloxicam Meloxicam menurunkan efek dari Moderat Farmakodinamik 1
+ Nitrogliserin candesartan pada vasodilatasi (Antagonis)
prostaglandin ginjal
Clopidogrel + Simvstatin + Amlodipin menghambat Mayor Tidak diketahui 1
Amlodipin metabolisme simvastatin
sehingga konsentrasi metabolit
aktif simvastatin meningkat dalam
plasma
Diovan + Meloxicam + Diovan dan Meloxicam keduanya Minor Farmakodinamik 1
Ranitidin meningkatkan serum potasium
Amlodipin + Diovan + Diovan dan Diklofenak keduanya Moderat Farmakodinamik 1
Diklofenak meningkatkan serum potasium
Amlodipin + Diovan + Diovan dan Bisoprolol, keduanya Mayor Farmakodinamik 2
Bisoprolol meningkatkan serum potasium (Sinergis)
Bisoprolol dan amlodipin Moderat Farmakodinamik
meningkatkan kanal bloking anti
hipertensi
Asetosal + Sohobion + Asetosal menurunkan efek dari Minor Farmakokinetik 1
Candesartan- sohobion dengan menginhibisi
absorbsi GI
Asetosal menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
candesartan (antagonis)
Candesartan + Bisoprolol + Bisoprolol dan Candesartan Moderat Farmakodinamik 1
Clopidogrel keduanya meningkatkan serum (Sinergis)
potasium dan jika digunakan pada
wanita hamil maka dapat
memberikan resiko terhadap
janin
Fenitoin + As. Valproat + Asam folat menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Asam Folat penitoin dengan meningkatkan
metabolisme penitoin.
Asam valproat meningkatkan efek Moderat Tidak diketahui
Fenitoin pada saat peningkatakn
metabolisme enzim hati
CYP2C9/10
Risperidon + Hexymer + Clorilex meningkatkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Clorilex Hexymer secara sinergis (Sinergis)
81

Risperidon meningkatkan efek Moderet Farmakodinamik


Hexymer secara sinergis (Sinergis)
Risperidon dan Clorilex keduanya Mayor Tidak diketahui
meningkatkan sedasi
Ranitidin + Methyl Methyl Prednison dan natrium Moderat Farmakodinamik 3
Prednison + na. Diklofenak Diklofenak keduanya (Sinergis)
meningkatkan toksisitas
Rhinofed + Na. Diklofenak Methyl Prednison dan natrium Mayor Farmakodinamik 1
+ Methyl Prednison Diklofenak keduanya (Sinergis)
meningkatkan toksisitas
Omeprazol + Alprazolam + Omeprazol meningkatkan efek Minor Farmakokinetik 1
Sukralfat dari alprazolam dengan
menurunkan metabolisme
alprazolam
Na. Diklofenak + Tramadol Tramadol dan Diazepam, Moderet Tidak diketahui 1
+ Diazepam keduanya meningkatkan sedasi
Na. Diklofenak + Methyl Methylprednisolon menurunkan Mayor Tidak diketahui 1
Prednison + Diazepam efek diazepam dengan
mempengaruhi metabolisme
CYP3A4 pada enzim hati/usus
Na. Diklofenak dan Methyl Mayor Farmakodinamik
Prednison, salah satunya (sinergis)
meningkatkan toksisitas dari obat
yang lainnya
Diazepam + As. Folat + Diazepam dan Haloperidol Mayor Tidak diketahui 1
Haloperidol keduanya meningkatkan sedasi
Ciprofloxacin + Rhinofed + Na. Diklofenak dan Ciprofloxacin Minor Tidak diketahui 2
Na. diklofenak salah satunya meningkatkan
resiko stimulasi CNS dan kejang
dengan penggunaan dosis tinggi
PCT + Diazepam + Tramadol dan Diazepam, Mayor Tidak diketahui 1
Tramadol keduanya meningkatkan sedasi
Diazepam menurunkan efek PCT Minor Farmakokinetik
dengan meningkatkan
metabolisme
Carbamazepin + Tramadol Karbamazepin menurunkan efek Mayor Farmakokinetik 1
+ Amitriptilin Tramadol dan Amitriptilin dengan
mempengaruhi metabolisme Minor Farmakokinetik
CYP3A4 pada enzim hati/usus
Amitriptilin dan Tramadol Minor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan sedasi
Diovan + Bisoprolol + Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Aspirin Bisoprolol (antagonis)
Valsartan dan Bisoprolol Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium Farmakodinamik
Aspirin menurun efek valsartan Moderet (antagonis)
Asam mefenamat + Diazepam dan Tramadol Mayor Farmakodinamik 1
Diazepam + Tramadol keduanya meningkatkan sedasi (sinergis)
Meloxicam + Tramadol + Diazepam dan Tramadol Mayor Farmakodinamik 1
Diazepam keduanya meningkatkan sedasi (sinergis)
82

Amoxicillin + Klorampenikol menurunkan efek Minor Farmakodinamik 1


Klorampenikol + Asam Amoxicillin ( antagonis)
mefenamat
Diazepam + Na. Diklofenak Na. Diklofenak dan Asam Minor Farmakodinamik 1
+ Asam Mefenamat mefenamat, keduanya (sinergis)
meningkatkan antikoagulan dan
serum potasium
Cefadroxil + Asam Klorampenikol menurunkan efek Minor Farmakodinamik 1
Mefenamat + Cefadroxil (antagonis)
Klorampenikol Cefadroxil meningkatkan efek Minor Tidak diketahui
Asam Mefenamat
Alprazolam + Buscopan + Omeprazol meningkatkan efek Minor Tidak diketahui 1
Omeprazol Alprazolam dengan menurunkan
metabolisme
Meloxicam + Ranitidin + Asam Mefenamat dan Meloxicam, Minor Farmakodinamik 1
Asam Mefenamat keduanya meningkatkan (sinergis)
antikoagulan dan serum potasium
Tramadol + Valsartan + Valsartan dan Na. Diklofenak Minor Farmakodinamik 1
Na. Diklofenak keduanya meningkatkan serum (antagonis)
potasium dan salah satunya
meningkatkan toksisitas obat
yang lain
Flutikason + Spiriva + Spiriva dan Combiven, keduanya Mayor Tidak diketahui 1
Combivent menurunkan efekkolinergik
Humalog + Glimepirid + Humalog dan Glimepirid, salah Mayor Farmakodinamik 1
Simvastatin satunya meningkatkan efek dari (sinergis)
obat yang lain
Cefadroxil + Kloramfenikol Kloramfenikol menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
+ Asam Mefenamat Cefadroxil (antagonis)
Cefadroxil meningkatkan efek Mayor Farmakodinamik
Asam Mefenamat
Lansoprazol + Sukralfat + Sukralfat menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Alprazolam Lansoprazol dengan menginhibisi
absorbs GI
Gabapentin + Na. Gabapentin menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Diklofenak + Mekobalamin Mekobalamin dengan
menginhibisi absorpsi GI
Meloxicam + Methyl Meloxicam dan methyl Moderet Farmakodinamik 1
Prednisolon + Ranitidin Prednisolon, salah satunya (sinergis)
meningkatkan toksisitas obat lain
Lantus + Neurodex + Gabapentin menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Gabapentin Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Simvastatin + Aspirin + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Amlodipin Simvastatin
Diovan + Bisoprolol + Diovan dan Bisoprolol, keduanya Mayor Farmakodinamik 1
Spironolacton meningkatkan serum potasium (sinergis)
Bisoprolol dan Spironolacton, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Candesartan + Amlodipin + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
83

Simvastatin Simvastatin
Amlodipin + Candesartan + Bisoprolol dan Amlodipin, Moderat Farmakodinamik 1
Bisoprolol keduanya meningkatkan anti- (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
Bisoprolol dan Candesartan Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Bisoprolol + Aspirin + ISDN Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Bisoprolol (antagonis)
Amlodipin + Diovan + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Simvastatin Simvastatin
Simvastatin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui
Diovan
Adalat + Bisoprolol + Candesartan dan Bisoprolol Mayor Farmakodinamik 1
Candesartan keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Bisoprolol dan Adalat keduanya Mayor Farmakodinamik
meningkatkan anti- (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
Amlodipin + Candesartan + Aspirin dan Candesartan Mayor Farmakodinamik 1
Aspirin keduanya meningkatkan serum (antagonis)
potasium
Kombinasi Simvastatin + Amlodipin- Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
4 Obat Neurodex + Asam Folat Simvastatin
Meloxicam + Asam Meloxicam dan Asam Mefenamat Minor Farmakodinamik 1
Mefenamat + Diazepam- keduanya meningkatkan serum
Ergotamin potasium dan antikoagulan
Tramadol + Diazepam + Tramadol dan Diazepam Mayor Farmakodinamik 1
As. Mefenamat + Ranitidin keduanya meningkatkan sedasi
Meloxicam + Diazepam + Meloxicam dan Asam Mefenamat Minor Farmakodinamik 1
Neurodex + Asam keduanya meningkatkan serum
Mefenamat potasium dan antikoagulan
Aspirin-Simvastatin-Ka. Aspirin dan Ka. Diklofenak Minor Farmakodinamik 1
Diklofenak-As. Folat keduanya meningkatkan serum
potasium dan antikoagulan
Aspirin menurunkan efek Asam Minor Farmakokinetik
Folat dengan menginhibisi
absorpsi GI
Furosemid + Lisinopril + Lisinopril dan Spironolakton Mayor Farmakodinamik 1
Amlodipin + Spironolakton meningkatkan resiko hiperkalemia (sinergis)
Furosemid dan Lisinopril beresiko Mayor Farmakodinamik
terjadinya hipotensi akut (sinergis)
Spironolakton meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan Furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Bisoprolol + Amlodipin + Candesartan dan Bisoprolol Mayor Farmakodinamik 1
Candesartan + keduanya meningkatkan serum (sinergis)
Nitrogliserin potasium
Bisoprolol dan Amlodipin Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
84

Adalat + Bisoprolol + Adalat dan Bisoprolol keduanya Mayor Farmakodinamik 1


Lansoprazol + Sukralfat meningkatkan hipersensitivitas
kanal bloker
Sukralfat menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Lansoprazol dengan menginhibisi
absorpsi GI
Amlodipin + Bisoprolol + Asetosal menurunkan efek Moderet Farmakodinamik 1
Nitrogliserin + Asetosal Bisoprolol (sinergis)
Amlodipin dan Bisoprolol Mayor Farmakokinetik
keduanya meningkatkan
hipersensitivitas kanal bloker
Nitrogliserin + Furosemid- Asetosal meningkatkan Minor Farmakodinamik 1
+ Asetosal + Spironolakton sedangkan Furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Asetosal dan Spironolakton Moderat Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Spironolakton meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan Furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Aspirin + Amlodipin + Aspirin menurunkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Valsartan + Sohobion Valsartan
Aspirin menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Sohobion dengan menginhibisi
absorpsi GI
Glimepirid + Metformin + Metformin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Laxadin + Neurodex Neurodex
Bisoprolol + Amlodipin + Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Candesartan + Aspirin Candesartan (antagonis)
Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Bisoprolol (antagonis)
Candesartan dan Bisoprolol, Moderat Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Bisoprolol dan Amlodipin, Minor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan
hipersensitivitas kanal bloker
As. Mefenamat + As. Mefenamat dan Levofloxacin Mayor Tidak diketahui 1
Diazepam + Tabrosan + beresiko terhadap stimulasi CNS
Levofloxacin dan kejang
Aspirin + Neurodex + Na. Aspirin dan HCT keduanya Minor Farmakodinamik 1
Diklofenak + HCT menurunkan serum potasium (sinergis)
Aspirin dan Na. Diklofenak Minor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan (sinergis)
antikoagulan dan serum potasium
Na. Diklofenak meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan HCT menurunkan (Antagonis)
serum potasium
Aspirin menurunkan efek Minor Farmakodinamik
Neurodex dengan cara (Antagonis)
menginhibisi absorpsi GI
85

Rifampin + INH + Rifampin meningkatkan toksisitas Mayor Farmakokinetik 1


Etambutol + Dexanta INH dengan meningkatkan
metabolisme
Dexanta menurunkan efek INH Mayor Farmakokinetik
dengan menginhibisi absorpsi GI
Dexanta meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui
etambutol pada saluran GI
Na. Diklofenak + Tramadol Tramadol dan Amitriptilin, Mayor Tidak diketahui 1
+ Amitriptilin + Ranitidin keduanya sedasi dan serotonin
Na. Diklofenak + Tramadol Tramadol dan Amitriptilin, Moderat Tidak diketahui 1
+ Diazepam + Ranitidin keduanya sedasi dan serotonin
Ciprofloxacin + Rhinofed + CTM meningkatkan sedangkan Mayor Farmakodinamik 1
Na. Diklofenak + CTM Rhinofed menurunkan sedasi (antagonis)
Na. Diklofenak dan Ciprofloxacin, Mayor Tidak diketahui
salah satunya meningkatkan
resiko stimulasi CNS dan kejang
Tramadol + PCT + Diazepam dan Tramadol Mayor Tidak diketahui 1
Diazepam + Amlodipin keduanya meningkatkan sedasi
Diazepam menurunkan efek PCT Minor Farmakokinetik
dengan meningkatkian
metabolisme
Na. Diklofenak + Tramadol Tramadol dan Diazepam Mayor Tidak diketahui 1
+ Diazepam + Neurobion keduanya meningkatkan sedasi
Na. Diklofenak + Tramadol Tramadol dan Diazepam Mayor Tidak diketahui 1
+ Diazepam + Syr. OBH keduanya meningkatkan sedasi
Na. Diklofenak + Ranitidin Gabapentin menurunkan efek PCT Minor Farmakokinetik 1
+ PCT + Gabapentin dengan meningkatkan
metabolisme
Diovan + Verapamil + Omeprazol menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Omeprazol + Neurodex Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Adalat + Methyl Prednison Adalatmeningkatkan efek Methyl Minor Farmakokinetik 1
+ Na. Diklofenak + Prednison dengan mempengaruhi
Tramadol metabolisme CYP3A4 pada enzim
hati/usus
Na. Diklofenak dan Methyl Moderat Farmakodinamik
Prednison, salah satunya
meningkatkan toksisitas obat
yang lain
Aspirin + ISDN + Bisoprolol Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
+ Amlodipin Bisoprolol dengan menurunkan (antagonis)
sintesis prostaglandin
Bisoprolol dan Amlodipin Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (Sinergis)
potasium
Amlodipin + Valsartan + Gabapentin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Gabapentin + Neurodex Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Haloperidol + Haloperidol meningkatkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Trihexypenidil + Asam Trihexypenidil (sinergis)
Folat + Piracetam
86

Amlodipin + Noperten + Bisoprolol dan Amlodipin Mayor farmakodinamik 1


Bisoprolol + Lansoprazol keduanya meningkatkan anti
hipersensitivitas kanal blocker
Digoxin + Candesartan + Simvastatin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Aspirin + Simvastatin digoxin
Fenitoin + Asam Folat + Asam Folat menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
PCT + Klobazam Fenitoin dengan meningkatkan
metabolisme
Fenitoin menurunkan efek PCT Minor Tidak diketahui
dengan meningkatkan
metabolisme
Candesartan + Neurodex + Aspirin dan Na.Diklofenak Minor Farmakodinamik 1
Aspirin + Na. Diklofenak keduanya meningkatkan koagulan
dan serum potasium
Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Candesartan (antagonis)
Na. Diklofenak menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Candesartan (antagonis)
Aspirin menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Metformin + Amlodipin + Metformin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Valsartan + Neurodex Neurodex
Diaversa + Metformin + Metformin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Amlodipin + Sohobion Sohobion
Metformin + Glimepirid + Aspirin meningkatkan efek Minor Tidak diketahui 1
Gemfibrozil + Aspirin Glimepirid
Gemfibrozil meningkatkan efek Moderat Farmakodinamik
Glimepirid
Aspirin meningkatkan efek Mayor Farmakodinamik
Glimepirid
Na. Diklofenak + Tramadol Tramadol dan Diazepam Mayor Tidak diketahui 1
+ Diazepam + Allopurinol keduanya meningkatkan efek
sedasi
Lantus + Metformin + Metformin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Amlodipin + Sohobion Sohobion
Lantus dan Metformin, salah Mayor Farmakodinamik
satunya meningkatkan efek obat (sinergis)
lain
Hexymar + Sifrol + Pardos Sifrol dan Pardos keduanya Minor Tidak diketahui 1
+ Aspirin meningkatkan efek dopaminergik
Hexymar dan Pardos (dalam dosis Mayor Tidak diketahui
tinggi), dapat menurunkan efek
antikolinergik
Furosemid + Spironolacton Spironolacton dan Candesartan, Mayor Tidak diketahui 1
+ Levofloxacin + keduanya meningkatkan serum
Candesartan potasium
Furosemid dan Candesartan, Mayor Tidak diketahui
keduanya meningkatkan serum
potasium
Furosemid dan Spironolacton, Mayor Tidak diketahui
87

keduanya meningkatkan serum


potasium
Amlodipin + Diovan + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Simvastatin + Neurodex Simvastatin
Simvastatin meningkatkan efek Mayor Farmakodinamik
Diovan
Diaversa + Metformin + Ranitidine meningkatkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Meloxicam + Ranitidin Metformin
Meloxicam meningkatkan efek Minor Tidak diketahui
Diaversa
Amlodipin + Candesartan + Amlodipin dan Bisoprolol Mayor Farmakodinamik 1
Clopidogrel + Bisoprolol keduanya meningkatkan anti
hipersensitivitas kanal blocker
Candesartan dan Bisoprolol, Minor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Amlodipin + Bisoprolol + Amlodipin dan Bisoprolol Mayor Farmakodinamik 1
Omeprazol + Sukralfat keduanya meningkatkan anti
hipersensitivitas kanal blocker
Aspirin + Asam Folat + Aspirin menurunkan efek Diovan Mayor Farmakodinamik 1
Neurodex + Diovan Aspirin menurunkan efek (antagonis)
Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI Minor Farmakokinetik
Aspirin menurunkan efek Asam
Folat dengan menginhibisi Minor Tidak diketahui
absorpsi GI
Tyarit + Simvastatin + Tyarit meningkatkan toksisitas Mayor Tidak diketahui 1
Clopidogrel + Metformin Simvastatin dengan menurunkan
metabolisme
Tyarit meningkatkian efek Mayor Tidak diketahui
Metformin
Novorapid + Levemir + Novorapid dan Metformin, salah Moderat Farmakodinamik 1
Adalat + Metformin satunya meningkatkan efek obat (sinergis)
lain
Adalat meningkatkan efek Minor Tidak diketahui
Metformin
Aspirin + Bisoprolol + Aspirin dan Asam Mefenamat, Minor Farmakodinamik 1
Simvastatin + Asam keduanya meningkatkan serum (sinergis)
Mefenamat potasium dan antikoagulan
Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Bisoprolol (antagonis)
Asam Mefenamat menurunkan Mayor Farmakodinamik
efek Bisoprolol (antagonis)
Amlodipin + Diovan + Aspirin menurunkan efek Diovan Mayor Farmakodinamik 1
Aspirin + Gemfibrozil Gemfibrozil meningkatkan efek (antagonis)
Diovan Mayor Tidak diketahui
Simarc + Candesartan + Tyarit meningkatkan efek Simarc Mayor Tidak diketahui 1
Tyarit + Amlodipin dengan menurunkan
metabolisme
Kombinasi Amlodipin + Asam Tramadol dan Diazepam, Mayor Tidak diketahui 1
5 Obat Mefenamat + Antasida + keduanya meningkatkan sedasi
88

Tramadol + Diazepam
Combivent + Teofilin + Methyl Prednison menurunkan Mayor Farmakokinetik 1
Cefadroxil + Albuterol + efek Teofilin
Methyl Prednison
Bisoprolol + Amlodipin + Antasida menurunkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Lansoprazol + Lisinopril + Lisinopril
Antasida Antasida menurunkan efek Mayor Farmakokinetik
Bisoprolol dengan menginhibisi
absorpsi GI
Bisoprolol dan Amlodipin, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan anti-
hipersensitivitas kanal bloker
Amlodipin + Bisoprolol + Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Lisinopril + Isosorbid Lisinopril (antagonis)
Dinitrat + Aspirin Aspirin menurunkan efek Minor Farmakodinamik
Bisoprolol (antagonis)
Amlodipin dan Bisoprolol, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan anti- (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
Clopidogrel + Aspirin + Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Bisoprolol + Simvastatin + Bisoprolol (antagonis)
Lansoprazol Clopidogrel dan Aspirin, salah Mayor Farmakodinamik
satunya meningkatkan toksisitas (antagonis)
obat lain
Lansoprazol menurunkan efek Mayor Farmakokinetik
Clopidogrel dengan
mempengaruhi metabolisme
enzim hati CYP2C19
Diovan + Amlodipin + Aldacton meningkatkan Minor Farmakodinamik 1
Furosemid + Aldacton + sedangkan Furosemid (antagonis)
Bisoprolol menurunkan serum potasium
Diovan dan Aldacton, keduanya Mayor Farmakodinamik
meningkatkan serum potasium (sinergis)
Diovan dan Furosemid, keduanya Minor Tidak diketahui
meningkatkan serum potasium
Bisoprolol dan Amlodipin, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan anti- (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
Bisoprolol dan Aldacton keduanya Mayor Tidak diketahui
meningkatkan serum potasium
Bisoprolol dan Diovan beresiko Mayor Farmakodinamik
terjadinya pendarahan (sinergis)
Bisoprolol meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan Furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Dexametason + Lidokain + Dexametason menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Omeprazol + Dopamin + Omeprazol dengan
Ranitidin mempengaruhi metabolisme
CYP3A4 pada enzim hati/usus
Omeprazol menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Lidokain dengan mempengaruhi
89

metabolisme CYP1A2 pada enzim


hati
Metformin + Actos + Aspirin menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Aspirin + Sohobion + Sohobion dengan menginhibisi
Simvastatin absorpsi GI
Metformin menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Sohobion
Metformin + glipizid + Gemfibrozil meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Gemfibrozil + Candesartan Glipizid dan beresiko terjadinya
+ Amlodipin hipoalbuminemia
Candesartan + Neurodex + Carvedilol dan Minor Farmakodinamik 1
Aldacton + Carvedilol + Aldactone,keduanya
Omeprazol meningkatkan serum potasium
Carvedilol dan Candesartan Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Candesartan dan Aldacton, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Omeprazol menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Omeprazol meningkatkan efek Minor Farmakokinetik
Carvedilol dengan mempengaruhi
metabolisme CYP2C9 pada enzim
hati
Amlodipin + Diovan + Meloxicam menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Meloxicam + Osteocal + Valsartan (antagonis)
Neurodex Osteocal menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Amlodipin (antagonis)
Candesartan + Bisoprolol + Candesartan dan Bisoprolol, Mayor Farmakodinamik 1
Neurodex + Omeprazol + keduanyan meningkatkan serum (sinergis)
Papaverin potasium
Omeprazol menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Simarc + Digoxin + Aldacton menurunkan efek Mayor Farmakokinetik 1
Candesartan + Amlodipin + Simarc
Aldacton Aldacton meningkatkan efek Minor Tidak diketahui
Digoxin dan keduanya
meningkatkan serum potasium
Candesartan dan Aldacton Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Candesartan dan Digoxin Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Simvastatin + Amlodipin Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Aspirin + Meloxicam + Simvastatin
Neurodex Aspirin menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan cara
menginhibisi absorpsi GI
90

Aspirin dan Meloxicam keduanya Minor Farmakodinamik


meningkatkan serum 1potasium
dan antikoagulan
Amlodipin + Diovan + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Sukralfat + Omeprazol + Simvastatin
Simvastatin Simvastatin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui
Valsartan
Asetosal + Amlodipin + Karbamazepin meningkatkan efek Mayor Farmakokinetik 1
Neurodex + Karbamazepin alprazolam dengan
+ Alprazolam mempengaruhi metabolisme
CYP3C4 pada enzim hati/usus
Karbamazepin menurunkan efek Mayor Farmakokinetik
Amlodipin engan mempengaruhi
metabolisme CYP3C4 pada enzim
hati/usus
Aspirin menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Karbamazepin menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Amlodipin + Valsartan + Valsartan dan Bisoprolol, Mayor Farmakodinamik 1
Bisoprolol + Neurodex + keduanya meningkatkan serum (sinergis)
Syr. OBH potasium
Bisoprolol dan Amlodipin, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan anti- (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloking
Candesartan + Amlodipin + CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Asam Folat + Bicnat + Amlodipin ( antagonis)
CaCO3
Candesartan + Amlodipin + Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Bisoprolol + ISDN + Aspirin Candesartan (antagonis)
Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Bisoprolol (antagonis)
Candesartan dan Bisoprolol Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Bisoprolol dan Amlodipin, Minor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan anti-
hipersensitivitas kanal bloking
Diovan + Amlodipin + Gemfibrozil dan Simvastatin, Mayor Farmakodinamik 1
Simvastatin + Gemfibrozil salah satunya meningkatkan efek (sinergis)
+ Allopurinol obat lain
Amlodipin meningkatkan efek Mayor Farmakokinetik
Simvastatin
Simvastatin meningkatkan efek Mayor Farmakokinetik
DIovan
Gemfibrozil meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui
Diovan
Diaversa + Metformin + Metfromin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Gabapentin + Neurodex + Neurodex
Amdixal Gabapentin menurunkan efek Minor Farmakokinetik
91

Neurodex dengan menginhibisi


absorpsi GI
Candesartan + Furosemid Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
+ Aldacton + Bisoprolol + Candesartan (antagonis)
Aspirin Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Bisoprolol (antagonis)
Aspirin meningkatkan sedangkan Minor Farmakodinamik
furosemid menurunkan serum (antagonis)
potasium
Aldacton dan Aspirin, keduanya Mayor Farmakodinamik
meningkatkan serum potasium (sinergis)
Aldacton meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Candesartan dan Aldacton, Mayor Farmakokinetik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Candesartan dan Bisoprolol, Mayor Farmakokinetik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Candesartan meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Bisoprolol meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Bisoprolol dan Aldacton, Mayor Farmakokinetik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Levofloxacin + Candesartan meningkatkan Mayor Farmakodinamik 1
Dexametason + sedangkan Furosemid (antagonis)
Candesaran + Furosemid + menurunkan serum potasium
Albumin Dexametason dan Levofloxacin, Mayor Tidak diketahui
keduanya meningkatkan efek
obat lain
Dexametason dan Furosemid Minor Farmakodinamik
beresiko terjadinya hipokalemia (sinergis)

Aspirin + Amlodipin + Aspirin dan Ka. Diklofenak, Minor Tidak diketahui 1


Clonidin + Ka. Diklofenak + keduanya meningkatkan
Sohobion antikoagulan dan serum potasium
Aspirin menurunkan efek
Sohobion dengan menginhibisi Minor Farmakokinetik
absorspi GI
Aspirin + Amlodipin + Levodopa meningkatkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Madofar + Trihexyfenidil + Amlodipin (sinergis)
Neurobion Trihexypenidil dan Levodopa: Minor Tidak diketahui
terjadi penurunan efek
antikolinergik Minor Farmakokinetik
Aspirin menurunkan efek
Neurobion dengan menginhibisi
absorspi GI
92

Diovan + Tyanit + Tyanit meningkatkan toksisitas Mayor Farmakokinetik 1


Alprazolam + Simvastatin Simvastatin dengan menurunkan
+ Lansoprazol metabolisme
Simvastatin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui
Valsartan
Diaversa + Metformin + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Glucobay + Amdixal + Simvastatin
Simvastatin
Amlodipin + Osteocal + Meloxicam dan Methyl Mayor Farmakodinamik 1
Na. Diklofenak + Methyl Prednisolon, salah satunya (antagonis)
Prednisolon + Meloxicam meningkatkan toksisitas obat lain
Na.Diklofenak dan Methyl Mayor Farmakodinamik
Prednisolon, salah satunya (sinergis)
meningkatkan toksisitas obat lain
Na.Diklofenak dan Meloxicam, Minor Tidak diketahui
keudanya meningkatkan
antikoagulan dan serum potasium
Osteocal menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Amlodipin (antagonis)
Methyl Prednisolon menurunkan Minor Farmakokinetik
efek Amlodipin dengan
mempengaruhi metabolisme
enzim hati/usus CYP3A4
Methyl Prednisolon menurunkan Minor Farmakokinetik
efek Osteocal dengan
meningkatkan eliminasi
Na. Diklofenak meningkatkan efek Minor Tidak diketahui
Meloxicam
Humalog + Lantus + Actos Humalog meningkatkan toksisitas Mayor Farmakokinetik 1
+ Lansoprazol + Neurodex Actos
Lantus meningkatkan toksisitas Mayor Farmakokinetik
Actos
Lodem + Eclid + Aspirin dan CaCO3 beresiko Minor Tidak diketahui 1
Simvastatin + Aspirin + terhadap ginjal
CaCO3 Lodem dan Aspirin, keduanya Mayor Farmakokinetik
meningkatkan serum potasium
Simarc + Candesartan + Aldacton menurunkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Lantus + Aldacton + Simarc
Lansoprazol Candesartan dan Aldacton, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Candesartan + Candesartan dan Diklofenak, Mayor Farmakodinamik 1
Nitrogliserin + Diklofenak keduanya meningkatkan serum (antagonis)
+ Diazepam + Ranitidin potasium
Glimepirid + Metformin + Metformin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Glucobay + Bicnat + Asam Asam Folat
Folat
Candesartan + Bisoprolol + Bisoprolol dan Letonal, keduanya Mayor Tidak diketahui 1
Lansoprazol + Letonal + meningkatkan serum potasium
Diazepam Bisoprolol dan Candesartan, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
93

Candesartan dan Letonal, Mayor Tidak diketahui


keduanya meningkatkan serum
potasium
Adalat + Aspirin + Adalat meningkatkan efek Mayor Farmakokinetik 1
Simvastatin + Diaversa + Simvastatin dengan
Metformin mempengaruhi metabolisme
enzim hati CYP3A4
Aspirin meningkatkan efek Minor Farmakodinamik
Diaversa
Adalat meningkatkan efek Minor Farmakokinetik
Metformin dengan menginhibisi
absorpsi GI
Kombinasi Nitrogliserin + Amlodipin + Valsartan dan Bisoprolol, kedunya Mayor Farmakodinamik 1
6 Obat Bisoprolol + Clopidogrel + meningkatkan serum potasium (sinergis)
Valsartan + Lansoprazol Lansoprazol menurunkan efek Mayor Farmakokinetik
Clopidogrel dengan
mempengaruhi metabolisme
enzim hati CYP2C19
Bisoprolol dan Amlodipin, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan (sinergis)
antihipersensitivitas kanal bloker
Candesartan + Glimepirid + Omeprazol meningkatkan efek Minor Farmakokinetik 1
Omeprazol + Alprazolam + Alprazolam dengan menurunkan
Amlodipin + Metformin metabolisme
Valsartan + ISDN + Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Furosemid + Bisoprolol + Valsartan (antagonis)
Spironolakton + Aspirin Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Bisoprolol (antagonis)
Aspirin meningkatkan sedangkan Mayor Farmakodinamik
furosemid menurunkan serum (antagonis)
potasium
Spironolacton dan Aspirin, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Spironolacton meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Valsartan dan Aspirin, keduanya Mayor Tidak diketahui
meningkatkan serum potasium
Valsartan dan Spironolacton, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Valsartan dan Bisoprolol, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Valsartan meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Bisoprolol dan Spironolakton, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
94

Aspirin + As. Mefenamat + Aspirin meningkatkan sedangkan Minor Farmakodinamik 1


Diazepam + Valsartan + HCT menurunkan serum potasium (antagonis)
HCT + Na. Diklofenak Aspirin dan Asam Mefenamat, Minor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan (antagonis)
antikoagulan dan serum potasium
Aspirin menurunkan efek Moderat Farmakodinamik
Valsartan (antagonis)
Asam Mefenamat meningkatkan Minor Farmakodinamik
sedangkan HCT menurunkan (antagonis)
serum potasium
Asam Mefenamat menurunkan Mayor Tidak diketahui
efek Valsartan
Valsartan meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan HCT menurunkan (antagonis)
serum potasium
Valsartan dan Aspirin, keduanya Mayor Farmakodinamik
meningkatkan serum potasium (antagonis)
Aspirin + Na. Diklofenak + Aspirin dan Na. Diklofenak, Mayor Farmakokinetik 1
As. Folat + Neurodex + keduanya meningkatkan
Diazepam + Esperson antikoagulan dan serum potasium
Aspirin menurunkan efek
Neurodex dengan menginhibisi Minor Farmakokinetik
absorpsi GI
Aspirin menurunkan efek Asam
Folat dengan menginhibisi Minor Farmakokinetik
absorpsi GI
Adalat + Valsartan + Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Bisoprolol + ISDN + Valsartan dan meningkatkan (antagonis)
Omeprazol + Aspirin toksisitas
Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Bisoprolol (antagonis)
Valsartan dan Bisoprolol, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Bisoprolol dan Adalat, keduanya Mayor Farmakodinamik
meningkatkan serum potasium (sinergis)
Laxadin + Omeprazol + Omeprazol menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Cefixime + Buscopan + Neurodex dengan menginhibisi
Neurodex + Bicnat + Asam absorpsi GI
folat
Amlodipin + Diovan + Lasix Valsartan meningkatkan Mayor Farmakodinamik 1
+ Bicnat + Asam Folat + sedangkan Lasix menurunkan (antagonis)
CaCO3 serum potasium
CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Amlodipin dan Lasix Minor Farmakodinamik
Lasix menurunkan efek Asam Minor Farmakodinamik
Folat
Amlodipin + Diovan + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Sukralfat + Lansoprazol + Simvastatin
Simvastatin + Syr. OBH Simvastatin meningkatkan efek Moderat Farmakodinamik
Valsartan
Sukralfat menurunkan efek Minor Farmakokinetik
95

Lansoprazol dengan menginhibisi


absorpsi GI
Simvastatin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui
Diovan
Amlodipin + Candesartan + Gemfibrozil dan Simvastatin, Mayor Farmakodinamik 1
Letonal + Metformin + salah satunya meningkatkan efek (sinergis)
Simvastatin + Gemfibrozil obat yang lainnya
Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui
Simvastatin
Candesartan dan Letonal Moderat Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Amlodipin + Diovan + Asam CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Folat + CaCO3 + Neurodex + Amlodipin (antagonis)
Lansoprazol Lansoprazol menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Amlodipin + Diovan + Asam CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Folat + CaCO3 + Neurodex + Amlodipin (antagonis)
Lansoprazol Lansoprazol menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Diaversa + Metformin + Metformin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Bicnat + Asam Folat + Neurodex dan Asam Folat
CaCO3 + Neurodex Minor Tidak diketahui
Amdixal+ Diovan + Amlodipin menurunkan efek Mayor Framakodinamik 1
Meloxicam + Glucosamin + Simvastatin
Neurodex + Simvastatin Diovan dan Meloxicam, keduanya Mayor Farmakodinamik
meningkatkan serum potasium
Meloxicam menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Diovan (sinergis)
Amlodipin + Aspirin + Gemfibrozil dan Simvastatin, Mayor Farmakodinamik 1
Gemfibrozil + Simvasatin + salah satunya meningkatkan efek (sinergis)
Cetirizin + Mecobalamin obat lain
Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui
Simvastatin
Aspirin menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan menginhibisi GI
Digoxin + Simarc + Letonal menurunkan efek Simarc Mayor Tidak diketahui 1
Candesartan + Furosemid + Letonal meningkatkan efek
Letonal + Asam Mefenamat Digoxin Moderat Tidak diketahui
Letonal meningkatkan sedangkan
furosemid menurunkan serum Mayor Farmakodinamik
potasium (antagonis)
Candesartan dan Letonal,
keduanya meningkatkan serum Mayor Farmakodinamik
potasium (sinergis)
Candesartan dan Digoxin,
keduanya meningkatkan serum Mayor Tidak diketahui
potasium
Candesartan meningkatkan
sedangkan furosemid Mayor Farmakodinamik
96

menurunkan serum potasium (antagonis)


Digoxin meningkatkan sedangkan
furosemid menurunkan serum Mayor Farmakodinamik
potasium (sinergis)
Asam fenamat menurunkan efek Minor Farmakodinamik
Furosemid (antagonis)
Amlodipin + Valsartan + Actos meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Diaversa + Metformin + Valsartan
Glucobay + Actos
Amlodipin + Diovan + Lasix Diovan meningkatkan sedangkan Mayor Farmakodinamik 1
+ Bicnat + Asam Folat + Lasix menurunkan serum (antagonis)
CaCO3 potasium
CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Amlodipin (antagonis)
Lasix menurunkan efek Asam Minor Tidak diketahui
Folat
Lasix menurunkan efek CaCO3 Minor Tidak diketahui
Diaversa + Metformin + Metformin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Glucobay + Amlodipin + Neurodex
Valsartan + Neurodex
Diaversa + Metformin + Metformin menurunkan efek Minor Tidak diketahui 1
Glucobay + Neurodex + Neurodex
Lansoprazol + Hytroz Lansoprazol menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Neurodex dengan menginhibisi
absorpsi GI
Bisoprolol + Diovan + Aspirin menurunkan efek Diovan Mayor Farmakodinamik 1
Aspirin + Metformin + Aspirin meningkatkan sedangkan (antagonis)
Furosemid + Letonal furosemid menurunkan serum Minor Farmakodinamik
potasium (antagonis)
Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Bisoprolol (antagonis)
Letonal dan Aspirin keduanya Moderat Tidak diketahui
meningkatkan serum potasium
Letonal meningkatkan sedangkan Mayor Farmakodinamik
furosemid menurunkan serum
potasium
Diovan dan Spironolacton Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum
potasium
Diovan meningkatkan sedangkan Minor Farmakodinamik
furosemid menurunkan serum
potasium
Diovan dan Bisoprolol keduanya Mayor Tidak diketahui
meningkatkan serum potasium
Letonal dan Bisoprolol keduanya Minor Farmakodinamik
meningkatkan serum potasium
Metformin menurunkan efek Minor Tidak diketahui
Furosemid
Kombinasi Humalog + Amlodipin + CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
7 Obat Diovan + Bicnat + Asam Amlodipin (antagonis)
Folat + CaCO3 + Lodem
97

Amlodipin + Diovan + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1


Lodem + Eclid + Simvastatin Simvastatin
+ Bicnat + Asam Folat Simvastatin meningkatkan efek Moderat Tidak diketahui
Diovan
Amlodipin + Diovan + Asam CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Folat + CaCO3 + Bicnat + Amlodipin (antagonis)
Gimepirid + Metformin Metformin menurunkan efek Moderat Tidak diketahui
Asam Folat
Amlodipin + Diovan + Lasix Diovan meningkatkan sedangkan Mayor Farmakodinamik 1
+ Asam Folat + CaCO3 + furosemid menurunkan serum (antagonis)
Bicnat + Aminoral potasium
CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Amlodipin (antagonis)
Furosemid menurunkan efek Minor Tidakdiketahui
Asam Folat
Furosemid menurunkan efek Minor Farmakodinamik
CaCO3 (sinergis)
Amlodipin + CaCO3 + Bicnat Amlodipin meningkatkan efek Mayor Farmakokinetik 1
+ Simvastatin + Aspirin + Simvastatin
Aminoral + Candesartan Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Candesartan (antagonis)
CaCO3 menurunkan efek Minor Farmakodinamik
Amlodipin (sinergis)
Bicnat dan Aspirin Minor Farmakokinetik
Bicnat dan Aspirin Minor Tidak diketahui
Amlodipin + Diovan + Asam CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakokinetik 1
Folat + CaCO3 + Bicnat + Gabapentin dengan menginhibisi
Gabexal + Aminoral absorpsi GI
CaCO3 menurunkan efek Mayor Farmakodinamik
Amlodipin (sinergis)
Kombinasi Amlodipin + Diovan + Lasix Diovan meningkatkan sedangkan Mayor Farmakodinamik 2
8 Obat + Asam Folat + CaCO3 + furosemid menurunkan serum (antagonis)
Bicnat + Aminoral + potasium
Allopurinol CaCO3 menurunkan efek Moderat Farmakodinamik
Amlodipin (antagonis)
Furosemid menurunkan efek Minor Tidakdiketahui
Asam Folat
Furosemid menurunkan efek Minor Farmakodinamik
CaCO3 (sinergis)
Bicnat menurunkan efek Mayor Farmakokinetik
Allopurinol dengan menginhibisi
absorpsi GI
CaCO3 menurunkan efek mayor Farmakokinetik
Allopurinol dengan menginhibisi
absorpsi GI
98

Lampiran 5. Output SPSS Analisis Univariat

Kelengkapan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 48 12.0 12.0 12.0

tidak 352 88.0 88.0 100.0

Total 400 100.0 100.0

Obat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid jelas 381 95.2 95.2 95.2

tidak jelas 19 4.8 4.8 100.0

Total 400 100.0 100.0

Signa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid jelas 385 96.2 96.2 96.2

tidak jelas 15 3.8 3.8 100.0

Total 400 100.0 100.0


99

(Lanjutan……)

Paraf

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak ada 400 100.0 100.0 100.0

Narkotika

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak ada 400 100.0 100.0 100.0

Formularium

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sesuai 353 88.2 88.2 88.2

tidak sesuai 47 11.8 11.8 100.0

Total 400 100.0 100.0

Dosis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid jelas 269 67.2 67.2 67.2

tidak jelas 131 32.8 32.8 100.0

Total 400 100.0 100.0


100

(Lanjutan…..)

bentuk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid jelas 108 27.0 27.0 27.0

tidak jelas 292 73.0 73.0 100.0

Total 400 100.0 100.0

rute

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid jelas 128 32.0 32.0 32.0

tidak jelas 272 68.0 68.0 100.0

Total 400 100.0 100.0

frekwensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid jelas 366 91.5 91.5 91.5

tidak jelas 34 8.5 8.5 100.0

Total 400 100.0 100.0

ketercampuran

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ada 14 3.5 3.5 3.5

tidak ada 386 96.5 96.5 100.0

Total 400 100.0 100.0


101

Lampiran 6. Output SPSS Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_obat * jumlah_
400 100.0% 0 .0% 400 100.0%
interaksi_obat

jenis_obat * jumlah_interaksi_obat Crosstabulation

Jumlah interaksi obat

ada tidak ada Total

jenis_obat kurang dari 5 Count


132 200 332

% within jenis_obat 39.8% 60.2% 100.0%

lebih dari 5 Count 65 3 68

% within jenis_obat 95.6% 4.4% 100.0%

Total Count 197 203 400

% within jenis_obat 49.2% 50.8% 100.0%


102

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 70.383 1 .000
b
Continuity Correction 68.167 1 .000

Likelihood Ratio 83.614 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 70.207 1 .000


b
N of Valid Cases 400

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.49.

b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai