Anda di halaman 1dari 1

Ujian Praktik PKN (Arsip)

Kisah singkat : Samirin divonis 2 bulan penjara karena mencuri getah karet di PT
Bridgestone senilai tujuh belas ribu rupiah. Sebelumnya, kakek ini dituduh
menggunakan UU Perkebunan yang mengancamnya dihukum 4 tahun
penjara. Pelanggaran hukum yang dilakukan Samirin sebenarnya dapat
masuk tindak pidana ringan. Namun, jaksa justru menuntut menggunakan
UU Perkebunan.
"Harusnya kakek Samirin dikenakan pasal pencurian, tapi tak penuhi syarat
karena nilainya di bawah Rp 2,5 juta. Tapi malah digunakan UU Perkebunan
yang juga tidak tepat,” jelas Asep Iwan, Pakar Hukum Pidana.
Narator :Hanya persoalan memungut getah karet senilai 17 ribu rupiah milik sebuah
perusahaan swasta, Samirin, seorang Kakek penggembala lembu di Simalungun,
Sumatera Utara harus meringkuk di penjara. Vonis 2 bulan 4 hari diputuskan hakim
untuk Samirin.
Kakek Samirin setelah keluar dari penjara sudah tidak menggembala lembu lagi, lembu
tersebut milik orang lain dimana Samirin mendapat upah sebesar Rp 100.000,00 per bulan
setelah menggembala lembu tersebut. Saat jalan pulang Kakek Samirin memungut getah
karet sebanyak 1,9 kg yang ada di mangkok dalam keadaan sudah jatuh ke tanah, beliau
mengetahui bahwa pohon tersebut milik perusahaan. Niatnya getah karet ingin ditukarkan
dengan rokok, tetapi saat jalan pulang Samirin ketahuan dan langsung ditangkap oleh satpam
perusahaan. Beliau dibawa ke polsek dan menginap 1 malam. Di polsek, Samirin sempat
dijamin bebas.
Kakek Samirin didakwa atas UU 39 Perkebunan Pasal 111 dan 107 D, dihukum 2 bulan 4
hari. Warga sekitar melakukan protes dengan mengumpulkan koin sebesar Rp 17.480,00.
Banyak kasus serupa seperti Kakek Samirin telah terjadi sebelumnya di Indonesia.
Ada peraturan Mahkamah Agung yang menyatakan jika tindak pidana yang kerugiannya
dibawah 2,5 juta tidak perlu dibawa ke pengadilan. Menurut Kang Asep, Pakar Hukum
Pidana, “Hukum tidak boleh pilah-pilih, penegak hukum tak boleh memilih pasal jika dilihat
dari faktanya kasus ini merupakan KUHP pencurian, jika diproses dengan pasal KUHP tidak
bisa diproses karena kerugian dibawah 2,5 juta. Maka, pihak penuntut “kreatif” dengan
menggunakan UU Perkebunan yang pasalnya sah. Proses kasus selama ini tentang mencuri
getah karet selalu dikenai UU KUHP tidak pernah UU perkebunan. UU Perkebunan bukan
untuk orang-orang kearifan lokal yang biasa mengambil getah bekas, yang diproses bukan
masalah getah tetapi perusahaan tersebut yang merusak lingkungan.”
Anggota Komisi III DPR dari fraksi PKS Nasir Djamil menanggapi kasus yang menimpa
Samirin. Menurutnya, jaksa hal-hal seperti ini bisa dikesampingkan, untuk keadilan hukum.
“Yang menimpa Kakek Samirin membuat kita miris. Seharusnya orang-orang ini dilindungi
negara,” kata Nasir.

Anda mungkin juga menyukai