Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN NUTRISI

Oleh:

Siti Nurkhasanah

(2130282085)

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2021
NGT

PEMBERIAN MAKANAN DAN MINUMAN MELALUI NGT

A. Pengertian

Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah proses memberikan melalui

saluran cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung.

B. Tujuan

1. Untuk memberikan makanan dan minumak pada pasien yang tidak dapat makan,

menelan, atau atau pasien yang tidak sadar.

2. Untuk memenuhi nutrisi pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem  pencernaan

3. Pasien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan  jiwanya, misalnya

pasien psikiatri (kelainan kejiwaan)

4. Pasien yang muntah terus-menerus

5. Bayi yang berat badan lahir rendah (BBLR), premature, atau dismature

C. Indikasi/Kontra indikasi

1. Indikasi

a. Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar

b. Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya,

misalnya klien dengan gangguan jiwa.

c. Klien yang muntah terus-menerus

d. Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat

e. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature

f. Perdarahan GI (Gastrointestinal)
g. Trauma multiple, pada dada dan abdomen

h. Pemberian Obat-obatan, cairan makanan

i. Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen

j. Obstruksi saluran cerna

2. Kontra Indikasi

a. Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak

b. Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi)

D. Komplikasi

1. Komplikasi mekanis, seperti sonde tersumbat atau dislokasi sonde

2. Komplikasi pulmonal, seperti bradikardia

3. Komplikasi yang disebabkan karena posisi sonde yang menyerupai jerat atau simpul

4. Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi

E. Persiapan Pasien dan Alat

a. Persiapan Pasien

1. Mengkaji pasien yang diberi makan atau minum lewat NGT.

2. Mencocokkan identitas.

3. Menentukan pasien yang harus diberi makan atau minum personde

4. Menjelaskan kepada pasien hal-hal yang akan dikerjakan (maksud dan tujuan).

5. Mengatur posisi pasien . Sikap pasien semi fowler sedikit flexi sedang untuk pasien

anak dengan 1 bantal.

b. Persiapan Alat

Baki yang dilapisi pengalas berisi :

1) Bak instrumen steril:


 Sepasang sarung tangan.

 NGT / maslang / sonde lambung

 Sudip lidah / spatel

 Kasa pada tempatnya

 Corong / tabung semprot 50-100 cc

 Kapas alkohol

2) Bak instrumen non steril:

 Jeli

 Senter

 Plester

 Stetoskop

 Handuk kecil / serbet / pengalas

 Tisu / selstop

 Bengkok

 Makanan cair pasien

 Gelas berisi air minum

 Gunting

 Air bersih di dalam baskom kecil

 Peniti

 Spuit 20 cc

F. Prosedur Kerja

1. Beri salam/sapa pasien


2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.

3. Perawat cuci tangan.

4. Pasang sampiran.

5. Dekatkan alat kepasien.

6. Bentu pasien pada posisi nyaman (bila memungkinkan pada posisi semi fowler/fowler)

7. Pasang handuk di atas dada pasien sampai ke pinggir tempat tidur dan letakkan tisu di

dekat bantal pasien.

8. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rileks dan bernafas normal. Kemudian

cek udara yang melalui lubang hidung, caranya: pijit salah satu kuping hidung dan

rasakan aliran udara pada lubang hidung yang bebas dan begitu pula sebaliknya.

9. Pasang sarung tangan

10. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan menggunakan:

 Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telinga bawah dan ke prosesus

xyfoideus di sternum.

 Ukur selang dari puncak dahi ke epigastrium.

 Ukur selang dari daun telinga bawah kepuncak lubang hidung dan ke prosesus

xyfoideus di sternum.

11. Beri tanda pada panjang selang yang sudah di ukur.

12. Olesi jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm.

13. Atur posisi klien dengan kepala ekstensi, dan masukkan selang melalui lubang hidung

yang telah ditentukan.

14. Masukkan slang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak tertahan, putarlah slang dan

jangan dipaksakan untuk dimasukkan.


15. Lanjutkan memasang slang sampai melewati nasofaring (3-4 cm) anjurkan pasien untuk

menekuk leher dan menelan.

16. Dorong pasien untuk menelan dengan memberikan sedikit air minum (jika perlu).

Tekankan pentingnya bernafas lewat mulut.

17. Jangan memaksakan slang untuk masuk. Jika ada hambatan atau pasien tersedak,

sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi slang di belakang tenggorok dengan

menggunakan sudip lidah dan senter.

18. Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan pasien

untuk rileks dan bernafas normal.

19. Periksa letak slang dengan cara:

 Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada perut

di kuadran kiri atas pasien (lambung) kemudian suntikkan 10-20 cc udara bersamaan

dengan auskultasi abdomen.

 Dengan menggunakan spuit, mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi

lambung.

 Memasukkan ujung bagian luar slang NGT ke dalam waskom yang berisi air. Jika

terdapat gelembung udara, slang masuk ke paru-paru, jika tidak slang masuk ke

dalam lambung

20. Oleskan alkohol pada ujung hidung pasien dan biarkan sampai kering.

21. Yakinkan slang tidak tersumbat dengan cara:

 Masukkan makanan dengan aliran perlahan (perhatikan: aliran air dan jarak corong

30 cm dan lihat reaksi pasien terhadap rasa tidak nyaman).


 Setelah makan masukkan 15-30 ml air putih (bila ada obat dalam bentuk tablet

haluskan dahulu).

 Fiksasi slang dengan plester 10 cm dan silangkan plester pada slang yang keluar dari

hidung

22. Klem dan tutup ujung slang dengan kassa dan plester / karet gelang.

23. Penitikan slang kebaju pasien. Biarkan pasien pada posisi semifowler / fowler selama 15-

30 menit.

24. Evaluasi klien setelah terpasang NGT.

25. Rapikan alat.

26. Perawat cuci tangan.

27. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.


BB (BERAT BADAN)

A. Pengertian

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting pada masa bayi dan balita.

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada

tubuh. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan

gizidan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif

dan dapat diulangi (Soetjiningsih, 1995, p.38).

Rumus cara menghitung berat badan dan luas permukaan tubuh:

Berat badan normal (BBN)  = Tinggi Badan – 100

Berat badan ideal (BBI)  = TB – 110

Luas permukaan tubuh (BSA) =

Indeks massa tubuh (IMT) =

Jika :

< 16 = kekurangan BB parah

16-19 = kurus

20-25 =  BB normal

26-30 = kelebihan BB sedikit

31-40 = obesitas sedang

>40 =  obesitas parah

B. Tujuan

Untuk mengukur pertumbuhan secara umum atau menyeluruh


C. Alat dan Bahan

 Alat

1) Timbangan badan

2) Meteran

 Bahan

1) Probandus

D. Prosedur Kerja

Ditimbang bobot badan dan diukur tinggi badan tiap anggota kelas

Dicatat data probandus dalam tabel yang mengandung data sbb :

Nama :

Bobot badan :

Tinggi badan :

Umur :

Jenis kelamin :

Luas permukaan tubuh menurut perhitungan :


TB (TINGGI BADAN)

A. Pengertian

Menurut Snell (2006)yang dikutip oleh Dinda Carissa (2015), tinggi badan didefinisikan

sebagai hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang tubuh yang membentuk poros

tubuh (The body axist), yang diukur dari titik tertinggi kepala yang disebut vertex(puncak

kepala) ke titik terendah dari tulang kalkaneus (tuberositas calcanei) yang disebut heel.

B. Tujuan

Untuk mengukur pertumbuhan linier

C. Alat dan Bahan

1) Pita ukur

2) Penggaris panjang

3) Stiker dinding

4) Alat ukur tinggi badan otomatis

D. Prosedur

Cara berdiri yang benar dan alat ukur yang pas dengan rangka tubuh adalah beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam mengukur tinggi badan. Anak-anak yang sudah dapat berdiri

tegap dan orang dewasa pada umumnya diukur menggunakan Microtoise (stature meter) atau

Shortboard. Berikut adalah cara melakukan pengukuran tinggi badan yang benar:

1. Pilih bidang vertikal yang datar (misalnya tembok/ bidang pengukuran lainnya) sebagai

tempat untuk meletakkan


2. Pasang Microtoise pada bidang tersebut dengan kuat dengan cara meletakkannya di dasar

bidang / lantai), kemudian tarik ujung meteran hingga 2 meter ke atas secara vertikal /

lurus hingga Microtoise menunjukkan angka nol.

3. Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung Microtoise agar posisi alat tidak

bergeser (hanya berlaku pada Microtoise portable).

4. Mintalah subjek yang akan diukur untuk melepaskan alas kaki (sepatu dan kaos kaki) dan

melonggarkan ikatan rambut (bila ada)

5. Persilahkan subjek untuk berdiri tepat di bawah Microtoise.

6. Pastikan subjek berdiri tegap, pandangan lurus ke depan, kedua lengan berada di

samping, posisi lutut tegak / tidak menekuk, dan telapak tangan menghadap ke paha

(posisi siap).

7. Setelah itu pastikan pula kepala, punggung, bokong, betis dan tumit menempel pada

bidang vertikal / tembok / dinding dan subjek dalam keadaan rileks.

8. Turunkan Microtoise hingga mengenai / menyentuh rambut subjek namun tidak terlalu

menekan (pas dengan kepala) dan posisi Microtoise tegak lurus.

9. Catat hasil pengukuran


MEMBERI KLIEN MAKAN

PEMBERIAN MAKANAN SECARA ORAL

A. Pengertian

Pemberian makanan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman pada klien secara

langsung melalui mulut.

B. Tujuan

Adapun tujuan pemberian makanan melalui oral adalah untuk pemenuhan kebutuhan  pasien.

C. Indikasi

 Pada pasien yang bias makan sendiri. Pada pasien yang tidak bisa makan sendiri.

D. Persiapan alat

1) Piring  

2) Sendok  

3) Garpu  

4) Gelas dengan penutupnya  

5) Serbet

6) Mangkok cuci tangan  

7) Pengalas  

8) Tempat cuci tangan

9) Pipet jika perlu  

10) Pisau jika perlu


11) Obat jika ada

12) Makanan dengan porsi dan menu sesuai program

13) Meja untuk klien

E. Prosedur kerja dan Rasional

1. Alat-alat di dekatkan di tempat tidur klien

 Rasional : memudahkan dalam menggapai peralatan yang dibutuhkan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

 Rasioal : agar klien mengetahui apa yang hendak perawat laksanakan sehingga

mengurangi kecemasan.

3. Cuci tangan

 Rasional : mencegah infeksi silang.

4. Atur posisi pasien (paien mencoba) dengan posisi semi fowler setengah duduk sesuai

kondisi  pasien.

 Rasional : memudahkan klien untuk menelan.

5. Pasang pengalas/ serbet di bawah dagu.

 Rasional : agar makanan tidak mengotori pakaian klien

6. Tawakan pasien melakukan ritual makan (misalkan berdoa sebelum makan)

 Rasional : berhubungan dengan spiritual klien

7. Tanyakan lauk dan pauk apa yang boleh dicampur dengan nasi.

 Rasional : sesuai dengan diet pasien.

8. Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi sedikit dan berikan minuman

setelah makan .

 Rasional : membantu klien dalam mengunyah hingga menelan makanannya


9. Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien

 Rasional : menjaga kebersihan mulut klien.

10. Jika ada obat lanjutkan pemberian obat

 Rasional : pemberian obat anteceanam, membantu kesembuhan klien (sesuai waktu

pemberian obat)

11. Setelah makan, minum dan pemberian obat anjurkan pasien untuk duduk sejenak sebelum

kembali berbaring

 Rasional : memberikan kesempatan pada klien untuk relaksasi.

12. Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya

 Rasional : pengembalian alat pada tempatnya untuk penggunaan selanjutnya.

13. Catat tindakan dan hasil atau respon terhadap tindakan (catat apa jumlah/porsi makanan

yang dihabiskan)

 Rasional : sebagai data dalam pengkajian klien.

14. Cuci tangan setelah setelah prosedur dilakukan

 Rasional : mencegah infeksi silang.

F. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien

2) Sebelum di hidangkan, makanan di periksa dahulu, apakah sudah sesuai dengan daftar

makanan/diet pasien

3) Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi

4) Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit

5) Peralatan makanan dan minuman harus bersih

6) Untuk pasien anak-anak, usahakan menggunakan peralatan yang menarik perhatiannya.


7) Untuk pasien yang dapat makan sendiri, perhatikan apakah makanan di makan habis atau

tidak

8) Perhatikan selera dan keluhan pasien pada waktu makan serta reaksinya setelah makan.

DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar

Manusia. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai