Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH LABORATORIUM

KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh :
Lucky Herta Vio Handaru (19121101)

POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO


PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC CT SCAN
A. Definisi
Pemeriksaan CT Scan adalah prosedur yang menggunakan sinar X, dengan hasil
yang diolah dengan komputer untuk menghasilkan gambar dalam irisan-irisan, sehingga
dapat melihat masing-masing gambaran irisan yang diambil dengan lebih detail. Dengan
teknik ini, gambar yang dihasilkan jauh lebih detail dibandingkan rontgen biasa, sehingga
dapat membantu diagnosis dengan lebih akurat.
CT Scan adalah pemeriksaan yang non-invasif dan sederhana. Pasien diminta
berbaring di atas meja periksa yang akan masuk ke dalam mesin CT Scan, berbentuk
seperti terowongan. Sebelum melakukan CT Scan, dokter akan melakukan pemeriksaan
terlebih dahulu untuk konsultasi dan persiapan. Biasanya pasien diminta untuk puasa
selama beberapa jam jika pasien melakukan CT Scan dengan disuntik cairan kontras.
Sebelum melakukan CT Scan, sebaiknya pasien mengabari dokter mengenai alergi yang
dimiliki, pengobatan yang sedang dilakukan, atau kondisi khusus lainnya seperti
kehamilan.
B. Tujuan Pemeriksaan CT Scan
CT Scan adalah alat bantu pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi
banyak hal. Misalnya untuk menilai kondisi pembuluh darah pada pasien Penyakit
Jantung Koroner, emboli paru, pembesaran pembuluh darah aorta, dan kelainan
pembuluh darah lainnya. CT Scan juga dapat digunakan untuk mengamati metastasis
(penyebaran) tumor atau kanker, letak, serta jenisnya.
Penggunaan CT Scan dapat membantu dokter jantung dalam menentukan cara
atau metode yang lebih akurat dalam menangani kasus serangan jantung. Alat ini juga
dapat digunakan untuk mengamati kasus kecelakaan.
C. Prosedur Pemeriksaan CT Scan
1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan CT Scan:
a. Berat badan klien di bawah 145 kg
b. Kesanggupan klien untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25
menit
c. Apakah klien bebas dari alergi iodine
d. Ginjal klien harus normal (Irawandi, 2018)
2. Persiapan pasien CT Scan
Sebelum dilakukannya pemeriksaan penunjang CT Scan pada otak, ada berbagai
persiapan pasien meliputi:
a. Klien dan keluarga klien sebaiknya diberikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan.
b. Informed concent.
c. Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko yang
timbul akibat pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian bahan
kontras.
d. Pasien dianjurkan untuk puasa. Pasien sebaiknya puasa minimal 6-8 jam
sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan
tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intravena.
e. Injeksi bahan kontras dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip
infuse melalui kontras intravena. Teknik injeksi secara IntraVena (Seeram,
2001
f. Jenis media kontras: omnipaque, visipaque
g. Volume pemakaian: 2–3 mm/ kg, maksimal 150 m
h. Injeksi rate: 1-3 mm/ sec (Irawandi, 2018)
3. Prosedur Pasien CT Scan
a. Posisi terlentang dengan tangan terkendali
b. Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
c. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari
beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
d. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
e. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan
komputer.
f. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar
dengan memakai protektif lead approan.
g. Sesudah pengambilan gambar pasien dirapikan. Hal yang perlu diperhatikan:
1) Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikkan. Bila
terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
2) Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur
berlangsung
3) Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah
pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri
merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerluka memerlukan koreksi
yang cepat oleh seorang perawat dan dokter. (Irawandi, 2018)
4. Risiko Pemeriksaan CT Scan
Risiko pemeriksaan CT Scan terdiri atas risiko terhadap paparan radiasi sinar X
dan risiko reaksi alergi terhadap pemakaian kontras. CT Scan memeberikan
paparan sinar X lebih besar daripada foto rontgen biasa. Penggunaan sinar X dan
CT scan secara berkali-kali dapat meningkatkan risiko terkena kanker. Seseorang
yang memiliki riwayat alergi terhadap pemakaian kontras, sebelumnya harus
berhati-hati bila akan menjalani pemeriksaan CT scan dengan kontras. Pada
umumnya, kontras yang digunakan secara intravena mengandung iodin
(Kertoleksono, 2008 dalam Yueniwati, 2014)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

ELECTROENCEPHALOGRAM(EEG)

A. Definisi
Electroencephalogram ( EEG) adalah suatu test untuk mendeteksi kelainan
aktivitas elektrik otak (Campellone, 2006). Sedangkan menurut dr. Darmo Sugondo
membedakan antara Electroencephalogram dan Electroencephalografi.
Electroencephalografi adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak dengan alat
pencatatan yang peka sedangkan grafik yang dihasilkannya disebut
Electroencephalogram. Jadi Aktivitas otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam
melalui kulit kepala disebut Elektro-Ensefalografi (EEG). Amplitudo dan frekuensi EEG
bervariasi, tergantung pada tempat perekaman dan aktivitas otak saat perekaman.
Elektroenchelpalograph/Elektro Enselo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari
gambar dari rekaman aktifitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan
interpretasinya. Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang
listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG
untuk diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk
dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang alfa, beta, tetha dan
sebagainya.
B. Tujuan EEG
Kalangan kedokteran menggunakan sinyal EEG untuk diagnosa penyakit yang
berhubungan dengan kelainan otak dan kejiwaan. Walaupun penggunaan teknik modern
seperti CT Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memeriksa otak, namun
EEG tetap berguna mengingat sifatnya yang non-destruktif, dapat digunakan secara on
line dan sangat murah harganya dibandingkan kedua metoda. Disamping keunggulan
lain, sinyal EEG dapat mengidentifikasi kondisi mental dan pikiran, serta menangkap
persepsi seseorang terhadap rangsangan luar. 
C. Fungsi EEG
1. Mendiagnosis epilepsi dan tanda-tandanya.
2. Mengecek permasalahan pada orang yang mengalami kehilangan kesadaran.
3. Mempelajari penyebab susah tidur.
4. Melihat aktivitas otak ketika seseorang menerima obat anestesi selama operasi otak.
5. Membantu orang yang memiliki masalah psikis, seperti rasa gugup, dan kesehatan
mental.
6. Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak, parkinson
7. H.Mendiagnosa Lesi desak ruang lain dan untuk mengetahui kelainan metabolik dan
elektrolit B.
8. (Jan Nissl, 2006)
D. Prosedur Kerja
1. Persiapan sebelum pemeriksaan
a. Identitas penderita harus dicatat lengkap
b. Tingkat kesadaran penderita harus dicatat, untuk menghindari salah interpretasi
EEG
c. Obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus diidentifikasi, oleh karena
beberapa obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi frekuensi maupun
bentuk gelombang otak. -Saat terbaik perekaman adalah pada saat bebas obat
sehingga gelombang otak yang didapat adalah gelombang otak yang bebas dari
pengaruh obat
d. Premedikasi, dosis dan berapa lama sebelum perekaman harus diidentifikasi
dengan jelas.
e. Pasien dalam keadaan tenang dan rileks
f. Kulit kepala dalam keadaan bersih, bebas kotoran, debu, minyak dan kulit yang
mati. sampolah rambut serta membilas dengan air bersih saat mandi sore atau
pagi hari sebelum di lakukan test
g. Perhatikan adanya bekas luka, bekas kraniotomi
h. Hindari makanan yang mengandung kafein ( seperti kopi, teh, cola, dan coklat) 
sedikitnya 8 jam sebelum test. Makanlah dalam porsi kecil  sebelum test, sebab
gula darah rendah ( hypoglycemia) dapat menghasilkan test abnormal
i. Tidur dapat mempengaruhi hasil EEG maka ushakan agar pasien tidak tertidur
saat dilakukan test, jika anak-anak akan di EEG coba untuk tidur sebentar tepat
sebelum dilakukan test
j. Penyuluhan penderita sebelum perekaman tentang tujuan dilakukannya EEG, apa
yang dilakukan teknisi terhadap dirinya sebelum dan saat perekaman, apa yang
harus dilakukan penderita saat perekaman dan apa yang akan dirasakan oleh
penderita saat perekaman.
k. Identifikasi hasil neuroimaging yang sudah dilakukan.
2. Prosedur Cara Penggunaan EEG

Gambar 2. Peletakan Elektroda Pencatat


a. Sebelum melakukan prosedur perekaman EEG sebaiknya diketahui Standard
Minimal.
b. Perekaman EEG yaitu memakai minimal 16 channel yang bekerja secara
simultan. Setiap area di otak bisa memberikan pola yang sama atau berbeda pada
waktu yang bersamaan, dan menurut pengalaman diperlukan perekaman pada
minimal 8 area di otak secara simultan untuk mendapatkan distribusi pola EEG.
Perekaman dengan 8 channel secara simultan diperkirakan cukup mencakup
permukaan otak untuk menghindari misinterpretasi.
c. Memakai minimal 17 elektrode pencatat. Semua elektroda ini harus mencakup
area frontal, central, parietal, oksipital, temporal, auricular atau mastoid, vorteks
dan elektroda ground.
d. Kedua system monopolar (referensial) dan bipolar (diferensial) harus digunakan
secara rutin. Setiap system montage mempunyai keunggulan dan kekurangan,
sehingga penggunaan kedua system sekaligus adalah esensial untuk mendapatkan
informasi yang akurat.
e. Harus ada prosedur buka tutup mata. Aktifitas alfa dapat memberi informasi
tentang fungsi abnormal otak. Aktifitas paroksismal dapat pula dicetuskan oleh
prosedur ini.
f. Mesin EEG harus dikalibrasi di awal dan di akhir rekaman. Perubahan setting alat
selama perekaman harus dicatat.
g. Lama perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar. Bila ada prosedur
stimulasi fotik, hiperventilasi dan tidur maka lama perekaman harus ditambah.
EEG adalah sample waktu dari kehidupan seseorang, dan waktu 20 menit adalah
waktu yang sangat singkat untuk menarik suatu kesimpulan dari suatu kerja atau
suatu fungsi otak seseorang. Oleh karena itu semakin lama perekaman maka
semakin besar kemungkinan kita untuk menemukan abnormalitasnya.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

MAGNETIC RESONANCE IMAGING


(MRI)

A. Definisi
Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah pemeriksaan dengan
teknik pengambilan gambar detail organ dari berbagai sudut yang menggunakan medan
magnet dan gelombang radio. MRI aman digunakan untuk ibu hamil dan anak. Metode
ini dapat menghasilkan gambar organ yang lebih jelas, termasuk untuk pemeriksaan
tumor.
Keunggulan MRI di antaranya adalah detail gambar yang tinggi untuk pencitraan
jaringan lunak, tidak menimbulkan risiko dampak radiasi, serta gambar yang dihasilkan
mempermudah informasi diagnostik. Pemeriksaan MRI dapat membantu mendiagnosis
kondisi kesehatan di daerah dada, perut, ataupun panggul.
Dokter memanfaatkan MRI untuk membantu penegakkan diagnosis atau melihat
perkembangan dari pengobatan yang dilakukan. Misalnya dengan melihat tumor yang
ada di dada, perut, atau panggul, penyakit yang ada di hati (sirosis, kejanggalan pada
pankreas), pembengkakan seperti Crohn’s disease, penyakit jantung seperti penyakit
jantung bawaan, kelainan pembuluh darah atau pembengkakan.

B. Persiapan Pemeriksaan MRI

Meskipun MRI aman digunakan, pastikan Anda menjelaskan setiap kondisi


kesehatan Anda. Termasuk operasi-operasi yang telah Anda jalani, alergi, atau
kemungkinan Anda untuk hamil kepada dokter radiologi Anda. Dokter spesialis radiologi
mungkin memberikan aturan makan dan minum sebelum pemeriksaan MRI dilaksanakan.
Selain itu mungkin ada rekomendasi obat-obatan yang perlu dihentikan untuk sementara,
sampaikan seluruh obat-obatan rutin yang Anda konsumsi kepada dokter radiologi Anda.
Jangan kenakan perhiasan pada saat pemeriksaan MRI dan gunakan pakaian yang
nyaman, sebab Anda akan diminta menggunakan pakaian khusus radiologi. Jika Anda
memiliki kegelisahan atau trauma terhadap ruang sempit, sampaikan kepada dokter
radiologi Anda.
C. Prosedur Pemeriksaan MRI

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Pasien akan diposisikan pada meja pemeriksaan yang dapat dipindahkan. Akan dipasang
strap pada tubuh pasien sebagai pengaman agar membantu pasien tetap diam saat bagian
tubuh tertentu sedang diperiksa. Pada beberapa kasus, pasien mungkin akan diberikan
cairan kontras dengan suntikan/infus pada tangan antau lengan.

Selesai pemeriksaan, tim radiologi pasien akan meminta pasien untuk menunggu
saat tim radiologi melihat hasil MRI dan memastikan tidak ada lagi gambar radiologi
yang dibutuhkan. Lama pemeriksaan bergantung pada jenis dan tujuan pemeriksaan MRI,
namun umumnya memakan waktu 30-50 menit.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC PASIEN

DENGAN ANGIOGRAFI SEREBRAL

A. Definisi

Angiografi serebral adalah prosedur yang melibatkan pencitraan sinar-X untuk


menghasilkan gambar pembuluh darah otak. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya
gangguan atau penyakit pada pembuluh darah otak, seperti aneurisma dan arterosklerosis
(plak).

Dalam prosedur ini, dokter akan menyuntikkan zat pewarna kontras terlebih
dahulu ke dalam tubuh pasien. Zat ini akan membantu dalam menghasilkan gambar
pembuluh darah yang lebih jelas. Dengan ini, kelainan atau sumbatan pada pembuluh
darah dapat diidentifikasi.

B. Prosedur Kerja

1. Persiapan yang perlu dilakukan sebelum prosedur angiografi serebral meliputi:

a. Pasien diminta untuk menghentikan konsumsi obat-obatan yang dapat


meningkatkan risiko pendarahan, seperti obat pengencer darah, aspirin, dan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
b. Bagi pasien yang sedang menyusui, pompa ASI Anda sebelum prosedur dan
hindari menyusui setidaknya 24 jam pasc Langkah ini dilakukan untuk mencegah
zat pewarna kontras memasuki tubuh bayi melalui ASI.
c. Beritahukan pada dokter apabila pasien memiliki alergi atau kondisi medis
tertentu, seperti penyakit ginjal atau diabetes melitus.
d. Beritahukan pada dokter jika pasien sedang hamil atau kemungkinan
e. Pasien akan diminta untuk berpuasa setidaknya semalam sebelum menjalani
angiografi serebral.

2. Prosedur angiografi serebral 
Angiografi serebral pada umumnya dilakukan di bawah pengaruh anestesi (obat
bius). Anestesi diperlukan karena pasien tidak boleh bergerak agar prosedur berjalan
dengan efektif. Dengan anestesi, pasien akan lebih relaks dan mungkin tertidur
selama angiografi.Dokter juga akan memasang tali atau pengikat khusus di kepala
untuk memastikan kepala tidak bergerak selama prosedur.Setelah persiapan selesai,
prosedur angiografi serebral akan dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a. Dokter akan membersihkan area di sekitar selangkangan pasien dengan cairan


antiseptik.
b. Kemudian, dokter memasukkan alat bernama kateter ke melalui pembuluh darah
di selangkangan, hingga mencapai arteri karotis (pembuluh darah pada leher
yang mengalirkan darah ke otak).
c. Zat pewarna kontras akan dimasukkan melalui kateter hingga ke arteri karotis.
Zat ini akan mengalir ke pembuluh darah di dalam otak.
d. Dokter akan mengambil gambar pencitraan kepala dan leher menggunakan sinar-
X.
e. Selama pencitraan dilakukan, pasien akan diminta untuk tetap diam atau
menahan napas selama beberapa detik.
f. Setelah itu, dokter akan melepas kateter dan memasang perban di lokasi
masuknya kateter.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC PASIEN

DENGAN PUNGSI LUMBAL

A. Definisi
Lumbal pungsi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk penyakit yang
berhubungan dengan otak dan sistem saraf tulang belakang. Prosedur dilakukan dengan
mengambil cairan serebrospinal (CSF) yang terdapat pada selaput pelindung sistem saraf
pusat. Sejumlah cairan serebrospinal akan diambil melalui jarum yang disuntikkan pada
bagian bawah tulang belakang (area lumbar) untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.
B. Tujuan Pemeriksaan Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi bertujuan untuk mengambil sampel cairan serebrospinal (CSF) di
tulang belakang. Serebrospinal adalah cairan yang terdapat dalam selaput meninges yang
melindungi otak dan sumsum tulang belakang. CSF ini berfungsi untuk menjaga
keseimbangan sistem saraf.
Metode ini umumnya efektif untuk mendiagnosis penyakit yang menyerang
sistem otak dan sumsum tulang belakang. Lumbal pungsi dapat dilakukan ketika penyakit
belum diketahui sama sekali atau untuk mengetahui penyebab dari penyakit tertentu.
Selama ini, lumbal pungsi menjadi pemeriksaan utama untuk mendiagnosis
meningitis. Melalui metode ini, meningitis tidak hanya bisa dideteksi, tapi penyebab
meningitis juga bisa diketahui secara pasti.
Menurut John Hopskin Medicine, beberapa kondisi dan penyakit yang bisa
didiagnosis melalui lumbal pungsi di antaranya adalah:
1. Meningitis atau radang selaput pelindung otak dan sistem saraf tulang belakang
2. Sakit kepala parah yang tidak diketahui penyebab pastinya
3. Peradangan pada otak (ensefalitis)
4. Kondisi yang ditandai dengan peningkatan tekanan pada otak
5. Penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada sistem saraf, seperti multiple
sclerosis  dan sindrom Gullain-Barre’s
6. Kanker atau tumor yang menyerang otak dan sistem saraf tulang belakang
7. Leukemia
8. Peradangan pada sistem saraf tulang belakang (myelitis)
9. Penyakit Alzheimer dan kondisi lain yang berkaitan dengan penurunan fungsi sistem
saraf
10. Neurosifilis, yaitu sifilis yang sudah menyerang sistem saraf
11. Jika mengalami gejala meningitis, seperti demam, sakit kepala, dan leher kaku atau
gangguan lain dari penyakit di atas, Anda perlu menjalani lumbal pungsi untuk
memastikan penyebabnya.
C. Persiapan Yang Perlu Dilakukan
Sebelum lumbal pungsi dilakukan, Anda biasanya diminta untuk menjalani
beberapa tes medis lainnya. Seperti dalam pemeriksaan meningitis, dokter akan terlebih
dulu melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, dan CT scan atau MRI untuk mengetahui
letak peradangan.
Beberapa hal yang perlu Anda persiapkan sebelum menjalani lumbal pungsi di
antaranya adalah:
1. Meningkatkan asupan cairan dengan minum air putih atau jus, kecuali memang
tidak dianjurkan oleh dokter atau petugas kesehatan karena terkait dengan kondisi
kesehatan.
2. Pada hari prosedur akan dilaksanakan, Anda tidak boleh makan 3 jam sebelum
lumbal pungsi dilakukan.
3. Anda sebaiknya tiba di rumah sakit 1 jam sebelum prosedur dilakukan.
Selanjutnya Anda akan diminta untuk mengganti pakaian dan melepaskan
perhiasan yang digunakan.
Di samping itu, Anda juga perlu menginformasikan perihal kondisi kesehatan dan
pengobatan yang sedang dijalani sebelum melakukan prosedur, seperti:
1. Mengonsumsi obat antibiotik untuk menghentikan infeksi. Jika Anda mengalamin
demam, lumbal pungsi akan ditunda sampai Anda sembuh.
2. Memiliki alergi terhadap obat bius tertentu, seperti lidocaine. Dokter bisa
mengganti obat bius yang disuntikkan sebelum lumbal pungsi dilakukan untuk
mencegah timbulnya reaksi alergi.
3. Mengonsumsi obat pengencer darah, seperti warfarin, clopidogrel atau pereda
nyeri seperti aspirin dan ibuprofen. Obat ini bisa menimbulkan efek samping
perdarahan saat prosedur dilakukan maka Anda perlu menghentikan konsumsinya
untuk sementara.
4. Sedang hamil atau dalam program kehamilan. Anda perlu berkonsultasi dengan
dokter untuk mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi.
D. Langkah-Langkah Pemeriksaan Lumbal Pungsi
1. Anda akan diminta duduk dengan posisi dagu mendekat ke dada dan lutut di depan
perut agar ruang di tulang belakang menjadi lebih luas.
2. Anestesi atau bius lokal akan disuntikkan di punggung bawah. Suntikan anestesi
memang akan terasa menyengat beberapa saat, tapi akan mengurangi rasa sakit saat
lumbal pungsi dilakukan.
3. Dokter akan menyuntikkan jarum tipis yang berongga ke bagian punggung bawah,
yaitu di celah tulang belakang atau lumbar area.
4. Jarum akan terus masuk sampai ke titik yang dituju. Selama prosedur ini dilakukan,
Anda mungkin merasakan tekanan di punggung.
5. Anda akan diminta untuk sedikit mengubah posisi sehingga jarum dapat menarik
cairan serebrospinal (CSF). Dokter akan mengukur tekanan di dalam lumbar area.
6. Langkah yang dilakukan akan bergantung dengan tujuan pemeriksaan lumbal
pungsi. Untuk mendiagnosis penyakit meningitis, dokter akan mengambil sampel
CSF dengan jarum. Sementara untuk pengobatan, obat akan dimasukkan melalui
jarum.
7. Setelah prosedur selesai, jarum akan dilepaskan dan titik suntik selanjutnya ditutup
dengan perban.

Anda mungkin juga menyukai