Siti Ulfah Bilqis-Fkik
Siti Ulfah Bilqis-Fkik
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Kajian resep merupakan aspek yang sangat penting dalam peresepan karena dapat
membantu mengurangi terjadinya medication error. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persentase kelengkapan resep dan kejelasan penulisan terkait obat
serta gambaran terkait interaksi obat pada resep rawat jalan di Instalasi Apotek
RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015. Penelitian yang dilakukan
bersifat deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Metode
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode random sampling,
didapatkan sebanyak 400 resep. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
kelengkapan resep secara administrasi yaitu: data pasien 12%, paraf dokter 100%,
tidak ada resep yang mengandung narkotik dan kesesuaian dengan formularium
88,2%. Secara farmasetik didapatkan kejelasan penulisan bentuk sediaan 27% dan
adanya obat puyer 3,5%. Sedangkan secara klinis didapatkan kejelasan penulisan
nama obat 95,2%, signa 96,2% dan rute pemberian 32%. Ketepatan dosis obat
67,2% dan frekuensi pemberian obat 91,5%. Adanya interaksi obat sebanyak
49,2% dengan mekanisme secara farmakodinamik sebesar 50,8% dan secara
farmakokinetik sebesar 18,5%. Adanya hubungan yang bermakna terjadi antara
jumlah jenis obat dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat (p =
0,000). Hasil pengkajian kelengkapan dan analisis resep ini diharapkan dapat
membantu meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan dapat mencegah
terjadinya medication error pada fase prescribing.
vi UIN
UINSyarif
SyarifHidayatullah
HidayatullahJakarta
Jakarta
ABSTRACT
vii UIN
UINSyarif
SyarifHidayatullah
HidayatullahJakarta
Jakarta
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha pengasih dan
Maha penyayang, yang telah member kekuatan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan
kepada Baginda Rasul, Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan
bagi umatnya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
melaksanakan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penyusunan ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt sebagai Pembimbing I dan Ibu Ingrid Green
Nego, S.Si., Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu, nasehat,
waktu, tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitan Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Yardi, Ph.D., Apt selaku Pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan selama masa perkuliahan.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kedua orang tua tercinta, Abi H. Drs. Wahruddin dan Ummi Hj. Dra.
Mu’izzah yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang,
dukungan moral, materil, nasehat-nasehat, serta lantunan do’a di setiap waktu.
6. Adik-adik tercinta, Iin Inayatul Maula, Aat Syafa’atul Udzma, Hikmatun Nisa
dan Aghni Nurul Azizah yang sudah memberikan semangat dan do’a.
Penulis
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….…….. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS…………………………….…... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………... iv
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….… v
ABSTRAK……………………………………………………………………...… vi
ABSTRACT………………………………………………………………….….... vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………... x
DAFTAR ISI…………………………………………………………..……….… xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...… xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..….... xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...... xv
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….…………... 4
1.3 Tujuan................................................................................................. 4
1.4 Manfaat............................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 5
2.1 Depo Farmasi..................................................................................... 5
2.1.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit……….. 5
2.1.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit…….....….. 6
2.1.3 Tim Farmasi dan Terapi……………..……………….......… 8
2.2 Obat………………………………………………………..……....… 10
2.3 Resep………………………………………….……………….…….. 10
2.3.1 Definisi Resep…………………………………………….. 10
2.3.2 Jenis-jenis Resep…………………...…………….……… 11
2.3.3 Penulisan Resep…………………………………………… 11
2.3.4 Penulis Resep…………………………………………….. 11
2.3.5 Tujuan Penulisan Resep……………………………………12
2.3.6 Format Penulisan Resep…………………………………. 12
2.3.7 Kerahasiaan dalam Penulisan Resep……………………… 13
2.3.8 Pola Penulisan Resep……………………………………. 14
2.3.9 Contoh Resep……………………………………..…....... 15
2.3.10 Tanda-tanda pada Resep........…………………….…..…. 16
2.3.11 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya…….………… 16
2.3.12 Menulis Resep……………………………………….….… 17
2.3.13 Prinsip Penulisan Resep di Indonesia…………….……..... 19
2.4 Skrining Resep…………………………..…………………..…...…. 20
2.4.1 Penulisan Resep Obat yang Rasional……………………. 21
2.4.2 Permasalahan dalam Menulis Resep…...………………… 23
2.4.3 Medication Error……………………..……....………..... 24
2.5 Interaksi Obat……….………….…………………………………… 25
Tabel Halaman
4.1 Data Analisis Kelengkapan Resep………………………..………………….……39
4.2 Profil Resep terhadap Legalitas Narkotik…………………………………………40
4.3 Data Analisis Ketepatan Dosis Sediaan dan Frekwensi Pemberian Obat............. 40
4.4 Data Analisis Kejelasan Penulisan Terkait Obat……………………….……...… 41
4.5 Profil Resep……………………………………………………………............... 41
4.6 Potensi Terjadinya Interaksi Obat Berdasarkan Literatur…………….............… 41
4.7 Gambaran Jumlah Obat Berdasarkan Ada Tidaknya Potensi Interaksi Obat
Berdasarkan Literatur…………………………………………………………….. 42
4.8 Data Distribusi Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan dan
Tipe Mekanisme Interaksi Obat…………………………………………………. 43
4.9 Gambaran Distribusi Jumlah Jenis Obat yang di Resepkan dalam Lembar
Resep dengan Kejadian Potensi Interaksi Obat………………………………… 43
Halaman
Gambar 2.1 Pola penulisan resep……………………………………...……………14
Gambar 2.2 Contoh resep………………………………………………..…………15
Gambar 1 Grafik persentase jumlah kelengkapan data pasien…………………...58
Gambar 2 Grafik persentase jumlah kejelasan penulisan nama obat……………..58
Gambar 3 Grafik persentase jumlah kejelasan penulisan signa………………… 58
Gambar 4 Grafik persentase jumlah pencantuman paraf dokter………………….58
Gambar 5 Grafik persentase jumlah resep yang mengandung narkotik…...……..58
Gambar 6 Grafik persentase kesesuaian obat dengan formularium………………58
Gambar 7 Grafik persentase kejelasan penulisan dan ketepatan dosis obat……...59
Gambar 8 Grafik persentase kejelasan penulisan bentuk sediaan……………… 59
Gambar 9 Grafik persentase kejelasan penulisan rute pemberian obat…………..59
Gambar 10 Grafik persentase kejelasan penulisan dan ketepatan frekuensi
pemberian……………………………………………………….…… 59
Gambar 11 Grafik persentase jumlah ketercampuran obat (puyer) pada resep 59
Gambar 12 Grafik persentase jumlah terjadinya interaksi obat pada resep………. 59
Halaman
Lampiran 1 Grafik Persentase Analisis Univariat……………………..….............. 58
Lampiran 2 Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian di RUMKITAL Dr.
Mintohardjo………………………………………............................ 60
Lampiran 3 Data Kelengkapan Resep……….…………..………........................... 61
Lampiran 4 Data Distribusi Interaksi Obat……………………..…...……………. 79
Lampiran 5 Output SPSS Analisis Univariat…………………………………..... 98
Lampiran 6 Output SPSS Analisis Bivariat…………………………….………… 101
BAB 1
PENDAHULUAN
medication error yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan terapi, bahkan dapat
timbul efek obat yang tidak diharapkan seperti terjadinya interaksi obat.
Interaksi obat didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi antara obat dengan
senyawa kimia (obat lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan
tubuh yang dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi
peningkatan/pengurangan kerja obat atau bahkan obat sama sekali tidak
menimbulkan efek. Definisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing satu
dengan yang lainnya atau yang terjadi ketika satu obat hadir bersama dengan obat
yang lainnya (Stockley, 2008). Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi
interaksi yang melibatkan aspek farmakokinetik obat dan interaksi yang
mempengaruhi respon farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik dapat
terjadi pada beberapa tahap, meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau
ekskresi. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat
diubah oleh obat lain pada tempat aksi (Fradgley, 2003).
Hasil penelitian dari Prawitosari (2009) menemukan bahwa dalam
peresepan ditemukan ketidakjelasan penulisan signa sebanyak 50,8%, kesalahan
penulisan dosis obat sebanyak 50,8%, dan paraf dokter sebanyak 6,8%. Selain itu,
penelitian oleh Octavia (2011) medapatkan kesalahan penulisan bentuk sediaan
sebanyak 60,2%, rute pemberian 84,2% dan frekwensi penggunaan obat 75,5%.
Studi lain yang dilakukan oleh Mayasari (2015) yang melibatkan 240 lembar
resep, 107 lembar resep mengalami interaksi obat dengan mekanisme interaksi
farmakokinetik sebanyak 3,74%, farmakodinamik 59,81% dan unknown 36,45%.
Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah medication error
oleh seorang farmasis adalah melakukan skrining resep atau pengkajian resep.
Pengkajian resep dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelalaian
pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang
tidak tepat. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan dalam proses pelayanan. Hal ini dapat dihindari apabila
apoteker dalam menjalankan prakteknya sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Standar tersebut merupakan refleksi pengalaman klinik dari staf medik
dirumah sakit yang dibuat oleh panitia farmasi dan terapi yang didasarkan pada
pustaka yang mutakhir (Anonim, 2008).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
e. Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.
i. Melaksanakan pelayanan obat “unit dose”/dosis sehari.
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai (apabila sudah memungkinkan).
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.
m. Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
n. Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai
2. Pelayanan farmasi klinik.
a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.
b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
c. Melaksanakan rekonsiliasi obat.
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan
resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga pasien.
e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.
g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.
h. Melaksanakan pemantauan terapi obat (PTO).
- Pemantauan efek terapi obat.
- Pemantauan efek samping obat.
- Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).
dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling
berguna dalam perawatan penderita. Jadi, sistem formularium adalah sarana
penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya.
Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan
pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik
apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut. Formularium adalah dokumen
berisi kumpulan produk obat yang dipilih TFT disertai informasi tambahan
penting tentang penggunaan obat tersebut, serta kebijakan dan prosedur berkaitan
obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut, yang terus menerus direvisi agar
selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayan
kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan
klinik staf medik rumah sakit (Lia, 2007).
Kesalahan obat adalah pemberian suatu obat yang menyimpang dari resep
atau order dokter yang tertulis dalam kartu pengobatan penderita atau
menyimpang dari kebijakan, prosedur, dan standar rumah sakit. Kecuali kesalahan
karena kelalaian memberikan dosis obat kepada penderita, yang dimaksud
kesalahan obat adalah jika dosis obat telah benar-benar sampai pada penderita.
Misalnya, suatu kesalahan dosis yang terdeteksi dan diperbaiki sebelum
pemberian kepada penderita, bukan suatu kesalahan obat.
Secara umum kesalahan pengobatan penyebabnya adalah kekuatan obat
pada etiket atau dalam kemasan membingungkan; nomenklatur sediaan obat
(nama obat kelihatan mirip atau bunyi nama obat mirip); kegagalan atau gagal
fungsi peralatan; tulisan tangan tidak terbaca; penulisan kembali resep / order
dokter yang tidak tepat; perhitungan dosis yang tidak teliti; personel terlatih tidak
mencukupi; menggunakan singkatan yang tidak tepat dalam penulisan resep;
kesalahan etiket; beban kerja berlebihan; konsentrasi hilang dalam unjuk kerja
individu; serta obat-obatan yang tidak tersedia.
Kesalahan pengobatan mencakup kesalahan administratif yang disebabkan
ketidakjelasan tulisan, ketidaklengkapan resep, keaslian resep, ketidakjelasan
instruksi. Kesalahan farmasetik seperti dosis, bentuk sediaan, stabilitas,
inkompatibilitas, dan lama pemberian. Serta kesalahan klinis seperti alergi, reaksi
obat yang tidak sesuai, interaksi yang meliputi obat dengan penyakit, obat dengan
obat lain dalam hal lama terapi, dosis, cara pemberian dan jumlah obat. (Tatro,
2009)
2.2 OBAT
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
193/KabB.VII/71 memberikan definisi berikut untuk obat: “Obat ialah suatu
bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah
badan atau bagian badan manusia”.
2.3 RESEP
2.3.1 Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Peraturan Menteri
Kesehatan No. 35 tahun 2014). Resep ditulis diatas kertas dengan ukuran 10-12
cm dan panjang 15-18 cm, hal tersebut digunakan karena resep merupakan
dokumen pemberian/penyerahan obat kepada pasien, dan diharapkan tidak
menerima permintaan resep melalui telepon
Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa golongan.
Secara garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas (OTC =
Other of the counter) dan Ethical (obat narkotika, psikotropika, dan keras), harus
dilayani dengan resep dokter. Jadi sebagian obat tidak bisa diserahkan langsung
pada pasien atau masyarakat tetapi harus melalui resep dokter (on medical
prescription only). Dalam sistem distribusi obat nasional, peran dokter sebagai
“medical care” dan alat kesehatan ikut mengawasi penggunaan obat oleh
masyarakat, apotek sebagai organ distributor terdepan berhadapan langsung
dengan masyarakat atau pasien, dan apoteker berperan sebagai “pharmaceutical
care” dan informan obat, serta melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek. Di
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, kedua profesi ini harus berada
dalam satu tim yang solid dengan tujuan yang sama yaitu melayani kesehatan dan
menyembuhkan pasien (Jas, 2009).
Tanggal :
Dr : No
Tanggal :
INVOCATIO Dr : No
PRO
3. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran sendok
dengan signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angka pecahan ditulis
arabik.
4. Menulis jumlah wadah atau numero (No.) selalu genap, walaupun kita butuh
satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls. II saja.
5. Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh dokter bersangkutan,
menunjukkan keabsahan atau legalitas dari resep tersebut terjamin.
6. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.
7. Nama pasien dan umur harus jelas.
8. Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus ditandatangani oleh dokter
bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak boleh diulangi
tanpa resep dokter.
9. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum (singkatan
sendiri), karena menghindari material oriented.
10. Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit pelayanan.
11. Resep merupakan medical record dokter dalam praktik dan bukti pemberian
obat kepada pasien yang diketahui oleh farmasi di apotek, kerahasiaannya
dijaga.
lain yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf
dokter (Syamsuri, 2006)
Menurut Lestari (2002) tinjauan kelengkapan obat meliputi :
a. Pemeriksaan dosis
b. Frekuensi pemberian
c. Adanya polifarmasi
d. Interaksi obat yaitu reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia
(obat lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang
dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi
peningkatan/pengurangan kerja obat atau bahkan obat sama sekali tidak
menimbulkan efek
e. Karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien
menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.
Resep yang tepat, aman dan rasional adalah resep yang memenuhi lima
tepat, ialah sebagai berikut:
1. Tepat obat; obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan resiko, rasio
antara manfaat dan harga, dan rasio terapi.
2. Tepat dosis; dosis ditentukan oleh factor obat (sifat kimia, fisika dan
toksisitas), cara pemberian obat (oral, parenteral, rektal, lokal), faktor
penderita (umur, berat badan, jenis kelamin, ras, toleransi, obesitas,
sensitivitas individu dan patofisiologi).
3. Tepat bentuk sediaan obat; menentukan bentuk sediaan berdasarkan efek
terapi maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok, mudah, praktis dan
harga murah.
4. Tepat cara dan waktu penggunaan obat; obat dipilih berdasarkan daya kerja
obat, bioavailabilitas, serta pola hidup penderita (pola makan, tidur, defekasi
dan lain-lainnya).
5. Tepat penderita; obat disesuaikan dengan keadaan penderita yaitu bayi, anak-
anak, dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas, dan malnutrisi.
diperhatikan adalah obat yang terikat kuat pada albumin plasma dan potensi
perpindahan obat dari situs ikatan dengan albumin karena adanya pemberian
obat lain yang juga berikatan kuat dengan albumin. Mekanisme inilah yang
banyak digunakan untuk menjelaskan banyak interaksi. Perpindahan obat dari
ikatan dengan situs yang tidak aktif dapat meningkatkan konsentrasi serum
dari obat aktif tanpa adanya perubahan yang nyata pada konsentrasi total
serum. Namun interaksi ini tidak terlalu penting secara klinis karena cepatnya
pencapaian kesetimbangan yang baru (Tatro, 2009)
Ikatan dengan reseptor: situs ikatan dengan selain albumin terkadang
penting dalam interaksi obat. Sebagai contoh, penggantian tempat digoxin
oleh quinidine dari situs ikatan di otot rangka dapat meningkatkan konsentrasi
serum digoksin (Tatro, 2009)
c. Mempengaruhi metabolisme (Tatro, 2009)
Untuk mencapai efek sistemik, obat harus mencapai situs reseptor, yang
berarti obat tersebut harus mampu melintasi membrane plasma lipid. Oleh
karena itu, obat tersebut setidaknya harus larut di dalam lipid. Peran
metabolisme adalah mengubah senyawa aktif yang larut di dalam lipid
menjadi senyawa tidak aktif yang larut di dalam air sehingga dapat
diekskresikan secara efisien. Sebagian besar enzim terdapat di permukaan
endotelium hati. Suatu enzim mikrosomal hati yang penting yaitu isoenzim
sitokrom p-450 yang bertanggung jawab dalam oksidasi kebanyakan obat dan
merupakan enzim yang paling sering di induksi oleh suatu obat lain.
Induksi enzim adalah merangsang peningkatan aktivitas enzim.
Peningkatan aktivitas enzim disebabkan karena peningkatan jumlah
keberadaan enzim. Terdapat sekitar 400 obat dan bahan kimia yang
merupakan agen penginduksi enzim pada hewan. Secara klinis, fenobarbital,
fenitoin, karbamazepin dan rifampisin merupakan obat penginduksi enzim
terbesar. Untuk obat yang dimetabolisme oleh enzim yang diinduksi,
diperlukan peningkatan dosis saat digunakan bersamaan dengan obat
penginduksi enzim dan dosis diturunkan ketika obat tersebut dihentikan.
Sedangkan penghambatan enzim metabolisme obat umumnya dapat
mengurangi laju metabolisme suatu obat. Hal ini dapat mengakibatkan
peningkatan konsentrasi serum obat tersebut dan terutama jika obat tersebut
memiliki indeks terapi sempit maka dapat berpotensi toksis.
d. Mempengaruhi ekskresi
Interaksi yang mempengaruhi ekskresi umumnya mempengaruhi
transport aktif di dalam tubulus ataupun efek pH pada transport pasif dari
asam lemah dan basa lemah. Dalam kasus terbaru, ada sedikit obat yang
secara klinis dipengaruhi oleh perubahan pH urin, seperti fenobarbital dan
salisilat. Perubahan presentasi sodium pada ginjal mempengaruhi ekskresi dan
level serum lithium (Tatro, 2009).
2. Keparahan moderate
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari
bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe
intervensi/monitor sering diperlukan. Efek interaksi moderate mungkin
menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan
tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di
rumah sakit. Contohnya adalah dalam kombinasi vankomisin dan gentamisin
perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas (Bailie, 2004).
3. Keparahan major
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat
probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk
kejadian yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen
(Bailie, 2004). Contohnya adalah perkembangan aritmia yang terjadi karena
pemberian eritromisin dan terfenadin (Piscitelii, 2005).
BAB 3
METODE PENELITIAN
sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikan α
adalah :
n =
n = = 378
( )
Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapat hasil 378 lembar resep sebagai
jumlah sampel minimal yang diperoleh dalam penelitian. Jumlah tersebut adalah
jumlah resep yang diambil selama bulan Januari 2015. Untuk meningkatkan
validasi hasil penelitian, maka jumlah lembar resep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 400 lembar resep.
Resep rawat jalan yang masuk ke apotek rawat jalan Memenuhi kriteria
RUMKITAL Dr. Mintohardjo bulan Januari 2015 inklusi dan ekslusi
Pengkajian resep
Kelengkapan
Kejelasan
Ketepatan
b. Terkait obat :
- Dosis sediaan
- Bentuk sediaan
- Rute pemberian
- Frekuensi pemberian
- Ketercampuran obat
- Efek samping obat : untuk efek samping obat peneliti menganggap
100%, karena dalam setiap obat pasti mempunyai efek samping yang
mungkin muncul pada pasien atau bahkan tidak muncul
- Interaksi obat
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1
Data Analisis Kelengkapan Resep
Jumlah Resep
No. Kelengkapan Resep Ya Tidak
(%) (%)
1. Kelengkapan Data Pasien 48 352
(12) (88)
Nama Pasien 400 -
(100)
Alamat 48 352
(12) (88)
Tanggal Lahir 68 332
(17) (83)
No. Rekam Medis 348 52
(87) (13)
2. Kejelasan Penulisan Nama Obat 381 19
(95,2) (4,8)
3. Kejelasan Penulisan Signa Obat 385 15
(96,2) (3,8)
4. Adanya Paraf Dokter 400 -
(100)
5. Kesesuaian Formularium 353 47
(88,2) (11,8)
Tabel 4.2
Profil Resep terhadap Legalitas Narkotik
No. Resep Jumlah Resep
(%)
1. Non Narkotik 400
(100)
2. Narkotik -
Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan hasil bahwa pada penelitian ini tidak
ditemui adanya resep yang mengandung narkotik. Sehingga untuk analisis
legalitas narkotik tidak dapat dilakukan.
Tabel 4.4
Data Analisis Kejelasan Penulisan Terkait Obat
Jumlah Resep
No. Kejelasan Penulisan Terkait Obat Ya Tidak
(%) (%)
1. Bentuk Sediaan 108 292
(27) (73)
2. Rute Pemberian Obat 128 272
(32) (68)
Dari tabel 4.5, diketahui profil resep yang dibuat puyer lebih sedikit
dibanding resep yang tidak dibuat puyer. Hal ini diketahui dari 400 lembar resep,
hanya 3,5% (14 lembar resep) yang dibuat puyer, sedangkan sisanya 96,5% (386
lembar resep) tidak dibuat puyer.
Tabel 4.6
Potensi Terjadinya Interaksi Obat Berdasarkan Literatur
Jumlah Resep
(%)
Ada Interaksi Obat 197
(49,2)
Tidak Ada Interaksi Obat 203
(50,8)
Pada tabel 4.6 diketahui bahwa dari 400 lembar resep yang dianalisis,
resep yang tidak berpotensi mengalami interaksi obat lebih besar dibandingkan
dengan resep yang berpotensi mengalami interaksi obat. Hal ini diketahui dari
hasil analisis yaitu sebanyak 50,8% (203 lembar resep) tidak berpotensi
mengalami interaksi obat, sedangkan sebanyak 49,2% (197 lembar resep)
berpotensi mengalami interaksi obat.
Untuk distribusi data kejelasan penulisan terkait obat selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 3.
sedikit terjadi pada lembar resep dengan jenis obat kurang dari lima, yaitu
sebanyak 132 lembar resep (39,8%) dari total resep 332 lembar.
Dalam penelitian ini, selanjutnya potensi interaksi obat diamati dari
tingkat keparahan dan tipe mekanisme interaksi obat. Dari analisis menggunakan
literatur, potensi interaksi obat berdasarkan tingkat keparahan dan mekanisme
interaksi obat dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Data Distribusi Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan
dan Tipe Mekanisme Interaksi Obat
Potensi Interaksi Kategori Jumlah Presentase (%)
Farmakokinetik 71 18,5
Mekanisme Interaksi Farmakodinamik 195 50,8
Tidak diketahui 118 30,7
Total 384 100
Ringan 123 32
Tingkat Keparahan Sedang 46 12
Berat 215 56
Total 384 100
Tabel 4.9
Gambaran Distribusi Jumlah Jenis Obat yang Di Resepkan dalam Lembar
Resep dengan Kejadian Potensi Interaksi Obat
Ada Potensi Tidak Berpotensi Total
Kriteria Kategori Interaksi Interaksi P
N % N % N % Value
2-<5 Obat 132 39,8 200 60,2 332 100
Jenis Obat 0,000
≥5 Obat 65 95,6 3 4,4 68 100
Berdasarkan tabel 4.9, hasil analisis hubungan antara jumlah jenis obat
dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat menggunakan uji chi-
square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah
jenis obat dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat. Hal ini
ditunjukkan dari nilai probabilitas sebesar 0,000 (P value <0,05).
Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga terhindar
dari kesalahan pemberian obat.
Pada tabel 4.1 diketahui juga hasil dari ketidakjelasanan penulisan signa
obat yaitu sebanyak 3,8% (15 lembar resep). Dalam resep, penulisan signa obat
sangat penting agar dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan dalam
pembacaan pemakaian obat, sehingga pasien dapat meminum obat sesuai dengan
cara dan aturan pemakaian. Dengan demikian, seharusnya dokter menuliskan
signa obat dengan jelas sehingga terhindar dari kesalahan pemakaian obat. Hasil
ketidakjelasan penulisan signa obat ini sesuai dengan penelitian Prawitosari
(2009) yang mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan signa obat sebanyak
50,8%.
Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya resep tanpa tanda tangan
atau stempel nama dokter. Dimana resep yang tidak mencantumkan tanda tangan
diganti dengan stempel nama dokter. Paraf atau tanda tangan dokter juga berperan
penting dalam resep agar dapat menjamin keaslian resep dan berfungsi sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian
Prawitosari (2009) yang mendapatkan hasil ketidaklengkapan pencantuman paraf
dokter sebanyak 6,8%. Pada kasus pencantuman tanda tangan/paraf dokter ini
hasil yang didapatkan sangat bagus karena 100% resep yang dikaji mencantumkan
stempel nama dokter sebagai pengganti tanda tangan. Dengan ini berarti, resep
yang diberikan pasien merupakan resep yang sah yang diberikan oleh dokter yang
bersangkutan.
Nama dokter, SIP, alamat, telepon, paraf atau tanda tangan dokter serta
tanggal penulisan resep sangat penting dalam penulisan resep agar ketika
Apoteker Pengelola Apotek melakukan skrining resep kemudian terjadi kesalahan
mengenai kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian, dokter penulis resep tersebut
bisa dapat langsung dihubungi untuk melalukan pemeriksaan kembali.
Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep
pada praktik pribadi. Resep di RUMKITAL Dr. Mintohardjo tidak tercantum
Surat Izin Praktek (SIP), hal ini dikarenakan dokter-dokter yang bekerja atau
melakukan praktek di rumah sakit tersebut bernaung di bawah izin operasional
satu resep yang menggunakan atau mengandung obat narkotik. Sehingga untuk
analisis legalitas narkotik tidak dapat dilakukan oleh peneliti. Legalitas terhadap
obat narkotik berperan penting dalam resep agar dapat menjamin keaslian resep
tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat oleh
masyarakat.
Untuk distribusi data kelengkapan resep selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 3.
resep seharusnya frekuensi pemberian ditulis dengan jelas dan lengkap. Penulisan
frekuensi pemberian obat sangat penting dalam resep agar ketika dalam proses
pelayanan tidak terjadi kesalahan informasi penggunaan obat, karena keadaan dan
kondisi pasien menentukan frekuensi penggunaan obat yang tepat. Misalnya obat
diminum 3 kali 1sehari dan diminum 1 jam sebelum makan, atau 2 jam sesudah
makan dan sebagainya. Dengan informasi tersebut, maka diharapkan pasien akan
dapat menggunakan obat dengan benar. Sedangkan untuk hasil ketepatan
frekuensi pemberian obat berdasarkan literatur terhadap 91,5% (366 lembar resep)
yang ditulis dengan jelas, didapatkan hasil bahwa frekuensi pemberian obat sudah
tepa.
Selanjutnya pada tabel 4.4, penulisan bentuk sediaan obat yang tidak jelas
didapatkan hasil sebanyak 73% (292 lembar resep). Pada resep, seharusnya
penulisan bentuk sediaan harus ditulis dengan jelas agar tidak memicu terjadinya
kesalahan pemberian bentuk sediaan obat yang akan digunakan oleh pasien sesuai
dengan kebutuhan, keadaan dan kondisi pasien. Misalnya Paracetamol, dimana
paracetamol memiliki bentuk sediaan lebih dari satu. Maka dalam resep perlu
dituliskan bentuk sediaan tablet atau syrup. Hasil ketidaklengkapan penulisan
bentuk sediaan ini sesuai dengan penelitian Octavia (2011) yang mendapatkan
hasil ketidakjelasan penulisan bentuk sediaan sebanyak 60,2%.
Ketidakjelasan penulisan rute pemberian obat juga didapatkan sebanyak
68% (272 lembar resep). Penulisan rute pemberian obat sangat penting dalam
resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan pemberian obat,
karena banyak sediaan obat yang memiliki beberapa bentuk rute pemberian.
Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga terhindar
dari kesalahan rute pemberian obat. Hasil ketidaklengkapan penulisan rute
pemberian obat ini sesuai dengan penelitian Octavia (2011) yang mendapatkan
hasil ketidakjelasan penulisan rute pemberian obat sebanyak 84,2%.
Analisis penulisan terkait obat selanjutnya adalah analisis terhadap
ketercampuran obat yang dibuat puyer (tabel 4.5). Dimana pada profil resep
terhadap ketercampuran obat yang dibuat puyer didapatkan hasil 3,5% (14 lembar
resep). Penulisan nama obat racikan/campuran sangat penting dalam resep agar
ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan
pencampuran obat, karena tidak semua obat dapat bercampur dengan baik
(kompatibel). Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas dengan
melihat kompatibilitas dari masing-masing obat sehingga terhindar dari kesalahan
pemberian obat. Dari 3,5% tersebut menunjukkan hasil bahwa obat kompatibel
dan dapat digunakan oleh pasien. Hasil tersebut menandakan bahwa pembuatan
obat dengan cara racikan (puyer) ini turun dari jumlah peresepan di Indonesia
yang hampir 60%.
Selain itu pada tabel 4.6, berdasarkan literatur diketahui adanya interaksi
obat dengan obat pada resep yang diamati yaitu sebanyak 49,2% (197 lembar
resep). Analisis interaksi obat ini berperan penting dalam terapi pengobatan agar
ketika dalam proses pengobatan tidak terjadi hal yang dapat merugikan pasien dan
terjadinya interaksi obat dapat dihindarkan.
bermakna antara jumlah obat dalam satu resep dengan kejadian interaksi obat.
Hasil yang didapatkankan ini sesuai dengan penelitian Mega (2013) dengan nilai
probabilitas α = 0,000. Hasil analisis menggunakan odds ratio menunjukkan
bahwa pasien yang menerima jumlah jenis obat ≥5 beresiko 0,030 kali lebih tinggi
mengalami potensi interaksi obat (95% Cl, 0,009-0,099) dibandingkan dengan
pasien yang menerima obat <5 macam obat. Hal ini membuktikan teori dimana
resiko terjadinya interaksi obat meningkat sejalan dengan jumlah obat yang
diresepkan. (Thanacody, 2012)
Dari data di atas, maka dapat diketahui bahwa kesalahan dalam penulisan
resep masih sering terjadi dalam praktek sehari-hari baik dalam satu wilayah
tertentu maupun wilayah lain. Seperti data pasien yang tidak lengkap, hal ini
menyebabkan adanya hambatan ketika resep tersebut akan diberikan kepada
pasien. Tulisan tangan yang tidak jelas dari nama obat yang membingungkan,
dapat mengakibatkan kesalahan pengambilan obat sehingga berakibat fatal bagi
pasien bila sampai pada tahap pemberian karena obat yang diberikan tidak sesuai
dengan penyakitnya. Frekwensi pemberian obat yang tidak jelas sehingga aturan
obat yang diberikan melenceng dari jam dan waktu yang seharusnya. Penulisan
signa obat yang tidak jelas, pemberian bentuk sediaan obat yang tidak tepat,
jumlah obat yang tidak tepat sehingga dapat mengakibatkan kegagalan terapi pada
saat penggunaan obat oleh pasien. Jenis prescribing error lain adalah peresepan
beberapa obat yang dapat mengakibatkan interaksi obat sehingga tujuan terapi
tidak dapat diperoleh dengan maksimal.
Hasil pengamatan pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi kepada dokter dan farmasis RUMKITAL Dr. Mintohardjo mengenai
adanya kejadian dalam penulisan resep yang tidak sesuai dengan PERMENKES
RI No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek dan
adanya kejadian interaksi obat dengan obat pada resep rawat jalan, dan beberapa
dari interaksi tersebut memerlukan perhatian khusus karena pasien tidak mendapat
perawatan atau pemantauan yang tepat dari tenaga medis, sehingga upaya patient
safety di RUMKITAL Dr. Mintohardjo dapat ditegakkan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Pada penelitian ini, masih banyak ditemukan adanya kejadian
ketidaksesuaian dalam penulisan resep menurut PERMENKES RI No. 35 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Apotek.
1. Hasil kelengkapan resep rawat jalan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada
bulan Januari 2015 menunjukkan bahwa:
a. Secara administrasi :
- Data pasien 12%
- Paraf dokter 100%
- Tidak ada resep yang mengandung narkotik
- Kesesuaian dengan formularium 88,2%
b. Secara farmasetik :
- Bentuk sediaan 27%.
- Adanya obat puyer 3,5% dan semuanya kompatibel.
c. Secara klinis :
- Penulisan nama obat 95,2%
- Ketepatan dosis obat 67,2%
- Penulisan signa 96,2%
- Penulisan rute pemberian 32%
- Ketepatan frekuensi pemberian 91,5%
- Adanya interaksi obat 49,2%
2. Hasil pengamatan mengenai interaksi obat dengan obat menunjukkan bahwa:
a. Interaksi obat yang terjadi sebanyak 49.2% ini, 32% secara minor, 12%
secara moderet dan 56% terjadi secara mayor.
b. Mekanisme interaksi obat yang paling banyak terjadi yaitu secara
farmakodinamik sebanyak 195 kasus (50,8%), selanjutnya mekanisme
interaksi yang lain sebanyak 118 kasus (30,7%) dengan mekanisme
5.2 SARAN
1. Kepada dokter, dalam penulisan resep diharapkan dapat menerapkan
PERMENKES RI No. 35 tahun 2014 sehingga resiko kesalahan pada resep
dapat dihindari.
2. Kepada apoteker, dalam melayani resep perlu mengacu pada PERMENKES
RI No. 35 tahun 2014 sehingga terapi obat yang diberikan dapat maksimal.
3. Perlu ditingkatkan komunikasi antara apoteker dan dokter dalam menentukan
terapi untuk mencegah terjadinya interaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Amira, A. 2011. Skripsi: Penulisan Resep Askes di Apotek RSUP Haji Adam
Malik Periode Mei 2011. Medan
Anonim. 2004. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004
Anonim. 2008. Pedoman Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen kesehatan RI
Anonim. 2010. ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 46. Jakarta:
Ikatan Apoteker Indonesia
Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieka Cipta
Aslam, Mohammed, dkk. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Bailie, G. R dkk. 2004. Medfact Pocket Guide of Drug Interaction Second
Edition. Middleton: Bone Care International, Nephrology Pharmacy
Associated, Inc
Baxter, Editor. 2008. Stockley’s Drug Interaction. Eighth Edition. London:
Pharmaceutical Press
Cahyono, J.B.S.B, 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius
Charles J. P,. dan Endang Kumolosari. 2006. Farmasi Klinik Teori dan
Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang
Dwiprahasto Iwan, Erna Kristin. 2008. Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan
Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal
Berkala Ilmu Kedokteran
Fradgley, S. 2003. Interaksi Obat, Dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy)
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo Gramedia
Hashem. 2005. Drug-Drug, Herb-Drug & Food-Drug Interaction. Kairo: Faculty
of Medicine Cairo University
4,8%
12%
88% 95,2%
3,8%
96,2%
100%
11,8%
0%
88,2%
(Lanjutan…)
27%
32,8%
67,2% 73%
8,5%
32%
68% 91,5%
3,5%
49,2%
50,8%
96,5%
Gambar 11. Grafik persentase jumlah Gambar 12. Grafik persentase terjadinya
ketercampuran obat (puyer) pada resep interaksi obat pada resep
1 Ny. TK 111068 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
2 Ny. S 124525 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
3 Tn. BS 124524 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
4 Ny. H 119420 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
5 Tn. S 059291 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
6 Ny. M 116163 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
7 Ny. W 006389 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
8 Tn. M 124500 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
9 Tn. H 071845 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
10 Ny. J 012290 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
11 Ny. R 123637 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
12 Ny. S 020187 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
13 Ny. T 002917 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
14 Ny. R 110061 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
15 M. H 118606 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
16 Tn. H 123162 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
17 Ny. S 124321 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
18 Ny. M 009820 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
19 YY 124586 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
20 Ny. H 119420 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
21 Ny. S 115990 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
22 Ny. TS 120260 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
23 Tn. E 004337 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
24 Tn.K 122125 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 Ny. RR 119427 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
26 A 006533 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
27 Ny. R 007487 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
28 Ny. TD 003885 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
29 SW 116621 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
30 Ny. K 124117 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
31 TY 122047 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
32 Ny. J 026957 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
33 Ny. OL 122174 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
34 A 000007 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
35 R 124120 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
36 F 124223 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
37 Tn. MR 109507 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
38 Ny. S 114826 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
39 AD 074535 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
40 Ny. M 100104 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
41 Ny. HU 125061 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
42 Ny. H 073947 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
43 AAH 026326 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
44 Tn. S 005889 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
45 Ny. SS 001508 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
46 Ny. R 125489 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
47 Ny. WM 117531 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
48 Ny. G 053384 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
49 Ny. SB 008024 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
50 Ny. SH 013429 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
51 Tn. S 121348 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
52 Tn M 008467 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
53 Tn. S 122928 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
54 Tn. D 020181 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
55 Ny. S 117137 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
56 Ny. Y 119042 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
57 Tn. S 000688 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
58 E 005948 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
59 Tn. I 004814 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
60 Ny. M 101670 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
61 Tn. G 002423 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
62 Ny. F 082442 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
63 Ny. M 088430 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
64 Tn. L 115383 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
65 Ny. MH 121191 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
66 Ny. M 023282 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
67 Tn. S 028212 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
68 Ny. S 115587 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
69 Tn. Y 112652 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
70 Ny. Y 016380 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
71 Tn. E 125374 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
72 SL 079759 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
73 DS 110182 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
74 Ny. R 118277 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
75 WM 117128 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
76 Tn. T 000670 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
77 Tn. T 116678 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
78 Ny. SS 117014 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
79 Ny. SS 122113 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
80 M 108910 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
81 Tn. VL 116402 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
82 Ny. II 085538 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
83 SS 085945 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
84 Ny. S 122440 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
85 Tn. BP 000197 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
86 Nn. TH 124981 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
87 Tn. J 124635 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
88 Tn. M 018093 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
89 Ny. DI 123659 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
90 Tn. EE 124984 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
91 Ny. SE 079161 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
92 R 118228 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
93 Ny. Z 116100 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
94 Tn. AS 108001 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
95 Tn. BS 050641 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
96 Tn. S 119333 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
97 Ny. H 124048 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
98 Tn. MM 007600 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
99 Ny. S 008920 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
100 Tn. BB 007877 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
101 Ny. KM 115827 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
102 Nn. LS 117812 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
103 Tn. HD 014390 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
104 Ny. H 000593 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
105 Ny. K 115104 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
106 Ny. S 093027 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
107 Ny. A 124971 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
108 Ny. N 124889 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
109 Ny. L 124982 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
73
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
75
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
76
340 A 119694 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
341 Tn. MA 013388 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
342 Tn. TR 121609 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
343 Ny. V 124383 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
344 Ny. II 119125 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
345 Ny. TI 108893 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
346 Tn. AN 125019 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
347 Nn. NK 083964 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
348 Ny. SA 067873 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
349 Ny. SS 124419 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
350 Ny. F 125018 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
351 Ny. A 090596 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
352 Tn. M 112516 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
353 Tn. IP 047181 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
354 Tn. HF 108196 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
355 Tn. IF 125016 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
356 Tn. W 124183 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
357 Nn. S 124995 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
358 Ny. MS 117545 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
359 B 124169 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
360 An. MZ 117974 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
361 Tn. EC 119144 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
362 Tn. S 008589 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
78
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
79
Simvastatin Simvastatin
Amlodipin + Candesartan + Bisoprolol dan Amlodipin, Moderat Farmakodinamik 1
Bisoprolol keduanya meningkatkan anti- (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
Bisoprolol dan Candesartan Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Bisoprolol + Aspirin + ISDN Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Bisoprolol (antagonis)
Amlodipin + Diovan + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Simvastatin Simvastatin
Simvastatin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui
Diovan
Adalat + Bisoprolol + Candesartan dan Bisoprolol Mayor Farmakodinamik 1
Candesartan keduanya meningkatkan serum (sinergis)
potasium
Bisoprolol dan Adalat keduanya Mayor Farmakodinamik
meningkatkan anti- (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
Amlodipin + Candesartan + Aspirin dan Candesartan Mayor Farmakodinamik 1
Aspirin keduanya meningkatkan serum (antagonis)
potasium
Kombinasi Simvastatin + Amlodipin- Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1
4 Obat Neurodex + Asam Folat Simvastatin
Meloxicam + Asam Meloxicam dan Asam Mefenamat Minor Farmakodinamik 1
Mefenamat + Diazepam- keduanya meningkatkan serum
Ergotamin potasium dan antikoagulan
Tramadol + Diazepam + Tramadol dan Diazepam Mayor Farmakodinamik 1
As. Mefenamat + Ranitidin keduanya meningkatkan sedasi
Meloxicam + Diazepam + Meloxicam dan Asam Mefenamat Minor Farmakodinamik 1
Neurodex + Asam keduanya meningkatkan serum
Mefenamat potasium dan antikoagulan
Aspirin-Simvastatin-Ka. Aspirin dan Ka. Diklofenak Minor Farmakodinamik 1
Diklofenak-As. Folat keduanya meningkatkan serum
potasium dan antikoagulan
Aspirin menurunkan efek Asam Minor Farmakokinetik
Folat dengan menginhibisi
absorpsi GI
Furosemid + Lisinopril + Lisinopril dan Spironolakton Mayor Farmakodinamik 1
Amlodipin + Spironolakton meningkatkan resiko hiperkalemia (sinergis)
Furosemid dan Lisinopril beresiko Mayor Farmakodinamik
terjadinya hipotensi akut (sinergis)
Spironolakton meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan Furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Bisoprolol + Amlodipin + Candesartan dan Bisoprolol Mayor Farmakodinamik 1
Candesartan + keduanya meningkatkan serum (sinergis)
Nitrogliserin potasium
Bisoprolol dan Amlodipin Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
84
Tramadol + Diazepam
Combivent + Teofilin + Methyl Prednison menurunkan Mayor Farmakokinetik 1
Cefadroxil + Albuterol + efek Teofilin
Methyl Prednison
Bisoprolol + Amlodipin + Antasida menurunkan efek Mayor Tidak diketahui 1
Lansoprazol + Lisinopril + Lisinopril
Antasida Antasida menurunkan efek Mayor Farmakokinetik
Bisoprolol dengan menginhibisi
absorpsi GI
Bisoprolol dan Amlodipin, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan anti-
hipersensitivitas kanal bloker
Amlodipin + Bisoprolol + Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Lisinopril + Isosorbid Lisinopril (antagonis)
Dinitrat + Aspirin Aspirin menurunkan efek Minor Farmakodinamik
Bisoprolol (antagonis)
Amlodipin dan Bisoprolol, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan anti- (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
Clopidogrel + Aspirin + Aspirin menurunkan efek Mayor Farmakodinamik 1
Bisoprolol + Simvastatin + Bisoprolol (antagonis)
Lansoprazol Clopidogrel dan Aspirin, salah Mayor Farmakodinamik
satunya meningkatkan toksisitas (antagonis)
obat lain
Lansoprazol menurunkan efek Mayor Farmakokinetik
Clopidogrel dengan
mempengaruhi metabolisme
enzim hati CYP2C19
Diovan + Amlodipin + Aldacton meningkatkan Minor Farmakodinamik 1
Furosemid + Aldacton + sedangkan Furosemid (antagonis)
Bisoprolol menurunkan serum potasium
Diovan dan Aldacton, keduanya Mayor Farmakodinamik
meningkatkan serum potasium (sinergis)
Diovan dan Furosemid, keduanya Minor Tidak diketahui
meningkatkan serum potasium
Bisoprolol dan Amlodipin, Mayor Farmakodinamik
keduanya meningkatkan anti- (sinergis)
hipersensitivitas kanal bloker
Bisoprolol dan Aldacton keduanya Mayor Tidak diketahui
meningkatkan serum potasium
Bisoprolol dan Diovan beresiko Mayor Farmakodinamik
terjadinya pendarahan (sinergis)
Bisoprolol meningkatkan Mayor Farmakodinamik
sedangkan Furosemid (antagonis)
menurunkan serum potasium
Dexametason + Lidokain + Dexametason menurunkan efek Minor Farmakokinetik 1
Omeprazol + Dopamin + Omeprazol dengan
Ranitidin mempengaruhi metabolisme
CYP3A4 pada enzim hati/usus
Omeprazol menurunkan efek Minor Farmakokinetik
Lidokain dengan mempengaruhi
89
Kelengkapan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Obat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Signa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
(Lanjutan……)
Paraf
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Narkotika
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Formularium
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Dosis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
(Lanjutan…..)
bentuk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
rute
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
frekwensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
ketercampuran
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
jenis_obat * jumlah_
400 100.0% 0 .0% 400 100.0%
interaksi_obat
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.49.