Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah wajib umum
Pendidikan Pancasila
Dosen Mata Kuliah: Thaufan Abiyuna, M.Pd.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Indri Mega Futri (202122006)
Syifa Khofifah Saidah (202122011)
Via Resviana (202122031)
Fitriana Sri Rahayu (202122032)
Rayhan Pizaki (202122040)
Rifaldi (202122041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-
Nya Kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila sebagai
Sistem Filsafat” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dari dosen mata kuliah
Pendidikan Pancasila di Universitas Siliwangi. Terlebih lagi, penulis berharap
makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang Pancasila sebagai Sistem
Filsafat.
Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan Kepada Bapak Thaufan
Abiyuna selaku Dosen Pendidikan Pancasila. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang Pancasila sebagai Sistem
Filsafat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 27 April 2021

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH................................................................................1
1.3. TUJUAN..........................................................................................................1
1.4. MANFAAT.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1. HAKIKAT KONSTITUSI.............................Error! Bookmark not defined.
2.2. NILAI, TUJUAN DAN FUNGSI KONSTITUSI.......Error! Bookmark not
defined.
2.3. KEDUDUKAN KONSTITUSI.....................Error! Bookmark not defined.
2.4. UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA.......Error!
Bookmark not defined.
BAB III KESIMPULAN..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18
Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 serta diundangkan
dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama batang tubuh UUD 1945.

Sebelum disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia), sesungguhnya nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala. Nilai-nilai
berupa nilai adat-istiadat, nilai kebudayaan serta nilai religius tersebut telah ada
dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan
hidup. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh
para pendiri negara untuk dijadikan dasar filsafat Negara Indonesia.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana penjelasan pancasila secara ilmiah?
2. Apa itu sistem filsafat?
3. Apa buktinya kalau pancasila itu merupakan sistem filsafat?
4. Apakah pancasila penting sebagai sistem filsafat?

1.3. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah


sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan pancasila secara ilmiah;
2. Untuk menjelaskan tentang sistem filsafat;
3. Untuk membuktikan bahwa pancasila adalah sistem filsafat; dan

1
2

4. Untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pancasila sebagai sistem


filsafat.

1.4. MANFAAT

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Memberikan penjelasan tentang pancasila secara ilmiah;
2. Memberikan pengetahuan tentang sistem filsafat;
3. Membuktikan bahwa pancasila adalah sistem filsafat; dan
4. Memberikan pemahaman tentang pentingnya pancasila sebagai sistem filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PEMBAHASAN PANCASILA SECARA ILMIAH


Menurut KBBI, ilmiah berarti bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan;
memenuhi syarat ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sendiri pengertiannya
dapat dipahami melalui pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli
sebagai berikut.
Menurut Dadang Ahmad S., ilmu pengetahuan adalah suatu proses
pembentukan pengetahuan yang terus menerus hingga dapat menjelaskan
fenomena dan keberadaan alam itu sendiri. Minto Rahayu mengemukakan
bahwa ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan
berlaku umum. Sedangkan menurut Asle Montagu, ilmu pengetahuan adalah
sebagai pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari
pengalaman, studi dan percobaan yang telah dilakukan dipakai untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hak yang sedang dipelajari.
Sesuatu bisa dikatakan ilmiah atau bersifat ilmu jika memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut.
1. Berobjek;
2. Bermetode;
3. Bersistem;
4. Bersifat universal.
Pancasila dapat disebut suatu ilmu pengetahuan yang memenuhi syarat-
syarat ilmiah. Berikut adalah pembahasan mengenai implementasi syarat-
syarat ilmiah dalam pancasila.
1) Berobjek
Objek Pancasila dibagi menjadi dua, yakni Objek Formal dan Objek
Material. Pancasila memiliki objek formal, yaitu Pancasila dapat dibahas dari
berbagai sudut pandang, misalnya dari sudut moral, maka terdapat bahasan
yang disebut dengan moral Pancasila. Dari sudut pandang ekonomi, hingga
timbulah kajian yang membahas tentang ekonomi Pancasila. Dari sudut
pandang hukum dan kenegaraan, maka terdapatlah kajian tentang Pancasila
secara yuridis kenegaraan, kemudian dari sudut pandang filsafat, maka

3
4

timbulah pembahasan tentang filsafat Pancasila, dan lain-lain (Kaderi, 2015:


24).
Sedangkan objek material adalah sesuatu yang merupakan sasaran
pembahasan dan pengkajian dalam hal ini pancasila. Objek material
pembahasan pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala aspek
budayanya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Objek material
dibagi dua yakni yang bersifat empirik dan non empirik. Objek material
empirik berarti objek yang dapat ditangkap oleh panca indra, yaitu semua hasil
budaya bangsa Indonesia berupa lembaran sejarah, bukti-bukti sejarah, benda-
benda sejarah, adat istiadat, dan lain sebagainya. Objek material nonempirik
berarti selain yang bersifat indrawi, antara lain meliputi nilai-nilai budaya,
nilai moral, nilai religius yang tercermin dalam kepribadian, sifat, dan karakter
bangsa Indonesia, dan pola budaya masyarakat Indonesia.
2) Bermetode
Setiap ilmu pengetahuan harus memiliki metode, yaitu seperangkat cara
atau sistem pendekatan untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat
objektif. Salah satu contoh metode dalam pembahasan pancasila yaitu metode
analitico syntetic yaitu perpaduan antara metode analisis dan sintesis. Selain
itu karena objek pancasila banyak berkaitan dengan hasil-hasil budaya dann
objek sejarah, lazim diguanakan metode hermeneutika yaitu suatu metode
untuk menggali makna yang terkandung dibalik objek. Demikian juga metode
pemahaman, penafsiran, dan interpretasi yang kesemuanya itu senantiasa
didasarkan atas hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan
(Kaelan, 2004: 17).
3) Bersistem
Suatu pengetahuan yang disebut ilmiah harus merupakan sesuatu yang
bulat dan utuh. Bagian-bagiannya harus merupakan satu kesatuan dan saling
berhubungan baik hubungan interelasi (saling hubungan) maupun
interdependensi (saling ketergantungan).
Pancasila merupakan satu kesatuan dan keutuhan ‘majemuk tunggal’ yaitu
kelima sila baik rumusan, inti, dan isinya adalah suatu kesatuan dan kebulatan.
Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah juga senantiasa bersifat koheren
atau runtut, tanpa adanya suatu pertentangan sehingga sila-sila pancasila
merupakan suatu kesatuan yang sistematik.
5

4) Bersifat Universal
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, artinya
kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi,
maupun jumlah tertentu.
Sila-sila Pancasila bersifat universal, artinya inti sari, esensi dan makna
yang terdalam dari sila-sila pancasila pada hakikatnya adalah bersifat universal
(Kaderi, 2015: 25-26).

Lingkup kajian pancasila dapat diketahui melalui beberapa kata tanya.


1. Pertanyaan Apa
Melalui pertanyaan ini akan diperoleh jawaban yang bersifat esensial
(pengetahuan yang terdalam/hakikat segala sesuatu/intisari). Apabila
ditanya apa itu Pancasila? Maka jawabamya harus menggunakan jawaban
yang berhubungan dengan penjelasan esensial dalam filsafat. Untuk itu,
maka jawabannya adalah filsafat Bangsa Indonesa.
2. Pertanyaan Kemana
Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang bersifat normatif, yaitu
berkaitan dengan ukuran, standar, atau norma. Apabila ditanya kemana
kita ber Pancasila? Maka jawabannya adalah menuju pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sebagai cita-cita Bangsa Indonesia yang terera dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 alinea 2.
3. Pertanyaan Mengapa
Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang bersifat kausalitas atau sebab
akibat. Proses terjadinya pancasila meliputi 4 (empat) kausa yaitu causa
materialis, causa formalis, causa effisiens, dan causa finalis. Causa
materialis yaitu sebab yang menjadikan pancasila ada (sistem nilai dan
budaya masyarakat). Causa formalis yaitu sebab bentuk yang
menyebabkan pancasila ada (rumusan pancasila berurutan dari sila pertama
sampai dengan sila kelima). Causa effisiens yaitu sebab proses kerja yang
menyebabkan pancasila ada (sidang BPUPKI dan PPKI). Causa finalis
yaitu sebab tujuan diadakannya pancasila (pancasila sebagai dasar Negara
Republik Indonesia)
6

4. Pertanyaan Bagaimana
Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang sifatnya deskriftif,
menjelaskan/menggambarakan. Bagaimana Pancasila itu? Hal ini harus
dijelaskan dari berbagai prespektif utamanya didasari dari segi
pengertiannya, kedudukannya, fungsinya, sifatnya, isinya, bentuknya,
susunannya, serta segi sejarahanya. Pancasila dilihat dari segi:
a. Pengertian, terdiri dari etimologis, historis, dan terminologis. Secara
etimologi dalam bahasa Sansekerta (bahasa Brahmana India), Pancasila
berasal dari kata “Panca” dan “Sila”. Panca artinya lima, sila atau syila
yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila bisa juga berasal dari kata
susila, yaitu tingkah laku yang baik. Jadi, Pancasila adalah lima batu
sendi atau pancasila adalah lima tingkah laku yang baik. Secara
terminologi, menurut Ir. Soekarno, pancasila adalah isi jiwa bangsa
Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam bisu
oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah
negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
Pengertian Pancasila secara Historis di mana proses perumusan
Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama Radjiman
Widyodiningrat mengaju kan suatu masalah, yaitu tentang suatu
rumusan Dasar Negara Indonesia yang akan di bentuk. Kemudian
tampillah pada sidang tersebut 3 (tiga) orang pembicara yaitu M.
Yamin, Soepomo dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam
sidang tersebut Soekarno berpidato mengenai calon rumusan Dasar
Negara Indonesia. Kemudian Soekarno memberi nama untuk
usulannya tersebut, yaitu Pancasila yang artiya 5 (lima) dasar. Pada
tahun 1947 pidato Soekarno diterbitkan dan di publikasikan dan diberi
judul lahirnya Pancasila, sehingga dahulu pernah popular bahwa
tanggal 1 Juni adalah hari lahimya Pancasila.
b. Kedudukan: kedudukan Pancasila menempati tempat yang paling
tinggi yaitu sebagai sumber dari segala sumber hukum;
c. Fungsi: fungsi utama Pancasila adalah sebagai dasar negara, falsafah
negara, dan ideologi negara;
7

d. Sifat: sifat Pancasila adalah statis-dinamis. Statis artinya tidak bisa


diubah, sementara dinamis dapat menyesuaikan dengan pekembangan
zaman;
e. Isi: isi Pancasila yaitu karakter dan kebudayaan Bangsa Indonesia serta
nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai luhur dari
budaya Bangsa Indonesia yaitu: religius, keterbukaan,
kekerluargaan/gotong royong, musyawarah, dan keadilan.
f. Bentuk bulat dan utuh. Mengandung arti bahwa ketika menjabarkan
salah satu sila, sila yang lain menjadi dasarnya dan tidak bisa dilepas
salah satu sila dengan sila yang lainnya.
g. Susunan: piramid, dimana sila pertama merupakan dasar bagi sila yang
lainnya
h. Sejarah: dipopulerkan Soekarno 1 Juni 1945 yang merupakan jawaban
dari Dr.Radjimana pada saat membuka sidang BPUPKI.

2.2. SISTEM FILSAFAT


2.2.1 Hakikat Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata philein yang
berarti cinta dan shopia kebijaksanaan. Secara etimologis filsafat memiliki
arti cinta kebijaksanaan atau love of wisdom. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia,Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai sebab sebab,asas asas hukum dan sebagainya
dari pada segala yang ada di alam semesta.
Pengertian lebih lanjut dapat dianalisis sebagai berikut
a. Filsafat sebagai metode adalah cara berpikir yang mendasar pada
hakikat daripada objek yang dipikirkan. Pengetahuan diskriftif
memberi jawaban ilmiah bagaimana yang jawabanya merupakan sifat
sifat dari objeknya. Pengetahuan kausal memberi jawaban pertanyaan
ilmiah mengapa yang jawabanya asal muasal atau sebab dari
objeknya.Pengetahuan normatif memberi jawaban pertanyaan ilmiah
kemana, yang jawabanya tentang hal hal yang di masa lampau selalu
terulang atau disbut kebiasaan. Pengetahuan essensi, yang memberi
8

jawaban atas pertanyaan ilmiah apa, yang jawabanya tentang hakikat


dari objeknya.
b. Filsafat sebagai hasil pikir. Tinjauan tinjauan dari 2 sisi terhadap
filsafat harus tetap disadari bahwa barangnya sendiri adalah satu yaitu
filsafat. Satu barang dengan 2 sisi. Jadi penjelasan tersebut jangan
dianggap terpisah secara mutlak satu terhadap yang lainya.
Seorang ahli filsafat lazim disebut filsuf. Pada era Yunani dikenal
tokoh Socrates, Plato dan Aristoteles. Meskipun istilah rasionalnya
dikenalkan oleh Descrates, namun filsuf kuno seperti Thales,
Anaximenes, Anaximandros, dan Phytagoras sudah memikirkan secara
rasional dalam memahami alam sekitar.

2.2.2 Peta Filsafat dan Perkembangan Filsafat

Filsafat itu akar dari semua ilmu. Mengapa pancasila dikatakan


sebagai filsafat, hal itu karena pancasila merupakan hasil perenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat.
Pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam
arti produk.
1. Filsafat dalam arti proses:
Filsafat di artikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam
proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu
cara dan metode tertentu yang sesuai objeknya.
9

2. Filsafat dalam arti produk:


Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia.
Sehingga manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari
persoalan yang bersumber dari akal manusia, dan sebagai jenis
pengetahuan, ilmu, konsep, dan pemikiran dari para filsuf misalnya
rasionalisme, materialisme, pragmatisme.

Sistematika filsafat, dasar pembentuknya:


1. Ontologi, berdasarkan pembuktian keberadaannya, seperti
membahas hakekat sesuatu yang ada sehingga sesuatu tersebut bisa
dipercaya oleh masyarakat. Yang bertalian dengan terbentuknya
suatu ilmu.
2. Epistimologi, berdasarkan sumber peristiwa. Cabang ilmu filsafat
yang membahas tentang ilmu pengetahuan dari sesuatu yang ada.
Maksudnya membahas tentang makna dan seluk beluk ilmu itu
sendiri, apa kemampuannya dan apa keterbatasannya.
3. Aksiologi, manfaat dari ilmu atau penelaan atas nilai – nilai yang
terkandung, dapat disebut juga sebagai gunalaksana dari ilmu.
Pancasila termasuk ke filsafat produk karena pancasila merupakan
dasar etika Bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa.
Dan Pancasila memnuhi ketiga sistematika tersebut.

Cabang-cabang Filsafat
10

a. Metafisik : membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis,yang


meliputi bidang-bidang ontology(membicarakan teori sifat dasar dan
ragam kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum
mengenai proses kenyataan) dan anthropologi.
b. Epistemologi : membahas persoalan hakikat pengetahuan.
c. Metodologi : membahas persoalan hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.
d. Logika : membahas persoalan filsafat berpikir, yaitu rumus-rumus
dan dalil-dalil berfikir yang benar.
e. Etika : berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia
f. Estetika : berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
g. Sejarah filsafat
2.3. BUKTI BAHWA PANCASILA ADALAH SISTEM FILSAFAT
Istilah sistem berasal dari Bahasa Yunani yaitu systema yang mengandung
arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur
dan merupakan suatu keseluruhan. Sesuatu dapat dikatakan sistem jika:
bertujuan, punya batas, terbuka, terdiri dari beberapa subsistem, merupakan
satu kesatuan yg utuh saling berhubungan dan saling berkaitan secara internal
maupun eksternal, melakukan sistem kegiatan transformasi, memiliki
mekanisme kontrol, mampu mengatur diri sendiri dan menyesuaikan dengan
diri sendiri.
Ciri sistem filsafat:
a. Suatu kesatuan bagian bagian
b. Bagian bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
e. Terjadi dlm suatu lingkungan yg kompleks.
Lalu apakah Pancasila merupakan sistem filsafat? Ya, karena sesuai
dengan ciri ciri diatas. Bukti Pancasila sebagai sistem filsafat adalah sudah
memenuhi syarat sebagai sistem filsafat yaitu: berontologi, berepismolohi dan
beraksiologi.
2.3.1. Ontologi Pancasila
11

Onto yaitu ada dan logi yaitu ilmu, jadi ontologi Pancasila adalah
bangsa Indonesia (adanya manusia). Secara ontologis, Pancasila sebagai
filsafat yaitu sebagi upaya untuk mengetahui hakikat dasar sila sila
Pancasila. Menurut Notonagoro, hakikat dasar antologi pancasila adalah
manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek hukum pokok sila
sila Pancasila.
2.3.2. Epistimologi Pancasila
Epistomologi Pancasila yaitu filsafat manusia Indonesia. Filsafat
pancasila dimaksukan untuk mencati hakikat pancasila sebagai suatuu
sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan adanya karena epistomolho
merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan.
Kajian epistomologi pancasila tidak bisa dipisahkan dengan dasar
antologisnya.

2.3.3. Aksiologi Pancasila


Aksiologi mengandung arti ilmu tentang nilai/value. Filsafat
Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat
suatu pengetahuan mengenai Pancasila. Hal ini disebabkan karena sila-
sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar
aksiologi yang terkandung di dalam Pancasila dan merupakan suatu
kesatuan yang utuh.
Aksiologi Pancasila ini mengandung arti bahwa kita membahas
tentang filsafat nilai Pancasila. Secara aksiologis, bangsa Indonesia
merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila. Menerima pancasila sebagai
suatu yang bernilai.
Sementara itu, ikat sila-sila Pancasila nampak pada susunan kesatuan
sila-sila Pancasila yang bersifat organis. Pancasila merupakan satu
kesatuan yang majemuk tunggal karena setiap sila tidak bisa berdiri
sendiri.
1. Kesatuan sila Pancasila yang bersifat organis hakekatnya secara
filosofis bersumber pada ontologis manusia monopluralis yang
memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani dan rohani.
2. Susunan Pancasila yang bersifat hierarkis dan berbentuk piramida
12

a. Urutan lima sila menunjukkan suatu tingkatan dalam luasnya dan


isi sifatnya
b. sila-sila Pancasila memiliki susunan hierarkis piramidal dengan
sila ketuhanan yang maha esa
c. secara ontologis hakikat sila Pancasila berdasarkan pada landasan
sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat, adil
3. Rumusan Pancasila bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal.
4. Kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat.

2.4. PENTINGNYA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


2.4.1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus
Subjectivus

Pancasila sebagai genetivus objectivus artinya nilai nilai pancasila


dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filosofinya berdasarkan
sistem sistem dan cabang cabang filsafat yang berkembang.
Pancasila sebagai genetivus subjektivus, artinya nilai nilai
pancasila dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang
berkembang, baik untuk menemukan hal hal yang sesuai dengan nilai
nilai yang tidak sesuai dengan prinsip dalam nilai nilai pancasila.

2.4.2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


a. Kapitalisme
Bentuk tantangan kapitalisme terhadap pancasila sebagai sistem
filsafat adalah meletakan kebebasan individual secara berlebihan
sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti
monopoli, gaya hidup konsumerisme, dll.
b. Komunisme
Salah satu bentuk tantangan komunisme terhadao pancasila sebagai
sistem filsafat ialah dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat
menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

2.4.3. Hakikat Pancasila sebagai Sistem Filsafat


13

Pentingnya pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal hal


berikut :
a. Hakikat sila ketuhanan, terletak pada keyakinan bangsa indonesia
bahwa tuhan sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk
b. Hakikat sila kemanusiaan, adalah manusia monopluralis yang terdiri
atas 3 monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga) sifat kodrat
(makhluk individu, sosial) kedudukan kodrat (makhluk hidup pribadi
yang otonom dan makhluk tuhan)
c. Hakikat sila persatuan, terkait dengan semangat kebangsaan l, rasa
kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu tanah air real, tanah air formal, dan tanah air
mental
d. Hakikat sila kerakyatan, terletak pada prinsip musyawarah
e. Hakikat sila keadilan, terwujud dalam 3 aspek, menurut notnagoro
ketiga aspek tersebut yaitu:
1) keadilan distributif;
2) keadilan legal; dan
3) keadilan komutatif.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

Setalaksana, Nana, Kosasih Adi Saputra, dan Randy Fadillah Gustaman. 2018.
Pendidikan Pancasila. Ciamis: Media Priangan Abadi Publishing House.

Anda mungkin juga menyukai